Baku Mutu Dan Klasifikasi Air

Embed Size (px)

Citation preview

Baku Mutu Dan Klasifikasi Air Oleh : Abdul Fatah

Dalam kehidupan di bumi ini, air merupakan salah satu zat yang sangat diperlukan oleh mahluk hidup, sebab air merupakan regulator pelarut yang universal, dimana hampir berbagai macam zat larut di dalamnya dan berinteraksi langsung dengan sistem yang terdapat dalam setiap organisme hidup. Oleh karena itu pula kualitas air merupakan salah satu aspek yang semakin banyak mendapat perhatian dalam pengelolaan sumber daya air. Untuk lebih memahami tentang kualitas air ini ada baiknya mengetahui terlebih dahulu tentang sifat air. Secara kimiawi struktur molekul air merupakan ikatan 2 atom hidrogen dan 1 atom oksegen yang lebih dikenal dengan rumus H2O ( dihidral), tetapi dalam bentuk padat (es) berubah menjadi ikatan 4 atom hirogen dan 1 atom oksegen (tetrahidral). Secara fisik air mempunyai beberapa sifat yang unik, antara lain : - tidak berbau, tidak berasa dan tidak berwarna - titik beku pada suhu 0C dan titik didih pada suhu 100C - panas jenis sebesar 539,5 kalori dan densitas atau kerapatan = 1,00 - suhu densitas maksimum adalah 4C - mempunyai konduktivitas spesifik yang relatif kecil Air yang mempunyai sifat-sifat di atas adalah air murni, sehingga di alam air yang mempunyai sifat-sifat seperti di atas hampir tidak terjadi, sebab air di alam tidak ada yang benar-benar murni karena di dalamnya selalu terkandung berbagai bahan baik bahan organik maupun anorganik, mulai dari yang melayang, tersuspensi sampai yang terlarut. Sebagai contoh dengan adanya garam-garam terlarut (residu terlarut) dalam air, maka nilai konduktivitas specifiknya lebih tinggi dari air murni. Demikian pula dengan adanya bahan organik terlarut maupun yang tersuspensi dalam air, maka selain air akan berwarna juga akan meningkatkan laju konsumsi oksigen dan selanjutnya akan berpengaruh terhadap perubahan-perubahan parameter lainnya,

terutama keasaman air (pH) yang merupakan parameter yang

sangat berperan dalam

metabolisme perairan, dimana fluktuasi dari

parameter lain sangat dipengaruhi oleh

perubahan dari pH air ini. Salah satu contoh dengan terjadi penurunan pH air atau air dalam keadaan asam, tingkat ionisasi meningkat yang indikasinya dapat dilihat pada

peningkatannilai konduktivitas spesifik dan kondisi ini sangat tidak menguntungkan terhadap proses metabolisme pada tanaman, terutama berpengaruh pada tekanan osmotik.

Pembagian Peruntukan Kualitas Air Kriteria kualitas air merupakan tolak ukur yang digunakan untuk menilai mutu atau kualitas suatu badan atau sumber air yang dituangkan dalam bentuk (standar) baku mutu air. Baku mutu air ini merupakan batas kadar yang diperbolehkan bagi suatu zat atau bahan pencemar terdapat dalam air sesuai dengan peruntukkan Berdasarkan PP no. 82 tahun 2001 (empat) kelas : a. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air bakti air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; b. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan, air tawar, peternakan ,air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut; c. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut; d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaantersebut; d. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi,pertanaman dan atau peruntukan lain yang tersebut. mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4

Baku Mutu Air Minum Tentang klasifikasi mutu air diatas di spesifikan lagi tentang baku mutu kualitas air minum baik berupa kemasan atau isi ulang stidak-tidaknya harus memenuhi beberapa persyaratan sebagimana yang telah ditetapkan dalam Kepmenkes no. 907 tahun 2002 Untuk Penyediaan Air Minum Kemasan dan atau Kemasan isi ulang. Jumlah dan frekuensi sampel air minum harus dilaksanakan sesuai mimimal sebagai berikut: (1) Pemeriksaan kualitas Bakteriologi: kemasan dan atau kebutuhan, dengan ketentuan

Jumlah minimal sampel air minum pada penyediaan air minum kemasan isi ulang adalah sebagai berikut: - Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan satu kali.

- Air yang siap dimasukan kedalam kemasan minimal satu sample sebulan sekali. - Air dalam kemasan minimal dua sampel satu bulan satu kali. (2) Pemeriksaan Kualitas Kimiawi:

Jumlah minimal sampel air minum adalah sebagai berikut: - Air baku diperiksa minimal satu sampel tiga bulan sekali - Air yang siap dimasukan kedalam kemasan minimal satu sample sebulan sekali. - Air dalam kemasan minimal satu sampel satu bulan sekali. (3) Pemeriksaan kualitas air minum dilakukan di lapangan, dan di Laboratorium Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, atau laboratorium lainnya yang ditunjuk. (4) Hasil pemeriksaan laboratorium harus disampaikan kepada pemakai jasa, selambatlambatnya 7 hari untuk pemeriksaan mikrobiologik dan 10 hari untuk pemeriksaan kualitas kimiawi. (5) Pengambilan dan pemeriksaan sampel air minum dapat dilakukan sewaktuwaktu bila diperlukan karena adanya dugaan terjadinya pencemaran air minum yang menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan atau kejadian luar biasa pada para konsumen. (6) Parameter kualitas air yang diperiksa: Dalam rangka pengawasan kualitas air minum secara rutin yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, maka parameter kualitas air minimal yang harus diperiksa di Laboratorium adalah

sebagai berikut: - Parameter yang berhubungan langsung dengan kesehatan: a) Parameter Mikrobiologi: (1) E. Koli (2) Total Koliform

b) Kimia an-organik: (1) Arsen (2) Fluorida (3) Kromium-val.6 (4) Kadmium (5) Nitrit, sbg-N (6) Nitrat, sbg-N (7) Sianida (8) Selenium - Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan: a) Parameter Fisik: (1) Bau (2) Warna (3) Jumlah zat padat terlarut (TDS) (4) Kekeruhan (5) Rasa (6) Suhu b) Parameter Kimiawi: (1) Aluminium (2) Besi (3) Kesadahan (4) Khlorida (5) Mangan (6) pH (7) Seng (8) Sulfat (9) Tembaga (10) Sisa Khlor (11) Amonia Faktor Pembatas Air Faktor pembatas adalah suatu yang dapat menurunkan tingkat jumlah dan perkembangan suatu ekosistem. Sehingga bisa disederhanakan bahwa fakctor pembatas adalah hal-hal yang mempunyai peran dalam menentukan kadar kualitas dari suatu ekosistem. Semua organisme menurut leibig mempunyai batas toleransi maksimal dan minimal. Oleh karenanya air pun mempunyai zona minimum dan maksimumnya sendiri. Dalam kasus ekosistem air, bisa dirumuskan bahwa peruntukan air yang dibagi menjadi empat kategori sebagaimana dalam PP no. 82 tahun 2001 yang penulis uraikan diatas, dipengaruhi oleh factor-faktor yang masuk atau dimasukan kedalam air tersebut sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi dan membawa efek terhadap hasil dari kualitas air tersebut. Apakah termasuk jenis kategori A, B, C atau D.