134
FORMULASI DAN FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL STERIL HESTIARY RATIH HESTIARY RATIH

Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

FORMULASI DAN FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN TEKNOLOGI SEDIAAN

STERILSTERILHESTIARY RATIHHESTIARY RATIH

Page 2: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PUSTAKAPUSTAKA

Kenneth E.Avis, Lieberman, Leon Lachman., Kenneth E.Avis, Lieberman, Leon Lachman., Pharmaceutical Dosage Forms : Parenteral Pharmaceutical Dosage Forms : Parenteral MedicationMedication Vol 1, 2,3. Vol 1, 2,3.

Salvatore Turco, Robert E. King, Salvatore Turco, Robert E. King, Sterile Dosage Sterile Dosage FormsForms..

Benny Logawa & Sundani Nurono, Benny Logawa & Sundani Nurono, Repetitorium Repetitorium Teknologi Formulasi Sediaan Steril.Teknologi Formulasi Sediaan Steril.

Wayne P Olsen, et al., Wayne P Olsen, et al., Aseptic PharmaceuticalAseptic Pharmaceutical Manufacturing TechnologyManufacturing Technology forfor the 1990sthe 1990s..

Frederick J Carleton, James P. Agalloco, Frederick J Carleton, James P. Agalloco, Validation Validation ofof Aseptic Pharmaceutical Process.Aseptic Pharmaceutical Process.

Page 3: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Steril : Bebas dari mikroorganisme baik Steril : Bebas dari mikroorganisme baik bentuk vegetatif, non vegetatif (spora), bentuk vegetatif, non vegetatif (spora), patogen ataupun non patogen.patogen ataupun non patogen.

Penandaan obat “Penandaan obat “sterilsteril” artinya bahwa ” artinya bahwa “batch” darimana cuplikan diambil dan “batch” darimana cuplikan diambil dan dilakukan pengujian uji sterilitas dilakukan pengujian uji sterilitas (farmakope), hasil uji sterilitas memenuhi (farmakope), hasil uji sterilitas memenuhi syarat yang sudah ditetapkan dalam buku syarat yang sudah ditetapkan dalam buku resmi.resmi.

Page 4: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Cuplikan yang diambil dan diuji harus Cuplikan yang diambil dan diuji harus representatif mewakili batch yang representatif mewakili batch yang diujidiuji

Parenteral berasal dari kata yunani Parenteral berasal dari kata yunani para enteronpara enteron artinya disamping usus artinya disamping usus obat yang tidak diberikan melalui obat yang tidak diberikan melalui usus.usus.

Page 5: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PENDAHULUANPENDAHULUAN

Mutu setiap sediaan farmasi harus Mutu setiap sediaan farmasi harus ditangani secara dini.ditangani secara dini.- Penggunaan bahan awal yang memenuhi - Penggunaan bahan awal yang memenuhi spesifikasispesifikasi- Alat-alat yang digunakan harus - Alat-alat yang digunakan harus memenuhi syarat dalam mempersiapkan memenuhi syarat dalam mempersiapkan sediaan steril.sediaan steril.- Teknik manufaktur yang dilakukan- Teknik manufaktur yang dilakukan- Persyaratan ruangan dan personil yang - Persyaratan ruangan dan personil yang bekerja harus memahami dengan baik.bekerja harus memahami dengan baik.

Page 6: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Proses Manufaktur Sediaan Proses Manufaktur Sediaan ParenteralParenteral

Digolongkan menjadi 2 :Digolongkan menjadi 2 :

1.1. Proses sterilisasi akhirProses sterilisasi akhir

2.2. Proses secara aseptikProses secara aseptik

Page 7: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Mengapa sediaan parenteral Mengapa sediaan parenteral harus steril?harus steril?

Obat secara langsung mengikuti Obat secara langsung mengikuti sirkulasi cairan dalam tubuh.sirkulasi cairan dalam tubuh.

Penyuntikan sediaan yang Penyuntikan sediaan yang terkontaminasi dengan terkontaminasi dengan mikroorganisme hidup (terutama mikroorganisme hidup (terutama patogen) akan menimbulkan banyak patogen) akan menimbulkan banyak masalah dan komplikasi terutama masalah dan komplikasi terutama terhadap pasien yang sedang sakitterhadap pasien yang sedang sakit

Page 8: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

1.1. Injeksi/obat suntik (Injeksi/obat suntik (volume kecilvolume kecil) : ) : obat dilarutkan dalam pembawa obat dilarutkan dalam pembawa yang cocok, dengan atau tanpa zat yang cocok, dengan atau tanpa zat tambahan, ditujukan untuk tambahan, ditujukan untuk pemberian parenteral. --Pemberian pemberian parenteral. --Pemberian injeksi : injeksi : single dosesingle dose atau atau multiple multiple dose.dose.

Page 9: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan Macam-macam sediaan sterilsteril

2.2. Infus : sama seperti injeksi, tapi Infus : sama seperti injeksi, tapi diberikan dalam volume besar.diberikan dalam volume besar.

Contoh : Contoh :

- Infus dextrosa : nutrisi dasar- Infus dextrosa : nutrisi dasar

- Infus Ringer (ion natrium, kalium, - Infus Ringer (ion natrium, kalium, kalsium) : untuk mengganti elektrolit kalsium) : untuk mengganti elektrolit yang hilang.yang hilang.

- Kombinasi dextrosa & NaCl : untuk - Kombinasi dextrosa & NaCl : untuk pengganti cairan tubuh karena dehidrasipengganti cairan tubuh karena dehidrasi

Page 10: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

3. 3. RadiopharmaceuticalRadiopharmaceutical

Bahan kimia radioaktif digunakan untuk Bahan kimia radioaktif digunakan untuk tes/uji fungsi dari organ-organ tertentu, tes/uji fungsi dari organ-organ tertentu, bukan merupakan bagian injeksi, tetapi bukan merupakan bagian injeksi, tetapi masuk golongan masuk golongan radiopharmaceutical, radiopharmaceutical, karena obat-obatan ini merupakan karena obat-obatan ini merupakan bentuk radioaktif, teknik preparasi dan bentuk radioaktif, teknik preparasi dan penanganan yang diperlukan berbeda penanganan yang diperlukan berbeda dengan bentuk injeksi.dengan bentuk injeksi.

Page 11: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

4. 4. Sterile SolidsSterile SolidsKarena tidak stabil dalam bentuk Karena tidak stabil dalam bentuk injeksi, maka dibuat dalam bentuk injeksi, maka dibuat dalam bentuk kering dan dilarutkan pada waktu akan kering dan dilarutkan pada waktu akan dipakai. dipakai. - Jika - Jika dry solidsdry solids tidak mengandung tidak mengandung dapar, pengencer atau zat tambahan dapar, pengencer atau zat tambahan lain, maka pada etiket diberi tanda lain, maka pada etiket diberi tanda ““Sterile......Sterile......” co : ” co : SterileSterile Sodium NafcilinSodium Nafcilin

Page 12: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

- Jika - Jika dry solidsdry solids terdiri dari dapar, terdiri dari dapar, pengencer atau zat tambahan lain, pengencer atau zat tambahan lain, maka pada etiket diberi tanda “obat maka pada etiket diberi tanda “obat untuk injeksi” (.... for injection) co : untuk injeksi” (.... for injection) co : “Amfoterisin B for injection”.“Amfoterisin B for injection”.

- Perbedaan dalam penandaan diatas - Perbedaan dalam penandaan diatas untuk menunjukkan ada/tidak untuk menunjukkan ada/tidak adanya material yang ditambahkan.adanya material yang ditambahkan.

Page 13: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

5. Suspensi Steril5. Suspensi Steril-Obat-obat disuspensikan dalam pembawa yang -Obat-obat disuspensikan dalam pembawa yang cocok dan diberi etiket : cocok dan diberi etiket : steril ......suspension (obat steril ......suspension (obat steril suspensi)steril suspensi) contoh: contoh: Sterile Hidrokortison Asetat Sterile Hidrokortison Asetat SuspensionSuspension..- Jika obat dalam bentuk kering dan akan - Jika obat dalam bentuk kering dan akan disuspensikan ketika akan digunakan disuspensikan ketika akan digunakan ““sterilesterile ..... .....for suspension”for suspension” contoh : Sterile contoh : Sterile Chloramfenicol for Suspension.Chloramfenicol for Suspension.

Kedua tipe suspensi diatas tidak diberikan secara Kedua tipe suspensi diatas tidak diberikan secara intra vena atau ke dalam ruang spinal.intra vena atau ke dalam ruang spinal.

Page 14: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

6. Obat tetes mata larutan, suspensi dan 6. Obat tetes mata larutan, suspensi dan salepsalep

- Contoh : Larutan OTM Sulfasetamid Na, - Contoh : Larutan OTM Sulfasetamid Na, suspensi OTM Hidrokortison Asetat.suspensi OTM Hidrokortison Asetat.

- Pada salep mata, zat aktif dan tambahan - Pada salep mata, zat aktif dan tambahan harus mempunyai ukuran yang mikronise harus mempunyai ukuran yang mikronise dan basis harus non iritan, contoh Salep dan basis harus non iritan, contoh Salep mata adalah : hidrokortison asetat dan mata adalah : hidrokortison asetat dan gentamisin sulfat. gentamisin sulfat.

Page 15: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

7. Larutan Irigasi7. Larutan Irigasi- Larutan yang digunakan untuk - Larutan yang digunakan untuk merendam dan membilas luka merendam dan membilas luka terbuka, sayatan-sayatan bedah atau terbuka, sayatan-sayatan bedah atau jaringan tubuh dan digunakan untuk jaringan tubuh dan digunakan untuk topikal tidak untuk parenteral.topikal tidak untuk parenteral.- Pada etiket harus diberi - Pada etiket harus diberi tanda ...untuk irigasi contoh : tanda ...untuk irigasi contoh : Natrium Cl untuk irigasi.Natrium Cl untuk irigasi.

Page 16: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

8. Zat-zat diagnostik8. Zat-zat diagnostik- Untuk tujuan diagnostik seperti - Untuk tujuan diagnostik seperti EvansEvans Blue Injection Blue Injection (untuk menentukan volume (untuk menentukan volume darah), Injeksi darah), Injeksi RadiopharmaceuticalRadiopharmaceutical dsb. dsb.

9. Ekstrak Allergenik9. Ekstrak Allergenik- Konsentrat steril : untuk tujuan diagnostik - Konsentrat steril : untuk tujuan diagnostik atau pengobatan reaksi-reaksi alergi.atau pengobatan reaksi-reaksi alergi.- - Pada saat akan digunakan, ekstrak Pada saat akan digunakan, ekstrak dilarutkan dalam konsentrasi yang dilarutkan dalam konsentrasi yang diinginkan dengan teknik aseptik dan diinginkan dengan teknik aseptik dan cairan steril sebagai pelarut.cairan steril sebagai pelarut.

Page 17: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Macam-macam sediaan steril Macam-macam sediaan steril (USP)(USP)

10. Larutan dialisis peritonial10. Larutan dialisis peritonial - Untuk membuang kelebihan - Untuk membuang kelebihan sampah tubuh, cairan tubuh, serum sampah tubuh, cairan tubuh, serum elektrolit dan untuk menghilangkan elektrolit dan untuk menghilangkan senyawa toksik yang secara normal senyawa toksik yang secara normal dikeluarkan oleh ginjal.dikeluarkan oleh ginjal.- Harus bebas pirogen, steril, bebas - Harus bebas pirogen, steril, bebas dari partikulatdari partikulat

Page 18: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

KLASIFIKASI OBAT KLASIFIKASI OBAT SUNTIK/INJEKSISUNTIK/INJEKSI

1.1. Larutan sejati dengan pembawa air, Larutan sejati dengan pembawa air, contoh vitamin C, strikhnin NOcontoh vitamin C, strikhnin NO33, , Sulfadiazin Na, Na-ringer, Vitamin Sulfadiazin Na, Na-ringer, Vitamin B1, Papaverin HCl, Ziemsen (As2O3 B1, Papaverin HCl, Ziemsen (As2O3 + NaOH), kinin antipirin.+ NaOH), kinin antipirin.

2.2. Larutan sejati dengan pembawa Larutan sejati dengan pembawa minyak, contoh : Menadion, minyak, contoh : Menadion, testosteron propionat, kamfer, dll.testosteron propionat, kamfer, dll.

Page 19: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

KLASIFIKASI OBAT KLASIFIKASI OBAT SUNTIK/INJEKSISUNTIK/INJEKSI

3. 3. Larutan sejati dengan pembawa Larutan sejati dengan pembawa pelarut campur : Fenobarbital natrium.pelarut campur : Fenobarbital natrium.

4.4. Suspensi steril dengan pembawa air : Suspensi steril dengan pembawa air : Kortison asetat, kortikotropin-seng Kortison asetat, kortikotropin-seng hidroklorida.hidroklorida.

5.5. Suspensi steril dengan pembawa Suspensi steril dengan pembawa minyak : Bismuth sub salisilat, minyak : Bismuth sub salisilat, prokain-penisilin.prokain-penisilin.

Page 20: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

KLASIFIKASI OBAT KLASIFIKASI OBAT SUNTIK/INJEKSISUNTIK/INJEKSI

6. Serbuk kering yang 6. Serbuk kering yang dilarutkandilarutkan dalam pembawa air sesaat sebelum dalam pembawa air sesaat sebelum digunakan contoh : pentotal natrium, digunakan contoh : pentotal natrium, ampisilin, penisilin.ampisilin, penisilin.

7. Serbuk kering yang 7. Serbuk kering yang disuspensikandisuspensikan dalam pembawa air sesaat sebelum dalam pembawa air sesaat sebelum digunakan : streptomisin, prokain-digunakan : streptomisin, prokain-penisilin.penisilin.

8. Emulsi steril : infus lemak, dll.8. Emulsi steril : infus lemak, dll.

Page 21: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Persyaratan Umum Sediaan Persyaratan Umum Sediaan SterilSteril

1.1. SterilSteril2.2. Bebas pirogen (untuk obat suntik yang Bebas pirogen (untuk obat suntik yang

sekali penyuntikan diberikan >10 mL)sekali penyuntikan diberikan >10 mL)3.3. Isotoni (tonisitas)Isotoni (tonisitas) Jika larutan tertentu Jika larutan tertentu

konsentrasinya sama besar dengan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah konsentrasi dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan sehingga tidak terjadi pertukaran cairan diantara keduanya (ekivalen dengan diantara keduanya (ekivalen dengan 0,9% NaCl)0,9% NaCl)

4.4. Isohidri Isohidri pH suatu larutan zat = pH pH suatu larutan zat = pH cairan tubuh 7,4cairan tubuh 7,4

Page 22: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Persyaratan Umum Sediaan Persyaratan Umum Sediaan SterilSteril

5. Bentuk larutan jernih (berhubungan 5. Bentuk larutan jernih (berhubungan dengan stabilitas)dengan stabilitas)

Page 23: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

SEDIAAN PARENTERALSEDIAAN PARENTERAL

A.A. Penggolongan sediaan steril untuk parenteralPenggolongan sediaan steril untuk parenteral1.1. Larutan atau emulsi yang cocok untuk injeksiLarutan atau emulsi yang cocok untuk injeksi2.2. Sediaan padat kering atau cairan kental, yang Sediaan padat kering atau cairan kental, yang

tidak mengandung zat tambahan, dengan tidak mengandung zat tambahan, dengan pelarut yang cocok untuk injeksipelarut yang cocok untuk injeksi

3.3. Sediaan padat kering atau cairan kental yang Sediaan padat kering atau cairan kental yang mengandung satu atau lebih zat tambahanmengandung satu atau lebih zat tambahan

4.4. Sediaan padat bentuk suspensi dalam media Sediaan padat bentuk suspensi dalam media yang cocok tidak untuk injeksi iv atau kolon yang cocok tidak untuk injeksi iv atau kolon spinalspinal

5.5. Sediaan padat kering yang dengan Sediaan padat kering yang dengan penambahan pelarut yang cocok menjadi penambahan pelarut yang cocok menjadi sediaan steril bentuk suspensi.sediaan steril bentuk suspensi.

Page 24: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

SEDIAAN PARENTERALSEDIAAN PARENTERAL

B. Definisi Sediaan ParenteralB. Definisi Sediaan Parenteral

Sediaan obat steril, dapat berupa Sediaan obat steril, dapat berupa larutan atau suspensi, yang dikemas larutan atau suspensi, yang dikemas sedemikian rupa hingga cocok untuk sedemikian rupa hingga cocok untuk diberikan dalam bentuk injeksi diberikan dalam bentuk injeksi hipodermis dengan pembawa atau hipodermis dengan pembawa atau zat pensuspensi yang cocok.zat pensuspensi yang cocok.

Page 25: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

RUTE, MASALAH DAN CATATAN YANG RUTE, MASALAH DAN CATATAN YANG HARUS DIPERHATIKAN PADA HARUS DIPERHATIKAN PADA PEMBERIAN OBAT SECARA PEMBERIAN OBAT SECARA

PARENTERALPARENTERAL Pemberian obat secara parenteral : Pemberian obat secara parenteral :

pemberian langsung ke dalam jaringan, pemberian langsung ke dalam jaringan, rongga jaringan, atau kompartemen-rongga jaringan, atau kompartemen-kompartemen tubuh secara suntikan/ kompartemen tubuh secara suntikan/ injeksi atau infus.injeksi atau infus.

Perkembangan teknik-teknik untuk Perkembangan teknik-teknik untuk pemberian obat secara parenteral dan pemberian obat secara parenteral dan penggunaannya telah berkembang pesat penggunaannya telah berkembang pesat beberapa tahun terakhir ini.beberapa tahun terakhir ini.

Page 26: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL

1.1. Untuk menjamin penyampaian obat yang Untuk menjamin penyampaian obat yang masih belum banyak diketahui sifat-masih belum banyak diketahui sifat-sifatnya ke dalam suatu jaringan yang sifatnya ke dalam suatu jaringan yang sakit atau daerah target dalam tubuh sakit atau daerah target dalam tubuh dalam kadar yang cukup. Contoh : dalam kadar yang cukup. Contoh : Pemberian injeksi antibiotik golongan Pemberian injeksi antibiotik golongan aminoglikosida secara intraventrikularaminoglikosida secara intraventrikularsulit menembus lapisan pembatas darah-sulit menembus lapisan pembatas darah-otak-selaput otak dapat dilakukan pada otak-selaput otak dapat dilakukan pada penderita radang selaput otak/rongga otak penderita radang selaput otak/rongga otak akibat bakteri dan jamur. akibat bakteri dan jamur.

Page 27: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

INDIKASI UMUM PEMBERIAN INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERALOBAT SECARA PARENTERAL

2. Pengendalian langsung terhadap beberapa 2. Pengendalian langsung terhadap beberapa parameter farmakologi tertentu, seperti parameter farmakologi tertentu, seperti waktu tunda, kadar puncak dalam darah, waktu tunda, kadar puncak dalam darah, kadar dalam jaringan dll.kadar dalam jaringan dll.

3. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap 3. Menjamin dosis dan kepatuhan terhadap obat (khusus untuk penderita rawat jalan)obat (khusus untuk penderita rawat jalan)

4. Mendapatkan efek obat yang tidak mungkin 4. Mendapatkan efek obat yang tidak mungkin dicapai melalui rute lain : obat tidak dapat dicapai melalui rute lain : obat tidak dapat diab- sorpsi/rusak oleh asam lambung atau diab- sorpsi/rusak oleh asam lambung atau enzim jika diberikan secara oral contoh enzim jika diberikan secara oral contoh insulin.insulin.

Page 28: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

INDIKASI UMUM PEMBERIAN INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERALOBAT SECARA PARENTERAL

5. Untuk memberikan obat pada keadaan rute 5. Untuk memberikan obat pada keadaan rute lain yang lebih disukai tidak lain yang lebih disukai tidak memungkinkan, misal pada penderita yang memungkinkan, misal pada penderita yang saluran cerna bagian atas sudah tidak ada saluran cerna bagian atas sudah tidak ada karena dioperasi.karena dioperasi.

6. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika 6. Untuk menghasilkan efek secara lokal jika diinginkan yaitu untuk mencegah diinginkan yaitu untuk mencegah /meminimum-kan reaksi toksik sistemik : /meminimum-kan reaksi toksik sistemik : pemberian metotreksat secara injeksi intra pemberian metotreksat secara injeksi intra tekal pada penderitan leukemia.tekal pada penderitan leukemia.

7. Penderita yang tidak sadarkan diri/tidak 7. Penderita yang tidak sadarkan diri/tidak dapat kerja sama (gila)dapat kerja sama (gila)

Page 29: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

INDIKASI UMUM PEMBERIAN INDIKASI UMUM PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERALOBAT SECARA PARENTERAL

8. Memperbaiki dengan cepat cairan 8. Memperbaiki dengan cepat cairan tubuh atau ketidakseimbangan tubuh atau ketidakseimbangan elektrolit/ mensuplai kebutuhan elektrolit/ mensuplai kebutuhan nutrisi.nutrisi.

9. Mendapatkan efek lokal yang 9. Mendapatkan efek lokal yang diinginkan : anastesi lokal pada diinginkan : anastesi lokal pada pencabutan gigi.pencabutan gigi.

Page 30: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

KERUGIAN PEMBERIAN OBAT KERUGIAN PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL

1.1. Harus dilakukan oleh personel yang terlatih Harus dilakukan oleh personel yang terlatih dan membutuhkan waktu lebih banyak dan membutuhkan waktu lebih banyak daripada pemberian obat bentuk lain.daripada pemberian obat bentuk lain.

2.2. Rasa nyeri pada lokasi penyuntikanRasa nyeri pada lokasi penyuntikan3.3. Sukar sekali untuk merubah/menghilangkan Sukar sekali untuk merubah/menghilangkan

efek fisiologisnya jika obat sudah berada efek fisiologisnya jika obat sudah berada dalam sirkulasi sistemik.dalam sirkulasi sistemik.

4.4. Harga sediaan parenteral lebih mahal Harga sediaan parenteral lebih mahal dibandingkan sediaan yang lain karena dibandingkan sediaan yang lain karena persyaratan manufaktur dan pengemasanpersyaratan manufaktur dan pengemasan

Page 31: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

KERUGIAN PEMBERIAN OBAT KERUGIAN PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL

5. Masalah yang timbul setelah 5. Masalah yang timbul setelah pemberian parenteral : septisemia, pemberian parenteral : septisemia, infeksi jamur, inkompatibilitas infeksi jamur, inkompatibilitas karena pencampuran sediaan karena pencampuran sediaan parentera dan antaraksi obat.parentera dan antaraksi obat.

Page 32: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

FAKTOR FARMASETIK YANG FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT

SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL1.1. Kelarutan obat dan volume injeksiKelarutan obat dan volume injeksi

- Obat harus terlarut sempurna, lebih - Obat harus terlarut sempurna, lebih disukai dalam air, sebelum dapat disukai dalam air, sebelum dapat diberikan secara injeksi intra vena.diberikan secara injeksi intra vena.- Kelarutan obat dalam pembawa dan - Kelarutan obat dalam pembawa dan dosis yang diperlukan untuk menghasilkan dosis yang diperlukan untuk menghasilkan efek terapetik akan menentukan volume efek terapetik akan menentukan volume injeksi yang harus diberikan.injeksi yang harus diberikan.- Rute pemberian obat secara parenteral - Rute pemberian obat secara parenteral selain iv memiliki keterbatasan dalam hal selain iv memiliki keterbatasan dalam hal volume injeksi yang dapat diberikan.volume injeksi yang dapat diberikan.

Page 33: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

FAKTOR FARMASETIK YANG FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT

SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL

2. 2. Karakteristik Bahan PembawaKarakteristik Bahan Pembawa- Pembawa air : dapat diberikan melalui - Pembawa air : dapat diberikan melalui rute parenteral apa saja.rute parenteral apa saja.- Pembawa non air : yang dapat bercampur - Pembawa non air : yang dapat bercampur atau tidak dengan air biasanya diberikan atau tidak dengan air biasanya diberikan dengan intra muskular.dengan intra muskular.- Larutan suntik dengan pelarut campur - Larutan suntik dengan pelarut campur (diazepam, digoksin, fenitoin) dapat iv, hati-(diazepam, digoksin, fenitoin) dapat iv, hati-hati pengaturan kecepatan penyuntikan hati pengaturan kecepatan penyuntikan untuk mencegah terjadinya pengendapan untuk mencegah terjadinya pengendapan senyawa obat pada daerah penyuntikan.senyawa obat pada daerah penyuntikan.

Page 34: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

FAKTOR FARMASETIK YANG FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT

SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL3. 3. pH atau osmolaritas larutan injeksipH atau osmolaritas larutan injeksi Larutan suntik harus diformulasi pada pH Larutan suntik harus diformulasi pada pH

dan osmolaritas yang sama dengan cairan dan osmolaritas yang sama dengan cairan tubuh (isohidri dan isotoni).tubuh (isohidri dan isotoni).

Tidak dapat dipenuhi oleh semua obat Tidak dapat dipenuhi oleh semua obat karena masalah stabilitas, kelarutan atau karena masalah stabilitas, kelarutan atau dosis.dosis.- Misal : diazoksid dibuat pada pH 11,6 - Misal : diazoksid dibuat pada pH 11,6 karena pH tersebut pH stabilitasnya. karena pH tersebut pH stabilitasnya. Difenilhidantoin (pH 12) dan tetrasiklin HCl Difenilhidantoin (pH 12) dan tetrasiklin HCl (pH 2) untuk mendapatkan larutan yang (pH 2) untuk mendapatkan larutan yang sempurna dalam dosis yang dibutuhkan.sempurna dalam dosis yang dibutuhkan.

Page 35: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

FAKTOR FARMASETIK YANG FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT

SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL Kadang-kadang larutan parenteral hipertonis Kadang-kadang larutan parenteral hipertonis

karena mengandung kadar obat yang tinggi karena mengandung kadar obat yang tinggi untuk mencapai kadar obat dalam darah untuk mencapai kadar obat dalam darah yang efektif, misal :yang efektif, misal :- Obat tetes mata sulfasetamid- Obat tetes mata sulfasetamid- Larutan nutrisi yang mengandung dosis - Larutan nutrisi yang mengandung dosis tinggi asam amino, dekstrosa dll.tinggi asam amino, dekstrosa dll.

Larutan yang sangat hipertonis : harus Larutan yang sangat hipertonis : harus diberikan melalui vena yang sangat besar diberikan melalui vena yang sangat besar (subclevian)(subclevian) vena tsb akan masuk vena tsb akan masuk langsung ke dalam jantunglangsung ke dalam jantung cepat cepat diencerkan dengan vol. besar diencerkan dengan vol. besar

Page 36: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

FAKTOR FARMASETIK YANG FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT

SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL Pada umumnya larutan parenteral hipertonis Pada umumnya larutan parenteral hipertonis

dikontraindikasikandikontraindikasikan untuk penyuntikan sub untuk penyuntikan sub kutan atau intramuskular.kutan atau intramuskular.

4. Jenis bentuk sediaan obat4. Jenis bentuk sediaan obat Suspensi : hanya intramuskular atau sub Suspensi : hanya intramuskular atau sub

kutan. Tidak boleh iv atau rute parenteral kutan. Tidak boleh iv atau rute parenteral selain diatas selain diatas obat langsung masuk ke obat langsung masuk ke cairan biologis atau jaringan sensitif (otak dan cairan biologis atau jaringan sensitif (otak dan mata).mata).

Serbuk untuk injeksi harus dilarutkan Serbuk untuk injeksi harus dilarutkan sempurna dalam pembawa yang sesuai sempurna dalam pembawa yang sesuai sebelum diberikan.sebelum diberikan.

Page 37: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

FAKTOR FARMASETIK YANG FAKTOR FARMASETIK YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT MEMPENGARUHI PEMBERIAN OBAT

SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL5.5. Komposisi bahan pembantuKomposisi bahan pembantu- Sediaan parenteral untuk pemakaian berulang Sediaan parenteral untuk pemakaian berulang

mengandung antimikroba sebagai pengawet. mengandung antimikroba sebagai pengawet. Bahan pengawet dikontraindikasikan untuk Bahan pengawet dikontraindikasikan untuk pemberian ke dalam cairan serebrospinal atau pemberian ke dalam cairan serebrospinal atau intra okular intra okular dapat terjadi efek toksik. dapat terjadi efek toksik.

- Dapat mengandung surfaktan Dapat mengandung surfaktan mendapatkan kelarutan yang sesuai. mendapatkan kelarutan yang sesuai. Surfaktan dapat merubah permeabilitas Surfaktan dapat merubah permeabilitas membran, sehingga harus diketahui membran, sehingga harus diketahui keberadaannya ketika akan diberikan secara keberadaannya ketika akan diberikan secara sk atau im.sk atau im.

Page 38: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

RUTE-RUTE SPESIFIKRUTE-RUTE SPESIFIK

Rute Utama : Intramuskular, intravena dan Rute Utama : Intramuskular, intravena dan sub kutan. sub kutan.

Ketiga rute utama tersebut memuaskan Ketiga rute utama tersebut memuaskan untuk keempat alasan pemberian obat untuk keempat alasan pemberian obat secara parenteral : pengobatan, secara parenteral : pengobatan, pencegahan, diagnosis dan mengubah pencegahan, diagnosis dan mengubah sementara fungsi jaringan untuk sementara fungsi jaringan untuk mempermudah pengobatan.mempermudah pengobatan.

Rute lain : intraokular, intratekal dll.Rute lain : intraokular, intratekal dll.

Page 39: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

RUTE-RUTE UTAMA - RUTE-RUTE UTAMA - INTRAMUSKULARINTRAMUSKULAR

I. Intramuskular I. Intramuskular - Injeksi langsung ke dalam bagian otot - Injeksi langsung ke dalam bagian otot relaksasi, meliputi otot gluteal, deltoid, trisep, relaksasi, meliputi otot gluteal, deltoid, trisep, pektoral dan vastus lateralis. Otot gluteal : pektoral dan vastus lateralis. Otot gluteal : dapat diinjeksikan dengan volume besar. Vastus dapat diinjeksikan dengan volume besar. Vastus lateralis : mentolerir volume besar, jauh dari lateralis : mentolerir volume besar, jauh dari pembuluh darah dan syaraf-syaraf.pembuluh darah dan syaraf-syaraf.- Untuk sediaan kerja diperlama. Sediaan dalam - Untuk sediaan kerja diperlama. Sediaan dalam bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi daripada bentuk larutan lebih cepat diabsorpsi daripada suspensi atau larutan dengan pembawa suspensi atau larutan dengan pembawa minyak.minyak.

Page 40: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

INTRAMUSKULARINTRAMUSKULAR

- Larutan sedapat mungkin dibuat - Larutan sedapat mungkin dibuat isotoniisotoni

- Zat aktif dengan kerja lambat serta - Zat aktif dengan kerja lambat serta mudah terakumulasi dapat mudah terakumulasi dapat menimbulkan keracunan.menimbulkan keracunan.

- Contoh : Injeksi kamfer, injeksi kinin - Contoh : Injeksi kamfer, injeksi kinin antipirin, injeksi fenilbutazon, injeksi antipirin, injeksi fenilbutazon, injeksi amidopirin, injeksi kortison asetat.amidopirin, injeksi kortison asetat.

Page 41: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

INTRAVENAINTRAVENA

II. IntravenaII. Intravena Injeksi langsung ke dalam vena (pembuluh darah).Injeksi langsung ke dalam vena (pembuluh darah). Dalam jumlah kecil tidak mutlak harus isotoni dan Dalam jumlah kecil tidak mutlak harus isotoni dan

isohidri.isohidri. Dalam jumlah besar harus isotoni dan isohidriDalam jumlah besar harus isotoni dan isohidri Tidak tepat untuk zat aktif yang merangsang Tidak tepat untuk zat aktif yang merangsang

dinding pembuluh darah.dinding pembuluh darah. Tidak diperkenankan penggunaan zat aktif Tidak diperkenankan penggunaan zat aktif

penyebab hemolisa seperti plasmokhin, saponin, penyebab hemolisa seperti plasmokhin, saponin, nitrobenzol, nitrit dan sulfonal.nitrobenzol, nitrit dan sulfonal.

Page 42: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

INTRAVENAINTRAVENA

Sediaan yang diberikan umumnya Sediaan yang diberikan umumnya berbentuk larutan sejati dengan pembawa berbentuk larutan sejati dengan pembawa air. Penggunaan suspensi masih air. Penggunaan suspensi masih dipertentangkan dengan membatasi ukuran dipertentangkan dengan membatasi ukuran partikel zat aktif < 0,1 partikel zat aktif < 0,1 µm, ukuran yang µm, ukuran yang lebih besar dapat menyebabkan emboli.lebih besar dapat menyebabkan emboli.

Pemberian larutan 10 mL atau lebih besar Pemberian larutan 10 mL atau lebih besar sekali suntik, harus bebas pirogen.sekali suntik, harus bebas pirogen.

Contoh : injeksi kalsium glukonat, injeksi Contoh : injeksi kalsium glukonat, injeksi aminofilin, infus glukosa, infus Ringer.aminofilin, infus glukosa, infus Ringer.

Page 43: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

TUJUAN PEMBERIAN TUJUAN PEMBERIAN INTRAVENAINTRAVENA

Tujuan pemberian intravena :Tujuan pemberian intravena :a.a. Menjamin penyampaian dan distribusi obat Menjamin penyampaian dan distribusi obat

dalam keadaan syok dalam keadaan syok b.b. Mengembalikan segera kesetimbangan Mengembalikan segera kesetimbangan

elektrolit dan cairan tubuhelektrolit dan cairan tubuhc.c. Efek farmakologis yang segera (darurat)Efek farmakologis yang segera (darurat)d.d. Pengobatan infeksi yang seriusPengobatan infeksi yang seriuse.e. Pemberian nutrisi secara kontinyuPemberian nutrisi secara kontinyuf.f. Mencegah komplikasi lainnya jika diberikan Mencegah komplikasi lainnya jika diberikan

melalui rute lainnya.melalui rute lainnya.g.g. Untuk tujuan khusus : transfusi darah, Untuk tujuan khusus : transfusi darah,

plasmaferesis dll. plasmaferesis dll.

Page 44: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

KOMPLIKASI INTRA VENAKOMPLIKASI INTRA VENA

Komplikasi yang dapat terjadi karena Komplikasi yang dapat terjadi karena pemberian secara intravena :pemberian secara intravena :

a.a. TrombosisTrombosisb.b. Penyuntikan mikroorganisme, toksin, Penyuntikan mikroorganisme, toksin,

partikel atau udara.partikel atau udara.c. Ketidaktercampuran fisik atau kimia c. Ketidaktercampuran fisik atau kimia

beberapa senyawa sebelum atau pada beberapa senyawa sebelum atau pada saat penyuntikan.saat penyuntikan.

d. Pemberian obat yang tidak terkontrol dan d. Pemberian obat yang tidak terkontrol dan berlebihanberlebihan

Page 45: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

SUB KUTANSUB KUTAN

III. Sub KutanIII. Sub Kutan Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan Penyuntikan dilakukan ke dalam jaringan

longgar di bawah kulit (dermis), longgar di bawah kulit (dermis), disuntikkan ke dalam tubuh melalui disuntikkan ke dalam tubuh melalui bagian yang sedikit lemaknya.bagian yang sedikit lemaknya.

Larutan yang disuntikkan sebaiknya Larutan yang disuntikkan sebaiknya isotoni dan isohidri dengan kerja zat aktif isotoni dan isohidri dengan kerja zat aktif lebih lambat dibandingkan dengan lebih lambat dibandingkan dengan pemberian intravena dan intramuskular.pemberian intravena dan intramuskular.

Page 46: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Larutan yang sangat menyimpang isotoninya Larutan yang sangat menyimpang isotoninya dapat menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis dapat menimbulkan rasa nyeri atau nekrosis dan absorpsi zat aktif tidak optimal.dan absorpsi zat aktif tidak optimal.

Obat yang diberikan melalui rute sk : insulin, Obat yang diberikan melalui rute sk : insulin, vaksin, narkotika, epinefrin, vit B12.vaksin, narkotika, epinefrin, vit B12.

Obat yang tidak boleh diberikan melalui rute Obat yang tidak boleh diberikan melalui rute sk : yang bersifat asam kuat, basa kuat, sk : yang bersifat asam kuat, basa kuat, iritan, yang dapat menimbulkan rasa sakit, iritan, yang dapat menimbulkan rasa sakit, inflamasi, nekrosis jaringan.inflamasi, nekrosis jaringan.

Page 47: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

RUTE LAIN- HipodermoklisisRUTE LAIN- Hipodermoklisis

1. Hipodermoklisis1. Hipodermoklisis- Pemberian sediaan larutan injeksi dalam - Pemberian sediaan larutan injeksi dalam jumlah besar/infus melalui rute subkutan.jumlah besar/infus melalui rute subkutan.- Dilakukan jika absorpsi dengan - Dilakukan jika absorpsi dengan kecepatan yang rendah diinginkan jika kecepatan yang rendah diinginkan jika tidak ada vena yang cocok yang dapat tidak ada vena yang cocok yang dapat dipakai (pada bayi atau lansia).dipakai (pada bayi atau lansia).- Penyuntikan harus perlahan untuk - Penyuntikan harus perlahan untuk mencegah terjadinya pembengkakan.mencegah terjadinya pembengkakan.

Page 48: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntraperitonialIntraperitonial

2. Intraperitonial/intraabdominal2. Intraperitonial/intraabdominal Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga peritonial Injeksi yang dilakukan ke dalam rongga peritonial

(rongga perut) dengan jarum/kateter, atau (rongga perut) dengan jarum/kateter, atau penyuntikan langsung ke dalam organ-organ penyuntikan langsung ke dalam organ-organ abdominal seperti hati, ginjal atau kandung abdominal seperti hati, ginjal atau kandung kemih.kemih.

Absorpsinya cepatAbsorpsinya cepat Untuk pengobatan penyakit secara lokal atau Untuk pengobatan penyakit secara lokal atau

yang tersebar di dalam abdomen/perut yang yang tersebar di dalam abdomen/perut yang disebabkan oleh infeksi atau tumor.disebabkan oleh infeksi atau tumor.

Komplikasi pada ip : peritonitis dan haemorrhageKomplikasi pada ip : peritonitis dan haemorrhage

Page 49: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntraarterialIntraarterial

3. Intra-arterial3. Intra-arterial- Langsung ke dalam arteri (pembuluh nadi) yang - Langsung ke dalam arteri (pembuluh nadi) yang akan membawa obat langsung ke dalam organ akan membawa obat langsung ke dalam organ sasaran.sasaran.- Untuk tujuan diagnostik- Untuk tujuan diagnostik- Cukup berbahaya, karena sediaan tidak - Cukup berbahaya, karena sediaan tidak mengalami penyaringan terlebih dahulu oleh paru-mengalami penyaringan terlebih dahulu oleh paru-paru, hati atau ginjal.paru, hati atau ginjal.- Sediaan yang terkontaminasi (mikroorganisme, - Sediaan yang terkontaminasi (mikroorganisme, endotoksin, partikel yang tidak larut) dapat endotoksin, partikel yang tidak larut) dapat menyebabkan komplikasi atau reaksi yang serius menyebabkan komplikasi atau reaksi yang serius seperti infeksi atau penyumbatan pembuluh nadi. seperti infeksi atau penyumbatan pembuluh nadi.

Page 50: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntraartikularIntraartikular

4. Intraartikular4. Intraartikular- Injeksi ke dalam kantong sinovial dari - Injeksi ke dalam kantong sinovial dari sejumlah persendian yang dapat dicapai.sejumlah persendian yang dapat dicapai.- Beberapa antiobiotika, lidokain, ester - Beberapa antiobiotika, lidokain, ester kortikosteron dapat diberikan melalui rute kortikosteron dapat diberikan melalui rute ini untuk pengobatan infeksi rasa nyeri, ini untuk pengobatan infeksi rasa nyeri, inflamasi, dsb.inflamasi, dsb.- Infeksi iatrogenik (mengakibatkan - Infeksi iatrogenik (mengakibatkan rusaknya sendi): komplikasi setelah rusaknya sendi): komplikasi setelah dilakukan injeksi intraartikulardilakukan injeksi intraartikular

Page 51: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntrakardiakIntrakardiak

5. Intrakardiak5. Intrakardiak

- Langsung ke dalam bilik-bilik jantung.- Langsung ke dalam bilik-bilik jantung.

- Tidak direkomendasikan, kecuali - Tidak direkomendasikan, kecuali kasus-kasus khusus seperti kasus-kasus khusus seperti berhentinya jantung.berhentinya jantung.

- Otot jantung, pembuluh nadi koroner - Otot jantung, pembuluh nadi koroner dapat rusak akibat pemberian obat dapat rusak akibat pemberian obat secara intrakardiak.secara intrakardiak.

Page 52: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntrasisternalIntrasisternal

6. Intrasisternal6. Intrasisternal- Langsung ke dalam rongga sisternal - Langsung ke dalam rongga sisternal (sumsum tulang belakang) sekeliling (sumsum tulang belakang) sekeliling dasar otak.dasar otak.- Untuk tujuan diagnostik- Untuk tujuan diagnostik- Rute ini cukup berbahaya, dapat - Rute ini cukup berbahaya, dapat menyebabkan terjadinya menyebabkan terjadinya kelumpuhan syaraf atau kematian.kelumpuhan syaraf atau kematian.

Page 53: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Intraderma/IntrakutanIntraderma/Intrakutan

7.7. Intraderma/IntrakutanIntraderma/Intrakutan- Disuntikkan ke dalam kulit- Disuntikkan ke dalam kulit- Sejumlah zat diagnostik antigen - Sejumlah zat diagnostik antigen (misal tuberkulin) dan vaksin (misal (misal tuberkulin) dan vaksin (misal smallpox) diberikan melalui rute ini.smallpox) diberikan melalui rute ini.- Volume yang diinjeksikan tidak - Volume yang diinjeksikan tidak lebih dari 0,1 mL.lebih dari 0,1 mL.- Absorpsi sangat lambat.- Absorpsi sangat lambat.

Page 54: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Intralesional, intraokularIntralesional, intraokular

8. Intralesional8. Intralesional- Injeksi yang dilakukan langsung ke dalam - Injeksi yang dilakukan langsung ke dalam atau sekitar luka, yang biasanya terdapat atau sekitar luka, yang biasanya terdapat pada kulit.pada kulit.- Diberikan jika diinginkan efek lokal yang - Diberikan jika diinginkan efek lokal yang kuat : tetanus, antisera rabies.kuat : tetanus, antisera rabies.

9. Intraokular9. Intraokular- Ke dalam mata meliputi 3 daerah : ruang - Ke dalam mata meliputi 3 daerah : ruang anterior, intravitreal, retrobulbar.anterior, intravitreal, retrobulbar.- Untuk infeksi dan inflamasi mata.- Untuk infeksi dan inflamasi mata.

Page 55: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntrapleuralIntrapleural

10. Intrapleural10. Intrapleural- Ke dalam rongga selaput dada, - Ke dalam rongga selaput dada, biasanya dilakukan hanya 1 kali (single biasanya dilakukan hanya 1 kali (single injection).injection).- Untuk infeksi atau penyakit berbahaya - Untuk infeksi atau penyakit berbahaya yang berkaitan dengan rongga selaput yang berkaitan dengan rongga selaput dada.dada.- Komplikasi yang dapat terjadi : - Komplikasi yang dapat terjadi : pneumothorax, perdarahan intrapleural.pneumothorax, perdarahan intrapleural.

Page 56: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntratekalIntratekal

11. Intratekal11. Intratekal- Langsung ke dalam kantung lumbar Langsung ke dalam kantung lumbar

(sumsum tulang belakang), terletak pada (sumsum tulang belakang), terletak pada ujung kaudal dari spinal cordujung kaudal dari spinal cord

- Larutan harus isotoni dan isohidri.Larutan harus isotoni dan isohidri.- Untuk maksud anastesi digunakan larutan Untuk maksud anastesi digunakan larutan

yang hipertoni.yang hipertoni.- Untuk tujuan diagnostik, dapat juga untuk Untuk tujuan diagnostik, dapat juga untuk

pengobatan infeksi atau tumor pada pengobatan infeksi atau tumor pada sepanjang jaringan syaraf tulang sepanjang jaringan syaraf tulang punggung.punggung.

Page 57: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntrauterinIntrauterin

12. Intra-uterin12. Intra-uterin- Injeksi/infus dilakukan ke dalam uterus Injeksi/infus dilakukan ke dalam uterus

pada keadaan hamil.pada keadaan hamil.- Pada minggu keenambelas kehamilan Pada minggu keenambelas kehamilan

untuk tujuan aborsi.untuk tujuan aborsi.- Tujuan diagnostikTujuan diagnostik- Komplikasi : amnionitis dan Komplikasi : amnionitis dan

myometritismyometritis

Page 58: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

IntraventrikularIntraventrikular

13. Intraventrikular13. Intraventrikular- Injeksi/infus ke dalam rongga-rongga sisi otak.Injeksi/infus ke dalam rongga-rongga sisi otak.- Untuk pengobatan infeksi atau penyakit kanker Untuk pengobatan infeksi atau penyakit kanker

yang melibatkan membran atau cairan yang melibatkan membran atau cairan serebrospinal sekeliling sistem syaraf pusat. serebrospinal sekeliling sistem syaraf pusat. Misal pada pengobatan meningitis jamur Misal pada pengobatan meningitis jamur dengan amfoterisin B atau pengobatan sel-sel dengan amfoterisin B atau pengobatan sel-sel leukemia yang masuk dengan metotreksat.leukemia yang masuk dengan metotreksat.

- Pemakaian rute ini sangat berbahaya, dapat Pemakaian rute ini sangat berbahaya, dapat menyebabkan kelumpuhan/kematian, inflamasi menyebabkan kelumpuhan/kematian, inflamasi dari sistem.dari sistem.

Page 59: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

DISTRIBUSI OBAT YANG DISTRIBUSI OBAT YANG DIBERIKAN SECARA DIBERIKAN SECARA

PARENTERALPARENTERAL Zat-zat yang diberikan secara im, iv, sk Zat-zat yang diberikan secara im, iv, sk

masuk ke dalam sistem sirkulasi melalui masuk ke dalam sistem sirkulasi melalui pembuluh balik atau limfatik. Sebelum pembuluh balik atau limfatik. Sebelum dipompakan ke dalam sirkulasi pembuluh dipompakan ke dalam sirkulasi pembuluh nadi oleh jantung, zat tsb pertama kali harus nadi oleh jantung, zat tsb pertama kali harus melewati paru-paru. melewati paru-paru.

Pembuluh kapiler paru-paru berfungsi ganda Pembuluh kapiler paru-paru berfungsi ganda : filter dan reservoir. Juga berfungsi tempat : filter dan reservoir. Juga berfungsi tempat metabolisme untuk senyawa-senyawa metabolisme untuk senyawa-senyawa tertentu.tertentu.

Page 60: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

DISTRIBUSI OBAT YANG DISTRIBUSI OBAT YANG DIBERIKAN SECARA DIBERIKAN SECARA

PARENTERALPARENTERAL Setelah injeksi iv, obat yang masuk Setelah injeksi iv, obat yang masuk

ke dalam paru-paru akan terdistribusi ke dalam paru-paru akan terdistribusi ke seluruh volume distribusinya.ke seluruh volume distribusinya.

Setelah injeksi im dan sk, obat yang Setelah injeksi im dan sk, obat yang diabsorpsi juga akan didistribusikan diabsorpsi juga akan didistribusikan oleh paru-paru, namun ada oleh paru-paru, namun ada waktu waktu tundatunda antara saat injeksi dengan antara saat injeksi dengan munculnya obat dalam darah.munculnya obat dalam darah.

Page 61: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi distribusi obat yang disuntikan distribusi obat yang disuntikan

secara sk dan im:secara sk dan im:1.1. Kelarutan ObatKelarutan Obat

- Kelarutan obat dalam pembawa dan - Kelarutan obat dalam pembawa dan kelarutan obat dalam cairan tubuh.kelarutan obat dalam cairan tubuh.- Obat bentuk larutan : faktor kelarutan - Obat bentuk larutan : faktor kelarutan dalam pembawa tidak ada.dalam pembawa tidak ada.- Suspensi : kecepatan pelarutan obat - Suspensi : kecepatan pelarutan obat dalam pembawa dan kelarutan obat dalam pembawa dan kelarutan obat dalam cairan jaringan tempat dalam cairan jaringan tempat penyuntikan akan menentukan penyuntikan akan menentukan kecepatan absorpsi obat.kecepatan absorpsi obat.

Page 62: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi distribusi obat yang disuntikan distribusi obat yang disuntikan

secara sk dan im:secara sk dan im:- Kecepatan pelarutan obat dalam bentuk - Kecepatan pelarutan obat dalam bentuk suspensi yang disuntikkan tergantung : suspensi yang disuntikkan tergantung : ukuran partikel obat, pH cairan jaringan ukuran partikel obat, pH cairan jaringan tempat penyuntikan, bentuk kristal dan tempat penyuntikan, bentuk kristal dan koefisien obat.koefisien obat.

2. Koefisien Partisi Obat2. Koefisien Partisi Obat

- Makin rendah kelarutan obat dalam lemak, - Makin rendah kelarutan obat dalam lemak, makin rendah koefisien partisi, dan makin makin rendah koefisien partisi, dan makin lambat absorpsi obat ke dalam sistem lambat absorpsi obat ke dalam sistem sirkulasi terjadi.sirkulasi terjadi.

Page 63: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi distribusi obat yang disuntikan distribusi obat yang disuntikan

secara sk dan imsecara sk dan im3. Kecepatan aliran darah pada tempat 3. Kecepatan aliran darah pada tempat

penyuntikkanpenyuntikkan- Makin cepat aliran darah kapiler ke dan - Makin cepat aliran darah kapiler ke dan dari tempat penyuntikan, makin tinggi dari tempat penyuntikan, makin tinggi kecepatan absorpsi obat akan terjadi.kecepatan absorpsi obat akan terjadi.

4.4. Penguraian obat pada tempat Penguraian obat pada tempat penyuntikanpenyuntikan - Distribusi obat akan terhambat jika - Distribusi obat akan terhambat jika terjadi penguraian atau metabolisme obat terjadi penguraian atau metabolisme obat pada tempat penyuntikanpada tempat penyuntikan

Page 64: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Faktor yang mempengaruhi Faktor yang mempengaruhi distribusi obat yang disuntikan distribusi obat yang disuntikan

secara sk dan imsecara sk dan im5. Ukuran Partikel Obat5. Ukuran Partikel Obat

Ukuran partikel obat dalam sediaan suspensi Ukuran partikel obat dalam sediaan suspensi akan mempengaruhi kecepatan obat dalam akan mempengaruhi kecepatan obat dalam sediaannya. Makin besar ukuran partikel, makin sediaannya. Makin besar ukuran partikel, makin lambat pelarutan terjadi.lambat pelarutan terjadi.

6. Bahan Pembantu6. Bahan Pembantu- - Dapat mempengaruhi distribusi obat dari Dapat mempengaruhi distribusi obat dari tempat penyuntikan. tempat penyuntikan. - - Kekentalan yang tinggi dapat menghambat Kekentalan yang tinggi dapat menghambat distribusi dan transport obat dari tempat distribusi dan transport obat dari tempat penyuntikan ke dalam sirkulasi sistemikpenyuntikan ke dalam sirkulasi sistemik

Page 65: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN OBAT BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN OBAT

SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL

1.1. Bahaya atau komplikasi umumBahaya atau komplikasi umum

- Sepsis, Trombosis (intravena, intra- - Sepsis, Trombosis (intravena, intra- arterial), flebitis (iv), pendarahan arterial), flebitis (iv), pendarahan (tergantung kondisi pasien), reaksi terhadap (tergantung kondisi pasien), reaksi terhadap bahan asing yang tidak terlarut (terutama iv bahan asing yang tidak terlarut (terutama iv atau intra arterial), ketidaktercampuran, atau intra arterial), ketidaktercampuran, reaksi karena pH dan tonisitas ekstrim, reaksi karena pH dan tonisitas ekstrim, reaksi hipersensitivitas, over dosis, emboli reaksi hipersensitivitas, over dosis, emboli udara ( iv dan intraarterial), demam dan udara ( iv dan intraarterial), demam dan keracunan.keracunan.

Page 66: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN MASALAH YANG HARUS DIPERHATIKAN BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN OBAT BERKAITAN DENGAN PEMBERIAN OBAT

SECARA PARENTERALSECARA PARENTERAL

2. Bahaya dan komplikasi khusus2. Bahaya dan komplikasi khusus

- Disebabkan oleh senyawa yang - Disebabkan oleh senyawa yang disuntikkan, meliputi beberapa efek disuntikkan, meliputi beberapa efek samping yang sifatnya idiosinkratik samping yang sifatnya idiosinkratik terhadap senyawa yang diberikan terhadap senyawa yang diberikan (trombositopenia, anemia, (trombositopenia, anemia, neutropenia), imunosupresi, aritmia, neutropenia), imunosupresi, aritmia, rasa nyeri.rasa nyeri.

Page 67: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

METODE DAN PERALATAN METODE DAN PERALATAN UNTUK MEMBANTU PEMBERIAN UNTUK MEMBANTU PEMBERIAN

OBATOBAT Pompa (dapat ditanam atau eksternal)Pompa (dapat ditanam atau eksternal) Kanula dan kateterKanula dan kateter Alat suntik (Alat suntik (disposabledisposable atau atau reusablereusable)) Filter akhir untuk intravenaFilter akhir untuk intravena Heparin lockHeparin lock StopcockStopcock PiggybacksPiggybacks Penghubung “Y”Penghubung “Y” Pengendali aliranPengendali aliran Kawat pembimbing untuk pemasangan kateter, dll.Kawat pembimbing untuk pemasangan kateter, dll.

Page 68: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PELARUT SEDIAAN INJEKSI/ PELARUT SEDIAAN INJEKSI/ BAHAN PEMBAWA OBAT BAHAN PEMBAWA OBAT

SUNTIKSUNTIK

Page 69: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

JENIS-JENIS PELARUTJENIS-JENIS PELARUT

1.1. Pelarut AirPelarut Air

2.2. Pelarut non air yang dapat Pelarut non air yang dapat bercampur dengan airbercampur dengan air

3.3. Pelarut non air yang tidak dapat Pelarut non air yang tidak dapat bercampur dengan air.bercampur dengan air.

Page 70: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PELARUT AIRPELARUT AIR

Air merupakan pelarut yang paling banyak Air merupakan pelarut yang paling banyak digunakan dalam sediaan injeksi karena digunakan dalam sediaan injeksi karena sifatnya yang dapat bercampur dengan sifatnya yang dapat bercampur dengan cairan fisiologis tubuh :cairan fisiologis tubuh :

a.a. Air mempunyai harga konstanta dielektrik Air mempunyai harga konstanta dielektrik yang tinggi sehingga dapat melarutkan yang tinggi sehingga dapat melarutkan senyawa an-organik seperti elektrolit.senyawa an-organik seperti elektrolit.

b.b. Air mempunyai kemampuan membentuk Air mempunyai kemampuan membentuk ikatan hidrogen sehingga air dapat ikatan hidrogen sehingga air dapat melarutkan sejumlah senyawa organik melarutkan sejumlah senyawa organik seperti alkohol, aldehid, keton, dll.seperti alkohol, aldehid, keton, dll.

Page 71: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Persyaratan Air pro Injeksi Persyaratan Air pro Injeksi (USP)(USP)

1.1. Harus dibuat segar dan bebas pirogenHarus dibuat segar dan bebas pirogen2.2. Jumlah zat padat terlarut total tidak Jumlah zat padat terlarut total tidak

boleh lebih dari 10 ppm.boleh lebih dari 10 ppm.3.3. pH 5,0 – 7,0pH 5,0 – 7,04.4. Tidak boleh mengandung ion-ion klorida, Tidak boleh mengandung ion-ion klorida,

sulfat, kalsium, amonium, nitrat, nitrit.sulfat, kalsium, amonium, nitrat, nitrit.5.5. Batas logam beratBatas logam berat6.6. Batas bahan-bahan organik seperti tanin Batas bahan-bahan organik seperti tanin

dan lignindan lignin7.7. Batas jumlah partikelBatas jumlah partikel

Page 72: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Air pro Injeksi Bebas COAir pro Injeksi Bebas CO22

COCO2 2 yang bersifat asam lemah mampu yang bersifat asam lemah mampu menguraikan garam natrium dari menguraikan garam natrium dari senyawa organik seperti barbiturat dan senyawa organik seperti barbiturat dan sulfonamida kembali membentuk asam sulfonamida kembali membentuk asam lemahnya yang mengendap.lemahnya yang mengendap.

Fenobarbital natrium (1:3 bagian air) + Fenobarbital natrium (1:3 bagian air) + COCO2 2 + H+ H22O O Fenobarbital (endapan) Fenobarbital (endapan) (1:1000 bagian air) + Na(1:1000 bagian air) + Na22COCO33

Page 73: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Air pro Injeksi Bebas COAir pro Injeksi Bebas CO22

Sulfadiazin natrium (1:2 bagian air) + Sulfadiazin natrium (1:2 bagian air) + COCO2 2 + H+ H22O O Sulfadiazin (endapan) Sulfadiazin (endapan) (sangat sukar larut dalam air) + Na(sangat sukar larut dalam air) + Na22COCO33

Aminofilin yang terdiri dari teofilin dan Aminofilin yang terdiri dari teofilin dan etilendiamin dengan adanya COetilendiamin dengan adanya CO22 dapat dapat menyebabkan terbentuknya teofilin menyebabkan terbentuknya teofilin (endapan) yang kelarutannya 1:120 (endapan) yang kelarutannya 1:120 bagian airbagian air

Page 74: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Air pro Injeksi Bebas COAir pro Injeksi Bebas CO22

Air pro Injeksi bebas COAir pro Injeksi bebas CO22 dibuat dibuat dengan jalan mendidihkan air pro dengan jalan mendidihkan air pro injeksi selama 20-30 menit setelah injeksi selama 20-30 menit setelah air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen air mendidih, lalu dialiri gas nitrogen sambil didinginkan.sambil didinginkan.

Page 75: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Air pro Injeksi Bebas Air pro Injeksi Bebas OksigenOksigen

Dibuat dengan jalan mendidikan air pro Dibuat dengan jalan mendidikan air pro injeksi selama 20-30 menit, dihitung setelah injeksi selama 20-30 menit, dihitung setelah air mendidih, jika dibutuhkan dalam jumlah air mendidih, jika dibutuhkan dalam jumlah besar maka saat pendinginan dialiri gas besar maka saat pendinginan dialiri gas nitrogen.nitrogen.

Digunakan untuk melarutkan zat aktif yang Digunakan untuk melarutkan zat aktif yang mudah teroksidasi seperti : apomorfin, mudah teroksidasi seperti : apomorfin, klorfeniramin, klorpromazin, ergometrin, klorfeniramin, klorpromazin, ergometrin, ergotamin, metilergometrin, proklorperazin, ergotamin, metilergometrin, proklorperazin, promazin, promezatin HCl, sulfadimidin, promazin, promezatin HCl, sulfadimidin, tubokurarin.tubokurarin.

Page 76: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PELARUT NON AIRPELARUT NON AIR

Digunakan bila :Digunakan bila :

1.1. Zat aktif tidak larut dalam Zat aktif tidak larut dalam pembawa airpembawa air

2.2. Zat aktif terurai dalam pembawa airZat aktif terurai dalam pembawa air

3.3. Diinginkan kerja depo dari sediaanDiinginkan kerja depo dari sediaan

Page 77: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PEMILIHAN PELARUT NON PEMILIHAN PELARUT NON AIRAIR

1.1. Tidak toksis, tidak mengiritasi dan tidak Tidak toksis, tidak mengiritasi dan tidak menyebabkan sensitisasimenyebabkan sensitisasi

2.2. Dapat tersatukan dengan zat aktifDapat tersatukan dengan zat aktif3.3. Tidak memberikan efek farmakologi yang Tidak memberikan efek farmakologi yang

merugikanmerugikan4.4. Stabil dalam kondisi di mana sediaan Stabil dalam kondisi di mana sediaan

tersebut biasanya digunakantersebut biasanya digunakan5.5. Viskositasnya harus sedemikian rupa Viskositasnya harus sedemikian rupa

sehingga dapat disuntikkan dengan sehingga dapat disuntikkan dengan mudah.mudah.

Page 78: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PEMILIHAN PELARUT NON PEMILIHAN PELARUT NON AIRAIR

6.6. Pelarut tersebut harus tetap cair pada Pelarut tersebut harus tetap cair pada rentang suhu yang cukup lebar.rentang suhu yang cukup lebar.

7. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga 7. Mempunyai titik didih yang tinggi sehingga dapat dilakukan sterilisasi yang dapat dilakukan sterilisasi yang menggunakan panas.menggunakan panas.

8.8. Dapat bercampur dengan air atau cairan Dapat bercampur dengan air atau cairan tubuh.tubuh.Pada umumnya tidak ada pelarut yang Pada umumnya tidak ada pelarut yang dapat memenuhi seluruh kriteria di atas, dapat memenuhi seluruh kriteria di atas, oleh karena itu biasanya diambil jalan oleh karena itu biasanya diambil jalan tengah yaitu dengan memenuhi beberapa tengah yaitu dengan memenuhi beberapa kriteria saja.kriteria saja.

Page 79: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PELARUT NON AIR YANG DAPAT PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIRBERCAMPUR DENGAN AIR

Sebagai ko-solven dalam sediaan Sebagai ko-solven dalam sediaan injeksi untuk meningkatkan kelarutan injeksi untuk meningkatkan kelarutan suatu obat yang kurang larut dalam air.suatu obat yang kurang larut dalam air.

Meningkatkan stabilitas zat-zat tertentu Meningkatkan stabilitas zat-zat tertentu yang mudah terhidrolisis, contoh yang mudah terhidrolisis, contoh pembuatan injeksi fenobarbital dengan pembuatan injeksi fenobarbital dengan pelarut yang terdiri dari campuran air, pelarut yang terdiri dari campuran air, etanol dan propilen glikol (solutio petit)etanol dan propilen glikol (solutio petit)

Page 80: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PELARUT NON AIR YANG DAPAT PELARUT NON AIR YANG DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR :BERCAMPUR DENGAN AIR :

1. Etanol1. Etanol Banyak digunakan terutama pada injeksi Banyak digunakan terutama pada injeksi

glikosida digitalisglikosida digitalis Injeksi yang mengandung etanol bila disuntikkan Injeksi yang mengandung etanol bila disuntikkan

secara intramuskular akan menimbulkan rasa secara intramuskular akan menimbulkan rasa nyeri; secara sub kutan akan menimbulkan nyeri nyeri; secara sub kutan akan menimbulkan nyeri yang diikuti dengan anastesia; jika disuntikkan yang diikuti dengan anastesia; jika disuntikkan pada daerah yang dekat syaraf maka dapat pada daerah yang dekat syaraf maka dapat mengakibatkan degenerasi syaraf dan neuritis; mengakibatkan degenerasi syaraf dan neuritis; secara intravena (tidak disarankan) harus hati-secara intravena (tidak disarankan) harus hati-hati karena pemberian yang terlalu cepat akan hati karena pemberian yang terlalu cepat akan mengakibatkan bahaya pengendapan obat mengakibatkan bahaya pengendapan obat dalam darah.dalam darah.

Page 81: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

2. Propilen glikol2. Propilen glikol

Banyak digunakan dalam pembuatan Banyak digunakan dalam pembuatan sediaan injeksi senyawa golongan sediaan injeksi senyawa golongan barbiturat, beberapa alkaloida dan barbiturat, beberapa alkaloida dan antibiotika.antibiotika.

Sediaan yang mengandung propilen glikol Sediaan yang mengandung propilen glikol dapat menimbulkan rasa nyeri dan iritasi dapat menimbulkan rasa nyeri dan iritasi pada tempat penyuntikan, sehingga perlu pada tempat penyuntikan, sehingga perlu ditambahkan lokal anastetik seperti benzil ditambahkan lokal anastetik seperti benzil alkohol.alkohol.

Page 82: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

3. Polietilen glikol3. Polietilen glikol

Ko solven dalam pembuatan sediaan Ko solven dalam pembuatan sediaan injeksi adalah yang mempunyai bobot injeksi adalah yang mempunyai bobot molekul rendah (300-400) dan berbentuk molekul rendah (300-400) dan berbentuk cairan.cairan.

Penggunaan kosolven senyawa glikol Penggunaan kosolven senyawa glikol (propilen atau polietilen) dalam (propilen atau polietilen) dalam pembuatan injeksi senyawa golongan pembuatan injeksi senyawa golongan barbiturat dapat meningkatkan stabilitas barbiturat dapat meningkatkan stabilitas senyawa tersebut.senyawa tersebut.

Page 83: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

4. Gliserin4. Gliserin

Merupakan cairan yang jernih dan kental, Merupakan cairan yang jernih dan kental, titik didih tinggi, dapat bercampur dengan titik didih tinggi, dapat bercampur dengan air maupun alkohol dan merupakan pelarut air maupun alkohol dan merupakan pelarut yang baik untuk beberapa zat.yang baik untuk beberapa zat.

Penggunaan dalam dosis tinggi dapat Penggunaan dalam dosis tinggi dapat menimbulkan efek konvulsi dan gejala menimbulkan efek konvulsi dan gejala paralitik karena kerja langsung gliserin paralitik karena kerja langsung gliserin terhadap susunan syaraf pusat. Pada dosis terhadap susunan syaraf pusat. Pada dosis rendah (5%) tidak terlihat adanya efek rendah (5%) tidak terlihat adanya efek toksik.toksik.

Page 84: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PELARUT NON AIR YANG TIDAK PELARUT NON AIR YANG TIDAK DAPAT BERCAMPUR DENGAN AIRDAPAT BERCAMPUR DENGAN AIR

Minyak hewanMinyak hewan : Tidak digunakan sebagai : Tidak digunakan sebagai pembawapembawa

Minyak mineralMinyak mineral atau parafin cair: tidak atau parafin cair: tidak boleh digunakan karena tidak dapat boleh digunakan karena tidak dapat dimetabolisme tubuh dan dapat dimetabolisme tubuh dan dapat menimbulkan tumor atau reaksi terhadap menimbulkan tumor atau reaksi terhadap jaringanjaringan

Minyak tumbuhanMinyak tumbuhan : :1.1. Mudah tengik, karena mengandung asam Mudah tengik, karena mengandung asam

lemak bebas terutama asam lemak tidak lemak bebas terutama asam lemak tidak jenuh. Untuk mengatasi ketengikan dengan jenuh. Untuk mengatasi ketengikan dengan menambahkan antioksidan (BHA, BHT).menambahkan antioksidan (BHA, BHT).

Page 85: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PELARUT NON AIR YANG TIDAK PELARUT NON AIR YANG TIDAK DAPAT BERCAMPUR DENGAN DAPAT BERCAMPUR DENGAN

AIRAIR2. Sering menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu 2. Sering menimbulkan rasa nyeri sehingga perlu

penambahan benzil alkohol 5% untuk anastesi lokal.penambahan benzil alkohol 5% untuk anastesi lokal.3. Jenis minyak tumbuhan yang digunakan harus 3. Jenis minyak tumbuhan yang digunakan harus

dicantumkan dalam etiket.dicantumkan dalam etiket.4. Digunakan untuk injeksi zat aktif : Deoksikortison 4. Digunakan untuk injeksi zat aktif : Deoksikortison

asetat, dimerkaprol, nandrolon fenilpropionat, asetat, dimerkaprol, nandrolon fenilpropionat, progesteron, testosteron propionat, propiliodon, progesteron, testosteron propionat, propiliodon, estradiol benzoat, testosteron fenilpropionat.estradiol benzoat, testosteron fenilpropionat.

5. Jenis minyak tumbuhan yang digunakan : ol. 5. Jenis minyak tumbuhan yang digunakan : ol. Arachidis, ol. Gossypii, ol. Terebinthinae, Ol. Maydis, Arachidis, ol. Gossypii, ol. Terebinthinae, Ol. Maydis, Ol. Sesami, Ol. Olivarum neutral, Ol. Amygdalarum.Ol. Sesami, Ol. Olivarum neutral, Ol. Amygdalarum.

Page 86: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

PELARUT NON AIR YANG TIDAK PELARUT NON AIR YANG TIDAK DAPAT BERCAMPUR DENGAN DAPAT BERCAMPUR DENGAN

AIRAIR Minyak Semi Sintetis Minyak Semi Sintetis : Milgyol-minyak netral: Milgyol-minyak netral Ester asam lemakEster asam lemak : : 1.1. Menghasilkan larutan yang lebih encer daripada Menghasilkan larutan yang lebih encer daripada

pembawa minyak sehingga lebih mudah pembawa minyak sehingga lebih mudah disuntikkan meski kerja depo yang timbul tidak disuntikkan meski kerja depo yang timbul tidak selama pembawa minyak.selama pembawa minyak.

2.2. Kadangkala dikombinasi dengan senyawa Kadangkala dikombinasi dengan senyawa alkohol seperti etanol atau benzil alkohol untuk alkohol seperti etanol atau benzil alkohol untuk memperbaiki kelarutan zat aktif.memperbaiki kelarutan zat aktif.

3.3. Contohnya adalah etil oleat, isopropil miristat, Contohnya adalah etil oleat, isopropil miristat, polioksilen trigliserida oleat.polioksilen trigliserida oleat.

Page 87: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

TONISITAS LARUTAN OBAT TONISITAS LARUTAN OBAT SUNTIKSUNTIK

OLEH :OLEH :

HESTIARY RATIHHESTIARY RATIH

Page 88: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

ISOTONIISOTONI

Jika suatu larutan konsentrasinya Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah sehingga dalam sel darah merah sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan antara keduanya, maka larutan tersebut dikatakan isotoni (ekivalen tersebut dikatakan isotoni (ekivalen dengan 0,9% NaCl)dengan 0,9% NaCl)

Page 89: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

ISOOSMOTIKISOOSMOTIK

Jika suatu larutan memiliki tekanan osmosa Jika suatu larutan memiliki tekanan osmosa sama dengan tekanan osmose serum darah, sama dengan tekanan osmose serum darah, maka larutan tersebut dikatakan isoosmotik maka larutan tersebut dikatakan isoosmotik (0,9% NaCl memiliki tekanan osmose 6,86 (0,9% NaCl memiliki tekanan osmose 6,86 atm)atm)

Umumnya larutan isoosmotik identik dengan Umumnya larutan isoosmotik identik dengan larutan isotoni, artinya secara fisiologis larutan isotoni, artinya secara fisiologis (terutama terhadap sel darah merah) (terutama terhadap sel darah merah) memiliki kondisi yang sama (ekivalen memiliki kondisi yang sama (ekivalen dengan 0,9% NaCl)dengan 0,9% NaCl)

Page 90: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

HIPOTONIHIPOTONI

Turunnya titik beku kecil, tekanan Turunnya titik beku kecil, tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah osmosenya lebih rendah dari serum darah menyebabkan air akan melintasi membran menyebabkan air akan melintasi membran sel darah merah yang semipermeabel sel darah merah yang semipermeabel memperbesar volume sel darah merah dan memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel. Tekanan yang lebih besar sel. Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel-sel darah menyebabkan pecahnya sel-sel darah merah. Peristiwa demikian dikenal dengan merah. Peristiwa demikian dikenal dengan HemolisaHemolisa..

Page 91: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

HIPOTONIHIPOTONI

Jadi, bila larutan hipotonis Jadi, bila larutan hipotonis disuntikkan (mempunyai tekanan disuntikkan (mempunyai tekanan osmosis yang lebih kecil dari cairan osmosis yang lebih kecil dari cairan tubuh), maka air akan diserap masuk tubuh), maka air akan diserap masuk ke dalam sel tubuh dan akan ke dalam sel tubuh dan akan mengembang atau dapat terjadi mengembang atau dapat terjadi pecah sel.pecah sel.

Page 92: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

HIPERTONIHIPERTONI

Turunnya titik beku besar, tekanan Turunnya titik beku besar, tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum osmosenya lebih tinggi dari serum darah menyebabkan air keluar dari darah menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran sel darah merah melintasi membran semipermeabel mengakibatkan semipermeabel mengakibatkan terjadinya penciutan sel-sel darah terjadinya penciutan sel-sel darah merah, peristiwa demikian dikenal merah, peristiwa demikian dikenal dengan nama dengan nama PlasmolisaPlasmolisa

Page 93: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

HipertoniHipertoni

Jadi, bila larutan hipertonis Jadi, bila larutan hipertonis disuntikkan, (tekanan osmosa lebih disuntikkan, (tekanan osmosa lebih tinggi dari cairan tubuh), maka air tinggi dari cairan tubuh), maka air dari sel akan ditarik keluar dan sel dari sel akan ditarik keluar dan sel akan mengkerut.akan mengkerut.

Page 94: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Toleransi tubuh : dapat mengimbangi Toleransi tubuh : dapat mengimbangi penyimpangan-penyimpangan penyimpangan-penyimpangan isotonis sampai 10%. Larutan yang isotonis sampai 10%. Larutan yang hipertonis masih dapat ditolerir oleh hipertonis masih dapat ditolerir oleh tubuh lebih baik.tubuh lebih baik.

Page 95: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Isotonis perlu diperhatikan Isotonis perlu diperhatikan pada cara-cara penyuntikan :pada cara-cara penyuntikan :

1.1. sk, bila tidak isotonis akan sk, bila tidak isotonis akan menimbulkan sakit, sel-sel di menimbulkan sakit, sel-sel di sekitar penyuntikan dapat rusak sekitar penyuntikan dapat rusak (nekrosis), penyerapan obat (nekrosis), penyerapan obat menjadi tidak baik.menjadi tidak baik.

2.2. Intra lumbal: bila terjadi perubahan Intra lumbal: bila terjadi perubahan dalam cairan lumbal, dapat timbul dalam cairan lumbal, dapat timbul perangsangan pada selaput otak.perangsangan pada selaput otak.

Page 96: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

3. Intra vena, bila diberikan infus, bila 3. Intra vena, bila diberikan infus, bila terlalu jauh menyimpang dari terlalu jauh menyimpang dari isotonis ada kemungkinan terjadi isotonis ada kemungkinan terjadi hemolisis. Pada volume kecil, hemolisis. Pada volume kecil, pemberian intra vena, isotonis tidak pemberian intra vena, isotonis tidak perlu diperhatikan, kecuali pada perlu diperhatikan, kecuali pada jumlah yang besar.jumlah yang besar.

Page 97: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Bahan Pembantu Pengatur Bahan Pembantu Pengatur TonisitasTonisitas

NaClNaCl GlukosaGlukosa SukrosaSukrosa KNOKNO33

NaNONaNO33

Page 98: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

METODE PERHITUNGAN METODE PERHITUNGAN ISOTONIISOTONI

1.1. Metode Penurunan Titik BekuMetode Penurunan Titik Beku

2.2. Metode Ekivalensi NaClMetode Ekivalensi NaCl

3.3. Metode White VincentMetode White Vincent

4.4. Metode SprowlsMetode Sprowls

5.5. Metode GrafikMetode Grafik

Page 99: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

1. Metode Penurunan Titik 1. Metode Penurunan Titik BekuBeku

Turunnya titik beku serum darah atau Turunnya titik beku serum darah atau cairan lakrimal sebesar -0,52cairan lakrimal sebesar -0,52oC; setara dengan larutan 0,9% NaCl yang isotoni baik terhadap serum darah maupun air mata.

Makin besar konsentrasi zat terlarut makin besar turunnya titik beku, jadi turunnya titik beku dipengaruhi oleh jumlah molekul atau ion yang terdapat dalam larutan.

Page 100: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode L iso (untuk mencari Metode L iso (untuk mencari ∆tb)∆tb)

∆∆tb = L iso x tb = L iso x Berat x 1000Berat x 1000

BM x VBM x V ∆∆tb : penurunan titik bekutb : penurunan titik beku Liso : harga tetapan; non elektrolit=1,86; Liso : harga tetapan; non elektrolit=1,86;

elektrolit lemah = 2; uni univalen=3,4elektrolit lemah = 2; uni univalen=3,4 BM= berat molekulBM= berat molekul V = volume larutan dalam mLV = volume larutan dalam mL Berat = dalam g zat terlarutBerat = dalam g zat terlarut

Page 101: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Contoh SoalContoh Soal

Berapa Berapa ∆tb dari 1% larutan Na-∆tb dari 1% larutan Na-propionat (BM=96). Na propionat propionat (BM=96). Na propionat adalah uni univalen elektrolit; L iso = adalah uni univalen elektrolit; L iso = 3,43,4

Page 102: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Jawab :Jawab : ∆∆tb = 3,4 x tb = 3,4 x 1 x 1000 1 x 1000

96 x 10096 x 100

= 3,4 x 0,104= 3,4 x 0,104

= 0,35= 0,35oo

Page 103: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Tabel Nilai L iso untuk Tabel Nilai L iso untuk beberapa tipe ionikbeberapa tipe ionik

TipeTipe L isoL iso ContohContoh

Non Non elektrolitelektrolit

1,91,9 Sukrosa, gliserin, Sukrosa, gliserin, urea, campherurea, campher

Elektrolit Elektrolit lemahlemah

2,02,0 Asam borat, kokain, Asam borat, kokain, fenobarbitalfenobarbital

Di-divalen Di-divalen elektrolitelektrolit

2,02,0 Magnesium sulfat, Magnesium sulfat, zink sulfatzink sulfat

Page 104: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Tabel Nilai L iso untuk Tabel Nilai L iso untuk beberapa tipe ionikbeberapa tipe ionik

Uni-Uni-univalen univalen elektrolitelektrolit

3,43,4 NaCl, kokain HCl, NaCl, kokain HCl, Na- fenobarbitalNa- fenobarbital

Uni-divalen Uni-divalen elektrolitelektrolit

4,34,3 Na-sulfat, atropin Na-sulfat, atropin sulfatsulfat

Di-univalen Di-univalen elektrolitelektrolit

4,84,8 Zink klorida, Zink klorida, kalsium bromidakalsium bromida

Uni-trivalen Uni-trivalen elektrolitelektrolit

5,25,2 Na-sitrat, Na-fosfatNa-sitrat, Na-fosfat

Page 105: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Tabel Nilai L iso untuk Tabel Nilai L iso untuk beberapa tipe ionikbeberapa tipe ionik

Tri-univalen Tri-univalen elektrolitelektrolit

6,06,0 Aluminium klorida, Aluminium klorida, ferri iodidaferri iodida

Tetraborat Tetraborat elektrolitelektrolit

7,67,6 Sodium borat, Sodium borat, kalium boratkalium borat

Page 106: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode Penurunan Titik Beku Metode Penurunan Titik Beku (Cara BPC)(Cara BPC)

W = W = 0,52 – a0,52 – a bb

W = jumlah (g) bahan pembantu isotoni W = jumlah (g) bahan pembantu isotoni dalam 100 mL larutandalam 100 mL larutan

a = perkalian penurunan titik beku a = perkalian penurunan titik beku disebabkan oleh 1% zat dengan kadar zatdisebabkan oleh 1% zat dengan kadar zat

b = penurunan titik beku air yang b = penurunan titik beku air yang dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu dihasilkan oleh 1% b/v bahan pembantu isotoni, jika NaCl= 0,576isotoni, jika NaCl= 0,576

Page 107: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Contoh SoalContoh Soal

Berapa NaCl yang dibutuhkan untuk Berapa NaCl yang dibutuhkan untuk membuat larutan Apomorfin HCl 1%, membuat larutan Apomorfin HCl 1%, supaya isotonis dengan serum darah. supaya isotonis dengan serum darah. ∆tb ∆tb apomorfin = 0,08apomorfin = 0,08

Page 108: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Jawab :Jawab : W = W = 0,52 – (0,08 x 1) 0,52 – (0,08 x 1) = 0,76 g= 0,76 g

0,5760,576 Jadi, supaya larutan isotoni maka :Jadi, supaya larutan isotoni maka : R/ ApomorfinR/ Apomorfin 1 g1 g NaClNaCl 0,76 g0,76 g

Aq adAq ad 100 mL100 mL

Page 109: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

2. Metode Ekivalensi NaCl2. Metode Ekivalensi NaCl

Ekivalensi NaCl = E = adalah jumlah NaCl Ekivalensi NaCl = E = adalah jumlah NaCl yang mempunyai tekanan osmosa yang sama yang mempunyai tekanan osmosa yang sama dengan 1 g zat khasiat, dengan rumus : dengan 1 g zat khasiat, dengan rumus :

E = 17 E = 17 LisoLiso

BMBM Misal : ekivalensi NaCl asam borat 0,55 berarti Misal : ekivalensi NaCl asam borat 0,55 berarti

1 g asam borat dalam larutan memberikan 1 g asam borat dalam larutan memberikan efek osmotik yang sama dengan 0,55 g NaClefek osmotik yang sama dengan 0,55 g NaCl

Page 110: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode Ekivalensi NaClMetode Ekivalensi NaCl

Cara Menghitung :Cara Menghitung :1.1. Tentukan harga E NaCl untuk setiap zat Tentukan harga E NaCl untuk setiap zat

yang dilarutkan, jika perlu diperbanyak yang dilarutkan, jika perlu diperbanyak dengan besarnya konsentrasi zat dalam dengan besarnya konsentrasi zat dalam larutan.larutan.

2.2. Jumlahkan NaCl yang dibutuhkan untuk Jumlahkan NaCl yang dibutuhkan untuk setiap zat terlarut.setiap zat terlarut.

3.3. Tentukan selisih jumlah NaCl diatas Tentukan selisih jumlah NaCl diatas terhadap jumlah NaCl isotoni (0,9%). terhadap jumlah NaCl isotoni (0,9%). Selisih tersebut adalah jumlah NaCl yang Selisih tersebut adalah jumlah NaCl yang harus ditambahkan untuk mencapai harus ditambahkan untuk mencapai isotoni.isotoni.

Page 111: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

2. Metode Ekivalensi NaCl2. Metode Ekivalensi NaCl

4. Jika zat terlarut tidak tersatukan 4. Jika zat terlarut tidak tersatukan dengan ion klorida dari NaCl maka zat dengan ion klorida dari NaCl maka zat seperti glukosa, KNO3, NaNO3 dapat seperti glukosa, KNO3, NaNO3 dapat digunakan untuk menggantikan NaCl. digunakan untuk menggantikan NaCl. Jumlah yang harus ditambahkan Jumlah yang harus ditambahkan merupakan hasil bagi antara jumlah merupakan hasil bagi antara jumlah NaCl yang harus ditambahkan dengan NaCl yang harus ditambahkan dengan E NaCl zat-zat tersebut.E NaCl zat-zat tersebut.

Page 112: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Contoh SoalContoh Soal

1.1. Hitung ekivalensi NaCl dari KClHitung ekivalensi NaCl dari KClJawab : KCl termasuk dalam tipe 2B Jawab : KCl termasuk dalam tipe 2B (uni-univalen elektrolit). Lihat tabel, (uni-univalen elektrolit). Lihat tabel, harga Liso = 3,4 BM KCl= 74,55harga Liso = 3,4 BM KCl= 74,55E = E = 17 . 3,4 17 . 3,4 = 0,78 = 0,78

74,5574,55Jadi 1 g KCl memberikan efek Jadi 1 g KCl memberikan efek osmotik yang sama dengan 0,78 g osmotik yang sama dengan 0,78 g NaClNaCl

Page 113: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Contoh SoalContoh Soal

2. Suatu larutan mengandung 1 g 2. Suatu larutan mengandung 1 g efedrin sulfat dalam 100 mL. Berapa efedrin sulfat dalam 100 mL. Berapa jumlah NaCl yang ditambahkan agar jumlah NaCl yang ditambahkan agar larutan isotonis?larutan isotonis?

Berapa jumlah dekstrosa yang Berapa jumlah dekstrosa yang ditambahkan untuk tujuan tersebut?ditambahkan untuk tujuan tersebut?

Diketahui : E efedrin sulfat = 0,23Diketahui : E efedrin sulfat = 0,23

E dekstrosa = 0,16E dekstrosa = 0,16

Page 114: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Ingat : 1 g efedrin sulfat mempunyai Ingat : 1 g efedrin sulfat mempunyai efek osmotik yang sama dengan 0,23 efek osmotik yang sama dengan 0,23 g NaClg NaCl

Jawab: Efedrin sulfat 1,0 g x 0,23 Jawab: Efedrin sulfat 1,0 g x 0,23 =0,23 g NaCl=0,23 g NaCl

NaCl yang dibutuhkan agar larutan NaCl yang dibutuhkan agar larutan isotonis (0,9-0,23)=0,67 g NaClisotonis (0,9-0,23)=0,67 g NaCl

Jadi NaCl yang ditambahkan agar Jadi NaCl yang ditambahkan agar larutan isotonis = 0,67 glarutan isotonis = 0,67 g

Page 115: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

E dekstrosa = 0,16E dekstrosa = 0,16 1 g dekstrosa mempunyai efek osmotik 1 g dekstrosa mempunyai efek osmotik

yang sama dengan 0,16 g NaClyang sama dengan 0,16 g NaCl 1 g dekstrosa1 g dekstrosa~0,16 g NaCl~0,16 g NaCl X g dekstrosa~0,67 g NaClX g dekstrosa~0,67 g NaCl X = X = 0,670,67 x 1 g dekstrosa x 1 g dekstrosa

0,160,16

= 4,1875 g dekstrosa= 4,1875 g dekstrosa

Page 116: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Dari hasil diatas dapat digunakan rumus :Dari hasil diatas dapat digunakan rumus :

X = X = YY

EE Dimana X= gram dari zat pengisotoni yang Dimana X= gram dari zat pengisotoni yang

diperlukan untuk meng’adjust tonisitasdiperlukan untuk meng’adjust tonisitas Y = penambahan jumlah NaCl agar isotonisY = penambahan jumlah NaCl agar isotonis E= gram dari NaCl ekivalen dengan 1 g zat E= gram dari NaCl ekivalen dengan 1 g zat

pengisotonipengisotoni

Page 117: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

3. Buat 200 mL larutan isotonis thimerosal, 3. Buat 200 mL larutan isotonis thimerosal, BM = 404,84 g/mol. Konsentrasi 1:5000 BM = 404,84 g/mol. Konsentrasi 1:5000 atau 0,2 g/1000 mL. Liso = 3,4atau 0,2 g/1000 mL. Liso = 3,4

Hitung E NaCl thimerosal, jumlah NaCl Hitung E NaCl thimerosal, jumlah NaCl yang ditambahkan agar larutan isotonis.yang ditambahkan agar larutan isotonis.

Diketahui bahwa NaCl berinteraksi dengan Diketahui bahwa NaCl berinteraksi dengan merkuri pada thimerosal yaitu dapat merkuri pada thimerosal yaitu dapat mengurangi stabilitas dan efektifitas mengurangi stabilitas dan efektifitas sediaan.sediaan.

Page 118: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Maka diputuskan untuk mengganti Maka diputuskan untuk mengganti NaCl dengan propilen glikol sebagai NaCl dengan propilen glikol sebagai zat pengisotoni. Diketahui : Liso zat pengisotoni. Diketahui : Liso propilen glikol= 1,9 BM=76,09propilen glikol= 1,9 BM=76,09

Jawab : Hitung dulu E NaCl thimerosalJawab : Hitung dulu E NaCl thimerosal

E = 17. E = 17. LisoLiso = 17 . = 17 . 3,4 3,4 = 0,143= 0,143

BM 404,84BM 404,84

Page 119: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Larutan thimerosal : c=0,2 g/1000 mLLarutan thimerosal : c=0,2 g/1000 mL Akan dibuat 200 mL Akan dibuat 200 mL jadi 0,04 g/200 mL jadi 0,04 g/200 mL Berat thimerosal agar mempunyai efek Berat thimerosal agar mempunyai efek

osmotik yang sama dengan 0,143 adalah=osmotik yang sama dengan 0,143 adalah= 0,04 g thimerosal x 0,143 = 0,0057 g NaCl0,04 g thimerosal x 0,143 = 0,0057 g NaCl Jumlah NaCl yang ditambahkan agar Jumlah NaCl yang ditambahkan agar

isotonis Y= 1,8 g NaCl – 0,0057 = 1,794 gisotonis Y= 1,8 g NaCl – 0,0057 = 1,794 g

Page 120: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

NaCl diganti dengan propilen glikol sebagai NaCl diganti dengan propilen glikol sebagai zat pengisotoni. Liso propilen glikol= 1,9 zat pengisotoni. Liso propilen glikol= 1,9 BM=76,09BM=76,09

E = 17 . E = 17 . 1,9 1,9 = 0,42= 0,4276,0976,09

Dengan rumus X = Dengan rumus X = Y Y = = 1,7941,794 = 4,3 g = 4,3 g E 0,42E 0,42

Jadi propilen glikol yang diperlukan untuk Jadi propilen glikol yang diperlukan untuk mengadjust 200 mL larutan thimerosal agar mengadjust 200 mL larutan thimerosal agar isotonis adalah 4,3 gisotonis adalah 4,3 g

Page 121: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

3. Metode White Vincent3. Metode White Vincent

Tonisitas yang diinginkan ditentukan Tonisitas yang diinginkan ditentukan dengan penambahan air pada dengan penambahan air pada sediaan parenteral agar isotonisediaan parenteral agar isotoni

Page 122: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode White VincentMetode White Vincent

V = w. E. V’V = w. E. V’ V = V = Volume larutan isotoni yang Volume larutan isotoni yang

ditentukan (mL)ditentukan (mL) w w = Bobot obat (g) yang ada dalam = Bobot obat (g) yang ada dalam

larutanlarutan EE = Ekivalensi NaCl = Ekivalensi NaCl V’V’ = Volume suatu larutan isotoni (mL) = Volume suatu larutan isotoni (mL)

yang di dalamnya mengandung 1 g NaCl yang di dalamnya mengandung 1 g NaCl (111,1 mL) (111,1 mL)

Page 123: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Contoh SoalContoh Soal

Buatlah 500 mL larutan etilmorfin HCl 2% Buatlah 500 mL larutan etilmorfin HCl 2% isotoni (E= 0,15)isotoni (E= 0,15)

V = 10 x 0,15 x 111,1 mL = 166,7 mLV = 10 x 0,15 x 111,1 mL = 166,7 mL Artinya jika 10 gr etilmorfin HCl dilarutkan Artinya jika 10 gr etilmorfin HCl dilarutkan

dalam 166,7 mL air diperoleh larutan yang dalam 166,7 mL air diperoleh larutan yang isotoni. Sisa larutan sebanyak (500-166,7) isotoni. Sisa larutan sebanyak (500-166,7) = 333,3 mL digantikan dengan larutan NaCl = 333,3 mL digantikan dengan larutan NaCl isotoni atau larutan dapar isotoni. Untuk isotoni atau larutan dapar isotoni. Untuk larutan NaCl isotoni diperlukan sebanyak larutan NaCl isotoni diperlukan sebanyak 333,3/100 x 0,9 g NaCl = 2,99 g NaCl333,3/100 x 0,9 g NaCl = 2,99 g NaCl

Page 124: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

R/ Phenacaine HClR/ Phenacaine HCl 0,06 g0,06 g Asam boratAsam borat 0,30 g0,30 g

Ad pengisotoniAd pengisotoni ad 100 mLad 100 mL Maka V = Maka V = {(0,06 x 0,20) + (0,3x0,5)}x 111,1 mL{(0,06 x 0,20) + (0,3x0,5)}x 111,1 mL = 18 mL= 18 mL Jadi obat dicampur dengan air sampai 18 Jadi obat dicampur dengan air sampai 18

mL, lalu ditambah dengan pelarut isotonis mL, lalu ditambah dengan pelarut isotonis sampai 100 mLsampai 100 mL

Page 125: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode SprowlsMetode Sprowls

Merupakan metode yang dimodifikasi Merupakan metode yang dimodifikasi dari metode White Vincent, dimana dari metode White Vincent, dimana W dibuat tetap 0,3 g, jadi :W dibuat tetap 0,3 g, jadi :

V = E x 33,3 mLV = E x 33,3 mL

Page 126: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode GrafikMetode Grafik

Perbandingan antara konsentrasi bahan Perbandingan antara konsentrasi bahan obat (g/kg) vs penurunan titik beku. Pada obat (g/kg) vs penurunan titik beku. Pada grafik yang sama digambarkan pula kurva grafik yang sama digambarkan pula kurva penurunan titik beku dan pengisotonisan penurunan titik beku dan pengisotonisan jumlah NaCl yang dibutuhkan. jumlah NaCl yang dibutuhkan.

Tentukan sebuah titik pada ordinat yang Tentukan sebuah titik pada ordinat yang sesuai dengan konsentrasi zat (misal 20 sesuai dengan konsentrasi zat (misal 20 g/kg). Tarik garis sejajar dari titik tersebut g/kg). Tarik garis sejajar dari titik tersebut terhadap absis sampai tepat memotong terhadap absis sampai tepat memotong kurva zat yang bersangkutan.kurva zat yang bersangkutan.

Page 127: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode GrafikMetode Grafik

Dari titik potong ini buat lagi garis sejajar Dari titik potong ini buat lagi garis sejajar ordinat, maka titik potong dengan absis ordinat, maka titik potong dengan absis menyatakan turunnya titik beku larutan menyatakan turunnya titik beku larutan yang disebabkan zat tersebut (misal yang disebabkan zat tersebut (misal 0,180,18ooC).C).

Dari titik potong antara garis yang sejajar Dari titik potong antara garis yang sejajar ordinat dengan kurva NaCl, ditarik garis ordinat dengan kurva NaCl, ditarik garis sejajar absis sehingga memotong ordinat. sejajar absis sehingga memotong ordinat. Titik potong ini menyatakan jumlah NaCl Titik potong ini menyatakan jumlah NaCl yang dibutuhkan untuk membuat larutan yang dibutuhkan untuk membuat larutan isotoni (misalnya 5,6 g/kg).isotoni (misalnya 5,6 g/kg).

Untuk 500 mL dibutuhkan 2,8 g NaCl.Untuk 500 mL dibutuhkan 2,8 g NaCl.

Page 128: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode GrafikMetode Grafik

Page 129: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Metode GrafikMetode Grafik

Page 130: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

ExerciseExercise

1.1. Using the sodium chloride method, calculate Using the sodium chloride method, calculate the grams of sodium chloride needed to the grams of sodium chloride needed to make 30 mL of a 2% isotonic physostigmine make 30 mL of a 2% isotonic physostigmine salycilate solution! E fisostigmin salisilat : salycilate solution! E fisostigmin salisilat : 0,160,16

2.2. A new drug having a molecular weight of A new drug having a molecular weight of 300 g/mole produced a freezing point 300 g/mole produced a freezing point depression of 0.52depression of 0.52ooC in a 0.145 M solution. C in a 0.145 M solution. What are calculated LWhat are calculated Lisoiso value, the E value value, the E value and the V value for this drug?and the V value for this drug?

Page 131: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

ExerciseExercise

3. A 1 fluid ounce (29.573 mL) solution contain 4.5 grains 3. A 1 fluid ounce (29.573 mL) solution contain 4.5 grains (291.6 mg) of silver nitrat. How much sodium nitrat (291.6 mg) of silver nitrat. How much sodium nitrat must be added to this solution to make it isotonic with must be added to this solution to make it isotonic with nasal fluid?. Assume that nasal fluid has an isotonicity nasal fluid?. Assume that nasal fluid has an isotonicity value of 0.9% NaCl. E AgNO3 = 0,33; E NaNO3 = 0,68value of 0.9% NaCl. E AgNO3 = 0,33; E NaNO3 = 0,68

4. Using the sodium chloride equivalent method, make 4. Using the sodium chloride equivalent method, make the following solutions isotonic with respect to the the following solutions isotonic with respect to the mucous lining of the eye (ocular membrane). E mucous lining of the eye (ocular membrane). E tetracain HCl = 0,14tetracain HCl = 0,14- Tetracaine hydrochloride- Tetracaine hydrochloride 10 grams10 grams- NaCl- NaCl x gramsx grams- Sterilize distilled water, enough to make 1000 mL- Sterilize distilled water, enough to make 1000 mL

Page 132: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Hitung tonisitas dibawah ini dengan Hitung tonisitas dibawah ini dengan ekivalensi NaCl :ekivalensi NaCl :

R/ Asam borat R/ Asam borat 88

Atropin sulfatAtropin sulfat 22

mf isotonismf isotonis 1000 mL1000 mL

Page 133: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Hitung dengan metode White VincentHitung dengan metode White Vincent

R/ Antipirin R/ Antipirin 4%4%

Efedrin Efedrin 1%1%

mf isotonis pH 6,5 100 mLmf isotonis pH 6,5 100 mL

Page 134: Bahan kuliah FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL.ppt

Buatlah larutan Metadon HCl 1% 100 mL Buatlah larutan Metadon HCl 1% 100 mL isotoni dengan NaCl. Diketahui isotoni dengan NaCl. Diketahui ∆tb ∆tb Metadon HCl = 0,101 dan ∆tb NaCl : 0,576Metadon HCl = 0,101 dan ∆tb NaCl : 0,576

Buatlah 100 mL larutan Pilokarpin HCl 2% Buatlah 100 mL larutan Pilokarpin HCl 2% isotoni dengan NaCl. Diketahui ∆tb isotoni dengan NaCl. Diketahui ∆tb Pilokarpin HCl 0,13.Pilokarpin HCl 0,13.

Kumpulkan kamis, Kumpulkan kamis, 2121//1010//1010 dikerjakan di kertas folio bergarisdikerjakan di kertas folio bergaris