30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisa Analisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan. Namun, dalam perkembangannya, penggunaan kata analisa atau analisis mendapat sorotan dari kalangan akademisis, terutama kalangan ahli bahasa. Penggunaan yang seharusnya adalah kata analisis. hal ini dikarenakan kata analisis merupakan kata serapan dari bahasa asing (inggris) yaitu analisys. Dari akhiran -isys bila diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi -isis. 2.2 Jenis – Jenis Analisa Berikut adalah analisa-analisa yang dilakukan untuk mengetahui kualitas batubara : 1. Proximate Analysis Proximate analysis adalah rangkaian analisis yang terdiri dari Inherent Moisture 2

Batubara

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Menjelaskan tentang proses pembentukan batubara secara alami serta jenis-jenis kualitas batubara yang berdasarkan berapa lama waktu pembentukannya

Citation preview

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian AnalisaAnalisa atau analisis adalah kajian yang dilaksanakan terhadap sebuah bahasa guna meneliti struktur bahasa tersebut secara mendalam. Sedangkan pada kegiatan laboratorium, kata analisa atau analisis dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan di laboratorium untuk memeriksa kandungan suatu zat dalam cuplikan. Namun, dalam perkembangannya, penggunaan kata analisa atau analisis mendapat sorotan dari kalangan akademisis, terutama kalangan ahli bahasa. Penggunaan yang seharusnya adalah kata analisis. hal ini dikarenakan kata analisis merupakan kata serapan dari bahasa asing (inggris) yaitu analisys. Dari akhiran -isys bila diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi -isis. 2.2 Jenis Jenis AnalisaBerikut adalah analisa-analisa yang dilakukan untuk mengetahui kualitas batubara :1. Proximate AnalysisProximate analysis adalah rangkaian analisis yang terdiri dari Inherent MoistureInherent moisture disebut juga bed moisture atau in-situ moisture adalah moisture yang terkandung dalam batubara (dalam molekul batubara) di lapisan bawah tanah. Untuk mensimulasi kondisi bawah tanah, yang mempunyai kelembaban relatif 100%, sulit untuk dilakukan, sehingga untuk mengetahui kandungan inherent moisture yang tepat sulit dilakukan. Sebagai pendekatan dibuatlah suatu tes dengan kondisi simulasi yang dapat dilakukan di laboratorium. Kondisi tersebut yaitu kelembaban relatif 96-97% dan suhu 30oC. Oleh karena adanya perbedaan kondisi tersebut, maka perbedaan antara hasil analisis dengan inherent moisture yang sebenarnya selalu ada, terutama pada lower rank coal (batubara derajat rendah) yang kandungan moisturenya tinggi.

Total MoistureTotal moisture (TM) adalah moisture yang terkandung dalam contoh batubara yang diterima di laboratorium, yang mana menggambarkan kandungan moisture sumber batubara yang diambil contohnya tersebut. Salah satu penetapannya adalah dengan metode two-stage determination. Dalam metode ini penetapan dilakukan dengan dua analisis yang berkaitan. Pertama dilakukan dengan analisis free moisture kemudian dilanjutkan dengan analisis residual moisture. Dalam ISO, BS, dan AS : Free moisture adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan persen jumlah air yang menguap dari contoh batubara yang dikeringkan pada kondisi ruangan (suhu dan kelembaban ruangan) yang kadang-kadang dibantu dengan hembusan kipas angin. Pengeringan dilakukan sampai mendapat berat konstan.Air dry loss adalah istilah yang dipergunakan oleh ASTM untuk menyebutkan istilah free moisture ini, sedangkan istilah free moisture dalam ASTM mempunyai pengertian yang berbeda sama sekali. Dalam ASTM : Free moisture adalah istilah yang dipergunakan untuk menggambarkan moisture yang terdapat pada permukaan partikel batubara pada kondisi tertentu yang dalam ISO, BS dan AS dipergunakan istilah surface moisture.Residual moisture adalah jumlah persen moisture yang terkandung pada contoh batubara yang sebelumnya telah dikeringkan (air dried), baik itu contoh yang telah dihaluskan sampai ukuran partikel 212/250 micron (untuk general analysis), maupun contoh yang telah digiling sampai ukuran yang lebih kasar, seperti 0.250, 0.850, 2.36, dan 3.00 mm.Hasil analisis free moisture dan residual moisture kemudian dihitung untuk mendapatkan total moisturenya dengan rumus TM = FM + RM*(1-FM/100). AshBatubara kualitas baik tidak mengandung mengandung ash, tetapi mengandung zat anorganik berupa mineral. Ash (A) adalah residu anorganik hasil pembakaran batubara, terdiri dari oksida logam seperti Fe2O3, MgO, Na2O, K2O, dsb, dan oksida non-logam seperti SiO2, P2O5, dsb.Penetapan ash merupakan bagian dari analisis proximate. Prinsip dari penetapan ini ialah sejumlah contoh batubara yang sudah dihaluskan (+1 gram) dibakar pada suhu dengan rambat pemanasan tertentu sampai didapat residu (abu). Residu yang didapat ditimbang dan dihitung jumlahnya dalam persen. Nilai kandungan ash suatu batubara selalu lebih kecil daripada nilai kandungan mineralnya. Hal ini terjadi karena selama pembakaran telah terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut, seperti menguapnya air kristal, karbondioksida dan oksida sulfur. Volatile MatterApabila 1 gram contoh contoh batubara dipanaskan pada kondisi standar tertentu (suhu 900oC, selama 7 menit dalam furnace khusus) maka akan ada bagian yang terbakar dan menguap. Bagian yang terbakar dan menguap tersebut ialah volatile matter (VM) dan moisture.Untuk mendapatkan nilai %VM, persen bagian yang terbakar dan menguap tersebut dikurangi %moisture. Analisis ini merupakan bagian dari penetapan proximate. Fixed CarbonFixed carbon adalah nilai total kandungan unsur carbon dalam suatu contoh batubara. Fixed carbon (FC) merupakan bagian dari analisis proximate. Nilai FC tidak didapat melalui analisis tetapi melalui perhitungan (FC = 100 M A VM).2. SulphurDi dalam batubara, sulfur bisa berupa bagian dari material carbonaceous atau bisa berupa bagian mineral seperti sulfat dan sulfida.Gas sulfur dioksida yang terbentuk selama pembakaran merupakan polutan yang serius. Kebanyakan negara memiliki peraturan mengenai emisi gas tersebut ke atmosfir. Satu persen adalah limit kandungan sulfur dalam batubara yang banyak dipakai oleh negara-negara pengguna batubara. Kandungan yang tinggi dalam coking coal tidak diinginkan karena akan berakumulasi di dalam cairan logam panas sehingga memerlukan proses desulfurisasi.Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pyritic sulphur, sulphate sulphur dan organic sulphur. Analisis forms of sulphur dilakukan untuk mengetahui komposisi penyusun sulfur. Organic sulphur terdapat pada seluruh material carbonaceous dalam batubara dan jumlahnya tidak dapat dikurangi dengan teknik pencucianSulfur dalam bentuk pyritic dan sulphate merupakan bagian dari mineral-matter yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya kemungkinan masih dapat dikurangi dengan teknik pencucian. Persen pyritic dan sulphate sulphur didapat melalui analisis di laboratorium, sedangkan organic sulphur didapat dengan cara mengurangi % total sulphur dengan pyritic dan sulphate sulphur (S(o) = TS-S(p)-S(s)). Terdapatnya sulphate sulphur dalam suatu batubara sering dipergunakan sebagai penunjuk bahwa batubara tersebut telah teroksidasi, sedangkan pyritic sulphur dianggap sebagai salah satu penyebab timbulnya spontaneous combustion. Spontaneous combusition adalah proses terjadinya kebakaran stockpile batubara secara spontan. Sebelum dilakukan proses pencucian batubara sebaiknya dilakukan analisis forms of sulphur terlebih dahulu, untuk mengetahui %organic sulphur-nya. Apabila organic sulphur-nya > 1.00%, kita harus menyadari bahwa sebaik apapun proses pencucian batubara tersebut, produknya tetap akan mengandung total sulphur > 1.00% sehingga kita dapat menentukan apakah proses pencucian batubara efektif untuk dilakukan atau tidak.3 Calorivic ValueCalorivic value adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh pembakaran contoh batubara di laboratorium. Pembakaran dilakukan pada kondisi standar, yaitu pada volume tetap dan dalam ruangan yang berisi gas oksigen dengan tekanan 25 atm.Selama proses pembakaran yang sebenarnya pada ketel, nilai calorivic value ini tidak pernah tercapai karena beberapa komponen batubara, terutama air, menguap dan menghilang bersama-sama dengan panas penguapannya. Maksimum kalori yang dapat dicapai selama proses ini adalah nilai net calorivic value. Calorivic value dikenal juga dengan specific energy dan satuannya adalah kcal/kg atau cal/g, MJ/kg,Btu/lb.

4. Relative DensityRelative density adalah perbandingan berat contoh batubara (+ 2 gram) yang telah dihaluskan (-212 micron), dengan berat air yang dipindahkan oleh contoh batubara tersebut dari pycnometer yang dipergunakan untuk pengujian pada suhu 30+0.1oC.Relative density suatu batubara tergantung dari rank dan kandungan mineralnya. Relative density dengan kandungan ash suatu batubara, dari rank dan jenis yang sama, mempunyai korelasi yang baik sehingga dapat dipergunakan sebagai alat untuk memperkirakan kandungan ash suatu batubara dari relative densitynya.5. Ultimate AnalysisUltimate analysis adalah analisis yang memeriksa unsur-unsur zat organik dalam batubara, seperti karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur dan oksigen. Unsur-unsur selain oksigen dapat dianalisis di laboratorium, sedangkan untuk oksigen sendiri bisa didapat dari perhitungan.6. Carbonate CarbondioxidePenetapan carbonate carbondioxide dilakukan untuk mendapatkan angka yang dapat dipergunakan sebagai pengoreksi hasil penetapan karbon, sehingga karbon yang dilaporkan hanyalah karbon organik (organic carbon). Penetapan carbonate carbondioxide tidak perlu dilakukan pada contoh batubara derajat rendah (brown coal dan lignite), karena batubara derajat rendah atau lower rank coal bersifat asam sehingga carbonate carbon-nya akan kosong.7. ChlorineChlorine adalah salah satu elemen batubara yang dapat menimbulkan korosi (pengkaratan) dan masalah fouling/slagging (pengkerakkan) pada ketel uap. Kadar chlorine lebih kecil dari 0.2% dianggap rendah, sedangkan kadar chlorine lebih besar dari 0.5% dianggap tinggi. Adanya elemen chlorine selalu bersama-sama dengan adanya elemen natrium.

8. PhosporusAdanya phosphorus (posfor) di dalam coking coal sangat tidak diinginkan karena dalam peleburan baja, phosphorus akan berakumulasi dan tinggal dalam baja yang dihasilkan. Baja yang mengandung phosphorus tinggi akan cepat rapuh. Phosphorus juga dapat menimbulkan masalah pada pembakaran batubara di ketel karena phosphorus dapat membentuk deposit posfat yang keras di dalam ketel.9. Ash AnalysisSalah satu faktor penting pada pemakaian batubara dan kokas dalam industri adalah sifat mineralnya pada proses pembakaran. Dengan mengetahui sifat-sifat tersebut, proses pemakaian batubara dapat dirancang sedemikian rupa sehingga masalah yang mungkin timbul dapat diantisipasi dengan baik, misalnya masalah penanganan dan pembuangan ash (abu), fly ash (partikel abu halus yang ikut terbang bersama-sama asap dan sisa pembakaran lainnya), clinker, dan slag (cairan kerak). Selain itu faktor ini sering juga sering dipergunakan sebagai arahan dalam memilih bahan bakar batubara yang cocok untuk suatu industri.Penggambaran sifat ini, secara kuantitatif dilakukan dengan cara menghitung rasio kelompok unsur tertentu yang terkandung dalam batubara, yang mana kemudian dikenal dengan istilah slagging dan fouling factor. Slagging adalah masalah yang timbul pada proses pembakaran batubara dimana abunya meleleh dan membentuk kerak yang menempel pada dinding dalam ruang pembakaran dan pada pipa-pipa superheater yang berjarak renggang, yang sulit untuk dibersihkan sehingga mengakibatkan berkurangnya penyaluran panas. Fouling adalah masalah yang timbul pada proses pembakaran dimana abu halus yang mengandung sodium menguap bersama-sama sulphur dan berakibat sama seperti slagging. Slagging/fouling factor adalah sebuah indeks yang dihitung baik dari data ash analysis maupun dari data ash fusion temperature yang dapat memberikan indikasi seberapa jauh kecenderungan batubara tersebut menimbulkan masalah slagging/fouling selama proses pembakaran.Ash sebagian besar terdiri dari oksida silikon, aluminium, besi, kalsium, magnesium, titan, mangan, dan logam alkali. Sebagian di antaranya terikat sebagai silikat, sulfat, dan posfat. Komposisi ash batubara tidak sama dengan komposisi mineralnya tetapi dapat menggambarkan komposisi mineralnya. Total hasil analisis ini harus 100+2%. Hasil analisis seharusnya dilaporkan dalam basis Ignited at 800oC, tetapi banyak orang yang melaporkan hasil analisis ini tanpa mencantumkan basisnya.Di pabrik semen, yang menggunakan batubara sebagai bahan bakar, data komposisi abu batubara sangat berguna untuk menghitung kontribusi unsur-unsur yang terdapat dalam abu batubara tersebut terhadap produk semen yang dihasilkan. Data komposisi abu batubara juga berguna sebagai penunjuk kemungkinan dipergunakannya abu tersebut sebagai bahan baku produk sampingan, misalnya batako. Komposisi ash suatu batubara erat hubungannya dengan ash fusion temperature-nya. Ash yang mengandung oksida besi, kalsium, magnesium, natrium, dan kalium yang tinggi umumnya mempunyai ash fusion temperature yang rendah, sedangkan ash yang mengandung silika, aluminium, dan titan yang tinggi umumnya mempunyai ash fusion temperature yang tinggi. Namun apabila kandungan silika tinggi sekali, ash fusion temperature-nya justru rendah. Contoh abu batubara yang diperlukan untuk ash analysis dengan metode Atomic Absorption sebanyak 0.400+0.0010 gram (duplo). Untuk mengantisipasi kemungkinan adanya pengulangan analisis, penyediaan 1.0 gram abu sangatlah bijaksana. Contoh abu dibuat di laboratorium dengan hati-hati agar abu yang terbentuk benar-benar telah terabukan dengan baik. Untuk analisis dengan metode X-Ray Spectometry diperlukan contoh yang lebih banyak.2.3 Lokasi Analisa BatubaraDi dalam mendapatkan klasifikasi dari batubara sampel telah dilakukan beberapa analisa pada tempat tempat sebagai berikut :1. Laboratium Batubara di Tanjung Enim (PN. TABA) yaitu meliputi analisa proksimal antara lain :a. Moisture % (adb)b. Abu % (db)c. % Volatile matter (db)d. % Fixed Carbon (db)e. % Sulfur (db)f. Nilai Kalor (db)g. Specific Gravity2. Labortium Batubara Pusat Penambangan Teknologi Mineral (PPTM) Bandung, meliputi analisa :a. Analisa Proksimat & Nilai kalorb. Analisa Ultimatec. Pengujian3. Balai Penelitian Keramik (BPK) Bandung yaitu meliputi analisa penentuan titik leleh abu dalam bentuk :a. Initial deformationb. Hemispherec. FlowYang masing masing dilakukan pada suasana oksidasi dan reduksi dimana analisa dilakukan menurut cara ASTM, British Standard, US Bureau dan cara Aust & Hachmann.2.4 Metode Analisa

Macam Analisa: Metode yang dipakai1. ANALISA PROKSIMATa. Moisture : ASTM D 3173 73b. Volatile Matter : ASTM D 3175 -77c. Abu : ASTM D 3174 73d. Fixed Carbon : Sisa dari 100 (a + b + c)2. ANALISA ULTIMATa. Carbon dan Hidrogen : ASTM D 3178 73b. Sulfur : ASTM D 3177 75 ( Eschka Method )c. Nitrogen : ASTM D 3179 73d. Oksigen : 100 ( a + b )e. Analisa abu : ASTM D 2795 693. Nilai kalor : ASTM D 3286 734. Pengujian a. Gray King Assay : BS 1016 part 12b. Free Swelling Index : ASTM D 720 - 67c. Roga Index : Aust & Hachmenn D 2 Hamburg 36d. Dilatometer : USBM hal 43 475. ASH FUSION : BS 1016 part 15 /ASTM D 18576. Sample preparasi : ASTM D 2013 72 BAB IIIPEMBAHASAN3.1 Pemanfaatan BatubaraPada pemanfaatan batubara perlu diketahui sifat-sifat yang akan ditunjukan oleh batubara tersebut, baik sifat kimiawi, fisik dan mekanis. Sifat-sifat ini akan dapat dilihat atau disimpulkan dari data kualitas batubara hasil analisis dan pengujiannya. Dari sejumlah data kualitas yang ada daripadanya dapat diambil harga rata-ratanya, misalnya kandungan air, abu dan lain yang bersifat kimiawi, tetapi ada pula yang tidak dapat diambil harga rata-ratanya melainkan harus dilihat harga minimum dan maksimum, seperti pada harga hardgrove index dan titik leleh abu. Beberapa parameter kualitas yang akan sangat mempengaruhi pemanfaatannya terutama sebagai bahan bakar adalah :1. Kandungan AirKandungan air ini dapat dibedakan atas kandungan air bebas (free moisture), kandungan air bawaan (inherent moisture) dan kandungan air total (total moisture). Kandungan air ini akan banyak pengaruhnya pada pengangkutan, penanganan, penggerusan maupun pada pembakarannya. 2. Kandungan abuSelain kualitas yang akan mempengaruhi penanganannya, baik sebagai fly ash maupun bottom ash tetapi juga komposisinya yang akan mempengaruhi pemanfaatannya dan juga titik leleh yang dapat menimbulkan fouling pada pipa-pipa. Dalam hal ini kandungan Na2O dalam abu akan sangat mempengaruhi titik leleh abu. Abu ini dapat dihasilkan dari pengotor bawaan (inherent impurities) maupun pengotor sebagai hasil penambangannya. Komposisi abu seyogyanya diketahui dengan baik untuk kemungkinan pemanfaatannya sebagai bahan bangunan atau keramik dan penanggulangannya terhadap masalah lingkungan yang dapat ditimbulkannya.3. Zat terbang (Volatile Matter)Kandungan zat terbang sangat erat kaitannya dengan kelas batubara tersebut, makin tinggi kandungan zat terbang makin rendah kelasnya. Pada pembakaran batubara, maka kandungan zat terbang yang tinggi akan lebih mempercepat pembakaran karbon padatnya dan sebaliknya zat terbang yang rendah lebih mempersukar proses pembakaran. Nisbah kandungan carbon tertambat terhadap kandungan zat terbang disebut fuel ratio.Fuel Ratio Berbagai Jenis Batubara :Jenis Batubara Fuel Ratio

1. Coke 92

2. Antrasit 24

3. Semi antrasit 8.6

4. Bitumen

*) Low volatile 2.8

*) Medium volatile 1.9

*) High volatile 1.3

5. Lignit 0.9

4. Nilai Kalor (Fuel Ratio)Harga nilai kalor merupakan penjumlahan dari harga-harga panas pembakaran dari unsur-unsur pembentuk batubara. Harga nilai kalor yang dapat dilaporkan adalah harga gross calorific value dan biasanya dengan besar air dried, sedang nilai kalor yang benar-benar dimanfaatkan pada pembakaran batubara adalah net calorific value yang dapat dihitung dengan harga panas latent dan sensible yang dipengaruhi oleh kandungan total dari air dan abu. 5. Hardgrove Grindability Index (HGI)Hardgrove Grindability Index merupakan petunjuk mengenai mudah sukarnya batubara untuk digerus. Harga Hardgrove Grindability Index diperoleh dengan rumus : HGI = 13,6 + 6,93 W W adalah berat dalam gram dari batubara lembut berukuran 200 mesh. Makin tinggi harga HGI makin lunak batubara tersebut. Suatu PLTU biasanya disiapkan untuk menggunakan kapasitas penggerusan terhadap suatu jenis batubara dengan HGI tertentu. 6. Sifat Caking dan CokingKedua sifat tersebut ditunjukan oleh nilai muai bebas (free swelling index) dan harga dilatasi, yang terutama memberikan gambaran sifat fisik pelunakan batubara pada pemanasannya. Harga-harga yang ditunjukan oleh hasil analisis dan pengujian tersebut diperoleh dari sejumlah sample dengan menggunakan tata cara tertentu dan terkendali. Sedangkan pada kenyataannya pemanfaatannya sangat berbeda. Oleh karenanya perlu dilakukan pemantauan oleh pemakai batubara terhadap hasil pembakaran sebenarnya. Dengan demikian akan diperoleh angka-angka yang dapat dikorelasi terhadap hasil analisis dan pengujian dari sampel batubara.

3.2 Hasil Analisa Batubara1. Hasil analisa di laboratorium batubara di PN. TABA Tanjung EnimMoisture % (adb) : 10.48Abu % (db) : 2.68Volatile Matter % (db) : 47.53Fixed Carbon % (db) : 49.79Sulfur % (db) : 0.47Calorific value, calori (db) / gr : 7170Specific gravity : 1.302. Hasil analisa di Laboratium batubara di PPTM ( Pusat pengembangan Teknologi Mineral ) Bandung :a. Analisa Proksimat : (as received) Moisture % : 21.37 Volatile matter % : 34.99 Abu % : 2.19 Fixed carbon % (sisa) : 41.45b. Analisa Ultimate (as received) Nitrogen % : 0.95 Carbon % : 59.33 Hidrogen % : 7.04 Sulfur % : 0.37 Oksigen % (sisa) : 32.31 Calorific value, calori/gr : 5688 Specific gravity : 1,39c. Pengujian Dilatometer : 0 Free Swelling Index : powder (0) Roga Index : 0.32

Gray King Assay Tipe coke : A Komposisi gas pada 600 oC : H2 = 16.86 %N2 = 18.08 %CO = 12.68 %CH4 = 40.81 %CO2 = 11.48 % Nilai kalor gas= (67.64 x 0.1268) + (191.8 x 0.4081) + (57.8 x 0.1148)= 96.5954 kkal/mol x = 4312 3( Komposisi gas dilakukan di Laboratorium Teknologi Kimia ITB )d. Mositure dengan basis adb : Free Moisture = 8.48 % Inherent Moisture = 13.09 %e. Analisa abu : (ar) Unsur : %SiO2 : 32.61Al2O3 : 14.13Fe2O3 : 8.41TIO2 : 0.47MgO : 4.31CaO : 7.00Na2O : 9.05K2O : 0.89P2O5 : 0.37SO3 : 19.70

3. Hasil Analisa Ash Fusion (STM D 1857)Analisa mengenai titik leleh abu ini dilakukan dengan empat (4) macam tahap titik leleh dengan hasil sebagai berikut :

Macam tahap titik leleh Tahap nyala api Tahap nyala api Oksidasi 0C Reduksi 0CSuhu permulaan berubah 1180 1050Bentuk/Initial deformationTemp. (IT)Suhu menjadi lunak / 12001070Softening Temp. (ST)Suhu menjadi bulat bola/12201100Hem ispherical Temp. (HT)Suhu menjadi cair/Fluid13301190Temp. (FT).

3.3 Klasifikasi Batubara hasil Analisa :Dari hasil analisa klasifikasi maka batubara yang dipakai sebagai bahan penenelitian adalah sebagai berikut :1. Klasifikasi menurut ASTMParameter yang dipakai : Fixed Carbon: basis dmmf (dry mineral matter free) Volatile matter: basis dmmf Nilai Kalor: basis moist mineral matter free (mmf)Fixed Carbon (ar) = 41.45 %Konversi ke adb dengan mengalikan 100 Madb 100 13.09 = = 1.11 100 - Mar 100 21.37

FC dengan basis adb = 41.45 x 1.11 = 46. 01 Abu dengan basis adb = 2.19 x 1.11 = 2.43 VM dengan basis adb = 34.99 x 1.11 = 38.84 Sulfur dengan bsis adb = 0.37 x 1.11 = 0.41Konversi ke dmmfFC dmmf = FCadb - 0.15 Sadb x 100 % 100 (Madb + 108 Aadb + 0.55 S) = 41.86 (0.15) (0.37) x 100% 100 (13.09) + (0.55) (0.41) + (1.08) (2.43) = 54.66VM dmmf = 100 FCdmmf = 100 5466 = 45.34Konversi nilai kalor dari basis adb ke mmmfCVdmmf= (Cvadb x 1.8) 50 S x 100 % Btu/lb 100 (1.08 A + 0.55 S)CV adb= CV ar x 1.11 = 5688 kalor/gr x 1.11= 6313.68 = 6314 kalori/gr = 11365 Btu/lbCVmmf= (11.365) 50 (0.41) x 100 Btu/lb 100 1.08 (2.43) + (0.55) (0.41)= 11.365 20.5 x 100 Btu/lb 100 (2.62 + 023)= 11.3445 x 100 Btu/lb = 11.677 97.15Maka berdasarkan FC dmmf= 54.66 % VM dmmf= 45.34 % Nilai kalor mmmf= 11.677 Btu/lb

Diperoleh kalsifikasi ASTM = B coal High volatile Bituminous coalAngka angka yang dipakai adalah berdasarkan analisa dari PPTM Bandung.2. Klasifikasi menurut National Coal Board (NCB)Parameter yang dipakai Volatile Matter (dmmf) Gray king Assay type of CokeBerdasarkan VM dmmf= 45.34 % Gray king type coke= AMaka klasifikasi NCB = High Volatile non caking coal Dengan class 9023. Klasifikasi menurut InternasionalParameter yang dipakai Class number yang ditunjukkan oleh VM dengan basis daf, dan nilai kalor dengan basis moist, ash free Group number yang ditunjukkan oleh sifat caking Sub group number yang ditunjukkan oleh sifat coking.Konversi VM ke dafVmdaf = VN ar x 100 100 M ar A ar= 34.99 x 100 100 21.37 2.19= 34.99 x 1.31 = 45.84 %

Konversi Nilai kalor ke mafNilai kalor dengan basis adb = 6314 kal/gr, konversi ke maf = 6314 kal/gr x 100 = 6471 kal/gr 100 2.43Maka berdasarkan VM daf= 45.84 % Nilai kalor maf= 6471 kal/gr = 11.648= 10575 Btu/lb Sifat caking= Free Swelling Index = 0 Roga Index = 0.32Sifat caking dengan nomor froup = 0 Sifat coking = Gray King tipe coke = ADilatometer = 0Nomor sub group = 0Jadi klasifikasi Internasional batubara = 800

DAFTAR PERTANYAAN1. Diketahui sulfur terdapat 3 bentuk. Dan jelaskan perbedaan apa saja ? (Pertanyaan dari Erlin Erliani)Jawab :Sulfur dalam batubara terdapat dalam tiga bentuk, yaitu pyritic sulphur, sulphate sulphur dan organic sulphur. Dimana Sulfur dalam bentuk pyritic dan sulphate merupakan bagian dari mineral-matter yang terdapat dalam batubara yang jumlahnya kemungkinan masih dapat dikurangi dengan teknik pencucian. Persen pyritic dan sulphate sulphur didapat melalui analisis di laboratorium, sedangkan organic sulphur didapat dengan cara mengurangi % total sulphur dengan pyritic dan sulphate sulphur (S(o) = TS-S(p)-S(s)). Terdapatnya sulphate sulphur dalam suatu batubara sering dipergunakan sebagai penunjuk bahwa batubara tersebut telah teroksidasi, sedangkan pyritic sulphur dianggap sebagai salah satu penyebab timbulnya spontaneous combustion. Spontaneous combusition adalah proses terjadinya kebakaran stockpile batubara secara spontan. Sebelum dilakukan proses pencucian batubara sebaiknya dilakukan analisis forms of sulphur terlebih dahulu, untuk mengetahui %organic sulphur-nya. Apabila organic sulphur-nya > 1.00%, 2. Batubara tidak mengndung ash, tetapi batubara itu mengandung ash, kenapa itu bisa terjadi ? ( Pertanyaan dri Melanta Lara Aldina)Jawab :Nilai kandungan ash suatu batubara bukanya tidak ada, namun kandungan yang dimiliki selalu lebih kecil dari pada nilai kandungan mineralnya. Hal ini terjadi karena selama pembakaran telah terjadi perubahan kimiawi pada batubara tersebut, seperti menguapnya air kristal, karbondioksida dan oksida sulfur.

3. Di Power Point tertera bahwa pada Rumus Klasifikasi Menurut ASTM, Fixed Carbonnya tertulis 41,45 %, apakah itu sudah ketetapan ? (Pertanyaan dari Andi Stella Melanie) Jawab : Ya nilai fixed carbon itu sudah ketetapan. Dimana :Merupakan hasil analisa di Laboratium batubara di PPTM ( Pusat pengembangan Teknologi Mineral ) Bandung :Analisa Proksimat : (as received) Moisture % : 21.37 Volatile matter % : 34.99 Abu % : 2.19 Fixed carbon % (sisa) : 41.45Analisa Ultimate (as received) Nitrogen % : 0.95 Carbon % : 59.33 Hidrogen % : 7.04 Sulfur % : 0.37 Oksigen % (sisa) : 32.31 Calorific value, calori/gr : 5688 Specific gravity : 1,39

PENUTUP3.1 Kesimpulan Klasifikasi Batubara1. Klasifikasi menurut ASTM : Sub High Volatile C Bituminous coal2. Klasifikasi menurut NCB : High Volatile non-caking coal dengan class 9023. Klasifikasi menurut Internasional : nomor 8003.2 SaranSebagai generasi muda hendaknya kita memiliki pengetahuan yang luas dengan banyak membaca reverensi-reverensi yang akurat dan dapat dipercaya, dan memperbanyak pengetahuan tentang tambang Energi kita yaitu Batubara, sehingga kelak mampu mengoptimalkan Sumber Daya Alam ini ke jenjang masa depan.

DAFTAR PUSTAKAChandrataruna, Ahmad (2008). Klasifikasi Analisa Batubara. From http://geoview-geoview.blogspot.com/, ( Diakses 10 April 2014)

Firman, Muhammad (2009). Definisi dan Pemanfaatan Batubara. From http://id.wikipedia.org/wiki/Definisi dan Manfaat Bioethanol/,( Diakses 10 April 2014)

Source of Netty Herawati (Foto Copy)

22