Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI IKAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN RAWA GAMBUT
KAMPUS ALUE PEUNYARENG UNIVERSITAS TEUKU UMAR
SKRIPSI
HENDRA GUNAWAN 07C10432019
PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH
2013
BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI IKAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN RAWA GAMBUT
KAMPUS ALUE PEUNYARENG UNIVERSITAS TEUKU UMAR
SKRIPSI
HENDRA GUNAWAN 07C10432019
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Perikanan Pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
PROGRAM STUDI PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH
2013
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Hasil Tangkap di Perairan Rawa Gambut Kampus Alue Peunyareng Universitas Teuku Umar
Nama : Hendra Gunawan
Nim : 07C10432019
Program Studi : Perikanan
Disetujui Komisi Pembimbing
Ketua
Yuli Erina, S.Si., M.Si NIDN. 0117077802
Anggota
Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si
Diketahui,
Ketua Program Studi Perikanan,
Muhammad Rizal, S. Pi., M. Si NIDN. 011101831
Tanggal Ujian Sarjana : 28 Sept 2013
Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si NIDN : 0121057802
Tanggal Lulus :
LEMBAR PENENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/tugas akhir dengan judul :
BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI IKAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN RAWA GAMBUT KAMPUS
ALUE PEUNYARENG UNIVERSITAS TEUKU UMAR
Yang disusun oleh :
Nama : Hendra Gunawan
NIM : 07C10432019
Fakultas : Perikanan dan Kelautan
Program Studi : Perikanan
Telah di pertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 28 September 2013 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk di terima
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Yuli Erina, S.Si., M.Si ………………….
(Dosen Penguji I)
2. Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si ………………….
(Dosen Penguji II)
3. Ir. Baihaqi ………………….
(Dosen Penguji III)
4. Ahmad Astori, S.Pi ………………….
(Dosen Penguji IV)
Alue Peunyareng, September 2013 Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Uswatun Hasanah, S. Si., M. Si
NIDN : 0121057802
RINGKASAN
HENDRA GUNAWAN. NIM 07C10432019. BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI IKAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN RAWA GAMBUT KAMPUS ALUE PEUNYARENG UTU. DIBAWAH BIMBINGAN YULI ERINA, S.Si., M.Si, AFRIZAL HENDRI, S.Pi., M.Si Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Mai 2013 di Kampus Alue
peunyareng Universitas Teuku Umar, Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
Tujuan untuk mengetahui aspek-aspek reproduksi ikan hasil tangkap di perairan
rawa gambut di kampus Alue peunyareng Universitas Teuku Umar serta dapat
dijadikan data awal untuk penelitian lanjutan.
Metode yang dipakai dalam penelitian dengan menggunakan metode
deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk melukiskan
secara sistematik fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu
secara aktual dan cermat. Data didapatkan dengan cara mengoleksi ikan uji (di
jala), dilakukan identifikasi, mengevaluasi profil reproduksi (fekunditas, Indeks
Gonad Somatik, Indeks Hepato Somatik, Indeks Vesceral Somatik) serta
pengukuran berat, panjang tubuh ikan jenis.
Hasil penelitian beberapa aspek reproduksi di perairan Kampus Universitas
Teuku Umar menunjukkan ikan dalam fase perkembangan gonad diperkirakan
ikan dapat mengeluarkan telur (pemijahan) pada bulan September atau Oktober.
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa sumber Skripsi yang berjudul
“Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Hasil Tangkap di Perairan Rawa Gambut
Kampus Alue peunyareng Universitas Teuku Umar” adalah benar merupakan
hasil karya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah di ajukan
dalam bentuk apapun. Semua sumber informasi yang berasal atau kutipan dari
karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah
tersebut dalam teks dan dalam daftar pustaka dibagian akhir skripsi ini.
Alue Peunyareng, September 2013
Penulis
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada :
1. Ibu Yuli Erina, S.Si., M.Si selaku Ketua komisi pembimbing yang telah
banyak memberikan saran dalam penulisan usulan penelitian.
2. Bapak Afrizal Hendri, S.Pi., M.Si selaku Anggota komisi pembimbing
yang telah banyak memberikan saran dalam penulisan usulan penelitian.
3. Bapak Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si selaku Ketua Jurusan Perikanan
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.
4. Ibu Uswatun Hasanah, S.Si., M.Si selaku Dekan Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan Universitas Teuku Umar.
5. Seluruh Staf Pengajar pada Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Teuku Umar yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik;
6. Pimpinan dan Staf Laboratorium Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan Universitas Teuku Umar yang telah mengizinkan untuk
melaksanakan penelitian, dan semua pihak-pihak terkait.
7. Ayahanda Cut Kasem dan Ibunda Asmanah kakak ku Ermi Angaraini
adik-adik ku serta keluarga lainnya yang telah mencurahkan kasih
sayangnya dan senantiasa mengiringi do’a serta memberi dorongan moril
dan materi yang tidak pernah putus bagi penulis.
HENDRA GUNAWAN, Lahir di Bogor pada tanggal 11
November 1988, merupakan anak ke- 2 dari lima bersaudara
dari pasangan Cut Kasem dengan Asmanah. Memasuki
jenjang pendidikan formal pada tahun 1996- 2001 di SD
Cinagara 2. Pada tahun 2001- 2004 melanjutkan pendidikan di
SMP Negeri 1 Cigombong. Pada tahun 2004-2007 penulis
melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 1 Cigombong Kabupaten Bogor, Jawa
Barat, pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi
Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Teuku Umar. Pada
pertenggahan tahun 2013 penulis menyelesaikan tugas akhir judul karya tulis :
“Beberapa Aspek Reproduksi Ikan Hasil Tangkap di Perairan Rawa Gambut
Kampus Alue peunyareng Universitas Teuku Umar”
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia terletak pada garis 6°LU – 11°LS dan 95°BT – 141°BT. Dengan
demikian, Aceh Barat termasuk kedalam Indonesia terletak di daerah beriklim
tropis dan dilewati oleh garis khatulistiwa. Letak ini menyebabkan Indonesia
keanekaragaman hayati yang tinggi. Aceh Barat pun memiliki berbagai jenis
ekosistem, seperti ekosistem perairan, ekosistem air tawar, rawa gambut, hutan
bakau, terumbu karang, dan ekosistem pantai.
Ekosistem tersusun atas berbagai komponen dan satuan organisasi yang
menyusunnya. Di dalam ekosistem terjadi interaksi antar komponen yang
menjadikan ekosistem memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karenanya,
ekosistem terdiri atas beberapa tipe. Ekosistem terdiri atas ekosistem darat,
ekosistem air tawar, dan ekosistem air laut.
Ekosistem air tawar memiliki beberapa karakteristik, seperti variasi suhu
yang perubahannya tidak menyolok, tumbuhan yang dominannya alga, dan
keadaan lingkungannya dipengaruhi oleh iklim dan cuaca. Karateristik ekosistem
air tawar lainnya seperti tumbuhan rendah bersel satu mempunyai dinding sel
yang kuat, sedang tumbuhan tingkat tinggi mempunyai akar sulur untuk melekat
pada bagian dasar perairan, misalkan teratai, kangkung, ganggang biru dan
ganggang hijau. Sedangkan, karakteristik hewannya memiliki ciri-ciri
mengeluarkan air berlebih, garam diabsorpsi (diserap) melalui insang secara aktif
dan sedikit minum, air masuk dalam tubuh secara osmosis. Ekosistem air tawar
dibagi menjadi dua, yaitu lotik dan lentik.
2
Ekosistem air tawar lotik merupakan perairan berarus, contohnya adalah
sungai. Adapun ekosistem air tawar lentik memiliki ciri airnya tidak berarus.
Seperti danau
Pertumbuhan populasi ikan di alam sangat tergantung pada strategi
reproduksi dan respons dari perubahan lingkungan. Selama musim hujan (banjir),
ikan pada umumnya memasuki perairan pedalaman hingga ke daerah rawa-rawa
untuk melakukan pemijahan.
Pemijahan adalah salah satu dari proses reproduksi ikan, dan proses lainnya
meliputi seksualitas, tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad
(IKG) dan fekunditas. Fekunditas merupakan salah satu fase yang memegang
peranan penting untuk melangsungkan populasi dengan dinamikanya.
Penangkapan ikan alam di perairan umum cenderung tidak terkendali, tidak jarang
pada ikan yang matang gonad dan siap berpijah juga ikut tertangkap. Hal ini dapat
menyebabkan penurunan pertumbuhan populasi.
Dikhawatirkan pada masa yang akan datang keberadaan ikan alam akan
terancam, seperti berupa kepunahan. Oleh sebab itu jenis ikan perlu dilestarikan
melalui pengelolaan habitat dan populasi yang rasional. Untuk hal tersebut
diperlukan informasi dan data tentang keadaan reproduksinya. Peranan ikan alam
cukup besar bagi sosial-ekonomi masyarakat. Ikan Alam mempunyai cita rasa
dagingnya yang gurih dandisukai oleh masyarakat. Ikan memiliki nilai yang
cukup ekonomis (Effendi, 2003).
Dengan dilakukannya penangkapan yang tidak terkendali dikuatirkan ikan
Rasbora alam akan mengalami kepunahan. Oleh karena itu perlu kiranya dicarikan
cara penanggulangannya demi peningkatan produksi ikan air tawar, Pemenuhan
3
kebutuhan gizi masyarakat serta kelestarian populasi ikan Rasbora alam di
kemudian hari.
Namun untuk melakukan usaha budidaya terlebih dahulu diperlukan data
mengenai aspek reproduksinya. Dari aspek reproduksi akan dapat diketahui
seksualitasnya, tingkat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, fekunditas
serta ukuran dan berat berapa ikan yang siap memijah. Untuk dapat melakukan
usaha pembudidayaan ikan alamiah dengan baik, maka pengetahuan tentang sifat-
sifat biologinya harus diketahui dengan baik diantaranya adalah tentang aspek
biologi reproduksinya. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian
tentang reproduksi.
1.2. Perumusan Masalah
Usaha pertama yang dilakukan untuk pembudidayaan atau melestarikan ikan
adalah penguasaan teknologi pembenihannya agar hambatan pengadaan benih
dapat diatasi. Pada tahap awal diperlukan data yang berhubungan aspek
reproduksi ikan hasil tangkapan di alam dan data reproduksi ikan. Bertolak dari
hal tersebut diatas maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu ;
1. Bagaimana aspek reproduksi ikan hasil tangkapan di alam yang meliputi
identifikasi, Profil ReproduksiFekunditas, IGS, HIS, diameter telur, TKG serta
pengukuran berat dan panjang tubuh ikan.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui aspek-aspek reproduksi ikan hasil tangkap di perairan
rawa gambut di kampus Alue Peunyareng Universitas Teuku Umar.
4
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai referensi awal mengetahui aspek- aspek reproduksi ikan hasil
tangkap di alam.
2. Sebagai kekayaan intelektual bagi peneliti.
5
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ikan yang ada di Perairan Rawa
Daerah rawa merupakan daerah yang kompleks, terdiriatas beberapa tipe
yang penting yaitu: sungai utama, rawa yang ditutupi hutan rawa yang banyak
terdapat tumbuhan kumpe (rawa lebak), sungai mati(oxbow lake), dan Lebung
(cekungan tanah di daerah rawa) (Utomo dan Samuel,2005).
Biasanya vegetasi perairan rawa banyak terdapat di zona tengah dengantipe
perairan berarus sedang sampai lambat, mempunyai kemiringan 150-300,
disekeliling sungai banyak terdapat rawa banjiran (Utomo dan Samuel,2005).
Daerah ini berperan sebagai daerah pemijahan daerah asuhan dan tempat mencari
pakan bagi ikan.
Perairan rawa banyak terdapat serangga air, periphyton, buah-buahan dan
serasah yang jatuh dalam air sebagai makanan ikan.Bagian yang dalam dari suatu
badan seperti lubuk, lebungmerupakan bagian ekosistem yang penting karena
merupakan tempat tinggalinduk ikan saat musim kemarau. Jenis ikan pada
ekosistem rawa banjiran terdiri atas 2 kelompok yaitu kelompok ikan hitam
dankelompok ikan contoh kelompok ikan hitam yaitu betok (Anabastestudineus).
Ikan yang hidup diperairan rawa terutama dari kelompok ikan hitam pada
umumnya mempunyai alat pernapasan tambahan (labyrinth) sehinggadapat hidup
di perairan yang oksigennya rendah dan asam (Utomo dan Samuel,2005).
Beberapa jenis ikan yang terdapat di perairan rawa.
A. Ikan Tawes (Barbodes gonionotus)
6
B. Ikan Palung (Hampala macrolepidota)
C. Ikan Mas (Cyprinus carpio)
D. Ikan Nilem (Osteochillus hasselti)
E. Ikan Kepras (Puntius binotatus)
F. Ikan Lokas (Dangila cuvieri)
G. Ikan Derbang (Puntius pinnauratus)
H. Ikan Kafiat (Puntius wandersii)
I. Ikan Seluang (Osteochillus schlegeli)
J. Ikan Sepat (Trichogaster trichopterus)
Ikan Sepat (Trichogaster trichopterus)
sejenis ikan anggota suku Gurami (Osphronemidae). Seperti kerabatnya
yang bertubuh lebih besar, Sepat Siam (T. pectoralis), ikan sepat
merupakan ikan konsumsi yang disukai banyak orang di daerah
(masyarakat lokal). Ikan Sepat terdiri dari varian-varian yang hiasnya
banyak dan berwarna menarik, yang biasanya populer sebagai ikan
akuarium.Ikan sepat hidup di rawa-rawa, danau, aliran-aliran air yang
tenang, dan umumnya lahan basah di dataran rendah termasuk sawah-
sawah serta saluran irigasi. Di saat musim banjir, penyebarannya meluas
mengikuti aliran banjir. Ikan Sepat memangsa zooplankton, krustasea kecil
dan aneka larva serangga.
Ikan Mas (Cyprinus carpio)
Morfologis Ikan Mas mempunyai bentuk tubuh agak memanjang dan
memipih tegak. Mulut terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan.
Bagian anterior mulut terdapat dua pasang sungut berukuran pendek.
7
Secara umum, hampir seluruh tubuh ikan Mas ditutupi sisik dan hanya
sebagian kecil saja yang tubuhnya tidak ditutupi sisik. Sisik Ikan Mas
berukuran relatif besar dan digolongkan dalam tipe sisik sikloid berwarna
hijau, biru, merah, kuning keemasan atau kombinasi dari warna-warna
tersebut sesuai dengan rasnya.Klasifikasi Ikan Masadalah sebagai berikut
:Filum : Chodata, Kelas : Pisces, Sub Kelas : Teleostei, Ordo :
Ostariophysi, Sub Ordo : Cyprinoidea, Famili : Cyprinidea, Genus :
Cyprinus,Spesies : Cyprinus caprio L(Djakia, 2002)
Ikan Bawal (Colossoma macropomum)
yang telah tersebar dan berkembang serta dikenal oleh masyarakat
Indonesia yaitu Colossoma macropomum dan Colossoma bracipomum.
Pada mulanya ikan Bawal diperdagangkan sebagai ikan hias, namun
karena pertumbuhannya cepat, nafsu makan tinggi serta termasuk pemakan
segalanya ketahanan yang tinggi terhadap kondisi limnologis yang kurang
baik, disamping itu rasa dagingnya pun cukup enak, hampir menyerupai
daging ikan gurami dan dapat mencapai ukuran besar, maka masyarakat
menjadikan ikan tersebut sebagai ikan konsumsi sehingga produksinya tiap
tahun semakin meningkat (Chobiyah 2001). Klasifikasi ikan bawal air
tawar (Colossoma macropomum) menurut (Saanin, 1968) adalah sebagai
berikut : Filum : Chordata, Kelas : Pisces Ordo : Cypriniformes, Famili
: Characidae, Genus : Colossoma, Spesies : Colossoma macropomum.
8
2.2 Ikan yang ada di Perairan Rawa Gambut
Rawa gambut merupakan daerah yang merupakan hamparan tanah yang
kaya dengan tumbuhan sisa tanaman rawa atau tanaman air yang belum
mengalami perombakan.Gambut ditumbuhi oleh vegetasi yang spesifik atau yang
mempunyai ciri khas. Lahan rawa gambut adalah lahan rawa yang didominasi
oleh tanah gambut yang digenangi air. Gambut dengan hutan rawa sering disebut
dengan hutan rawa.
Daerah diantara gambut dan rawa disebut hutan bergambut. Di dalam
daerah bergambut terdapat elemen-elemen hutan rawa dan gambut. rawa dan
gambut terdapat pada satu daerah, dan biasanya gambut merupakan kelanjutan
dari rawa.
Disamping itu terdapat perbedaan antara gambut dan rawa yaitu; gambut
mempunyai lapisan gambut, yakni lapisan bahan organik yang tebal mencapai 1-
2 meter, sedangkan rawa tebal bahan organiknya lebih tipis yaitu 0,5 meter.
Kedua selalu hijau, dan mempunyai tajuk yang berlapis-lapis dengan berbagai
macam jenis.
Rasbora merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai panjang tubuh
sampai dengan 10 cm. Ikan rasbora merupakan perenang kuat dan merupakan
ikan omnivora. Ciri-ciri ikan jantan adalah warna tubuh lebih gelap sedangkan
ikan betina mempunyai warna tubuh lebih terang. Menurut (Kottelat, 1993) Genus
Rasbora memiliki 43 spesies. Hal yang membedakan antara spesies Rasbora sp.
yang satu dengan lainnya adalah morfologi dan daerah persebarannya. Betina
memiliki ciri seksual sekunder berupa bentuk perut yang lebih cembung terutama
pada masa mijah sedangkan yang jantan bentuk perutnya lebih ramping.
9
Pemijahannya membutuhkan kondisi kualitas air yang sesuai, umumnya
terjadi pada musim pancaroba. Rasbora alam akan memilih pasangan mijah yang
sesuai dan pemijahan terjadi selama beberapa hari. Telur yang telah dibuahi
diletakkan di atas substrat (Sterba, 1989) atau melekat pada tumbuhan air dan
akan menetas menjadi larva setelah 24 – 30 jam (Sterba, 1989).
Klasifikasi dari ikan rasbora adalah sebagai berikut:
Filum: Chordata;Kelas: Actinopterygii ; Ordo: Cypriniformes ; Famili
: Cyprinidae ; Genus: Rasbora;dan spesies: Rasbora argyrotaenia(Saanin,1984).
Beberapa jenis ikan di perairan rawa gambut:
Elegant Rasbora (Rasbora elegans)
Giant scissortail rasbora (Rasbora caudimaculata)
Zebra barbs (Puntius johorensis)
2.3 Kebiasaan makan dan pertumbuhan
Ikan memakan pakan yang terapung atau tidak langsung tenggelam ke dasar
perairan. Hal itu juga sesuai dengan kedudukan mulutnya yang menengadah
miring ke atas dan kebiasaan hidupnya di bagian permukaan perairan. Makanan
10
alamiahnya menunjukkan bertabiat planktivore, karena pemakan plankton dan
larva ikan lain, udang kecil, serangga dan binatang kecil yang melekat pada pasir
dan kerikil di air yang dangkal atau mengapung di dalam air atau binatang kecil
jatuh dari kayu dan tumbuhan rerumputan di tepi tebing sungai(Pamungkas
etal,2003).
2.4 Tingkat Kematangan Gonad
Tingkat kematangan gonad (TKG) adalah tahap tertentu perkembangan
godan sebelum dan sesudah ikan itu berpijah (Lagler dkk, 1962 dalam Effendi,
2002). Kematangan gonad ikan dapat digunakan untuk menentukan perbandingan
anatara ikan yang telah masak gonadnya dengan yang belum dalam suatu
perairan. Beberapa faktor yang mempengaruhi saat ikan pertama kali mencapai
matang gonad antara lain adalah perbedaan spesies, umur dan ukuran serta sifat-
sifat fisiologi individu. Sedangkan faktor luar yang berpengaruh adalah suhu, arus,
adanya individual yang berbeda jenis kelamin dan tempat berpijah yang sesuai
(Klaassen, 2001).
Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan
cara morfologi ialah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan
isi gonad yang dapat dilihat.
Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan
jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih
mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di dalam testes (Effendi, 1997).
2.5. Indeks Kematangan Gonad
Dengan nilai indeks kematangan gonad (IKG) akan sejalan dengan
perkembangan gonad, indeks kematangan gonad akan semakin bertambah besar
11
dan nilai akan mencapai kisaran maksimum pada saat akan terjadi pemijahan
(Effendie, 1979).
Di dalam proses reproduksi terjadi pemijahan sebagian besar hasil
metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad semakin bertambah berat
diimbangi dengan semakin bertambah besar ukurannya termasuk garis tengah
telurnya. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat ikan akan berpijah,
kemudian berat gonad akan menurun dengan cepat selama pemijahan sedang
berlangsung sampai selesai (Anonim 2001).
Indeks kematangan gonad (IKG) adalah suatu nilai dalam persen merupakan
hasil dari perbandingan antara berat gonad dengan berat ikan termasuk gonadnya
dikalikan dengan 100 % (Effendi, 2002).
2.6 Fekunditas
Fekunditas adalah semua telur-telur yang akan dikeluarkan pada waktu ikan
melakukan pemijahan. Dengan mengetahui fekunditas dapat ditaksir jumlah ikan
yang akan dihasilkan dan juga dapat ditentukan jumlah ikan dalam kelas umur
tertentu. Faktor-faktor yang mempengaruhi fekunditas anatara lain perbandingan
induk betina dan jantan. Faktor yang memegang peranan dalam mortalitas, faktor
genetik serta respons terhadap makanan (Yasidi dkk, 2005).
Jumlah telur yang terdapat dalam ovarium ikan dinamakan fekunditas
mutlak atau fekunditas total. Dalam ovarium biasanya ada dua macam ukuran
telur, yaitu telur yang berukuran besar dan yang berukuran kecil. Ada telur yang
berukuran besar akan dikeluarkan tahun ini, dan telur yang berukuran kecil akan
dikeluarkan pada tahun berikutnya, tetapi sering terjadi apabila kondisi
12
perairanbaik telur yang sekecilpun akan dikeluarkan menyusul telur yang besar
(Nickolsky dalam Effendi, 1979).
2.7. Indeks Hepato Somatik
Hati merupakan kelenjar tubuh yang paling besar dan memiliki multifungsi
kompleks. Pada sel hati terdapat banyak retikulum endoplasma kasar dan
retikulum endoplasma halus, hal ini menunjukkan bahwa hati mempunyai peran
dalam metabolisme.
Retikulum endoplasma (RE) merupakan labirin membran yang demikian
banyak sehingga retikulum endoplasma melipiti separuh lebih dari total membran
dalam sel-sel eukariotik, FungsiRetikulum endoplasma menampung protein yang
disintesis oleh ribosom untuk disalurkan ke kompleks golgi dan akhirnya
dikeluarkan dari sel.
Hati memiliki beberapa fungsi, antara lain detoksifikasi, yaitu hati
bertanggungjawab atas biotransformasi zat-zat berbahaya menjadi zat-zat yang
tidak berbahaya yangkemudian dieksresi oleh ginjal.
Suatu toksikan dalam hati akan diinaktifkan oleh enzimenzimdi dalam hati
tapi apabila toksikan berikatan secara terus-menerus, kemungkinanenzim di dalam
hati akan menjadi jenuh(enzim tidak mampu mendetoksifikasi toksikanlagi),
Sehingga terjadi penurunan aktivitas metabolisme dalam hati. Hal ini
akanmenyebabkan proses detoksifikasi tidak efektif lagi, maka senyawa metabolit
akandapat bereaksi dengan unsur sel dan hal tersebut dapat menyebabkan
kematian sel.Fungsi yang lain adalah pembentukan dan ekskresi empedu,
13
metabolisme garam empedu, Metabolisme karbohidrat, Sintesis protein
metabolisme dan penyimpanan lemak (Klaassen, 2001).
14
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian di laksanakan di perairan rawa gambut kampus Alpen UTU
Kabupaten Aceh Barat pada Bulan Maret 2013.yang tersebar di 3 stasiun (kolam
kampus UTU, selokan UTU, selokan Alue peunyareng)
3.2. Alat dan Bahan
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam penelitian
NO Alat Fungsi
1 Jala Untuk Mengambil Ikan Uji
2 Ember Untuk Penampung Hasil Penangkapan
3 Pisau Bedah Untuk Pembedahan Ikan Uji
4 Mistar cm Untuk Pengukuran Panjang Objek
5 Timbangan Digital Untuk Menimbang Ikan Uji
6 Alat Tulis Untuk Menulis Hasil Pengamatan
7 Plastik dalam keadaan
terbuka di ikat
mengunakan tali
Untuk Penyimpanan Ikan Uji
8 Kertas Label Untuk Memberi Label Ikan Uji
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam penelitian
NO Bahan Fungsi
1 Ikan Uji Sebagai Objek Riset
2 Aquades Sebagai pembersih Ikan Uji dan
Alat
3 Tisu Sebagai Pembersih
15
3.3. Metode Pengambilan Data
Metode yang dipakai dalam penelitian dengan mengunakan metode
deskriptif. Metode deskriptif yaitu metode yang digunakan untuk melukiskan
secara sistematik fakta atau karakteristikpopulasi tertentu atau bidang
tertentu,dalam bidang perikanan secara aktual dan cermat (Hasan, 2002).
3.4. Teknik Pengambilan Data
1. Data Primer
Data didapatkan dengan cara mengoleksi ikan uji (di jala), dilakukan
mengevaluasi profil reproduksi (fekunditas, IGS, HIS,IVS, diameter telur, TKG)
serta pengukuran berat, panjang tubuh ikan jenis.Ikan yang di uji hanya 3 spesies
dari total yang ditangkap.
2.Data Sekunder
Untuk mendukung kegiatan ini, dilakukan rujukan literatur ke perpustakaan
yang relevan dan terkini.
3.5. Prosedur Kerja
1. Pengukuran Berat panjang tubuh ikan
Prosedur kerja pada penelitian hubungan panjang berat adalah sebagai
berikut:
1. Menyiapkan ikan sebagai sampel.
2. Melakukan pengukuran panjang dan berat dengan menggunakan mistar
dan timbangan kemudian mencatatnya.
3. Memberikan label nomor untuk setiap ikan yang telah diukur panjang dan
beratnya.
4. Mencatat hasil pengukuran panjang dan berat.
16
2. Tingkat kematangan gonad
Prosedur kerja pada penelitian tingkat kematangan gonad adalah sebagai
berikut:
1. Melakukan pembedahan untuk mengambil sampel gonad dari masing-
masing sampel ikan yang telah diberi label.
2. Menentukan jenis kelamin ikan dari sampel tersebut.
3. Mengamati tingkat kematangan gonad dari masing-masing sampel gonad
dengan mengamati ciri-ciri visual yang ditunjukkan oleh gonad tersebut.
4. Mencatat tingkat kematangan gonad dari masing-masing sampel tersebut
dengan rumus:
IndeksGonadSomatik =����������(�)
����������(�)�100%(Efendie, I. M. , 1997)
3. Indeks Hepato somatik (IHS)
Indeks Hepato somatik (IHS) ialah perbandingan antara berat hati dan berat
tubuh ikan dinyatakan dalam persen. Semakin tinggi tingkat kematangan gonad
maka nilai IHS pun semakin tinggi, hal ini terjadi karena adanya
prosevitelogenesis pada hati ikan.IHS dapat ditentukan dengan menggunakan
rumus berikut:
IndeksHepatoSomatik =���������(�)
����������(�)�100%(Efendie, I.M., 1997)
4.Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah telur persatuan bobot atau panjang ikan. Dari telur
yangdikeluarkan diambil sekitar 0.1 g sebagai sampel.Kemudian jumlah telur
dihitung satu persatu. Fekunditasdihitung dengan menggunakan persamaan:
17
F =���
�(Efendie, I. M. , 1997)
Keterangan : F = Fekunditas
G = Bobot telur total/gonad (g)
X = Jumlah telur sampel (butir)
Q = Bobot telur sampel (g)
5.Indeks Viseral Somatik
Indeksviseral somatik (IVS) ialah perbandingan antara berat jeroan ikan
dan berat tubuh ikan dinyatakan dalam persen dengan rumus:
IndeksViseralSomatik =Beratjeroan(g)
BeratTubuh(g)x100%(Efendie, I. M. , 1997)
Turun Lapangan :
Menjala
Koleksi Ikan
Evaluasi : Morfologi (Panjang,
Berat)
Identifikasi, IGS, Fekunditas,
Diameter Telur, HIS, IVS
Analisis Data
Finish
18
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Hasil beberapa aspek reproduksi ikan hasil tangkapan di perairan Kampus
UTU stasiun 1 (kolam Fpik) yang terdiri dari beberapa jenis ikan (2 Mas, 1 Nila, 2
Sepat) yang meliputi aspek reproduksi IHS, IVS, IGS.
Tabel 1. Profil Reproduksi Ikan Pada ST. 1 ( Kolam Fpik )
Hasil beberapa aspek reproduksi ikan hasil tangkapan di perairan Kampus
UTU stasiun 2 (Selokan REKTORAT) yang terdiri dari beberapa jenis ikan (2
Mas, 2 Sepat) yang meliputi aspek reproduksi IHS, IVS, IGS.
Tabel 2. Profil Reproduksi Ikan Pada ST 2 ( Selokan REKTORAT )
NO
Nama Ikan
JK
B. Tubuh
(g)
P. Total (cm)
P. Baku (cm)
B. Hati (g)
B. Visceral
(g)
Gonad (g)
Telur (btr)
IHS (%)
IVS (%)
IGS (%)
1 Sepat B 5,21 7 6 0,9 0,58 0,7 231 17,2 11,1 13,4 2 Sepat B 8,30 8 7 0,12 0,97 0,39 140 1,44 11,6 4,69 3 Mas B 18,89 11,5 9 0,18 2,52 1,01 333 0,95 13,3 5,34 4 Mas J 11,13 9,5 7,5 0,09 0,61 0,5 - 0,80 5,48 4,49
NO
Nama Ikan
JK
B. Tubuh
(g)
P. Total (cm)
P. Baku (cm)
B. Hati (g)
B. Visceral (g)
Gonad (g)
Telur (btr)
IHS (%)
IVS (%)
IGS (%)
1 Sepat B 6,65 8 6,5 0,19 0,88 0,9 288 2,85 13,2 13,5
2 Sepat B 7,39 7,5 6,5 0,71 1,04 0,9 297 9,60 14,0 12,1
3 Mas J 20,55 12 9,5 0,18 1,60 0,6 - 0,87 7,78 2,91
4 Mas J 9,98 9 7 0,13 0,76 0,5 - 1,30 7,61 5,01
5 Nila J 7,57 8 6,5 0,06 0,66 0,5 - 0,79 8,71 6,60
19
Hasil beberapa aspek reproduksi ikan hasil tangkapan di perairan Kampus
UTU stasiun 3 (Selokan Depan UTU) yang terdiri ari beberapa jenis ikan (1 Mas,
2Nila) yang meliputi aspek reproduksi IHS, IVS, IGS.
Tabel 3. Profil Reproduksi Ikan Pada ST 3 ( Selokan Depan UTU )
4.2. Pembahasan
Dari Hasil pada Tabel 1. Terlihat bahwa profil reproduksi dari Ikan Hasil
Tangkapan di Sampling Ikan Sepat sebagai berikut : IHS = 17,2%. IVS = 11,1%.
IGS = 13%. Jumlah telur = 288 butir dan IHS 1,65%. IVS = 15,6%. IGS = 13,5%,
Jumlah telur = 297 butir dan Sampling Ikan Mas Jantan sebagai berikut: IHS =
0,87%. IVS = 7,78% dan IHS = 1,30. IVS = 7,61 dengan Berat Total Tubuh =
9,98 dan Sampling Ikan Nila Jantan IHS = 0,79. IVS = 8,71 dengan Berat Total =
7,57. Heltonika (2009) melaporkan nilai IVS menunjukan adanya penurunan
dengan kenaikan kematanggan gonad. Nilai tertinggi pada TKG V sebesar 4,61%
dan terendah sebesar 2,79% dalam hal ini jelas terlihat dalam proses reproduksi,
ikan akan membutuhkan meterial yang besar , baik itu yang akan diubah menjadi
energi maupun yang akan dialokasikan untuk perkembangan gonad. Pada kondisi
habitatnya alaminya seperti dilaporkan Sulistyo et al (2007) nilai IVS maksimal
dan minimal di capai 7,32%.
NO
Nama Ikan
JK
B. Tubuh
(g)
P. Total (cm)
P. Baku (cm)
B. Hati (g)
B. Visceral
(g)
Gonad (g)
Telur (btr)
IHS (%)
IVS (%)
IGS (%)
1 Nila J 5,40 7 5,5 0,12 0,60 0,4 - 2,22 11,1 7,40
2 Nila J 11,60 9 7,5 0,12 1,10 0,5 - 1,03 9,48 4,31
3 Mas J 10,88 9,5 8 0,11 0,58 0,5 - 1,01 5,33 4,59
20
Dari hasil pada Tabel 2 terlihat bahwa profil reproduksi dari ikan yang di
sampling sebagai berikut: IHS = 17,2% ikan sepat IVS=11,1%. IGS = 13,4% dan
jumlah terur yang dihasilkan 231 butir sedangkan ikan sepat yang ke 2. IHS =
1,44%. IVS = 11,6%. IGS = 4,69% dengan jumlah telur 140 butir. Ikan mas betina
IHS = 1,44%. IVS = 13,3%. IGS = 5,34% dan jumlah telur 333 dan ikan mas yang
jantan IHS = 0,80%. IVS = 5,48%. IGS = 4,49%. Indikasi ini mencerminkan
perkembangan gamet (ovarium/testis), dimana jika nilainya semakin tinggi
perkembangan gonadnya juga semakin maju Suryati (2008) melaporkan bahwa
nilai IGS >12% mencirikan ikan dalam fase tingkat perkembangan gonad akhir.
Kemudian Effendie (1997) nilai IGS 19% mencirikan ikan mampu mengeluarkan
telurnya.Menurut Effendi (1979) menyatakan bahwa nilai IGS akan semakin
meningkat dan akan mencapai nilai maksimum pada saat akan terjadi pemijahan.
Pada ikan betina nilai IGS berkisar antara 1-25%, dan pada IGS 19% ada yang
sanggup mengeluarkan telurnya. Sedangkan nilai IGS ikan jantan 5-10%, lebih
kecil dibandingkan betina, yang disebabkan pada ikan betina terdapat
pengendapan kuning telur.
Nilai IHS sejalan dengan kemajuan perkembangan ovarium. Sheikh et al
(1995). Menyebutkan organ hati merupakan organ penimbun cadangan yang akan
dibongkar untuk mendukung perkembangan oosit. Kemudian berbicara tentang
IHS, IVS dan IGS ini kaitanya dengan pencernaan dan penyerapan zat makanan
tersebut sehingga makanan dapat dicerna , diserap dan selanjutnya dimanfaatkan
oleh tubuh ikan sebagai sumber materi dan energi (Fujaya, 2004). Dari hasil Tabel
3 terlihat bahwa profil reproduksi dari ikan yang berhasil di sampling sebagai
berikut : IHS = 2,22%. IVS = 11,1%.IGS = 7,40% dan ikan nila yang ke 2 IHS =
21
1,03%. IVS = 9,40%. IGS = 4,31% Dan ikan IHS = 1,01%. IVS = 5,33%. IGS =
4,59%. Jika di bandingkan dengan hasil yang di capai Sulistyo el al . (2007) nilai
HIS ikan berada pada kisaran 1,02% - 1,61% sedangkan hasil penggamatan
Heltonika (2009) nilai IHSnya didapat rata-rata tertinggi 1,28%dan terrendah 1%.
Hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian. Penelitian ini menghasilkan
ikan sebanyak 12 ikan hasil tangkapan dengan 3 jenis ikan yang berbeda terdiri
dari ikan mas 4 ekor, ikan Nila 4 ekor, ikan sepat 4 ekor, yang biasanya di
maanfaatkan oleh masyarakat sebagai ikan konsumsi.
22
V.KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Profil reproduksi ikan yang terdapat di kolam Fpik yaitu ikan sepat dengan
nilai sebagai berikut: IHS=2,85%. IVS = 13,2%, IGS = 13.5%. IHS 1,65%.
IVS = 15,6%. IGS = 13,5% dan ikan Mas IHS = 0,87%. IVS = 7,78%. IGS =
2,91% dan ikan Nila IHS = 0,79% IVS = 8,71%. IGS = 6.60%. menunjukan
adanya penurunan dengan kenaikan kematanggan gonadikan akan
membutuhkan meterial yang besar baik itu yang akan diubah menjadi energi
maupun yang akan dialokasikan untuk perkembangan gonad.
2. Profil reproduksi ikan di selokan Rektorat yaitu Sepat dengan nilai sebagai
berikut: IHS =17,2%. IVS = 11,1%. IGS =13,4%, dan ikan Sepat yang ke 2.
IHS = 1,44%. IVS = 11,6%. IGS = 4,69%. Dan ikan Sepat yang 3. IHS =
0,95%. IVS = 13,3%. IGS = 5,34%.dan ikan Mas nilai IHS = O,80%. IVS =
5,48%. IGS = 4,49%Indikasi ini mencerminkan perkembangan gamet
(ovarium/testis), dimana jika nilainya semakin tinggi perkembangan gonadnya
juga semakin maju
3. Profil reproduksi ikan yang tertangkap di selokan depan UTU yaitu Nila
dengan nilai sebagai berikut: IHS = 2,22%. IVS = 11,1%. IGS = 7,40% dan
ikan Nila yang ke 2 nilai IHS = 1,03%. IVS = 9,48%, IGS = 4,41% dan ikan
Mas nilai IHS = 1,01%. IVS = 5,33%. IGS = 4,59% hasil ini menunjukan ikan
dalam fase IHS ikan pada tahap pengumpulan energi yang kemudian akan
diduga sebagai deposit energi dalam mendukung perkembangan ovari nilai IHS
sejalan dengan kemajuan perkembangan ovarium.
23
5.2Saran
Perlu diadakan studi lanjut yang lebih lama (1 tahun) melihat perubahan-
perubahan yang terjadi pada siklus Reproduksi.