30
LAPORAN PENDAHULUAN BAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR) Disusun oleh : Arum Rakhmawati P17420213044 II B KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

bblr.doc

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN PENDAHULUANBAYI BARU LAHIR RENDAH (BBLR)

Disusun oleh :

Arum Rakhmawati

P17420213044

II B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2015

A. Latar belakang

Bayi lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian masyarakat yang ditandai dengan berat lahir kurang dari 2500 gram.Kejadian BBLR pada dasarnya berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan kebutuhan konsumsi makanan pun kurang.Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja tejadi pada mereka dengan status perekonomian yang cukup. Hal ini dapat berkaitan dengan paritas, jarak kelahiran, kadar hemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal. BBLR termasuk faktor utama dalam peningkatan mortalitas, morbiditas dan diabilitas neonatus, bayi dan anak serta memberikan dampak jangka panjang terhadap kehidupannya di masa depan.

BBLR yang tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada semua sistem organ tubuh meliputi gangguan pada pernafasan (aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum), gangguan pada sistem pencernaan (lambung kecil), gangguan sistem perkemihan (ginjal belum sempurna), gangguan sistem persyarafan (respon rangsangan lambat).Selain itu bayi berat lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik serta tumbuh kembang.

BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akanmemperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan kecerdasan (Depkes RI, 2005).

Bayi yang lahir dengan berat lahir rendah (BBLR) memerlukan perawatan yang tepat agar tidak terjadi hal-hal yang membahayakan bayi seperti yang telah disebutkan diatas.Bidan dan perawat adalah bagian dari pemberi pelayanan yang ikut berperan penting dalam memberikan perawatan pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).

B. PengertianBerat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2. 500 gram (sampai dengan 2. 499 gram). (Prawirohardjo, 2006: 376).Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram. Penyebab terjadinya BBLR antara lain karena ibu hamil anemia, kurang suply gizi waktu dalam kandungan, ataupun lahir kurang bulan. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah perlu penanganan yang serius, karena pada kondisi tersebut bayi mudah sekali mengalami hipotermi yang biasanya akan menjadi penyebab kematian. (Depkes RI, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.

C. Etiologi

Menurut Depkes (2006) terdapat tiga faktor yang mempengaruhi terjadinya BBLR, yaitu:1. Faktor ibua. Gizi ibu hamil yang kurangKekurangan gizi pada ibu hamil dapat memengaruhi proses pertumbuhan janin dan dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayilahir mati, kematian neonatal, cacat bawaan, anemia pada bayi, asfiksia. Intra partum (mati dalam kandungan) lahir dengan berat badan rendah (BBLR). Indikator lain untuk mengetahui status gizi ibu hamil adalah dengan mengukur LLA. LLA adalah Lingkar Lengan Atas. LLA kurang dari 23,5 cm merupakan indikator kuat untuk status gizi yang kurang/ buruk. Ibu berisiko untuk melahirkan anak dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).b. Umur kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahunKelahiran bayi BBLR lebih tinggi pada ibu-ibu muda berusia kurang dari 20 tahun. Remaja seringkali melahirkan bayi dengan berat lebih rendah. Hal ini terjadi karena mereka belum matur dan mereka belum memiliki sistem transfer plasenta seefisien wanita dewasa. Pada ibu yang tua meskipun mereka telah berpengalaman, tetapi kondisi badannya serta kesehatannya sudah mulai menurun sehingga dapat memengaruhi janin intra uterin dan dapat menyebabkan kelahiran BBLR. Faktor usia ibu bukanlah faktor utama kelahiran BBLR, tetapi kelahiran BBLR tampak meningkat pada wanita yang berusia di luar usia 20 sampai 35 tahun.c. Jarak hamil dan persalinan terlalu dekatJarak kehamilan kurang dari 2 tahun dapat menimbulkan pertumbuhan janin kurang baik, persalinan lama dan perdarahan pada saat persalinan karena keadaan rahim belum pulih dengan baik. Ibu yang melahirkan anak dengan jarak yang sangat berdekatan (di bawah dua tahun) akan mengalami peningkatan risiko terhadap terjadinya perdarahan pada trimester III, termasuk karena alasan plasenta previa, anemia dan ketuban pecah dini serta dapat melahirkan bayi dengan berat lahir rendah.d. Paritas ibuAnak lebih dari 4 dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan janin sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir rendah dan perdarahan saat persalinan karena keadaan rahim biasanya sudah lemah.e. Penyakit menahun ibu seperti hypertensi, jantung, ganguan pembuluh darah (perokok)1) Asma bronkiale2) Infeksi saluran kemih dengan bakteriuria tanpa gejala (asimptomatik)3) Hipertensi4) Gaya hidup2. Faktor kehamilana. Hamil dengan HydramnionHidramnion atau kadang-kadang disebut juga polihidramnion adalah keadaan di mana banyaknya air ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion harus dianggap sebagai kehamilan dengan risiko tinggi karena dapat membahayakan ibu dan anak.b. Hamil GandaBerat badan satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000 gram lebih ringan daripada janin kehamilan tunggal. Berat badan bayi yang baru lahir umumnya pada kehamilan kembar kurang dari 2500 gram. Suatu faktor penting dalam hal ini ialah kecenderungan terjadinya partus prematurus.c. Perdarahan AntepartumPerdarahan antepartum merupakan perdarahan pada kehamilan diatas 22 minggu hingga mejelang persalinan yaitu sebelum bayi dilahirkan. Komplikasi utama dari perdarahan antepartum adalah perdarahan yang menyebabkan anemia dan syok yang menyebabkan keadaan ibu semakin jelek. Keadaan ini yang menyebabkan gangguan ke plasenta yang mengakibatkan anemia pada janin bahkan terjadi syok intrauterin yang mengakibatkan kematian janin intrauterine. Bila janin dapat diselamatkan, dapat terjadi berat badan lahir rendah, sindrom gagal napas dan komplikasi asfiksia.d. Preeklamsi dan EklampsiPre-eklampsia/eklampsia dapat mengakibatkan keterlambatan pertumbuhan janin dalam kandungan atau IUGR dan kelahiran mati. Hal ini disebabkan karena Pre-eklampsia/Eklampsia pada ibu akan menyebabkan perkapuran di daerah plasenta, sedangkan bayi memperoleh makanan dan oksigen dari plasenta, dengan adanya perkapuran di daerah plasenta, suplai makanan dan oksigen yang masuk ke janin berkurang.e. Ketuban Pecah DiniKetuban Pecah Dini (KPD) disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan membran yang diakibatkan oleh adanya infeksi yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Pada persalinan normal selaput ketuban biasanya pecah atau dipecahkan setelah pembukaan lengkap, apabila ketuban pecah dini, merupakan masalah yang penting dalam obstetri yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi ibu.3. Faktor Janin

a. Cacat Bawaan / Kelainan CongenitalKelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital, umumnya akan dilahirkan sebagai Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi Berat Lahir Rendah dengan kelainan kongenital yang mempunyai berat kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama kehidupannya .b. Infeksi dalam RahimInfeksi hepatitis terhadap kehamilan bersumber dari gangguan fungsi hati dalam mengatur dan mempertahankan metabolisme tubuh, sehingga aliran nutrisi ke janin dapat terganggu atau berkurang. pengaruh infeksi hepatitis menyebabkan abortus atau persalinan prematuritas dan kematian janin dalam rahim. Wanita hamil dengan infeksi rubella akan berakibat buruk terhadap janin. Infeksi ini dapat menyebabkan bayi berat lahir rendah, cacat bawaan dan kematian janin.D. Klasifikasi bblrMenurut (Atikah, 2010) klasifikasi BBLR, yaitu:

1. Menurut harapan hidupnya:a. Bayi berat lahir rendah (BBLR) berat lahir 1500-2500 gramb. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) berat lahir 1000-1500 gramc. Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram2. Menurut masa gestasinya BBLR dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Prematuritas murni

Prematuritas murni adalah bayi lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa gestasi itu atau biasa disebut Neonatus Kurang Bulan Sesuai untuk Masa Kehamilan (NKBSMK). Karakteristik bayi premature adalah berat lahir sama dengan atau kurang dari 2500 gram, panjang badan kurang atau sama dengan 45 cm, lingkar dada kurang dari 30cm, lingkar kepala kurang dari 33 cm, umur kehamilan kurang dari 37 minggu. Lebih dari 60% BBLR terjadi akibat bayi lahir premature. Semakin awal bayi lahir, semakin belum sempurna perkembangan organ-organnya, semakin rendah berat badannya saat lahir dan semakin tinggi resikonya untuk mengalami berbagai komplikasi berbahaya.

b. Dismaturitas

Adalah bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi dismatur/ small for gestational age merupakan bayi dengan berat badan lahir tidak sesuai dengan masa kehamilan, seperti bayi lahir setelah sembilan bulan dengan berat badan tidak mencapai 2500 gram.E. Tanda dan Gejalaa. Gejala klinis sebelum bayi dilahirkan :

1. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus partus prematurus dan lahir mati.

2. Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.

3. Pergerakan janin yang pertama (quikening) terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat, walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.

4. Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.

5. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidramnion atau bisa pula hidramnion, hiperemesis gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toxemia gravidarum.

b. Setelah bayi lahir dibedakan antara bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin, bayi prematur, bayi prematur dan bayi KMK.

a) Bayi premature

1) Vernik kaseosa sedikit/tidak ada

2) Jaringan lemak bawah kulit sedikit

3) Tulang tengkorak lunak mudah bergerak

4) Menangis lemah

5) Kulit tipis, merah dan stranparan

6) Tonus otot hipotoni

b) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin

1) Tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas

2) Kulit tipis, kering, berlipat-lipat mudah di angkat

3) Abdomen cekung atau rata

4) Tali pusat tipis, lembek dan berwarna kehijauan

5) Bayi dengan retardasi pertumbuhan intrauterin sama dengan bayi KMK (Mochtar, 1998)

F. Patofisiologi

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan (prematur) disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya bayi lahir cukup bulan (usia kehamilan 38 minggu), tapi berat badan (BB) lahirnya lebih kecil ketimbang masa kehamilannya, yaitu tidak mencapai 2.500 gram. Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi, hipertensi dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi jadi berkurang.

Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak mengalami hambatan. Ibu dengan kondisi kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderita anemia.

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, dan anemia pada bayi yang dilahirkan.

G. Komplikasi

Beberapa penyakit yang ada hubungannya dengan bayi prematur yaitu :

a. Sindrom gangguan pernapasan idiopatik disebut juga penyakit membran hialin karena pada stadium terakhir akan terbentuk membran hialin yang melapisi alveoulus paru.

b. Pneumonia Aspirasi

Disebabkan karena infeksi menelan dan batuk belum sempurna, sering ditemukan pada bayi prematur.

c. Perdarahan intra ventikuler

Perdarahan spontan diventikel otot lateral biasanya disebabkan oleh karena anoksia otot. Biasanya terjadi kesamaan dengan pembentukan membran hialin pada paru. Kelainan ini biasanya ditemukan pada atopsi.

d. Hyperbilirubinemia

Bayi prematur lebih sering mengalami hyperbilirubinemia dibandingkan dengan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan faktor kematangan hepar sehingga konjungtiva bilirubium indirek menjadi bilirubium direk belum sempurna.

e. Masalah suhu tubuh

Masalah ini karena pusat pengeluaran nafas badan masih belum sempurna. Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapan bertambah. Otot bayi masih lemah, lemak kulit kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan. Kemampuan metabolisme panas rendah, sehingga bayi BBLR perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat dipertahankan sekitar (36,5 37,50C). (Manuaba, 1998 )

H. Pemeriksaan Penunjang

I. Pemeriksaan Diagnostik

a. Studi cairan amniotic, dilakukan selama kehamilan untuk mengkaji maturitas janin.

b. Darah lengkap: penurunan hemoglobin/hemotrokrit (Hb/Ht) mungkin kurang dari 10.000 /m3dengan pertukaran ke kiri (kelebihan dini netrofil dan pita) yang biasanya dihubungkan dengan penyakit bakteri berat.

c. Golongan darah: menyatakan potensial inkompatibilitas ABO.

d. Kalsium serum: mungkin rendah.

e. Elektrolit (Na, k, cl).

f. Penentuan RH dan contoh langsung (bila ibu Rh negatif positif) : menentukan inkompatabilitas.

g. Gas darah arteri (GDA): PO2menurun, PCO2meningkat, asidosis, sepsis, kesulitan nafas yang lama.

h. Laju sedimentasi elektrolit: meningkat menunjukan respon inflamasi akut.

i. Protein C reaktif (beta globulin) ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya proses radana enfeksius.

j. Trombosit: trombositopenia dapat menyertai sepsis.

k. Test shoke aspirat lambung: menentukan ada/tidaknya surfaktan. (Doengoes, 2006)

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian a. Riwayat Maternal1) Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)

2) Kehamilan ganda ( gemeli)

3) Status ekonomi rendah, malnutrisi dan ANC kurang

4) Adanya riwayat kelahiran prematur sebelumnya

5) Infeksi: TORCH, penyakit kelamin dll

6) Kondisi kehamilan: toksemia gravidarum, KPD, plasenta previa dll

7) Penggunaan Narkoba, alkohol, rokok

b. Riwayat Kelahiran 1. Gestasi : 24- 37 minggu

2. BB : < 2500 gram

3. Apgar Stroke

c. Sistem kardiovaskuler 1. HR : 120-160 x/menit

2. Saat lahir mungkin terdapat murmur: indikasi adanya shunt ke kiri dan tekanan paru yang masih tinggi atau adanya atelektasis

d. Sistem gastrointestinal1) Abdomen menonjol

2) Pengeluaran mekonium: 12-24 jam

3) Refleks hisap lemah, koordinasi mengisap dan menelan lemah

4) Anus: paten, jika tidak pertanda kelainan kongenital

5) Berat badan kurang 2500(5lb 8 oz).

e. Sistem integumen 1) Kulit: pucat, sianosis, ikterik, kutis marmorata atau kemerahan

2) Kulit tipis, transparan, halus dan licin

3) Verniks caseosa sedikit dengan lanugo banyak

4) Terdapat edema umum atau lokal

5) Kuku pendek

6) Rambut sedikit dan halus

7) Garis tangan sedikit dan halus

f. Sistem muskuloskeletal 1) Tulang rawan telinga (Cartilago ear) belum berkembang, telinga halus dan lunak

2) Tulang kepala dan tulang rusuk lunak

3) Reflek kurang dan letargi

g. NeurosensoriTubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).

Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32. Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.

h. PernafasanSkor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur; pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).

i. KeamananSuhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah mungkin memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau sianosis/pucat. Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh.

Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.

j. SeksualitasGenetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora, dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin banyak atau tidak ada pada skrotum.

2. Diagnosa yang Mungkin Muncula. Tidak efektifnya pola nafas berhubungan dengan maturitas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik b. Resiko tinggi tidak efektifnya thermoregulasi berhubungan dengan perkembangan SSP imatur (pusat regulasi suhu), penurunan rasio massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak sub kutan. c. Resiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan immaturitas organ tubuhd. Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.e. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur3. Intervensi Keperawatan DX I : Pola nafas tidak efektif b.d imatur pusat pernafasan / otot pernafasan masih lemahTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan pola nafas kembali efektifNOC : Respiratory status : ventilationKriteria hasil : Bernafas mudah

Tidak ada suara tambahan

Ekspansi dada simetris

Irama nafas normal

Tanda tanda vital dalam batas normal

Skala indikator :1 : Tidak pernah menunjukan

2 : Jarang menunjukan

3 : Kadang menunjukan

4 : Sering menunjukan

5 : Selalu menunjukan

NIC : Vital Sign Monitory

Intervensi : 1. Observasi pola Nafas.

2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas

3. Observasi adanya sianosis.

4. Monitor dengan teliti hasil pemeriksaan gas darah.

5. Tempatkan kepala pada posisi hiperekstensi.

6. Beri O2 sesuai program dokter

7. Observasi respon bayi terhadap ventilator dan terapi O2.

8. Atur ventilasi ruangan tempat perawatan klien.

9. Kolaborasi dengan tenaga medis lainnya.DX II : Resiko terhadap perubahan suhu tubuh (termoregulasi) b.d pusat pengaturan suhu tubuh yang belum sempurna, penurunan lemak subkutan

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan suhu tubuh dalam batas normalNOC : ThermoregulationKriteria hasil : Suhu tubuh dalam rentang normal

Tidak ada perubahan warna kulit

Nadi dan respirasi dalam rentang normal

Hidrasi adekuat

Skala indikator :1 : Tidak pernah menunjukan2 : Jarang menunjukan3 : Kadang menunjukan

4 : Sering menunjukan5 : Selalu menunjukanNIC : Temperature regulationIntervensi : 1. Monitor suhu tubuh minimal setiap 2 jam

2. Monitor tanda tanda hipertermi atau hipotermi

3. Monitor tanda tanda vital

4. Monitor warna dan suhu kulit

5. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

6. Selimuti pasien untuk mencegah hilangnya kehangatan tubuh

7. Rawat bayi dalam inkubator8. Hindari bayi dari pengaruh yang dapat menurunkan suhu tubuh.

9. Ganti pakaian setiap basah.DX III : Resiko terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d otot pencernaan yang masih lemah (imatur sfingter cardioesofagus ),ketidak adekuatan simpanan nutrisi

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan nutrisi pasien terpenuhiNOC : Nutritional status : Food and fluid intakeKriteria hasil :

Reflek hisap dan menelan baik

Muntah (-)

Kembung (-)

BAB lancar

Berat badan meningkat 15 gr/hr

Turgor elastis.Skala indikator :1 : Tidak pernah menunjukan2 : Jarang menunjukan3 : Kadang menunjukan4 : Sering menunjukan5 : Selalu menunjukanNIC : Pengelolaan nutrisiIntervensi :

Observasi intake dan output.

1. Observasi reflek hisap dan menelan.

2. Beri minum sesuai program

3. Pasang NGT bila reflek menghisap dan menelan tidak ada.

4. Monitor tanda-tanda intoleransi terhadap nutrisi parenteral.

5. Kaji kesiapan untuk pemberian nutrisi enteral

6. Kaji kesiapan ibu untuk menyusu.

7. Timbang BB setiap hari.DX V: Resiko kekurangan volume cairan b.d regulasi berlebihan imatur ginjal (kegagalan untuk mengkosentrasi urin)

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan kebutuhan cairan pasien dapat terpenuhi atau tercukupi

NOC : Fluid balanceKriteria hasil : Mempertahankan output urin sesuai dengan usia dan berat badan

Tanda tanda vital dalam batas normal

Tidak ada tanda tanda dehidrasi

Elastisitas turgor kulit baik

Membran mukosa lembab,

Tidak ada rasa haus yang berlebi

Skala indikator :1: Tidak pernah menunjukan2: Jarang menunjukan3: Kadang menunjukan4: Sering menunjukan5: Selalu menunjukanNIC : Fluid ManagementIntervensi :1. Timbang popok tiap kali ganti

2. Pertahankan cairan intake dan output yang adekuat

3. Monitor status hidrasi ( kelembaban membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah orotostatik )

4. Monitor TTV

5. Kolaborasi pemberian cairan IVDX VII: Resiko terhadap infeksi b.d daya tahan tubuh menurun

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama proses keperawatan diharapkan klien terbebas dari resiko infeksiNOC : Status imunKriteria hasil : Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi Keluarga menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

Jumlah leukosit dalam batas normal

Skala indikator :1: Tidak pernah menunjukan2: Jarang menunjukan3: Kadang menunjukan4: Sering menunjukan5: Selalu menunjukanNIC : Perlindungan terhadap infeksiIntervensi :1. Kaji tanda-tanda infeksi.

2. Isolasi bayi dengan bayi lain.

3. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan bayi.

4. Gunakan masker setiap kontak dengan bayi.

5. Cegah kontak dengan orang yang terinfeksi.

6. Pastikan semua perawatan yang kontak dengan bayi dalam keadaan bersih/steril.

7. Berikan antibiotic sesuai program.8. Kaji faktor yang meningkatkan serangan infeksi ( misal : tanggap imun rendah )

9. Pantau hasil laboratorium(leukosit)10. Ajarkan kepada keluarga tanda atau gejala infeksi dan kapan harus melaporkan ke pusat kesehatan

11. Batasi jumlah pengunjung dan pantau pengunjang akan adanya lesi kulit12. Pertahankan teknik isolasi bila perlu3. Implementasi KeperawatanSeperti halnya dengan intervensi yang direncanakan pada tinjauan teori, tindakan keperawatan yang dilakukan baik dalan tinjauan teori dan tinjauan kasus adalah nutrisi , termoregulator / lingkungan yang nyaman, dan pelasanaan tindakan septik dan aseptik.4. Evaluasi Keperawatan

Adapun evaluasi yang diharapkan pada bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) adalah oksigenisasi klien kembali adekuat, klien dapat mempertahankan suhu tubuh yang stabil, klien tidak mengalami infeksi, kebutuhan nutrisi klien kembali terpenuhi, kebutuhan cairan klien kembali seimbang, integritas kulit klien tetap utuh, klien tidak mengalami cidera, klien mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang normal, keluarga klien menunjukkan perilaku kedekatan yang positif.DAFTAR PUSTAKA

Atikah . 20100. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-2. Bandung: FKU Padjadjaran.Depkes RI. 2006. Bayi Berat Lahir Rendah, dalam: Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I; 307-313. Jakarta: IDAI.Mochtar. 1998. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta: EGC.

Prawirohardjo. 2002. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI

http://poerwandasari.blogspot.com/2014/01/makalah-bayi-lahir-dengan-berat-lahir.html (diakses pada tanggal 18 mei 2015 pukul 18.53 pm)