Upload
budiumm
View
20
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BASIC ELECTRIC KOMPONEN ELEKTRONIKA
KOMPONEN ELEKTRONIKA
1. RESISTOR
Resistor sering disebut juga tahanan, hambatan atau pelawan. Resistor
merupakan komponen dalam sistem listrik yang bersifat menghambat
aliran arus listrik. Resistor yang digunakan dalam sistem listrik
dibedakan dalam dua kategori utama :
A. Resistor Linear
Resistor jenis ini bekerja sesuai dengan hokum ohm
B. Resistor Nonlinear.
Resistor dari kategori ini yang sering dipakai antara lain:
Foto resistor, ialah resistor yang peka terhadap cahaya
sehingga nilai tahanannya akan berubah bila intensitas cahaya
yang jatuh padanya berubah.
Thermistor, merupakan resistor yang nilainya berubah sesuai
dengan perubahan temperature.
Voltage Dependent transistor (VDR), ialah resistor yang nilai
tahanannya akan berubah apabila tegangan yang bekerja
mengalami perubahan.
A. Resistor Linear
Resistor jenis ini yang sangat lazim dipakai. Nilai tahanan
resistor jenis ini umumnya bersifat tetap sehingga kadang
dikategorikan pula sebagai fixed resistor. Resistor dibuat dari bahan
yang mempunyai nilai tahanan jenis besar, misalnya nikelin, karbn,
keramik, atau campuran dari beberapa bahan Adapula resistor
yang terbuat dari lilitan kawat, pita, film metal, film oksida metal,
atau cermet. Dalam sirkuit listrik, resistor linear disimbolkan
sebagai berikut :
Nilai tahanan nominal resistor dinyatakan dalam satuan Ohm
(Ω). Meskipun resistor jenis ini mempunyai nilai nominal tahanan
tertentu, tetapi sebenarnya ada batas minimum dan maksimum
(range). Nilai minimum dan maksimumnya diketahui dari nilai
PM/TC/01/0303
BASIC ELECTRIC KOMPONEN ELEKTRONIKA
nominal dan prosentase toleransi. Metode yang dipergunakan
untuk menunjukkan besarnya toleransi ada dua macam, yakni
sistem huruf dan sistem warna. Besarnya toleransi yang
menggunakan kode huruf sebagai berikut :
F = ± 1 % K = ± 10 %
G = ± 2 % M = ± 20 %
J = ± 5 %
Sedangkan metode warna akan dikemukakan di bagian berikutnya.
Nilai tahanan nominal resistor ada yang dituliskan dengan
angka, namun ini biasanya untuk resistor yang berdaya agak besar.
Sedangkan resistor yang berdaya kecil (umumnya digunakan dlam
elektronika) nilai tahanannya dibuat dalam kode pita/gelang warna.
Contoh penulisan nilai tahanan :
4K7 = 4.7 KΩ = 4700 Ω
3M3 = 3,3 MΩ = 3 300 000 Ω
6R8 = 6,8 Ω
Adapun arti warna yang terdapat pada resistor sebagai berikut :
WARNA NILAI TOLERANSI
Hitam 0
Coklat 1 1 %
Merah 2 2 %
JIngga/Orange 3
Kuning 4
Hijau 5
Biru 6
Ungu/violet 7
Abu-abu 8
Putih 9
Emas - 5 %
Perak - 10 %
Polos/tak berwarna - 20 %
Banyaknya gelang/pita wrna tidak selalu empat,ada kalanya lima.
Jika demikian patokannya umumnya adalah gelang terakhir yang
merupakan kode toleransi, satu gelang didepannya merupakan
PM/TC/01/0303
BASIC ELECTRIC KOMPONEN ELEKTRONIKA
factor penggali, dan gelang-gelang di depannya berupa kode
angka.
Contoh :
Nilai tahanan resistor tersebut = 1K8 ± 5 %
= 1710 s/d 1890 ohm.
2. Resistor Nonlinear
2.a Fotoresistor
Resistor ini biasanya dibuat dari Kadmium sulfida yang
mempunyai karakteristik nilai tahanannya akan membesar bila
tidak terkena sinar dan sebaliknya. Besarnya tahanan fotoresistor
dalam kegelapan mencapai jutaan ohm, dan dalam kondisi terang
turun hingga beberapa ratus ohm. Dalam sirkuit fotoresistor
disimbolkan sebagai berikut :
2.b Termistor
Termistor dikenal dalam dua jenis :
Negative Temperature Coefisient (NTC) : ialah termistor yang
nilai tahanannya berkurang bila temperaturnya bertambah, dan
sebaliknya. Simbolnya dalam sirkuit :
Positive Temperature Coefisient (PTC) : ialah termistor yang
nilai tahanannya bertambah bila temperaturnya bertambah,
dan sebaliknya. Simbol dalam sirkuit :
2.c Voltage Dependent Resistor (VDR)
Nilai tahanan VDR akan berkurang apabila tegangan yang
bekerja bertambah. Hanya saja penurunan tahanan ini tidak linear.
VDR umumnya digunakan untuk melindungi sirkuit dari kenaikan
tegangan secara drastic. Simbol voltage dependent resistor dalam
sirkuit adalah :
3. Penghitungan nilai tahanan yang dalam rangkaian
Apabila lebih dari sebuah resistor dirangkai dalam satu sirkuit,
maka mereka akan memiliki nilai tahanan gabungan. Pada dasarnya ada
dua macam rangkaian, yakni rangkaian seri dan rangkaian parallel.
PM/TC/01/0303
BASIC ELECTRIC KOMPONEN ELEKTRONIKA
Dalam rangkaian seri nilai total/gabungan resistors dirumuskan sebagai
berikut :
R…
Sedangkan dalam rangkaian parallel nilai tahanan totalnya adalah :
4. Daya
Hal lain yang sangat penting dalam tahanan adalah besar daya
(Watt) sebuah resistor. Karena bila daya resistor tidak sama dengan
daya yang bekerja pada sirkuit dimana resistor dipasangkan, maka
kemungkinan resistor akan rusak. Daya resistor yang tersedia di pasaran
umumnya 1/8, ¼,1/2, 1, 2, 5, 10 Watt atau lebih.
2. DIODE
1. Struktur dan fungsi Diode
Diode terbuat dari bahan utama yang bersifat sebagai bahan
semi konduktor, yakni material yang memiliki electron valensi 4.
Umumnya bahan yang digunakan adalah Germanium dan Silikon
yang didoping dengan bahan lain, sehingga akan terbentuk bahan
campuran yang tidak lagi memiliki electron valensi 4. Bahan yang
digunakan sebagai bahan pencampur biasanya yang memiliki
electron valensi 5, misalnya Arsenikum, Phospor dan Antimon yang
akan menghasilkan bahan tipe N (Negatif). Sedangkan Germanium
yang dicampur dengan bahan yang mempunyai electron valensi 3, --
misalnya Indium, Boron dan Galium -- akan menghasilkan bahan
semikonduktor tipe P (Positif).
Konstruksi Biode merupakan penggabungan dari bahan hasil
oplosan tersebut, dimana satu bagian merupakan bahan
semikonduktor tipe N dan sebagai yang lain berupa bahan semi
konduktor tipe P, secara sederhana dapat digambarkan sebagai
berikut :
PM/TC/01/0303
BASIC ELECTRIC KOMPONEN ELEKTRONIKA
Pada gambar diatas terlihat bahwa bahan semi konduktor tipe P
mempunyai banyak hole yang siap ditempati oleh electron bebas,
sedangkan pada bahan tipe N terjadi kelebihan electron (bebas).
Dengan struktur bahan seperti digambarkan diatas, Diode
mempunyai sifat hanya dapat mengalirkan arus listrik dalam satu
arah saja. Oleh karena itu Diode banyak digunakan sebagai
komponen penyearah/pengubah arus AC menjadi DC. Berikut contoh
fisik beberapa macam Diode :
2. Diode dalam rangkaian
Diode hanya bias mengalirkan arus dalam satu arah saja,
kecuali Diode Zener yang mendapat arus reverse bias yang
mempunyai tegangan melampaui breakdown voltage-nya. Apabila
mendapatkan forward bias Diode akan dapat dialiri arus listrik bila
arus tersebut mempunyai tegangan minimal 0,6 Volt (untuk Diode
yang terbuat dari bahan Silikon), atau minimal 0,2 – 0,3 Volt (untuk
Diode yang terbuat dari bahan Germanium). Dengan demikian
tegangan tersebut dapat juga disebut sebagai forward breakover
voltage of Diode bila diberikan forward bias. Berikut digambarkan
aliran electron pada rangkaian sederhana.
3. Macam-macam Diode
3.1 Diode Zener
Pada Diode biasa bila diberikan reverse bias dengan
tegangan tertentu akan terjadi aliran arus listrik, hanya saja
artinya diode ini rusak, karena dapat dialiri arus listrik
dengan arah bolak-balik. Tetapi ada Diode yang dapat dialiri
arus listrik dalam dua arah yakni Diode Zener. Diode Zener
adalah Diode yang dapat mengalirkan arus listrik dalam
reverse bias bila tegangan yang bekerja telah mencapai
breakdown voltage-nya (tegangan tembus) dalam kerja
normal, artinya tidak terjadi kerusakan.
Symbol Diode Zener adalah sebagai berikut :
PM/TC/01/0303
BASIC ELECTRIC KOMPONEN ELEKTRONIKA
3.2 Light Emiting Diode (LED)
LED adalah Diode yang apabila diberikan forward bias maka
junction-nya akan memancarkan cahaya. Diode ini dibuat
dari bahan Galiun, Arsenikum atau Phosphor. Forward
voltagenya berkisar antara 1,5 hingga 2 Volt, sedangkan
forward curren-nya 5 sampai dengan 20 mA.
3.3 Silicon Controlled Rectifier (SRC)
SRC adalah Diode yang mengalirkan arus listrik dalam
forward bias bila Gate-nya diberikan polaritas positif. Bila
Gate tidak diberi polaritas positif, maka Diode tidak bias
dialiri arus listrik.
Symbol :
Dalam perkembangannya banyak dibuat “multi diode” yang
menghasilkan komponen baru misalnya Diac, Triac, yang
banyak digunakan pada rangkaian control.
4. Pengetesan Diode
Disini akan dikemukakan cara pengetasan diode biasa,
sedangkan untuk jenis diode yang lain analog dengan metode ini
dengan mempertimbangkan cara kerja jenis diode yang
bersangkutan. Pada prinsipnya diode akan mengalirkan arus listrik
apabila tegangan sumber minimumnya terpenuhi dan kaki Anoda
diberi polaritas positif serta kaki Katoda diberi polaritas negative.
Berikut dicontohkan cara pengetesan dengan menggunakan Analog
Multimeter/Multitester bila diode dalam kondisi baik.
3. TRANSISTOR
1. Struktur dan fungsi
Transistor merupakan komponen elektronika yang juga
terbuat dari bahan semikonduktor. Secara konstruktif dapat pula
dikatakan bahwa transistor merupakan perkembangan
PM/TC/01/0303
BASIC ELECTRIC KOMPONEN ELEKTRONIKA
konstruksi diode. Karena konstruksinya, maka transistor
mempunyai karakteristik yang dapat melakukan fungsi sebagai
berikut :
Mengubah arus bolak-balik (AC) menjadi arus searah (DC) --
rectifying
Menguatkan arus DC atau AC -- amplifying
Membangkitkan getaran listrik -- osilating
Sebagai saklar elektronik -- switching
Seperti halnya diode, transistor tersusun dari bahan P dan
N. Ditinjau dari susunan material P dan N, transistor
dikategorikan sebagai berikut :
Bi-junction transistor adalah transistor yang terdapat dua buah
bagian sambungan antara material P dengan N. Sedangkan NPN
dan PNP menunjukkan susunan materialnya. Uni-junction
transistor berupa material N yang pada satu bagian kecilnya
didoping dengan material tipe P. Perhatikan ilustrasi berikut :
Uni-junction transistor sedikit pemakaiannya, sehingga
kurang populer dibandingkan dengan bi-junction transistor. Yang
termasuk dalam kategori Uni-junction transistor ini antara lain
JFET (Junction Field Effect Transistor) dan MOSFET (Metal Oxid
Semiconductor Field Transistor). Sedangkan pemakaiannya
antara lain pada radio frekuency, voltage regulator, current
limiter dll. Dalam pembahasan selanjutnya akan dibicarakan
mengenai bi-junction transistor.
2. Menentukan nama kaki transistor
Transistor mempunyai tiga buah kaki, yang masing-
masing C (Colector), B (Base) dan E (Emitter). Pada saat
memasang transistor dalam rangkaian listrik posisi kaki tidak
boleh tertukar, karena transistor tidak akan bekerja atau bahkan
rusak. Disisi lain nama kaki transistor tidakselalu diberikan
PM/TC/01/0303
BASIC ELECTRIC KOMPONEN ELEKTRONIKA
tanda/tulisan yang jelas. Oleh karena itu perlu diketahui cara
mencari nama kaki transistor, dengan bantuan Multimeter tipe
digital maupun analog, seperti berikut :
Bila kaki-kaki transistor membentuk formasi tertentu maka
dapat diketahui dengan mudah seperti gambar pada
halaman 7.
Bila Multimeter memiliki kemampuan untuk mengukur hfe (ß)
transistor, maka pasang transistor pada multimeter hingga
pada dispay atau jarum penunjuk menunjukkan nilai
tertentu. Bila tidak menunjuk berarti kaki transistor tidak
terpasang dengan benar. Selanjutnya nama kaki transistor
sesuai dengan yang tertulis pada multimeter pada saat
terukur nilai hfe-nya.
Bila Multimeter tidak ada fasilitas pengukuran hfe, lakukan
pengukuran resistance antar kaki-kaki transistor. Kaki yang
berhubungan dengan kedua kaki yang lain adalah kaki B.
Kaki yang resistance-nya dengan B lebih kecil adalah C.
Untuk menentukan tipe transistor (PNP atau NPN) dengan
menggunakan prinsip pengukuran diode.
3. Prinsip kerja transistor
Transistor akan dapat bekerja dalam rangkaian listrik
(sirkuit tertutup) bila transistor diberi polaritas yang benar.
Polaritas dimaksud adalah C harus dibias reverse, B dibias
forward dan E dibias forward. Bila kaki-kaki transistor sudah
mendapat polaritas yang benar maka arus listrik akan mengalir
dari C ke E atau dari E ke C (tergantung tipe transistornya). Arus
tersebut akan terhenti bila polaritas yang diberikan kepada B
dihentikan. Agar lebih jelasnya perhatikan gambar transistor
NPN berikut :
4. APASITOR
1. Struktur dan Fungsi
PM/TC/01/0303