15
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini berkembang sangat besar. Manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa, karsa dan daya cipta yang dimiliki. Salah satu bidang iptek yang berkembang pesat dewasa ini adalah teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan yang menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk menghasilkan suatu produk (keturunan). Salah satu teknologi reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi buatan. Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial insemination yang berarti memasukkan cairan semen (plasma semen) yang mengandung sel-sel kelamin pria (spermatozoa) yang diejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi atau penampungan semen. Hadirnya seorang anak merupakan tanda dari cinta kasih pasangan suami istri, tetapi tidak semua pasangan dapat melakukan proses reproduksi secara normal. Sebagian kecil diantaranya memiliki berbagai kendala yang tidak memungkinkan mereka untuk memiliki keturunan. 1

Bayi Tabung

  • Upload
    annis

  • View
    2.130

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bayi Tabung

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini

berkembang sangat besar. Manusia mengembangkan ilmu

pengetahuan dan teknologi dengan menggunakan rasa, karsa dan

daya cipta yang dimiliki. Salah satu bidang iptek yang berkembang

pesat dewasa ini adalah teknologi reproduksi. Teknologi reproduksi

adalah ilmu reproduksi atau ilmu tentang perkembangbiakan yang

menggunakan peralatan serta prosedur tertentu untuk

menghasilkan suatu produk (keturunan). Salah satu teknologi

reproduksi yang telah banyak dikembangkan adalah inseminasi

buatan. Inseminasi buatan merupakan terjemahan dari artificial

insemination yang berarti memasukkan cairan semen (plasma

semen) yang mengandung sel-sel kelamin pria (spermatozoa) yang

diejakulasikan melalui penis pada waktu terjadi kopulasi atau

penampungan semen.

Hadirnya seorang anak merupakan tanda dari cinta kasih

pasangan suami istri, tetapi tidak semua pasangan dapat

melakukan proses reproduksi secara normal. Sebagian kecil

diantaranya memiliki berbagai kendala yang tidak memungkinkan

mereka untuk memiliki keturunan.

Inseminasi buatan pertama kali dilakukan pada manusia

dengan menggunakan sperma dari suami telah dilakukan secara

intravagina pada tahun 1700 di Inggris. Sophia Kleegman dari

Amerika Serikat adalah salah satu perintis yang menggunakan

inseminasi buatan dengan sperma suami ataupun sperma donor

untuk kasus infertilitas. Pada wanita kendala ini dapat berupa

1

Page 2: Bayi Tabung

hipofungsi ovarium, gangguan pada saluran reproduksi dan

rendahnya kadar progesterone. Sedangkan pada pria berupa

abnormalitas spermatozoa kriptorkhid, azoospermia dan rendahnya

kadar testosteron. Selain untuk memperoleh keturunan, faktor

kesehatan juga merupakan fokus utama penerapan teknologi

reproduksi.

B. Rumusan Masalah

Makalah ini akan membahas tentang:

1) Teori – Teori Yang Mendukung

2) Penjelasan Masalah Bioetik

3) Solusi Untuk Perawat Dari Masalah Bioetik Tersebut

4) Undang – Undang Yang Berhubungan

C. Tujuan

Berdasarkan pengertian di bagian latar belakang, maka

definisi tentang inseminasi buatan adalah memasukkan atau

penyampaian semen ke dalam saluran kelamin wanita dengan

menggunakan alat-alat buatan manusia dan bukan secara alami.

Namun perkembangan lebih lanjut dari inseminasi buatan tidak

hanya mencangkup memasukkan semen ke dalam saluran

reproduksi wanita, tetapi juga menyangkut seleksi dan

pemeliharaan sperma, penampungan, penilaian, pengenceran,

penyimpanan atau pengawetan (pendinginan dan pembekuan) dan

pengangkutan semen, inseminasi, pencatatan, dan penentuan hasil

inseminasi pada manusia dan hewan. Adapun tujuan dari

inseminasi buatan adalah sebagai suatu cara untuk mendapatkan

keturunan bagi pasutri yang belum mendapat keturunan.

2

Page 3: Bayi Tabung

3

Page 4: Bayi Tabung

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori – Teori Yang Mendukung

Seperti yang dijelaskan pada bagian pendahuluan, masalah

bioetiknya adalah tentang inseminasi buatan yang merupakan

pemasukan atau penyampaian semen ke dalam saluran kelamin

wanita tidak secara alami melainkan dengan menggunakan alat-

alat buatan manusia.

Ada dua teknik dalam penerapan inseminasi buatan. Teknik

tersebut adalah sebagai berikut

1) Teknik IUI (Intrauterine Insemination)

Teknik IUI dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan melalui

leher rahim hingga ke lubang uterine (rahim).

2) Teknik DIPI (Direct Intraperitoneal Insemination)

Teknik DIPI telah dilakukan sejak awal tahun 1986. Teknik DIPI

dilakukan dengan cara sperma diinjeksikan langsung ke

peritoneal (rongga peritoneum).

Teknik IUI dan DIPI dilakukan dengan menggunakan alat yang

disebut bivalve speculum, yaitu suatu alat yang berbentuk seperti

selang dan mempunyai 2 cabang, dimana salah satu ujungnya

sebagai tempat untuk memasukkan/menyalurkan sperma dan ujung

yang lain dimasukkan ke dalam saluran leher rahim untuk teknik

IUI, sedangkan untuk teknik DIPI dimasukkan ke dalam peritoneal.

Jumlah sperma yang disalurkan/ diinjeksikan kurang lebih sebanyak

0,5–2 ml. Setelah inseminasi selesai dilakukan, orang yang

mendapatkan perlakuan inseminasi tersebut harus dalam posisi

terlentang selama 10–15 menit.

4

Page 5: Bayi Tabung

Ada 2 jenis sumber sperma yaitu:

1) Dari sperma suami

Inseminasi yang menggunakan air mani suami hanya boleh

dilakukan jika jumlah spermanya rendah atau suami mengidap

suatu penyakit. Tingkat keberhasilan AIH hanya berkisar 10-20

%. Sebab-sebab utama kegagalan AIH adalah jumlah sperma

suami kurang banyak atau bentuk dan pergerakannya tidak

normal.

2) Sperma penderma

Inseminasi ini dilakukan jika suami tidak bisa memproduksi

sperma atau azoospermia atau pihak suami mengidap penyakit

kongenital yang dapat diwariskan kepada keturunannya.

Penderma sperma harus melakukan tes kesehatan terlebih

dahulu seperti tipe darah, golongan darah, latar belakang status

physikologi, tes IQ, penyakit keturunan, dan bebas dari infeksi

penyakit menular. Tingkat keberhasilan Inseminasi AID adalah

60-70 %.

Persiapan Sperma

Sperma dikumpulkan dengan cara marturbasi, kemudian

dimasukkan ke dalam wadah steril setelah 2-4 hari tidak melakukan

hubungan seksual. Setelah dicairkan dan dilakukan analisa awal

sperma, teknik “Swim-up” standar atau “Gradient Percoll”

digunakan untuk persiapan penggunaan larutan garam seimbang

Earle atau Medi. Cult IVF medium, keduanya dilengkapi dengan

serum albumin manusia. Dalam teknik Swim-up, sampel sperma

disentrifugekan sebanyak 400 g selama 15 menit. Supernatannya

dibuang, pellet dipisahkan dalam 2,5 ml medium, kemudian

5

Page 6: Bayi Tabung

disentrifuge lagi. Sesudah memisahkan supernatannya, dengan

hati-hati pellet dilapisi dengan medium dan diinkubasi selama 1 jam

pada suhu 37º C. Sesudah diinkubasi, lapisan media yang berisi

sperma motile dikumpulkan dengan hati-hati dan digunakan untuk

inseminasi.

Pada teknik Percoll, sperma dilapiskan pada Gradient Percoll

yang berisi media Medi. Cult dan disentrifugekan sebanyak 500 g

selama 20 menit. 90 % dari pellet kemudian dipisahkan dalam 6 ml

media dan disentrifugekan lagi sebanyak 500 g selama 10 menit.

Pellet sperma kemudian dipisahkan dalam 0,5 atau 1 ml medium

dan digunakan untuk inseminasi.

Analisis Kualitas Sperma

Pemeriksaan Laboratorium Analisis Sperma dilakukan untuk

mengetahui kualitas sperma, sehingga bisa diperoleh kualitas

sperma yang benar-benar baik. Penetapan kualitas ekstern di

dasarkan pada hasil evaluasi sampel yang sama yang dievaluasi di

beberapa laboratorium, dengan tahapan-tahapan: Pengambilan

sampel, Penilaian Makroskopik, Penialain Mikroskopis, Uji Biokimia,

Uji Imunologi, Uji mikrobiologi, Otomatisasi, Prosedur ART, Simpan

Beku Sperma.

Risiko Injeksi Sperma

Dalam pembuahan normal, antara 50.000-100.000 sel

sperma, berlomba membuahi 1 sel telur. Dalam pembuahan

normal, berlaku teori seleksi alamiah dari Charles Darwin, dimana

sel yang paling kuat dan sehat adalah yang menang. Sementara

dalam inseminasi buatan, sel sperma pemenang dipilih oleh dokter

6

Page 7: Bayi Tabung

atau petugas labolatorium. Jadi bukan dengan sistem seleksi

alamiah. Di bawah mikroskop, para petugas labolatorium dapat

memisahkan mana sel sperma yang kelihatannya sehat dan tidak

sehat. Akan tetapi, kerusakan genetika umumnya tidak kelihatan

dari luar. Dengan cara itu, resiko kerusakan sel sperma yang secara

genetik tidak sehat, menjadi cukup besar.

Belakangan ini, selain faktor sel sperma yang secara genetik

tidak sehat, para ahli juga menduga prosedur inseminasi

memainkan peranan yang menentukan. Kesalahan pada saat injeksi

sperma, merupakan salah satu faktor kerusakan genetika. Secara

alamiah, sperma yang sudah dilengkapi enzim bernama akrosom

berfungsi sebagai pengebor lapisan pelindung sel telur. Dalam

proses pembuahan secara alamiah, hanya kepala dan ekor sperma

yang masuk ke dalam inti sel telur.

Sementara dalam proses inseminasi buatan, dengan injeksi

sperma, enzim akrosom yang ada di bagian kepala sperma juga ikut

masuk ke dalam sel telur. Selama enzim akrosom belum terurai,

maka pembuahan akan terhambat. Selain itu prosedur injeksi

sperma memiliko resiko melukai bagian dalam sel telur, yang

berfungsi pada pembelahan sel dan pembagian kromosom.

Keberhasilan inseminasi buatan tergantung tenaga ahli di

labolatorium, walaupun prosedurnya sudah benar, bayi dari hasil

inseminasi buatan dapat memiliki resiko cacat bawaan lebih besar

daripada dibandingkan pada bayi normal. Penyebab dari munculnya

cacat bawaan adalah kesalahan prosedur injeksi sperma ke dalam

sel telur. Hal ini bisa terjadi karena satu sel sperma yang dipilih

untuk digunakan pada inseminasi buatan belum tentu sehat,

dengan cara ini resiko mendapatkan sel sperma yang secara

7

Page 8: Bayi Tabung

genetik tidak sehat menjadi cukup besar. Cacat bawaan yang paling

sering muncul antara lain bibir sumbing, down sindrom, terbukanya

kanal tulang belakang, kegagalan jantung, ginjal, dan kelenjar

pankreas.

B. Penjelasan Masalah Bioetik

Seperti diketahui kemampuan berpikir dan bernalar membuat

manusia menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan itu

kemudian digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-

besarnya. Akan tetapi, sering pula teknologi yang kita hasilkan itu

memberikan efek samping yang memberikan dampak negatif. Oleh

sebab itu ada beberapa orang yang pro dan kontra terhadap

teknologi tersebut. Dari pendapat yang pro dan kontra,

memunculkan masalah etis, diantaranya bagaimana inseminasi

sperma dapat dibenarkan.

Inseminasi buatan dapat dibenarkan atau diijinkan bila

dilakukan dengan alasan kesehatan dan pengobatan atau untuk

meningkatkan nilai genetik, sehingga menghasilkan manusia yang

lebih berkualitas. Dan yang lebih penting dilakukan oleh pasangan

yang sah. Hal ini di kemukakan oleh sebagian pakar agama baik

dari Islam, Kristen maupun Yahudi, karena dapat membantu

pasangan suami istri yang tidak bisa memperoleh keturunan, jika

kedua belah pihak setuju untuk melakukan inseminasi. Tetapi ada

juga yang mempersoalkan tentang inseminasi buatan ini,

bahwasanya anak yang diperoleh dengan cara inseminasi

sebenarnya bukanlah anak dari dari suami istri itu sendiri,

melainkan dari orang lain yang identitasnya biasanya

disembunyikan. Karena itu juga muncul problem hukum tentang

ayah yang benar dari anak tersebut dan problem physikologis

8

Page 9: Bayi Tabung

dalam diri anak di kemudian hari bila ingin tahu tentang ayahnya

yang sebenarnya. Selain itu persoalan tentang bagaimana cara

mendapatkan sperma, apakah boleh digunakan masturbasi?

Besarnya biaya yang dikeluarkan untuk inseminasi buatan, ternyata

juga menimbulkan masalah karena terlalu mahal, sekitar 11 juta.

Apakah tidak lebih baik bila biaya tersebut digunakan untuk

didermakan kepada panti asuhan sebelum mereka mengangkat

seorang anak dari panti asuhan tersebut?

C. Solusi Untuk Perawat Dari Masalah Bioetik Tersebut

Solusi bagi perawat dari masalah bioetik terhadap inseminasi

buatan adalah still and stay dalam menjalankan tugas sebagai

perawat sesuai dengan standar profesi keperawatan yang sudah

ditetapkan, dengan tetap memperhatikan kode etik keperawatan

yang berlaku.

Perawat dapat menjalankan inseminasi buatan (injeksi

sperma) terhadap klien sesuai dengan kehendak dan persetujuan

dari klien dan keluarga atau kerabat klien, disertai juga dengan

alasan yang tepat kenapa klien menginginkan untuk melakukan

inseminasi buatan tersebut, misalnya dengan alasan kesehatan dan

pengobatan atau untuk meningkatkan nilai genetik, dan tentunya

atas rekomendasi dari tenaga medis. Kolaborasi dengan tenaga

medis mesti perlu dilakukan.

D. Undang – Undang Yang Berhubungan

1. Agama

Dalam hukum Islam tidak menerima cara pengobatan ini dan

tidak boleh menerima anak yang dilahirkan sebagai anak yang sah,

9

Page 10: Bayi Tabung

apalagi jika anak yang dilakukan perempuan karena nantinya akan

mempersoalkan siapa walinya jika anak tersebut menikah.

Bolehkah “ayah” yaitu suami yang memiliki gangguan reproduksi

dapat diterima sebagai walinya? Selain masalah agama juga

muncul soal hukum dalam pembagian harat. Bolehkah anak yang

dilahirkan AID mewarisi harta “ayah” juga dalam hal lain-lain yang

berkaitan dengan pewarisan. Di negara barat, yang mana

inseminasi benih penderma dilakukan dengan giatnya, mereka atasi

masalah Undang-Undang dengan menjalani proses “adopsi” secara

sah. Tetapi kedudukan di negara Indonesia masih belum jelas.

2. Negara

Dilihat dari segi hukum pendonor sperma melanggar hukum.

Contoh kasus pada bulan Juni 2002, pengadilan di Stockholm,

Swedia menjatuhkan hukuman kepada laki-laki yang mengaku

sebagai pendonor sperma kepada pasangan lesbian yang akhirnya

bercerai. Dan diberi sanksi untuk memberi tunjangan terhadap 3

orang anak hasil inseminasi spermanya, sebesar 2,5 juta perbulan.

Dalam kasus ini akan timbul sikap etis dan tidak etis. Sikap etis

timbul dilihat dari sikap pendonor sperma yang telah memberikan

spermanya kepada pasangan lesbian, karena berusaha untuk

membantu pasangan tersebut untuk mempunyai anak. Sedangkan

sikap tidak etis muncul dari pasangan lesbian yang bercerai, karena

telah menuntut pertanggungjawaban kepada pendonor sperma

yang mengaku sebagai ayahnya untuk memberikan tunjangan

hidup bagi ke-3 anak hasil inseminasi spermanya.

10

Page 11: Bayi Tabung

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Inseminasi buatan harus berlandaskan nilai etika tertentu,

karena bagaimanapun juga perkembangan dalam dunia

bioteknologi tidak lepas dari tanggung jawab manusia sebagai agen

moral dan subjek moral. Etika diperlukan untuk menentukan arah

perkembangan bioteknologi serta perkembangannya secara teknis,

sehingga tujuan yang menyimpang dan merugikan bagi

kemanusiaan dapat dihindarkan. Dan yang penting perlu

diterapkannya aturan resmi pemerintah dalam pelaksanaan dan

penerapan bioteknologi, sehingga ada pengawasan yang intensif

terhadap bahaya potensial yang mungkin timbul akibat kemajuan

bioteknologi.

Dalam hukum Islam tidak menerima cara inseminasi buatan

ini dan tidak boleh menerima anak yang dilahirkan sebagai anak

yang sah, apalagi jika anak yang dilakukan perempuan karena

nantinya akan mempersoalkan siapa walinya jika anak tersebut

menikah.

B. Saran

Saran dari saya sebagai individu dan bagi individu adalah

sebaiknya jangan melakukan inseminasi buatan jikalau memang

hukum agama dan negara yang berlaku di masyarakat kita telah

melanggar dan melaknat tindakan tersebut, ketimbang kita

melakukan tindakan tersebut dan menanggung sanksi-sanksi yang

berat, baik di mata Allah dan di mata hukum, kita juga yang

11

Page 12: Bayi Tabung

kerepotan. Just Be yourself beauty and you will find the world full of

beauty, jalankanlah inseminasi alamiah secara normal dalam ikatan

pernikahan tentunya, bersabarlah, karena orang yang sabar di

sayang Allah. Allah maha melihat dan meha pemberi, dengan kita

terus bersabar, berdoa, berusaha dan tawakal kepada Allah, insya

Allah kita akan diberikan keturunan yang terbaik di mata diri kita

sendiri, keluarga, kerabat, dan masyarakat, serta di mata Allah azza

wa jalla. Amin.

12

Page 13: Bayi Tabung

DAFTAR PUSTAKA

Suhaimi. 2009. Diktat Pendidikan Agama Islam; untuk sekolah tinggi ilmu kesehatan program keperawatan dan kebidanan. Palembang: tidak diterbitkan.

http://cloudleonhart.multiply.com/journal/item/3

13