Upload
hazrinaadelia
View
95
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
MAKALAH
PENGGUNAAN OBAT TRADISIONAL DALAM
KEPERAWATAN
Oleh :
Hazrina Adelia
07121014
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang
Belakangan ini, suplemen herbal menjadi lebih populer dari sebelumnya.
Orang-orang mencari cara hidup lebih alami, dan suplemen herbal terutama
disukai di kalangan orang-orang yang tidak mampu membayar obat farmasi yang
memiliki harga jual cukup tinggi. Namun, munculnya suplemen herbal
menyajikan tantangan bagi perawat dan profesional kesehatan lainnya. Hanya
karena herbal datang dari bumi dan dianggap "alami semua" tidak berarti bahwa
obat-obatan tersebut tidak memiliki risiko, terutama bila digunakan dalam
kombinasi dengan obat lain. (Polick, 2010)
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 4 miliar orang
di seluruh dunia menggunakan obat herbal sebagai cara untuk tetap sehat, namun
banyak klien yang tidak mau mengakui ketika ditanya apakah mereka mengambil
suplemen herbal. Klien tidak selalu merasa nyaman menceritakan penyedia
layanan kesehatan mereka tentang obat-obat alternatif karena kontroversi seputar
penggunaannya. (Polick, 2010)
Menurut Bendel (2003) di Indonesia terdapat pruralisme system
pengobatan di mana berbagai cara penyembuhan yang berbeda-beda hadir
berdampingan termasuk humoral medicine dan elemen magis. Indonesia
merupakan negara yang terdiri dari berbagai suku bangsa dimana tiap suku atau
kelompok masyarakat tersebut akan mempunyai norma, perilaku, adat istiadat
yang berbeda-beda termasuk dalam mencari penyembuhan yang terkait dengan
perilaku budaya. Menurut Bendel (2003) dalam masyarakat Indonesia terdapat
kepercayaan tradisional pada hal-hal gaib (Nurhamsyah, 2012).
Bangsa Indonesia telah lama mengenal dan menggunakan tanaman
berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam menanggulangi masalah
kesehatan. Pengetahuan tentang tanaman berkhasiat obat berdasar pada
pengalaman dan keterampilan yang secara turun temurun diwariskan dari satu
generasi ke generasin berikutnya (Sukandar, 2006 dalam Sari, 2006). Hasil
Susenas 2007 menunjukkan penduduk Indonesia yang mengeluh sakit dalam
kurun waktu sebulan sebelum survey 30,90%. Dari penduduk yang mengeluh
sakit, 65,01% memilih pengobatan sendiri menggunakan obat dan atau obat
tradisional (Badan Pusat Statistik. 2008). Persentase penduduk Indonesia yang
menggunakan obat tradisional dalam pengobatan sendiri terus meningkat selama
kurun waktu tahun 2000 – 2006, dari 15,2% menjadi 38,30%. Penggunaan obat
tradisional dalam upaya pengobatan sendiri lebih besar pada kelompok umur
lansia, status menikah/ pernah menikah, pendidikan rendah, pekerjaan petani,
nelayan atau tidak bekerja, tempat tinggal di desa, dan keluhan sakit diare.
(Septian, 2012)
Leininger, ahli antropologi keperawatan sejak pertengahan lima puluhan
mendefinisikan “transkultural Nursing" sebagai area formal yang harus
diaplikasikan dalam praktik keperawatan. Tujuan dari transkultural dalam
keperawatan adalah kesadaran dan apresiasi terhadap perbedaan kultur. Selain itu
juga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dalam keperawatan yang humanis
sehingga terbentuk praktik keperawatan sesuai dengan kultur dan universal
(Nurhamsyah, 2012).
Obat tradisional dan tanaman obat banyak digunakan masyarakat
menengah kebawah terutama dalam upaya preventif, promotif dan rehabilitatif.
Sementara ini banyak orang beranggapan bahwa penggunaan tanaman obat atau
obat tradisional relatip lebih aman dibandingkan obat sintesis. Walaupun
demikian bukan berarti tanaman obat atau obat tardsional tidak memiliki efek
samping yang merugikan, bila penggunaannya kurang tepat. Agar penggunaannya
optimal, perlu diketahui informasi yang memadai tentang kelebihan dan
kelemahan serta kemungkinan penyalahgunaan obat tradisional dan tanaman obat.
Dengan informasi yang cukup diharapkan masyarakat lebih cermat untuk memilih
dan menggunakan suatu produk obat tradisional atau tumbuhan obat dalam upaya
kesehatan. (Septian, 2012)
Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang
dengan cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan.
Perawat diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas
perawat tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui
pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian
obat tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping
obat sangat penting untuk dimiliki perawat (Ina, 2012).
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ditemukan suatu rumusan
masalah, yaitu “bagaimana penggunaan obat tradisional dalam
keperawatan”
3. Tujuan
a. Mengetahui definisi, keuntungan, kerugian, serta efek samping dari obat
tradisional
b. Mengetahui peran perawat dalam pemberian obat
c. Mengetahui penggunaan obat tradisional dalam keperawatan
BAB II
Pembahasan
1. Obat Tradisional
A. Pengertian Obat Tradisional
UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan, Pasal 1 menyebutkan bahwa
Sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional, dan kosmetika. Obat
tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan tumbuhan, bahan
hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan tersebut
yang secara turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan
pengalaman. Dan pengobatan tradisional adalah pengobatan dan atau perawatan
dengan cara, obat, dan pengobatnya yang mengacu kepada pengalaman dan
keterampilan turun temurun, dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku
dalam masyarakat.
Ina (2012) menjelaskan bahwa obat dapat juga dikelompokkan menjadi
obat tanpa diresepkan (obat bebas), dengan resep dan obat herbal.
Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli atau didapatkan tanpa adanya
resep dari tenaga kesehatan yang berwenang. Obat-obat ini dijual bebas
ditoko-toko atau apotik. Hal tersebut dikarenakan obat-obat yang dijual
bebas telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi tanpa adanya resep /
pengawasan dari tenaga kesehatan. Contoh obat bebas yang umum dijual
dan dikonsumsi masyarakat adalah obat pereda gejala flu dan analgesic
ringan seperti aspirin dan asetominofen. Menjadi tugas Badan POM untuk
mengkontrol keamanan, efektivitas, dan publikasi obat-obat bebas.
Obat bebas masih dianggap aman ketika langsung dikonsumsi. Namun,
bahaya obat-obatan bebas sering terjadi karena penyalahgunaan obat-obat
tersebut. Banyak orang lebih memilih mengkonsumsi obat sendiri daripada
datang kepada tenaga kesehatan untuk mendapatkan bantuan, bahkan
banyak pula yang tidak dapat tertolong karena keterlambatan penanganan
oleh tenaga kesehatan.
Obat dengan resep adalah obat yang diperjualbelikan secara legal. Untuk
klien-klien tertentu, dibutuhkan pengawasan medis dalam pengunaan obat-
obatan dikarenakan keamanan akan efek terapi dan resiko keracunan
akibat dosis yang diberikan. Dokter bertanggungjawab dalam meresepkan
obat. Namun, dalam kondisi tertentu perawat atau asisten dokter dapat
juga meresepkan obat.
Obat herbal atau tumbuhan obat adalah obat-obatan yang digunakan
berasal dari tumbuhan dan belum mengalami proses kimia dilaboratorium.
Walaupun penggunaan obat-oabatan herbal ini sudah sangat luas
dimasyarakat, namun penggunaannya masih jarang dimasukkan kedalam
riwayat kesehatan klien. Perawat harus mengkaji penggunaan obat-obat
herbal ini. Contoh tanaman obat adalah ginko biloba yang dapat digunakan
untuk meningkatkan sirkulasi darah dan fungsi kognitif.
Pada kenyataannya bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya
lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral, sehingga sebutan
obat tradisional (OT) hampir selalu identik dengan tanaman obat (TO) karena
sebagian besar OT berasal dari TO (Septian, 2012).
Obat tradisional ini (baik berupa jamu maupun TO) masih banyak
digunakan oleh masyarakat, terutama dari kalangan menengah kebawah. Bahkan
dari masa ke masa OT mengalami perkembangan yang semakin meningkat,
terlebih dengan munculnya isu kembali ke alam (back to nature) serta krisis yang
berkepanjangan. Namun demikian dalam perkembangannya sering dijumpai
ketidak tepatan penggunaan OT karena kesalahan informasi maupun anggapan
keliru terhadap OT dan cara penggunaannya. Dari segi efek samping memang
diakui bahwa obat alam/OT memiliki efek samping relatif kecil dibandingkan
obat modern, tetapi perlu diperhatikan bila ditinjau dari kepastian bahan aktif dan
konsistensinya yang belum dijamin terutama untuk penggunaan secara rutin.
(Septian, 2012)
B. Kelebihan dan Klemahan Obat Tradisional
1. Kelebihan Obat Tradisional
Dibandingkan obat-obat modern, memang OT/TO memiliki beberapa
kelebihan, antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan
dengan komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman
memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-
penyakit metabolik dan degeneratif.
2. Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional
Disamping berbagai keuntungan, bahan obat alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional
(termasuk dalam upaya agar bisa diterima pada pelayanan kesehatan formal).
Adapun beberapa kelemahan tersebut antara lain : efek farmakologisnya yang
lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis serta volumines,
belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme.
Menyadari akan hal ini maka pada upaya pengembangan OT ditempuh berbagai
cara dengan pendekatan-pendekatan tertentu, sehingga ditemukan bentuk OT
yang telah teruji khasiat dan keamanannya, bisa dipertanggung jawabkan secara
ilmiah serta memenuhi indikasi medis; yaitu kelompok obat fitoterapi atau
fitofarmaka Akan tetapi untuk melaju sampai ke produk fitofarmaka, tentu
melalui beberapa tahap (uji farmakologi, toksisitas dan uji klinik) hingga bisa
menjawab dan mengatasi berbagai kelemahan tersebut.
Efek farmakologis yang lemah dan lambat karena rendahnya kadar
senyawa aktif dalam bahan obat alam serta kompleknya zat balast/senyawa banar
yang umum terdapat pada tanaman. Hal ini bisa diupayakan dengan ekstrak
terpurifikasi, yaitu suatu hasil ekstraksi selektif yang hanya menyari senyawa-
senyawa yang berguna dan membatasi sekecil mungkin zat balast yang ikut
tersari. Sedangkan standarisasi yang komplek karena terlalu banyaknya jenis
komponen OT serta sebagian besar belum diketahui zat aktif masing-masing
komponen secara pasti, jika memungkinkan digunakan produk ekstrak tunggal
atau dibatasi jumlah komponennya tidak lebih dari 5 jenis TO. Disamping itu juga
perlu diketahui tentang asal-usul bahan, termasuk kelengkapan data pendukung
bahan yang digunakan; seperti umur tanaman yang dipanen, waktu panen, kondisi
lingkungan tempat tumbuh tanaman (cuaca, jenis tanah, curah hujan, ketinggian
tempat dll.) yang dianggap dapat memberikan solusi dalam upaya standarisasi TO
dan OT. Demikian juga dengan sifat bahan baku yang higroskopis dan mudah
terkontaminasi mikroba, perlu penanganan pascapanen yang benar dan tepat
(seperti cara pencucian, pengeringan, sortasi, pengubahan bentuk, pengepakan
serta penyimpanan).
C. Efek Samping Obat Tradisional
Dari definisi Obat Tradisional, pada kata ‘secara tradisional’ tersirat
makna bahwa segala aspeknya (jenis bahan, cara menyiapkan, takaran serta waktu
dan cara penggunaan) harus sesuai dengan warisan turun-temurun sejak nenek
moyang kita. Penyimpangan terhadap salah satu aspek kemungkinan dapat
menyebabkan ramuan OT tersebut yang asalnya aman menjadi tidak aman atau
berbahaya bagi kesehatan. Pada hal jika diperhatikan, seiring perkembangan
jaman banyak sekali hal-hal tradisional yang telah bergeser mengalami
penyempurnaan agar lebih mudah dikerjakan ulang oleh siapapun. Misalnya
tentang peralatan untuk merebus jamu, dulu masih menggunakan kwali dari tanah
liat sekarang sudah beralih ke panci dari aluminium, untuk menumbuk sudah
menggunakan alat-alat dari logam dan tidak lagi menggunakan alu dari kayu atau
batu, dan lain sebagainya.
Disamping itu perlu disadari pula bahwa memang ada bahan ramuan OT
yang baru diketahui berbahaya, setelah melewati beragam penelitian, demikian
juga adanya ramuan bahan-bahan yang bersifat keras dan jarang digunakan selain
untuk penyakit-penyakit tertentu dengan cara-cara tertentu pula. Secara
toksikologi bahan yang berbahaya adalah suatu bahan (baik alami atau sintesis,
organik maupun anorganik) yang karena komposisinya dalam keadaan, jumlah,
dosis dan bentuk tertentu dapat mempengaruhi fungsi organ tubuh manusia atau
hewan sedemikian sehingga mengganggu kesehatan baik sementara, tetap atau
sampai menyebabkan kematian. Suatu bahan yang dalam dosis kecil saja sudah
menimbulkan gangguan, akan lebih berbahaya daripada bahan yang baru dapat
mengganggu kesehatan dalam dosis besar. Akan tetapi bahan yang aman pada
dosis kecil kemungkinan dapat berbahaya atau toksis jika digunakan dalam dosis
besar dan atau waktu lama, demikian juga bila tidak tepat cara dan waktu
penggunaannya. Jadi tidak benar, bila dikatakan OT/TO itu tidak memiliki efek
samping, sekecil apapun efek samping tersebut tetap ada; namun hal itu bisa
diminimalkan jika diperoleh informasi yang cukup. Ada beberapa contoh, antara
lain merica (Piperis sp.) pada satu sisi baik untuk diabetes, tetapi mrica juga
berefek menaikkan tekanan darah; sehingga bagi penderita diabet sekaligus
hipertensi dianjurkan tidak memasukkan merica dalam ramuan jamu/OT yang
dikonsumsi. Kencur (Kaempferia galanga) memang bermanfaat menekan batuk,
tetapi juga berdampak meningkatkan tekanan darah; sehingga bagi penderita
hipertensi sebaik-nya tidak dianjurkan minum beras-kencur. Demikian juga
dengan brotowali (Tinospora sp.) yang dinyatakan memiliki efek samping dapat
mengganggu kehamilan dan menghambat pertumbuhan plasenta.
Walaupun demikian efek samping TO/OT tentu tidak bisa disamakan
dengan efek samping obat modern. Pada TO terdapat suatu mekanisme yang
disebut-sebut sebagai penangkal atau dapat menetralkan efek samping tersebut,
yang dikenal dengan SEES (Side Effect Eleminating Subtanted). Sebagai contoh
di dalam kunyit terdapat senyawa yang merugikan tubuh, tetapi di dalam kunyit
itu juga ada zat anti untuk menekan dampak negativ tersebut. Pada perasan air
tebu terdapat senyawa Saccharant yang ternyata berfungsi sebagai antidiabetes,
maka untuk penderita diabet (kencing manis) bisa mengkonsumsi air perasan
tebu, tetapi dilarang minum gula walaupun gula merupakan hasil pemurnian dari
tebu. (Septian, 2012)
2. Peran Perawat Dalam Pemberian Obat
Pada dasarnya perawat mempunyai beberapa jenis peran dilihat dari batas
kewenangannya.
Peran independen : peran perawat secara legal (tindakan mandiri terhadap
diagnosa keperawatan ttt)
Peran dependen : (peran perawat tergantung pada profesi lain dalam
melakukan tindakan thdp mslh kesehatan)
Peran interdependen (kolaborasi) : peran perawat memerlukan penaganan
bersama.
Peran dan tanggung jawab perawat dalam pemberian obat mengalami
perubahan seiring dengann perubahan sistem pelayanan kesehatan. Secara
tradisional perawat hanya dapatt memberikan obat setelah mendapat pesan dari
dokter. Di beberapa RS perawat dapat memberikan obat secara langsung
misalnya: dalam kondisi gawat darurat (Dewi, 2011).
Peran perawat dalam pemberian obat dan pengobatan telah berkembang
dengan cepat dan luas seiring dengan perkembangan pelayanan kesehatan.
Perawat diharapkan terampil dan tepat saat melakukan pemberian obat. Tugas
perawat tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi obat melalui
pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien terhadap pemberian
obat tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan tentang manfaat dan efek samping
obat sangat penting untuk dimiliki perawat. (Ina, 2012)
Perawat memiliki peran yang utama dalam meningkatkan dan
mempertahankan dengan mendorong klien untuk proaktif jika membutuhkan
pengobatan. Dengan demikian, perawat membantu klien membangun pengertian
yang benar dan jelas tentang pengobatan, mengkonsultasikan setiap obat yang
dipesankan, dan turut bertanggung jawab dalam pengambilan keputusan tentang
pengobatan bersama tenaga kesehatan lainnya.
Keberhasilan promosi kesehatan sangat tergantung pada cara pandang
klien sebagai bagian dari pelayanan kesehatan, yang juga bertanggung jawab
terhadap menetapkan pilihan perawatan dan pengobatan, baik itu berbentuk obat
alternative, diresepkan oleh dokter, atau obat bebas tanpa resep dokter. Sehingga,
tenaga kesehatan terutama perawat harus dapat membagi pengetahuan tentang
obat-obatan sesuai dengan kebutuhan klien.
Pengkajian sebelum memberikan obat kepada klien diperlukan untuk
menentukan efektivitas dan mengidentifikasi efek lain dari obat yang diberikan.
Terutma bila terdapat gejala dari efek non terapi yang timbul seperti perubahan
kesadaran, penurunan berat badan, dehidrasi, agitasi atau kelelahan, anoreksia,
retensi urin, atau gangguan istirahat. Perlu juga diperhatikan reaksi antar obat atau
efek obat terhadap penyakit (Ina, 2012)
Pengkajian keperawatan meliputi pengkajian terhadap riwayat penggunaan
obat dahulu, dengan atau tanpa resep dan obat tradisional. Perawat juga perlu
mengkaji sistem pendukung dalam keluarga dan lingkungan bagi klien. Pastikan
tidak terdapat gangguan farmakodinamik atau farmakokinetik pada tubuh klien.
Lakukan evaluasi terhadap kemampuan klien mengkonsumsi obat yang diberikan
secara benar. Lakukan pengkajian berkenaan dengan prinsip hidupdan
kepercayaan yang dimiliki klien berhubungan dengan pengobatan yang diberikan,
apakah pengobatan tersebut dapat melukai klien atau tidak.
3. Obat Tradisional Dalam Keperawatan
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 80% dari
orang di seluruh dunia menggunakan obat-obatan herbal dan terapi alternatif lain
untuk memerangi penyakit. Oleh sebab itu, terapi dan pengobatan alternatif
menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh pemberi layanan kesehatan
Penggunaan obat tradisional dapat bermanfaat untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat, lebih-lebih dalam upaya preventif dan promotif bila
dipergunakan secara tepat. Ketepatan itu menyangkut tepat dosis, cara dan waktu
penggunaan serta pemilihan bahan ramuan yang sesuai dengan indikasi
penggunaannya. Sebaliknya OT/TO-pun dapat berbahaya bagi kesehatan bila
kurang tepat penggunaannya (baik cara, takaran, waktu maupun pemilihan bahan
ramuan) atau memang sengaja disalahgunakan. Oleh karena itu diperlukan
informasi yang lengkap tentang TO/OT, untuk menghindari hal-hal yang
merugikan bagi kesehatan. (Septian, 2012)
Persentase penduduk Indonesia yang menggunakan obat tradisional dalam
pengobatan sendiri terus meningkat selama kurun waktu tahun 2000 – 2006, dari
15,2% menjadi 38,30%. Penggunaan obat tradisional dalam upaya pengobatan
sendiri lebih besar pada kelompok umur lansia, status menikah/ pernah menikah,
pendidikan rendah, pekerjaan petani, nelayan atau tidak bekerja, tempat tinggal di
desa, dan keluhan sakit diare. (Septian, 2012) Berdasarkan data tersebut, perawat
perlu memberikan pembinaan dan penataan yang lebih baik dan luas terhadap
obat tradisional mengingat semakin banyaknya masyarakat yang
menggunakannya dalam pengobatan sendiri. Bahkan lebih banyak pada kelompok
umur lansia dan tempat tinggal di desa, sehingga memerlukan penyuluhan dan
pembinaan yang lebih baik.
Banyak orang mengira bahwa obat herbal sangat aman karena semua
bahannya yang berasal dari alam. Namun, menilai hal tersebut menjadi sulit
karena obat herbal tidak memiliki standar kualitas dan pengaturan yang resmi dari
pemerintah. Karena herbal tidak diatur dosis dan penggunaannya oleh pemerintah,
tidak ada dosis standar atau informasi lain yang tersedia untuk konsumen
waspada. Karena diijual di toko obat maupun di warung, produk ini mudah
diakses dan dapat diambil seluruhnya tanpa pengawasan medis. Malah, Food and
Drug Administration (FDA) atau Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika
Serikat memperlakukan obat herbal sebagai suplemen makanan.
Obat herbal termasuk obat yang bisa didapat tanpa melalui peresepan.
Obat herbal atau tumbuhan obat adalah obat-obatan yang digunakan berasal dari
tumbuhan dan belum mengalami proses kimia dilaboratorium. Walaupun
penggunaan obat-oabatan herbal ini sudah sangat luas dimasyarakat, namun
penggunaannya masih jarang dimasukkan kedalam riwayat kesehatan klien.
Perawat harus mengkaji penggunaan obat-obat herbal ini.
Beberapa obat herbal dapat mengakibatkan kegawatan akibat interaksi
kimiawi yang terjadi, sehingga dibutuhkan lebih banyak penelitian laboratorium
untuk menilai manfaat, efektivitas, dosis yang tepat, dan reaksi kimia yang terjadi
didalam tubuh. Karena apabila sesuatu yang asing masuk kedalam tubuh, dapat
menimbulkan reaksi yang tidak terduga. Untuk itu perawat perlu untuk mengkaji
penggunaan tablet, ramuan, ataupun ekstrak yang berasal obat-obatan herbal
untuk dibandingkan dengan literatur yang menunjang.
Pada saat ini, pemahaman kita tentang interaksi antara obat dengan
rempah-rempah dan antara obat dengan makanan masih dalam masa
perkembangan. Banyak penelitian masih diperlukan dalam terapi herbal untuk
memeriksa konstituen tanaman dan untuk menentukan bagaimana tanaman
berinteraksi dengan obat-obatan dan makanan. Beberapa peneliti menunjukkan
bahwa interaksi obat-ramuan terjadi lebih sedikit daripada yang diperkirakan. Jika
interaksi antara herbal dan obat terjadi, biasanya pelakunya adalah obat
konvensional karena mereka lebih aktif secara farmakologi. (Kuhn, 2002)
Perawat harus memiliki pengetahuan mengenai OT yang dikonsumsi oleh
klien. Pengkajian yang komprehensif sangat dibutuhkan perawat untuk
mengidentifikasi obat-obatan yang diresepkan, suplemen, maupun pengobatan
alternative yang digunakan klien. Sering kali klien lalai untuk menginformasikan
penggunaan OT karena mereka tidak mengetahui pentingnya interaksi zat yang
dikonsumsi dengan gambaran klinis klien. Menentukan penggunaan OT
merupakan aspek penting dari pengkajian klien dan dapat mempengaruhi
intervensi keperawatan. Klien juga dapat meminta saran dari perawat tentang
penggunaan OT dan tentang kemanjuran dan keamanan dari produk-produk
herbal.
Perawat harus mencari sumber referensi mengenai bahan-bahan dan terapi
alternative yang digunakan klien selama masa perawatan. Karena seringkali
perawat yang menghabiskan waktu paling dengan pasien. Perawat bertanggung
jawab mencatat riwayan kesehatan dan keluhan klien. Seringkali, perawat
bertanggung jawab untuk melacak respon pasien terhadap obat-obatan, serta
mencatat efektivitas dan efek samping obat. Perawat perlu tahu jika pasien
mengkonsumsi obat herbal, karena herbal tertentu dapat mengganggu obat
standar. Misalnya, bawang putih dan ginko yang dapat meningkatkan efek dari
beberapa pengencer darah.
Penilaian preoperative dari penggunaan produk herbal adalah penting.
Penggunaan semua produk herbal harus dihentikan 5 sampai 7 hari sebelum
operasi. Karena informasi farmakokinetik herbal kebanyakan tidak tersedia.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk produk herbal dapat dibersihkan dari
tubuh masih belum diketahui. Jika seorang klien memiliki prosedur darurat,
perawat harus secara khusus bertanya tentang OT yang mempengaruhi
pembekuan, termasuk bromelain, cabe rawit, chamomile, kulit kina, dong quai, ,
bawang putih, jahe, ginkgo, ginseng, , kastanye, dan vitamin E (> 1200 IU).
Informasi ini harus didiskusikan dengan staf medis (Kuhn, 2002)
Sama halnya dengan informasi medis terkait lainnya, saat melakukan
pengkajian, perawat harus membuat daftar rinci mengenai pengobatan yang
dilakukan klien. Dan untuk menginformasikannya dengan tenaga kesehatan lain
mengenai penggunaan terapi dan OT. Serta mengkaji interaksi obat yang mungkin
muncul dan kontra indikasi terhadap terapi medis.
Perhatian bidang keperawatan terhadap tren penggunaan OT dapat dilihat
dari pendapat anonim (2012) dalam Nursingprograms mengenai Complimentary
and Alternative Medicine (CAM) yang menyatakan bahwa kini, keperawatan dan
program sekolah keperawatan telah mengakui tren ini dan mengubah kurikulum
mereka untuk mengakui CAM. Bahkan sekarang ada program keperawatan yang
menawarkan beberapa program CAM. Beberapa program keperawatan juga
menawarkan pelatihan di lapangan. Sementara itu, perawat tentu dapat
memanfaatkan alat-alat seperti penelitian berbasis bukti di website NCAAM atau
website FDA, akan lebih bijaksana bagi perawat untuk berlatih dan mengambil
keuntungan dari program pendidikan berkelanjutan tentang pengobatan
komplementer dan alternatif. Sekolah keperawatan telah mencatat tren ini dan
menawarkan program yang memberikan dasar yang kokoh dalam informasi
tentang CAM.
Penggunaan OT diketahui memeiliki efek samping yang relative kecil.
Namun hal ini hanya jika digunakan secara tepat. Tepat bahan yang digunakan,
tepat takaran yang digunakan, tepat waktu penggunaan, tepat cara penggunaan,
tepat telaah informasi, dan tanpa penyalahgunaan OT itu sendiri.
Penelitian yang telah dilakukan terhadap tanaman obat sangat membantu
dalam pemilihan bahan baku OT. Pengalaman turun temurun akan ditunjang
dengan penelitian sehingga memberikan keyakinan akan khasiat dan keamanan
OT tersebut. Karena itu, sangat penting mengetahui perkembangan penelitian
terbaru mengenati obat-obatan tradisional. Terutama dengan perkembangan tren
pengobatan alternative dan kultur Indonesia yang masih kental dengan
kepercayaan terhadap manfaat pengobatan dengan obat tradisional.
BAB III
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Obat tradisional adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa bahan
tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan
untuk pengobatan berdasarkan pengalaman
Kelebihan Obat Tradisional : efek sampingnya relatif rendah, memiliki
efek saling mendukung, memiliki lebih dari satu efek farmakologi
Kelemahan Produk Obat Alam / Obat Tradisional : efek farmakologisnya
yang lemah, bahan baku belum terstandar, belum dilakukan uji klinik dan
mudah tercemar berbagai jenis mikroorganisme
Efek Samping Obat Tradisional : Penyimpangan terhadap salah satu aspek
kemungkinan dapat menyebabkan ramuan OT tersebut yang asalnya aman
menjadi tidak aman atau berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu perlu
disadari pula bahwa memang ada bahan ramuan OT yang baru diketahui
berbahaya, setelah melewati beragam penelitian.
Secara tradisional perawat hanya dapatt memberikan obat setelah
mendapat pesan dari dokter. Di beberapa RS perawat dapat memberikan
obat secara langsung misalnya: dalam kondisi gawat darurat (Dewi, 2011).
Tugas perawat tidak sekedar memberikan pil untuk diminum atau injeksi
obat melalui pembuluh darah, namun juga mengobservasi respon klien
terhadap pemberian obat tersebut. Oleh karena itu, pengetahuan tentang
manfaat dan efek samping obat sangat penting untuk dimiliki perawat.
(Ina, 2012)
Pengkajian yang komprehensif sangat dibutuhkan perawat untuk
mengidentifikasi obat-obatan yang diresepkan, suplemen, maupun
pengobatan alternative yang digunakan klien.
Sama halnya dengan informasi medis terkait lainnya, saat melakukan
pengkajian, perawat harus membuat daftar rinci mengenai pengobatan
yang dilakukan klien. Dan untuk menginformasikannya dengan tenaga
kesehatan lain mengenai penggunaan terapi dan OT. Serta mengkaji
interaksi obat yang mungkin muncul dan kontra indikasi terhadap terapi
medis.
2. Saran
Perkembangan tren pengobatan tradisional hendaknya menjadi perhatian
bagi dunia keperawatan. Pendidikan mengenai pengobatan tradisional
hendaknya ditingkatkan, agar perawat mampu memanfaatkan tradisi yang
telah ada sebagai bagian yang mendudukung usaha pengembangan
kesehatan masyarakat.
Daftar Pustaka
Anonim. (2012). What Nurses Need to Know about Alternative Medicine. Diakses
dari http://www.nursingprograms.com/nurses-and-cam
Badan Pusat Statistik. 2008. Statistik Kesejahteraan Rakyat (Welfare Statistics)
2007. Jakarta: 72-80.
Dewi, T. (2011). Peran Perawat Dalam Pengobatan. Bahan Perkuliahan, Tidak
dipublikasikan
Ina. (2012). Medikasi dan Cara Menghitung Dosis Obat. Diakses dari
http://dokterina.blogspot.com/2012/10/medikasi-dan-cara-menghitung-
dosis-obat.html)
Kuhn, M.A. (2002). Herbal Remedies: Drug-Herb Interactions. Diakses dari
http://ccn.aacnjournals.org/content/22/2/22.full
Sari, L.O. (2006). Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbamgan
Manfaat dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian
Septian, D. (2012). Makalah Ilmu Dasar Keperawatan Iii Farmakologi Obat
Tradisional Dengan Efek Antipretik Analgesik Dan Antasida. Diakses dari
http://wineralways.blogspot.com/2012/05/makalh-ilmu-dasar-
keperawatan-iii_15.html)
Terri Polick. (2010). An Argument for Herbal Medicine in Nursing. Diakses dari
http://nursinglink.monster.com/education/articles/196-an-argument-for-
herbal-medicine-in-nursing