Upload
nissa-larasati
View
231
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
1/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 1
12512046
BAGIAN 1
PENDAHULUAN
1.1 JUDUL
Pusat Aksesoris Gadget dan Parkir Komersial yang Berbasis Teknologi
Matahari di Kranggan, Yogyakarta
1.2 DESKRIPSI JUDUL
1.2.1 Pusat Aksesoris Gadget
i) Pusat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki arti
tempat yang berada di bagian tengah. Atau sering disebut juga dengan
sentral atau senter. Pusat dalam arti tempat atau lokasi memiliki makna
berkumpulnya beberapa hal yang serupa dalam satu tempat.
ii) Arti aksesoris menurut KBBI adalah barang tambahan atau alat ekstra.
Barang yang berfungsi sebagai pelengkap. Terdapat berbagai macam
penggunaan aksesoris, seperti aksesoris untuk busana, aksesoris untuk
kendaraan, aksesoris untuk alat komunikasi, dan sebagainya
iii) Gadget merupakan istilah bahasa inggris yang berarti alat atau
perkakas. Yang berarti suatu alat yang memiliki tujuan dan fungsi yang
praktis secara spesifik dirancang lebih canggih dibandingkan dengan
teknologi sebelumnya. Seiring berkembangnya teknologi, berbagai
jenis gadget pun bermunculan seperti handphone, tablet, pablet, dan
sebagainya
1.2.2 Gedung Parkir
i) Gedung parkir adalah gedung yang khusus dibangun untuk tempat
parkir kendaraan, sehingga pemakaian lahan sebagai area parkir
terutama di kawasan pusat kota dapat dilakukan secara efisien.
ii) Gedung parkir adalah bangunan yang dimanfaatkan untuk tempat parkir
kendaraan yang penyelenggaraannya oleh Pemerintah Daerah atau
pihak yang mendapat ijin dari Pemerintah Daerah.
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
2/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 2
12512046
1.2.3 Teknologi Matahari
Teknologi matahari adalah sistem perangkat yang menggunakan
energi surya atau matahari sebagai bahan utama untuk menjalankan
sistem tersebut dengan tujuan menghemat penggunaan sumber energi
lama. Teknologi ini mulai banyak digunakan seperti solar panel dan sel
photovoltaic.
Sehingga maksud dari Pusat Aksesoris Gadget dan Parkir Komersial
berbasis Teknologi Matahari adalah sebuah pertokoan yang menjual
barang yang serupa berupa aksesoris gadget yang terintegrasi dengan
gedung parkir sehingga menjadi satu kesatuan bangunan yang
bersifat komersial yang menggunakan sistem teknologi berbasis
energi matahari sebagai sumber energi guna menjadikan bangunan
yang hemat energi dan mandiri energi.
1.3 LATAR BELAKANG
1.3.1 Kota Yogyakarta
1.3.1.1
Kepadatan di Kota Yogyakarta
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau
Jawa, secara astronomis terletak pada 7°33’-8°12’ Lintang Selatan dan
110°00’-110°50’ Bujur Timur, dengan luas 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari
luas Indonesia (1.890.754 km2). Yogyakarta sendiri terdiri dari 4
kabupaten yaitu Sleman, Bantul, Kulon Progo dan Gunung Kidul dan 1
kota madya Yogyakarta. Pusat pemerintahan propinsi berada di Kota
Madya Yogyakarta.
Gambar 1-1 Peta Daerah Istimewa Yogyakarta
Sumber: www.yogyakarta1.kemenag.go.id, 2015
Kab.Bantul
Kab.Gunung Kidul
Kab.Kulon Progo
Kab.Sleman
Kota Yoyakarta
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
3/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 3
12512046
Dikutip dari peraturan Rencana Tata Ruang dan Wilayah Daerah
Istimewa Yogyakarta dalam tulisan A. Widhiatmoko(2014), arah
pengembangan Kota Yogyakarta diarahkan sebagai pusat pemerintahan,
perdagangan, industri, perusahaan, kerajinan, pendidikan dan
pengembangan pariwisata. Kota Yogyakarta sebagai ibu kota Provinsi
D.I.Yogyakarta menjadi pusat kehidupan bagi masyarakat asli Yogyakarta
maupun pendatang. Sehingga segala bentuk kegiatan masyarakat terpusat
pada Kota Yogyakarta
Dalam tulisan A .Widhiatmoko (2014) penggunaan lahan dibedakan
menjadi lahan sawah dan lahan bukan sawah. Untuk Kota Yogyakarta
pada tahun 2005 didominasi penggunaan lahan bukan sawah yaitu seluas
3.127 Ha (96,22%), sedangkan untuk lahan sawah seluas 123 Ha (3,37%).
Padahal Kota Yogyakarta hanya memiliki luas 32,50 km2 dari keseluruhan
luas Provinsi D.I.Yogyakarta.
Berdasarkan data diatas, Kota Yogyakarta memiliki luas paling kecil
yaitu 32,05 km2 dibandingkan dengan kabupaten lain di D.I.Yogyakarta.
Luas tersebut hanya 1,02% bagian dari luas Provinsi DIY sendiri.
Selain itu kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta
yakni 12.241 jiwa per km2 dengan luas wilayah hanya sekitar 1% dari luas
DIY. Sedangkan Kabupaten Gunungkidul yang memiliki wilayah terluas
mencapai 46,63% memiliki kepadatan penduduk terendah yang dihuni
rata-rata 467 jiwa per km2.
Gambar 1-2 Diagram Luas Kota dan Kabupaten di
D.I.Yogyakarta
Sumber: Modifikasi dari DIY dalam Angka 2014
Kota Yogyakarta
32,50 km2
Kulonprogo
586,27 km2
Bantul
506,85 km2
Gunungkidul
1485,36 km2
Sleman
574,82 km2
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
4/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 4
12512046
Salah satu keadaan di salah satu titik di Kota Yogyakarta, padatnya
bangunan dengan berbagai jenis fungsi yang menunjang pengembangan
daerah, seperti hotel sebagai penunjang wisata, kantor pemerintahan,
rumah tinggal, apartemen, restoran, sekolah bercampur menjadi satu di
wilayah Kota Yogyakarta.
Ibu Kota yang merupakan pusat sebuah kota dimana segala
kegiatan masyarakat berada dan berpusat. Wilayah kota yang
cenderung sempit tetapi memiliki tingkat kepadatan yang paling
tinggi disebabkan karena arah pengembangan wilayah yang sudah
ditetapkan. Sehingga dengan bertambahnya penduduk di Kota
Kota Yogyakarta
12.391 jiwa/km2
Kulonprogo
688 jiwa/km2 Bantul
1.869 jiwa/km2 Gunungkidul
471 jiwa/km2
Sleman
1.986 jiwa/km2
Gambar 1-3 Diagram Kepadatan Penduduk
setiap Kota dan Kabupaten di D.I.YogyakartaSumber: Modifikasi dari DIY dalam Angka 2014
Gambar 1-4 Potret kepadatan bangunan di
Kota Yogyakarta
Sumber: jogjaoradidol.wordpress.com , 2015
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
5/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 5
12512046
Yogyakarta maka akan berdampak pula pada bertambahnya
bangunan guna memenuhi kebutuhan.
1.3.1.2
Keterbatasan Lahan di Kota Yogyakarta
Permasalahan perkotaan lain yang sering dijumpai di kota-kota besar
adalah keterbatasan lahan. Dari yang sudah dibicarakan pada pembahasan
diatas bahwa luas wilayah Kota Yogyakarta adalah yang tersempit
dibandingkan dengan kabupaten lainnya di DIY. Dan 96,22% area di Kota
Yogyakarta merupakan lahan bukan sawah. Berikut data penggunaan
lahan di Kota Yogyakarta 2007-2010 :
Dilihat dari tabel di atas bahwa penggunaan lahan untuk pertanian
setiap tahunnya selalu berkurang sementara penggunaan lahan untuk
bangunan terus bertambah. Hal tersebut dipengaruhi oleh semakin
bertambahnya kebutuhan manusia untuk membangun. Tetapi tetap
diperlukannya batasan dan peraturan agar area hijau di perkotaan tidak
habis.
Tahun
Jenis Penggunaan Lahan (Ha)
Perumahan Jasa Perusahaan Industri Pertanian Non
Produktif
Lain-
lainJml
2007 2.104,357 275,467 275,617 52,234 134,052 20,113 388,160 3.250
2008 2.106,338 275,562 277,565 52,234 130,029 20,041 388,160 3.250
2009 2.105,108 275,713 284,498 52,234 124,166 20,113 388,118 3.250
2010 2.105,391 279,373 286,138 52,234 118,591 20,113 388,160 3.250
Tabel 1-1 Tabel luas penggunaan lahan di Kota
Yogyakarta
Sumber: RPJMD Kota Yogyakarta 2012-2016, dalam tulisan N Yoga Angga,2013
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
6/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 6
12512046
Keterbatasan lahan perkotaan tidak hanya mempengaruhi kepadatan
bangunan. Tetapi juga berdampak pada keterbatasan ruang parkir. Banyak
ditemui kasus di Kota Yogyakarta yang kekurangan area parkir.
Keterbatasan lahan parkir disebabkan karena luas lahan yang dimiliki
pemilik bangunan terbatas, sedangkan bangunan yang dibutuhkan besar,
maka area parkir menjadi terbatas. Atau bisa disebabkan karena kesalahan
perencanaan perancangan yang kurang memperhatikan dan
mempertimbangkan area parkir yang dibutuhkan.
Gambar diatas merupakan potret kondisi keterbatasan lahan parkir
di Kota Yogyakarta yang mengakibatkan penggunaan badan jalan karena
kurangnya lahan yang mencukupi untuk kebutuhan parkir.
Maraknya pembangunan di perkotaan yang merupakan pusat
kota, dengan keterbatasan lahan yang ada mengakibatkan banyak
permasalahan seperti kurangnya lahan parkir yang memadai. Karena
lahan yang disediakan kurang, maka trotoar dan badan jalan menjadi
Gambar 1-5 Potret keterbatasan lahan parkir di Kota
Yogyakarta
Sumber: kotajogja.com , 2016
Sumber: www.yogyes.com, 2016 Sumber: krjogja.com, 2016
Sumber: news.viva.co.id, 2016
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
7/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 7
12512046
salah satu area pelarian agar tetap bisa memarkirkan kendaraannya
untuk datang ke tempat tersebut. Efek yang biasa terjadi dengan
kendaraan yang parkir pada area badan jalan, yaitu kemacetan
berkepanjangan. Karena lebar jalur kendaraan yang lewat akan
berkurang dengan adanya kendaraan yang parkir di pinggir jalan
terutama di jalan-jalan yang sempit.
1.3.1.3 Kranggan, Cokrodiningratan, Jetis, Yogyakarta
Lokasi yang dipilih yaitu area Kranggan lebih tepatnya di Jalan
Poncowinatan, Cokrodiningratan, Yogyakarta. Dimana terdapat area
pertokoan perlengkapan dan aksesoris gadget pada jalan tersebut.
`
Peta Indonesia
Peta Provinsi DIYogyakarta
Peta Kota Yogyakarta Peta Kecamatan Jetis
Peta Jalan PoncowinatanSumber : Dimodifikasi dari
google dan wikimapia, 2015
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
8/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 8
12512046
Kecamatan Jetis merupakan salah satu dari 14 Kecamatan yang ada
di Kota Yogyakarta. Memiliki luas 170,30 km2 Berdasar hasil registrasi
penduduk Kecamatan Jetis memiliki penduduk sebanyak 27.740 dengan
mata pencahariannya sebagian besar di sektor jasa dan perdagangan. Hal
ini didukung oleh banyaknya perkantoran, dan tempat perdagangan/pasar
yang ada di Kecamatan Jetis. Kecamatan Jetis terdiri dari 3 kelurahan yaitu
Bumijo, Gowongan, dan Cokrodiningratan.
Cokrodiningratan memiliki tiga jalan yang membagi area mejadi
tiga blok. Yaitu Jalan Pakuningratan, Jalan Kranggan, dan Jalan
Poncowinatan. Tetapi masyarakat pada umumnya lebih mengenal area ini
sebagai daerah Kranggan karena terdapat pasar yang terkenal yaitu Pasar
Kranggan.
Dari tiga area ini terbagi pula area yang berbeda-beda golongan
bangunannya seperti area residensial mayoritas berada di Jalan
Pakuningratan dan Jalan Kranggan, untuk area komersial mayoritas berada
di Jalan Poncowinatan dan Jalan A.M Sangaji. Hal tersebut disimpulkan
penulis dari survey yang pernah dilakukan sebelumnya.
Berdasarkan Perda Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2015 tentang
Rencana Detail Tata Ruang dan Zonasi Kota Yogyakarta Tahun 2015-
Jl. Pakuningratan
Jl. Kranggan
Jl. Poncowinatan
J l . A s e m
G e d e
Jl. Diponegoro Tugu Jogja
Gambar 1-6 Peta Area Kranggan
Sumber: Modifikasi dari Google Map,2016
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
9/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa LarasatiPage 9
12512046
2035, area Kranggan akan dijadikan area perdagangan dan jasa seperti
pada gambar 1-7.
Terdapat area-area penting yang mejadi kunci utama kawasan ini
yaitu yang berwarna ungu merupakan Pasar Kranggan, warna merah
adalah Klenteng Tjen Ling Kiong atau yang terkenal dengan Klenteng
Gambar 1-7 Zonasi Tata Ruang di area Kranggan
Sumber: Perda Kota Yogyakarta Nomor 1 Tahun 2015-tentang
RDTR Kota Yogyakarta Tahun 2015-2035, 2016
Gambar 1-8 Peta area
Kranggan,Cokrodiningratan
Sumber : Analisis Penulis, 2015
Jl. Poncowinatan
Jl. Kranggan
Jl. Pakuningratan
J l
. A s e m
G e d e
Jl. Diponegoro Tugu Jogja
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
10/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
10
12512046
Kranggan atau Klenteng Poncowinatan. Warna oranye merupakan
pertokoan aksesoris gadget yang akan diolah.
Jalan Poncowinatan merupakan gang ketiga dari kawasan Krangganini. Merupakan area yang paling padat dibandingkan area yang lain. Area
komersial berupa ruko-ruko dan pertokoan aksesoris gadget serta terdapat
penjual-penjual bahan dapur di sepanjang jalan masuk Poncowinatan.
Dibandingkan dengan area yang lain, Jalan Poncowinatan merupakan area
yang padat dengan kendaraan dan minim area hijau.
Pertokoan aksesoris gadget Kranggan yang ada di Jalan
Poncowinatan ini cukup terkenal dan menjadi salah satu pusat grosir
aksesoris gadget di Yogyakarta. Terdiri dari beberapa toko yang
bersampingan sepanjang kanan dan kiri jalan. Terdapat kurang lebih 10
sampai 15 toko yang berbeda di area yang memiliki keterbatasan lahan.
Kranggan merupakan salah satu area yang terkenal dengan
pasar, toko aksesoris gadget , dan klentengnya. Area yang cukup padat
karena terdapat aktifitas komersial di area ini. Dimulai dari aktifitas
pasar terdapat transaksi jual beli, pengedropan barang-barang
sembako dan baha-bahan dapur, pengepul sampah sisa pasar. Lalu di
area pertokoan aksesoris gadget terdapat pengunjung toko yang
Gambar 1-9 Situasi Area Pertokoan Aksesoris Gadget Kranggan
Sumber: Dokumentasi Pribadi,2015
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
11/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
11
12512046
datang, juga pengedropan suplai barang. Aktifitas di klenteng terjadi
ketika jadwal ibadah bersama atau orang-orang yang berwisata religi.
1.3.2 Pertokoan Aksesoris Gadget Kranggan
Kranggan, Yogyakarta merupakan salah satu area pusat
perekonomian di Kecamatan Cokrodiningratan. Seperti area pasar,
penginapan, area pertokoan, dan kuliner. Yang menjadi fokus desain yaitu
area pertokoan aksesoris gadget yang terletak di Jalan Poncowinatan,
Cokrodiningratan, Yogyakarta. Merupakan kumpulan toko-toko yang
merupakan grosir perlengkapan dan aksesoris untuk berbagai jenis alat
komunikasi.
Toko-toko aksesoris gadget Kranggan ini cukup ramai dikunjungi
oleh para pencari aksesoris gadget . Karena jenisnya yang lengkap dan
harga yang lebih terjangkau dibandingkan dengan toko-toko aksesoris
gadget yang berada di mall. Toko-toko yang ada berderet di kanan dan kiri
jalan. Pertokoan ini berada di lahan yang sempit sehingga tidak bisamenampung banyak toko. Hanya terdapat kurang lebih 10 toko.
Gambar 1-10 Pertokoan Aksesoris Gadget Kranggan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
12/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
12
12512046
Pertokoan ini berada di sisi kanan dan kiri jalan dan saling
bersebelahan. Pengunjung bisa mendatangi dari satu toko ke toko yang
lain dengan berjalan kaki saja layaknya pertokoan yang ada di mall. Jika
barang yang diinginkan tidak ada di satu toko, maka bisa mencarinya di
toko yang lain. Hal yang disayangkan disini jumlah toko yang ada sangat
terbatas karena area yang terbatas juga.
Tujuan dari pemilihan fokus desain yaitu ingin mengembangkan
area ini menjadi Pusat Penjualan Aksesoris dan Perlengkapan Gadget
yang tidak hanya pertokoan kecil yang berderet secara horisontal
tetapi menjadi bangunan pertokoan vertikal. Sehingga bisa
menampung lebih banyak kios toko didalamnya.
1.3.3 Keterbatasan Area Parkir di Poncowinatan
Area urban sangat dikenal dengan kepadatannya baik kepadatan
penduduk maupun kepadatan bangunan. Karena kota merupakan pusat
perekonomian dan pusat kehidupan masyarakat disuatu daerah. Hal ini
juga terjadi di Kota Yogyakarta berdasarkan data statistik daerah pada DIY
Dalam Angka 2014, Kota Yogyakarta memiliki luas 32,50 km2 dengan
Gambar 1-11 Peta letak pertokoan aksesoris gadget
Sumber : Analisis Penulis, 2015
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
13/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
13
12512046
kepadatan penduduk 12.241 jiwa per km2. Dilihat dari data menunjukkan
luas lahan di kota tidak sebanding dengan banyaknya penduduk.
Terbatasnya akan lahan yang menjadi salah satu penyebab terjadinya
kepadatan bangunan di wilayah perkotaan. Keterbatasan lahan yang ada di
kota memberi dampak terbatasnya area sebagai parkir kendaraan karena
padatnya bangunan.
Begitu pula yang terjadi pada area pertokoan aksesoris di Kranggan.
Keterbatasan lahan yang berdampak pada kurangnya area parkir. Sehingga
bangunan toko tidak memiliki lahan parkir yang luas. Pertokoan ini
memiliki banyak pengunjung, setiap harinya bisa mencapai 100 sampai
300 motor perhari untuk satu kelompok parkir. Sedangkan untuk mobil
15sampai 20 mobil perhari untuk satu kelompok parkir. Padahal area ini
terdapat banyak toko, tetapi tidak memiliki lahan parkir yang memadai
untuk setiap tokonya.
Gambar 1-12 Situasi parkir di area Poncowinatan
Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015
Gambar 1-13 Peta area parkir liar
Sumber : Analisis Penulis, 2016
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
14/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
14
12512046
Tidak hanya pada area pertokoan saja, tetapi di sepanjang Jalan
Poncowinatan juga tidak memiliki kantong parkir terutama pada area
belakang Pasar Kranggan. Pasar Kranggan yang sudah direnovasi menjadi
kios-kios di bagian belakang dan pintu masuk belakang melalui Jalan
Poncowinatan. Karena itu area parkir bertambah di pinggir jalan sepanjang
pasar. Juga pada area jalan masuk Poncowinatan terdapat pasar yang
berada di pinggir jalan.
Dari gambar 1-13 terdapat tiga area parkir yang dikelola oleh swasta
dan pemerintahan. Pada area parkiran pertokoan aksesoris gadget dan area
jalan masuk yang berwarna merah dikelola oleh Dinas Perhubungan.
Sedangkan pada warna hijau merupakan area parkir umum yang berada di
halaman Klenteng Poncowinatan yang dikelola oleh Kota Madya.
Halaman tersebut digunakan sebagai parkir bagi pengunjung pasar maupun
pengunjung klenteng. Tetapi dengan dijadikan sebagai parkir umum,
mengurangi kesakralan sebuah tempat ibadah. Sedangkan area parkir
dibelakang pasar dikelola oleh pasarnya sendiri.
Semakin banyaknya area pinggir jalan yang dijadikan area parkir,apalagi dengan lebar jalan yang sempit menimbulkan kemacetan
disepanjang area parkir.
Dilihat dari permasalahan diatas maka diperlukannya solusi
permasalahan parkir melalui perancangan yang berupa gedung
parkir untuk mewadahi parkir kendaraan di area Jalan
Poncowinatan baik parkir untuk pengunjung toko maupun
pengunjung pasar sehingga tidak ada lagi kendaraan yang
menggunakan trotoar dan pinggir jalan sebagai area parkir.
1.3.4 Sustainable
1.3.4.1
Sustainable
Sustainable dalam bahasa indonesia artinya berkelanjutan.
Sustainable building adalah konsep bangunan yang menerapkan sistem
keberlanjutan dimana menerapkan sistem yang tidak merusak sumber daya
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
15/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
15
12512046
alam, serta bisa efisiensi energi, untuk meningkatkan kualitas hidup
penghuninya.
Arsitektur berkelanjutan (sustainable architecture) adalah sebuahkonsep terapan dalam bidang arsitektur untuk mendukung konsep
berkelanjutan, yaitu konsep mempertahankan sumberdaya alam agar
bertahan lebih lama, yang dikaitkan dengan umur potensi vital sumber
daya alam dan lingkungan ekologis manusia, seperti sistem iklim planet,
sistem pertanian, industri, kehutanan, dan tentu saja arsitektur (Nazaruddin
Khuluk, 2012).
Cara yang dilakukan arsitektur berkelanjutan yaitu dengan
menggunakan material yang ramah lingkungan, efisiensi energi,
menerapkan sistem energi terbarukan dengan memanfaatkan energi alami
seperti energi surya, angin, air dan sebagainya, efisiensi dan perlindungan
tanah, serta memaksimalkan vegetasi dan mengurangi penggunaan AC.
1.3.4.2
Pemborosan Energi
Sumber energi utama yang digunakan di Indonesia yaitu berasal dari
fosil yang berupa gas bumi, minyak bumi, batu bara, panas bumi dan
lainnya. Tetapi sumber energi tersebut akan cepat habis jika
penggunaannya berlebihan. Karena sumber energi tersebut membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk diperbarui. Penggunaan energi fosil
(minyak bumi, batubara, gas alam) melalui proses pembakaran pada
industri, pabrik, pembangkit energi, kenderaan bermotor, dan pembakaran
lahan serta kebakaran hutan telah mengakibatkan kadar gas karbon (CO2)
di udara semakin meningkat sehingga membuat temperatur udara semakin
panas.
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
16/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
16
12512046
Data ASEAN Centre for Energy (ACE) juga menyebutkan, bahwa
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi paling besar untuk
melakukan penghematan tenaga listrik dibandingkan dengan negara-
negara lain.
Akan tetapi akibat tingkat pemborosan energi listrik yang relatif
tinggi, pasokan listrik di Indonesia sendiri kini dalam status siaga karena
cadangan sumber energi yang tersisa tidak banyak tersedia. Kurangnya
kesadaran masyarakat terhadap penggunaan energi yang berlebihan juga
menjadi salah satu faktor menipisnya sumber energi yang dimiliki.
Gambar 1-14 Komposisi penggunaan energi di
Indonesia
Sumber: dimodifikasi dari metnet.wordpress.com , 2015
Gambar 1-15 Konsumsi energi per kapita beberapa negara
Sumber: BP Statistical Riview of world Energy
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
17/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
17
12512046
Menurut situs Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(2011), di Indonesia paling banyak menggunakan energi untuk sistem tata
udara (45- 70%), sistem tata cahaya (10-20%), lift dan eskalator (2-7%)
serta alat-alat kantor dan elektronik (2-10%).
Energi yang sudah menipis tadi harus digantikan dengan energi baru
yang mudah didapat, pasokannya tak terbatas, dan bisa diperbarui. Dilihat
dari diagram diatas, prediksi puluhan tahun kedepan, dengan adanya
sumber energi baru dan terbarukan, penggunaan sumber energi lama
seperti minyak bumi, gas, batu bara akan semakin berkurang. Dalam
jangka setiap 5 tahun, penambahan penggunaan sumber energi baru, akan
berdampak dengan penurunan penggunaan energi lama.
Gambar 1-16 Grafik laju konsumsi
energi per sektor
Sumber: dimodifikasi dari
triazis13.wordpress.com, 2015
Berdasarkan grafik disamping,
penggunaan energi banyak digunakan
untuk industri, rumah tangga, dan
transportasi. Dalam industri dan
transportasi banyak menggunakan
untuk bahan bakar, sedangkan sektor
rumah tangga banyak menggunakan
energi untuk kebutuhan hidup sehari-
hari.
Gambar 1-17 Grafik prediksi penggunaan energi puluhan
tahun kedepan
Sumber:dimodifikasi dari www.kompasiana.com , 2015
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
18/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
18
12512046
Sumber energi lama yang paling banyak digunakan adalah minyak
bumi. Dan minyak bumi merupakan kekayaan energi terbesar yang
dimiliki Indonesia. Dari grafik diatas, bisa dilihat bahwa prediksi 5
tahunan kedepan, penggunaan minyak bumi berbanding terbalik dengan
sumber energi baru. Minyak bumi akan semakin dihemat dengan
digantikan sumber energi baru dan terbarukan sebagai pemasok energi di
Indonesia.
1.3.4.3 Intensitas Radiasi Matahari
Matahari merupakan sumber energi baru dan terbarukan yang
hampir tak terbatas. Energi surya atau matahari telah dimanfaatkan di
banyak belahan dunia dan jika dieksplotasi dengan tepat, energi ini
berpotensi mampu menyediakan kebutuhan konsumsi energi dunia saat ini
dalam waktu yang lebih lama. Indonesia merupakan negara yang terletak
di khatulistiwa, sehingga Indonesia memiliki sumber energi surya yang
sangat berlimpah. PBB menetapkan tahun 2012 sebagai Tahun
Internasional Energi Terbarukan dengan target pada 2030, semua orang di
dunia sudah menggunakan energi dari sumber-sumber terbarukan.
(Anonymous, 2013)
Selain permasalahan keterbatasan lahan, perkotaan juga memiliki
angka radiasi matahari yang paling tinggi dibandingkan area sub urban
Gambar 1-18 Grafik perbandingan penggunaan
energi
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
19/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
19
12512046
maupun area rural. Berdasarkan data Kementrian ESDM pada tahun 2011
intensitas radiasi matahari di seluruh wilayah Indonesia rata-rata 4,8
kWh/m2 per hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Pulau Jawa termasuk
wiayah yang memiliki intensitas radiasi mataharai yang tinggi yaitu diatas
5,2 kWh/m2/hari.
Dari peta diatas wilayah Yogyakarta termasuk daerah yang
berwarna merah yaitu yang tinggi terpapar radiasi matahari. Sinar matahari
yg berlebih memberikan dampak pada peningkatan suhu udara
disekitarnya. Akan tetapi hal tersebut dapat dijadikan salah satu alternatif
sumber energi.
Keberlajutan suatu bangunan dimana bangunan tersebut bisa
mengendalikan efisiensi energi dan ramah lingkungan. Sehingga
bangunan tersebut bisa membantu penurunan angka pemborosan
energi yang menjadi permasalahan saat ini. Salah satu yang bisa
dilakukan oleh bangunan keberlanjutan yaitu dengan pemanfaatan
energi terbarukan sepert energi matahari, energi angin, energi air dan
sebagainya. Energi matahari yang berlimpah tetapi masih kurang
dalam pemanfaatannya. Maka dari itu pemanfaatan panas matahari
akan dijadikan sebagai pendekatan perancangan dengan penggunaan
teknologi modern yang menjadikan panas matahari menjadi sumber
energi. Dengan harapan dengan penggunaan teknologi matahari,
Gambar 1-19 Peta Intensitas radiasi matahari di Indonesia
Sumber : www.esdm.go.id, 2013
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
20/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
20
12512046
dapat menurunkan penggunaan energi listrik pln sehingga
menjadikan bangunan mandiri energi yang berbasis energi matahari.
1.4 KESIMPULAN LATAR BELAKANG
Melihat dari isu-isu urban yang berkaitan dengan keterbatasan lahan
parkir, kepadatan bangunan, pemborosan energi, dan isu mikro yang
ditemui di area Kranggan, Yogyakarta, maka diperlukannya penataan area
dengan membuat Pusat Aksesoris Gadget dan Parkir yang Berbasis
Teknologi Matahari di Kranggan, Yogyakarta. Dua fungsi yang berbeda
menjadi satu kesatuan bangunan yang ditargetkan bisa menyelesaikan
permasalahan yang ada di area Kranggan. Penggunaan teknologi parkir
vertikal yang bisa membantu menyelesaikan permasalahan keterbatasan
ruang parkir. Dan penggunaan teknologi energi matahari yang diterapkan
pada bangunan untuk menyelesaikan permasalahan pemborosan energi
karena bangunan tinggi. Energi matahari yang berlimpah tetapi masih
kurang pengelolaannya. Dengan teknologi ini diharapkan menjadikan
bangunan yang mandiri energi, sustainable, dan ramah lingkungan.
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
21/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
21
12512046
1.5 SKEMA PERMASALAHAN
1.5.1 Penelusuran Tema
Gambar 1-20 Skema Penelusuran Tema
Sumber : Analisis Penulis, 2016
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
22/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
22
12512046
1.5.2 Peta Isu
1.5.3 Peta Konflik
Gambar 1-21 Skema IsuSumber : Analisis Penulis, 2016
Gambar 1-22 Skema Konflik
Sumber : Analisis Penulis, 2016
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
23/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
23
12512046
1.6 RUMUSAN PERMASALAHAN
1.6.1 Rumusan Masalah Umum
Bagaimana merancang Pusat Aksesoris Gadget yang terintegrasi
dengan Gedung Parkir yang berbasis teknologi matahari?
1.6.2 Rumusan Masalah Khusus
1.
Bagaimana merancang tata ruang dan massa yang menerapkan
teknologi vertikal pada bangunan pertokoan aksesoris gadget dan
parkir yang atraktif dan efisien sesuai dengan persyaratan, sehingga
menjadi bangunan yang mandiri energi?
2.
Bagaimana merancang infrastruktur bangunan pertokoan aksesoris gadget dan parkir yang menerapkan teknologi parkir vertikal dan
teknologi matahari?
3. Bagaimana merancang bentuk dan fasad bangunan yang sesuai
dengan persyaratan bangunan pertokoan dan parkir vetrikal yang
menerapkan teknologi penangkap panas matahari?
4. Bagaimana mengatur tata ruang dan massa untuk pengelompokan
area parkir serta kapasitas yang bisa mencakup kebutuhan parkir area
tersebut?
1.7 TUJUAN DAN SASARAN
1.7.1 Tujuan
Pada Proposal Tugas Akhir ini akan merancang Pusat Aksesoris
Gadget yang terintegrasi dengan Gedung Parkir dengan teknologi modern
yang sedang berkembang untuk menyelesaikan masalah keterbatasan area parkir di area Kranggan dan menjadikan bangunan vertikal yang mandiri
energi dengan memanfaatkan panas matahari sebagai sumber energi.
1.7.2 Sasaran
1. Merancang tata ruang dan massa yang menerapkan teknologi vertikal pada
bangunan pertokoan aksesoris gadget dan parkir yang atraktif dan efisien
sesuai dengan persyaratan, sehingga mejadi bangunan yang mandiri energi
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
24/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
24
12512046
2. Merancang infrastruktur bangunan pertokoan aksesoris gadget dan parkir
yang menerapkan teknologi parkir vertikal dan teknologi matahari.
3.
Merancang bentuk dan fasad bangunan yang sesuai dengan persyaratan
bangunan pertokoan dan parkir vetrikal yang menerapkan teknologi
penangkap panas matahari.
4.
Mengatur tata ruang dan massa untuk pengelompokan area parkir serta
kapasitas yang bisa mencakup kebutuhan parkir area tersebut.
1.8 BATASAN
Perancangan Pusat Aksesoris Gadget dan Parkir ini menerapkan dua
kriteria utama yaitu sistem teknologi vertikal dan bangunan yang mandiri
energi. Sistem teknologi vertikal yang diterapkan yaitu teknologi parkir
vertikal, digunakan untuk menyelesaikan permasalahan keterbatasan lahan
parkir di area Kranggan. Untuk menjadi bangunan yang mandiri energi
dengan menggunakan teknologi berbasis energi matahari sebagai sumber
energi. Sehingga diharapkan penggunaan teknologi matahari ini bisa
menurunkan angka pemborosan energi yang ditimbulkan oleh bangunan.
Sehingga menjadi bangunan yang sustainable, ramah lingkungan dan
mandiri energi. Batasan pengujian pada bangunan yaitu pada efisiensi
energi yang bisa dihasilkan jika menggunakan teknologi energi matahari.
Dengan menggunakan perhitungan manual energi yang digunakan jika
menggunakan listrik pln dibandingkan dengan energi yang digunakan
dengan sumber energi matahari.
Gambar 1-23 Skema Batasan Perancangan
Sumber : Analisis Penulis, 2016
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
25/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
25
12512046
1.9 METODE PERANCANGAN
1.9.1 Kerangka Berpikir
Gambar 1-24 Skema Kerangka Berpikir
Sumber : Analisis Penulis, 2016
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
26/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
26
12512046
1.9.2 Metode Pengumpulan Data
1. Observasi : Peninjauan langsung pada lokasi yang berhubungan
dengan dokumentasi wilayah, permasalahan kawasan, kondisi
tapak dan existing site, serta potensi sekitar site dan kontekstual
site.
2.
Interview : Melakukan wawancara dengan narasumber yang
diperlukan untuk menambah data.
3. Studi Literatur : Mencari sumber dan teori yang berkaitan dengan
bangunan pertokoan vertikal, bangunan komersial, gedung parkir,
teknologi parkir vertikal, teknologi matahari, yang bisa digunakan
sebagai acuan dalam merancang.
1.9.3 Metode Penelusuran Masalah
Penelusuran masalah dilakukan untuk menemukan konflik-konflik
yang ada yang akan diselesaikan dengan desain. Yang kemudian
diturunkan menjadi variabel dan parameter untuk membantu proses
perancangan. Penelusuran masalah yang berkaitan dengan putusan-putusan
desain saat perancangan untuk menyelesaikan perkara desain seperti pada
tata ruang, massa bangunan, infrastruktur, dan bentuk serta fasad
bangunan.
1.9.4 Metode Pemecahan Masalah
Metode ini dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang
menjadi latar belakang desain. Dengan rujukan dari berbagai literatur dan
kondisi dan permasalahan site, maka pemecahan masalah diterapkan
dengan sistem vertikal dan teknologi matahari menuju bangunan yang
mandiri energi. Pemecahan masalah akan dituangkan melalui draft denah,tampak, potongan, serta visualisasi 3d.
1.9.5 Metode Pengujian
Metode pengujian dilakukan untuk membuktikan apakah hasil
rancangan sudah dapat menyelesaikan permasalahan perancangan. Untuk
membuktikan apakah bangunan sudah mandiri energi dengan perhitungan
manual penggunaan energi bangunan dengan menggunakan teknologi
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
27/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
27
12512046
matahari dibandingkan dengan yang tidak menggunakan teknologi
matahari.
Selain itu pengujian keefisienan fungsi parkir pada bangunan dalam
segi ekonomi. Apakah dengan adanya bangunan tersebut memiliki nilai
lebih dalam segi penghematan sebagai investasi di masa depan
dibandingan dengan jenis parkir konvensional di lahan terbuka.
1.10 KEASLIAN
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan dalam mencari referensi
Tugas Akhir dari Jurusan Arsitektur di berbagai Universitas yang
berkaitan dengan tipologi bangunan, metode yang digunakan, aspek
permasalahan yang dibahas untuk mendapatkan perbedaan yang
menunjukkan keaslian judul penulis, sebagai berikut:
1. ERVANRYANTO YUDHA PRATAMA/09.512.043/UII/2014
a. Judul
Gedung Parkir di Kota Yogyakarta: Investasi Bangunan dengan
Pendekatan Teknologi Parkir Otomatis
b.
Aspek yang diangkat
Investasi bangunan dengan pendekatan teknologi parkir otomatis
c. Metode yang digunakan
- Penerapan dengan pendekatan Green Architecture yang mengacu
pada efisiensi energi untuk mengurangi Urban Heat Island dengan
pengaplikasian photovoltaic dan material hijau.
- Penambahan vegetasi peneduh untuk menghilangkan parkir liar
d.
PerbedaanJika pada desain ini hanya menyajikan satu fungsi utama yaitu
gedung parkir sedangkan pada desain penulis merupakan pusat aksesoris
gadget yang terintegrasi dengan pusat parkir. Goal akhir yang ingin
dicapai dari desain ini adalah investasi yang bisa didapat dengan
penerapan efisiensi energi pada bangunan, sedangkan pusat aksesoris
gadget dan parkir ini bertujuan menjadikan bangunan yang mandiri energi
dengan goal penghematan penggunaan energi .
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
28/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Nissa Larasati Page
28
12512046
2. MUHAMMAD YUSRI AGUS/07.512.118/UII/2012
a. Judul
Gedung Parkir di Kawasan Jalan Mangkubumi
b.
Aspek yang diangkat
Taman parkir yang merespon keadaan sekitar kawasan Jalan
Mangkubumi
c. Metode yang digunakan
Gedung parkir yang memiliki fasilitas pendukung sebagai tempat
peristirahatan karyawan perkantoran sekitar Jalan Mangkubumi
d. Perbedaan
Gedung parkir ini menggunakan sistem parkir konvensional dengan
menggunakan ramp. Selain sebagai gedung parkir, juga sebagai tempat
berkumpul, berolahraga, dan aktivitas lain yang mendukung di
kawasan Mangkubumi dan sekitarnya. Sedangkan pusat aksesoris
gadget dan parkir menggunakan sistem teknologi parkir vertikal.
3. MOH FAZA ROSYADA/301827/UGM/2015
a.
Judul
Perancangan Sistem Energi Tenaga Surya Pada Bangunan Gedung
Pusat UGM Melalui Integrasi Photovoltaic Terhadap Bangunan
b. Metode yang digunakan
Pemanfaatan energi surya dalam merancang dengan mengintegrasikan
photovoltaic sebagai elemen bangunan
c. Perbedaan
Bangunan yang menjadi kasus desain berbeda tetapi sistem perancangan yang digunakan serupa yaitu dengan penggunaan
photovoltaic sebagai sistem energi tenaga surya.
4. ANTONIUS RIS WIDYANANTO/98.01.09297/UAJY/2005
a. Judul
Pusat Informasi dan Layanan Teknologi Komputer Di Yogyakarta
b. Aspek yang diangkat
8/18/2019 BAGIAN 1 12-04.pdf
29/29
Pusat Aksesoris Gadget Dan Parkir Komersial Yang Berbasis
Teknologi Matahari Di Kranggan, Yogyakarta
Penyediaan wadah dengan beragam fungsi yang berhubungan dengan
komputer yang terintegrasi menjadi satu sehingga menjadi pusat
komersial dengan aktivitas utama pelayanan jasa dan penyediaan
peralatan elektrinok yang berkaitan dengan komputer
c. Metode yang digunakan
Dengan mentitik beratkan pada bentuk dan perancangan fasad
d. Perbedaan
Sama-sama merupakan pusat pertokoan yang bersifat bangunan
komersial. Aktivitas yang terjadi dalam bangunan berbeda yaitu pada
kasus ini sebagai pusat komputer sedangkan kasus yang diambil
penulis merupakan pusat aksesoris gadget. Pendekatan yang digunakan
juga berbeda yaitu dengan pendekatan desain yang atratif, ekspresif
dan komunikatif untuk mencerminkan kemajuan aspek teknologi
komputer.
5. IRAWAN SAPUTRA TANDRA/0100004373/UAJY/1992
a. Judul
Gedung Parkir di Kawasan Perbelanjaan Malioboro di Yogyakarta
b. Aspek yang diangkat
Gedung parkir yang menunjukkan gaya arsitektur internasional dengan
aliran fungsionalisme
c. Metode yang digunakan
Menekankan pada gaya bangunan aliran fungsionalisme namun tetap
atraktif
d.
PerbedaanHanya menitikberatkan pada gedung parkir sebagai fungsi utama
dengan aliran fungsionalisme yang atraktif sesuai dengan tuntutan
fungsi perbelanjaan kaki lima sebagai fungsi penunjang, sedangkan
perancangan penulis memiliki dua fungsi utama yaitu gedung parkir
dan pusat aksesoris gadget.