Upload
saptr
View
15
Download
6
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bek
Citation preview
http://niecovervil.blogspot.com/2011/10/dasar-dasar-konstruksi-bangunan-kolom.htmlKamis, 20 Oktober 2011
DASAR-DASAR KONSTRUKSI BANGUNAN (KOLOM)
KOLOM
Pengertian Kolom dan Fungsinya
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan penting dari
suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat
menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total
collapse) seluruh struktur (Sudarmoko, 1996). SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom
adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan
vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral
terkecil. Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah bangunan dimulai
dari atap.
Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang
diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah
bangunan akan aman dari kerusakan bila besar dan jenis pondasinya sesuai dengan
perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-benar sudah mampu menerima beban
dari pondasi. Kolom menerima beban dan meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya
juga harus kuat, terutama untuk konstruksi rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman
tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau terjadi gempa tidak mudah roboh. Struktur dalam
kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan
tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah
material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton
memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya
tekan dan gaya tarik pada bangunan.
Jenis-Jenis kolomMenurut Wang (1986) dan Ferguson (1986) jenis-jenis kolom ada
tiga:
1. Kolom ikat (tie column)
2. Kolom spiral (spiral column)
3. Kolom komposit (composite column)
Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom
beton bertulang yaitu :
1. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang
ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat
dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini
2. Berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.
(gambar a.)
3. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja
sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling
membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi
kemampuan kolom untuk menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu
mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan
tegangan terwujud. (gambar b)
4. Struktur kolom komposit, merupakan komponen struktur tekan yang diperkuat pada arah
memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan
pokok memanjang. (gambar c)
Kolom Utama
Yang dimaksud dengan kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah
beban utama yang berada diatasnya. Untuk rumah tinggal disarankan jarak kolom utama
adalah 3.5 m, agar dimensi balok untuk menompang lantai tidak tidak begitu besar, dan
apabila jarak antara kolom dibuat lebih dari 3.5 meter, maka struktur bangunan harus
dihitung. Sedangkan dimensi kolom utama untuk bangunan rumah tinggal lantai 2 biasanya
dipakai ukuran 20/20, dengan tulangan pokok 8d12mm, dan begel d 8-10cm ( 8 d 12
maksudnya jumlah besi beton diameter 12mm 8 buah, 8 – 10 cm maksudnya begel diameter 8
dengan jarak 10 cm).
Kolom Praktis
Adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat dinding
agar dinding stabil, jarak kolom maksimum 3,5 meter, atau pada pertemuan pasangan bata,
(sudut-sudut). Dimensi kolom praktis 15/15 dengan tulangan beton 4 d10 begel d8-20 .Letak
kolom dalam konstruksi. Kolom portal harus dibuat terus menerus dari lantai bawah sampai
lantai atas, artinya letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal
ini akan menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan
denah kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas
boleh makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga
makin kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu
lajur kolom mempunyai kekakuan yang sama. Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi
adalah balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh
beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan
kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya
vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
http://kuliah-kuliaharchitecture.blogspot.com
FUNGSI KOLOM
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila
diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan
berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain
seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting, agar bangunan tidak mudah roboh.
Beban sebuah bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang
diterimanya ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan
tanah di bawahnya. Kesimpulannya, sebuah bangunan akan aman dari kerusakan bila besar
dan jenis pondasinya sesuai dengan perhitungan. Namun, kondisi tanah pun harus benar-
benar sudah mampu menerima beban dari pondasi. Kolom menerima beban dan
meneruskannya ke pondasi, karena itu pondasinya juga harus kuat, terutama untuk konstruksi
rumah bertingkat, harus diperiksa kedalaman tanah kerasnya agar bila tanah ambles atau
terjadi gempa tidak mudah roboh.
Gambar: gambaran struktur kolom menggunakan beton bertulang. Pada dasarnya
merupakan rangka yang menopang beban seluruh bangunan.
Gambar: gambaran struktur kolom menggunakan beton bertulang. Pada dasarnya
merupakan rangka yang menopang beban seluruh bangunan.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan,
sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam
struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa
menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.
Letak kolom dalam konstruksi
Kolom portal harus dibuat terus menerus dan lantai bawah sampai lantai atas, artinya
letak kolom-kolom portal tidak boleh digeser pada tiap lantai, karena hal ini akan
menghilangkan sifat kekakuan dari struktur rangka portalnya. Jadi harus dihindarkan denah
kolom portal yang tidak sama untuk tiap-tiap lapis lantai. Ukuran kolom makin ke atas boleh
makin kecil, sesuai dengan beban bangunan yang didukungnya makin ke atas juga makin
kecil. Perubahan dimensi kolom harus dilakukan pada lapis lantai, agar pada suatu lajur
kolom mempunyai kekakuan yang sama.
Ilustrasi letak kolom-kolom dalam gambar kerja arsitektural rumah dua lantai
(berwarna kuning)
Tulangan kolom dibuat berkait dengan sloof tulangan ini memiliki besi utama (yang
tegak) dan besi begel (yang kotak-kotak untuk mengikat besi utama. Jarak antar begel/
sengkang berkisar antara 10 hingga 20 cm.
Gambar tulangan kolom, sedang dikerjakan bersama pembuatan dinding.
Pekerjaan kolom yang sudah jadi.
Hubungan kolom dengan pondasi dinding
Berat atap diterima secara merata oleh ring balok dan beban disalurkan ke pondasi
melalui media kolom. Selain menerima limpahan beban dari kolom, pondasi juga menahan
berat dinding yang ada diatasnya sehingga secara keseluruhan menahan beban bangunan.
Prinsip penerusan gaya pada kolom pondasi
Balok portal merangkai kolom-kolom menjadi satu kesatuan. Balok menerima seluruh
beban dari plat lantai dan meneruskan ke kolom-kolom pendukung. Hubungan balok dan
kolom adalah jepit-jepit, yaitu suatu sistem dukungan yang dapat menahan momen, gaya
vertikal dan gaya horisontal. Untuk menambah kekakuan balok, di bagian pangkal pada
pertemuan dengan kolom, boleh ditambah tebalnya.
http://astudioarchitect.com/2009/03/kolom-dalam-konstruksi-rumah-
tinggal.html#ixzz1b8MW0RvD
METODE KERJA KOLOM PADA BANGUNAN GEDUNG
Pekerjaan struktur atas melibatkan beberapa kegiatan antara lain adalah pekerjaan
pengukurаn, pembesian, bekisting,pengecoran pembongkaran bekisting, dan
perawatan beton yang dilakukan pada elemen-elemen struktur atas seperti kolom, shear
wall dan corelift, ok dan pelat lantai.
Kolom adalah struktur yang merupakan penyangga atau pilar yang akan menyalurkan beban atau gaya vertikal dan lateral ke pondasi. Konstruksi kekakuan kolom akan menentukan besarnya gaya lateral yang akan dipikul oleh kolom tersebut. Adapun besar kecilnya kolom (dimensi kolom) tergantung pada distribusi pembebanan. Urutan pelaksanaan pekerjaan kolom dapat dilihat pada gambar 1.1 berikut.
Stek Tulangan Kolom + Mаrkіnɡ
Pabrikasi Tulangan Kolom
Pemasangan Tulangan Kolom + Decking
Pemasangan Sepatu Kolom
Instalasi Pipa Elektrikal
Pabrikasi Bekisting Kolom
Instalasi Bekisting yang Telah Diberi Oil Form
Pemberian Beton Eksisting dengan Calbond
Pengecoran Kolom
Pembongkaran Bekisting Kolom
Perawatan Beton
Urutan Pelaksanaan Kolom
Marking Kolom
Fabrikasi Penulangan Kolom
Fabrikasi Bekisting Kolom
Sepatu kolom
Pelepasan Bekisting Kolom
Bekisting Kepala Kolom
Perapihan Kolom
Penentuan Aѕ Kolom (Pemberian Mаrkіnɡ)
Titik-titik аѕ kolom diperoleh dari hasil pekerjaan tim survey yang melakukan
pengukuran dan pematokan, yaitu mаrkіnɡ berupa titik-titik atau garis yang digunakan
sebagai dasar penentuan letak bekisting dan tulangan kolom. Penentuan аѕ kolom dilakukan
dengan menggunakan alat theodolite. Untuk pekerjaan pengukuran ini diperlukan juru ukur
(surveyor) yang berpengalaman, khususnya dalam pelaksanaan gedung bertingkat
(surveyor yang bersertifikat). Posisi аѕ kolom arah vertikal ditentukan berdasarkan аѕ kolom
pada lantai sebelumnya. Proses pemindahan titik аѕ (axis) kolom dari lantai bawah ke lantai
atas berikutnya dengan pembuatan lubang-lubang pada pelat lantai (gambar 1.2). Lubang-
lubang tersebut nantinya ditutup kembali setelah pemindahan titik аѕ kolom selesai.
Posisi аѕ kolom harus sentris kedudukannya terhadap аѕ pada lantai sebelumnya,
untuk itu dilakukan juga pengecekan dengan menggunakan benang dan unting-unting.
Dengan bantuan titik-titik acuan bangunan yang sentris disetiap lantainya, maka dapat
ditentukan letak аѕ kolom dan kemudian dibuat аѕ-аѕ yang lain dengan mengikuti jarak yang
telah disyaratkan dalam perencanaan awal. Pengecekan аѕ kolom dilakukan dengan
menempatkan alat theodolite pada mаrkіnɡ tersebut dan kemudian mengecek
kelurusan mаrkіnɡ kolom. Penempatan titik kontrol pada proyek ini dilakukan pada pagar di
salah satu sisi dan titik kontrol lainnya berada pada ɡƖіԁе over dikarenakan proyek ini berada
tepat di pinggir jalan yang dilintasi oleh ɡƖіԁе over tersebut.
Contoh Gambar Kerja Kolom
Metode Kerja Pembongkaran Bekisting Kolom
Persiapan Lahan
Pembersihan Area Kerja
Pada saat dilakukan bongkaran kolom area kerja harus bebas dari aktifitas pekerja dan
material proyek
Prosedur Pelaksanaan
Persiapan Alat TC (Tower Crane)
Persiapan Pekerja (2 Orang)
Tahap pertama melepas support bekisting kolom
Tahap kedua melonggarkan ikatan tie rod samping bekisting kolom
Tahap ketiga pengikatan sling TC ke bekisting Kolom
Tahap keempat pengangkatan bekisting kolom menggunakan TC
Bekisting Kolom diletakan ke area stock bekisting kolom
Pekerjaan Pelepasan Bekisting Kolom menggunakan Metode ini membutuhkan
kurang lebih 10 menit
Repair kolom yang kurang mulus
Sumber : maygunrifanto.blogspot.com
RANGKA & DINDING BANGUNAN
Rangka bangunan adalah bagian dari bangunan yang merupakan struktur utama
pendukung berat bangunan dan beban luar yang bekerja padanya. Untuk bangunan sederhana,
rangka bangunan dapat dibuat dari tiang-tiang kayu (kolom) yang saling dihubungkan oleh
batang-batang datar (balok). Pada bangunan rumah tinggal yang permanen, rangka bangunan
dibuat dari konstruksi beton bertulang dengan dinding dari pasangan batu bata atau batako.
Untuk bangunan bertingkat sederhana/rendah, umumnya berupa struktur rangka portal (frame
structure) yaitu kerangka yang terdiri dari kolom dan balok. Pada sistem rangka, dinding
penyekat tidak diperhitungkan ikut mendukung beban. Dinding berfungsi hanya sebagai
pembatas ruang. Dinding sebaiknya dibuat jangan terlalu tebal agar berat dinding dapat
seringan mungkin, sehingga ukuran rangka portal dan pondasi dapat dibuat menjadi lebih
kecil pula.
Rangka bangunan harus dibuat dengan beberapa syarat, antara lain :
Mempunyai kekuatan dan kestabilan yang mantap untuk memberikan bentuk yang permanen
dan mampu mendukung konstruksi atap
Dapat memberikan keindahan
Dibuat dengan bentuk sedemikian, sehingga dapat memberikan kenyamanan tinggal bagi
penghuni
Rangka portal harus direncanakan dan diperhitungkan kekuatannya terhadap beban-
beban seperti :
Beban mati : berat dari semua beban bangunan yang bersifat tetap, termasuk segala unsur
tambahan, pekerjaan pelengkap (finishing), alat atau mesin yang merupakan bagian tak
terpisahkan dari rangka bangunannya.
Beban hidup : berat dari penghuni dan atau barang-barang yang dapat berpindah
Beban angin : beban yang bekerja pada bangunan atau bagiannya karena adanya selisih
tekanan udara (hembusan angin kencang)
Beban gempa : besarnya getaran yang terjadi di dalam struktur rangka bangunan akibat
adanya gerakan tanah oleh gempa, dihitung berdasarkan suatu analisa dinamik
Beban khusus : beban kerja yang antara lain berasal dari adanya selisih suhu, penurunan
pondasi,susut bahan.
Untuk bangunan tidak bertingkat yang dinding-dinding penyekatnya dari pasangan
batu bata, harus diberi perkuatan konstruksi beton bertulang praktis yaitu balok sloof, kolom
praktis dan balok atas (ringbalk). Konstruksi beton bertulang praktis tidak diharuskan
dilakukan hitungan mekanik untuk perencanaan dimensi beton dan jumlah penulangannya.
Pemakaian konstruksi beton bertulang praktis pada bangunan tidak bertingkat selain sebagai
perkuatan pasangan batu bata juga sebagai syarat untuk bangunan tahan gempa.
Balok sloof dipasang di atas seluruh panjang pondasi, untuk mendukung dan
meratakan beban tembok di atasnya dan meneruskannya ke pondasi di bawahnya. Balok sloof
ini juga berfungsi sebagai trasraam yang dapat mencegah naiknya air dari bawah ke atas
tembok.
Ukuran balok sloof :
Untuk dinding ½ batu : 15/15 atau 15/20 atau 20/20
Untuk dinding 1 batu : 25/25 atau 25/30 atau 30/30
Agar balok sloof nantinya tidak mengganggu pemasangan bahan penutup lantai (tegel,
keramik ) lantai, maka tinggi pemasangannya harus berada 10 cm di bawah permukaan lantai
rencana. Tapi juga jangan terlalu jauh di bawah lantai, karena akan menyebabkan tinggi
pasangan bata trasraam menjadi besar dan urugan pasir di bawah lantai menjadi sangat tebal.
Kolom praktis sebagai perkuatan dipasang pada :
Setiap jarak 3 m pada pasangan tembok lurus
Pertemuan-pertemuan tembok (pertemuan sudut, persilangan, dan sebagainya)
Kanan – kiri lubang pintu dan jendela untuk pegangan dan jepitan kusen
Kolom praktis dapat berfungsi sebagai tiang pendukung yang berdiri bebas. Ukuran
tampang beton untuk kolom praktis ini dibuat sama dengan tebal temboknya, agar dapat
diperoleh permukaan dinding yang rata dan rapi, Untuk dinding ½ batu dapat digunakan
ukuran 15/15 atau 15/20. Untuk dinding 1 batu dapat digunakan ukuran 25/25 atau 25/30.
Kolom praktis ini dibagian bawah bertumpu dan dijepit pada balok sloof, sedang bagian atas
dirangkai menjadi satu oleh balok atas. Supaya antara kolom praktis dan tembok batanya
menjadi satu dan mempunyai hubungan yang kuat, maka pada kolom praktis diberi angker
yang mengait pasangan bata di bagian kanan – kiri kolom. Adukan betonnya di cor sesudah
pasangan bata selesai dikerjakan lebih dahulu. Pada bagian atas pasangan bata diberi suatu
balok penjepit yang disebut balok atas, Fungsinya untuk meratakan beban kuda-kuda dan
rangka plafon ke dinding atau kolom di bawahnya. Bila pasangan bata lebih dari 4 m, maka
balok atas harus dipasang di 2 (dua) tempat yaitu di tengah (di atas kusen pintu dan jendela)
dan di atas pasangan bata tersebut. Ukuran beton dan isi tulangan untuk balok atas dibuat
sama dengan ukuran balok sloof.Dinding pasangan bata di atas balok sloof harus dibuat
kedap air/ trasraam dengan campuran 1 semen : 2 pasir. Hal ini untuk mencegah naiknya air
secara kapiler ke atas. Tinggi pasangan trasraam dibuat 20 cm di bawah dan di atas lantai +/- 0,00. Apabila sudah dipakai balok sloof, tinggi trasraam mulai balok sloof sampai 20 cm di atas lantai +/- 0,00. Pasangan trasraam ini juga dibuat pada bagian-bagian lain yang selalu basah atau selalu terkena air seperti dinding kamar mandi, tempat cucian dan dinding di luar yang tidak terlindung atap. Untuk dinding kamar mandi pasangan trasraam dapat dibuat dengan ketinggian sampai dengan 1,50m dari atas lantai. Untuk merekatkan bata-bata sebagai pasangan tembok, dipakai adukan perekat 1 kapur : 1 semen merah : 2 pasir atau 1 semen : 5 pasir. Bahan-bahan ini dicampur dalam keadaan kering dan disaring halus. Bagian yang berbutir besar dibuang, yang dipakai hanya bahan yang dapat melewati saringan. Bahan-bahan tersebut kemudian dicampur air sampai diperoleh adonan yang lekat. Untuk adukan dari semen dan pasir, yang disaring cukup pasirnya saja dan butiran yang dapat lewat saringan yang dipakai sebagai campurannya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemasangan dinding dari batu bata :
Bata harus dibasahi sampai gelembung udara dalam bata ke luar semua
Tidak boleh ada perekat tegak yang merupakan satu garis lurus dari bawah sampai ke atas.
Untuk pasangan ½ batu selisih perekat tegak ½ batu dan untuk pasangan 1 batu selisih
perekat tegak ¼ batu.
Bata potongan yang kurang dari ½ batu sebaiknya tidak dipergunakan lagi
Ketinggian pemasangan bata setiap harinya tidak lebih dari 1 m
Untuk memperoleh pasangan bata yang tegak dan lurus, dipakai bantuan batang kayu yang
dipasang berdiri tegak lurus pada kedua tepinya.
Untuk membuat dinding pasangan bata menjadi halus, rapi dan bersih dapat ditutup
dengan lapis penutup yang disebut plesteran. Bahan campuran untuk plesteran dibuat sama
dengan bahan untuk pasangan batanya. Pada plesteran tepi atau sponneng harus dibuat
dengan campuran 1 semen : 2 pasir agar kuat dan tidak mudah rusak. Tebal plesteran antara
1,5 – 2 cm. Pasangan bata yang akan diplester harus dibasahi, dibersihkan dari kotoran dan
lumut yang melekat. Untuk memberi warna pada plesteran dapat dipakai kapur atau cat
tembok. Pada dinding luar harus digunakan cat tembok yang tahan terhadap pengaruh cuaca
luar agar tidak mudah mengelupas dan luntur.
Sumber : architecturoby.blogspot.com
KAYU UNTUK PEMBUATAN BEKISTING KOLOM
Kayu yang sering digunakan sebagai bekisting semakin sulit didapat. Hutan sebagai
bahan baku kayu semakin berkurang. Penebangan hutan dihadapkan pada permasalahan yang
semakin hari semakin serius yaitu pemanasan global (Global Warming) Bekisting dari kayu
harusnya sudah sejak lama dicarikan penggantinya.
Dalam dunia konstruksi di Indonesia, penggunaan bekisting kayu hampir belum ada.
penggantinya. Proyek konstruksi di Indonesia sepertinya masih sangat menggantungkan kayu
sebagai material utama pembuatan bekisting. Ada alternatif dengan menggunakan material
baja atau besi namun penggunaannya masih terbatas karena material tersebut memiliki berat
jenis yang tinggi sehingga menimbulkan masalah kesulitan pelaksanaan dalam aplikasinya.
Selama ratusan tahun negara kita merupakan penghasil bahan baku dari hutan yang
besar. Bisa jadi merupakan salah satu yang terbesar di dunia. Itu dulu, namun sekarang
dengan banyaknya penebangan hutan secara liar dan eksploitasi yang besar-besaran dan tidak
terkendali hutan kita menyusut cukup banyak sehingga saat ini mulai sering kita hadapi
kelangkaan kayu sebagai bahan bekisting dalam pengerjaan proyek konstruksi di samping
masalah-masalah akibat mulai rusaknya hutan seperti banyaknya bencana alam banjir, tanah
longsor, perubahan iklim yang ekstrim, dan lainnya.
Berdasarkan pengalaman selama mengerjakan proyek, bekisting pekerjaan struktur
beton telah menghabiskan begitu banyak kayu yang setelah digunakan, tidak dapat diolah
kembali dan menjadi masalah baru yaitu sampah. Penggunaan kayu bekisting merupakan
satu-satunya hal yang membuat pelaksanaan konstruksi masih belum bisa dikatakan ”green”.
Penggunaan begitu banyak kayu telah membuat enviromental assesment pada perusahaan
kontraktor yang telah mendapatkan sertifikasi ISO 14000 tidak begitu bagus. Masalah ini
telah menjadi handycap yang harus diselesaikan.
Sudah saatnya kita mulai memikirkan alternatif lain selain kayu sebagai bahan
bekisting. Beberapa tahun terkahir telah ada produk bekisting yang menggunakan bahan
dasar plastik yang dikompositkan dengan bahan fiber glass. Bahan plastik yang
dikompositkan dengan fiber glass memiliki kemampuan yang sama bahkan lebih baik dari
kayu untuk digunakan sebagai bekisting.
Banyak pabrik di luar negeri telah memproduksi sistem bekisting plastik ini secara
massal. Bekisting plastik yang mereka buat dapat digunakan untuk elemen struktur pondasi,
kolom, dinding dan pelat lantai. Hal ini berarti hampir semua elemen struktur beton dapat
menggunakan sistem bekisting plastik yang mereka produksi. Beberapa perusahaan yang
telah memasarkan produk sistem bekisting plastik / Plastic Formwork System yang Saya
dapatkan di internet antara lain:
Hangzhou Yongshun Plastic Industry
EPIC ECO
Moladi
Menurut saya pasti masih banyak lagi yang lain yang berarti bahwa aplikasi bekisting
plastik di luar negri sudah dimulai cukup lama. Jika Anda ingin mencari sistem bekisting
plastik ini dapat menggunakan search engine google dengan kata kunci plastic formwork.
Saya telah download beberapa foto bekisting plastik tersebut. Berikut adalah foto-fotonya.
Material plastik untuk pengganti kayu pada bekisting merupakan ide yang brillian. Hal
ini disebabkan karena plastik memiliki keunggulan yang lebih dari pada kayu disamping
untuk kepentingan pelestarian lingkungan. Berikut ini adalah keunggulan bekisting plastik:
Bebas kelembaban dan tidak mengalami perubahan dimensi atau bentuk
Pemasangan lebih mudah dan tanpa perlu minyak bekisting.
Mempercepat waktu pelaksanaan bekisting
Tidak berkarat
Tidak gampang rusak oleh air sehingga cocok untuk konstruksi bawah tanah dan lingkungan
berair
Efisien secara biaya
Kualitas hasil yang lebih baik
Gampang dipasang dan dilepas sehingga mengurangi biaya upah
Daya tahan lama, dapat digunakan 40-70 kali. Ada produk yang dapat digunakan hingga
1000 kali.
Tahan panas
Ringan, Kuat dan kaku, bending modulus yang tinggi
Ketahanan permukaan yang baik, tahan terhadap benturan dan abrasi
Dapat dibor, dipaku, diketam, dan diproses seperti digerjaji
Stabilitas yang tinggi terhadap sinar ultraviolet, tidak rapuh dan gampang retak, gampang
untuk dibersihkan
Tidak membutuhkan syarat khusus dalam penyimpanan karena sifatnya yang tahan cuaca
Sampah sisa material bekisting plastik ini dapat diolah kembali seluruhnya. Sangat ramah
lingkungan.
Terlihat bekisting plastik memiliki banyak keunggulan dibanding dengan bekisting
kayu baik dari sisi mutu, biaya, dan waktu. Bagi Owner dan Perencana, bekisting plastik akan
menurunkan biaya proyek. Sedangkan bagi kontraktor, bekisting plastik akan mempercepat
pelaksanaan. Bagi Pemerintah dan Masyarakat luas, bekisting plastik akan mengurangi
penggunaan kayu secara signifikan sehingga sangat membantu dalam pelestarian lingkungan.
Kayu adalah material yang telah lama digunakan sebagai bahan bekisting untuk
pekerjaan struktur beton bertulang. Sebagian besar kayu yang digunakan selama ini telah
berperan merusak hutan. Hutan semakin lama semakin berkurang dengan cepat. Kayu pun
semakin langka. Mari berhemat kayu…
KAYU UNTUK BEKISTING
Pada pekerjaan proyek konstruksi terutama pekerjaan struktur beton bertulang, kayu
diperlukan sebagai bahan utama pembuatan bekisting untuk membentuk dimensi beton.
Bekisting ini akan membentuk dimensi elemen struktur kolom, balok, plat, dinding, listplank,
dan lain-lain sesuai dengan dimensi rencana. Sejauh ini di Indonesia, material yang
digunakan sebagai bekisting terutama adalah kayu. Kayu pada bekisting digunakan sebagai
konstruksi penahan beban sementara dan sebagai pembentuk dimensi atau permukaan elemen
struktur beton bertulang.
Kayu bekisting semakin lama semakin sulit untuk didapat. Penyebab utamanya adalah
bahwa sumber bahan baku kayu bekisting yakni hutan semakin terbatas dan berkurang
disamping kebutuhan akan kayu itu sendiri semakin hari semakin meningkat. Maraknya
penebangan liar dan perubahan fungsi lahan menyebabkan luas hutan berkurang dengan
cepat. Dampak lebih serius akibat berkurang dengan cepatnya hutan adalah pada pemanasan
global (Global Warming).
Isu pemanasan global telah menjadi isu utama yang menyebabkan penggunaan sumber
daya hutan untuk industri semakin tertekan. Akibatnya penggunaan kayu hasil hutan menjadi
sangat dibatasi. Isu ini semakin lama akan semakin luas yang berarti pula pemanfaatan hasil
hutan termasuk kayu untuk bekisting akan semakin sulit.
MENGHEMAT KAYU
Sebagai salah satu langkah untuk mengurangi penggunaan kayu adalah dengan
menghemat kayu itu sendiri. Berdasarkan pengalaman, langkah penghematan dapat dilakukan
dengan beberapa cara sebagai berikut:
A. Perencanaan Bekisting
Untuk membuat bekisting harusnya dibuat suatu perencanaan yang baik. Perencanaan
yang baik ini akan menghasilkan suatu kebutuhan akan kayu yang paling efisien. Pada bagian
kayu yang menopang beban yang tidak besar, dapat digunakan jenis kayu yang sesuai. Kayu
juga jangan sampai memikul beban melebihi kapasitasnya karena akan membuat kayu lebih
cepat rusak. Kayu sebagai penopang beban akan direncanakan cukup memadai . Potongan-
potongan kayu atau panel kayu akan direncanakan seseragam mungkin agar mengurangi
pemotongan yang tidak efisien.
B. Metode Bekisting
Termasuk dalam metode bekisting ini adalah teknik untuk fabrikasi, memasang,
membongkar, dan memasang kembali. Fabrikasi harusnya juga direncanakan dengan baik.
Potongan kayu atau panel kayu harus dipotong sedemikian sisa material yang tidak terpakai
atau waste sesedikit mungkin. Pemasangan kayu juga harus direncanakan gampang
dibongkar agar kayu tidak cepat rusak. Pembongkaran bekisting harus dilakukan hati-hati
agar kayu tidak cepat rusak sehingga umur pemakaian kayu dapat lebih panjang.
C. Reuse
Maksudnya adalah potongan kayu harus semaksimal mungkin dapat digunakan
kembali. Potongan kayu yang rusak harus dicek apakah dapat dipergunakan kembali untuk
ukuran yang lebih kecil dengan memotong bagian kecil dari potongan kayu tersebut. Begitu
juga dengan panel kayu plywood.
D. Menggunakan Kayu Mutu Tinggi
Saat ini banyak tersedia kayu dengan mutu lebih tinggi dan lebih tahan lama. Kayu
tersebut tentu tidak gampang rusak. Sehingga dapat digunakan berulang kali dengan umur
pemakaian yang lebih lama. Hampir semua produsen sistem bekisting seperti PCH, PERI,
MESA, Ulma, dll memproduksi kayu ini. Walaupun biaya lebih mahal, namun dengan
efisiensi pemakaian yang tinggi, tentu berpeluang untuk menjadi lebih murah secara
keseluruhan.
E. Menggunakan Sistem Precast
Sistem precast adalah sistem pengecoran beton yang dilakukan di tempat yang lain,
dimana beton tersebut kemudian baru dipasang ke lokasi struktur yang direncanakan. Sistem
precast akan membuat penggunaan bekisting sangat irit. Hal ini disebabkan karena tidak
dilakukan pembongkaran bekisting atau sedikit sekali dilakukan pembongkaran bekisting.
Akibatnya bekisting menjadi sangat awet terlebih dengan perawatan yang memadai.
F. Menggunakan Plywood yang Dilapisi Polyfilm
Berdasarkan ada tidaknya lapisan pelindung permukaan, plywood dibagi atas dua jenis
yaitu yang dilapisi oleh polyfilm dan yang tidak dilapisi polyfilm. Plywood yang dilapisi
polyfilm memiliki keawetan yang lebih tinggi sehingga dapat digunakan berulang kali dan
lebih lama dibandingkan yang tidak dilapisi polyfilm.
G. Perawatan Material Kayu
Kayu yang ada baik dalam bentuk stok maupun yang telah terpakai akan memiliki umur
yang lebih panjang apabila dirawat dengan baik. Kayu sebaiknya dilindungi dari cuaca
karena perubahan cuaca akan membuat kayu cepat lapuk.Perlindungan kayu terhadap cuaca
dapat dilakukan dengan menempatkan kayu pada daerah terlindung dari panas matahari dan
hujan misalnya dalam gudang atau melindungi tumpukan kayu dengan menggunakan terpal.
H. Pengawetan Material Kayu
Pada bagian tertentu kayu bekisting seperti balok pikul, pada dasarnya menjadi bagian
yang paling sering digunakan dan tidak mengalami kerusakan akibat proses bongkar pasang
bekisting (mekanis). Balok pikul mungkin menjadi rusak hanya karena faktor cuaca ataupun
faktor non-mekanis. Untuk itu dapat dilakukan pengawetan kayu bagian tertentu dari
bekisting agar kayu lebih tahan lama. Pengawetan dapat dilakukan dengan merendam kayu
ke dalam cairan khusus.
I. Melakukan Redesign
Salah satu redesign yang menghasilkan penghematan kayu yang cukup besar adalah
dengan melakukan redesign terhadap sistem pelat lantai. Secara konvensional, sistem pelat
lantai dan bekistingnya akan terdiri dari bekisting pelat dan tulangan bawah lantai. Sistem
tersebut dapat diredesign dengan menggunakan material pengganti spandeck, smartdeck,
bondeck, dan sejenisnya. Material tersebut telah secara cerdas mengganti kebutuhan bekisting
pelat dan tulangan beton pelat lantai sekaligus. Redesign lain yang berpotensi sering dapat
dilakukan adalah dengan mengganti elemen struktural listplank yang kemudian akan
berfungsi sebagai penutup plafon, dengan sistem plafond. Hal ini berarti tidak diperlukan lagi
listplank sebagai struktur. Sistem struktur listplank akan diredesign menjadi elemen non-
struktural.
J. Menggunakan Material Lain
Saat ini sudah mulai banyak dijumpai sistem bekisting tertentu yang sudah tidak
menggunakan material kayu. Di Indonesia umumnya digunakan baja dalam bentuk pelat atau
bentuk lain. Sistem bekisting kolom MESA atau disebut Adjustable steel faced column form
merupakan bekisting yang menggunakan material baja. Sama sekali tidak menggunakan kayu
dan sangat tahan lama hingga 400 kali pakai. Dengan jumlah kali pakai sangat sangat tinggi,
tentu secara ekonomis akan lebih hemat.
proyekindonesia.com/2011/03/menghemat-kayu-bekisting
KERUSAKAN PADA KOLOM BANGUNAN
A. Tulangan Sudah Luluh Bila kondisi tulangan kolom sudah luluh dan tidak terlalu parah
sehingga bangunan tidak miring, tulangan yang rusak tadi bisa dipotong dan diganti dengan
tulangan yang baru. Periksalah apakah tulangan yang ada di kolom itu memang sudah cukup
aman menahan beban atau belum. Bila sudah cukup kuat maka langkah perbaikannya adalah
sebagai berikut.
1. Tahan beban kolom yang akan diperbaiki dengan menggunakan kayu atau besi.
2. Bongkarlah beton yang masih melekat di sekitar tulangan yang luluh.
3. Besi yang luluh dipotong lalu diganti dengan tulangan yang baru. Perhatikan sambungan
tulangan baru dengan tulangan yang lama. Sebaiknya tulangan lama menindih tulangan baru
(overlaping) dengan panjang sama dengan diameter x 40. Jika diameter tulangan 12 mm
maka panjang overlaping tulangan sekitar 480 mm. Setelah itu, ikatlah sambungan dengan
kawat atau bisa juga dengan las.
4. Pasanglah bekisting di sekitar kolom yang diperbaiki. Setelah itu, masukkan material beton
dengan mutu beton sesuai dengan kualitas mutu beton yang lama atau bisa juga dengan
material khusus untuk perbaikan beton.
B. Tulangan belum luluh
Kerusakan dengan kondisi tulangan belum luluh yang kerap terjadi adalah retak, beton
hancur sebagian, dan selimut beton terlepas. Ir. Sondra Gosali (Sales dan Marketing
Manager PT Sika Indonesia) menjelaskan bahwa ada tiga metode perbaikan, yaitu patching
(plester), grouting (menambah dengan campuran beton dan aditif), dan injection (suntik
dengan bahan kimia). Berikut proses perbaikan berdasarkan jenis kerusakannya.
1. Retak
Jika permukaan kolom atau balok retak maka langkah pertama yang dilakukan adalah
mengecek apakah keretakan itu ada pada selimut beton atau pada “daging” betonnya.
Keretakan pada selimut beton bisa diatasi dengan menambal keretakan (patching)
menggunakan bahan material perbaikan struktur berbahan dasar polymer. Atau bisa juga
menggunakan campuran semen dan air. Bila ternyata keretakan ada pada “daging” betonnya,
maka metode perbaikannya bisa menggunakan metode grouting atau injection.
Proses pengerjaan metode grouting adalah dengan membongkar retakan hingga dasar
retakan atau sampai terlihat daging betonnya. Pastikan beton yang ada di sekeliling retakan
tidak rontok. Setelah itu, tuang material perbaikan struktur berbahan dasar semen pada celah
retakan.
Sebaiknya gunakan bounding agent (bahan seperti lem) untuk mempermudah proses
perekatan antara beton lama dengan material perbaikan struktur. Bounding agent bisa juga
diganti dengan air. Siram air pada permukaan beton lama pada celah retakan.
Sedangkan proses metode injeksi dimulai dengan menutup permukaan retakan
menggunakan material berbahan epoxy. Setelah itu, buatlah lubang di sepanjang retakan
dengan jarak antarlubang sekitar 25 cm dan tutuplah lubang dengan selang karet.
Masukkan material perbaikan struktur berbahan dasar epoxy ke dalam selang karet.
Jika material itu keluar pada salah satu selang karet maka segera tutup lubang selang itu.
Masukkan kembali material epoxy ke lubang yang lain. Ulangi proses itu hingga semua
selang karet tertutup. Jika semua selang karet tertutup, ini berarti semua celah pada retakan
sudah terisi material epoxy.
2. Beton hancur sebagian
Untuk memperbaikinya, metode yang digunakan adalah metode grouting. Proses
perbaikan untuk kerusakan kolom adalah sebagai berikut:
Tahan beban kolom dengan memberi kayu atau besi di sekeliling kolom.
Bersihkan beton yang masih menempel di sekeliling pecahan beton. Ketuk di sekeliling
pecahan untuk memastikan sudah tidak ada lagi beton yang bisa terkelupas.
Buatlah bekisting di sekeliling kolom.
Cor kembali bagian kolom yang terkelupas tadi dengan campuran beton dan bahan aditif.
Bila tidak mau repot, saat ini di pasaran sudah tersedia material yang siap pakai untuk
memperbaiki struktur. Material yang berbahan dasar semen ini dikenal dengan nama cemen
grout.
3. Selimut beton terkelupas
Kerusakan seperti ini tergolong kerusakan kosmetik. Maksudnya, hanya penampilannya
saja yang rusak. Untuk memperbaikinya, metode yang tepat adalah dengan metode patching.
Caranya adalah sebagai berikut:
Bersihkan atau lepas selimut beton yang masih menempel di sekitar selimut beton yang
terkelupas.
Lapisi permukaan beton yang terkelupas dengan bounding agent.
Berikan adukan plesteran khusus untuk perbaikan struktur pada permukaan beton yang
terkelupas. Biasanya material plesteran ini terdiri dari dua komponen.
www.gussuta.com/teknik/tip-mengatasi-masalah- pada - bangunan .html
DASAR- DASAR PERHITUNGAN
Menurut SNI-03-2847-2002 ada empat ketentuen terkait perhitungan kolom:
1. Kolom harus direncanakan untuk memikul beban aksial terfaktor yang bekerja pada semua
lantai atau atap dan momen maksimum yang berasal dari beban terfaktor pada satu bentang
terdekat dari lantai atau atap yang ditinjau. Kombinasi pembebanan yang menghasilkan rasio
maksimum dari momen terhadap beban aksial juga harus diperhitungkan.
2. Pada konstruksi rangka atau struktur menerus pengaruh dari adanya beban tak seimbang pada
lantai atau atap terhadap kolom luar atau dalam harus diperhitungkan. Demilkian pula
pengaruh dari beban eksentris karena sebab lainnya juga harus diperhitungkan.
3. Dalam menghitung momen akibat beban gravitasi yang bekerja pada kolom, ujung-ujung
terjauh kolom dapat dianggap jepit, selama ujung-ujung tersebut menyatu (monolit) dengan
komponen struktur lainnya.
4. Momen-momen yang bekerja pada setiap level lantai atau atap harus didistribusikan pada
kolom di atas dan di bawah lantai tersebut berdasarkan kekakuan relative kolom dengan juga
memperhatikan kondisi kekekangan pada ujung kolom.
Adapun dasar-dasar perhitungannya sebagai berikut:
1. Kuat perlu
2. Kuat rancang
No. Kondisi Faktor reduksi (ø)
1. Lentur tanpa beban aksial 0.8
2. Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur 0.8
3. Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
a. Tulangan spiral maupun sengkang ikat
b. Sengkang biasa: 0.7, 0.65
Asumsi Perencanaan
ANALISA KOLOM
Kolom merupakan salah satu bagian struktur konstruksi yang penting. Untuk
merencanakan sebuah kolom, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
A. Analisa
1. Jenis taraf penjepitan kolom. Jika menggunakan tumpuan jepit, harus dipastikan
pondasinya cukup kuat untuk menahan momen lentur dan menjaga agar tidak terjadi rotasi di
ujung bawah kolom.
2. Reduksi Momen Inersia Untuk pengaruh retak kolom, momen inersia penampang kolom
direduksi menjadi 0.7Ig (Ig = momen inersia bersih penampang)
B. Beban Desain (Design Loads)
Yang perlu diperhatikan dalam beban yang digunakan untuk desain kolom beton adalah:
1. Kombinasi Pembebanan. Seperti yang berlaku di SNI Beton, Baja, maupun Kayu.
2. Reduksi Beban Hidup Kumulatif. Khusus untuk kolom (dan juga dinding yang memikul
beban aksial), beban hidup boleh direduksi dengan menggunakan faktor reduksi beban hidup
kumulatif. Rujukannya adalah Peraturan Pembebanan Indonesia (PBI) untuk Gedung 1983
Tabelnya adalah sebagai berikut:
Contoh cara penggunaan: Misalnya ada sebuah kolom yang memikul 5 lantai. Masing-
masing lantai memberikan reaksi beban hidup pada kolom sebesar 60 kN. Maka beban hidup
yang digunakan untuk desain kolom pada masing-masing lantai adalah:
Lantai 5 : 1.0 x 60 = 60 kN
Lantai 4 : 1.0 x (2×60) = 120 kN
Lantai 3 : 0.9 x (3×60) = 162 kN
Lantai 2 : 0.8 x (4×60) = 192 kN
Lantai 1 : 0.7 x (5×60) = 210 kN
Jadi, lantai paling bawah cukup didesain terhadap beban hidup 210 kN saja, tidak
perlu sebesar 5×60 = 300 kN. Dasar dari pengambilkan reduksi ini adalah bahwa kecil
kemungkinan suatu kolom dibebani penuh oleh beban hidup di setiap lantai. Pada contoh di
atas, bisa dikatakan bahwa kecil kemungkinan kolom tersebut menerima beban hidup 60 kN
pada setiap lantai pada waktu yang bersamaan. Sehingga beban kumulatif tersebut boleh
direduksi.
Catatan: Beban ini masih tetap harus dikalikan faktor beban di kombinasi
pembebanan, misalnya 1.2D + 1.6L.
D. Gaya Dalam
1. Gaya dalam yang diambil untuk desain harus sesuai dengan pengelompokan kolom apakah
termasuk kolom bergoyang atau tak bergoyang, apakah termasuk kolom pendek atau kolom
langsing.
2. Perbesaran momen (orde kesatu), dan analisis P-Delta (orde kedua) juga harus
dipertimbangkan untuk menentukan gaya dalam.
Jumlah lantai yang dipikul Koefisien reduksi
1 1.0
2 1.0
3 0.9
4 0.8
5 0.7
6 0.6
7 0.5
8 atau lebih 0.4
C. Detailing Kolom Beton
Untuk detailing, hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain:
1. Ukuran penampang kolom. Untuk kolom yang memikul gempa, ukuran kolom yang
terkecil tidak boleh kurang dari 300 mm. Perbandingan dimensi kolom yang terkecil
terhadap arah tegak lurusnya tidak boleh kurang dari 0.4. Misalnya kolom persegi
dengan ukuran terkecil 300mm, maka ukuran arah tegak lurusnya harus tidak lebih
dari 300/0.4 = 750 mm.
2. Rasio tulangan tidak boleh kurang dari 0.01 (1%) dan tidak boleh lebih dari 0.08
(8%). Sementara untuk kolom pemikul gempa, rasio maksiumumnya adalah 6%.
Kadang di dalam prakteknya, tulangan terpasang kurang dari minimum, misalnya
4D13 untuk kolom ukuran 250×250 (rasio 0.85%). Asalkan beban maksimumnya
berada jauh di bawah kapasitas penampang sih, oke-oke saja. Tapi kalau memang itu
kondisinya, mengubah ukuran kolom menjadi 200×200 dengan 4D13 (r = 1.33%)
kami rasa lebih ekonomis. Yang penting semua persyaratan kekuatan dan
kenyamanan masih terpenuhi.
3. Tebal selimut beton adalah 40 mm. Toleransi 10 mm untuk d sama dengan 200 mm atau
lebih kecil, dan toleransi 12 mm untuk d lebih besar dari 200 mm. d adalah jarak antara serat
terluar beton yang mengalami tekan terhadap titik pusat tulangan yang mengalami tarik.
Misalnya kolom ukuran 300 x 300 mm, tebal selimut (ke titik berat tulangan utama) adalah
50 mm, maka d = 300-50 = 250 mm.
4. Toleransi 10 mm artinya selimut beton boleh berkurang sejauh 10 atau 12 mm akibat
pergeseran tulangan sewaktu pemasangan besi tulangan. Tetapi toleransi tersebut tidak boleh
sengaja dilakukan, misanya dengan memasang “tahu beton” untuk selimut setebal 30 mm.
5. Adukan plesteran dan finishing tidak termasuk selimut beton, karena adukan dan finishing
tersebut sewaktu-waktu dapat dengan mudah keropos baik disengaja atau tidak disengaja.
6. Pipa, saluran, atau selubung yang tidak berbahaya bagi beton (tidak reaktif) boleh ditanam di
dalam kolom, asalkan luasnya tidak lebih dari 4% luas bersih penampang kolom, dan
pipa/saluran/selubung tersebut harus ditanam di dalam inti beton (di dalam
sengkang/ties/begel), bukan di selimut beton. Pipa aluminium tidak boleh ditanam, kecuali
diberi lapisan pelindung. Aluminium dapat bereaksi dengan beton dan besi tulangan.
7. Sengkang/ties/begel adalah elemen penting pada kolom terutama pada daerah
pertemuan balok-kolom dalam menahan beban gempa. Pemasangan sengkang harus
benar-benar sesuai dengan yang disyaratkan oleh SNI.
8. Selain menahan gaya geser, sengkang juga berguna untuk menahan/megikat tulangan utama
dan inti beton tidak “berhamburan” sewaktu menerima gaya aksial yang sangat besar ketika
gempa terjadi, sehingga kolom dapat mengembangkan tahanannya hingga batas maksimal
(misalnya tulangan mulai leleh atau beton mencapai tegangan 0.85fc’).
9. Transfer beban aksial pada struktur lantai yang mutunya berbeda.Pada high-rise
building, kadang kita mendesain kolom dan pelat lantai dengan mutu beton yang
berbeda. Misalnya pelat lantai menggunakan fc’25 MPa, dan kolom fc’40 MPa. Pada
saat pelaksanaan (pengecoran lantai), bagian kolom yang berpotongan (intersection)
dengan lantai tentu akan dicor sesuai mutu beton pelat lantai (25 MPa). Daerah
intersection ini harus dicek terhadap beban aksial di atasnya. Tidak jarang di daerah
ini diperlukan tambahan tulangan untuk mengakomodiasi kekuatan akibat mutu beton
yang berbeda. Sumber : Dunia Teknik Sipil
Referensi:
Sumber buku
Anonim. 2002. Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Beton
Untuk Bangunan Gedung. Bandung: Beta Version.
Dipohusodo, istimawan.1994. Struktur Beton Bertulang. Jakarta: Gramedia
pustaka utama.
Pamudji, Ganjar, dkk. 2004. Diktat Kuliah Struktur Beton II Universitas
Jenderal Soedirman.
Sumber internet
http://www.pennridge.org/works/beamstruct.htm
http://struktur-rumah.blogspot.com/2008/07/kolom-beton-utama
praktis.html
http://probohindarto.wordpress.com