Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
TUGAS AKHIR 4
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Tegangan
Tegangan pada umumnya terbagi menjadi dua kelompok yaitu :
1. Tegangan Normal
Tegangan yang arah kerjanya dalam arah tegak lurus permukaan
terpotong batang. Tegangan normal dapat disebabkan oleh beberapa faktor
yaitu :
A. Gaya Normal
Tegangan normal terjadi akibat adanya reaksi yang diberikan pada
benda. Jika gaya dalam diukur dalam N, sedangkan luas penampang
dalam m2, maka satuan tegangan adalah N/m2.
Dimana : σn = tegangan normal (N/mm2)
Fn = gaya normal (N)
A = luas penampang (mm2)
Gambar 2.1 Tegangan Normal
TUGAS AKHIR 5
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
B. Beban Tarik dan Tekan
Apabila batang ditarik oleh gaya F seperti pada gambar 2.2 maka
tegangan yang terjadi adalah tegangan tarik. Tegangan tarik dapat
ditulis dengan persamaan :
Dimana : σt = tegangan tarik (N/mm2)
Ft = gaya tarik (N)
A = luas penampang (mm2)
Gambar 2.2 Tegangan Tarik
Sedangkan tegangan tekan terjadi bila suatu batang diberi gaya F
yang saling berlawanan dan terletak dalam satu garis gaya. Tegangan
tekan dapat ditulis:
Dimana : σd = tegangan tekan (N/mm2)
Fd = gaya tekan (N)
A = luas penampang (mm2)
Gambar 2.3 Tegangan tekan
TUGAS AKHIR 6
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2. Tegangan Geser
Tegangan geser terjadi jika suatu benda bekerja dengan dua gaya yang
berlawanan arah, sejajar sumbu batang. Tegangan geser dapat disebabkan
karena adanya beberapa pembebanan seperti :
A. Gaya Geser
Gambar 2.4 Tegangan geser pada balok berpenampang
empat persegi panjang
Untuk menentukan tegangan geser pada sebarang titik dalam
penampang dapat menggunakan persamaan berikut :
Dimana : τ = tegangan geser (N/mm2)
V = gaya geser (N)
Q = momen (mm3)
I = momen Inersia (mm4)
b = lebar penampang (mm)
TUGAS AKHIR 7
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
B. Momen Lentur
Gambar 2.5 Tegangan lentur pada Beam
Gaya geser dan momen lentur tersebut akan menyebabkan
tegangan geser dan tegangan lentur. Besaran tegangan akibat lenturan
pada balok dapat ditulis dengan formula sebagai berikut.
Dimana : σ = tegangan lentur (N/mm2)
M = momen lentur (N.mm)
Y = jarak terjauh dari sumbu (mm)
I = momen Inersia (mm4)
C. Beban Puntir / Torsi
Gambar 2.6 Tegangan puntir pada batang bulat
TUGAS AKHIR 8
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Torsi yang bekerja pada poros akan menghasilkan tegangan geser.
Untuk mendapatkan tegangan puntir dapat menggunakan persamaan
berikut :
Dimana : t = tegangan puntir (N/mm2)
T = momen puntir / torsi (kg.mm)
r = jari-jari (mm)
J = momen Inersia (mm4)
2.2 Teori Kegagalan Struktur
Analisa kegagalan adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk mengetahui
penyebab terjadinya kerusakan. Secara keseluruhan jenis kegagalan pada
material dapat terbentuk seperti fatigue, wear (keausan), korosi, fracture,
impact dan lainnya. Dan kegagalan dapat terjadi karena beberapa faktor yaitu
beban statik dan beban mekanis, sehingga sering timbulnya tegangan akibat
beban yang melebihi yield strength. Pada dasarnya kegagalan dapat terjadi
dikarenakan besaran akibat kondisi operasi ≥ sifat kritis material.
Pada umumnya teori kegagalan terbagi menjadi tiga yaitu :
1. Kegagalan statik / static failure
Kegagalan statik adalah kegagalan yang disebabkan adanya beban dari
luar secara statik seperti adanya pengaruh tekanan, beban, momen dan
statik lainnya.
TUGAS AKHIR 9
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2. Kegagalan fatigue / fatigue failure
Kegagalan fatigue adalah kegagalan yang terjadi karena dipengaruhi oleh
waktu dan juga akibat adanya pembebanan secara dinamik yang
menyebabkan suatu struktur menjadi lelah.
3. Kegagalan retak / fracture failure
Kegagalan yang terjadi dikarenakan pengaruh lingkungan.
Pada kegagalan secara statik dapat terbagi menjadi tiga teori, yaitu :
A. Teori tegangan normal maksimum
Kegagalan akan terjadi apabila tegangan utama maksimum sama
atau lebih besar dibandingkan tegangan normal maksimum. Untuk
tegangan normal positif, keadaan suatu material dikatakan luluh jika misal
ada suatu pembebanan dengan σmax.
σmax≥ σyp
Secara umum teori tegangan normal maksimum adalah sebagai berikut :
Dari gambar di bawah ini menjelaskan kriteria tegangan normal
masimum. Kegagalan akan terjadi jika kondisi tegangan akibat
pembebanan berada diluar batas. Berikut gambar penjelasan teori
tegangan normal maksimum :
TUGAS AKHIR 10
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
(a) Tegangan Normal pada gambar 3D (b) Tegangan Normal pada
2D
Gambar 2.7 Representasi teori tegangan normal maksimum
B. Teori Tegangan Geser Maksimum
Teori tegangan geser maksimum sering digunakan pada material yang
bersifat ulet. Besarnya nilai tegangan geser maksimum adalah setengah
dari nilai tegangan normal maksimum. Keadaan suatu material luluh jika
misal ada suatu pembebanan dengan τmax.
τmax ≥ 0,5 σyp
Secara umum teori tegangan geser maksimum adalah sebagai berikut
Dari gambar di bawah ini menjelaskan kriteria tegangan geser
masimum. Kegagalan akan terjadi jika kondisi tegangan akibat
pembebanan berada diluar batas. Berikut gambar penjelasan teori
tegangan geser maksimum :
TUGAS AKHIR 11
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
(a) Tegangan normal pada gambar 3D (b) Tegangan normal pada 2D
Gambar 2.8 Representasi teori tegangan geser maksimum
C. Distorsi Energi
Aplikasi dari teori tegangan geser maksimum sering digunakan untuk
kasus pada material ulet. Keadaan suatu material akan luluh jika adanya
suatu pembebanan dengan S.
S ≥ σyp
Berikut grafik tegangan distorsi energi dalam 2D:
Gambar 2.9 Grafik representasi teori tangan distorsi energi
Teori distorsi energi dapat menggunakan teoritik sebagai berikut :
TUGAS AKHIR 12
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
atau
Dimana : S = Effective stress (MPa)
Penggunaan tiga teori kegagalan yang ada, disesuaikan dengan
material yang dipakai. Untuk material getas, teori tegangan normal lebih
efektif digunakan, sedangkan untuk material ulet teori tegangan geser dan
teori distorsi energi lebih efektif digunakan.
Berikut grafik tegangan normal maksimum, tegangan geser maksimum
dan distorsi energi dalam satu grafik :
Gambar 2.10 Grafik perbandingan teori distorsi dengan teori tegangan
normal maksimum dan tegangan geser maksimum
TUGAS AKHIR 13
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2.3 Faktor Keamanan
Faktor keamanan dapat disebut dengan, N, merupakan ukuran keamanan
relatif komponen pembawa beban. Dalam kebanyakan kasus, kekuatan bahan
komponen dibagi menurut faktor rancangan untuk menentukan tegangan
regangan, kadang disebut tegangan yang diizinkan. Perancang harus
menentukan berapa nilai faktor rancangan yang wajar untuk situasi tertentu.
Sering kali nilai faktor rancangan atau tegangan rancangan ditetapkan
dalam aturan-aturan yang dibuat oleh organisasi yang menetapkan standar,
seperti American Society of Mechanical Engineers, American Gear
Manufacturers Association, U.S. Department of Defense. Adapun beberapa
perusahaan-perusahaan yang menerapkan kebijakan mereka sendiri dalam
menentukan faktor-faktor rancangan berdasarkan pengalaman masa lalu
dengan kondisi yang sama. Untuk bahan ulet, faktor rancangan harus memiliki
kriteria nilai sebagai berikut :
1. N = 1,25 hingga 2,00. Perancangan struktur yang menerima beban
statis dengan tingkat kepercayaan yang tinggi untuk semua data
perancangan.
2. N = 2,00 hingga 2,50. Perancangan elemen mesin yang menerima
pembebanan dinamis dengan tingkat kepercayaan rata-rata untuk
semua data perancangan.
3. N = 2,50 hingga 4,00. Perancangan pada struktur statis atau pada
elemenelemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan
TUGAS AKHIR 14
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
ketidakpastian mengenai beban, sifat-sifat bahan, analisis tegangan
atau lingkungan.
4. N = 4,00 atau lebih. Perancangan pada struktur statis atau pada
elemen mesin yang menerima pembebanan dinamis dengan
ketidakpastian mengenai beberapa kombinasi beban, sifat-sifat bahan,
analisis tegangan atau lingkungan. Keinginan untuk memberikan
keamanan ekstra untuk komponen yang kritis dapat juga memilih
nilai-nilai ini.
Sedangkan untuk bahan getas, faktor rancangan harus memiliki kriteria
sebagai berikut ini :
1. N = 3,00 hingga 4,00. Perancangan struktur yang menerima beban
secara statis dengan tingkat kepercayaan yang tinggi untuk semua data
perancangan.
2. N = 4,00 hingga 8,00. Pada perancangan struktur statis atau pada
elemenelemen mesin yang akan menerima pembebanan secara
dinamis dengan ketidakpastian mengenai beban, sifat pada bahan,
analisis tegangan atau lingkungan.
2.4 Titik berat dan pusat massa
Berat suatu benda adalah jumlah atau resultan dari berat partikel-partikel
tersebut. Arah gaya gravitasi selalu menuju pusat bumi, maka gaya gravitasi
yang dialami oleh tiap-tiap partikel juga mengarah ke pusat bumi dan resultan
TUGAS AKHIR 15
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
dari semua gaya tersebut berada pada titik tertentu. Titik itu biasa disebut
sebagai titik berat benda.
Gambar 2.11 Titik berat benda
Titik berat merupakan titik keseimbangan sempurna atau sebuah pusat
distribusi berat. Pada titik inilah gaya gravitasi bekerja. Titik berat atau titik
pusat massa dapat dinyatakan dalam titik koordinat (x, y) dan dapat ditentukan
dengan rumus di bawah ini.
2.5 Material Baja
Baja adalah logam campuran yang tediri dari besi (Fe) dan karbon (C).
Jadi baja berbeda dengan besi (Fe), alumunium (Al), seng (Zn), tembagga
(Cu), dan titanium (Ti) yang merupakan logam murni. Dalam senyawa antara
besi dan karbon (unsur nonlogam) tersebut besi menjadi unsur yang lebih
dominan dibanding karbon. Kandungan kabon berkisar antara 0,2 – 2,1% dari
berat baja, tergantung tingkatannya. Secara sederhana, fungsi karbon adalah
meningkatkan kwalitas baja, yaitu daya tariknya (tensile strength) dan tingkat
kekerasannya (hardness). Selain karbon, sering juga ditambahkan unsur
chrom (Cr), nikel (Ni), vanadium (V), molybdaen (Mo) untuk mendapatkan
TUGAS AKHIR 16
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
sifat lain sesuai aplikasi dilapangan seperti antikorosi, tahan panas, dan tahan
temperatur tinggi.
Besi dan baja mempunyai kandungan unsur utama yang sama yaitu Fe,
hanya kadar karbonlah yang membedakan besi dan baja, penggunaan besi dan
baja dewasa ini sangat luas mulai dari perlatan seperti jarum, peniti sampai
dengan alat-alat dan mesin berat. Berikut ini disajikan klasifikasi baja menurut
komposisi kimianya:
a. Baja Karbon (carbon steel), dibagi menjadi tiga yaitu;
1. Baja karbon rendah (low carbon steel)
Sifatnya mudah ditempa dan mudah di mesin. Penggunaannya:
0,05 % – 0,20 % C : automobile bodies, buildings, pipes, chains
(rantai), rivets (paku keling), screws (sekrup), nails (paku).
0,20 % – 0,30 % C : gears (roda gigi), shafts (poros), bolts (baut).
2. Baja karbon menengah (medium carbon steel)
Kekuatan lebih tinggi daripada baja karbon rendah. Sifatnya sulit
untuk dibengkokkan, dilas, dipotong. Penggunaan:
0,30 % – 0,40 % C : connecting rods (penghubung batang/kabel),
crank pins (pin engkol), axles (as roda).
0,40 % – 0,50 % C : car axles(as mobil), crankshafts, rails (rel)
0,50 % – 0,60 % C : hammers dan sledges (kereta luncur).
3. Baja karbon tinggi (high carbon steel)
TUGAS AKHIR 17
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60
% – 1,50% carbon. Penggunaan yaitu untuk screw drivers,
blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers.
b. Baja Paduan Rendah kekuatan tinggi (High Strength Low Alloy Steel)
Baja ini diperoleh dari baja karbon dengan menambah unsur paduan
seperti chrom, columbium, tembaga, mangan molybdenum, nikel, fosfor,
vanadium atau zirconimum agar beberapa sifat mekanisnya lebih baik.
Sementara baja karbon mendapatkan kekuatan dengan menaikkan
kandungan karbon. Tegangan lelehnya berkisar antara 40 ksi dan 70 ksi
(275 Mpa dan 480 Mpa). Pada gambar 2 terlihat sebagai kurva (b). Yang
termasuk baja paduan rendah kekuatan tinggi ini adalah A242, A441,
A572, A558, A606, A618 dan A709.
Tujuan dilakukan penambahan unsur yaitu:
1. Untuk menaikkan sifat mekanik baja (kekerasan, keliatan, kekuatan
tarik dan sebagainya).
2. Untuk menaikkan sifat mekanik pada temperatur rendah.
3. Untuk meningkatkan daya tahan terhadap reaksi kimia (oksidasi
dan reduksi).
4. Untuk membuat sifat-sifat spesial.
c. Baja Paduan
Baja paduan rendah dapat didinginkan (dalam air) dan dipanaskan
kembali untuk mendapatkan tegangan leleh sebesar 80 ksi sampai 110 ksi
(550 Mpa sampai 760 Mpa). Tegangan leleh biasanya didefinisikan
TUGAS AKHIR 18
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
sebagai tegangan dengan regangan tetap sebesar 0,2%, lihat gambar 3.
Namun baja paduan ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Kurva
tegangan-regangan yang umum diperlihatkan kurva (c) pada gambar 2.
Gambar 2.12 Kurva tegangan regangan tipikal
2.6 Baja Profil dan Kegunaannya
Beberapa standar konstruksi Indonesia menggunakan Baja Profil.
Kebutuhan konstruksi secara permanen, kokoh, dan stabil secara kualitas
menjadi prioritas utama terselenggaranya pembangunan yang mapan, dan
menjadi dasar misi utama proyek-proyek pembangunan konstruksi milik
TUGAS AKHIR 19
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
pemerintah. Berikut adalah jenis bahan baja utama yang biasa dipakai di
Indonesia sesuai kebutuhan konstruksi.
a. Wide Flange (WF)
Baja bentuk W adalah komponen struktur yang memiliki bentuk
penampangnya berbentuk huruf H dan digunakan pada hampir seluruh
komponen struktur. Baja bentuk W didesain deikian karena flensnya
mempunyai kekuatan pada bidang horizontal sementara web-nya
memberi kekuatan pada bidang vertikal. Bentuk W ini digunakan untuk
balok, kolom, komponen kuda-kuda dan pada aplikasi struktur penerima
beban lainnya. Istilah lain pofil yaitu IWF, WF, H-Beam, I-Beam.
Gambar 2.13 Profil baja WF
b. UNP
Baja Channel atau UNP ini punya kegunaan yang hampir sama
dengan baja WF , kecuali untuk kolom jarang baja UNP ini jarang
digunakan karena struktur nya yang mudah mengalami tekukan disetiap
sisinya. Bukan hanya baja WF yang mempunya istilah lain baja UNP juga
punya istilah lain inilah istilah lain baja UNP: Kanal U, U-channel, Profil
U
TUGAS AKHIR 20
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Gambar 2.14 Profil baja UNP
c. Lipped Channel
Baja bentuk C mempunyai bentuk penampangnya sama dengan
huruf C. Pofil ini berguna khusus pada lokasi dimana hanya membutuhkan
satusisiflens. Bentuk C tidak terlalu efisien untuk sebuah balok atau kolom
jika digunakan tersendiri. Biasa digunakan untuk purlin (balok dudukan
penutup atap), girts (elemen yang memegang penutup dinding misalnya
metal sheet, dll), member pada truss, rangka komponen arsitektural. Istilah
lain profil ini yaitu balok purlin, kanal C, C channel, profil C.
Gambar 2.15 Profil baja lipped chanel
TUGAS AKHIR 21
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
d. RHS (Rectangular Hollow Section) dan SHS (Square Hollow Section)
Merupakan baja profil berbentuk kotak dengan ukuran standar dan
ketebalan yang bervariasi. Kegunaan profil ini lebih banyak untuk pagar
rumah, kanopi dan model lain yang memerlukan nilai keindahan. Namun
pada pada profil ukuran besar juga digunakan untuk kolom, seperti pada
perencanaan parkir rotari.
(a) (b)
Gambar 2.16 (a) Profil besi RHS (b) Profil besi SHS
e. Equal Channel (Hot Rolled)
Equal Channel adalah bentuk struktur yang memiliki penampang seperti
huruf L. Baja siku diidentifikasi dengan ukuran serta ketebalannya.
Ukuran panjang kakinya diukur dari sisi luar siku-siku. Apabila siku-siku
mempunyai kaki yang tidak sama, maka ukuran kaki yang lebih panjang
ditempatkan pertama alam pemberian dimensinya. Dan dimensi
ketiga dari ukuran siku-siku adalah ketebalan dari kaki yang mempunyai
ketebalan yang sama. Baja siku-siku mungkin
digunakan dua atau empat siku-siku untuk membentuk komponen utama
struktur. Istilah lain dari equal angel yaitu profil siku, profil L, L-shape.
TUGAS AKHIR 22
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Gambar 2.17 Profil besi siku
f. Steel Pipe
Profil pipa ini biasanya digunakan untuk kontruksi yang memiliki
nilai artistik. Seperti rangka atap, kanopi dan kolom arsitektural.
Gambar 2.18 Profil pipa baja
2.7 Konsep Kesetimbangan Struktur
Suatu partikel dalam keadaan keseimbangan jika resultan semua gaya
yang bekerja pada partikel tersebut nol. Jika pada suatu partikel diberi 2 gaya
yang sama besar, mempunyai garis gaya yang sama dan arah berlawanan,
maka resultan gaya tersebut adalah NOL. Hal tersebut menunjukkan partikel
dalam keseimbangan. Sebuah benda tegar dikatakan dalam keseimbangan jika
gaya–gaya yang bereaksi pada benda tersebut membentuk gaya / sistem gaya
TUGAS AKHIR 23
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
ekivalen dengan nol. Sistem tidak mempunyai resultan gaya dan resultan
kopel.
Syarat perlu dan cukup untuk keseimbangan suatu benda tegar secara analitis
adalah :
jumlah gaya arah x = 0 ( ΣFx = 0 )
jumlah gaya arah y = 0 ( ΣFy = 0 )
jumlah momen = 0 ( ΣM = 0 )
Dari persamaan tersebut dapat dikatakan bahwa benda tidak bergerak dalam
arah translasi atau arah rotasi (diam). Jika ditinjau dari Hukum III Newton,
maka keseimbangan terjadi jika gaya aksi mendapat reaksi yang besarnya
sama dengan gaya aksi tetapi arahnya saling berlawanan. Ada 3 ( tiga ) jenis
tumpuan yang biasa digunakan dalam suatu konstruksi yaitu tumpuan sendi /
engsel , tumpuan roll dan tumpuan jepit.
a. Tumpuan Sendi / Engsel
Bentuk perletakan sendi pada suatu struktur jembatan, yang bertugas
untuk menyangga sebagian dari jembatan (Gambar 2.19).
Gambar 2.19 Skema tumpuan sendi / engsel
TUGAS AKHIR 24
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Karena struktur harus stabil, maka perletakan sendi tidak boleh turun jika
kena beban dari atas, oleh karena itu sendi tersebut harus mempunyai
reaksi vertikal (RY). Selain itu perletakan sendi tidak boleh bergeser
horizontal. Oleh karena itu perletakan sendi harus mempunyai reaksi
horizontal (RX), sendi tersebut bisa berputar jika diberi beban momen.
Jadi sendi tidak punya reaksi momen.
Mampu menerima 2 reaksi gaya :
gaya vertikal (Fy)
gaya horisontal (Fx)
Tidak dapat menerima momen (M). Jika diberi beban momen, karena sifat
sendi, maka akan berputar.
b. Tumpuan Roll
Bentuk perletakan rol, pada suatu struktur jembatan yang bertugas
untuk menyangga sebagian dari jembatan. (Gambar 2.20)
Gambar 2.20 Skema tumpuan roll
TUGAS AKHIR 25
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Karena struktur harus stabil maka perletakan rol tersebut tidak boleh turun
jika kena beban dari atas, oleh karena itu rol tersebut harus mempunyai
reaksi vertical (RY). Perletakan rol bila dilihat dari gambar struktur, maka
rol tersebut bias bergeser ke arah horizontal. Jadi tidak bisa mempunyai
reaksi horizontal, bisa berputar jika diberi beban momen jadi tidak
mempunyai reaksi momen.
Dapat memberikan reaksi gaya vertikal
(RY = FY)
Tidak dapat menerima gaya horizontal
(FX).
Tidak dapat menerima momen
Jika diberi gaya horisontal, akan bergerak/ menggelinding karena sifat
roll.
c. Tumpuan Jepit
Bentuk perletakan jepit dari suatu struktur, bertugas untuk menahan
balok sosoran teras supaya tidak jatuh (Gambar 2.21)
Gambar 2.21 Skema tumpuan jepit
TUGAS AKHIR 26
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Karena struktur sosoran harus stabil maka perletakan jepit tidak boleh
turun jika kena beban dari atas, oleh karena itu jepit tersebut harus
mempunyai reaksi vertikal (RY). Jepit tersebut tidak boleh berputar pada
sambungannya jika kena beban momen, oleh karena itu jepit tersebut
harus mempunyai reaksi momen, selain itu jepit juga tak boleh bergeser
secara horizontal.
Dapat menerima semua reaksi:
gaya vertikal (Fy)
gaya horizontal (Fx)
momen (M)
dijepit berarti dianggap tidak ada gerakan
sama sekali.
2.8 Sambungan Las
Sambungan las adalah sebuah sambungan permanen yang diperoleh
dengan peleburan sisi dua bagian yang disambung bersamaan, dengan atau
tanpa tekanan dan bahan pengisi. Panas yang dibutuhkan untuk peleburan
bahan diperoleh dengan pembakaran gas (untuk pengelasan gas) atau bunga
api listrik (untuk las listrik).
Pengelasan secara intensif digunakan dalam fabrikasi sebagai metode
alternatif untuk pengecoran atau forging (tempa) dan sebagai pengganti
sambungan baut dan keling. Sambungan las juga digunakan sebagai media
TUGAS AKHIR 27
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
perbaikan misalnya untuk menyatukan logam akibat crack (retak), untuk
menambah luka kecil yang patah seperti gigi gear.
Ada dua jenis sambungan las, yaitu:
a. Lap joint atau fillet joint
Sambungan ini diperoleh dengan pelapisan plat dan kemudian mengelas
sisi dari plat-plat. Bagian penampang fillet (sambungan las tipis)
mendekati triangular (bentuk segitiga). Sambungan fillet bentuknya seperti
pada Gambar 5.1 (a), (b), dan (c).
Gambar 2.22 Sambungan las jenis lap joint
b. Butt joint
Butt joint diperoleh dengan menempatkan sisi plat seperti ditunjukkan
pada Gambar 5.2. Dalam pengelasan butt, sisi plat tidak memerlukan
kemiringan jika ketebalan plat kurang dari 5 mm. Jika tebal plat adalah 5
mm sampai 12,5 mm, maka sisi yang dimiringkan berbentuk alur V atau U
pada kedua sisi.
Gambar 2.23 Sambungan las butt joint
TUGAS AKHIR 28
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Jenis lain sambungan las dapat dilihat pada Gambar 5.3 di bawah ini.
Gambar 2.24 Tipe lain sambungan las
Lap joint (sambungan las fillet melintang) dirancang untuk kekuatan tarik,
seperti pada Gambar 5.4 (a) dan (b).
Gambar 2.25 Lap joint
Gambar 2.26 Skema dan dimensi bagian sambungan las
Misalkan t = Tebal leher BD (mm)
s = Ukuran las = Tebal plat (mm)
l = Panjang las (mm)
TUGAS AKHIR 29
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Dari Gambar 2.26 kita temukan ketebalan leher adalah:
Luas minimum las atau luas leher adalah:
Jika σt adalah tegangan tarik yang diijinkan untuk las logam, kemudian
kekuatan tarik sambungan untuk las fillet tunggal (single fillet weld) adalah:
dan kekuatan tarik sambungan las fillet ganda (double fillet weld) adalah:
Sambungan las fillet sejajar dirancang untuk kekuatan geser seperti terlihat
pada Gambar 2.28. Luas minimum las atau luas leher:
Gambar 2.27 Sambungan las fillet sejajar dan kombinasi
Jika τ adalah tegangan geser yang diijinkan untuk logam las, kemudian
kekuatan geser dari sambungan untuk single paralel fillet weld (las fillet
sejajar tunggal),
TUGAS AKHIR 30
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
dan kekuatan geser sambungan untuk double paralel fillet weld,
Sambungan butt dirancang untuk tarik dan tekan. Perhatikan sambungan V-
butt tunggal seperti pada Gambar 5.12 (a)
Gambar 2.28 Butt joint
Dalam butt joint, panjang ukuran las adalah sama dengan tebal leher yang
sama dengan tebal plat. Kekuatan tarik butt joint (single-V atau square butt
joint),
dan kekuatan tarik double-V butt joint seperti pada Gambar 5.12 (b) adalah:
Sebagai catatan bahwa ukuran las bisa lebih besar dari pada ketebalan plat,
tetapi dapat juga lebih kecil. Tabel berikut menunjukkan ukuran las minimum
yang direkomendasikan.
Tabel 5.1: Ukuran las minimum yang direkomendasikan.
TUGAS AKHIR 31
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
2.9 Sambungan Baut
Sebuah ulir (screwed) dibuat dengan melakukan pemotongan secara
kontinyu alur melingkar pada permukaan silinder. Sambungan ulir sebagian
besar terdiri dari dua elemen yaitu baut (bolt) dan mur (nut). Sambungan ulir
banyak digunakan dimana bagian mesin dibutuhkan dengan mudah
disambung dan dilepas kembali tanpa merusak mesin. Ini dilakukan dengan
maksud untuk menyesuaikan/menyetel pada saat perakitan (assembly) atau
perbaikan, atau perawatan.
a. Jenis sambungan ulir
1. Through bolts. Seperti pada Gambar 6.9 (a) terlihat bahwa baut dan
mur mengikat dua bagian/plat secara bersamaan. Jenis baut ini banyak
digunakan pada baut mesin, baut pembawa, baut automobil dan lain-
lain.
Gambar 2.29 Jenis sambungan ulir
2. Tap bolts. Seperti pada Gambar 6.9 (b), ulir dimasukkan ke lubang tap
pada salah satu bagiannya dikencangkan tanpa mur.
TUGAS AKHIR 32
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
3. Stud. Seperti pada Gambar 6.9 (c), ulir ini pada kedua ujungnya berulir.
Salah satu ujung ulir dimasukkan ke lubang tap kemudian
dikencangkan sementara ujung yang lain ditutup dengan mur.
4. Cap screws. Ulir ini sama jenisnya dengan tap bolts tetapi berukuran
kecil dan variasi bentuk kepala seperti pada Gambar 2.30
Gambar 2.30 Cap screws
Untuk menentukan ukuran baut dan mur, berbagai faktor harus
diperhatikan seperti sifat gaya yang bekerja pada baut, syarat kerja, kekuatan
bahan, kelas ketelitian dan lain-lain. Gaya-gaya yang berkerja pada baut
misalnya beban statis aksial murni, beban aksial bersama beban puntir, beban
geser dan beban tumbukan. Bila suatu baut bekerja gaya geser aksial murni
pada penampang baut, maka baut akan menerima tegangan tarik,
dimana : σt = tegangan tarik (N/mm2)
F = gaya aksial (N)
d1 = diameter inti (mm)
syarat perencanaan,
TUGAS AKHIR 33
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
dimana adalah tegangan tarik yang diijinkan dari bahan baut.
Adanya tegangan tarik pada baut sekaligus akan bekerja tegangan geser pada
ulir yaitu,
atau
dimana : = tegangan geser ijin material baut (N/mm2)
H = tinggi mur (Z.p) (mm)
p = jarak bagi
Z = jumlah ulir
kp = tebal akar ulir luar
jp = tebal akar ulir mur
Permukaan dimana baut atau mur akan duduk, harus dapat menahan
tekanan permukaan sebagai akibat gaya aksial yang bekerja pada baut. Besar
tegangan tekan pada kepala baut yaitu,
dimana : σc = tegangan tekan pada kepala baut
B = jarak dua sisi sejajar dari segi enam
d = diameter dalam baut
TUGAS AKHIR 34
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
= tegangan tekan yang diijinkan
b. Sambungan baut akibat beban eksentris
Beberapa aplikasi sambungan baut yang mendapat beban eksentris seperti
bracket, tiang crane, dll. Beban eksentris dapat berupa:
1. Sejajar dengan penampang baut
Gambar 2.31 Beban eksentris yang sejajar penampang baut
Titik O, titik berat dari kelompok baut pada gambar 2.33, didapat
secara simetri. Jika diagram benda bebas digambar, reaksi geser P akan
melalui O dan reaksi momen M akan berpusat pada O.
Gambar 2.32 diagram benda bebas baut
TUGAS AKHIR 35
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Jarak dari titik berat ke pusat masing-masing baut adalah r. Beban
geser utama per baut adalah
Gaya geser kedua adalah
Gaya geser utama dan kedua digambarkan menurut skala dan resultan
didapat dengan menggunakan hukum jajaran genjang yang besarnya
diperoleh dengan pengukuran.
2. Tegak lurus dengan sumbu baut
Sebuah dinding bracket membawa beban eksentris yang tegak lurus
terhadap sumbu baut seperti pada gambar dibawah ini.
Gambar 2.33 Beban eksentris tegak lurus terhadap sumbu baut
Dalam kasus ini, baut menerima beban geser utama yang sama pada
seluruh baut. Sehingga beban geser utama pada setiap baut adalah,
dimana n = jumlah baut
Beban tarik maksimum pada baut 3 dan 4 adalah
TUGAS AKHIR 36
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
Ketika baut dikenai geser yang sama dengan beban tarik, kemudian
beban ekuivalen dapat ditentukan dengan hubungan berikut
dan beban geser ekuivalen adalah
3. Pada sambungan melingkar
Gambar 2.34 Beban eksentris pada sambungan melingkar
Misalkan,
R = radius piringan (flend)
r = radius melingkar pitch baut
w = beban per baut per unit jarak dari sisi tepi
L = jarak beban dari sisi tepi
dari gambar geometri diatas dapat ditentukan :
beban pada baut 1 adalah
TUGAS AKHIR 37
Program Studi Teknik MesinUniversitas 17 Agustus 1945 Surabaya
sehingga beban maksimum pada baut adalah
setelah diketahui beban maksimum, maka dapat diketahui ukuran baut.