28
BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan landasan bagi penulis dalam mengadakan penelitian, menganalisa dan menafsirkan masalah yang timbul di PT " Chii Meeng Utama " Surabaya. 2.1.1. Konsep Organisasi Bisnis organisasi adalah kumpulan atau kombinasi antara sumber daya dengan manusia yang secara bersama-sama untuk mewujudkan suatu tujuan tertentu. Perencanaan organisasi adalah suatu pemikiran tentang bagaimana elemen-elemen itu dapat terkoordinasi dengan spesifik untuk dapat mencapai tujuan yang dicita-citakan. Sedangkan konsep dari organisasi itu sendiri menurut: Stoner, Freeman & Gilbert, berpendapat bahwa, " Organisasi adalah proses penyusunan dan pengalokasian kerja, kedudukan/wibawa, sumber daya dari suatu organisasi sehingga dapat dicapai tujuan dari organisasi tersebut."( Stoner, Freeman & Gilbert, 1995:11) Prof Dr Sondang P Siagian, berpendapat bahwa, Organisasi adalah wadah tempat menyelenggarakan berbagai kegiatan dengan penggambaran yang jelas tentang hirarkhi kedudtikan, jabatan serta jaringan saluran wewenang dan pertanggungjawaban." ( Siagian, 1985:9 ) Peter F Drucker, berpendapat bahwa,

BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

BABII

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat

hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan landasan bagi penulis

dalam mengadakan penelitian, menganalisa dan menafsirkan masalah yang timbul

di PT " Chii Meeng Utama " Surabaya.

2.1.1. Konsep Organisasi

Bisnis organisasi adalah kumpulan atau kombinasi antara sumber daya

dengan manusia yang secara bersama-sama untuk mewujudkan suatu tujuan

tertentu. Perencanaan organisasi adalah suatu pemikiran tentang bagaimana

elemen-elemen itu dapat terkoordinasi dengan spesifik untuk dapat mencapai

tujuan yang dicita-citakan. Sedangkan konsep dari organisasi itu sendiri menurut:

• Stoner, Freeman & Gilbert, berpendapat bahwa,

" Organisasi adalah proses penyusunan dan pengalokasian kerja,

kedudukan/wibawa, sumber daya dari suatu organisasi sehingga dapat dicapai

tujuan dari organisasi tersebut."( Stoner, Freeman & Gilbert, 1995:11)

• Prof Dr Sondang P Siagian, berpendapat bahwa,

Organisasi adalah wadah tempat menyelenggarakan berbagai kegiatan

dengan penggambaran yang jelas tentang hirarkhi kedudtikan, jabatan serta

jaringan saluran wewenang dan pertanggungjawaban." ( Siagian, 1985:9 )

• Peter F Drucker, berpendapat bahwa,

Page 2: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

" Organisasi adalah suatu proses untuk menghasilkan cukup laba menurut

resiko kegiatan ekonomi dan dengan demikian menghindari kerugian."

(Drucker, 1982:49)

Pada situasi seperti sekarang ini, banyak sekali perusahaan-perusahaan

yang berada dalam kondisi lemah yang membutuhkan suatu kekuatan untuk dapat

kembali menjalankan usahanya seperti sedia kala. Selain itu ada juga perusahaan-

perusahaan yang dalam kondisi perekonomian yang seperti ini, mereka

mengalami kemajuan usaha yang sangat pesat sehingga menyebabkan usahanya

semakin kompleks. Dengan semakin kompleksnya usaha yang dijalankan, maka

secara otomatis akan membuat struktur organisasi menjadi semakin terstruktur

dan berkembang seiring dengan kebutuhan dari organisasi tersebut.

2.1.2. Pengertian desentralisasi dan divisionalisasi

Dengan semakin kompleksnya usaha yang dijalankan maka akan semakin

kompleks pula pengendalian dan pengkoordinasian organisasi yang ada. Oleh

karena itu, pimpinan puncak berupaya untuk mendistribusikan sebagian

wewenangnya dalam pengambilan keputusan kepada manajer tingkat bawahnya.

Pendelegasian wewenang untuk membuat keputusan disebut desentralisasi.

Desentralisasi mempengaruhi bentuk struktur organisasi yang ada, salah

satu bentuknya adalah struktur organisasi divisional. Pada struktur ini terlihat

adanya sub organisasi yang disebut sebagai divisi, sedangkan proses

pembentukannya disebut divisionalisasi. Jadi divisionalisasi merupakan suatu

proses pembentukan pusat-pusat pertanggungjawaban yang seolah-olah

merupakan suatu usaha yang independen dalam suatu perusahaan.

Page 3: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

Manager tiap-tiap divisi yang dibentuk diberikan wewenang dan tanggung

jawab oleh pimpinan puncak dalam pengambilan keputusannya. Hal ini disadari

bahwa manajer divisi lebih mengetahui situasi lingkungan usahanya sehingga

keputusan diharapkan akan membawa keuntungan terbaik bagi divisinya daripada

keputusan yang diberikan oleh manager puncak.

2.1.3. Keuntungan desentralisasi dan divisionalisasi

Keuntungan dari desentralisasi dan divisionalisasi ( Mulyadi, 1993:384 )

dapat diuraikan sebagai berikut:

Desentralisasi:

1. Manajer tingkat bawah memiliki informasi yang lebih akurat mengenai

keadaan yang terjadi di lingkungan usahanya sehingga dapat mengambil

keputusan yang lebih baik dari manajer puncak.

2. Para manajer tingkat bawah dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan dalam pengambilan keputusan yang membantu promosi mereka

dalam organisasi tersebut.

3. Dengan diberikannya kebebasan pengambilan keputusan itu para manajer

merasa mendapat status yang lebih tinggi sehingga dapat memotivasi kerja

mereka.

Divisionalisasi:

1. Pembuatan keputusan lebih cepat diambil, karena keputusan operasional yang

dibuat tanpa melibatkan manajer pusat.

2. Kualitas keputusan dapat ditingkatkan.

3. Manajemen kantor pusat terbebas dari pembuatan keputusan rutin.

Page 4: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

4. Kesadaran laba tiap divisi tinggi.

5. Lebih luwes menghadapi situasi mudah di luar perusahaan.

6. Kontrol pelaksanaan divisi mudah untuk dilakukan.

7. Manajer divisi bebas menggunakan imajinasi dan inisiatif.

8. Karier manajer mudah diukur.

9. Divisi merupakan tempat yang cocok untuk pelatihan manajemen.

2.1.4. Kerugian desentralisasi dan divisionalisasi.

Kerugian dari desentralisasi dan divisionalisasi ( Mulyadi, 1993:384 )

dapat diuraikan sebagai berikut:

Desentralisasi:

1. Ada kemungkinan pengambilan keputusan oleh para manajer itu merupakan

penyelewengan dari fungsinya.

2. Para manajer cenderung untuk meniru tugas-tugas pusat yang mungkin lebih

mudah bila dipusatkan.

3. Biaya untuk mengumpulkan dan memproses informasi cenderung naik.

Divisionalisasi.

1. Jika pembuatan keputusan terlalu luas didesentralisasikan, maka manajer

kantor pusat akan kehiiangan sejumlah pengendalian.

2. Sulit untuk memperoleh manajer yang cakap.

3. Perselisihan antar divisi yang tidak sehat, karena tiap divisi berusaha mencapai

laba sebesar mungkin.

4. Divisionalisasi lebih mengutamakan kemampuan laba jangka pendek, karena

prestasi manajer divisi diukur dalam jangka pendek.

Page 5: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

10

5. Biaya unit jasa menjadi lebih tinggi karena ada kecenderimgan manajer divisi

ingin memiliki unit jasa sendiri.

2.1.5. Pengertian pusat pertanggungjawaban

Pusat pertanggungjawaban menurut definisi Anthony Dearden dan

Bedford ( 1992:199 ) adalah :

" Setiap unit kerja yang ada dalam suatu organisasi yang dipimpin oleh

seorang manajer yang bertanggung jawab ".

Pusat pertanggungjawaban pada dasarnya diciptakan untuk mencapai suatu

sasaran tertentu, baik berupa sasaran tunggal ataupun majemuk. Dalam kaitannya

dengan sasaran tersebut, sasaran dari masing-masing individu dalam pusat

pertanggungjawaban haras diselaraskan dengan sasaran umum organisasi secara

keseluruhan.

Setiap pusat pertanggungjawaban dalam kegiatannya membutuhkan

masukan (input) yang dapat berupa bahan baku, tenaga kerja, dan sumber daya

lainnya, selanjutnya input tersebut diproses dalam pusat pertanggungjawaban dan

sebagai hasil proses tersebut kita dapatkan output atau keluaran.

2.1.6. Tipe pusat pertanggungjawaban

Atas dasar hubungan antara masukan dan keluaran pusat

pertanggungjawaban yang ada pada suatu organisasi dapat dikelompokkan

menjadi:

1. Pusat biaya

2. Pusat pendapatan

3. Pusat laba

Page 6: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

11

4. Pusat investasi

1. Pusat biaya.

Pusat biaya adalah suatu pusat pertanggungjawaban atau unit organisasi dalam

suatu organisasi yang prestasinya dinilai atas dasar biaya dalam pusat

pertanggungjawaban yang dipimpinnya sebagai pusat pertanggungjawaban

lainnya, pusat biaya juga mengkonsumsi tnasukan dan menghasilkan keluaran,

namun keluaran pusat biayanya tidak diukur dalam bentuk pendapatannya.

Hal ini mungkin disebabkan karena manajer pusat biaya tidak dapat

mengendalikan pendapatan penjualan atas keluaran yang dihasilkannya dan

keluaran pusat biaya tidak dapat atau sulit dikur secara kuantitatif.

Atas dasar karakteristik hubungan antara masukan dan keluarannya, menurut

Supriono dan Mulyadi (1983:31) pusat biaya digolongkan menjadi:

1. Pusat biaya teknik ( engineered expenditure center).

Pusat biaya teknik atau pusat biaya standar adalah pusat biaya yang

sebagian besar biayanya mempunyai hubungan fisik yang kuat dan nyata

dengan keluarannya. Manajer pusat biaya teknik bertanggungjawab atas

eflsiensi dan efektivitas pusat biaya yang dipimpinnya. Departemen

produksi merupakan contoh pusat biaya teknik.

2. Pusat biaya kebijaksanaan (Discretionary expense center).

Pusat biaya kebijaksanaan adalah pusat biaya yang sebagian besar

biayanya tidak mempunyai hubungan proporsiona! atau fisik yang nyata.

Pusat biaya keluaran juga menghasilkan keluaran, tetapi keluarannya tidak

Page 7: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

12

dapat diukur secara kuantitatif. Biaya yang tejadi pada departemen

adminstrasi adalah contoh biaya kebijaksanaan.

2. Pusat Pendapatan

Pusat pendapatan adatah suatu pusat pertanggungjawaban yang terdapat pada

suatu organisasi yang prestasinya dinilai berdasarkan pendapatan dalam pusat

pertanggungjawaban juga merupakan pusat biaya, tetapi ukuran prestasi pusat

pertanggungjawaban tersebut yang terpenting adalah pendapatan hanyalah

biaya yang dapat dikendalikan langsung oleh pusat pendapatan.

3. Pusat laba

Pusat laba adalah suatu pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi

yang prestasinya dinilai atas dasar selisih pendapatan dengan biaya dalam

pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya. Pada umumnya pusat laba

dibentuk jika perusahaan mempunyai usaha yang bervariasi sifatnya

sehinggga manajemen puncak mendelegasikan sebagian wewenangnya ke

manajer yang lebih rendah, oleh karena itu, manajer divisi harus diberi

wewenang untuk melakukan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan

laba, yang meliputi biaya ( keputusan sumber ) dan sekaligus keputusan

pendapatan ( keputusan pasar ). Seorang manajer divisi haras memperoleh

wewenang untuk mengendalikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

profitabilitas divisinya.

4. Pusat investasi

Pusat investasi adalah pusat pertanggungjawaban dalam suatu organisasi yang

mempunyai pengendalian atas biaya dan pendapatan serta pengendalian atas

Page 8: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

13

dana investasi. Pusat investasi ini merupakan pusat pertanggungjawaban yang

tidak berdiri sendiri, karena pusat ini hanya merupakan perluasan lebih larvjut

dari pusat laba. Sehingga prestasi manajernya dinilai berdasarkan

perbandingan antara laba yang diperoleh dengan nilai investasi yang

digunakan untuk memperoleh laba tersebut.

2.1.7. Pengukuran kinerja pusat investasi

Pada waktu pengambilan keputusan diambil oleh manajemen pusat,

mereka menjalankan kontrol pada perusahaan berdasarkan atas pusat

pertanggungjawaban, mengembangkan kinerja pengukurannya, dan menyediakan

penghargaan untuk kinerja individu di dalam mengendalikan tiap pusat

pertanggungj awaban.

Pengukuran kinerja adalah pengembangan untuk menyediakan beberapa

arahan bagi manajer dari unit desentralisasi, serta untuk mengevaluasi kinerjanya.

Pengembangan dari pengukuran kinerja serta spesifikasi dari struktur penghargaan

adalah persoalan utama untuk organisasi yang berdasarkan atas desentralisasi.

Karena pengukuran kinerja dapat mempengaruhi kebiasaan dari manajer maka

pengukuran yang dipilih hams dapat mendorong tercapainya tujuan perusahaan

secara menyeluruh.

Terdapat evaluasi pengukuran kinerja untuk pusat investasi, yaitu :

Return on Investment (ROI)

Setiap divisi dari suatu perusahaan mempunyai laporan laba-rugi untuk

mengetahui laba yang telah dihasilkan oleh divisinya. Sayangnya,

Page 9: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

14

penggunaan laporan laba-rugi tersebut tidak dapat digunakan untuk mengukur

kinerja dari suatu divisi secara tepat.

Return on Investment ( ROI ) merupakan salah satu alat yang dapat

digunakan untuk mengukur kinerja manajer divisi di dalam mencapai tujuan

perasahaan. Return on Investment ( ROI ) adalah merupakan suatu alat

pengukuran performa perasahaan untuk pusat investasi.

Return on Investment ( ROI ) dapat dirumuskan dalam tiga cara sebagai

berikut:

/. ROI = Operating income / Average operating assets

2. ROI = (Operating income / sales) x (Sales /Average operating assets)

3. ROI = Operating income margin x Operating asset turnover

Tentunya, operating income yang dimaksud adalah pendapatan sebelum

pajak. Operating income umumnya digunakan untuk divisi sedangkan net

income biasanya digunakan untuk menghitung ROI dari perasahaan secara

keseluruhan.

Operating assets meliputi semua assets yang digunakan untuk

menghasilkan operating income. Yang termasuk di dalam operating assets

adalah kas, segala bentuk penerimaan, persediaan, tanah, bangunan dan

perlengkapan.

Rumus untuk menghitung Average operating assets adalah sebagai berikut:

Average operating assets = (Beginning net book value + Ending net book

value)/2

Kebanyakan perasahaan menggunakan historical cost untuk nilai bukunya.

Page 10: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

15

Keuntungan dari pengukuran dengan menggunakan ROI :(Hansen&Mowen,

1995:771)

1. Mendorong manajer untuk memperhatikan secara serius hubungan antara

penjualan, biaya, dan investasi, sebagai perwujudan dari manajer dalam

pusat investasi.

2. Mendorong efisiensi biaya.

3. Mengecilkan kelebihan investasi di dalam operating assets.

Kerugian dari pengukuran dengan menggunakan ROI :( Hansen&Mowen,

1995:771)

1. Mengurangi tindakan investasi dari para manajer yang mungkin dapat

menurunkan return on investmentnya secara divisional tetapi akan

menambah profitabilitas dari perusahaan secara keseluruhan.

2. Mendorong keragu-raguan, sebab manajer akan terfokus antara biaya

jangka pendek dengan biaya jangka panjang.

2.1.8. Penentuan unsur-unsur tetap dan variabel pada be ban semivariabel

Penentuan unsur-unsur tetap dan variabel pada beban semivariabel perlu

untuk merencanakan, menganalisis, mengendalikan, mengukur, atau

mengevaluasi biaya dalam berbagai tingkat kegiatan. Komponen tetap dan

variabel dari beban semivariabel haras dipisahkan juga untuk tujuan berikut:

1. Analisis penetapan biaya langsung dan margin kontribusi.

2. Analisis profitabilitas pemasaran per wilayah, produk, dan pelanggan.

3. Analisis titik impas dan volume-biaya.

4. Analisis biaya diferensial dan komparatif.

Page 11: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

16

5. Maksimisasi labajangka pendek dan keputusan maksimisasi biaya.

6. Keputusan penganggaran modal.

Di dalam menilai harga transfer secara tepat dan efektif, unsur-unsur yang

terkandung di dalam beban semivariabel harus dipisahkan terlebih dahulu. Dalam

menentukan unsur-unsur tetap dan variabel dari beban semivariabel terdapat

bermacam-macam metode, salah satunya adalah metode Leastsquare ( Jumlah

pengkuadratan terkecil). Karena metode ini terutama berkaitan dengan biaya yang

sudah lampau, maka mungkin tidak sesuai dengan situasi yang diharapkan akan

terjadi pada bulan atau tahun mendatang. Oleh karena itu, temuan-temuan harus

disesuaikan apabila keadaan di masa datang diperkirakan akan berubah dan

keadaan luar biasa harus dihilangkan dari perhitungan untuk menjamin keandalan

dan daya banding (comparability) data.

Dalam kebanyakan analisis, garis lurus dianggap memadai, karena garis

itu merupakan aproksimasi yang terbaik dari perilaku biaya di dalam rentang

(range) yang relevan. Akan tetapi, metode leastsquare (pengkuadratan selisih

yang terkecil) bisa digunakan untuk menghitung garis lurus yang lebih tepat, yang

disebut garis regresi. Metode leastsquare (adakalanya disebut analisis regresi

sederhana ) secara matematis menghasilkan garis yang paling cocok atau garis

regresi linear, sehingga jumlah pengkuadratan deviasi (selisih) vertikal antara

titik-titik dengan garis akan minimum.

Rumus garis lurus pada metode leastsquare adalah sebagai berikut:

yi = a + bxi

dimana : yi = Variabel tidak bebas (beban) pada periode I

Page 12: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

17

xi = variabel bebas (kegiatan) pada periode I

a = intersep (estimasi beban tetap)

b = kecondongan/slope

(estimasi beban variabel per unit kegiatan)

Rumus untuk menghitung b (slope/estimasi beban variabel per unit kegiatan)

adalah sebagai berikut:

dimana: slope (estimasi beban variabel per unit kegiatan)

E X. Y = jumlah total dari perkalian antara X dengan Y

EX 2 = jumlah total dari X2

2.1.9. Pengertian harga transfer

Di dalam pengoperasian sistim pusat laba ( profit center ) , adalah

menetapkan metode akuntansi yang berpusatkan pada barang ataupun jasa dari

suatu pusat laba kepada pusat laba yang lain, terutama pada jenis perusahaan yang

banyak sekali melakukan transaksi seperti ini. Hasil penelitian dari Kaplan &

Atkinson, Advanced Management Accounting (1989:596) menunjukkan bahwa

dari 291 perusahaan yang menggunakan sistim divisi 85 % diantaranya

melaksanakan transfer barang, 55 % melaksanakan pertukaran jasa dan 71 %

diantaranya menggunakan fasilitas bersama. Berbagai pendekatan yang biasa

dilakukan untuk menentukan harga tranfer diantara pusat laba serta sistim

perundingan dan perjanjian yang memegang peranan penting dari sistim harga

Page 13: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

18

transfer yang digunakan. Juga akan di bahas pula penetapan harga transfer antar

perusahaan.

Sebelumnya, kita harus mengetahui mengenai apa yang dimaksud dengan

harga transfer tersebut. Menurut Charles T. Horngren ( 1986:359 ), harga transfer

didefinisikan sebagai berikut:

" Harga transfer adalah jurnlah yang dibebankan oleh satu sub unit darisebuah organisasi untuk suatu produk ataujasa yang disuplainya ke tiap-tiap sub unit yang lain pada organisasi yang sama. Umumnya produk initerdiri dari bahan, onderdil, atau barangjadi. "

Di dalam pengertian yang paling mendasar, seluruh alokasi biaya

merupakan salah satu bentuk penentuan harga transfer. Sedangkan harga transfer

pun mempunyai karakteristik sendiri.

Karakteristik harga transfer (Mulyadi, 1993 : 385 ) :

1. Masalah harga transfer timbul j ika divisi yang terkait diukur kinerjanya

berdasarkan laba dan harga transfer merupakan unsur yang signifikan

bahwa bentuk biaya penuh produk yang diproduksi di divisi pembeli.

Transfer barang antar divisi merupakan pendapatan bagi divisi penjual

dan merupakan biaya bagi divisi pembeli, maka manajer divisi yang

terkait berkepentingan terhadap unsur-unsur yang diperhitungkan

dalam harga transfer itu.

2. Harga transfer mengandung unsur laba

Bagi divisi penjual harga transfer merupakan pendapatan sehingga

transfer barang ke divisi pembeli mengandung unsur laba sebagai

ukuran kinerjanya divisi penjual yang diukur kinerjanya berdasarkan

laba.

Page 14: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

19

3. Harga transfer merupakan alat untuk mempertegas diversifikasi

sekaligus mengintegrasikan divisi yang dibentuk.

Divisionalisasi merupakan alat yang dipakai manajemen puncak untuk

mendiversifikasikan bisnis perusahaan. Proses penentuan harga

transfer memberikan kesempatan bagi divisi yang terkait uuntuk

merundingkan semua unsur yang membentuknya karena berpengaruh

terhadap laba mereka. Harga transfer merupakan salah satu alat

integrasi divisi karena dengan harga transfer divisi-divisi yang seolah-

olah merupakan perusahaan independen harus melakukan negosiasi

terhadap barang atau jasa yang terjadi antar divisi.

2.1.10. Tujuan penetapan harga transfer

Bila terdapat kondisi di mana dua atau lebih pusat laba secara bersama-

sama bertanggung jawab terhadap kegiatan-kegiatan pengembangan, manufaktur

ataupun pemasaran produk, maka pada dasarnya setiap pusat kegiatan tersebut

berhak mendapatkan bagian pendapatan yang nantinya dihasilkan oleh kegiatan

mereka secara bersama-sama. Sistim penetapan harga transfer merupakan

mekanisme yang mengatur pembagian hasil tersebut.

Mengapa terdapat sistim penentuan harga transfer ? Alasan utama adalah

untuk mengkomunikasikan data yang membantu memecahkan persoalan

penukaran biaya-hasil, kecocokan tujuan, usaha manajerial, dan otonomi. Sistim

penentuan harga transfer dinilai sebagaimana halnya seluruh segi sistim

pengawasan harus dinilai yaitu dengan menentukan apakah tujuan-tujuan

pimpinan tertinggi tercapai seefisien dan seefektif mungkin atau tidak. Dalam

Page 15: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

20

rangka mendistribusikan pendapatan ini, sistim tersebut diusahakan sedemikian

rupa sehingga dapat memenuhi tiga persyaratan sebagai berikut:

1. Sistim harus dapat memberikan informasi-informasi yang relevan yang

dibutuhkan oleh setiap segmen untuk dapat menentukan nilai pertukaran

(trade-off) antara biaya dan pendapatan perusahaan.

2. Tingkat keuntungan yang dihasilkan harus dapat menggambarkan seberapa

baik pengaturan nilai pertukaran antara biaya / pendapatan tesebut telah

ditetapkan. Setiap segmen dari perusahaan harus dapat memaksimalkan

keuntungan perusahaan dengan jalan memaksimalkan keuntungan divisinya

masing-masing.

3. Tingkat laba yang diperlihatkan oleh masing-masing pusat laba harus dapat

menggambarkan besarnya kontribusi dari masing-masing pusat laba kepada

keuntungan perusahaan secara keseluruhan.

Harga transfer sangat penting karena ia mempengaruhi kemampuan

manager pusat laba untuk mengambil keputusan yang optimal. Selain itu juga

digunakan sebagai suatu alat untuk mengukur kinerja dari manager pusat laba,

yang mana kinerja dari pusat laba itu sendiri dipengaruhi oleh sistim harga

transfer. Penetapan harga transfer yang tidak benar menimbulkan kesalahan

pengukuran yang pada akhirnya, akan mengakibatkan pengambilan keputusan

yang keliru. Organisasi memecahkan persoalan-persoalan mereka dengan

menggunakan harga pasar bagi beberapa transfer, biaya standar bagi trans;

transfer yang lain, harga yang dirundingkan bagi transfer yang^-

seterusnya.

Page 16: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

21

Selain itu, keefektifan pengembalian atas modal yang digunakan sebagai

sarana guna mengukur prestasi segmen-segmen suatu perusahaan sangat

tergantung pada ketepatan dalam mengalokasikan biaya dan aktiva yang terkait

dengan segmen tersebut. Pada organisasi multi pabrik atau multi produk yang

didesentralisasi, para manajer unit diharapkan mengelola bagian perusahaannya

sebagai badan usaha yang semi otonom. Jadi peralihan pada konsep-konsep

pengembalian atas modal yang digunakan untuk mengukur prestasi operasional,

memerlukan beberapa perubahan kebijakan yang mendasar.

Beberapa tahun yang lalu, penetapan harga transfer hanya memainkan

peranan kecil dalam pengendalian biaya. Namun kini, teknik penetapan harga

transfer telah berkembang menjadi suatu perangkat prosedur yang kompleks

dalam administrasi berbagai segmen yang didesentralisasi. Kompleksitas ini serta

sifat arbitrer dari penetapan harga transfer intra perusahaan merupakan salah satu

alasan untuk mengkritik usulan pelaporan pendapatan dan laba dari masing-

masing segmen atau lini produk dalam laporan keuangan yang dipublikasikan.

Faktor-faktor eksternal dapat mempengaruhi penentuan harga transfer.

Perusahaan yang mempunyai pabrik di luar negeri, di mana tarif pajaknya rendah

dapat menetapkan harga transfer yang tinggi untuk bahan-bahan yang dikirim

kepada fasilitas di dalam negeri, agar labanya dapat ditahan di luar negeri, yang

tarip pajak penghasilannya rendah. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki gudang

di negara bagian yang memungut pajak atas persediaan, bisa menurunkan harga

transfer bagi barang-barang yang dimasukkan ke dalam negara bagian itu, untuk

mengurangi tagihan pajak.

Page 17: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

22

Adanya berbagai tujuan manajemen akan mempersulit perusahaan dalam

menetapkan harga transfer yang logis dan layak. Metode penetapan harga hanya

dapat dipilih setelah ditentukan tujuan utama dari penggunaan informasi tentang

transfer itu

2.1.11. Metode-metode penetapan harga transfer

Istilah " harga transfer " ( transfer price ) untuk menggambarkan suatu

jumlah dalam sistim akuntansi untuk setiap transaksi baik produk maupun jasa

yang terjadi diantara pusat-pusat pertanggungjawaban. Kita akan mempergunakan

istilah tersebut dalam suatu definisi yang lebih sempit lagi dan membatasi arti

istilah harga transfer untuk nilai yang terkandung pada setiap produk barang dan

jasa yang terjadi di antara dua atau lebih pusat laba. Harga tersebut umumnya

sudah mengandung elemen keuntungan, kerena sudah barang tentu setiap usaha

tidak akan mentransfer produk barang atau jasa dengan harga pokok ataupun

dibawahnya. Istilah harga dalam proses transfer di antara unit-unit dalam

perusahaan ini pun mempunyai pengertian yang sama dengan transaksi yang

terjadi diantara perusahaan-perusahaan yang independen.

Apabila pusat laba dalam suatu perusahaan melaksanakan transaksi

pembelian dan penjualan dengan unit lainnya di dalam perusahaan tersebut, maka

ada dua jenis keputusan yang harus ditetapkan secara periodik untuk setiap jenis

produk yang akan dibuat dan nantinya dijual kepada unit kerja yang lain. Pertama

harus diputuskan di mana produk tersebut harus dibuat, apakah harus dibuat

sendiri atau harus dibeli perusahaan pembekal di luar perusahaan. Hal ini

merupakan keputusan tentang pengadaan barang ( sourcing decision ) . Yang

Page 18: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

23

kedua adalah apabila sudah ditetapkan bahwa produk tersebut akan dibuat sendiri,

maka perlu ditetapkan berapa nilai harga transfernya.

Ada beberapa metode di dalam penentuan harga transfer, yaitu:

1. Metode harga transfer berdasar atas harga pasar (market transfer prices).

Harga transfer yang berdasarkan atas harga pasar ini merupakan metode

yang paling baik dalam mengukur suatu profitabilitas dan performa dari

manajemen serta untuk menentukan harga transfer, karena :

1. Harga transfer ditentukan oleh pihak-pihak eksternal perusahaan

sehingga menggambarkan transaksi yang independen.

2. Harga pasar merupakan dasar yang terbaik untuk membuat keputusan.

3. Metode harga pasar menjadikan setiap divisi sebagai satuan bisnis

yang terpisah satu sama lain.

Kelemahan metode ini menurut Supriono (1989 : 113):

1. Tidak semua produk memiliki harga pasar.

2. Harga pasar sering berubah sehingga harga transfer produk antara

divisi perlu dihitung kembali.

3. Sering terdapat beberapa harga pasar untuk setiap produk yang sama.

4. Penghematan biaya dalam bentuk biaya yang tidak dapat dihindari

hanya dapat dmikmati oleh divisi pembeli.

Di sini, situasi penerapan harga transfer yang paling sederhana terjadi

pada keadaan di mana tersedia pasar di luar perusahaan yang dapat

menampung produk dari suatu unit pusat laba, serta ada pihak di luar

perusahaan yang dapat menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh

Page 19: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

24

unit-unit dalam perusahaan, Pada keadaan demikian, satu-satunya kebijakan

dalam penetapan harga yang dibutuhkan oleh para manajer dari masing-

masing pusat keuntungan adalah wewenang untuk mengadakan hubungan

secara langsung baik dengan pihak dalam ataupun dengan pihak luar

perusahaan atas pertimbangan mereka sendiri. Selanjutnya keadaan pasarlah

yang menentukan besarnya nilai harga transfer tersebut. Pada banyak

perusahaan yang terintegrasi, pasar baik untuk kegiatan pembelian ataupun

penjualan produk-produk dari masing-masing pusat laba mungkin teratas. Ada

beberapa alasan untuk itu:

1. Eksistensi kapasitas intern mungkin dapat membatasi pengembangan

kapasitas ekstern.

2. Jika perusahaan merupakan satu-satunya produsen untuk produk

tertentu, maka tidak ada kapasitas ekstern untuk produk mi.

Bahkan dalam hal di mana pasarnya terbatas, harga transfer yang paling tepat

untuk memenuhi kebutuhan sistim pusat laba adalah tetap harga yang

kompetitif. Pertimbangkan hal-hal yang berikut:

1. Harga yang kompetitif akan dapat mengukur kontribusi dari masing-

masing pusat laba terhadap laba total perusahaan. Jika kapasitas intern

tidak tersedia, perusahaan akan membeli dari luar dengan harga yang

kompetitif pula. Selisih antara harga yang kompetitif tersebut dengan

biaya di dalam perusahaan merupakan penghematan karena membuat

sendiri dan tidak membeli.

Page 20: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

25

2. Harga yang kompetitif dapat mengukur seberapa baik prestasi pusat

laba dalam menghadapi persaingan.

3. Harga yang kompetitif tidak tergantung pada (independen ) kondisi-

kondisi intern.

Cara-cara yang dapat ditempuh bagi perusahaan supaya dapat menentukan

harga yang kompetitif jika perusahaan tersebut tidak membeli ataupun

menjual produk di luar perusahaan:

1. Apabila tersedia publikasi harga-harga pasar, maka ini akan dapat

dipergunakan sebagai dasar untuk menentukan harga transfer, namun;

a. Harga ini haras merupakan harga yang benar-benar dibayarkan di

dalam pasar.

b. Kondisi yang ada dalam pasar di luar perusahaan hams konsisten

dengan kondisi yang ada dalam perusahaan.

2. Harga pasar dapat ditentukan melalui penawaran ( bids ) . Perusahan

menawarkan semua produk ke dalam pasar di luar perusahaan, akan

tetapi memilih setengahnya untuk tetap berada di dalam perusahaan

tersebut.

3. Jika pusat laba manufaktur menjual produk yang lain di pasar di luar

perusahaan maka seringkali mungkin untuk menetapkan harga pasar

yang kompetitif tersebut dengan jalan meniru dari harga pasar yang

terjadi untuk produk tersebut.

4. Apabila pusat laba membeli jenis produk yang sama dari pasar di luar

perusahaan, maka akan mungkin untuk meniru harga pasar yang

Page 21: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

26

kompetitif untuk produknya sendiri. Ini dapat dilakukan dengan cara

menghitung berapa biaya yang ditimbulkan karena perbedaaan dalam

disain serta kondisi penjualan lainnya antara produk yang kompetitif

dengan produk sendiri.

Apabila tidak terdapat cara yang tepat untuk menentukan harga pasar yang

kompetitif, maka satu-satunya pilihan yang tinggal adalah mengembangkan

harga transfer berdasarkan biaya.

2. Metode harga transfer berdasar atas perhitungan biaya (full cost atau

variabel cost).

Jika informasi harga kompetitif tidak tersedia, maka harga transfer dapat

ditentukan dengan jalan menetapkan harga berdasar biaya ditambah dengan

tingkat keuntungan tertentu, walaupun cara ini mungkin agak rumit

penetapannya dan hasilnya kurang memuaskan.

Menurut Supriono (1989 : 144 ), ada beberapa kondisi yang menyebabkan

dipakainya metode ini, yaitu :

1. Pada pasar kompetitif tidak tersedia informasi harga jual produk yang

ditransfer. Keadaan ini timbul jika produk yang ditransfer merupakan

produk yang belum selesai sehingga tidak diperjualbelikan di pasar.

2. Kesulitan dalam penentuan harga jual yang disebabkan oleh

perselisihan antar manajer divisi. Kesulitan ini timbul jika di pasar ada

beberapa macam harga dan jika produk yang ditransfer tidak persis

sama dengan ada yang di pasar.

Page 22: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

27

3. Jika produk yang ditransfer mengandung formula/proses rahasia

sehingga tidak diinginkan untuk diungkapkan kepada pihak lain.

Oleh karena itu, dalam penggunaan metode ini manajemen perlu

mempertimbangkan:

1. Harga transfer jangan mengakibatkan divisi penjual lalai menjaga

standar yang ketat dan lalai meningkatkan produktivitasnya. Divisi

penjual hams di dorong agar bertindak seperti produsen luar yang

kompetitif.

2. Prestasi setiap divisi harus dapat dipindahkan dengan tegas sesuai

dengan tanggung jawabnya, ketidakefisienan divisi penjual tidak boleh

dipindahkan ke divisi pembeli.

3. Jika harga pasar tidak dapat diterapkan, sehingga haras digunakan

metode biaya pasar plus laba, hendaknya disusun prosedur

administratif yang adil agar divisi yang terlibat diberikan kesempatan

untuk biaya dan laba yang akan ditransfer.

Basis biaya. Dasar yang biasa digunakan adalah biaya standart. Biaya aktual

tidak boleh digunakan karena ketidakefisienan pabrik akan membebani pusat

laba pembeli. Jika biaya standar digunakan, maka tidak perlu untuk

mengembangkan insentif untuk menetapkan standar yang ketat atau untuk

memperbaiki standar menambah fasilitas baru.

Tingkat laba. Adalah perlu untuk memutuskan bagaimana menghitung tingkat

laba, karena ini akan menentukan di dalam proses penentuan harga jual.

Dalam hal ini ada dua keputusan:

Page 23: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

28

1. Dasar penetapan tingkat laba.

2. Serta tingkat laba yang diperbolehkan.

Dasar perhitungan yang paling sederhana adalah persentase biaya. Tetapi, cara

ini tidak memperhitungkan modal yang diperlukan. Dasar yang lebih baik

adalah dengan menghitung besarnya investasi, tetapi ada kesulitan besar

dalam menghitung besarnya investasi ini.

Sedangkan dalam hal tingkat laba adalah jumlah laba itu sendiri. Persepsi

manajemen puncak tehadap prestasi keuangan dari suatu pusat laba akan

dipengaruhi oleh tingkat laba yang ditampakkan. Akibatnya , sejauh hal ini

mungkin, tingkat laba harus merupakan perkiraan terbaik dari tingkat hasil

yang mungkin di dapat seandainya divisi tersebut merupakan perusahaan yang

independen (mandiri).

Cara pemecahannya adalah dengan jalan mendasarkan perhitungan tingkat

laba pada jumlah investasi yang dibutuhkan untuk memenuhi tingkat volume

yang diperlukan oleh pusat laba pembelian. Investasi tersebut akan

diperhitungkan pada tingkat standar, dengan harta tetap dan persediaan dinilai

menurut biaya penggantian yang berlaku saat itu.

3. Metode harga transfer berdasar atas negosiasi atau persetujuan an tar

divisi yang sating terlibat.

Untuk negosiasi atau persetujuan harga diusulkan untuk memakai harga

pasar sebagai pembandingnya. Disana mungkin ada keuntungan lain yang

mengikuti kedua manajer divisi yang saling berhubungan, mungkin selain

menjual antar divisi bisa dijual ke pihak luar ( eksternal ). Pada metode ini,

Page 24: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

29

harga transfer ditentukan atas persetujuan atau ketetapan dari masing-masing

manajer tiap divisi yang terlibat untuk menetapkan berapa harga transfer akan

dikenakan terhadap divisi pembelinya. Tetapi dasar dari metode ini adalah

harga pasar, dimana apabila perusahaan penjual menjual produknya diatas

harga pasar maka bagi perusahaan pembeli itu merupakan hal yang sulit untuk

diterima, lebih baik perusahaan pembeli membelinya dari pihak luar. Jadi pada

metode ini, perusahaan penjual harus menetapkan harga produknya di bawah

atau sama dengan harga pasar (tidak boleh sampai melebihi harga pasar).

Beberapa alasan utama pemakaian metode ini ( Supriono,1989 : 141 )

adalah :

1. Negosiasi harga transfer ini menunjukkan kepercayaan kantor pusat

terhadap manager divisi untuk membuat keputusan mengenai harga

beli input dan harga jual outputnya.

2. Karena harga transfer tidak ditentukan oleh kantor pusat maka manajer

divisi tidak mempunyai alasan bahwa jeleknya laba divisi karena harga

transfer yang ditentukan oleh kantor pusat merugikan divisinya.

a. Para manajer divisi mempunyai informasi relevan mengenai biaya

dan harga transfer sehingga dalam negosiasi dapat dicapai harga

transfer yang rasional.

Kelemahan metode ini:

1. Memerlukan waktu perundingan antar divisi yang cukup lama.

2. Cenderung menimbulkan konflik antar divisi.

Page 25: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

30

3. Pengukuran kemampulabaan sangat peka terhadap keahlian tawar-

menawar divisi.

4. Memerlukan waktu bagi manajemen kantor pusat laba untuk

mengamati proses negosiasi dan sebagai moderator jika diperlukan.

5. Dapat mengakibatkan produktivitas yang rendah jika harga transfer

negosiasi tidak memuaskan.

4. Metode harga transfer berdasarkan atas dual transfer prices.

Penggunaan dual transfer prices diusulkan untuk menciptakan atau

menambah laba serta motivasi dari tiap-tiap manajer divisi. Pada perusahaan

atau divisi penjual, pengiriman barang atau servis pada divisi pembeli

berdasarkan atas biaya variabel. Biaya variabel merupakan kemungkinan

terbaik untuk mengambil suatu keputusan oleh manajer divisi pembeli.

Apabila harga transfer lebih tinggi daripada biaya variabel maka ada

kemungkinan manajer divisi pembeli akan membeli pada perusahaan luar

(karena harga internal yang harus dibayar mungkin lebih besar dari pada harga

di luar/harga pasar).

Dengan menggunakan variabel cost sebagai single transfer prices akan

menimbulkan motivasi yang kurang bagi para manajer divisi penjual untuk

menjual, di mana tidak ada penambahan laba bagi divisi penjual. Selain itu,

pendekatan terhadap penetapan harga transfer ganda ( dual transfer pricing ) ,

dimana:

Page 26: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

31

1. Divisi yang memproduksi menggunakan harga transfer berdasarkan

harga pasar, cost-plus, negosiasi, ataupun arbitrer dalam mengbitung

pendapatannya dari penjualan intra perusahaan.

2. Biaya tetap dari divisi produksi ditransfer ke divisi pembeli.

3. Total laba divisi akan lebih besar daripada laba perusahaan secara

keseluruhan, dan laba yang ditetapkan pada divisi produksi akan

dieliminasi dalam penyusunan laporan keuangan perusahaan secara

keseluruhan dan untuk pajak penghasilan.

Dalam sistim ini, divisi produksi akan termotivasi oleh laba untuk

meningkatkan penjualan dan produksi, baik secara eksternal maupun internal.

Dan jika dual sistim ini digunakan bukan tidak mungkin akan menambah laba

tiap-tiap divisi sebagai bagian dari laba keseluruhan perusahaan.

5. Metode harga transfer berdasarkan atas Arbitrasi.

Metode ini digunakan jika divisi penjual dan pembeli tidak dapat mencapai

kesepakatan dalam penentuan harga transfer. Harga transfer arbitrasi

merupakan harga transfer yang ditentukan oleh eksekutif atau badan lain yang

ditugasi untuk mengarbitrasi harga transfer setelah orang lain atau badan

tersebut berdialog dengan para manajer divisi yang bersangkutan. Untuk

keperluan itu, perusahaan perlu membentuk komite khusus yang menurut

(Anthony etc, 1990 : 344) metnpunyai tiga tanggung jawab, yaitu :

1. Menyelesaikan perselisihan harga transfer.

2. Menelaah kembali perubahan dalam kebijakan pengadaan.

3. Jika perlu mengubah penentuan harga transfer.

Page 27: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

32

Akan tetapi, kelemahan metode ini dapat jauh lebih besar daripada

manfaatnya. Metode ini dapat melalaikan tujuan terpenting dari desentralisasi

tanggung jawab laba, yakni membina kesadaran akan laba bagi personel

divisi, dan metode ini dapat menghambat insentif laba dari para manajer

divisi. Karena harga transfer arbitrer mencakup mark up laba, maka laba intra

perusahaan harus dieliminasi dari persediaan dalam menyusun laporan

keuangan konsolidasi dan pelaporan pajak panghasilan.

2.1.12. Pengaruh harga transfer pada harga jual produk

Di dalam menentukan harga jual produknya, perusahaan harus selalu

memperhatikan banyak hal, terutama yang paling penting adalah supaya

perusahaan tidak sampai menderita kerugian. Harga transfer tiap-tiap divisi

berlainan. Itu tergantung dari perhitungan biaya dan laba yang dikehendaki.

Tetapi harga transfer yang diterapkan di dalam divisi yang tergabung dalam suatu

organisasi biasanya tergantung dari kebijakan manajemen divisi masing-masing.

Kebanyakan perusahaan menetapkan harga transfemya tidak terlalu besar atau

bahkati diukur dengan menggunakan pengalokasian biaya saja, maksudnya berapa

besar biaya yang dikeluarkan oleh masing-masing divisi akan dibebankan ke

dalam harga transfer dengan begitu, harga jual nantinya tidak akan menjadi terlaiu

tinggi. Kemudian baru kita hitung laba yang akan kita inginkan dan kita

tambahkan dengan biaya-biaya yang sudah terealisasi tadi. Maka kita akan

mendapatkan suatu harga jual yang kompetitif.

Page 28: BABII · 2013. 3. 11. · BABII TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Di dalam bab ini, penulis akan membahas tentang teori yang erat hubungannya dengan judul. Teori-teori ini merupakan

33

2.2 Kajian Penelitian Terdahulu

Sebelum pembuatan skripsi, penulis membaca penelitian terdahulu dari

saudari Sugianti yang berjudul " Penetapan harga transfer untuk mengukur

kontribusi laba dalam penilaian kinerja manajer divisi pada PT SS Utama

Surabaya ".

Adapun persamaan dan perbedaan antara penulis dengan penelitian

terdahulu yaitu:

Persamaan:

1. Penentuan harga transfer yang layak sehingga dicapai kontribusi laba

maksimal.

2. Penilaian kinerja divisi sebagai pusat laba.

Perbedaan:

1. Penulis membahas mengenai penerapan berbagai metode harga transfer.

2. Tempat penelitiannya dari perusahaan yang berlainan.

Dengan melihat penelitian terdahulu, penulis lebih memusatkan pada

penerapan berbagai metode harga transfer supaya dicapai laba yang maksimal

sehingga kinerja divisi dapat terukur dengan baik.