16
1. BABAD SELAPARANG Babad selaparang memulai tuturnya dengan situasi di kerajaan Selaparang. Raja Selaparang, Prabu Kertabumi, mempunyai seorang patih bernama Arya Sudarsana. Patih Arya sudarsana ini bermukim di Prigi dengan seratus kaumnya. Arya sudarsana yang juga Banjar Gentas inilah yang dari awal tutur menjadi biang keladi segala kehebohan. Di Selaparang, Banjar Getas diusir gara-gara kecemburuan raja. Banjar Getas mengantar persembahan perkutut putih mulus ke selaparang. Ketika itu permaisuri prabu Kertabumi melihat Banjar Gentas, lalu terjatuh dari tangga dan pingsan. Terjadilah perkelahian, Banjar Getas melarikan diri ke Brenga lalu ke Pena dan kemudian ke Pejanggik yang bergelar Meraja Kusuma, Raja Selaparang yang mengetahui bahwa Datu Pejanggik telah memberikan perlindungan kepada Arya Sudarsana, meminta Datu Pejanggik agar menyerahkan Arya Sudarsana ke Selaparang untuk diadili dan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Datu Selaparang mengingatkan Datu Pejanggik bahwa Arya Banjar Getas akan mendatangkan bencana, Datu Pejanggik yang seperti guna-guna menyayangi Arya Banjar Getas, berusaha tetap mempertahankan dan menggantinya mempersembahkan wanita dan kuda kepada Raja Selaparang. Raja Selaparang tersinggung dan menyesalkan sikap saudaranya di Pejanggik. Dalam naskah ini dikisahkan pula perkawinan antara Datu Pejanggik dengan Putri Demung yaitu Rangga Tapon di Bayan, Datu Banua dan Datu Kentawang. Selain itu dalam naskah ini diceritakan juga tentang kejadian salah

BABAD SELAPARANG

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sebuah cerita tentang sejarah lombok

Citation preview

1. BABAD SELAPARANG Babad selaparang memulai tuturnya dengan situasi di kerajaan Selaparang. Raja Selaparang, Prabu Kertabumi, mempunyai seorang patih bernama Arya Sudarsana. Patih Arya sudarsana ini bermukim di Prigi dengan seratus kaumnya. Arya sudarsana yang juga Banjar Gentas inilah yang dari awal tutur menjadi biang keladi segala kehebohan.Di Selaparang, Banjar Getas diusir gara-gara kecemburuan raja. Banjar Getas mengantar persembahan perkutut putih mulus ke selaparang. Ketika itu permaisuri prabu Kertabumi melihat Banjar Gentas, lalu terjatuh dari tangga dan pingsan. Terjadilah perkelahian, Banjar Getas melarikan diri ke Brenga lalu ke Pena dan kemudian ke Pejanggik yang bergelar Meraja Kusuma, Raja Selaparang yang mengetahui bahwa Datu Pejanggik telah memberikan perlindungan kepada Arya Sudarsana, meminta Datu Pejanggik agar menyerahkan Arya Sudarsana ke Selaparang untuk diadili dan mempertanggung jawabkan perbuatannya. Datu Selaparang mengingatkan Datu Pejanggik bahwa Arya Banjar Getas akan mendatangkan bencana, Datu Pejanggik yang seperti guna-guna menyayangi Arya Banjar Getas, berusaha tetap mempertahankan dan menggantinya mempersembahkan wanita dan kuda kepada Raja Selaparang. Raja Selaparang tersinggung dan menyesalkan sikap saudaranya di Pejanggik. Dalam naskah ini dikisahkan pula perkawinan antara Datu Pejanggik dengan Putri Demung yaitu Rangga Tapon di Bayan, Datu Banua dan Datu Kentawang. Selain itu dalam naskah ini diceritakan juga tentang kejadian salah pilih sewaktu meminang Putri Rangga Tapon. Yang terpilih adalah Putri lurah bernama Lala Dewanti, Putri Rangga Tapon, Dewi Junti akhirnya dikawinkan dengan Banjar Gentas. Secara diam-diam Rangga Tapon memendam kekecewaan terhadap kejadian ini. Rupanya ramalan terhadap Banjar Getas oleh Raja Selaparang ternyata benar. Banjar Getas tidak begitu tulus dalam pengabdiannya terhadap Pejanggik. Dewi Junti (istrinya) sempat pula disia-siakannya sehingga menimbulkan amarah sang Dewi. Diceritakan bahwa Banjar Getas dalam suatu kunjungan ke Karang Asem Bali bersepakat dengan temannya yang bernama I Gusti Bagus Alit untuk menggepur Pejanggik. Kemudian peperangan berkecamuk. Adanya perang yang lama dan pasang surut jatuhlah Raja Pejanggik. Raja Pejanggik mengungsi ke Taliwang Sumbawa. Sebagai sasaran kedua yang akan diserang oleh persekongkolan antara Banjar Getas dengan I Gusti Bagus Alit adalah kerajaan Selaparang. Dengan berancang-ancang pada pendirian Kerajaan Karang Asem di Sweta dan Mataram kekuatan untuk meruntuhkan Selaparang disusun dan diatur dengan seksama. Dalam pertempuran antara selaparang di babad ini dikisahkan kekacaubalauan tentara Bali yang dikalahkan oleh pasukan menjangan yang terdiri atas sembilan ekor. Pasukan kijang ini sebenarnya sembilan orang wanita sakti yang dikirim dari Bayan untuk membantu Selaparang. Pasukan Bali tidak mau menyerah begitu saja, akhirnya dituturkan bahwa meskipun rakyat Selaparang telah bertahan mati-matian dalam keadaan jatuh bangun, sering pula mendapatkan keunggulan atas musuhnya. Namun takdir menetapkan bahwa Selaparang mengibarkan bendera putih tanda menyerah. Selaparang akhirnya tunduk kepada kekuasaan Karang Asem, berkat adanya permainan licik dari Banjar Getas dan atas kelicikannya itu telah menciptakan sebuah legenda. 2. BABAD SAKRABabad Sakra yang ditulis oleh Raden Barak dari Desa Kuripan ini memulai tuturnya tentang situasi politik di Desa Sakra. Dikisahkan, sebagai akibat berkuasanya Raden Surya Jaya yang sebenarnya belum dianggap tepat, banyak memberikan andil atas kekalahan dan kehancuran desa Sakra. Dalam kemudaanya dibidang usia, ilmu pengetahuan, dan siasat, serta sikap, Raden Surya Jaya telah menyeret Sakra kepada situasi yang begitu rumit dan akhirnya berakibat fatal. Ia kurang mempedulikan nasehat-nasehat para tetua, baik dari pemuka agama atau para sesepuh yang telah memiliki banyak pengalaman hidup, ilmu kearifan dan ilmu siasat yang tinggi. Berulang kali kemenangan hampir diraihnya, akan tetapi akibat tingkah kemudaannya ia telah jatuh kembali dan mengalami kekalahan. Pada bagian tengah babad ini bertutur mengenai situasi Kerajaan Mataram di Karang Asem Sasak, seperti yang terdapat pula pada babad Praya. Bagian ini bercerita tentang perang saudara antar Kerajaan Mataram dengan Karang Asem Sasak. Di bagian ini diceritakan pula tentang latar belakang kehancuran Kerajaan Karang Asem Sasak (singasari) yang diperintah oleh seorang raja wanita yang bernama Dewa Cokordo yang bergelar Dewa Agung. Tingkah laku Dewa Agung yang kurang terpuji karena paham kebebasan sex yang dianutnya. Ia berpaham bahwa siapa pun bebas melakukan hubungan sex dengan siapa pun. Hal ini telah menjerumuskan kerajaan Karang Asem Sasak ini ke jurang kehancurannya. Bermula dari perbuatan adiknya, Ayu Putri yang menikah dengan putra raja Mataram, akan tetapi ia melakukan penyelewengan dengan Gusti Gede. Hal inilah yang kemudian menjadi puncak kemarahan Mataram karena Dewa Agung melindungi perbuatan tercela adiknya dan tidak mengizinkan Ida Ratu Mami Ayu Putri untuk menghukum (membunuh) Gede Dangin. Perang saudara pun tak dapat dielakkan lagi antara singasari dengan Mataram. Dalam peperangan ini ditonjolkan peranan beberapa orang-orang yang dianggap pahlawan, seperti Gede Bonaha Mumbul, Neneq laki Batu dan Neneq Laki Galiran (dua bersaudara dari kuripan), Gusti Gede Wanasari, dan Agung Ketut Karang. Namun laki Batu kemudian membuat gara-gara sampai menimbulkan perang dengan Pagutan. Pada saat itu Mataram telah memperoleh kemenangan. Pagutan yang dahulunya pernah membantu Mataram dihancur leburkan oleh Mataram hanya karena masalah wanita (perkawinan yang gagal). Melalui tutur yang berliku-liku dan panjang, akhirnya babad sakra sampai pada kisah pertempuran besar-besaran (pemberontakan) Sasak terhadap Kerajaan Mataram lombok. Tutur babad sakra pada bagian yang disebut terakhir ini terdapat pula pada babad Praya dengan ulasan yang meskipun berbeda versinya, akan tetapi pokok isinya sama. 3. SILSILAH BATU DENDENGSilsilah ini diawali dengan kisah Datu (Raja) Sempopo yang belum mengenal hukum agama, khusus dalam hal perkawinan. Karena ketidaktahuannya terhadap hukum tersebut ia mengawini saudaranya sendiri, neneknya dan lain-lain. Sebagai akibat dari perbuatannya itu ia mendapat kutukan yang Mahakuasa yakni meluapnya air laut di Pena (daerah yang sekarang menjadi wilayah kecamatan Praya Timur) luapan air laut tersebut menenggelamkan daerah Sempopo beserta beberapa daerah lainnya seperti pejanggik, bahkan terus ke barat yakni Gunung Tela. Setelah kejadian tersebut kemudian disusul dengan adanya usaha-usaha dari para penguasa stempat untuk melepaskan diri dari kerajaan. Hal ini mengakibatkan adanya daerah-daerah kekuasaan baru dengan rumpun-rumpun keluarga raja yang baru pula. Sebagai contoh, Raja Kedaro yang dikenal juga dengan nama Panjisari Kedaro pindah ke Tendaun. Ia mempunyai seorang putera bernama Tumenggung Re yang kelak berkuasa di kentawang. Hal ini serupa juga dilakukan oleh rumpun-rumpun kedatuan (keluarga raja) yang lain, seperti Harya Lesong anak Demung Batu Dendeng dengan daerah kekuasaanya di Lesong dan Masrun yang pindah ke Padamara, Den Gunaksa ke Penunjak, Den Jae yang berkuasa di Pujut bersama dengan yang lainnya. Mereka berada dalam serumpun dialek yaitu dialek Bahasa Hiku Hiyak. Silsilah ini bertutur pula tentang masuknya Bangsa Jawa yang mengalahkan penduduk pribumi. Beberapa penduduk ini antara penduduk pribumi yang kalah ditawan ke jawa, yakni di Kerajaan Busingcili. Akan tetapi nahkoda lewin dari tanah Pesisir yang beristri seorang Bangsawan Sasak dari keluarga Batu Dendeng telah berhasil menyelamatkan mereka. Pada bagian tutur mengenai Kuripan disebutkan tentang adanya seorang yang sakti bernama Ki Rangga yang telah membuat heboh di Kuripan. Ki Rangga yang sangat sakti ini tidak dapat ditaklukkan meskipun dengan bantuan Pujangga Pejanggik. Namun pada akhirnya Ki Rangga dapat dikalahkan oleh seorang pemuda bernama Hama Kuwi. Ki Rangga masih dapat melarikan diri ke Tabuak. Baru di Tabuak inilah Ki Rangga dapat benar-benar dikalahkan oleh dua orang jagoan dari Batu Dendeng bernama Neq Dipati dan Arya Pati. Sekarang di Tabuak terdapat sebuah bukit bernama bukit Triangga yang kemungkinan besar berasal dari nama Ki Rangga dalam kisah tersebut. 4. DOYAN NEDE Menurut penuturan naskah Doyan Nede, di Puncak Gunung Rinjani ada seorang raja jin wanita, cucu Nabi Adam yang bernama Dewi Anjani. Dewi Anjani dipesan oleh kakeknya untuk merajai jin di dunia memimpin sekelompok jin bangsawan dan manusia. Pesan itu kemudian dilaksanakan dimana terlebih dahulu burung sakti milik Dewi Anjani yang bernama Beberi (Manuk Beriq) berhasil meratakan gunung-gunung dengan cakar melelanya untuk dijadikan tanah garapan. Seorang diantara bangsawan itu bertindak sebagai penghulu (pimpinan) bergelar penghulu Alim. Sang penghulu mempunyai anak laki-laki yang sejak dihamilkan membawa sifat-sifat ajaib. Anak tersebut berada dalam kandungan selama empat tahun dan pada saat baru dilahirkan dia sudah bisa berjalan, fasih berkata-kata, serta lahab menyantap makanan, karena ia sangat kuat makan maka dalam kisah lain dinamakan Doyan Mangan. Sang Penghulu Alim merasa malu punya anak seperti itu sehingga berupaya untuk membunuhnya. Berkali-kali telah menyusun dan melakukan upaya pembunuhan atas anaknya, akan tetapi Dewi Anjani yang telah waspada akan hal itu senantiasa mengirimkan burung Manuk Beriqnya untuk memercikkan Banyu Urip, air kehidupan ditubuh Doyan Nede yang sudah hancur luluh ditimpa kayu atau pun batu, sehingga Doyan Nede dapat hidup kembali Kayu dan batu yang sempat menimpa dibawanya pulang. Menurut riwayatnya, batu yang dipikul oleh Doyan Nede inilah asal nama kerajaan selaparang. Sela artinya Batu, Parang artinya bergerigi, tidak rata. Dikisahkan kemudian, dengan restu ibunya yang mengasihi Doyan Nede dengan sepenuh hati, berangkatlah Doyan Nede melakukan pengembaraan berbekal sembilan buah ketupat dan pisau kecil (memaja). Dalam pengembaraan ini, ia bertemu dengan seorang petapa yang tubuhnya dililit oleh akar pohon beringin. Orang tersebut bertapa karena ingin menjadi raja Lombok sehingga melakukan pertapaan cukup lama. Sang petapa lalu diselamatkan oleh Doyan Nede dengan mengeluarkannya dari cengkeraman akar beringin. Selanjutnya diangkat sebagai saudara dan diberi julukan Tameng Muter. Pada pengembaraan berikutnya, mereka menjumpai petapa lain yang dililit suluran rotan. Petapa itu ditolongnya pula, diangkat sebagai saudara dengan julukan Sigar Penyalin. Akhirnya ketiga pemuda berjanji untuk menjadi saudara dan berjuang bersama-sama. Mereka kemudian melanjutkan pengembaraan, menyusuri hutan belantara. Dalam kisah pengembaraan ini mereka berhasil mengalahkan raksasa Limandaru, ada yang menyebutnya raksasa Walmunik. Raksasa tersebut pernah menculik tiga orang putri berasal dari pulau Jawa yaitu putri kerajaan Majapahit, Madura dan Jawa Tengah. Tiga orang putri itu diamankan disebuah goa bernama goa sekaroh. Masing-masing bernama Mas Ari Kencana (Putri Majapahit), Dewi Ni Ketir (Putri Madura), dan Dewi Indra Sasih (Putri Jawa Tengah). Doyan Nede, Tameng Muter dan Sigar Penyalin berhasil mengalahkan raksasa Walmunik lalu mengawini ketiga putri itu. Doyan Nede kawin dengan Mas Ari Kencana, Tameng Muter dengan Dewi Ni Ketir, dan Sigar Penyalin dengan Dewi Indra Sasih. Tuturan berikutnya mengisahkan tentang kedatangan nahkoda Jawa yang turun untuk mengambil air minum di pulau Lombok. Nahkoda Jawa jatuh cinta kepada ketiga putri yang telah berstatus istri. Maka terjadilah pertempuran, Doyan Nede beserta saudaranya berhasil mengalahkan nahkoda dan anak buahnya. Seluruh isi kapal milik nahkoda diserahkan kepada Doyan Nede begitu pula anak buahnya untuk dijadikan abdi. Setelah nahkoda itu mengetahui bahwa putri itu adalah yang sebenarnya putri Majapahit, Putri Madura dan Jawa Tengah, maka mereka tunduk mengabdi. Doyan Nede membangun Jero Baru, kemudian diserahkan kepada Tameng Mute. Sedangkan Doyan nede mencari ayahnya Pengulu Alim di Selaparang, dan disana ia mendirikan kerajaan selaparang. Sedangkan Sigar Penyalin diutus untuk membangun kerajaan di daerah utara yaitu di Sembahulun, (Sembalun). Kisah selanjutnya, Raden Sigar Penyalin melanjutkan pengembangan wilayah sampai ke pulau Menang (Bayan). Disana ia mendirikan kerajaan Bayan, yang akhirnya kerajaan dilanjutkan oleh putranya yang pernah hilang di Bilok Petung. Mengenai kerajaan Pejanggik, dikisahkan putra Doyan Nede dari perkawinannya dengan Mas Ari Kencana mendirikan kerajaan Pejanggik. Pada awal kisahnya, Dewi Mas Ari Kencana mengidamkan putranya dan saat mengidam ia sangat ingin makan mangga yang bernama Poh Jenggik. Setelah berhasil didapatkan, maka biji Poh Jenggik itu ditanam di sebelah timur Praya dan inilah cikal bakal kerajaan Pejanggik, di kemudian hari raja Pejanggik bergelar Dewa Mas Meraja Kusuma. Mengenai Tameng Muter yang memimpin kerajaan Jero Baru, mempunyai putra yang sangat cerdas dan tampan. Putranya ini kemudian mendirikan kerajaan Langko dengan gelar Pangeran Lingkasari. Banyak kalangan yang sependapat dengan babad ini bahwa inilah cikal-bakal berkembangnya kerajaan-kerajaan di pulau Lombok, yaitu generasi penerus pulau ini merupakan keturunan dari orang-orang sakti pada zaman dahulu. 5. DATU PANJI ANOMDahulu kala di daerah Lombok Timur ada seorang raja bernama Raden Panji Anom. Dia memerintah disebuah kerajaan kecil yang subur makmur. Rakyat hidup tenteram dengan hasil pertanian yang melimpah ruah. Raden Panji Anom memimpin rakyatnya dengan bijaksana dan adil. Ia sangat disayangi oleh semua rakyat. Raden Panji Anom mempunyai sembilan orang istri. Akan tetapi tidak merasakan kebahagiaan, beliau sangat sedih dan masgul karena selama ia kawin dengan sembilan orang istrinya tak satu pun yang dapat memberikan keturunan. Ia belum mempunyai anak walau seorang pun. Berbagai usaha telah dilakukan agar ia mempunyai anak. Ia telah mencari dukun sakti, pergi betapa ke goa-goa, bedoa siang dan malam, dan melakukan pengobatan dengan berbagai cara, namun usahanya tetap belum berhasil dan ia hampir putus asa. Pada suatu malam ketika sedang merenung sendiri, tiba-tiba datang seorang kakek tua bernama Kakek Betal Jemur dan berkata Wahai putraku Raden Panji Anom. Kamu tidak akan pernah mempunyai anak dengan mencari dukun-dukun sakti. Sekarang coba ikuti petunjukku. Pergilah ke Pantai Tanjung Menangis, bawalah semua istri dan pengiringmu. Disana kamu mandi suci, dan selepas itu berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Apabila selesai berdoa kamu ajak prajuritmu untuk memancing ikan disana. Camkanlah petuahku ini, mudah-mudahan Tuhan memberkatimu setelah berkata demikian, Kakek Betal Jemur langsung menghilang. Raden Panji Anom sangat suka cita hatinya. Keesokan harinya ia pergi ke Pantai Tanjung Menangis untuk melaksanakan nasehat kakek Betal Jemur itu. Disana mereka mandi suci, membersihkan diri dari kotoran lahir dan batin. Selesai mandi lalu berdoa bersama. Kemudian dilanjutkan dengan memancing ikan di pinggir pantai.Konon kabarnya disebelah utara Pulau Lombok ada seorang Raksasa sakti bernama Denawe Kembar yang mendiami Gunung Kembar. Raksasa itu mempunyai putri yang sangat buruk mukanya dan juga memiliki kesaktian yang hebat namanya Danawe sari. Pada suatu hari Danawe kembar berkata kepada putrinya Wahai putriku, aku belum puas melihat kesaktianmu. Aku ingin menguji sejauh mana perkembangan kesaktianmu selama ini. Oleh karena engkau akan kelemparkan ke laut. Apakah kau siap? tanya Danawe Kembar. Hamba siap, apa saja perintah Ramanda, kata denawe Sari. Danawe kembar memerintakan prajurit raksasanya untuk membuat peti mayat. Didalam peti itu Danawe Sari dimasukkan. Pada saat memancing, tiba-tiba tali kailnya ditarik oleh sesuatu yang sangat berat. Raden Panji Anom memerintahkan prajuritnya untuk menarik tali kailnya. Apa yang terjadi ? Ternyata bukan ikan didapatkan, melainkan sebuah peti yang besar dibuat dari kayu jati dan bergembok. Lebih aneh lagi, ketika peti itu dibuka, ternyata isinya adalah seorang gadis cantik yang sangat manis dan ayu. Kecantikannya bagaikan bulan pemurah. Senyumnya mengulum manis dan ada lesung pipit di kedua pipinya. Wajahnya bulat oval dan matanya tajam berseri. Rambutnya hitam ikal mayang dan dikonde sebagian, menambah indah kecantikannya. Raja Panji anom terpesona, ia bertanya, Wahai gadis manis. Dari manakah kamu berasal ? Siapakah orang tuamu dan mengapa kamu ada di peti dihanyutkan oleh air laut seperti ini ? Tolong ceritakan wahai putri ayu !.Ampun tuanku, hamba pun tidak tahu darimana hamba berasal. Hamba juga tidak tahu siapa orang tua hamba. Hamba adalah musafir yang terbuang dan terlunta-lunta dihanyutkan air samudra. Jawab Putri ayu dalam peti berbasa basi. Raja Panji Anom langsung jatuh cinta dan membawa gandis cantik itu pulang ke istana untuk dinikahi. Kesembilan istrinya setuju saja bermadu dengan gadis cantik itu dan penuh kesabaran karena raja memang ingin punya putra. Setelah peristiwa itu, beberapa bulan kemudian kesembilan orang istri raja hamil. Tetapi sayang, cinta dan kasih sang Raja telah tumpah ruah kepada gadis peti yang sangat cantik itu. Hari demi hari raja mabuk kepayang, sampai-sampai ia melupakan dan menyia-nyiakan kesembilan istrinya. Tidak pernah diurus sama sekali. Raja benar-benar lupa. Setelah berhasil menjerat cinta sang Raja, gadis peti itu berterus terang bahwa ia sebenarnya putri dari Danawe kembar yang ada di Gunung Kembar. Ia juga memberitahukan namanya Danawe Sari. Tetapi Raden Panji anom tidak mau peduli siapa pun dia. Bahkan cintanya semakin menjadi-jadi seperti air mengalir yang tak putus mengalir dikail. Danawe sari iri hati kepada kesembilan orang istri raja yang sudah hamil, sedangkan ia sendiri tidak bisa hamil. Danawe sari meminta kepada Raden Panji Anom agar mengasingkan kesembilan istrinya ke sebuah goa yang tidak jauh dari tempat itu. Raja Panji Anom menurut saja, kesembilan istrinya lalu diasingkan kesebuah goa dengan bekal sederhana dan lampu penerang seadanya. Di goa itu mereka melahirkan anak laki-laki semua. Danawe sari mendengar berita itu. Suatu malam ia menyusup ke goa dengan bentuk aslinya seorang raksasa yang perempuan. Ia membunuh semua anak yang baru dilahirkan itu. Dia juga mencongkel semua mata istri raja dengan kukunya sehingga semuanya buta. Bola-bola mata itu dibungkus lalu diantarkan ke Gunung Kembar kepada ayahnya. Berkat pertolongan Tuhan, ada seorang anak yang tidak terbunuh. Setelah delapan tahun berlalu anak tersebut besar didalam goa. Tiba-tiba datang kakek Betal Jemur memberitahukannya bahwa ayahnya adalah seorang raja bernama Raden Panji Anom. Oleh kakek Betal Jemur anak tersebut diberi nama Raden Panji Segara dan diantarkan kehadapan ayahnya. Raden Panji Segara pergi ke istana menemui ayahnya. Disana ia mengakui tentang kelahirannya didalam gua dan turut dibenarkan oleh kakek Betal jemur. Raja Panji anom sangat gembira. Namun sebaliknya Danawe Sari sakit hati. Walaupun begitu ia berusaha menahan sakitnya dan pura-pura cinta kepada Raden Panji Segara. Pada suatu hari Danawe sari ingin mengirim Raden Panji Segara ke Gunung Kembar untuk menuntut ilmu kesaktian pada Danawe Kembar. Raden Panji Anom setuju saja atas usul Danawe sari itu. Danawe sari lalu menulis surat untuk ayahnya dan dimasukkan kedalam amplop. Ditengah jalan Raden Panji segera dihadang oleh kakek Betal Jemur dan melihat isi surat itu. Surat itu berbunyi demikian ; Ayahanda Danawe Kembar. Ini hamba kirim anak dari madu hamba. Dia satu-satunya musuh ananda yang sangat berbahaya, dia calon pewaris kerajaan ayahnya. Tolong ayah bunuh dia dan sisakan ananda biji matanya. Salam ananda Danawe sari.

Setelah dibaca oleh kakek Betal Jemur, surat itu dirobek dan diganti isinya menjadi begini: Wahai ayahanda yang maha sakti. Syukurlah ananda telah dikaruniai seorang anak laki-laki yang tampan. Ini dia hamba utus satu-satunya anak hamba yang akan menjadi calon raja namanya Raden Panji Segara, sesuai dengan pengalaman ananda ditengah segara. Oleh karena itu tolong ajarkan ilmu kesaktian ayah, bila perlu melebihi kesaktianku. Apabila anak ini sudah pandai bierikan ia empat bola mata yang ayah simpan dan suruhlah cepat-cepat pulang karena negara membutuhkannya. Ananda akan merasa bangga punya anak sakti. Salam nanda Danawe Sari. Setiba di Gunung Kembar, Raden Panji Segara diterima dan diajar olah kanuragan dan berbagai kesaktian. Ia mengalami kemajuan pesat karena ia memang putra raja yang tangkas dan cerdas. Setealah beberapa hari ia telah memiliki kesaktian melebihi Danawe Sari. Raden Panji Segara disuruh pulang ke istana dan diberika membawa bungkusan ajaib berisi 4 pasang bola mata. Di istana kerajaan terjadi gempar. Setelah Raden Panji Segara pulang, terbongkarlah kedok rahasia kejahatan Danawe Sari. Danawe Sari bingung mengapa ayahnya tidak membunuh Panji Segara. Ia sangat marah dan sakit hati. Raden Panji Segara menceritakan kejadian yang sebenarnya dari awal sampai ia pulang dari gunung kembar. Danawe Sari membela diri dengan berdalih, tetapi bola mata itulah menjadi bukti nyata. Dan didalam gua sana masih hidup menderita 4 orang permaisuri hidup dalam kegelapan tidak bisa melihat. Raja panji anom sangat marah. Untuk membutikan siapa yang benar dan siapa yang salah, Raden Panji Segara disuruh perang tanding dengan Danawe Sari. Danawe Sari mengeluarkan sumbar, Anak ingusan bau kencur, mana bisa menang melawan kesaktianku yang sempurna ejeknya. Raden Panji Segara tenang saja. Akhirnya terjadilah pertempuran sengit. Danawe Sari mengubah wujudnya menjadi seorang Raksasa Betina Giginya runcing dan baunya amis menyengat. Raja Panji Anom muntah melihatnya. Raden Panji Segara tidak memberikan kesempatan kepada Danawe Sari untuk membuat ulah di istana. Ia langsung menyerang. Tentu saja terjadi pertempuran seru. Masing-masing mengeluarkan kesaktian. Danawe Sari mengubah diri jadi api, Raden Panji Segara mengubah dirinya menjadi air. Semua kesaktian dikerahkan sampai menjadi binatang buas, menjadi kelelawar dan sebagainya namun semuanya dapat diimbangi oleh Raden Panji Segara. Ada satu kesaktian yang belum diajarkan Danawe kembar kepada Danawe Sari. Dan kesaktian itu telah diajarkan kepada Raden Panji Segara. Yaitu kesaktian meniup seruling buluh perindu. Siapa saja musuh yang ditujukan jika ia mendengar bunyi buluh perindu itu akan langsung teler, sampai lupa diri. Kesempatan itulah digunakan oleh Raden Panji Segar untuk membunuh Danawe Sari. Akhirnya Danawe Sari dapat dikalahkan. Raden Panji Anom menyadari kesalahannya selama ini, telah mabuk cinta oleh seorang gadis cantik yang ternyata putri raksasa yang jelek dan busuk. Raja Panji Anom pergi menjemput kesembilan istrinya di goa dan dikembalikan biji mata mereka. Raden Panji Anom meminta maaf kepada istri-istrinya. Disana mereka berpelukan bertangis-tangisan saling memaafkan. Karena semua kejadian yang lalu adalah merupakan suratan takdir Tuhan Yang Maha Esa. Menjadi pelajaran buat kita.