Upload
fadhlul-mubarak-nasution
View
157
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sisitem politik dalam suatu Negara terkadang bersifat relatif, hal ini dipengaruhi oleh
elemen-elemen yang membentuk sistem tersebut. juga faktor sejarah dalam perpolitikan dalam
suatu Negara. pengaruh sistem Negara lain juga turun member kontribusi pada pembentukan
sistem politik suatu Negara. seperti halnya sistem politik Indonesia, seiring dengan waktu, sistem
politik di Indonesia selalu mengalami perubahan.
Indonesia merupakan bagian dari sistem politik dunia, dimana sistem politik Indonesia
akan berpengaruh pada sistem politik Negara tetangga maupun dalam cakupan lebih luas.
struktur kelembagaan atau institusi khas Indonesia akan terus berinteraksi secara dinamis, saling
mempengaruhi, sehingga melahirkan sistem politik hanya dimiliki oleh Indonesia.
Almond mendefinisikan sistem politik sebagai suatu konsep ekologis yang menunjukkan
adanya suatu organisasi yang berinteraksi dengan suatu lingkungan, yang mempengaruhi atau
yang dipengaruhi. Ini berarti bahwa setiap sistem politik tidak pernah hidup dalam ruang hampa.
Iya senantiasa hidup dalam suatu lingkungan tertentu yang saling memengaruhi. Lingkungan ini,
menurut almond, di bedakan menjadi 2, yakni Lingkungan Domestik dan Lingkungan
Internasional.
Interaksi antar sistem politik dengan lingkungannya dapat dilihat dalam kasus, misalnya,
kebijakan pemerintah untuk melakukan import beras. Salah satu akibat yang banyak di
khawatirkan oleh para petani akibat import beras murah ini adalah menurunnya harga beras
lokal, dan ini berarti akan berdampak terhadap pendapatan mereka. Dalam jangka panjang,
impor beras yang terus menerus akan menghancurkan petani. Pengangguran akan semakin
bertambah dan kemampuan ekonomi petani akan terus-menerus mengalami penurunan. Situasi
ini akan mendorong masyarakat petani dan komonitas-komunitas politik dalam negeri untuk
melakukan tekanan-tekanan dalam sistem politik. Para petani dan LSM mungkin akan
melakukan demonstrasi secara terus-menerus yang ditujukan untuk mengartikulasi kepentingan
mereka, menuntut sistem politik agar melakukan revisi atas kebijakan impor beras yang mereka
lakukan. Jika pemerintah tidak mengindahkan tuntutan-tuntutan itu, maka bisa jadi akan
mendorong terjadi instabilitas sosial dan politik. Sementara itu, ketergantungan yang besar
1
terhadap bahan pangan dari luar negeri akan melemahkan kemampuan, diplomasi Negara, vis-à-
vis Negara lain.
Dari contoh diatas, dapat dilihat bagaimana suatu sistem politik memengaruhi lingkungan
domestiknya. selanjutnya, oleh karena sistem politik tersebut juga melakukan interaksi dengan
sistem politik lain dalam lingkungan internasional maka keberadaannya juga mempunyai
dampak terhadap bagaimana kebijakan luar negeri yang dilaksanakan dan bagaimana Negara-
negara lain merespon kebijakan tersebut. Dalam situasi seperti ini, hampir pasti tidak ada satu
pun sistem politik yang tidak bersinggungan dengan lingkungan-lingkungannya, tempat dimana
sistem politik tersebut berada.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, yaitu:
1. Bagaimana batas-batas sistem politik lingkungan domestik ?
2. Bagaimana batas-batas sistem Politik lingkungan Internasional ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Lingkungan Domestik
Mourice Duverger memasukkan lingkungan domestik ini sebagai bagian struktur politik.
Menurutnya, struktur politik sebagai pengelompokkan sosial yang berbeda-beda. Oleh karna
itu, struktur ini dapat di dekati dengan 2 cara, yakni mengambil kategori yang beraneka
ragam dari setiap masyarakat manusia dengan setiap kategori yang mewakili jenis struktur
politik tertentu, dan dengan mendasarkan study-study yang terdapat didalam semua atau
hampir pada semua komunitas manusia secara geografik, demografik,kelembagaan,cultural,
dan lain sebagainya.
Menurut Duverger, struktur politik di bagi menjadi 2 yakni struktur fisik dan struktur
sosial dimana pemisahan diantara keduanya tidak dilakukan secara kaku. Istilah fisik lebih
merujuk pada unsur-unsur yang paling dekat dengan alam, sedangkan istilah alam mengacu
pada faktor-faktor yang lebih artificial dan secara hakikih manusiawi seperti teknologi,
lembaga-lembaga, kebudayaan, dan keyakinan. Dalam konsepsi Duverger, manusia tidak
menanggapi struktur fisik dalam bentuk-bentukknya yang asli, material, tetapi melalui ide-
ide, keyakinan, dan tradisi-tradisi sosial yang diperoleh.
Sementara itu, Hitchner dan Levine mengemukakan bahwa setiap sistem politik menjadi
bagian dari lingkungan yang lebih besar. Sistem politik berada dalam lingkungan isolasi, dan
tidak hanya sekedar interelasi bagian-bagian yang dapat kita bongkar dan diuji. Oleh karena
itu, untuk memahami beroperasi sistem politik, kita harus melihat batas-batas diluar institusi
politik yang lebih luas menyangkut konteks hystoris, sosial, ideology, dan cirri-ciri sikologis
yang menentukannya. Dalam hal ini, penting untuk memahami sistem politik dengan
melihat latar-belakang politik seperti lokasi geografis, ekonomi, komunikasi, pendidikan,
sejarah, ideologi, dan budaya politik.
1. Struktur Fisikal
Deverger mengungkapkan bahwa komunitas manusia kurang lebih terikat dalam
wilayah geografik. Dalam kaitan ini, teritorial dan populasi secara tradisional diakui
sebagai unsur-unsur dasar bangsa-bangsa dalam teori Negara, dan mereka sebenarnya
merupakan komponen-komponen setiap kelompok manusia. Oleh karena itu menurut
Duverger, memberikan batasan nation-state secara tradisional sebagai “sejumlah
3
penduduk yang terikat pada suatu wilayah tertentu” adalah memberikan sutua sifat
tertentu yang bisa digunakan untuk hampir semua komunitas kepada satu jenis
komunitas.
Implikasi kondisi geografis ini sangatlah besar dalam kaitannya dengan politik atau
fenomena kekuasaan. Baik dalam konteks antagonism yang tujuannya untuk memperoleh
kekuasaaan atau integrasi yang bertujuan untuk sesuatu yang sedang dicapai oleh mereka
yang memegang kekuasaan. Bagi Indonesia sendiri, struktur fisikal semacam ini telah
banyak memebrikan warna bagi sistem politik.
2. Lingkungan Geografis
Beberapa faktor yang bersifat geografis sangat menentukan pengaruhnya dalam
kehidupan politik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Duverger adalah iklim, SDA,
dan ruang adalah struktur politik. Pertama, iklim. Banyak ilmuwan memberikan
gambaran bagaimana pengaruh iklim ini dalam kehidupan masyarakat politik suatu
wilayah. Analisis semacam ini telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan jaman dulu, seperti
Aristoteles ataupun ilmuwan klasik seperti Montesquieu. Dalam The Spirit Laws jilid
XVII, Montesquieu mengatakan bahwa panas yang tinggi melemahkan kekuatan dan
keberanian manusia, sedangkan dalam iklim yang dingin ada kekuatan tubuh dan jiwa
tertentu yang memungkinkan manusia melakukan perbuatan-perbuatan yang langgeng,
mengejutkan, besar dan berani. Meskipun demikian, pengaruh iklim tidaklah seabsolut
yang dikemumukan oleh Montesquieu. Bagaimanapun akan lebih bijak jika dikatakan
bahwa interaksi masyarakat-masyarakat yang berada dalam suatu wilayah iklim tertentu
dan perjalanan historis masyarakat tersebut akan sangat menentukan bagaimana politik
dilakukan dan diorganisasikan.
Negara-negara seperti Thailand misalnya, telah banyak mengalami kudeta militer,
sedangkan di Negara-negara lain yang memiliki iklim yang kurang lebih sama tidaklah
demikian. Jelas sekali, contoh yang lain barangkali, jika dibedakan antara Malaysia dan
Indonesia yang kondisi iklimnya untuk wilayah-wilayah tertentu tidak banyak mengalami
perubahan, akan tetapi pengorganisasian politik di kedua Negara mempunyai beberapa
perbedaan. Dengan demikian, barangkali tetaplah penting untuk dikatakan bahwa iklim
akan menentukan kehidupan masyarakat, tetapi berada dalam derajat yang relative.
4
Kedua, kekayaan alam. Ada pandangan bahwa kelimpahan sumber daya alam akan
menetukan kehidupan sosial dan politik, sementara pada sisi yang lain kelimpahan
sumber daya alam akan melemahkan energi dan kehendak sehingga menyebabkan
stagnasi dan dekadensi. Bagaimanapun tidak ada suatu kesepakatan yang bulat atas
pengaruh kelimpahan kekayaan alam terhadap politik suatu Negara.
Negara-negara yang diberi kelimpahan sumber daya alam mempunyai struktur
politik mapan dan menjadi dominan dalam politik internasional, sedangkan yang lainnya
gagal memanfaatkan kelimpahan sumber daya alam yang diberikan kepadanya. Negara-
negara miskin berjuang keras untuk menjadi kaya dan demi mengejar ketertinggalan-
ketertinggalan mereka, sedangkan yang lainnya menjadi sumber konflik dan antagonisme
politik yang tidak ada habis-habisnya. Namun, nampaknya, pemanfaatan yang efisien
terhadap sumber-sumber kekayaan alam akan memberikan modal bagi berlakunya sistem
politik yang stabil, dan dalam interaksinya dengan sistem politik yang lain.
Pandangan semacam ini menemukan relevansinya dalam sistem politik di Indonesia.
Ketika kita membahas kapabilitas sistem politik, telah ditemukan bahwa sistem poltik
yang dibangun pada masa orde baru tidak memiliki cukup kapabilitas ekstraktif sebagai
akibat korupsi, kolusi dan nepotisme yang akut. Akibatnya, kekayaan sumber daya alam
yang melimpah tidak memberikan kemampuan dan kineja yang cukup bagus bagi sistem
politik karena sumber-sumber tersebut gagal dimanfaatkan dengan baik.
Budaya politik yang sangat kuat dalam mengejar kekuasaan dan kekayaan elit-elit
politik membuat sumber daya alam tersebut tidak mempunyai makna yang berarti bagi
keseluruhan anggota sistem politik, dan hanya bermakna bagi kelompok-kelompok yang
berada dalam lingkaran kekuasaan. Sebaliknya, Negara-negara kaya dan besar seperti
Amerika Serikat mampu memanfaatkan kekayaan alam dan sumber daya yang dimiliki
sehingga mampu mengukuhkan dirinya sebagai Negara superpower yang brutal.
3. Struktur Demografis
Jumlah, komposisi, dan tingkat persebaran penduduk akan mempunyai pengaruh
terhadap kehidupan politik. Bagi sementara Negara, jumlah penduduk yang besar
memberikan banyak keuntungan seperti ketersediaan tenaga kerja murah, pasar bagi
produk-produk industry, dsb.
5
Bagi sebagian sistem politik yang lain, jumlah penduduk yang besar akan
menyulitkan karena menimbulkan banyak tekanan terhadap sistem politik. Pengangguran
yang terus menerus mengalami peningkatan sebagai akibat percepatan jumlah lapangan
kerja baru yang masuk bursa kerja membuat sistem politik mengalami banyak tekanan.
para pengambil kebijakan public akan senantiasa dihadapkan pada tuntutan-tuntutan
untuk menyediakan lapangan kerja.
Di Indonesia, jumlah penduduk yang besar nampaknya lebih dekat sebagai sumber
masalah dibandingkan dengan sebagai modal yang besar bagi sistem politik. Selama lebih
empat dekade, jumlah penduduk yang besar tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara
maksimal. Bahkan, ada kecenderungan menjadi buruk. Ini terjadi karena sebagian
masyarakatnya hidup dalam kemiskinan dan kurang memadai akses pendidikan.
Akibtanya, angkatan kerja tidak mempunyai cukup keterampilan untuk bersaing di dunia
kerja. Kondisi ini dipacahkan, salah satunya, dengan mengirimkan tenaga-tenaga kurang
terdidik ke Negara-negara tetangga sebagai TKI. Sayangnya, oleh karena mereka hanya
mempunyai sedikit saja keterampilan dan bahkan diantaranya tidak mempunyai
keterampilan sama sekali membuat mereka banyak bekerja di sektor informal yang tidak
mempunyai cukup perlindungan. Banyak diantaranya menjadi korban kekerasan majikan.
Kondisi ini menjadi semakin buruk ditengah rendahnya kapabilitas responsive kapabilitas
sistem politik yang membuat pemerintah tidak begitu menaruh perhatian terhadap
pekerja-pekerja informal yang teraniaya ini.
4. Kemampuan Ekonomi
Seringkali terjadi, kemampuan ekonomi suatu Negara merupakan produk geografi
yang menentukan sumber-sumber alamiah yang tersedia untuk pembangunan. Negara-
negara miskin seperti Negara-negara yang berada diwilayah subsahara Afrika mengalami
persoalan karena miskin SDA. Namun, sumber daya alam hanya menjadi bahan dasar
yang memerlukan modal lebih lanjut seperti tenaga kerja dan kemampuan teknologi.
Negara-negara kaya SDA dapat saja terbelakang seperti Indonesia sebagai akibat
redahnya kemampuan teknologi, ketiadaan elit politik yang bersih dan mempunyai
integritas, serta tenaga kerja yang terampil. Keseluruhannya ini memengaruhi bagaimana
6
sumber-sumber daya alam dapat digunakan secara efektif bagi kemakmuran seluruh
negeri.
Teori-teori determinisme ekonomi mengatakan bahwa kekuasaan politik seringkali
mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan pusat kekuatan ekonomi. Dalam kaitan
ini, standar hidup merupakan kondisi tertentu bagi layanan dan tanggungjawab
pemerintahan sendiri yang efektif umumnya diasosiasikan dengan cara relative standar
hidup, menyebarnya literacy dalam masyarakat, dan kemajuan teknologi.
Kemakmuran ekonomi bagaimanapun juga akan mempunyai pengaruh terhadap daya
kritis masyarakatnya terhadap pemerintahan. Jika kemakmuran mempunyai korelasi
positif dengan pendidikan, maka dapat pula diasumsikan bahwa kemakmuran akan
mendorong munculnya tuntutan-tuntutan baru bagi sistem politik seperti tuntutan akan
partisipasi dalam sistem politik. Demikian pula dalam konteks politik interansioanal,
banyak teori mempunyai anggapan bahwa kemampuan ekonomi suatu Negara akan
menentukan posisinya dalam politik internasional dan dalam hubungannya dengan
Negara lain.
5. Ideologi
Setiap organisasi sosial dan politik harus menggunakan pancasila sebagai landasan
yang fundamental untuk menjalankan pengorganisasiannya, dan penggunaan asas lain
disebut subversif. Selain itu, pemapanan Pancasila sebagai sebagai satu-satunya ideologi
Negara yang sah didisiplinkan melalui penggunaan wacana diskursif bahwa Orde Baru
adalah Orde Pancasila dan Kegagalan Orde Lama sebagai akibat tidak dilaksanakannya
Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dalam kenyataannya, Pancasila sebagai ideologi belum pernah menjadi acuan
tindakan yang benar-benar nyata. Pada masa orde lama, Pancasila diterjemahkan sebagai
Nasakom, sedangkan pada Orde Baru Pancasila tidak lebih hanya menjadi alat
pelenggengan kekuasaan Soeharto, yang sebenarnya juga bukanlah rezim yang secara
nyata mendasarkan diri pada Pancasila. Pada masa reformasi, ideologi ini tetap menjadi
ideologi Negara, tetapi daya tariknya telah semakin melemah. Setidaknya dalam
panggung wacana, Pancasila hanya sekali-sekali saja terdengar, sementara secara de facto
7
hampir semua kebijakan pemerintah sangat jauh dari nilai-nilai Pancasila. Namun
kebijakan neoliberallah yang dominan.
Jika Pancasila adalah kelima sila sebagaimana rumusannya yang sah dalam
pembukaan UUD 1945, maka pertanyaan mendasarnya adalah manakah diantara kelima
sila tersebut yang telah menjadi acuan tindakan-tindakan konkret politik pemerintah dan
menjadi landasan bagi pengelolaan Negara? Jawabannya hampir sama sekali tidak ada.
Sila kemanusiaan telah dihancurkan oleh anarkisme massa dan penindasan yang hampir
tidak ada ujung, sementara sila Ketuhanan Yang Maha Esa telah dirusak oleh munculnya
radikalisme massa yang menghendaki pengorganisasian sosial-politik berdasarkan
interprestasi mereka atas satu ajaran agama yang mereka yakini.
B. Lingkungan Internasional
Selain berinteraksi dengan lingkungan internal atau lingkungan domestik, sistem politik
juga melakukan interaksi dengan sistem politik lain dalam lingkungan internasional maka
keberadaannya juga mempunyai dampak terhadap bagaimana kebijakan luar negeri
dilaksanakan dan bagaimana Negara-negara lain menciptakan kebijakan tersebut.
Lingkungan internasional meliputi aktor-aktor internasional, lembaga-lembaga
internasional, dan juga sistem politik yang lain. Baik sistem politik maupun lingkungannya
akan berada di suatu kondisi saling memengaruhi satu sama lain. Dalam konteks lingkungan
internasional diantaranya yang menarik adalah Rezim HAM dan lingkungan hidup dengan
Dominasi Ekonomi Politik Amerika Serikat.
1. Rezim HAM dan Lingkungan Hidup
Alasan-alasan kedaulatan nasional tidak lagi memadai untuk melindungi Negara-
negara yang mempunyai kejahatan terhadap kemanusiaan. Pemimpin-pemimpin yang
mempunyai track record kejahatan kemanusiaan dapat diseret sewaktu-waktu ke
Mahkamah Internasional untuk diadili, sementara Negara-negara yang menjadi penindas
atas kemanusiaan akan mendapatkan tekanan secara terus-menerus dari dunia
internasional. Bahkan, mungkin saja mereka akan dikucilkan dari lingkungan pergaulan
internasional. Dalam hal ini, model Negara Westphalian tidak lagi memadai.
Menurut model Westphalian, Negara merupakan sistem politik yang didasarkan pada
batas-batas territorial dan otonomi. Batas territorial dalam hal ini, dilaksanakan diatas
8
batas-batas gografik ruang dibandingkan dengan diatas masyarakat, sedangkan otonomi
mengandung pengertian bahwa Negara melaksanakan kekuasaan diluar campur tangan
aktor-aktor eksternal.
Kasus-kasus pelanggaran HAM selama masa Orde Baru dan terutama kasus
pelanggaran Timor-Timur (sekarang Timor Leste) menjadi contoh bagaimana rezim hak
asasi manusia ini beroperasi di tingkat interanasional dan global dalam memberikan
tuntutan terhadap sistem politik. Selama beberapa tahun belakangan, Indonesia harus
menghadapi embargo internasional alutsista sebagai akibat pelanggaran-pelanggaran
kemanusiaan yang dilakukan selama rezim orde baru berkuasa. Pendeknya, tidak ada
satupun Negara di dunia ini yang dapat selamat dari tekanan-tekanan internasional dan
global dari pelanggaran HAM yang mereka lakukan.
Demikian halnya dengan lingkungan hidup. Kini Negara-negara nasional harus lebih
memerhatikan persoalan lingkungan hidup mereka jika tidak ingin mendapatkan masalah
dalam pergaulan internasional. Kelompok-kelompok pecinta lingkungan hidup telah
lantang dalam menyuarakan pencemaran dan kerusakan lingkungan dan tidak segan-
segan mereka menyerukan boikot bagi produk-produk industri yang tidak mempunyai
kepedulian terhadap lingkungan.
Meskipun Protokol Kyoto belum mampu memaksa seluruh Negara untuk menaati
kesepakatan-kesepakatan tersebut, tetapi kepedulian komunitas internasional terhadap
persoalan lingkungan hidup telah demikian signifikan. Bagi sistem politik, ini menjadi
persoalan yang teramat jelas. Indonesia telah berkali-kali mendapatkan tekanan dari para
aktivis lingkungan hidup lokal yang mempunyai jaringan global. Para aktivis telah
menyerukan banyak tuntutan bagi diperhatikannya persoalan-persoalan lingkungan
sebagai akibat, misalnya, kerusakan hutan yang semakin parah, lumpur panas Lapindo,
pengerukan pasir secara besar-besaran untuk dijual ke Singapura, pencemaran sungai dan
air laut serta kerusakan tanah sebagai akibat limbah indsutri yang tidak diolah dengan
baik. Kesemuanya ini telah memberikan tekanan pada sistem politik. Menghadapi
tuntutan-tuntutan semacam ini, bagaimanapun juga pemerintah pada akhirnya harus lebi
peduli terhadap kerusakan-kerusakan lingkungan yang ditimbulkan sebagai akibat
pembangunan dan industrialisasi.
9
2. Dominasi Ekonomi Politik Amerika Serikat
Ada anggapan bahwa situasi politik Internasional saat ini tidaklah lebih baik
dibandingkan dengan masa perang dingin. pada masa perang dingin, perang nuklir dapat
saja meletus sewaktu-waktu ketika konflik antara blok Barat yang kapitalis (yang
dipimpin oleh Amerika Serikat) dengan blok Timur yang sosialis (yang dipimpin oleh
Uni Sofyet), tetapi ekskalasi konflik tersebut dapat lebih mudah diprediksi.
Setelah perang dingin berakhir seiring keruntuhan Uni Sofyet pada awal tahun
1990an, Amerika Serikat muncul sebagai kekuatan adidaya tunggal, dengan kekuatan-
kekuatan menengah dengan kecil yang menyebar.
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam sistem politik terdapat batasan-batasan baik dari lingkungan internal maupun
lingkungan eksternal. Lingkungan internal atau yang lebih dikenal dengan lingkungan
domestik yang terdiri atas struktur fisikal, lingkungan geografis, struktur demografis,
kemampuan ekonomi, dan ideologi. Selain berinteraksi dengan lingkungan internal atau
lingkungan domestik, sistem politik juga melakukan interaksi dengan sistem politik lain
dalam lingkungan internasional maka keberadaannya juga mempunyai dampak terhadap
bagaimana kebijakan luar negeri dilaksanakan dan bagaimana Negara-negara lain
menciptakan kebijakan tersebut. Adapun dari lingkungan internasional yaitu rezim HAM
dan lingkungan hidup serta dominasi ekonomi politik Amerika Serikat.
11
DAFTAR PUSTAKA
Azam, Jumran. 21/12/20012 . Lingkungan Internal dan Eksternal Sistem Politik.
http://jumrankkazam.blogspot.com/2012/12/lingkungan-internal-danekstrenal. 10/11/2013.
Evilestha. 08/06/2012. Tugas Resume Buku Budi Winarno. http:evilestha.blog.fisip.uns.ac.id.
10/11/2013.
Winarno, Budi. 2007. Sistem Politik Indonesia Era Reformasi. http://books.google.com/books?
id. 9/11/2013.
12