Upload
rizky-kristantama-jaws-
View
98
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IPENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangBangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai dan pelabuhan terhadap
kerusakan karena serangan gelombang dan arus. Pembangunan bangunan pantai
akan mempengaruhi ekosistem disekitar pantai tersebut. Perubahan garis pantai
disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor manusia. Faktor alam
diantaranyagelombang laut, arus laut, angin, sedimentasi sungai, kondisi tumbuhan
pantai serta aktivitas tektonik dan vulkanik. Sedangkan faktor manusia antara lain
pembangunan pelabuhan dan fasilitas-fasilitasnya (misalnya breakwater),
pertambangan, pengerukan, perusakan vegetasi pantai, pertambakan, perlindungan
pantai serta reklamasi pantai.
Erosi pantai merupakan salah satu masalah serius perubahan garis pantai. Selain
proses alami, seperti angin, arus dan gelombang, aktivitas manusia menjadi penyebab
terjadinya erosi pantai seperti; pembukaan lahan baru dengan menebang hutan
mangrove untuk kepentingan permukiman, dan pembangunan infrastruktur. Juga
pemanfaatan ekosistem terumbu karang sebagai sumber pangan (ikan-ikan karang),
sumber bahan bangunan (galian karang), komoditas perdagangan (ikan hias), dan
obyek wisata (keindahan dan keanekaragaman hayati) sehingga mengganggu
terhadap fungsi perlindungan pantai. Selain itu kerusakan terumbu karang bisa terjadi
sebagai akibat bencana alam, seperti gempa dan tsunami, yang akhir-akhir ini sering
melanda Negara Indonesia dan selalu menimbulkan kerusakan pada wilayah pesisir.
1.2 TujuanTujuan dari praktikum ini adalah :
1. Memprediksi perubahan garis pantai disepanjang Pantai di Desa Mangunharjo
2. Dapat membuat rencana pembangunan bangunan perlindungan pantai di Desa
Mangunharjo
3. Bisa membuat desain bangunan perlindungan pantai pada daerah tersebut.
1.3 ManfaatManfaat dari praktikum ini adalah :
1. Mendapat gambaran mengenai bangunan pantai.
2. Mendapatkan gambaran besaran perubahan garis pantai yang terjadi.
3. Memperoleh alternatif pengamanan terhadap daerah-daerah yang
mengalamiabrasi.
1 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian PantaiDefinisi atau pengertian pantai, pantai adalah sebuah wilayah yang menjadi batas
antara lautandan daratan, bentuk pantai berbeda-beda sesuai dengan keadaan,
proses yang terjadi di wilayah tersebut, seperti pengangkutan, pengendapan dan
pengikisan yang disebabkan oleh gelombang, arus, angin dan keadaan lingkungan
disekitarnya yang berlangsung secara terus menerus, sehingga membentuk sebuah
pantai.
Manfaat pantai sangat banyak, pantai-pantai pasti memiliki manfaat untuk kehidupan,
terutama daerah tropis pantai yang dapat dimanfaatkan manusia untuk banyak hal,
diantaranya :
1. Objek pariwisata
2. Daerah pertanian pasang surut
3. Areal tambak garam
4. Wilayah perkebunan kelapa dan pisang
5. Daerah pengembangan industri kerajinan rakyat bercorak khas daerah pantai, dan
lain-lain.
Pantai juga memiliki ekosistem, ekosistem pantai adalah ekosistem yang ada di
wilayah perbatasan antara air laut dan daratan, dalam ekosistem pantai terdapat
komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik pantai terdiri dari tumbuhan
dan hewan yang hidup di daerah pantai, sedangkan komponen abiotik pantai terdiri
dari gelombang, arus, angin, pasir, batuan dan sebagainya.
Hutan Mangrove adalah salah satu contoh ekosistem di daerah pantai. Di daerah
hutan mangrove hidup berbagai jenis hewan seperti kera, kepiting, ular dan udang.
Hutan mangrove dapat berfungsi menahan abrasi air laut.
2.2 Bangunan PantaiBangunan pantai digunakan untuk melindungi pantai terhadap kerusakan karena
serangan gelombang dan arus. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk
melindungi pantai yaitu:memperkuat pantai atau melindungi pantai agar mampu
menahan kerusakan karena serangan gelombangmengubah laju transpor sedimen
sepanjang pantaimengurangi energi gelombang yang sampai ke pantaireklamasi
dengan menambah suplai sedimen ke pantai atau dengan cara lain. Sesuai dengan
fungsinya, bangunan pantai dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok yaitu:
• Konstruksi yang dibangun di pantai dan sejajar garis pantai
• Konstruksi yang dibangun kira-kira tegak lurus pantai
• Konstruksi yang dibangun di lepas pantai dan kikra-kira sejajar garis pantai
2.2.1 Jenis Bangunan PantaiBerikut ini akan dipaparkan beberapa jenis bangunan pelindung pantai
A. GroinGroin adalah struktur pengaman pantai yang dibangun menjorok relatif tegak lurus
terhadap arah pantai. Bahan konstruksinya umumnya kayu, baja, beton (pipa beton),
2 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
dan batu. Pemasangan groins menginterupsi aliran arus pantai sehingga pasir
terperangkap pada “upcurrent side,” sedangkan pada “downcurrent side” terjadi
erosi, karena pergerakan arus pantai yang berlanjut .
Gambar 1. Groin
Penggunaan Groin dengan mneggunakan satu buah groin tidaklah efektif. Biasanya
perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan yang terdiri dari
beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu. Hal ini dimaksudkan agar
perubahan garis pantai tidak terlalu signifikan.Selain tipe lurus seperti yang ada pada
gambar ada juga groin tipe L dan tipe T, yang kesemuanya dibangun berdasarkan
kebutuhan
B. JettyJetty adalah bangunan tegak lurus pantai yang diletakan di kedua sisi muara sungai
yang berfungsi untuk mengurangi pendangkalan alur oleh sedimen pantai. Pada
penggunaan muara sungai sebagai alur pelayaran, pengendapan dimuara dapat
mengganggu lalu lintas kapal. Untuk keperluan tersebut jetty harus panjang sampai
ujungnya berada di luar sedimen sepanjang pantai juga sangat berpengaruh terhedap
pembentukan endapan tersebut. Pasir yang melintas didepan muara geelombang
pecah. Dengan jetty panjang transport sedimen sepanjang pantai dapat tertahan dan
pada alur pelayaran kondisi gelombang tidak pecah, sehingga memungkinkan kapal
masuk kemuara sungai.
Gambar 2 : Jetty
Selain untuk melindingi alur pelayaran, jetty juga dapat digunakan untuk mencegah
pendangkalan dimuara dalam kaitannya dengan pengendalian banjir. Sungai-sungai
yang bermuara pada pantai yang berpasir engan gelombang yang cukup besar sering
mengalami penyumbatan muara oleh endapan pasir.karena pengaruh gelombang dan
angin, endapan pasir terbentuk di muara.
3 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
C. Breakwater
Gambar 3 : Breakwater
Sebenarnya breakwater atau pemecah gelombang dapat dibedakan menjadi dua
macam yaitu pemecah gelombang sambung pantai dan lepas pantai. Tipe pertama
banyak digunakan pada perlindungan perairan pelabuhan, sedangkan tipe kedua
untuk perlindungan pantai terhadap erosi. Secara umum kondisi perencanaan kedua
tipe adalah sama, hanya pada tipe pertama perlu ditinjau karakteristik gelombang di
beberapa lokasi di sepanjang pemecah gelombang, seperti halnya pada perencanaan
groin dan jetty. Gelombang yang menjalar mengenai suatu bangunan peredam
gelombang sebagian energinya akan dipantulkan (refleksi), sebagian diteruskan
(transmisi) dan sebagian dihancurkan (dissipasi) melalui pecahnya gelombang,
kekentalan fluida, gesekan dasar dan lain-lainnya.
D. Seawall
Gambar 4 : Seawall
Seawall hampir serupa dengn revetment (stuktur pelindung pantai yang dibuat sejajar
pantai dan biasanya memiliki permukaan miring), yaitu dibuat sejajar pantai tapi
seawall memiliki dinding relatif tegak atau lengkung. Seawall juga dapat dikatakan
sebagai dinding banjir yang berfungsi sebagai pelindung/penahan terhadap kekuatan
gelombang. Seawall pada umumnya dibuat dari konstruksi padat seperti beton, turap
baja/kayu, pasangan batu atau pipa beton sehingga seawall tidak meredam energi
gelombang.
E. Artificial HeadlandTanjung buatan adalah struktur batuan yang dibangun di sepanjang ujung pantai
4 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
mengikis bukit-bukit untuk melindungi titik strategis, yang memungkinkan proses-
proses alam untuk melanjutkan sepanjang bagian depan yang tersisa. Hal ini secara
signifikan lebih murah daripada melindungi seluruh bagian depan dan dapat
memberikan perlindungan sementara atau jangka panjang dengan aktif dari berbagai
macam resiko. Tanjung sementara dapat dibentuk dari gabions atau kantong pasir,
namun umurnya biasanya tidaklah panjang antara 1 sampai 5 tahun
Gambar 5 : Artificial Headland
Tanjung buatan berfungsi menstabilkandaerah pesisir pantai, membentuk garis pantai
semakin stabil, garis pantai menjadi lebih menjorok sehingga energi gelombang akan
hilang pada daerah shoreline dan akhirnya membentuk pesisir rencana yang lebih
stabil dan dapat berkembang. Stabilitas akan tergantung pada panjang dan jarak dari
tanjung. struktur pendek dengan celah panjang akan memberikan perlindungan lokal
tetapi tidak mungkin mengizinkan bentuk rencana stabil untuk dikembangkan.
F. Beach NourishmentKita ketahui erosi dapat terjadi jika di suatu pantai yang ditinjau terdapat kekurangan
suplai pasir. Stabilitasi [antai dapat dilakukan dengan penambahan suplai pasir ke
daerah yang terjadi erosi itu. Apabila erosi terjadi secara terus menerus , maka suplai
pasir harus dilakukan secara berkala dengan laju sama dengan kehilangan pasir .
Untuk pantai yang cukup panjang maka penambahan pasir dengan cara pembelian
kurang efektif sehingga digunakan alternatif pasir diambil dari hasil sedimentasi sis
lain dari pantai.
G. Terumbu BuatanTerumbu buatan (artificial reef) bukanlah hal baru, di Jepang dan Amerika usaha ini
telah dilakukan lebih dari 100 tahun yang lalu. Mula-mula dilakukan dengan
menempatkan material natural berukuran kecil sebagai upaya untuk menarik dan
meningkatkan populasi ikan.
2.3 Parameter Fisika Perairan2.3.1 Gelombang2.3.1.1Definisi GelombangGelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak lurus
permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik sinusoidal. Gelombang laut
disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke perairan,
menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut sebagai
gelombang.
5 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
Gelombang/ombak yang terjadi di lautan dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
macam tergantung kepada gaya pembangkitnya. Pembangkit gelombang laut dapat
disebabkan oleh: angin (gelombang angin), gaya tarik menarik bumi-bulan-matahari
(gelombang pasang-surut), gempa (vulkanik atau tektonik) di dasar laut (gelombang
tsunami), ataupun gelombang yang disebabkan oleh gerakan kapal.
Bagian-bagian gelombang gelombang ideal adalah:
a. Crest : merupakan titik tertinggi atau puncak sebuah gelombang
b. Trough : merupakan titik terendah atau lembah sebuah gelombang
c. Wave height : merupakan jarak vertikal antara crest dan trough atau disebut juga
tinggi gelombang
d. Wave lenght : merupakan jarak berturut-turut antara dua buah crest atau dua buah
trough, disebut juga satu panjang gelombang
e. Wave period : waktu yang dibutuhkan crest untuk kembali pada titik semula secara
berturut-turut, disebut juga periode gelombang
f. Wave steepnees : perbandingan antara panjang gelombang dengan tinggi
gelombang, disebut juga kemiringan gelombang
Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch
pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal
pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.
Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin
yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Gelombang yang menjalar dari laut dalam (deep water) menuju ke pantai akan
mengalami perubahan bentuk karena adanya perubahan kedalaman laut. Apabila
gelombang bergerak mendekati pantai, pergerakan gelombang di bagian bawah yang
berbatasan dengan dasar laut akan melambat. Ini adalah akibat dari friksi/gesekan
antara air dan dasar pantai. Sementara itu, bagian atas gelombang di permukaan air
akan terus melaju. Semakin menuju ke pantai, puncak gelombang akan semakin
tajam dan lembahnya akan semakin datar. Fenomena ini yang menyebabkan
gelombang tersebut kemudian pecah.
2.3.1.2 Tipe GelombangGelombang dalam oseanografi secara umum dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :
a. Gelombang permukaan, dan
b. Gelombang internal.
Gelombang permukaan adalah fenomena yang akan kita temui ketika mengamati
permukaan air laut, dan biasa disebut sebagai ombak. Salah satu faktor yang
menyebabkan terjadinya ombak adalah hembusan angin, disamping ada pula faktor
lain seperti pasang surut laut yang terjadi akibat adanya gaya tarik bulan dan
matahari.
1. Tipe gelombang berdasarkan gaya pembangkitnya
a. Gelombang laut akibat angin
Gelombang yang disebabkan oleh angin dapat menimbulkan energi untuk membentuk
pantai, menimbulkan arus dan transpor sedimen dalam arah tegak lurus dan
sepanjang pantai, serta menyebabkan gaya-gaya yang bekerja pada bangunan
6 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
pantai. Gelombang merupakan faktor utama di dalam penentuan tata letak (layout)
pelabuhan, alur pelayaran, perencanaan bangunan pantai, dan sebagainya.
b. Gelombang laut akibat pasang surut
Pasang surut juga merupakan faktor yang penting karena bisa menimbulkan arus
yang cukup kuat terutama di daerah yang sempit, misalkan di teluk, estuari, dan
muara sungai. Selain itu elevasi muka air pasang dan air surut juga sangat penting
untuk merencanakan bangunan – bangunan pantai. Sebagai contoh elevasi puncak
bangunan pantai ditentukan oleh elevasi muka air pasang untuk mengurangi limpasan
air,sementara kedalaman alur pelayaran dan perairan pelabuhan ditentukan oleh
muka air surut. Gelombang besar yang datang ke pantai pada saat air pasang bisa
menyebabkan kerusakan pantai sampai jauh ke daratan.
c. Gelombang laut akibat tsunami
Tsunami adalah gelombang yang terjadi karena letusan gunung berapi atau gempa
bumi di laut. Gelombang yang terjadi bervariasi dari 0,5 m sampai 30 m dan periode
dari beberapa menit sampai sekitar satu jam. Tinggi gelombang tsunami dipengaruhi
oleh konfigurasi dasar laut. Selama penjalaran dari tengah laut (pusat terbentuknya
tsunami) menuju pantai, sedangkan tinggi gelombang semakin besar oleh karena
pengaruh perubahan kedalaman laut. Di daerah pantai tinggi gelombang tsunami
dapat mencapai puluhan meter.
d. Tipe gelombang berdasarkan sifatnya
Ketinggian dan periode gelombang tergantung kepada panjang fetch
pembangkitannya. Fetch adalah jarak perjalanan tempuh gelombang dari awal
pembangkitannya. Fetch ini dibatasi oleh bentuk daratan yang mengelilingi laut.
Semakin panjang jarak fetchnya, ketinggian gelombangnya akan semakin besar.
Angin juga mempunyai pengaruh yang penting pada ketinggian gelombang. Angin
yang lebih kuat akan menghasilkan gelombang yang lebih besar.
Ada dua tipe gelombang, bila dipandang dari sisi sifat-sifatnya, yaitu:
a. Gelombang pembangun/pembentuk pantai (Constructive wave).
b. Gelombang perusak pantai (Destructive wave).
Yang termasuk gelombang pembentuk pantai, bercirikan mempunyai ketinggian kecil
dan kecepatan rambatnya rendah. Sehingga saat gelombang tersebut pecah di pantai
akan mengangkut sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai
(deposit) ketika aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-
pelan mengalir kembali ke laut.
Sedangkan gelombang perusak pantai biasanya mempunyai ketinggian dan
kecepatan rambat yang besar (sangat tinggi). Air yang kembali berputar mempunyai
lebih sedikit waktu untuk meresap ke dalam pasir. Ketika gelombang datang kembali
menghantam pantai akan ada banyak volume air yang terkumpul dan mengangkut
material pantai menuju ke tengah laut atau ke tempat lain.
Hubungan antara kecepatan angin dan sifat-sifat gelombang yang dihasilkan di lautan
( McLellan dalam Hutabarat dan Evan, 1985 ).
Tabel Hubungan antara kecepatan angin dan sifat-sifat gelombang
Gelombang laut dalam : d/L > 0,5
Gelombang transisi : 1/20 < d/L < 0,5
Gelombang dangkal : d/L < 1/207 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
a. Dalam hal ini, gaya pemulih berusaha untuk mengembalikan permukaan air yang
terganggu ( akibat terbentuknya gelombang ) ke posisi semula ( pada waktu laut
dalam keadaan tenang ).
b. Untuk gelombang-gelombang kecil yang panjang gelombangnya < 1,63 cm, gaya
pemulihnya adalah tegangan permukaan. c. Untuk gelombang dengan panjang
gelombangnya > 5 cm, gaya pemulihnya adalah gravitasi.
d. Gelombang dengan panjang gelombang antara 1,63-5 cm , tegangan permukaan
dan gravitasi kedua-duanya berperan sebagai gaya pemulih.
e. Gelombang yang gaya pemulihnya tegangan permukaan disebut gelombang kapiler
, sedangkan gelombang yang gaya pemulihnya gravitasi , disebut gelombang
gravitasi.
2.3.2 Pasang SurutPasang surut laut adalah gelombang yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara
bumi, matahari dan bulan. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah
gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan
pasang rendah disebut rentang pasang surut (tidal range). Periode pasang surut
adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah
gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit
hingga 24 jam 50 menit.
Terdapat tiga tipe dasar pasang surut yang didasarkan pada periode dan
keteraturannya, yaitu pasang surut harian (diurnal), tengah harian (semi diurnal) dan
campuran (mixed tides). Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang surut
berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga
bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara
langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran
bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada
gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih
dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah
bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional
di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut
antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
Pasang surut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat
tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada
saat bulan baru dan bulan purnama.
Pasang surut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk
sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan
pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan
3/4.
2.3.2.1 Definisi Elevasi Muka AirBeberapa elevasi tersebut adalah sebagai berikut : 1. Muka air tinggi (high water
level), muka air tertinggi yang dicapai pada saat air pasang dalam satu siklus pasang
surut. 2. Muka air rendah (low water level), kedudukan air terendah yang dicapai pada 8 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
saat air surut dalam satu siklus pasang surut. 3. Muka air tinggi rata-rata (mean high
water level, MHWL), adalah rataan dari muka air tinggi selama periode 19 tahun. 4.
Muka air rendah rerata (mean low water level, MLWL), adalah rerata dari muka air
rendah selama periode 19 tahun. 5. Muka air laut rerata (mean sea level, MSL), adalah
muka air rerata antara muka air tinggi rerata dan muka air rendah rerata. Elevasi ini
digunakan sebagai referensi untuk elevasi di daratan. 6. Muka air tinggi tertinggi
(highest high water level, HHWL), adalah air tertinggi pada saat pasang surut
purnama atau bulan mati. 7. Muka air rendah terendah (lowest low water level, LLWL),
adalah air terendah pada saat pasang surut purnama atau bulan mati. 8. Higher high
water level, adalah air tertinggi dari dua air tinggi dalam satu hari, seperti dalam
pasang surut tipe campuran. 9. Lower low water level, adalah air terendah dari dua air
rendah dalam satu hari.
2.3.2.2 Elevasi Muka Air RencanaUntuk menentukan muka air rencana saluran, harus tersediadata-data topografi
dalam jumlah yang memadai. Setelahlayout pendahuluan selesai, trase saluran yang
diusulkandiukur. Elevasi sawah harus diukur 7,5 meter di luar assaluran irigasi atau
pembuang yang direncana tiap interval50 m dan pada lokasi-lokasi khusus.Hal ini
penting karena-saluran kuarter harus memberi air ke sawah-sawah ini-pembuang
kuarter dan tersier menerima kelebihan airdari sawah-sawah ini- jalan inspeksi atau
jalan petani 0,5 m di atas permukaan sawah ini kedalaman pondasi bangunan
dikaitkan langsung denganelevasi sawah ash.Jika saluran-saluran yang sudah ada
masih tetap akandipakai, maka elevasi tanggulnya juga harus diukur.Hasil-hasil
pengukuran akan disajikan dalam bentuk gambarsituasi (1 : 2.000), dan potongan
memanjang (skalahorisontal 1:2.000, vertikal 1:50). Tidak diperlukan
potonganmelintang, kecuali untuk standar potongan untuk setiapsketsa dengan
dimensi yang sama. Tetapi potonganmelintang pada daerah bergelombang digambar
pada jarak100 m.Beda elevasi (head) yang ada antara elevasi sawah denganelevasi
air di jaringan utama harus diketahui. Elevasi air di jaringan utama dan jaringan irigasi
yang ada dapat diperolehdari gambar-gambar rencana atau gambar-gambar2.3.3 Sedimen2.3.3.1 Definisi SedimenEndapan sedimen (sedimentary deposit) adalah tubuh material padat yang
terakumulasi di permukaan bumi atau di dekat permukaan bumi, pada kondisi
tekanan dan temperatur yang rendah. Sedimen umumnya (namun tidak selalu)
diendapkan dari fluida dimana material penyusun sedimen itu sebelumnya berada,
baik sebagai larutan maupun sebagai suspensi. Definisi ini sebenarnya tidak dapat
diterapkan untuk semua jenis batuan sedimen karena ada beberapa jenis endapan
yang telah disepakati oleh para ahli sebagai endapan sedimen: (1) diendapkan dari
udara sebagai benda padat di bawah temperatur yang relatif tinggi, misalnya material
fragmental yang dilepaskan dari gunungapi; (2) diendapkan di bawah tekanan yang
relatif tinggi, misalnya endapan lantai laut-dalam. Petrologi sedimen (sedimentary
petrology) adalah cabang petrologi yang membahas batuan sedimen, terutama
pemerian-nya. Di Amerika Serikat, istilah sedimentasi (sedimentation) umumnya
digunakan untuk menamakan ilmu yang mempelajari proses pengakumulasian
sedimen, khususnya endapan yang asalnya merupakan partikel-partikel padat dalam
9 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
suatu fluida. Pada 1932, Wadell mengusulkan istilah sedimentologi (sedimentology)
untuk menamakan ilmu yang mempelajari segala aspek sedimen dan batuan sedimen.
Sedimentologi dipandang memiliki ruang lingkup yang lebih luas daripada petrologi
sedimen karena petrologi sedimen biasanya terbatas pada studi laboratorium,
khususnya studi sayatan tipis, sedangkan sedimentologi meliputi studi lapangan dan
laboratorium (Vatan, 1954:3-8). Pemakaian istilah sedimentologi untuk menamakan
ilmu yang mempelajari semua aspek sedimen dan batuan sedimen disepakati oleh
para ahli sedimentologi Eropa, bahkan akhirnya dikukuhkan sebagai istilah resmi
secara internasional bersamaan dengan didirikannya International Association of
Sedimentologists pada 1946.
2.3.3.2 Klasifikasi Sedimen• Klasifikasi sedimen berdasarkan asalnya
Menurut asal usul sedimen dasar laut dapat digolongkan sebagai berikut:
1.Lithogenous; Jenis sedimen ini berasal dari pelapukan (weathering) batuan dari
daratan, lempeng kontinen termasuk yang berasal dari kegiatan vulkanik.
2.Biogenous; Sedimen ini berasal dari organisme laut yang telah mati dan terdiri dari
remah-remah tulang, gigi-geligi, dan cangkang-cangkang tanaman maupun hewan
mikro. Komponen kimia yang sering ditemukan dalam sediment ini adalah CaCO3 dan
SiO2.
3.Hydrogenous; Sedimen ini berasal dari komponen kimia yang larut dalam air laut
dengan konsentrasi yang kelewat jenuh sehingga terjadi pengendapan (deposisi) di
dasar laut. Contohnya endapan Mangan (Mn) yang berbentuk nodul, dan endapan
glauconite (hydro silikat yang berwarna kehijauan dengan komposisi yang terdiri dari
ion-ion K, Mg, Fe, dan Si).
4.Cosmogenous; Sedimen ini bersal dari luar angkasa di mana partikel dari benda-
benda angkasa ditemukan di dasar laut dan mengandung banyak unsur besi sehingga
mempunyai respon magnetik dan berukuran antara 10 – 640 m (Wibisono, 2005).
• Klasifikasi Berdasarkan Besar Butir
Sedimen cenderung untuk didominasi oleh satu atau beberapa jenis partikel, akan
tetapi mereka tetap terdiri dari ukuran yang berbeda-beda (Hutabarat dan Evants,
1985). Ukuran butir sedimen diwakili oleh diameternya yang biasa disimbolkan
dengan d, dan satuan yang lazim digunakan untuk ukuran butir sedimen adalah
millimeter (mm) dan micrometer (µm) (Poerbandono dan Djunasjah, 2005).
Sedimen pantai diklasifikasikan berdasar ukuran butir menjadi lempung, lumpur,
pasir, butiran, kerikil, kerakal, dan bongkahan. Tabel 1 menunjukkan klasifikasi
menurut Wenthworth, yang banyak digunakan dalam bidang teknik pantai (CERC,
1984). Material sangat halus seperti lumpur dan lempung berdiameter dibawah 0,063
mm dapat dikategorikan sebagai sedimen kohesif (Triatmodjo, 1999).
• Klasifikasi Berdasarkan Lingkungan Pengendapan
1.Sedimen laut (marine), diendapkan di laut contohnya batu gamping, dolomite,
napal, dan lain sebagainya.
2.Sedimen darat (teristris/kontinen), proses terjadinya di daratan misalnya endapan
sungai (alluvium), endapan danau, talus, koluvium, endapan gurun (aeolis), dan
sebagainya.
10 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
3.Sedimen transisi, lokasi pembentukannya terletak antara darat dan laut
misalnya delta .
2.3.3.3 Transport Sedimen di Perairan PantaiMenurut Pettijohn (1975), Selley (1988) dan Richard (1992) menyatakan bahwa cara
transfortasi sedimen dalam aliran air dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Sedimen merayap (bed load) yaitu material yang terangkut secara menggeser atau
menggelinding di dasar aliran.
2. Sedimen loncat (saltation load) yaitu material yang meloncat-loncat bertumpu pada
dasar aliran.
3. Sedimen layang (suspended load) yaitu material yang terbawa arus dengan cara
melayang-layang dalam air.
Transfor sedimen sepanjang pantai merupakan gerakan sedimen di daerah pantai
yang disebabkan oleh gelombang dan arus yang dibangkitkannya (Komar : 1983).
Transfor sedimen ini terjadi di daerah antara gelombang pecah dan garis pantai akibat
sedimen yang dibawanya (Carter, 1993). Menurut Triatmojo (1999) transfor sedimen
sepanjang pantai terdiri dari dua komponen utama yaitu transfor sedimen dalam
bentuk mata gergaji di garis pantai dan transfor sedimen sepanjang pantai di surf
zone.
Transfor sedimen pantai banyak menimbulkan fenomena perubahan dasar perairan
seperti pendangkalan muara sungai erosi pantai perubahan garis pantai dan
sebagainya (Yuwono, 1994). Fenomena ini biasanya merupakan permasalahan
terutama pada daerah pelabuhan sehingga prediksinya sangat diperlukan dalam
perencanaan ataupun penentuan metode penanggulangan. Menurut Triatmojo (1999)
beberapa cara yang biasanya digunakan antara lain adalah :
a. Melakukan pengukuran debit sedimen pada setiap titik yang ditinjau, sehingga
secra berantai akan dapat diketahui transfor sedimen yang terjadi.
b. Menggunakan peta/ foto udara atau pengukuran yang menunjukan perubahan
elevasi dasar perairan dalam suatu periode tertentu. Cara ini akan memberikan hasil
yang baik jika di daerah pengukuran terdapat bangunan yang mampu menangkap
sedimen seperti training jetty, groin, dan sebagainya.
c. Rumus empiris yang didasarkan pada kondisi gelombang dan sedimen pada daerah
yang di tinjau
BAB IIIMATERI DAN METODE
3.1. Alat dan Bahan3.1.1 Pengukuran Dimensi Bangunan PantaiNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi
1 Roll Meter Untuk mengukur jarak Palm
2 Kertas Catatan Untuk Mencatat Data Pengamatan
3 Bambu Untuk mengukur kedalaman
3.1.2 Pengukuran Slope PantaiNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi
1 Palem Gelombang 2m, Untuk menentukan tinggi (H)
2 Selang 10m, Untuk menentukan Kelandaian
11 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
3 Roll Meter, Untuk mengukur jarak Palem
4 Alat Tulis, Untuk Mencatat Data Pengamatan
5. Kamera, Untuk dokumentasi pada saat praktikum
3.1.3 Pengukuran Nilai Backwash dan swashNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi
1 Plastik 1kg, Untuk wadah sedimen
2 Serokan Sampah, Untuk menangkap sedimen
3 Kertas Label, Untuk memberi keterangan pada sampel
5. Kamera, Untuk dokumentasi pada saat praktikum
3.1.4 Pengukuran GelombangNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi
1 Palem Gelombang 2m Untuk menentukan nilai puncak dan lembah gelombang
2 Stopwatch Untuk menentukan nilai periode
3 Alat Tulis Untuk Mencatat Data Pengamatan
5. Kamera, Untuk dokumentasi pada saat praktikum
3.1.5 Pengukuran Pasang SurutNo Alat dan Bahan Gambar Fungsi
1 Palem Pasut Untuk mengukur nilai air laut saat pasang dan saat surut
2 Alat Tulis Untuk Mencatat Data Pengamatan
5. Kamera, Untuk dokumentasi pada saat praktikum
3.2 Metode3.2.1 Pengukuran Dimensi Bangunan PantaiCara Kerja :
1. Ukur panjang bangunan pantai menggunakan roll meter dari satu ujung ke ujung
akhirnya
2. Ukur panjang antara groin satu ke groin berikutnya menggunakan roll meter,
lakukan hingga groin terakhir
3. Ukur kedalaman pada tiga (3) titik yaitu pada groin paling ujung, groin paling
tengah, dan groin paling pangkal dengan menggunakan bambu.3.2.2 Pengukuran Slope PantaiCara Kerja :
1. Palem gelombang didirikan tegak dengan yang satu berada di tepi pantai dan yang
satu di daerah gelombang tertinggi sampai kedaratan.
2. Selang 10m di letakkan ujungnya masing-masing pada palem gelombang hingga
stabil.
3. Kemudian tinggi dan jaraknya dari palem 1 ke palem 2 diukur menggunakan roll
meter.
4. Hasil pengamatan dicatat dikertas catatan lalu diolah.
3.2.3 Pengukuran Nilai Backwash dan swashCara Kerja :
12 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
1. Dua orang memegang serokan sampah.
2. Serokan sampah diarahkan ke dua sisi yang berbeda, satu menghadap tepi pantai
dan yang satu menghadap perairan lepas pantai.
3. Ketika gelombang dari lepas pantai datang kearah serokan, serokan ditarik keatas
hingga didapat sampel sedimen.
4. Sampel sedimen dimasukkan ke dalam plastik 1kg.
5. Kemudian plastik diberi label keterangan waktu dan stasiun.
6. Pengambilan sampel dilakukan di 5 titik pada tiap groin
7. Lalu sampel ditimbang beratnya di Lab dan dianalisa.
3.2.4 Pengukuran GelombangCara Kerja :
1. Pasang palem gelombang pada stasiun yang telah di tentukan
2. Amati nilai puncak gelombang, lembah gelombang, dan periode(1 periode =
puncak ke pucak)
3. Catat menggunakan alat tulis hingga didapatkan 200 data
3.2.5 Pengukuran Pasang SurutDalam pengukuran pasang surut dapat dilakukan dengan dua metode yaitu metode
langsung dan metode tak langsung.
a) Metode Langsung
Metode langsung merupakan metode pengukuran pasang surut laut secara langsung
dilapangan. Pada metode ini, dilakukan pengamatan dengan menggunakan alat yang
disebut palm pasut, dari pengamatan didapatkan data tinggi gelombang pada saat
pasang dan surut yang kemudian dicatat tinggi puncak gelombang dan lembahnya
maksimal setiap 1 jam. Pengamatan ini dilakukan minimal selama 15 hari untuk
mengetahui karakteristik pasang surut laut di daerah pengamatan.
b) Metode Tak Langsung
Metode Tak Langsung merupakan metode pengukuran pasang surut laut melalui
informasi dari instansi atau data citra satelit. Pengukuran pasang surut dalam
praktikum kali ini menggunkan metode ini. Data pasang surut dalam praktikum ini
merupakan data pasang surut selama bulan Juni 2007 yang didapatkan dari Stasiun
Meteorologi Maritim Semarang. Data direkam setiap 1 jam sekali. Data ini kemudian
diolah menggunakan metode Admiralty sehingga didapatkan data MSL, HHWL, LLWL,
dan karakteristik pasang surut laut lainnya sehingga dapat diketahui tipe pasang surut
wilayah tersebut.
13 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
BAB IVHASIL dan PEMBAHASAN
4.1 Hasil4.1.1 Pengukuran Dimensi Bangunan Pantai
1. Koordinat ujung pangkal Bangunan pantai S 60 56′ 36,353″ E 1100 19′ 20,843″
bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri S 560 56′ 35,012″ E 1100 19′ 27,552″
Ujung breakwater S 60 56′ 34,806″ E 1100 19′ 27,792″
P dari ujung pangkal bangunan pantai sampai siku groin(cm) 30
Tinggi ujung pangkal Bangunan pantai (m) 1
Tinggi bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri (cm) 208
Tinggi sedimen(cm) 25
Tinggi Bangunan (cm) 65
Tinggi Bangunan menghadap Laut (cm) 44
2. Koordinat bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri S 60 56′ 35,507″
E 1100 19′ 28,721″
Ujung breakwater S 60 56′ 35,294″
E 1100 19′ 28,588″
Tinggi bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri (cm) 39
Tinggi sedimen(cm) 29
3. Koordinat bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri S 60 56′ 36,090″
E 1100 19′ 28,495″
Ujung breakwater S 60 56′ 35,294″
E 1100 19′ 28,588″
P (cm) 1377
L (cm) 90
T1 (cm) 34
T2 (cm) 87
T3 (cm) 173
Tinggi pangkal breakwater (cm) 40
Jarak breakwater 3 – 4 (cm) 40001
4. P (cm) 1345
L (cm) 96
T1 (cm) 47
T2 (cm) 103
T3 (cm) 139
Tinggi pangkal breakwater (cm) 22
Jarak breakwater 4 – 5(cm) 2992
14 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
5. P (cm) 1418
L (cm) 96
T1 (cm) 47
T2 (cm) 101
T3 (cm) 177
Tinggi pangkal breakwater (cm) 21
Jarak breakwater 5 – siku-siku (cm) 2118
T1 diujung siku-siku (cm) 189
T2 ditengah (cm) 127
Jarak siku-siku – ujung (cm) 449
L ujung pangkal breakwater (cm) 95
T1 diujung pangkal breakwater (cm) 198
T2 pas disiku-siku (cm) 205
4.1.2 Pengukuran Slope PantaiStasiun 1 =
• Tinggi palem 1,h = 150 cm
• Tinggi palem 2, h = 98cm
∆h = 150-98 = 52 cm
• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm
• Kelandaian = I = ∆h/L
I = 52/500 = 0,104
Stasiun 2 =
• Tinggi palem 1,h = 130 cm
• Tinggi palem 2, h = 60cm
∆h = 130-60 = 70 cm
• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm
• Kelandaian = I = ∆h/L
I = 70/500 = 0,14
Stasiun 3 =
• Tinggi palem 1,h = 147 cm
• Tinggi palem 2, h = 74cm
∆h = 147-74 = 73 cm
• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm
• Kelandaian = I = ∆h/L
I = 73/500 = 0,146
Stasiun 4 =
• Tinggi palem 1,h = 147 cm
• Tinggi palem 2, h = 74cm
∆h = 147-74 = 73 cm
• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm
• Kelandaian = I = ∆h/L
I = 73/500 = 0,146
Stasiun 5 =
• Tinggi palem 1,h = 165 cm
15 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
• Tinggi palem 2, h = 105cm
∆h = 165-105 = 60 cm
• Jarak palem 1 dan 2, L = 500 cm
• Kelandaian = I = ∆h/L
I = 60/500 = 0,12
Hi H2 L (cm) Stasiun ∆h = h1-h2 i = ∆h / L
150 98 500 Stasiun 1 52 0.104
130 60 500 Stasiun 2 70 0.14
147 74 500 Stasiun 3 73 0.146
147 74 500 Stasiun 4 73 0.146
165 105 500 Stasiun 5 60 0.12
4.1.3 Pengukuran Nilai Backwash dan Swash4.1.3.1 Sedimen SwashSWASH
No. Stasiun Sedimen (gr)+ Plastik (gr) + Sedimen (gr)
1 Stasiun 117.05 0.65 16.4
2 Stasiun 2 24.46 0.65 23.81
3 Stasiun 3 51.35 0.65 50.7
4 Stasiun 4 61.79 0.65 61.14
4.1.3.2 Sedimen BackswashBACKSWASH
No Stasiun Sedimen + Plastik (gr) Plastik
(gr) Sedimen
(gr)
1 Stasiun 1 61.74 0.65 61.09
2 Stasiun 2 47.60 0.65 46.95
3 Stasiun 3 78.64 0.65 77.99
4 Stasiun 4 42.86 0.65 42.21
4.1.3.3 Sedimen DasarSTASIUN 2
No Ukuran Butir Sedimen + Plastik
(gr) Plastik
(gr) Sedimen
(gr)
1 0.2 8.28 0.98 7.3
2 0.05 187.63 0.98 186.65
3 0.03 2.91 0.98 1.93
4 0.0125 8.28 0.98 1.1
5 0.0625 1.88 0.98 0.9
STASIUN 4
No Ukuran Butir Sedimen + Plastik
(gr) Plastik
(gr) Sedimen
16 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
(gr)
1 0.2 6.36 0.98 5.38
2 0.05 158.46 0.98 157.48
3 0.03 13.21 0.98 12.23
4 0.0125 9.58 0.98 8.6
5 0.0625 1.28 0.98 0.3
4.1.4 Pengukuran GelombangPraktikum pengamatan gelombang ini dilakukan dengan mengamati tinggi maksimum
dan minimum gelombang, serta periode gelombangnya. Pengamatan dilakukan di
laut dengan mendirikan palem gelombang pada daerah dengan kedalaman kurang
lebih 90 cm. Pada praktikum kali ini, pengamatan gelombang dilakukan pada pukul
10.00 WIB sampai dengan pukul 12.00 WIB di perairan Perairan Mangunharjo. Jumlah
data minimal yang diambil adalah sebanyak 200 data pengamatan gelombang, yang
masing-masing terdiri dari data tinggi maksimum (puncak gelombang), tinggi
minimum (lembah gelombang), dan periode gelombang. Berikut ini adalah beberapa
sampel data hasil pengamatan gelombang yang diambil pada pukul 10-00 – 12.00 WIB
di Perairan Mangunharjo
4.1.5 Pengukuran PasutTabel 4.1. Hasil analisis konstanta harmonik pasang surut dengan metode
Admiralty.
Konstanta A (m) g (° )
S0 125,8908
M2 30,7261 332,84
S2 34,4241 349,45
N2 15,3635 20,98
K1 33,9357 85,54
O1 28,6547 242,82
M4 3,8015 307,11
MS4 33,6535 319,99
K2 9,2945 349,45
P1 11,1988 85,54
Tabel 4.2. Nilai-nilai elevasi penting hasil pengolahan data pasang surut dengan
metode Admiralty.
Keterangan Elevasi (cm)
MSL 82
HHWL 167
LLWL -75
Zo 36,57
MLWL -28,60
MHWL 101,70
17 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
4.2 PEMBAHASAN4.2.1 Pengukuran Dimensi Bangunan PantaiBangunan pantai yang kita tinjau pada praktikum kali ini adalah groin pada daerah
Mangunharjo. Dengan adanya pengukuran dan perhitungan dimensi bangunan pantai
yang berkesinambungan dengan faktor hidro-oseanografi maka akan dihasilkan suatu
bangunan pantai yang sesuai dengan wilayah yang akan dibuat bangunan pantai
sehingga tidak akan merusak ekosistem yang ada. Desain bangunan yang baik adalah
yang memperhatikan faktor hidro-oseanografi meliputi gelombang, arus, pasut, dan
sedimen. Groin sendiri digunakan untuk menahan masuknya transport sedimen
sepanjang pantai ke pelabuhan atau muara sungai. Daerah yang kami kaji memang
dekat dengan muara sungai dan dikelilingi oleh pohon mangrove sebagai penghalau
gelombang besar.
Terdapat 5 breakwater pada daerah yang kami kaji dan dari pengukuran dimensi
bangunan pantai ini kita mendapatkan data yang meliputi data koordinat tiap titik,
panjang bangunan, tinggi bangunan dan lebar bangunan. Koordinat tiap titik tapi
karena adanya human error maka hanya breakwater 1, 2, dan 3 yang tercatat
koordinatnya sementara breakwater 4 dan 5 tidak ada. Pada Breakwater 1 nilai P dari
ujung pangkal bangunan pantai sampai siku groin 30cm, tinggi ujung pangkal
Bangunan pantai 1m, tinggi bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri 208cm, tinggi
sedimen 25cm, tinggi Bangunan 65cm, tinggi Bangunan menghadap Laut 44cm. Pada
brekwater 2 tinggi bangunan pantai arah laut siku sebelah kiri 39cm dengan tinggi
sedimen 29cm. Pada brekwater 3 nilai P 1377cm, L 90cm, T1 34cm, T2 87cm, T3
173cm, Tinggi pangkal breakwater 40cm, Jarak breakwater 3 – 4 40001cm. Pada
breakwater 4 nilai P 1345cm, L 96cm, T1 47cm, T2 103cm, T3 (cm) 139, tinggi
pangkal breakwater 22cm, Jarak breakwater 4 – 5 adalah 2992cm. Pada breakwater 5
nilai P 1418cm, L 96cm, T1 47cm, T2 101cm, T3 177cm, Tinggi pangkal breakwater
21cm, Jarak breakwater 5 – siku-siku adalah 2118cm, T1 diujung siku-siku 189cm, T2
ditengah 127cm, Jarak siku-siku – ujung 449cm, L ujung pangkal breakwater 95cm, T1
diujung pangkal breakwater 198cm, T2 pas disiku-siku 205cm. Tentu saja hasil
pengukuran yang kami lakukan masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan
yang disebabkan oleh human error dan mungkin akan menjadikan acuan perbaikan
data lapangan agar kedepannya lebih baik lagi.
Groin ditempatkan dipantai dan akan menahan gerak sedimen, sehingga sedimen
mengendap di sisi sebelah hulu (terhadap arah transport sedimen sepanjang pantai).
Disebelah hilir groin angkutan sedimen masih tetap terjadi, sementara suplai dari
sebelah hulu terhalang oleh bangunan, akibatnya daerah hilir groin mengalami defisit
sedimen sehingga pantai mengalami erosi. Keadaan tersebut akan terus berlangsung
sampai terjadi suatu keseimbangan baru dimana, pada saat sudut yang dibentuk oleh
gelombang pecah terhadap garis pantai baru adalah nol, yaitu tidak terjadi angkutan
sedimen sepanjang pantai. Perlindungan dengan 1 buah groin tidaklah cukup efektif.
Biasanya perlindungan pantai dilakukan dengan membuat suatu seri bangunan yang
terdiri dari beberapa groin yang ditempatkan dengan jarak tertentu.
4.2.2 Pengukuran Slope PantaiDari hasil pengukuran sepanjang Bangunan Pantai, kelerengan di wilayah pesisir
18 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
Kecamatan Mangunharjo Semarang dapat dikategorikan sebagai pantai yang landai.
Pantai ini memiliki karakteristik yang landai, hal sesuai dengan ciri – ciri dari tipe
pantai yang berada di daerah pantai utara Jawa. Hal ini mempengaruhi terjadinya
penumpukan partikel sedimen di pinggiran pantai.
Kelerengan pantai pada saat pasang nilainya lebih besar dibandingkan pada saat
surut. Hal ini dipengaruhi oleh adanya perubahan muka air yang lebih tinggi. Selain
kenaikan muka air, perbedaan kelerengan antara saat pasang dan saat surut dapat
dilihat dari nilai jarak antara dua palm gelombang yang digunakan, dimana jaraknya
semakin dekat pada saat pasang.
Pada hasil pengolahan kelandaian pantai didapatkan hasil sebagai berikut :
I1 = 0.104, I2= 0.14, I3 = 0.146, I4 = 0.146, I5 = 0.12. Dapat disimpulkan dari hasil
tersebut kelandaian di wilayah pesisir Kecamatan Mangunharjo Semarang berkisar
pada slope = 0.1. Dengan kata lain slope di wilayah pesisir Kecamatan Mangunharjo
Semarang termasuk dalam kategori sangat landai, karena kemiringannya yang sangat
kecil.
Oleh karena itu, Selain jarak pantai dari jarak surut terendah tidaklah terlalu jauh dari
bibir pantai yang mulai landai sehingga bisa memudahkan mencari nilai elevasi dari
pantai tersebut. Karena yang kita temukan adalah pantai dengan karakteristik yang
landai, hal ini juga merupakan ciri- ciri dari tipe pantai yang berada di daerah pantai
utara Jawa. Hal ini yang mempengaruhi terjadinya penumpukan partikel sedimen di
pinggiran pantai.
4.2.3 Pengukuran Nilai Backwash dan SwashBerdasarkan tabel data hasil lab, massa sedimen yang terperangkap di sekop atau
serokan pada saat gelombang naik ke pantai (swash) jumlahnya lebih sedikit
dibandingkan ketika gelombang turun dari pantai dan kembali kelaut (backswash).
Pada saat swash rata-rata sedimen yang terperangkap sebanyak 38.0125 gr dan
ketika backswash rata-rata sedimen yang terperangkap sebanyak 57.06 gr. Hal
tersebut menunjukkah bahwa kekuatan gelombang ketika menuruni pantai atau
ketika gelombang kembali ke laut (backwash) jauh lebih besar daripada ketika
gelombang menaiki pantai (swash). Dengan lebih banyaknya sedimen yang dibawa
ketika gelombang kembali ke laut maka daerah tersebut merupakan daerah yang
memiliki potensi besar untuk terjadinya erosi.
4.2.4 Pengukuran GelombangDari data tersebut dapat diketahui tinggi maksimum (puncak gelombang) diukur dari
permukaan laut dan tinggi minimum (lembah gelombang) dengan rata-ratanya adalah
85 cm dari permukaan laut.
Pengamatan gelombang secara langsung dilakukan pada sekitar pukul 10.00 WIB
secara berkelompok dengan kerjasama tim menggunakan peralatan antara lain: wave
pole, stopwatch untuk menghitung waktu, dan buku pencatat gelombang yang
berfungsi mencatat hasil-hasil pengamatan. Metode ini di sebut sebagai metode
Konvensional. Pengamatan gelombang yang dilakukan yaitu mengukur tinggi
gelombang dan menghitung periode gelombang.
Pengukuran tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati batas puncak gelombang
19 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
dan batas lembah gelombang yang melewati wave pole yang kami letakkan di sekitar
50 meter dari garis pantai untuk kemudian dicatat. Perhitungan periode gelombang
dilakukan dengan cara ; pertama, menentukan titik tetap dari letak wave pole yang
berfungsi sebagai acuan jarak untuk menentukan periode/waktu gelombang. Periode
gelombang dihitung pada saat gelombang melewati wave pole sampai gelombang
tersebut melewati batas titik tetap yang tadi telah ditentukan (perhitungan periode
gelombang ini dilakukan sebanyak 200 kali ulangan). Waktu yang digunakan adalah
ketika gelombang berada di puncak dan kembali menjadi puncak kembali dalam satu
gelombang.
Dalam melakukan pengamatan gelombang, terdapat beberapa kendala yang terjadi,
salah satunya yaitu wave pole kurang sempurna berdiri vertikal disebabkan
kurangnya tegaknya wave pole di landasan dasar perairan. Hal tersebut tentu saja
mengganggu pengamatan kami dalam hal keakuratan hasil pengamatan gelombang
yang kami dapatkan.
Gelombang yang kami amati merupakan gelombang yang berada dekat dengan
perairan dangkal, jadi berdasarkan data dan pengamatan kami, gelombang yang kami
amati tepengaruh oleh angin yang relatif lambat kecepatannya dan fetch dekat
dengan pantai, topografi perairan, kelandaian perairan, dan kondisi perairan yang
cenderung tenang. Sehingga gelombang yang terdapat di perairan tersebut
cenderung kecil dengan pola teratur, tenang dan bisa dikategorikan sebagai
gelombang pembentuk pantai, bukan gelombang perusak pantai karena di tinjau dari
karakteristiknya, gelombang tersebut memiliki ketinggian kecil dan kecepatan rambat
yang rendah. Sehingga jika gelombang tersebut pecah di pantai akan mengangkut
sedimen (material pantai). Material pantai akan tertinggal di pantai (deposit) ketika
aliran balik dari gelombang pecah meresap ke dalam pasir atau pelan-pelan mengalir
kembali ke laut. Gelombang diperairan ini nampak menimbulkan arus sepanjang
pantai yang bergerak dari Selatan ke Utara dan mempengaruhi pergerakkan sedimen
yang ada di dalamnya.
Berdasarkan hasil grafik data kani (kelompok 1), gelombang tersebut (pada pukul
10.00-12.00 WIB di perairan Mangunharjo,Mangkang) tergambarkan teratur,
cenderung tenang, dan ketinggiannya rata-rata hampir sama. H maks yang diperoleh
adalah 10 cm dan T maks 1.2 s.
4.2.5 Pengukuran PasutBerdasarkan hasil pengolahan data pasang surut laut bulan Juni 2007 dari Stasiun
Meteorologi Maritim Semarng didapatkan hasil bahwa nilai MSL sebesar 151 cm.
Sedangkan untuk nilai HHWL dan LLWL secara berturut-turut sebesar 192 cm dan 111
cm.
Dalam perencanaan bangunan pantai di wilayah semarang data pasang surut tersebut
menjadi salah satu acuan yang tidak boleh ditinggalkan. Karena akan mempengaruhi
kelayakan dan manfaat yang diharapkan. Ketika bangunan pantai yang dibuat
memiliki ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan HHWL maka pada saat
pasang tertinggi bangunan akan terendam dan manfaat yang diharapkn menjadib
tidak maksimal.
Berdasarkan hasil pengukuran pasang surut laut tersebut maka dalam pembangunan
20 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
bangunan pantai,bangunan harus memiliki tinggi yang lebih daripada HHWL yaitu 192
cm.
Pembuatan bangunan juga tidak boleh sama tinggi dengan HHWL, hal itu
dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya run up ketika pasang terjadi. Apalagi
adanya fenomena Land subsiden dan kenaikan muka air laut. Untuk itu ketinggian
bangunan pantai harus benar benar diperhitungkan agar lebih efektif.
21 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
BAB VKESIMPULAN
5.1 Pengukuran Dimensi Bangunan PantaiDalam 5 titik yang sudah diambil datanya didapatkan bahwa bangunan pantai sudah
ada di daerah mangunharjo sudah cukup efektif. Keadaan tersebut akan terus
berlangsung sampai terjadi suatu keseimbangan baru dimana, pada saat sudut yang
dibentuk oleh gelombang pecah terhadap garis pantai baru adalah nol, yaitu tidak
terjadi angkutan sedimen sepanjang pantai.
5.2 Pengukuran Slope PantaiDapat disimpulkan dari hasil tersebut kelandaian di wilayah pesisir Kecamatan
Mangunharjo Semarang berkisar pada slope = 0.1. Dengan kata lain slope di wilayah
pesisir Kecamatan Mangunharjo Semarang termasuk dalam kategori sangat landai,
karena kemiringannya yang sangat kecil.
5.3 Pengukuran Nilai Backwash dan SwashDari data yang didapat menunjuk bahwa daerah tersebut merupakan daerah yang
memiliki potensi besar untuk terjadinya erosi karena kembali ke laut (backwash) jauh
lebih besar daripada ketika gelombang menaiki pantai (swash).
5.4 Pengukuran GelombangGelombang yang kami amati di perairan perairan Mangunharjo (Mangkang) memiliki H
maks 10 cm dan T maks sebesar 1.2 s. Hal ini dipengaruhi oleh angin yang relatif
lambat, fetch dekat pantai, topografi perairan yang landai, kondisi perairan yang
cenderung tenang, dapat dikategorikan sebagai gelombang pembentuk pantai karena
ketinggiannya kecil dan kecepatan rambat rendah. Gelombang ini juga menyebabkan
pergerakan sedimen dan arus sepanjang pantai yang dalam praktikum ini, arus
sepanjang pantai bergerak dari Selatan ke Utara.
Daerah Perairan Mangkang tersebut berlokasi di sebelah utara Pulau Jawa, yang
cenderung kurang mendapat pengaruh dari samudra. Hal ini juga diakibatkan karena
adanya banyak pulau yang berada di sebelah utara Pulau Jawa, sehingga tinggi
gelombang cenderung tidak terlalu tinggi. Hal ini berbeda dengan daerah di perairan
selatan Indonesia yang mendapat pengaruh besar dari samudra, baik dari Samudra
Hindia maupun Samudera Pasifik, dan angin yang bertiup pun memiliki pengaruh dari
Benua Australia yang cenderung besar dan membangkitkan gelombang yang tinggi.
5.5 Pengukuran PasutBerdasarkan hasil pengolahan data pasang surut laut bulan Juni 2010 dari Stasiun
Meteorologi Maritim Semarng didapatkan hasil bahwa nilai MSL sebesar 60.935 cm.
Sedangkan untuk nilai HHWL dan LLWL secara berturut-turut sebesar 85.738 cm dan
12.118 cm. Dan dari grafik terlihat bahwa tipe pasut untuk Perairan Mangkang
Mangunharjo adalah tipe campuran condong ke harian ganda.
22 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
Dalam perencanaan bangunan pantai di wilayah Semarang, data pasang surut
tersebut menjadi salah satu acuan yang tidak boleh ditinggalkan, dikarenakan dapat
mempengaruhi manfaat yang diharapkan. Ketika bangunan pantai yang dibuat
memiliki ketinggian yang lebih rendah dibandingkan dengan HHWL maka pada saat
pasang tertinggi bangunan akan terendam dan manfaat yang diharapkan menjadi
tidak maksimal.
Berdasarkan hasil pengukuran pasang surut laut tersebut maka dalam pembangunan
bangunan pantai,bangunan harus memiliki tinggi yang lebih daripada HHWL yaitu
85.738 cm.
Pembuatan bangunan juga tidak boleh sama tinggi dengan HHWL, hal itu
dimaksudkan untuk meminimalisir terjadinya run up ketika pasang terjadi. Apalagi
adanya fenomena land subsidence dan kenaikan muka air laut (sea level rise). Untuk
itu ketinggian bangunan pantai harus benar benar diperhitungkan agar lebih efektif.
Dan dari nilai MHWL dan MLWL yang berturut turut bernilai 71.851 cm dan 38.012 cm
dapat membuktikan bahwa kenainan muka air laut bergerak setinggi itu selama
periode 19 tahun. Dan dari grafik pada buku Teknik Pantai (Triatmodjo,1999)
membuktikan bahwa kenaikan muka air laut untuk daerah Semarang termasuk tinggi,
dikarenakan nilai MLWL dan MHWL tersebut. Maka dari itu, pembangunan groin yang
ada di daerah tersebut sangat membantu dalam meredam energi gelombnag pasut
yang bergerak menuju daratan.
23 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s
DAFTAR PUSTAKA
Martono, 2006. Studi Variabilitas Lapisan Atas Perairan Samudera Hindia Berbasis
Model Laut dalam Prosiding Seminar Nasional Aplikasi Sains dan Teknologi
Anonim. 2009. Peramalan Gelombang Laut
Dalam. http://rahmat88aceh.wordpress.com/2009/02/07/peramalan-gelombang-laut-
dalam/ diakses tanggal. 26 Juni 2013 pukul 09:53 WIB
Anonim. 2013. Gelombang. http://acehpedia.org/Gelombang_laut diakses tanggal. 26
Juni 2013 pukul 09:53 WIB
Anonim. 2013. Fetch dan Pembangkit Gelombang Oleh Angin
Badai. http://www.scribd.com/doc/55735924/17/Gambar%C2%A014-%C2%A0Fetch
%C2%A0dan%C2%A0pembangkitan%C2%A0gelombang%C2%A0oleh%C2%A0angin-
badaidiakses tanggal. 26 Juni 2013 pukul 09:53 WIB
Anonim. 2010. Teori Gelombang. http://akmalchaka.blogspot.com/2010/02/teori-
gelombang.html diakses tanggal. 26 Juni 2013 pukul 09:53 WIB
Anonim. 2012. Pengertian
Sedimen. http://toyibatul-ilmi.blogspot.com/2012/07/pengertian-sedimen.html diakses
tanggal. 27 Juni 2013 pukul 20:53 WIB
Anonim. 2010. Elevasi Muka Air
Laut. http://setiawanputu.blogspot.com/2010/01/elevasi-muka-air-laut.html diakses
tanggal. 27 Juni 2013 pukul 20:56 WIB
Anonim. 2012. Pasang Surut
Laut. http://a298431oseanografi.blogspot.com/2012/01/pasang-surut-laut.html diakses
tanggal. 27 Juni 2013 pukul 20:59 WIB
Anonim. 2013. Pengertian Pantai dan Definisi
Pantai. http://www.pantai.org/others/pengertian-pantai-dan-definisi-pantai diakses
tanggal. 27 Juni 2013 pukul 21:08 WIB
Anonim. 2010. Bangunan Pelindung
Pantai. http://syahrin88.wordpress.com/2010/09/09/bangunan-pelindung-pantai/ diaks
es tanggal. 27 Juni 2013 pukul 21:15 WI
24 | B a n g u n a n P a n t a i P e n a h a n E r o s i _ J a w s