3
BELENGGU PENDIDIKAN Beberapa dekade terakhir ini, dunia pendidikan digemparkan dengan berbagai permasalah yang sangat pelit. Di mulai dengan perdebatan masalah UN penting atau tidak”””?, sampai pada permasalahan teknis UN 2013 yang menyisakan tanda tanya yang jauh dari sebuah jawaban yang dapat memberi keyakinan atas sebuah jalan keluar. Tidak kalah pelitnya lagi, dalam kurun waktu singkat banyak oknum guru tersandung permasalah hukum, baik yang melakukan tindak kekerasan, pelecehan, dan banyak lagi permasalah yang dilatar belakangi oleh sisi psikologi individu. Sehingga pertanyaan yang muncul,..”apa yang melatar belakangi””? Dari berbagai masalah yang muncul tersebut, seharusnya pemerintah khusunya dan kita semua pada umumnya dapat menilik dan berpikir secara runtut, sebuah akar permasalah dari keseluruhan. Seharusnya, Indonesia mulai sadar bahwa ada sesuatu yang menjadikan pendidikan di Indonesia bertindak seperti seorang psikofat, yang bertindak tanpa kendali dengan mengatas namakan kebenaran. Secara fundamental pendidikan dalam kehidupan bertujuan untuk mengantarkan anak manusia pada kehidupan beradab yang berbudaya dan beretika. Di lihat dari tujuan itu, jelas bahwa pendidikan adalah sesuatu yang berdasar pada keetiadaan untuk menciptakan sesuatu yang kompleks. Jika begitu, kenapa kenyataannya manusia Indonesia yang sejatinya diharapkan menjadi manusia yang beradab yang berbudaya dan beretika menyjadi beringas””?. Dimana, kita seolah-olah dihadapkan kembali kepada kisah para wangyang kuno atau kisah Ken Arok yang mewujud pada generasi bangsa sekarang. Dengan bangunan persepsi individu mereka, bahwa kekuatan fisik dan kenakalan adalah sebuah keharusan dan kebanggaan. Dimana, menjadi anak baik adalah sebuah kutukan dan kehinaan yang semua orang akan menertawakan.

Belenggu Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pelaksanaan UAS merupakan konsep penagihan bukan konseppengukuran pencapaian dan pemerataan pendidikan.

Citation preview

Page 1: Belenggu Pendidikan

BELENGGU PENDIDIKAN

Beberapa dekade terakhir ini, dunia

pendidikan digemparkan dengan

berbagai permasalah yang sangat pelit. Di

mulai dengan perdebatan masalah UN

penting atau tidak”””?, sampai pada

permasalahan teknis UN 2013 yang

menyisakan tanda tanya yang jauh dari

sebuah jawaban yang dapat memberi

keyakinan atas sebuah jalan keluar. Tidak

kalah pelitnya lagi, dalam kurun waktu

singkat banyak oknum guru tersandung

permasalah hukum, baik yang

melakukan tindak kekerasan, pelecehan,

dan banyak lagi permasalah yang dilatar belakangi oleh sisi psikologi individu. Sehingga

pertanyaan yang muncul,..”apa yang melatar belakangi””?

Dari berbagai masalah yang muncul tersebut, seharusnya pemerintah khusunya

dan kita semua pada umumnya dapat menilik dan berpikir secara runtut, sebuah akar

permasalah dari keseluruhan. Seharusnya, Indonesia mulai sadar bahwa ada sesuatu

yang menjadikan pendidikan di Indonesia bertindak seperti seorang psikofat, yang

bertindak tanpa kendali dengan mengatas namakan kebenaran.

Secara fundamental pendidikan dalam kehidupan bertujuan untuk

mengantarkan anak manusia pada kehidupan beradab yang berbudaya dan beretika.

Di lihat dari tujuan itu, jelas bahwa pendidikan adalah sesuatu yang berdasar pada

keetiadaan untuk menciptakan sesuatu yang kompleks. Jika begitu, kenapa

kenyataannya manusia Indonesia yang sejatinya diharapkan menjadi manusia yang

beradab yang berbudaya dan beretika menyjadi beringas””?. Dimana, kita seolah-olah

dihadapkan kembali kepada kisah para wangyang kuno atau kisah Ken Arok yang

mewujud pada generasi bangsa sekarang. Dengan bangunan persepsi individu mereka,

bahwa kekuatan fisik dan kenakalan adalah sebuah keharusan dan kebanggaan.

Dimana, menjadi anak baik adalah sebuah kutukan dan kehinaan yang semua orang

akan menertawakan.

Page 2: Belenggu Pendidikan

Kesemuaan itu menunjukan betapa belum mapannya pendidikan yang

berlangsung di Indonesia. Sikap sistem dan pola pemerintahan Indonesia dalam

menjadikan pendidikan hasil sebuah politik yang mapan, hanya sebuah mimpi di siang

bolong. Pendidikan yang seharusnya menjadi perhatian sebuah politik bersih menjadikan

sasaran empuk para penjahat politik. Pendidikan dijadikan sebagai kebutuhan politik

sesaat, yang menciptakan penjara atas proses pemanusiaan. Sehingga, yang tampak

hanya sebuah keperluan untuk sebuah kehormatan bukan sebuah keharusan sebagai

perjuangan atas kepedulian terhadap kehidupan manusia beradab yang berbudaya dan

beretika.

Gaya politik dan pemerintahan seperti itu, akan membuat pendidikan menjadi

sebuah desain senjata yang mematikan. Pendidikan yang digadang-gadangkan sebagai

pilar pembangunan sumber daya manusia akan menjadi sebuah museum yang hanya

mampu memberika cerita masa lalu. Apabila kita mau mengingat pada masa-masa

orde lama-orde baru banyak negara yang belajar sistem pendidikan pada negara

Indonesia, salah satunya negara yang satu rumpun dengan Indonesia yaitu Malaysia. Dan,

banyak prasasti yang menunjukan bahwa Indonesia yang dikenal dengan nama

Nusantara sebagai pusat pendidikan. Mungkin kita masih ingat dengan kerajaan

Sriwijaya yang ada di Sumatera, pada masanya Sriwijaya menjadi pusat pendidikan

khususnya untuk orang-orang agama Hindu.

Begitu keramatnya sebuah pendidikan dalam menciptakan manusia, sehingga

dengan pendidikan seorang guru dapat menciptakan generasi penerus sesuai dengan

paradigma yang mereka bangun. Pendidikan tidak hanya sebagai ajang mengadu daya

ingat tetapi lebih dari itu pendidikan adalah ajang upacara yang sakral. Sehingga untuk

membahasan lebih jauh tentu kita perlu mengerti apa yang di maksud dengan

“memanusiakan manusia” yang menjadi visi, misi dan tujuan pendidikan. Kalimat yang

sangat indah dan sangat idealis untuk sebuah pencapaian. Memanusiakan manusia

adalah sebuah konsep yang menyentuk segalah sisi dan dimensi sebagai manusia.

memanusiakan manusia artinya, dengan pendidikan setiap peserta didik digembleng

agar dapat menjadi manusia. Sebagaimana, Plato menyatkan bahwa manusia adalah

“binatang yang berakal budi”. Manusia akan mejadi “manusia” kalau ia mempunyai

akal dan mempunyai budi. Ada sebuah pepatah yang tidak asing lagi “manusia bisa

lebih mulia dari para malaikat dan juga bisa lebih hina dari pada binatang”.

Pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada satu dimensi kecerdasan

akademis tetapi juga mencakup multi-kecerdasan yang mesti dimiliki oleh seorang

manusia, yakni kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional, kecerdasan sosial dan

Page 3: Belenggu Pendidikan

kecerdasan spiritual. Pendidikan harus dilepaskan dari taktik-taktik politik. Yang

berasumsi kemenangan adalah nomor satu dan kebenaran adalah nomor belakang.

Politik yang menjadikan roh pendidikan yang sebenarnya mati. Kesalahan dalam

memandang “pendidikan hasil politik” akan menjadikan pendidikan terbelenggu pada

ruang hampa udara. Sesungguhnya “pendidikan adalah hasil politik tetapi pendidikan

tidak boleh dipolitisasi”.

Pendidikan di Indonesia sekarang seperti seseorang yang diutus untuk

mengumpulkan emas sebanyak mungkin sedangkan dia sendiri terkurung pada ruang

penjara yang gelap dengan pengawasan super ketat. Sehingga, kemampuan berpikirpun

seakan hilang dan yang dilakukan hanya sebuah kepura-puraan. Pura-pura mengais

tanah seakan-akan beberapa waktu lagi akan menemukan tumpukan emas yang

diinginkan pesuruh.

Bagaimana pendidikan mampu membentuk generasi muda yang jujur dan

amanah, jika seorang guru sudah melakukan tindakan yang tidak jujur dan manah.

Kenapa beitu, apa yang terjadi”””?, hampir setiap penerimaan CPNS di seluruh Indonesia

dengan pola pesanan. Semua itu bukan sebuah rahsia lagi. Tentu semua itu pengaruh

dari tindakan para politikus dan pemerintah yang sedang berkuasa dalam mempolitisasi

pendidikan dengan kekuasaan dan otoritasnya. Apa yang dapat Indonesia harapkan

dari hasil sebuah mesin yang sudah gagal””?. Produk yang seperti apa yang di tunggu

dan dinanti-nanti bangsa ini, dari pendidikan yang diatur dan dikelolah oleh orang-orang

gagal”””?.

Rabial Kanada

Mahasiswa Pascasarjana UNNES

Prodi Manajemen Pendidikan