13
Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk permukaan rencana jaringan (jalan, drainase, air minum) yang berupa situasi dan ketinggian. Hasilnya kemudian akan dipetakan dengan skala dan interval kontur yang telah ditentukan. A.Peralatan Survei Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain meliputi: i. Wild T-2 Theodolit ii. Wild Nak.1 Waterpass iii. Rambu ukur iv. Pita ukur 50 m v. Rol meter 3 m vi. Calculator B.Pengamatan Azimuth Astronomis Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth awal yaitu: Laporan Akhir Perencanaan Teknis Persimpangan Blang Bintang Dinas Prasarana Wilayah NAD III-1

Bbb Bab III Final

Embed Size (px)

DESCRIPTION

final persimpangan

Citation preview

Page 1: Bbb Bab III Final

Survei ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran bentuk

permukaan rencana jaringan (jalan, drainase, air minum) yang

berupa situasi dan ketinggian. Hasilnya kemudian akan dipetakan

dengan skala dan interval kontur yang telah ditentukan.

A.Peralatan Survei

Peralatan yang dipergunakan dalam survei topografi antara lain

meliputi:

i. Wild T-2 Theodolit

ii. Wild Nak.1 Waterpass

iii. Rambu ukur

iv. Pita ukur 50 m

v. Rol meter 3 m

vi. Calculator

B.Pengamatan Azimuth Astronomis

Pengamatan matahari dilakukan untuk mengetahui arah/azimuth

awal yaitu:

i. Sebagai koreksi azimuth guna menghilangkan kesalahan

akumulatif pada sudut-sudut terukur dalam jaringan

polygon.

ii. Untuk menentukan azimuth/arah titik-titik kontrol/polygon

yang tidak terlihat satu dengan yang lainnya.

iii. Penentuan sumbu X dan Y untuk koordinat bidang datar pada

pekerjaan pengukuran yang bersifat lokal/koordinat

lokal.

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-1

Page 2: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

Dengan memperhatikan metoda pengamatan azimuth astronomis

pada Gambar F.2, Azimuth Target (T) adalah:

T = M + atau T = M + ( T - M )

dimana:

T = azimuth ke target

M = azimuth pusat matahari

(T) = bacaan jurusan mendatar ke target

(M)= bacaan jurusan mendatar ke matahari

= sudut mendatar antara jurusan ke matahari dengan

jurusan ke target

Pengukuran azimuth matahari dilakukan pada jalur polygon

utama terhadap patok terdekat dengan titik

pengamatan pada salah satu patok yang lain.

Gambar F-2 Pengamatan azimuth astronomis

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-2

MatahariUtara (Geografi)

P2(target)

P1

M

T

M

T

Page 3: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

C.Penentuan Kerangka Dasar Horizontal

Pengukuran titik kontrol horizontal (titik polygon) dilaksanakan

dengan cara mengukur jarak dan sudut menurut lintasan

tertutup. Pada pengukuran polygon ini, titik akhir

pengukuran berada pada titik awal pengukuran.

Pengukuran sudut dilakukan dengan pembacaan double seri,

dimana besar sudut yang akan dipakai adalah harga

rata-rata dari pembacaan tersebut. Azimut awal akan

ditetapkan dari pengamatan matahari dan dikoreksikan

terhadap azimut magnetis.

i. Pengukuran Jarak

Pengukuran jarak dilakukan dengan menggunakan pita ukur

50 meter. Tingkat ketelitian hasil pengukuran jarak dengan

menggunakan pita ukur, sangat tergantung pada cara

pengukuran itu sendiri dan keadaan permukaan

tanah.

Khusus untuk pengukuran jarak pada daerah yang miring

dilakukan dengan cara seperti yang diilustrasikan pada

Gambar F.4.

Gambar F-4 Pengukuran jarak pada permukaan miring.

Jarak AB = d1 + d2 + d3

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-3

d1d2

d3

A

B2

1

Page 4: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

Untuk menjamin ketelitian pengukuran jarak maka sebagai

koreksi dilakukan juga pengukuran jarak optis pada

saat pembacaan rambu ukur dengan theodolit.

ii. Pengukuran Sudut Jurusan

Sudut jurusan sisi-sisi polygon adalah besarnya bacaan

lingkaran horisontal alat ukur sudut pada waktu

pembacaan ke suatu titik. Besarnya sudut jurusan

dihitung berdasarkan hasil pengukuran sudut mendatar di

masing-masing titik polygon. Penjelasan pengukuran

sudut jurusan diilustrasikan pada Gambar F.5.

= Sudut mendatar

AB = Bacaan skala horisontal ke target patok B

AC = Bacaan skala horisontal ke target patok C

Pembacaan sudut jurusan polygon dilakukan dalam posisi

teropong biasa (B) dan luar biasa (LB) dengan spesifikasi

teknis sebagai berikut:

Jarak antara titik-titik polygon adalah 100 m.

Alat ukur sudut yang digunakan Theodolite T2.

Alat ukur jarak yang digunakan pita ukur 50 meter.

Jumlah seri pengukuran sudut 4 seri (B1, B2, LB1, LB2).

Selisih sudut antara dua pembacaan 5” (lima detik).

Ketelitian jarak linier (Kl) ditentukan dengan rumus

berikut.

dimana: fx = jumlah X dan fy = jumlah Y

Bentuk geometris polygon adalah loop.

Perhitungan terhadap data pengukuran kerangka dasar

horisontal dilakukan dalam bentuk spreadsheet

sehingga koreksi perhitungan dapat dilakukan

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-4

Page 5: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

dengan tepat dan merata. Hasil perhitungan tersebut

diplot dalam bentuk gambar grafik polygon pengukuran.

Gambar F-5 Pengukuran sudut antar dua patok.

D.Penentuan Kerangka Dasar Vertikal

Kerangka dasar vertikal diperoleh dengan melakukan pengukuran

sipat datar pada titik-titik jalur polygon. Jalur pengukuran

dilakukan tertutup (loop), yaitu pengukuran dimulai dan

diakhiri pada titik yang sama. Pengukuran beda tinggi

dilakukan double stand dan pergi pulang. Seluruh

ketinggian di traverse net (titik-titik kerangka pengukuran) telah

diikatkan terhadap BM.

Penentuan posisi vertikal titik-titik kerangka dasar dilakukan

dengan melakukan pengukuran beda tinggi antara dua

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-5

A

B

C

AB

AC

A

B

C

AB

AC

Page 6: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

titik terhadap bidang referensi seperti diilustrasikan pada

Gambar F-6.

Gambar F-6 Pengukuran waterpass.

Spesifikasi Teknis pengukuran waterpass adalah sebagai berikut:

i. Jalur pengukuran dibagi menjadi beberapa seksi.

ii. Tiap seksi dibagi menjadi slag yang genap.

iii. Setiap pindah slag rambu muka menjadi rambu belakang

dan rambu belakang menjadi rambu muka.

iv. Pengukuran dilakukan double stand pergi pulang

pembacaan rambu lengkap Benang Atas, Benang

Tengah, dan Benang Bawah.

v. Selisih pembacaan stand 1 dengan stand 2 lebih kecil atau

sama dengan 2 mm.

vi. Jarak rambu ke alat maksimum 75 m.

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-6

Bidang Referensi

Slag 1

Slag 2

b1

b2

m1

m21

DD

Page 7: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

vii. Setiap awal dan akhir pengukuran dilakukan

pengecekan garis bidik.

viii. Toleransi salah penutup beda tinggi (T) ditentukan dengan

rumus berikut:

dimana D = Jarak antara 2 titik kerangka dasar vertikal dalam

satuan km. Hasil pengukuran lapangan terhadap kerangka dasar

vertikal diolah dengan menggunakan spreadsheet

sebagaimana kerangka horisontalnya. Dari hasil pengolahan

tersebut didapatkan data ketinggian relatif pada titik-titik patok

terhadap Benchmark acuan.

E.Pengukuran Situasi

Pengukuran situasi dilaksanakan memakai metoda tachymetri

dengan cara mengukur besar sudut dari polygon (titik

pengamatan situasi) kearah titik rinci yang diperlukan terhadap

arah titik polygon terdekat lainnya, dan juga mengukur

jarak optis dari titik pengamatan situasi. Pada

metoda tachymetri ini didapatkan hasil ukuran jarak dan beda tinggi

antara stasiun alat dan target yang diamati. Dengan cara

ini diperoleh data-data sebagai berikut:

i. Azimuth magnetis

ii. Pembacaan benang diafragma (atas, tengah, bawah)

iii. Sudut zenith atau sudut miring

iv. Tinggi alat ukur

Spesifikasi pengukuran situasi adalah sebagai berikut:

i. Metode yang digunakan adalah methode tachymetri dengan

membuat jalur ray, dimana setiap ray terikat pada titik-titik

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-7

Page 8: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

polygon sehingga membentuk jalur polygon dan waterpass

terikat sempurna.

ii. Pembacaan detail dilakukan menyebar ke seluruh areal yang

dipetakan dengan kerapatan disesuaikan dengan skala peta

yang akan dibuat. Gundukan tanah, batu-batu besar yang

mencolok serta garis pantai akan diukur dengan baik. Juga

bangunan-bangunan yang penting dan berkaitan dengan

pekerjaan desain akan diambil posisinya.

F.Pengukuran Penampang Memanjang dan Melintang

Pengukuran penampang memanjang dilakukan sepanjang sumbu

rencana trace/jaringan jalan, drainase, dan air minum.

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran penampang

memanjang sama dengan peralatan yang digunakan

untuk pengukuran kontrol vertikaL.

Pengukuran penampang melintang dilakukan dengan persyaratan:

Kondisi Lebar Koridor, (m)Interval,

(m) Jalan baru

Interval, (m) Jmb/Longsora

n- Datar, landai dan

lurus

75 + 75 50 25

- Pegunungan 75 + 75 25 25

- Tikungan 50 (luar)+100

(dalam)

25 25

Peralatan yang digunakan untuk pengukuran penampang

melintang sama dengan peralatan yang digunakan

untuk pengukuran situasi.

G.Pengolahan Data

Berdasarkan data topografi yang diperoleh selanjutnya melalui

proses hitungan, diperoleh Jarak datar dan beda tinggi

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-8

Page 9: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

antara dua titik yang telah diketahui koordinatnya (X, Y,

Z).

Untuk menentukan tinggi titik B dari titik A yang telah diketahui

koordinat (X, Y, Z), digunakan rumus sebagai berikut:

Untuk menghitung jarak datar (Dd)

Dd = DOCos2m

Dd = 100(Ba-Bb)Cos 2 m

Dimana:

TA = Titik tinggi A yang telah diketahui

TB = Titik tinggi B yang akan ditentukan

H= Beda tinggi antara titik A dan B

Ba = Bacaan benang diafragma atas

Bb = Bacaan benang diafragma bawah

Bt = Bacaan benang diafragma tengah

TA = Tinggi alat

Do= Jarak optis 100Ba-Bb

m = sudut miring

Mengingat akan banyaknya titik-titik detail yang diukur, serta

terbatasnya kemampuan jarak yang dapat diukur dengan

alat tersebut, maka akan diperlukan titik-titik bantu yang

membentuk jaringan polygon kompas terikat sempurna.

Sebagai konsekuensinya pada jalur polygon kompas akan

terjadi perbedaan arah orientasi utara magnetis dengan

arah orientasi utara peta sehingga sebelum dilakukan hitungan, data

azimuth magnetis diberi koreksi Boussole supaya menjadi

azimuth geografis. Hubungan matematik koreksi

Boussole (C) adalah:

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-9

Page 10: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

C = g - m

dimana: G = Azimuth Geografis

M = Azimuth Magnetis

Pada pelaksanaannya kerapatan titik detail akan sangat

tergantung pada skala peta yang akan dibuat, selain itu

untuk keadaan tanah yang mempunyai perbedaan

tinggi yang ekstrim dilakukan pengukuran lebih rapat. Hasil

dari pengukuran berupa data ray dari masing-masing ruas

dalam jalur polygon yang menyajikan ketinggian titik-titik tanah

yang dipilih dan posisi bangunan yang dianggap penting.

Hasil perhitungan koordinat titik dalam tiap ray lalu diikatkan

pada masing-masing patoknya sehingga didapatkan

posisinya terhadap bidang referensi. Secara jelas titik-titik

ini dapat dilihat pada gambar topografi yang memiliki skala

rinci.

H.Kegiatan Penggambaran

Kegiatan penggambaran dilakukan dengan mengacu pada standar

penggambaran yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pengairan,

yaitu Kriteria Perencanaan Irigasi (KP – 07). Adapun tahapan

penggambaran adalah sebagai berikut :

Setelah dilakukan perhitungan dan koreksi data, selanjutnya

dilakukan ploting / penggambaran draft diatas kertas milimeter blok

Melakukan pemasukan gambar draft secara komputasi dengan

menggunakan dan selanjutnya dilakukan digitasi sebagai peta

dasar.

Melakukan pemasukan atribut dan melakukan pengeditan gambar.

Pencetakan gambar A1 sebagai dokumen album gambar, yakni

yang akan digunakan untuk perencanaan detail.

Melakukan pencetakan A3 untuk lampiran pelaporan akhir.

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-10

Page 11: Bbb Bab III Final

CV. KONSULINDO UTAMAJalan Krueng Tripa No. 28 Geuceu Komplek

Telp. 0651-41190 E-mail : [email protected]

Laporan AkhirPerencanaan Teknis Persimpangan Blang BintangDinas Prasarana Wilayah NAD

III-11