15
FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL Batch Sheet II I. Nama Zat Aktif dan Jumlah Sediaan Nama zat aktif : Aneurin Hydrochloridum ; Thiamini Hydrochloridum ( Vit. B1) Jumlah sediaan : obat suntik dalam ampul 1 ml no. V II. Formula Aneurin Hydrochloridum 25 mg Natrii Chloridum 3 mg Acidum Hydrochloridum 0,1 N ad pH stabilitas Aqua pro injection ad. 1 ml III. Monografi Zat Aktif dan Zat Tambahan Zat aktif Aneurin Hydrochloridum ; Thiamini Hydrochloridum Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

BATCH II - VIT B1.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BATCH II - VIT B1.docx

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL

Batch Sheet II

I. Nama Zat Aktif dan Jumlah Sediaan

Nama zat aktif : Aneurin Hydrochloridum ; Thiamini Hydrochloridum ( Vit. B1)

Jumlah sediaan : obat suntik dalam ampul 1 ml no. V

II. Formula

Aneurin Hydrochloridum 25 mg

Natrii Chloridum 3 mg

Acidum Hydrochloridum 0,1 N ad pH stabilitas

Aqua pro injection ad. 1 ml

III. Monografi Zat Aktif dan Zat Tambahan

Zat aktif

Aneurin Hydrochloridum ; Thiamini Hydrochloridum

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 2: BATCH II - VIT B1.docx

Pemerian : Hablur kecil atau serbuk hablur; putih; bau khas lemah mirip

ragi; rasa pahit ( FI, ed.III, hal 598)

Kelarutan : Mudah latut dalam air, sukar larut dalam etanol (95%) P;

praktis tidak larut dalam eter P dan dalam benzen P; larut dalam gliserol P.

(FI, ed.III, hal 599)

Titik leleh/ lebur : 2480 C

Dosis :

* Dosis lazim : 10 mg – 100 mg (FI, ed. III, hal 991)

* Dosis Maksimum : -

Daftar obat :

Obat keras : sediaan injeksi

Sediaan obat :

* Pemerian obat : larutan bening

* Stabilitas : Tiamin HCl untuk injeksi harus dilindungi dari cahaya dan

disimpan pada suhu kurang dari 40 ° C dan lebih disukai antara 15-30 ° C;

menghindari pembekuan.

* OTT : terhadap oksidator, reduktor, karbonat (Mart, 1277)

* pH : 2,8 – 3,4 ( Mart, 1277)

Zat Tambahan

Natrii Chloridum

Pemerian : hablur heksahedral tidak berwarna atau serbuk hablur putih;

tidak berbau; rasa asin.

Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air mendidih dan

dalam lebih kurang 10 bagian gliserol P; sukar larut dalam etanol (95%) P.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik

Khasiat dan penggunaan : sumber ion klorida dan ion natrium

(Farmakope Indonesia edisi.III, hal 403)

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 3: BATCH II - VIT B1.docx

Aqua Pro Injectione (API)

Air untuk injeksi adalah air suling segar yang disuling kembali, disterilkan

dengan cara sterilisasi A atau C.

Pemerian : keasaman-kebasaan; ammonium; besi; tembaga; timbale;

kalsium; klorida; nitrat; sulfat; zat teroksidasi memenuhi syarat yang

tertera pada aqua destillata.

Penyimpanan : dalam wadah tertutup kedap. Jika disimpan dalam wadah

bertutup kapas berlemak harus digunakandalam waktu 3 hari setelah

pembuatan.

Khasiat dan penggunaan : untuk pembuatan injeksi.

(Farmakope Indonesia edisi III, hal.97)

IV. Alasan pemilihan zat tambahan

a. Aqua pro injection

Alasan pemilihan zat tambahan :

Air untuk injeksi adalah air bebas pirogen yang digunakan untuk membuat

larutan injeksi.

Sejauh ini, pembawa yang paling sering digunakan untuk sediaan steri adalah

air, karena air merupakan pembawa untuk semua cairan tubuh.

Air steril untuk injeksi pada temperatur ekstrim atau tinggi akan mencegah

terjadinya reaksi pirogen dengan cara menghambat pertumbuhan

mikroorganisme.

b. Natrium Chloridum

Alasan pemilihan zat tambahan :

Perlunya sediaan injeksi dibuat isotonis ataupun hipertonis agar pada saat

penyuntikan tidak menimbulkan rasa nyeri. Untuk membuat injeksi

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 4: BATCH II - VIT B1.docx

yang isotonis dapat dibuat dengan menambahkan NaCl dalam jumlah

tertentu yang telah dihitung dari perhitungan tonisitas sediaan.

V. Perhitungan Bahan dan Penimbangan

Tonisitas :

Perhitungan tonisitas dari Aneurin HCl

∆tb Aneurin HCl = 0.139 (Merck Index edisi 8 halaman 1277)

C Aneurin HCl = 2.5

W = 0.52 - ∆tb . C

0.576

W = 0.52 – (0.139 . 2.5)

0.576

= 0,299% → 0.3%

Nacl yang dibutuhkan

0.9 – 0.3 = 0.6

Volume yang dibuat : (n + 2)c + 6mL

(7 + 2)1,1 + 6mL

15,9 mL ̴ 16 mL

Penimbangan Bahan :

Aneurin HCl : 25 mg x 16 mL = 400 mg

NaCl : 3 mg x 16 mL = 48 mg

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 5: BATCH II - VIT B1.docx

VI. Prosedur

No

.

Pengolahan

1. Dilarutkan aneurin HCl dalam sebagian aqua pro injeksi (a.p.i)

2. Dilarutkan NaCl dalam sebagian aqua pro injeksi

3. Kedua campuran tersebut dicampur

4. Ditambah a.p.i ad. ±14 ml, kemudian pH dicek

5. Ditambah HCl 0,1 N (sampai pH memasuki rentang 2,8 – 3,4

6. Larutan ditambah a.p.i ad. 16 ml

7. Larutan disaring dan filtrate pertamanya dibuang

8. Larutan kemudian diisikan ke dalam 5 ampul @1,1 ml

9. Ampul disemprot dengan uap air dialiri gas inert lalu ditutup

10. Disterilisasi dalam otoklaf 1150 – 1160 C selama 15 menit

VII. Evaluasi

No

.

Jenis evaluasi Penilaian

1. Penampilan fisik wadah -

2. Jumlah sediaan 4 ampul

3. Kejernihan Baik

4. Brosur -

5. Kemasan -

6. Kebocoran ampul 3 ampul

7. Etiket -

8. Keseragaman volume Seragam

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 6: BATCH II - VIT B1.docx

VIII. Pembahasan

Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril ini, kelompok kami membuat

sediaan Injeksi aneurin hydrochloridum 25 mg/L sebanyak 5 ampul. Sebelumnya

pengertian dari injeksi itu sendiri adalah suatu sediaan steril berupa larutan, emulsi,

atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu

sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit

atau melalui kulit atau selaput lendir.

Dari hasil perhitungan tonisitas, hasil yang diperoleh adalah sebesar 0,2995%

atau dengan kata lain sediaan kami merupakan sediaan yang hipotonis. Sediaan

hipotonis tidak diizinkan dalam pembuatan sediaan injeksi karena ini akan

mengakibatkan sel darah merah menjadi pecah dan akan sangat berbahaya bagi

penggunanya. Oleh sebab itu diperlukan penambahan NaCl dalam pembuatan

sediaan ini untuk mencapai kadar isotonis. Keadaan isotonis atau hipertonis dari

sediaan harus dipenuhi yaitu agar tidak menimbulkan rasa nyeri pada saat

penyuntikan.

Pengerjaan dimulai dengan zat aktif (aneurin HCl) yang dilarutkan dengan API

( aqua pro injeksi ) di dalam beakerglass sampai semuanya larut homogeny. Begitu

juga dengan NaCl yang sudah ditimbang, juga dilarutkan dengan menggunakan API

di dalam beakerglass lalu dihomogenkan. Pengerjaan ini harus dilakukan secara

aseptis atau dekat dengan api. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

kontaminasi pada sediaan oleh cemaran mikroorganisme di lingkungan pembuatan

sediaan. Kedua larutan tersebut dicampurkan, ditambahkan API, kemudian

dilakukan pengecekan pH. pH dari sediaan yang kami buat adalah 3 maka dari itu

tidak diperlukan penambahan larutan HCl 0,1 N untuk membuat pH larutan yang

sesuai.

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 7: BATCH II - VIT B1.docx

Larutan ditambahkan dengan API, kemudian dilakukan penyaringan dengan

dispossible syiringe. Maksud dari penyaringan itu sendiri adalah untuk mencegah

adanya partikulat pada sediaan injeksi. Kemudian larutan diisikan pada 7 ampul,

masing-masing ampul berisi 1,1 ml dimana semua pengerjaannya dilakukan di LAF

(Laminar Air Flow) yang bertujuan agar proses pengerjaan benar-benar steril dan

sediaan yang dibuat dapat terhindar dari adanya pirogen. Pengisian ampul

dilebihkan sebanyak 0,1 ml dimaksudkan untuk mengantisipasi adanya larutan yang

tidak terambil atau hilang pada saat pengerjaan ampul atau dengan kata lain volume

dalam ampulnya akan berkurang. Selanjutnya adalah proses penutupan dari ampul

dengan mengelas bagian kepala ampul. Pada proses penutupan ampul ini, kelompok

kami hanya dapat menghasilkan 5 ampul yang dapat tertutup, sedangkan pada 2

ampul yang lain kepala ampul tidak tertutup dengan rapat/adanya bolong yang

dikarenakan api yang dikenakan ke kepala ampul tidak merata. Setelah proses

penutupan ampul selesai, LAF harus dibersihkan dan dirapikan kembali.

Seharusnya, dilakukan penyemprotan dengan uap air dialiri gas inert pada

ampul sebelum dilakukan penutupan ampul. Hal ini dimaksudkan untuk

menghilangkan O2 yang ada di dalam ampul agar tidak terjadi proses oksidasi.

Namun tahapan ini tidak dilakukan. Hasil injeksi Aneurin HCl disterilisasi

menggunakan autoklaf pada suhu 115-116oC selama 15 menit. Pada proses

sterilisasi ini juga dapat terlihat apabila ada ampul yang bocor maka isi dari ampul

tersebut akan habis (menguap). Dari hasil sterilisasi ini didapatkan bahwa ada 1

ampul yang bocor. Maka hanya dihasilkan 4 buah ampul dalam keadaan baik

sesudah disterilisasi.

Evaluasi selanjutnya adalah pengevaluasian keseragaman volume. Dari

sediaan yang dibuat, dapat dilihat bahwa volume masing-masing ampul adalah

seragam. Evaluasi kejernihan yaitu dengan melihat apakah sediaan yang dibuat

benar-benar jernih atau masih ada partikel-pasrtikel zat yang belum homogen. Hasil

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 8: BATCH II - VIT B1.docx

dari evaluasi kejernihan ini adalah semua larutan dalam ampul memiliki kejernihan

yang baik.

IX. Aspek Farmakologi

Farmakologi : Vitamin B1 merupakan vitamin yang mudah larut dalam air dan

mudah di serapoleh tubuh. Vitamin ini didalam tubuh berguna dalam

metabolisme karbohidrat,pembentukan sel dan pembentukan sel darah

putih. Kekurangan vitamin ini dapatmenyebabkan iritasi , fatique anorexia

dan tachycardia.

Indikasi : Untuk defisiensi vitamin B1; penderita beri-beri; penderita

alkoholisme; penderita anemia; neuralgia

Dosis : IM sehari 25 mg – 100 mg

Kontraindikasi : Shock anafilaksis, menyusui

Efek samping : Memberikan efek toksik bila diberikan per oral, bila terjadi

kelebihan thiamin cepat dieksresi melalui urin. Meskipun jarang terjadi reaksi

anafilaktoid dapat terjadi setelah pemberian IV dosis besar pada pasien yang

sensitive dan beberapa diantaranya bersifat fatal. Reaksi hipersensitivitas

terjadi setelah menyuntik agen ini. Beberapa kelembutan atau nyeri otot

dapat mengakibatkan setelah injeksi IM

Interaksi obat :Bila dicampurkan dengan sodium sulfit, potassium

metabisulfit dan sodiumhidrosulfit dapat menurunkan kestabilan thiamin HCl

di dalam larutan. Tiamin HCl tidak stabil dalam larutan basa atau netral atau

dengan agen oksidasiatau mengurangi. Hal ini paling stabil pada pH 2.

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 9: BATCH II - VIT B1.docx

ADME

• Absorpsi

Aneurin dapat menstimulir pembentukan eritrosit dan berperan penting

pada regulasi ritme jantung serta berfungsinya susunan saraf dengan baik ,

dan digunakan juga pada neuralgia (nyeri pada urat ) .

• Distribusi

Biasanya pada penyakit beri-beri yang gejala nya terutama tampak pada

sistem saraf dan kardiovaskuler , sistem saraf neuritis , pada saluran cerna.

dengan Kebutuhan minimum adalah 0,3 mg/1000 kcal, sedangkan AKG di

Indonesia ialah 0,3-0,4 mg/hari untuk bayi, 1,0mg/hari untuk orang dewasa

dan 1,2 mg/hari untuk wanita hamil. Farmakokinetik : Pada pemberian

parenteral, absorbsinya cepat dan sempurna. Absorbsi per oral maksimum 8-

15 mg/hari yang dicapai dengan pemberian oral sebanyak 40 .

• Metabolisme

makanan setelah dicerna, diserap langsung oleh usus dan masuk ke dalam

saluran darah. Penyerapan maksimum terjadi pada konsumsi 2,5 – 5 mg

tiamin per hari. Pada jumlah kecil, diserap melalui proses yang memerlukan

energi dan bantuan natrium, sedangkan dalam jumlah besar, diserap secara

difusi pasif. Kelebihan vitamin aneurin dikeluarkan lewat urine.dengan

Metabolit nya adalah 2-metil-4-amino-5-pirimidin dan asam 4-metil-tiazol-5-

asetat.

Tubuh manusia dewasa mampu menyimpan cadangan sekitar 30 -70 mg, dan

sekitar 80%-nya terdapat sebagai TPP (tiamin pirofosfat). Separuh dari

aneurine yang terdapat dalam tubuh terkonsentrasi di otot. Meskipun tidak

disimpan di dalam tubuh, level normal di dalam otot jantung, otak, hati,

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 10: BATCH II - VIT B1.docx

ginjal dan otot lurik meningkat dua kali lipat setelah terapi dan segera

menurun hingga setengahnya ketika asupan tiamin berkurang.

• Ekresi

Aneurin dalam dosis tinggi tidak menyebabkan keracunan, karena

kelebihannya diekskresikan melalui kemih dalam bentuk utuh maupun

metabolitnya.

X. Kesimpulan

Dari praktikum pembuatan sediaan steril Aneurin HCl ini dapat disimpulkan

bahwa :

larutan memiliki pH 3 dan memasuki rentang pH stabilitas.

Pembuatan sediaan ampul aneurin HCl menggunakan sterilisasi tipe A (uap

basah) dan tipe C (filtrasi).

Hasil evaluasi dari pembuatan Aneurin HCl dalam bentuk ampul ini

menghasilkan 4 buah ampul dalam keadaan baik, dengan larutan jernih dan

volume di di dalam ampul adalah seragam.

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 11: BATCH II - VIT B1.docx

XI. Daftar Pustaka

Anief, Moh. Ilmu Meracik Obat. 2004. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Anonim. Farmakope Indonesia edisi ketiga. 1979. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Ansel, Howard C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. 1989. Jakarta : UI-Press.

Department of Pharmaceutical Sciences. Martindale The Extra Pharmacopoeia, twenty-eight edition. 1982. London : The Pharmaceutical Press.

Tjay, Tan Hoan dan Rahardja, Kirana. Obat-Obat Penting. Edisi keenam. 2007.

Jakarta : Elex Media Komputindo.

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl

Page 12: BATCH II - VIT B1.docx

Distribusi kerja :

Nama zat aktif, Formula, Monografi zat tambahan, Alasan pemilihan zat

tambahan : Herfina Tri

Perhitungan bahan dan penimbangan; Prosedur; evaluasi; kemasan : Fatric.F

Pembahasan, aspek farmakologi : Astriani

Laporan Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril – Aneurin HCl