Upload
rendyk-valentino-p
View
21
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ttt
Citation preview
161
ditetesi HCl 0,1N tidak berbuih. Batusabak memiliki komposisi mineral stress yaitu
mika.
Batusabak merupakan batuan malihan yang berasal dari lempung atau serpih yang
mengalami metamorfosa metamorfosa kontak tingkat rendah hingga medium.
Batusabak termasuk dalam golongan batuan metamorf kontak karena terjadi
kenaikan temperatur pada batuan tertentu, kemudian panas tubuh intrusi yang
diteruskan pada batuan sekitarnya mengakibatkan metamorfosa kontak. Batusabak
yang diteliti memiliki warna hitam karena pada batusabak terbentuk dari batuan asal
yang mengandung unsur yang menyebabkan warna hitam seperti grafit, hornblend,
dll. Batusabak memiliki struktur foliasi (slatycleavage) karena batusabak merupakan
ubahan dari batulempung, kemudian terjadi perubahan yang melibatkan tekanan dan
temperatur yang tinggi, menghasilkan mulanya terjadi rekristalisasi dan modifikasi
mineral lempung. Ukuran butirnya berukuran mikroskopis, tetapi arah baru orientasi
yang disukai dapat berkembang oleh respon tekanan yang diterapkan. Hasilnya
memiliki ukuran butir halus dan belahan yang bagus. Batusabak memiliki tekstur
kristaloblastik tepatnya lepidoblastik karena tekstur batuan metamorf yang
didominasi oleh mineral-mineral pipih dan memperlihatkan orientasi sejajar.
Batusabak memiliki beberapa kegunaan. Kegunaan batu sabak, yaitu untuk atap
rumah dan batu tempel dingin sebagai bidang bangunan. Batu sabak pada jaman
dahulu digunakan untuk batu tulis. Batusabak juga memiliki kegunaan di bidang
industri cat yaitu batusabak yang di gerus menjadi tepung digunakan bahan untuk
pembuatan cat. Batusabak memiliki nilai ekonomis, batusabak juga dapat ditambang.
Batusabak terdapat beberapa daerah di Indonesia, yaitu Daerah Istimewa Aceh, dan
Sumatera Barat (Sukandarrumidi, 1998).
162
2.2 FilitSampel memiliki warna coklat. Sampel yang diamati memiliki struktur foliasi
(filitik). Tekstur yang diamati pada sampel ialah kristaloblastik (lepidoblastik).
Sampel diberi cairan HCl 0,1 N pada sampel, terjadi reaksi sehingga berbuih pada
batu tersebut. Sampel ditentukan komposisi mineral yang terkandung didalam
sampel yaitu mineral mika dan klorit yang merupakan mineral stress. Sampel dapat
disimpulkan yang diteliti berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada sampel yaitu filit
yang termasuk dalam jenis batuan metamorf regional. Filit yang dijadikan sampel
diukur memiliki panjang 14cm, lebar 7cm, dan tinggi 3,5cm. Filit memiliki vein
kalsit dipermukaannya.
Beberapa filit dihasilkan dari metamorfosa mundur batuan dari kelas yang lebih
tinggi. Filit sebagai hasilnya mengandung peninggalan mineral yang bersuhu tinggi
dan menengah hingga tekanan tinggi. Filit juga terbentuk dari perkembangan
lempungan atau batuan sedimen lempung hingga pasir dengan sebuah residu meterial
organik, terutama sayuran. Perubahan tersebut merupakan perubahan dari grafit. Filit
juga dapat berasal dari berbagai jenis batuan khususnya dari sekis mika mika dan
gneiss, karena efek metamorfisme mundur. Filit biasa terbentuk pada temperatur
400oC dan pada tekanan 4,5 kilobar (Simon and schuster’s, 1988).
Filit juga terbentuk dari perkembangan lempungan atau batuan sedimen lempung
hingga pasir dengan sebuah residu meterial organik, terutama sayuran. Filit termasuk
dalam golongan batuan metamorf regional karena filit terbentuk dengan wilayah
yang sangat luas yaitu berkisar ratusan meter.. Filit yang diteliti memiliki warna
coklat karena pada filit umumnya mengandung mineral lempung yang menyebabkan
warna coklat. Filit memiliki struktur foliasi (filitik) karena struktur menunjukan
adanya mineral yang masih berukuran agak kasar dan kesan kesejajarannya mulai
agak kasar, dengan memperlihatkan belahan-belahan yang tidak terlalu rapat dimana
daun-daun mika sudah cukup besar. Filit memiliki tekstur kristaloblastik tepatnya
lepidoblastik karena tekstur batuan metamorf yang didominasi oleh mineral-mineral
pipih dan memperlihatkan orientasi sejajar. Filit pada saat ditetesi HCl 0,1N bereaksi
karena terdapat vein kalsit.
Filit termasuk dalam golongan batuan metamorf regional karena filit terbentuk
didaerah zona subduksi dengan wilayah yang sangat luas. Filit yang diteliti memiliki
warna coklat karena filit terbentuk dari mineral mika dan klorit. Filit memiliki
163
struktur foliasi (filitik) karena filit merupakan ubahan dari batuan sedimen pasir
kasar yang terjadi tekanan dan temperatur yang tinggi, sehingga berukuran agak
kasar dan kesan kesejajarannya mulai agak kasar. Filit memiliki tekstur
kristaloblastik tepatnya lepidoblastik karena filit terbentuk dari komposisi mineral
stress yang berbentuk pipih. Filit terdapat vein kalsit, dimana filit terbentuk didaerah
lipatan akibat adanya temperatur dan tekanan yang menengah membuat filit
berpindah posisi. Akibat adanya sesar membuat retakan pada permukaan filit.
Retakan-retakan pada filit terisi oleh mineral-mineral kalsit, yang mana batugamping
larut oleh air kemudian terkristalisasi pada filit.
Filit mempunyai beberapa kegunaan. Filit dapat dijadikan nilai ekonomis jika
diolah dengan tepat. Salah satu contoh kegunaan filit dibidang bangunan, yaitu
digunakan untuk atap rumah. Filit juga dapat digunakan untuk ornamen dinding
bangunan. Persebaran filit di Indonesia terdapat di daerah Sulawesi Tengah (Katili,
1988).
164
2.3 Gneiss
Sampel memiliki warna abu-abu. Sampel yang diamati memiliki struktur foliasi
(gneissa). Tekstur yang diamati pada sampel ialah kristaloblastik (granoblastik).
Sampel diberi cairan HCl 0,1 N pada sampel, tidak terjadi reaksi sehingga tidak
berbuih pada batu tersebut. Sampel ditentukan komposisi mineral yang terkandung
didalam sampel yaitu mineral hornblend yang merupakan mineral stress dan terdapat
mineral kuarsa dan feldspar yang merupakan mineral antistress. Sampel dapat
disimpulkan yang diteliti berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada sampel yaitu gneiss
yang termasuk dalam jenis batuan metamorf regional dinamo thermal. Gneiss yang
dijadikan sampel diukur memiliki panjang 8,2cm, lebar 5,2cm, dan tinggi 3cm.
Gneiss umumnya terbentuk dari batuan sedimen dan terbentuk dilingkungan
metamorfisme dari sekis mika dengan dehidrasi muskovit. Gneiss sering terbentuk
dari feldspar dan alumunium silikat. Gneiss terbentuk kembali pada tahap yang
sangat berkembang dalam perubahan ukuran butiran halus. Gneiss terbentuk pada
tingkat metamorfisme tinggi. Gneiss yang lain berkembang dari metamorfisme
granitik, granodioritik dan terkadang memperlihatkan tekstur lamanya. Gneiss
terbentuk pada temperatur 700oC dan pada tekanan 6 kilobar (Simon and schuster’s,
1988).
Gneiss termasuk dalam golongan batuan metamorf regional dinamo thermal
karena secara geografis dan genetik penyebaran batuan metamorf ini sangat erat
kaitannya dengan aktifitas orogenesa atau proses pembentukan pegunungan lipatan
gunung api, meliputi daerah yang luas dan selalu dalam bentuk sabuk pegunungan
yakni dalam daerah geosinklin. Gneiss yang diteliti memiliki warna abu-abu karena
pada gneiss umumnya mengandung mineral hornblend yang menyebabkan warna
abu-abu. Gneiss memiliki struktur gneissa karena struktur menunjukan adanya
jumlah mineral-mineral granular yang lebih banyak dari mineral-mineral pipih,
mempunyai sifat banded dan mewakili metamorfosa regional derajat tinggi. Gneiss
memiliki tekstur granoblastik karena tekstur pada batuan metamorf ini terdiri dari
mineral-mineral yang membentuk butiran yang seragam. Gneiss pada saat ditetesi
HCl 0,1N tidak bereaksi karena tidak mengandung unsur karbonat.
Gneiss termasuk dalam golongan batuan metamorf regional dinamo thermal
karena gneiss terbentuk pada kulit bumi bagian dalam dan terjadi tekanan dan
temperatur yang sangat tinggi akibat dari tumbukan dua buah lempeng tektonik
165
khususnya antara kerak samudera dan kerak benua membentuk suatu jalur penunjaan
(subduction zone). Gneiss yang diteliti memiliki warna abu-abu karena pada gneiss
umumnya mengandung mineral hornblend dan kuarsa yang menyebabkan warna
abu-abu. Gneiss memiliki struktur foliasi (gneissa) karena gneiss terbentuk dari
malihan granit yang termetamorfosa, yang mana granit banyak mengandung kuarsa.
Kuarsa merupakan mineral paling stabil sehingga terkena tekanan dan temperatur
tinggi tidak gampang hancur dan berbentuk granular sedangkan hornblend hancur
menjadi mineral pipih. Gneiss memiliki tekstur granoblastik karena. Gneiss pada saat
ditetesi HCl 0,1N tidak bereaksi karena tidak mengandung unsur karbonat.
Gneiss memiliki beberapa kegunaan. Gneiss juga memiliki nilai ekonomis jika
diolah dengan pandai. Salah satunya gneiss ditambang dapat menghasilkan uang.
Zaman dahulu, gneiss digunakan untuk membuat tangga. Gneiss pada zaman
sekarang tidak terlalu digunakan lagi. Persebaran gneiss di Indonesia terdapat pada
daerah Sulawesi Tenggara (Katili, 1988).
166
2.4 Sekis MikaSampel memiliki warna hitam. Sampel yang diamati memiliki struktur foliasi
(skistosa). Tekstur yang diamati pada sampel ialah kristaloblastik (lepidoblastik).
Sampel diberi cairan HCl 0,1 N pada sampel, tidak terjadi reaksi sehingga tidak
berbuih pada batu tersebut. Sampel ditentukan komposisi mineral yang terkandung
didalam sampel yaitu mineral mika yang merupakan mineral stress. Sampel dapat
disimpulkan yang diteliti berdasarkan ciri-ciri yang terdapat pada sampel yaitu sekis
mika yang termasuk dalam jenis batuan metamorf regional dinamo thermal. Sekis
mika yang dijadikan sampel diukur memiliki panjang 7,5cm, lebar 4,5cm, dan tinggi
4cm.
Sekis mika termasuk kedalam batuan metamorf dengan tipe meramorfosa regional
dinamo thermal yang terjadi pada kulit bumi bagian dalam dan faktor yang
berpengaruh adalah temperatur dan tekanan yang tinggi yang diakibatkan dari
tumbukan antaran dua lempeng tektonik khususnya lempeng samudera dan lempeng
benua yang membuat jalur penunjaman (subduction zone). Secara geografis dan
genetik penyebaran batuan metamorf ini sangat erat kaitannya dengan aktivitas
orogenesa atau proses pembentukan pegunungan pelipatan gunung api, meliputi
daerah yang luas dan selalu dalam bentuk sabuk pegunungan yakni dalam daerah
geosiklin dan banyak terjadi pada zona subduksi. Sekis mika dari hasil tingkatan
yang lebih tinggi dari metamorfosis regional (Hamblin, 2009). Sekis mika biasanya
terbentuk dari lempung yang bermetamorfosa terutama terdiri dari banyak serpihan
kecil dari mika. Sekis mika juga terbentuk dari metamorfosa filit. Sekis mika
terbentuk pada tekanan 5,5 kilobar dan temperatur yang tinggi yaitu 550oC (Herbert,
1957).
Sekis mika termasuk dalam golongan batuan metamorf regional karena sekis mika
terbentuk dengan wilayah yang sangat luas yaitu berkisar ratusan meter. Sekis mika
yang diteliti memiliki warna hitam karena pada sekis mika umumnya mengandung
mineral biotit yang menyebabkan warna kehitaman. Sekis mika memiliki struktur
foliasi (skistosa) karena struktur menunjukan adanya jumlah mineral-mineral pipih
yang lebih dominan dari mineral butiran. Sekis mika memiliki tekstur kristaloblastik
tepatnya lepidoblastik karena tekstur batuan metamorf ini didominasi oleh mineral-
mineral pipih dan memperlihatkan orientasi sejajar. Sekis mika memiliki komposisi
mineral mika karena pada permukaan sekis mika terlihat mineral yang menjarum dan
167
mengkilat. Sekis mika pada saat ditetesi HCl 0,1N tidak bereaksi karena tidak
mengandung unsur karbonat.
Sekis mika termasuk dalam golongan batuan metamorf regional karena sekis mika
terbentuk pada daerah sesar dengan wilayah yang sangat luas yaitu berkisar ratusan
meter. Sekis mika yang diteliti memiliki warna hitam karena sekis mika terbentuk
dari mineral biotit yang menyebabkan warna kehitaman. Sekis mika memiliki
struktur foliasi (skistosa) karena sekis mika terbentuk pada daerah regional. Sekis
mika memiliki tekstur kristaloblastik tepatnya lepidoblastik karena terbentuk oleh
tekanan dan temperatur yang sangat tinggi pada daerah regional dinamo thermal
sehingga menyebabkan mineral-mineral penyusunnya menjadi pipih dan
memperlihatkan orientasi sejajar. Sekis mika memiliki komposisi mineral mika
karena terbentuk oleh tekanan dan temperatur yang tinggi. Sekis mika pada saat
ditetesi HCl 0,1N tidak bereaksi karena tidak mengandung unsur karbonat.
Sekis mika memiliki beberapa manfaat yang dapat digunakan. Sekis mika juga
dapat diolah kemudian menjadi nilai ekonomis yang tinggi. Sekis mika banyak
ditambang untuk dijual kembali atau diolah terlebih dahulu. Sekis mika dapat
dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Sekis mika juga dapat digunakan sebagai
gravel. Persebaran sekis mika di Indonesia terdapat di daerah Sulawesi Tengah
(Kartili, 1988).