16
Pengantar Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah konsep kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan Kurikulum 1994. KBK merupakan sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Metode Pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan metode berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL) dan SPICES (Student-centered, Problem Based Learning, Integrated teaching, Community oriented, Early clinical exposure, Self-directed learning). Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut tentang kegiatan pembelajaran mandiri atau Self-directed learning. Proses belajar sering melibatkan ketrampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Apabila belajar bukan sekedar suatu proses pengumpulan informasi baru maka peserta didik harus melibatkan diri secara total dalam pengalaman belajar. Belajar bukanlah sekedar menerima informasi dari orang lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Belajar yang sesungguhnya memerlukan motivasi yang tinggi dan suasana yang mendukung proses belajar. 1

Belajar Mandiri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Independent Learning

Citation preview

PengantarKurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) atau Kurikulum 2004, adalah kurikulum dalam dunia pendidikan di Indonesia yang mulai diterapkan sejak tahun 2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) adalah konsep kurikulum yang dikembangkan Departemen Pendidikan Nasional RI untuk menggantikan Kurikulum 1994. KBK merupakan sebuah konsep kurikulum yang menekankan pada pengembangan kemampuan melakukan (kompetensi) tugas-tugas dengan standar performansi tertentu, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh siswa, berupa penguasaan terhadap seperangkat kompetensi tertentu. Metode Pembelajaran yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan metode berdasarkan masalah atau Problem Based Learning (PBL) dan SPICES (Student-centered, Problem Based Learning, Integrated teaching, Community oriented, Early clinical exposure, Self-directed learning).Dalam tulisan ini akan dibahas lebih lanjut tentang kegiatan pembelajaran mandiri atau Self-directed learning.Proses belajar sering melibatkan ketrampilan dan perilaku baru bagi peserta didik. Apabila belajar bukan sekedar suatu proses pengumpulan informasi baru maka peserta didik harus melibatkan diri secara total dalam pengalaman belajar. Belajar bukanlah sekedar menerima informasi dari orang lain tentang apa yang ingin diketahuinya. Belajar yang sesungguhnya memerlukan motivasi yang tinggi dan suasana yang mendukung proses belajar. Untuk itu peserta didik memerlukan classroom of life di mana di dalamnya terdapat semangat self-directed learning atau pembelajaran mandiri (PM). Pembelajaran mandiri adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centred approach) di mana proses dan pengalaman belajar diatur dan dikontrol oleh peserta didik sendiri. Para peserta didik memutuskan sendiri tentang bagaimana, di mana, dan kapan belajar tentang suatu hal yang mereka anggap merupakan hal yang penting. Di dalam konteks problem-based learning (PBL), pembelajaran mandiri merupakan bagian yang melekat pada proses pembelajaran. Dalam hal ini pembelajaran mandiri menuntut peserta didik untuk mengidentifikasi berbagai masalah yang perlu dipelajari lebih jauh (investigation), tahu di mana harus mencari sumber-sumber belajar yang berkaitan dengan masalah tadi, mampu menentukan prioritas dan merancang penelusuran sumber belajar, mampu mempelajari materi yang ada di dalam sumber belajar tadi, dan kemudian menghubungkan informasi yang telah terkumpul dengan topik bahasan yang sedang dipelajarinya. Ditinjau dari perspektif inovasi pendidikan, PM merupakan inovasi dalam pembelajaran guna memperoleh efisiensi yang tinggi dan keefektivan yang lebih bermakna sehingga peserta didik bukan hanya mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan di dalam kurikulum melainkan juga mendapatkan tujuan belajar yang lebih maju, lebih banyak, dan lebih bermanfaat baginya. Di dalam konteks pembelajaran mandiri, batas ruang dan waktu menjadi tidak jelas karena batas tadi telah diterobos oleh peserta didik.Hakekat Pembelajaran mandiriPembelajaran mandiri tidak bergantung pada subyek ataupun metoda instruksional. Pembelajaran mandiri bergantung pada siapa yang belajar (peserta didik), mencakup siapa yang memutuskan tentang apa yang akan dipelajari, siapa yang harus mempelajari sesuatu hal, metoda dan sumber apa saja yang akan dipegunakan, dan bagaimana cara mengukur keberhasilan upaya belajar yang telah dilaksanakan.Situasi belajarBelajar merupakan aktivitas yang bersifat plastis dan secara biologis mudah dimodifikasi. Hal ini bertolak belakang dengan mengajar yang secara sosial telah terstruktur sehingga bersifat lebih kaku dan lebih sulit diubah. Seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi, yang secara spesifik dikenal sebagai era elektronik, baik belajar maupun mengajar mengalami perubahan yang cepat dan berarti. Sebagai pembanding terhadap pembelajaran mandiri, uraian di bawah ini dapat memperjelas perbedaan antara hakekat pembelajaran mandiri dengan belajar yang dikontrol oleh institusi: Belajar secara formal (formal learning): institusi, bukan peserta didik, mengontrol tujuan belajar dan tatacara belajar peserta didik Belajar secara nonformal (nonformal learning): peserta didik mengontrol tujuan belajar, sementara itu institusi mengontrol tatacara belajar peserta didik Belajar secara informal (informal learning): institusi mengontrol tujuan belajar tetapi peserta didik mengontrol tatacara belajar mereka sendiriDengan adanya era elektronik maka setiap peserta didik harus mampu menyesuaikan dirinya dengan kemajuan dan perkembangan yang ada. Adaptasi ini sangat diperlukan agar peserta didik dapat belajar dalam suasana yang nyaman dan mempunyai gairah belajar yang tinggi. Dengan demikian proses belajar didorong oleh dirinya sendiri dan bukan semata-mata dituntut dari pihak luar. Suasana belajar demikian ini akan meningkatkan academic atmosphere di Perguruan Tinggi yang pada akhirnya akan mempengaruhi sikap dan perilaku para pengajar untuk dapat mengakomodasi pembelajaran mandiri yang tengah berkembang.Pembelajaran mandiriPembelajaran mandiri merupakan suatu proses di mana peserta didik mengambil inisiatif dengan atau tanpa bantuan pihak lain dalam mendiagnosis kebutuhan belajar, membuat formulasi tujuan belajar, identifikasi sumber belajar (narasumber dan materi belajar), memilih dan menjalani strategi belajar yang sesuai, serta mengevaluasi hasil belajar (outcomes). Pembelajaran mandiri merupakan proses dan sekaligus hasil (outcome). Peserta didik memperoleh manfaat ketrampilan belajar selama aktif menjalani pembelajaran mandiri sekaligus akan mengalami perubahan yang menguntungkan dalam sikap dan perilaku belajar.Dalam hal ini, perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian terhadap pengalaman belajar yang telah dijalani, dilakukan semuanya oleh indiv idu yang bersangkutan. Sementara dosen hanya bertindak sebagai fasilitator, yang memberi arahan, bimbingan, dan konfirmasi terhadap kemajuan belajar yang telah dilakukan individu mahasiswa tersebut. Metode belajar ini bermanfaat untuk menyadarkan dan memberdayakan mahasiswa, bahwa belajar adalahtanggungjawab mereka sendiri. Dengan kata lain, individu mahasiswa didorong untuk bertanggungjawab terhadap semua fikiran dan tindakan yang dilakukannya. Metode pembelajaran SDL dapat diterapkan apabila asumsi berikut sudah terpenuhi.Sebagai orang dewasa, kemampuan mahasiswa semestinya bergeser dari orang yang tergantung pada orang lain menjadi individu yang mampu belajar mandiri.a. Pengalaman merupakan sumber belajar yang sangat bermanfaat.b. Kesiapan belajar merupak an tahap awal menjadi pembelajar mandiri.c. Orang dewasa lebih tertarik belajar dari permasalahan daripada dari isi matakuliahd.Pengakuan, penghargaan, dan dukungan terhadap proses belajar orang dewasa perlu diciptakan dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini, dosen dan mahasiswa harus memiliki semangat yang saling melengkapi dalam melakukan pencarian pengetahuan.

Pengetahuan dan Keterampilan Penting dalam Pembelajaran MandiriTerdapat dua hal esensial sehububungan dengan hal ini. Pertama, pembelajaran mandiri mengharuskan siswa memiliki beberapa keterampilan dan pengetahuan tertentu seperti mengambil tindakan, keterampilan bertanya, membuat keputusan, berpikir kreatif dan kritis, memiliki kesadaran diri dan mampu bekerja-sama. Kedua, adalah mengharuskan siswa benar-benar melakukan hal tersebut. Mengambil TindakanIntinya adalah dimana anak tidak hanya belajar secara teoritis dengan membaca, melihat dan menonton saja, melainkan juga siswa aktif bertindak, learning by doing dimana siswa mencari dan menggabungkan informasi secara aktif dari masyarakat,, ruang kelas maupun suber lainya, lalu menggunakannya untuk alasan tertentu sehingga informasi tersebut akan tersimpan dalam ingatan (Souders & Prescot, 1999).Siswa yang menghimpun menyentuh, memanipulasi objek secara langsung akan menyerap informasi dan menyimpan informasi lebih baik dibandingkan jika mereka hanya mendengar, melihat di televisi, film atau komputer. Misalnya, siswa belajar mengenai pentingnya peninggalan arkeologi dengan menggali tulang-belulang yang tentunya sudah dikondisikan guru. Hal ini akan jauh lebih menarik dan pengalaman tersebut akan lebih tertanam dalam benak siswa dibandingkan misalnya jika siswa hanya membaca mengenai peninggalan arkeologis.

Mengajukan PertanyaanBrooks & Brooks (1993) menyatakan bahwa untuk bisa mengerti, siswa harus mencari makna. Dan untuk dapat mencari makna, siswa harus punya kesempatan untuk membentuk dan mengajukan pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan yang kritis dan terbuka akan merangsang kreativitas dan rasa ingin tahu siswa, seperti misalnya: dari mana susu berasal. Dari pertanyaan sederhana ini bisa saja akan menjadi semakin mendalam sampai pada proses pembuatan, pasteurisasi dan mungkin strategi pemasarannya. Membuat PilihanDalam pembelajaran mandiri, siswa tidak hanya memilih rancangan kerja mereka sendiri melainkan juga memutuskan bagaimana mereka berperan serta dalam berpartisipasi sesuai bakat dan minat mereka. Selain itu, mereka juga dapat membuat pilihan akan gaya belajar apa yang sesuai dengan mereka, sehingga hal ini kelak dapat membantu siswa untuk mencapai prestasi atau keunggulan, dan juga membuat kegiatan belajar menjadi menyenangkan dan bermakna. Membangun Kesadaran DiriDalam berinteraksi dengan diri sendiri dan orang lain siswa baik secara langsung dan tidak langsung mengenali kelebihan dan kekurangan diri sendiri dan orang lain, serta belajar bagaimana untuk mengekspresikan emosi secara wajar sesuai dengan tuntutan lingkungan sosialnya. Kesadaran diri yang diartikan sebagai kemampuan untuk merasakan perasaan saat perasaan itu muncul adalah kemampuan khas manusia. Kemampuan ini membuat kendali diri dan regulasi emosi menjadi memungkinkan. Keterampilan ini akan lebih terasah dikala siswa bekerja dan belajar serta berinteraksi dalam sebuah kelompok. Kerja SamaIni merupakan komponen penting. Para siswa biasanya belajar dalam kelompok-kelompok kecil dan otonom. Kerjasama dalam kelompok dapat mengurangi hambatan akibat keterbatasan penalaman, pengetahuan dan cara pandang yang terbatas diantara individu anggota kelompok. Selain itu dalam belajar kelompok, dipelajari pula mengenai bagaimana cara mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain, berpikiran terbuka, belajar melakukan dialog atau pertukaran pandangan, serta mengambil keputusan bersama.

Ada banyak jenis program dan tata cara pelaksanaan pembelajaran mandiri; dengan demikian ada beberapa pengertian yang sedikit berbeda tentang pembelajaran mandiri. Sebagai contoh, pembelajaran mandiri adalah setiap upaya atau aktivitas untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, atau kinerja yang dilakukan oleh setiap peserta didik untuk mencapai cita-cita atau keinginannya dengan menggunakan berbagai cara, di manapun, kapanpun, dan umur berapapun.

Konsep kemandirianKemandirian (self-direction) merupakan konsep organisasi untuk pendidikan tinggi; dengan demikian kemandirian berkaitan erat dengan politik pendidikan. Pembelajaran mandiri memiliki komitmen demokratis terhadap perubahan posisi dan peran peserta didik di mana peserta didik memegang kontrol yang lebih besar terhadap dirinya sendiri dalam hal konseptualisasi, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar serta penetapan cara-cara pemanfaatan sumber belajar guna proses belajar lebih lanjut. Independent learningKonsep ini mempunyai konotasi belajar dalam keadaan terisolasi, atau menggambarkan peserta didik belajar sendiri yang seluruh kegiatannya (menentukan tujuan belajar, isi, usaha, waktu, evaluasi, dan sebagainya) ditentukan sendiri olehnya. Bantuan dari pihak lain dapat diterima atau ditolak oleh peserta didik sesuai dengan standar atau kemauan peserta didik tersebut. Distance learningKonsep ini mempunyai konotasi jarak secara fisik antara peserta dengan seorang guru atau instruktur di mana peserta didik mengalami hambatan dalam berbagai tingkat sehubungan dengan kurikulum

Psychological controlKonsep ini mengandung konotasi pentingnya arti psychological independence dalam definisi pembelajaran mandiri daripada elemen sosial atau kurikulum. Konsep ini ada dalam definisi berikut ini: pembelajaran mandiri adalah suatu proses mental yang bertujuan, biasanya disertai dan disokong oleh aktivitas perilaku yang terlibat di dalam identifikasi dan pencarian informasi. Individu secara sadar menerima tanggung jawab untuk menentukan keputusan tentang tujuan dan usaha, dan dengan demikian menjadi agen perubahan pembelajaran bagi diri sendiri.

Spektrum Pembelajaran mandiriSpektrum ini merupakan rentang antara teacher-directed learning (TDL) sampai pembelajaran mandiri. Pada TDL guru atau instruktur memilih dan menentukan apa saja yang akan diajarkan (dipelajari oleh peserta didik), mengapa hal itu perlu dipelajari, bagaimana peserta didik mempelajari hal tersebut, kapan, di mana, dan untuk golongan umur berapa.

Incidental self-directed learning

PM model ini dikenalkan pada kursus atau program yang bercirikan TDL, misalnya pada proyek individual atau kursus singkat.

Teaching students to think independently

Kursus atau program yang menekankan kemampuan personal dalam kegiatan eksplorasi, penelusuran, pemecahan masalah (problem solving) dan aktivitas kreatif (debat, studi kasus, penelitian, percobaan, dramatisasi, kerja lapangan).

Self-managed learning

Kursus atau program yang disajikan melalui panduan bejalar di mana peserta didik belajar secara independen sepenuhnya.

Self-planned learning

Kursus atau program yang memberi kesempatan sepenuhnya kepada individ untuk merancang aktivitas belajar dengan tujuan belajar yang telah ditentukan.8

Self-directed learning

Kursus atau program yang memberi kesempatan kepada individu untuk memilih outcome, merancang aktivitas mereka sendiri dan melaksanakan aktivitasnya sesuaidengan pilihan mereka.

Manfaat pembelajaran mandiriDari tahun ke tahun pembelajaran mandiri makin berkembang dan kemudian bergerak dari situasi perifer menuju ke arus utama pengembangan manajemen dan bisnis. Sebagian besar program pengembangan saat ini menggunakan elemen pembelajaran mandiri dalam rancangan dan pelaksanaan secara keseluruhan. Secara individual, pembelajaran mandiri memiliki daya tarik yang spesifi misalnya kebebasan yang lebih besar untuk memilih, fleksibel, dan mengakomodasi individu tentang apa yang dikehendaki olehnya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran mandiri Terbuka terhadap setiap kesempatan belajar Memiliki konsep diri sebagai warga belajar yang efektif Berinisiatif dan merasa bebas dalam belajar Memiliki kecintaan terhadap belajar Kreativitas Memiliki orientasi ke masa depan Kemampuan menggunakan keterampilan belajar yang mendasar dan memecahkan masalah

Dukungan staf pengajar dalam pembelajaran mandiriPeran guru atau instruktur dalam pembelajaran mandiri sungguh berbeda dengan pengajar dalam proses belajar secara konvensional. Di antara dua hal tadi terdapat transisi, ialah situasi trainer-led menuju ke learner-led development.

Tanggung jawab pendidik dalam konteks pembelajaran mandiri Pendidik mendorong individu untuk membuat pilihan tentang tujuan yang Diinginkan Pendidik siap memberi bantuan dalam level perorangan, sesuai dengan permintaan bantuan yang bersifat spesifik Pendidik menyediakan materi dan sumber belajar yang diperlukan individu Pendidik memberi bimbingan, penyuluhan, dan bantuan individu dalam hal penggunaan sumber belajar agar diperoleh hasil yang paling baik

Untuk individu yang baru mengenal disiplin pembelajaran mandiri maka kepada mereka perlu diberikan latihan awal yang meliputi hal-hal sebagai berikut: Ketrampilan belajar dalam hal perencanaan: apa, kapan, dan bagaimana cara belajar Tanggung jawab individu dalam manajemen pengembangan diri Mengenal dan memanfaatkan kesempatan untuk belajar dan pengembannya dari hari ke hari Menghubungan pembelajaran mandiri dengan pekerjaan yang akan ditekuni serta pengembangannya dalam jangka panjang. Memilih dan menggunakan materi dan sumber lainnya secara tepat dan efektif Beberapa tips berkenaan dengan pembelajaran mandiri Pendidik beralih fungsi, menjadi fasilitator proses belajar dan siap membantu peserta didik, bukan lagi sebagai dirctor of learning. Pada awalnya pendidik memberi sedikit pengarahan di dalam kelas, member tugas untuk dikerjakan oleh peserta didik, merancang presentasi untuk suatu seminar, dan bersama-sama peserta didik menyusun tujuan belajar di mana peserta didik dapat menambah, merevisi, atau bahkan menolaknya. Sebagian besar pendidik mengalami proses yang berulang. Dari pengalaman inidapat ditarik kesan bahwa pada awalnya para peserta didik mengalami rasa cemasatau ketidakpastian, atau kadang-kadang merasa tertipu. Peserta didik memerlukan penjelasan secara bertahap tentang pembelajaran mandiri, khususnya tentang bagaimana caranya belajar untuk dapat menjadi mandiri dalam belajar. Kepada para peserta didik perlud diberikan catatan tentang filosofi pembelajaran mandiri. Pada awalnya peserta didik akan merasa canggung, tidak nyaman, dan bahkan bingung; pada saat itu peserta didik mengharapkan para pengajar bertindak sebagai expert. Adalah hal biasa apabila pada awal proses pembelajaran ada peserta didik yang mudah marah (uring-uringan) karena mereka belum tahu akan apa yang harus mereka kerjakan. Hal ini dapat diatasi dengan menyediakan instruksi, handout, agenda, atau arahan yang diberikan mingguan. Pada awal pembelajaran sangat diperlukan adanya pertemuan dan diskusi antarpeserta didik dan antara peserta didik dengan pengajar tentang situasi belajar yang terasa aneh bagi mereka. Peserta didik tertentu dapat merasa sangat canggung dengan situasi pembelajaran yang berlaku sehingga mereka ingin mengundurkan diri dari institusi, Hal ini dapat diatasi dengan penyuluhan secara lisan maupun melalui media cetak. Secara bertahap para peserta didik diberi kebebasan (otonomi) yang lebih besar dan diberi hak untuk menentukan keputusan oleh mereka sendiri; semuanya dalam koridor deadlines for assignments. Pembelajaran mandiri melibatkan pengetahuan dan pengalaman terdahulu. Dengan perkataan lain, pembelajaran mandiri memerlukan prior knowledge dan prior experience. Self-evaluation merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran mandiri karena self-evaluation merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan professional dan sangat diperulakn untuk life long learning.

1