4
Kenaikan Harga BBM dari Sudut Pandang Industri Migas Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 500 per liter yang resmi diberlakukan pemerintah pada Sabtu (28/3), disebabkan nilai rupiah yang melemah. Bagaimana dari aspek industry migas ? Kenaikan kebutuhan minyak dunia semakin menjadi-jadi. Cina menyatakan dirinya mengurangi batubara, dan secara aktif mencari sumber migas diluar negaranya (termasuk Indonesia). Mulai awal abad 21 ini fluktuasi (naik- turunnya) produksi OPEC tidak berkorelasi dengan harga minyak. Bahkan ketika OPEC meningkatkan produksi pada tahun 2000 inipun tetap harga meningkat terus. Saya menduga harga minyak mulai saat itu dikontrol oleh konsumen (demand). Karena kebutuhan sangat jauh diatas supply. Kontrol OPEC menjadi sangat jauh berkurang, di sisi lain, harga minyak dunia justru mengalami penurunan Harga minyak rendah saat ini justru menguntungkan Amerika. Padahal kita tahu itu peperangan antara Sheik vs Shale. Walaupun shale oil (gas) terpukul namun secara luas Amerika beruntung. Tulisan atau artikel terbaru dari Bloomberg (15 April 2015) juga mengiyakan bahwa Amerika beruntung termasuk juga negara-negara Asia. Secara global dunia beruntung namun keuntungan ini tidak merata bahkan ada region yang untung besar dan ada yang untung sdikit bahkan tidak sedikit yang merugi. Yang beruntung tentu saja adalah negara-negara net importir minyak sedangkan yang rugi adalah negara-negara peneksport minyak. Indonesia termasuk negara net importir minyak. Maka sudah semestinya secara nasional Indonesia juga beruntung dengan turunnya harga minyak ini. Sebagai pekerja migas, tentunya lebih senang apabila harga minyak dunia itu setinggi langit. Gaji selangit

BBM Naik

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nknkn

Citation preview

Kenaikan Harga BBM dari Sudut Pandang Industri Migas

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar Rp 500 per liter yang resmi diberlakukan pemerintah pada Sabtu (28/3), disebabkan nilai rupiah yang melemah. Bagaimana dari aspek industry migas ?Kenaikan kebutuhan minyak dunia semakin menjadi-jadi. Cina menyatakan dirinya mengurangi batubara, dan secara aktif mencari sumber migas diluar negaranya (termasuk Indonesia). Mulai awal abad 21 ini fluktuasi (naik-turunnya) produksi OPEC tidak berkorelasi dengan harga minyak. Bahkan ketika OPEC meningkatkan produksi pada tahun 2000 inipun tetap harga meningkat terus. Saya menduga harga minyak mulai saat itu dikontrol oleh konsumen (demand). Karena kebutuhan sangat jauh diatas supply. Kontrol OPEC menjadi sangat jauh berkurang, di sisi lain, harga minyak dunia justru mengalami penurunanHarga minyak rendah saat ini justru menguntungkan Amerika. Padahal kita tahu itu peperangan antara Sheik vs Shale. Walaupun shale oil (gas) terpukul namun secara luas Amerika beruntung.

Tulisan atau artikel terbaru dari Bloomberg (15 April 2015) juga mengiyakan bahwa Amerika beruntung termasuk juga negara-negara Asia. Secara global dunia beruntung namun keuntungan ini tidak merata bahkan ada region yang untung besar dan ada yang untung sdikit bahkan tidak sedikit yang merugi.

Yang beruntung tentu saja adalah negara-negara net importir minyak sedangkan yang rugi adalah negara-negara peneksport minyak. Indonesia termasuk negara net importir minyak. Maka sudah semestinya secara nasional Indonesia juga beruntung dengan turunnya harga minyak ini.

Sebagai pekerja migas, tentunya lebih senang apabila harga minyak dunia itu setinggi langit. Gaji selangit dengan bonus berlimpah, dan fasilitas tumpah-ruah. Tetapi sebagian lain yang tidak bekerja dalam bidang migas tentunya bertanya-tanya, mengapa harga minyak bisa setinggi bintang ?Ini eksplorasi minyak, bukan pabrik minyak.

Usaha eksplorasi migas dan juga usaha pertambangan pada umumnya, mereka tidak dapat menentukan harga komoditas yang dihasilkannya. Perusahaan ice-cream, pasta gigi, sarung tenun dan sebangsanya, tentunya akan mematok harga mahal bila produknya dibuat dengan tehnologi tinggi dan menggunakan bahan tercanggih serta proses yang sophisticated. Ya tentunya saja karena biayanya mahal maka produknya mahal. Namun hal ini tidak mungkin terjadi pada migas serta produk pertambangan. Tidak mungkin produsen minyak mengatakan karena minyak ini diproduksi dari laut utara yang ganas serta dengan teknologi canggih maka minyak ini mahal. Tidak bisa mereka menentukan harganya dengan cara itu. Juga tidak mengatakan karena.

minyak diambil di laut dalam maka harga minyaknya lebih mahal dari harga minyak yg diproduksi di darat. Tidak bisa begitu.

Minyak bumi dijual sesuai hukum pasar, perbandingan jumlah produksi dan kebutuhan (supply-demand). Bila kebutuhan lebih dari produksi tentunya harga anjlok dan sebaliknya. Kegiatan jual beli minyak itu sangat kapitalis dan pasar bebas. Fluktuasi harganya sering disebabkan karena banyak hal supply-demand, sentimen pasar, politik, perang, dan bahkan ulah pedagang. Sedemikian peliknya dinamikanya sehingga sering dituduh dimainkan oleh siapapun yang memperoleh keuntungan darinya (konspirasi),

Dengan demikian maka keuntuntungan perusahaan migas diperoleh bila mampu menghasilkan migas secara efisien. Siapa yang paling efisien dalam memproduksi migas maka dialah yang paling banyak keuntungannya. Sehingga perusahaan migas akan berhitung dengan lebih jeli bila harganya turun, atau harga rendah.

Kecenderungan yang ada saat ini adalah kekhawatiran kekurangan supply karena besarnya proyeksi kebutuhan dimasa mendatang. Dengan ketakutan inilah maka future trading menjadikan harga rusak berantakan. Semua ketakutan dimasa mendatang tidak akan kebagian. Sehingga saat ini mau-mau saja membeli dengan harga sangat tinggi dan akhirnya cenderung naik.

SUMBER

http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/15/03/28/nlwvum-wapres-harga-bbm-naik-karena-rupiah-melemahhttps://rovicky.wordpress.com/2015/04/17/harga-minyak-anjlok-siapa-untung-siapa-buntung/https://rovicky.wordpress.com/2008/05/23/peran-opec-dalam-mengendalikan-harga-minyak/https://rovicky.wordpress.com/2008/04/21/apakah-konspirasi/https://rovicky.wordpress.com/2015/02/24/harga-minyak-tidak-tergantung-teknologi/