Upload
rian-eka-puji-ramadhan
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang atas
rahmat-Nya maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “”.
Penulisan makalah adalah merupakan salah satu tugas dan persyaratan untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah kebanksentralan.
Dalam Penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan-kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki
penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak
terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan penelitian ini,
khususnya kepada :
Bapak Syafri, selaku Dosen mata kuliah Kebanksentralan.
Para orang tua yang juga membantu, serta memberikan dukungan dan bimbingan
sehingga makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah yang kami buat ini bermanfaat dan dapat menjadi sumbangan
pemikiran bagi pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami selaku penulis
sehingga tujuan yang di harapkan dapat tercapai.
BAB I
PENDAHULUAN
Bank Syariah di indonesia terhitung masih sangat muda, perkembangannya pu di
indonesia masih begitu lambat, sebenarnya pembahasan tentang Bank Syariah sudah pernah di bahas
pada tahun 80’an, namu realistisnya terjadi pada tahun 92 yang dilakukan oleh salah satu bamk
pemerintah , yaitu Bank Muamalat Indonesia, dengan hukum yang jelas. Pada awalnya
perkembangan bank di indonesia masih bersifat konvensional dalam artian, belum memiliki standar
dari bank syarian sendiri, karena bank syariah berbasis bank islam, sedangkan bank konvensional
( Bank Umum ) berdasarkan ideologi barat terutama ideologi Amerika dan Eropa. Pada makalah ini
kami akan membahas tentang bank syariah secara umum dan peran serta hubungan bank sentral
dengan bank syariah. Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan bang syariah dank
bank konvensional.
1. Bank syariah tidak menggunakan bunga
2. Tidak di gunakan untuk usaha yang haram, seperti bar Minuman Keras
3. Menerima Zakat, Infaq, dan sodaqoh untuk di salurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan
Pada point pertama , dalam bank syariah tidak menggunakan bunga, melaikan menggunakan
bagi hasil dimana jika bank mendapatkan keutungan makan akan di bagi hasil keutungan tersebut
dengan para penabung, jika bank rugi maka para penabungpun akan rugi. Bank Syariah juga tidak
serta merta meminjamkan sejumlah uangnya kepada masyarakat secara tunai melainkan dengan cara
prinsip bagi hasil ( mudharabah) , prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli
(murabahah), dan prinsip sewa (ijarah).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bank dan syariah
Dalam kamus bahasa indonesia, penegrtian bank ialah badan yang mengurus uang,
menerima simpanan dan memberi pinjaman dengan memungut bunga, dan Syariah menurut
bahasa (kamus) ialah hukum yang di tetapkan oleh Tuhan, berasal dari kata syariat, berarti
hukum yang tidak bisa diakal-akali oleh manusia sekalipun. Jadi Bank Syariah ialah Bank
yang berfungsi sebagai mana fungsinya, namun dengan aturan dan hukum yang telah di
tetapkan sesuai islam
2.2 Pengembangan Bank Syariah di Indonesia
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-
banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia
(API), untuk menghadirkan alternatif jasa perbankan yang semakin lengkap kepada
masyarakat Indonesia. Secara bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan
konvensional secara sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian nasional.
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil
memberikan alternatif sistem perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan
bank, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan
menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam
produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang lebih
bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan dapat
dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya penggunaan berbagai produk
dan instrumen keuangan syariah akan dapat merekatkan hubungan antara sektor keuangan
dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin
meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan mendukung kegiatan
keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat
spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada
gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga
jangka menengah-panjang.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan
syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres perkembangannya yang impresif,
yang mencapai rata-rata pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir,
maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung perekonomian nasional
akan semakin signifikan.
2.3 Keunggulan Bank Syariah
1. Dijamin halal
Bank Syariah dapat mengembalikan masyarakat sesuai fitrah alam dan fitrah usaha.
Sekeras usaha apapun yang dilakukan setiap orang, kadang berhasil dan kadang gagal.
Sedangkan sistem bunga, berpendapat bahwa segala usaha dianggap pasti berhasil. Kalau
gagal resiko ditanggung penuh oleh pengusaha (peminjam).
Dengan sistem bagi hasil, fitrah bisnis yang rusak akan kembali lurus, akibat ungkapan “cari
uang yang haram susah, apalagi yang halal”. Ini merupakan pola berpikir Yahudi yang
berlandaskan ajaran Machiaveli yang menghalalkan segala cara, tanpa aturan dan norma
hukum.
Survei membuktikan, sistem ekonomi kapitalis (yang berbasis bunga) semenjak Nabi Adam
sampai sekarang hanya berhasil menciptakan masyarakat maju sekitar sepertiga penduduk
dunia. Sebagian besar penduduk yang dua pertiga, tetap berada pada garis kemiskinan.
Negara miskin dan berkembang selalu tergantung pada negara maju. Sistem bunga telah
menciptakan eksploitasi negara miskin dan berkembang. Dalam jangka panjang akan
terbukti bahwa bank dengan sistem bunga akan hancur. Bank Syariah akan menjadi pilihan
utama masyarakat. Karena sistem operasinya alamiah, mengutamakan kebersamaan, uang
hanya untuk transaksi, pembagian keuntungan berdasar kesepakatan. Hanya Bank Syariah
yang memiliki nilai kesucian (halal) dari “uang dan harta” sehingga manusia dapat
menikmati kebahagiaan di dunia dan selamat menuju akhirat nanti.
2. Lebih Tahan Banting Ketika Terjadi Gejolak Moneter
Krisis moneter pada Juli 1997 telah menjadikan perekonomian Indonesia nyaris
hancur dan sebagian besar bank konvensional hampir gulung tikar. Terjadinya lonjakan suku
bunga dan apresiasi dollar terhadap rupiah, tidak hanya mencekik para peminjam bermata
uang asing, tetapi juga merepotkan perbankan. Usaha-usaha dalam berbagai sektor lumpuh
karena fluktuasi harga dan daya beli merosot. Kredit macet semakin tinggi dan investasi
menurun drastis. Akibatnya, bank-bank konvensional mengalami negative spread. Bagi Bank
Syariah, tidak dikenal negative spread karena laba yang dibagikan pada penyimpan sangat
tergantung pada keuntungan yang diperoleh pengusaha yang menggunakan dana bank.
Ketika pengusaha mengalami kegagalan, para penyimpan tidak menuntut pembagian
keuntungan dari bank. Sampai kapanpun dan dalam kondisi apapun, perbankan syariah tetap
bertahan karena menggunakan sistem bagi hasil.
3. Tidak Elastis Terhadap Kebijakan Moneter
Ketika dilakukan kebijakan uang ketat (tight money policy), misalnya suku bunga
SBI dinaikkan maka bank yang berbasis bunga akan bingung, sedangkan Bank Syariah tetap
tenang-tenang saja. Perubahan suku bunga SBI harus direspon dengan menaikkan suku bunga
simpanan lalu menaikkan suku bunga pinjaman. Perubahan suku bunga simpanan dan
pinjaman tidak dapat dilakukan serentak. Pasti ada tenggang waktu antara kenaikan suku
bunga simpanan dengan bunga pinjaman. Implikasinya, masyarakat berbondong-bondong
meningkatkan tabungannya sehingga jumlah uang beredar menurun dan harga barang/jasa
cenderung turun. Pada saat suku bunga dinaikkan, permintaan investasi turun dan akhirnya
kesempatan kerja berkurang, pengangguran bertambah.
2.4 Pendanaan Bank Syariah di Indonesia
2.4.1 Sumber Dana Bank Syariah
1. Modal
Sumber dana awal Bank Syariah adalah bersumber dari pihak kesatu yang diserahkan
para pemilik bank. Setiap akhir tahun, pemilik modal akan memperoleh bagian laba dari hasil
usaha bank.
2. Titipan
Sumber dana berikutnya diperoleh dari pihak ketiga, dengan cara menerima titipan. Titipan
ini setiap saat dapat diambil jika pemiliknya mengendaki. Secara umum ada 2 macam
Wadi’ah yakni Wadi’ah Yad Al Amanah dan Wadi’ah Yad Adh Dhamanah
a. Karakteristik Wadi’ah Yad al-Amanah
1) Harta dan barang yang dititipkan tidak boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan.
2) Penerima titipan berhak meminta biaya pada penitip.
3) Aplikasi perbankan yang sesuai adalah save deposit box.
b. Karakteristik Yad Adh-Dhamanah
1) Harta dan barang yang dititipkan boleh dimanfaatkan oleh penerima titipan.
2) Meskipun dapat dimanfaatkan, tidak ada keharusan bagi bank untuk memberikan
hasil pemanfaatan pada penitip.
3) Pemberian bonus sepenuhnya merupakan kewenangan bank.
4) Aplikasi yang cocok adalah Giro dan Tabungan
3. Investasi
Investasi Bank Syariah merupakan bentuk kerja sama antara pemilik dana dengan pengelola
dana, dengan prinsip mudharabah. Prinsip ini terbagi menjadi 2 bentuk yakni:
a. Mudharabah Muthlaqah
1) Pemilik dana tidak memberikan batasan-batasan atas dana yang diinvestasikan.
2) Bank diberi wewenang penuh mengelola dana tanpa terikat waktu, tempat, jenis usaha
dan jenis pelayanan.
3) Bank harus membagi resiko dan hasil dengan penabung maupun pengguna dana.
b. Mudharabah Muqayyadah
1) Pemilik dana memberikan batasan atas dana yang diinvestasikan.
2) Bank hanya bisa mengelola dana sesuai batasan pemilik dana, misalnya hanya untuk
kegiatan tertentu, tempat tertentu, waktu tertentu.
3) Aplikasi yang sesuai adalah proyek khusus.
2.4.2 Alokasi Dana Bank Syariah
Peranan pokok Bank Syariah adalah melayani penitipan dana untuk kemudian
dialokasikan ke berbagai bentuk pembiayaan yang produktif dan konsumtif yang halal.
Menurut sifat penggunannya, pembiayaan Bank Syariah terbagi menjadi 2 yakni pembiayaan
produktif dan pembiayaan konsumtif.
1. Pembiayaan produktif, merupakan pembiayaan yang menghasilkan barang antara atau
barang akhir, baik yang dikerjakan oleh sektor pertanian, industri maupun jasa.
2. Pembiayaan konsumtif, merupakan pembiayaan yang bersifat konsumtif (untuk
pembelian barang-barang kebutuhan rumah tangga). Kebutuhan konsumtif dapat berupa
barang (seperti makanan, minuman, pakaian, elektronik, dll) dan jasa ( seperti kesehatan,
pendidikan, hiburan, dll). Bank Syariah dapat menyediakan pembiayaan konsumtif
dengan skema jual beli dengan angsuran dan sewa beli.
Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi pembiayaan modal kerja
dan pembiayaan investasi.
1. Pembiayaan modal kerja, yakni pembiayaan untuk membeli bahan baku untuk
peningkatan produksi maupun keperluan perdagangan. Pembiayaan modal kerja meliputi
pembiayaan likuiditas, pembiayaan piutang, pembiayaan persediaan untuk pembelian
bahan baku, barang dalam proses, pembelian barang jadi.
2. Pembiayaan investasi, yakni pembiayaan untuk pembelian barang-barang modal, khusus
ketika mendirikan perusahaan baru, pengembangan perusahaan maupun rehabilitasi.
A. Cara Memperoleh Pembiayaan
1. Etikanya: pinjaman tidak sama dengan kredit
Istilah pinjam meminjam sebenarnya kurang tepat digunakan dalam Bank Syariah.
Karena dalam Islam, pinjam meminjam merupakan akad sosial, bukan akad komersial.
Jika seseorang meminjam maka tidak boleh disyaratkan memberi tambahan atas pokok
pinjaman. Sehingga dalam Bank Syariah, istilah pinjaman tidak disebut kredit tapi
pembiayaan.
2. Syarat Pembiayaan
a. Permohonan tertulis, dilampiri proposal yang berisi gambaran umum usaha, proyeksi
dan prospek usaha, rencana kebutuhan dan penggunaan dana.
b. Legalitas usaha, seperti identitas diri, akta pendirian usaha, SIUP.
c. Laporan keuangan, seperti neraca dan laporan rugi laba, data produksi dan penjualan,
rekening di beberapa bank.
2.5 Kebijakan Bank syariah di Indonesia
Untuk memberikan pedoman bagi stakeholders perbankan syariah dan meletakkan
posisi serta cara pandang Bank Indonesia dalam mengembangkan perbankan syariah di
Indonesia, selanjutnya Bank Indonesia pada tahun 2002 telah menerbitkan “Cetak Biru
Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia”. Dalam penyusunannya, berbagai aspek
telah dipertimbangkan secara komprehensif, antara lain kondisi aktual industri perbankan
syariah nasional beserta perangkat-perangkat terkait, trend perkembangan industri perbankan
syariah di dunia internasional dan perkembangan sistem keuangan syariah nasional yang
mulai mewujud, serta tak terlepas dari kerangka sistem keuangan yang bersifat lebih makro
seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API) dan Arsitektur Sistem Keuangan Indonesia
(ASKI) maupun international best practices yang dirumuskan lembaga-lembaga keuangan
syariah internasional, seperti IFSB (Islamic Financial Services Board), AAOIFI dan IIFM.
Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan kemaslahatan
terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal bagi perekonomian nasional. Oleh
karena itu, maka arah pengembangan perbankan syariah nasional selalu mengacu kepada
rencana-rencana strategis lainnya, seperti Arsitektur Perbankan Indonesia (API), Arsitektur
Sistem Keuangan Indonesia (ASKI), serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) dan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN). Dengan demikian
upaya pengembangan perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung
pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat nasional.
“Cetak Biru Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia” memuat visi, misi dan
sasaran pengembangan perbankan syariah serta sekumpulan inisiatif strategis dengan prioritas
yang jelas untuk menjawab tantangan utama dan mencapai sasaran dalam kurun waktu 10
tahun ke depan, yaitu pencapaian pangsa pasar perbankan syariah yang signifikan melalui
pendalaman peran perbankan syariah dalam aktivitas keuangan nasional, regional dan
internasional, dalam kondisi mulai terbentuknya integrasi dgn sektor keuangan syariah
lainnya.
Dalam jangka pendek, perbankan syariah nasional lebih diarahkan pada pelayanan
pasar domestik yang potensinya masih sangat besar. Dengan kata lain, perbankan Syariah
nasional harus sanggup untuk menjadi pemain domestik akan tetapi memiliki kualitas layanan
dan kinerja yang bertaraf internasional.
Pada akhirnya, sistem perbankan syariah yang ingin diwujudkan oleh Bank Indonesia
adalah perbankan syariah yang modern, yang bersifat universal, terbuka bagi seluruh
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali. Sebuah sistem perbankan yang menghadirkan bentuk-
bentuk aplikatif dari konsep ekonomi syariah yang dirumuskan secara bijaksana, dalam
konteks kekinian permasalahan yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia, dan dengan
tetap memperhatikan kondisi sosio-kultural di dalam mana bangsa ini menuliskan perjalanan
sejarahnya. Hanya dengan cara demikian, maka upaya pengembangan sistem perbankan
syariah akan senantiasa dilihat dan diterima oleh segenap masyarakat Indonesia sebagai
bagian dari solusi atas berbagai permasalahan negeri.
2.6 Strategi Pasar Bank Syariah
Sebagai langkah konkrit upaya pengembangan perbankan syariah di Indonesia, maka
Bank Indonesia telah merumuskan sebuah Grand Strategi Pengembangan Pasar Perbankan
Syariah, sebagai strategi komprehensif pengembangan pasar yg meliputi aspek-aspek
strategis, yaitu: Penetapan visi 2010 sebagai industri perbankan syariah terkemuka di
ASEAN, pembentukan citra baru perbankan syariah nasional yang bersifat inklusif dan
universal, pemetaan pasar secara lebih akurat, pengembangan produk yang lebih beragam,
peningkatan layanan, serta strategi komunikasi baru yang memposisikan perbankan syariah
lebih dari sekedar bank.
Selanjutnya berbagai program konkrit telah dan akan dilakukan sebagai tahap
implementasi dari grand strategy pengembangan pasar keuangan perbankan syariah, antara
lain adalah sebagai berikut:
Pertama, menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah pada fase I tahun
2008 membangun pemahaman perbankan syariah sebagai Beyond Banking, dengan
pencapaian target asset sebesar Rp.50 triliun dan pertumbuhan industri sebesar 40%, fase II
tahun 2009 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai perbankan syariah paling
atraktif di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.87 triliun dan pertumbuhan
industri sebesar 75%. Fase III tahun 2010 menjadikan perbankan syariah Indonesia sebagai
perbankan syariah terkemuka di ASEAN, dengan pencapaian target asset sebesar Rp.124
triliun dan pertumbuhan industri sebesar 81%.
Kedua, program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning,
differentiation, dan branding. Positioning baru bank syariah sebagai perbankan yang saling
menguntungkan kedua belah pihak, aspek diferensiasi dengan keunggulan kompetitif dengan
produk dan skema yang beragam, transparans, kompeten dalam keuangan dan beretika,
teknologi informasi yang selalu up-date dan user friendly, serta adanya ahli investasi
keuangan syariah yang memadai. Sedangkan pada aspek branding adalah “bank syariah lebih
dari sekedar bank atau beyond banking”.
Ketiga, program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan
syariah yang secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan
universal atau bank bagi semua lapisan masyarakat dan semua segmen sesuai dengan strategi
masing-masing bank syariah.
Keempat, program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk
yang beragam yang didukung oleh keunikan value yang ditawarkan (saling menguntungkan)
dan dukungan jaringan kantor yang luas dan penggunaan standar nama produk yang mudah
dipahami.
Kelima, program peningkatan kualitas layanan yang didukung oleh SDM yang
kompeten dan penyediaan teknologi informasi yang mampu memenuhi kebutuhan dan
kepuasan nasabah serta mampu mengkomunikasikan produk dan jasa bank syariah kepada
nasabah secara benar dan jelas, dengan tetap memenuhi prinsip syariah; dan
Keenam, program sosialisasi dan edukasi masyarakat secara lebih luas dan efisien
melalui berbagai sarana komunikasi langsung, maupun tidak langsung.
BAB III
PENUTUP
Merujuk pada pemnbahasan, maka dapat ditarik kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
Bank Syariah ialah Bank yang berfungsi sebagai mana fungsinya, namun dengan aturan dan hukum
yang telah di tetapkan sesuai islam
Secara umum ada beberapa karakteristik yang membedakan bank syariah dan bank konvensional:
1. Bank Syariah tidak menggunakan bunga.2. Tidak digunakan untuk usaha yang haram.3. Menerima zakat, infaq dan sodaqoh untuk disalurkan kepada masyarakat yang
membutuhkan.
Bank syariah menggunakan prinsip bagi hasil yang memberikan keuntungan bagi masyarakat dan
bank syariah, serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai – nilai kebersamaan, dan menghindari kegiatan berspekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Selain itu Semakin meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan
mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang
bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara keseluruhan , yang pada
gilirannya akan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka
menengah-panjang. Terlebih dengan Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun
2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri
perbankan syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong
pertumbuhannya secara lebih cepat.
Adapun strategi pasar yang dilakukan oleh bank syariah itu sendiri, antara lain :
1. Menerapkan visi baru pengembangan perbankan syariah, dan membangun pemahaman
syariah
2. Membentuk program pencitraan baru perbankan syariah yang meliputi aspek positioning,
differentiation, dan branding.
3. program pemetaan baru secara lebih akurat terhadap potensi pasar perbankan syariah yang
secara umum mengarahkan pelayanan jasa bank syariah sebagai layanan universal.
4. program pengembangan produk yang diarahkan kepada variasi produk yang beragam.
5. Meningkatkan kualitas pelayanan yang didukung oleh SDM yang kompeten untuk memenuhi
kebutuhan nasabah.
KEBANKSENTRALAN
KEUANGAN DAN PERBANKAN ISLAM
ANGGOTA :NUGROHO BUDI PRASETYO (023101041)MEGA AYU HENDARWATI (023101043)AZHAR IDZATUL FIRDAUS (023101058)
RIAN EKA PUJI RAMADHAN (023101064)BERNANDO BARUSELA (023101077)