59
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Profil Perusahaan PT. Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang bergerak di bidang sepatu olahraga yang bermerek Adidas yang memproduksi sepatu untuk pria, wanita, anak-anak. Dengan menggunakan bahan dasar yang terbuat dari kulit, kain dan sintetis. Pada awalnya, tahun 1984 didirikannya Shyang Sin Bao industry Co., Ltd (Taiwan). Kemudian perusahaan ini memperluas jangkauannya hingga di Indonesia dengan nama Shyang Yao Fung. Saat ini perusahaan ini menyediakan sepatu merek-merek terkenal di dunia dengan keterampilan yang luar biasa dalam inovasi penelitian dan pengembangan, teknik integrasi dan manufaktur kualitas terbaik. PT. Shyang Yao Fung memproduksi alas kaki atau sepatu Adidas yang unggul melampaui standar dalam kualitas konsep merek. Praktik bisnisnya yang tetap konsisten dengan nilai-nilai Adidas, kapabilitas dan kemampuan dalam perencanaan produksi dan manajemen yang telah mengembangkan mekanisme produksi yang sangat efisien yang memungkinkan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan yang beragam dari pelanggan. PT. Shyang Yao Fung berusaha menjadi pemasok global utama dalam Adidas Group. 55

PEMBAHASANthesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-1-00566-MN Bab4002.pdf · Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang bergerak ... teknik integrasi ... Membuat laporan dan

  • Upload
    lebao

  • View
    267

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil Perusahaan

PT. Shyang Yao Fung adalah perusahaan industri manufaktur yang

bergerak di bidang sepatu olahraga yang bermerek Adidas yang memproduksi

sepatu untuk pria, wanita, anak-anak. Dengan menggunakan bahan dasar

yang terbuat dari kulit, kain dan sintetis.

Pada awalnya, tahun 1984 didirikannya Shyang Sin Bao industry Co., Ltd

(Taiwan). Kemudian perusahaan ini memperluas jangkauannya hingga di

Indonesia dengan nama Shyang Yao Fung. Saat ini perusahaan ini

menyediakan sepatu merek-merek terkenal di dunia dengan keterampilan

yang luar biasa dalam inovasi penelitian dan pengembangan, teknik integrasi

dan manufaktur kualitas terbaik.

PT. Shyang Yao Fung memproduksi alas kaki atau sepatu Adidas yang

unggul melampaui standar dalam kualitas konsep merek. Praktik bisnisnya

yang tetap konsisten dengan nilai-nilai Adidas, kapabilitas dan kemampuan

dalam perencanaan produksi dan manajemen yang telah mengembangkan

mekanisme produksi yang sangat efisien yang memungkinkan fasilitas untuk

memenuhi kebutuhan yang beragam dari pelanggan. PT. Shyang Yao Fung

berusaha menjadi pemasok global utama dalam Adidas Group.

55

PT. Shyang Yao Fung di Indonesia didirikan pada tahun 2007. Pada tahun

2008 memproduksi sepatu resmi untuk anak-anak dan balita. Pada tahun 2009

PT. Shyang Yao Fung mendirikan pabrik yang kedua dan memulai

produksinya. Kemudian pada tahun 2010, PT. Shyang Yao Fung mendirikan

pabrik yang ketiga dan memulai produksinya.

Mendapat ISO 9001 & 14001 dan sertifikat OHSAS untuk pabrik 1 dan

pabrik 2 pada tahun 2010. Pada tahun 2012 PT. Shang Yao Fung menerapkan

untuk memperpanjang ISO 9001/14001 dan sertifikat OHSAS untuk ruang

lingkup pabrik ketiga.

PT. Shyang Yao Fung Pabrik 1 didirikan pada tahun 2007 dimulai dengan

memproduksi Adidas Crib and Infant. Berlokasi di Jl. Industri Raya IV blok

AE No.9 Bunder−Tangerang. Pada tahun 2009 didirikannya PT. Shyang Yao

Fung pabrik 2 dimulai produksinya dengan sepatu Adidas ukuran pria.

Berlokasi di Jl. Industri Raya blok D no.2 Cikupa−Tanggerang. Pada tahun

2010 didirikan PT. Shyang Yao Fung Pabrik 3 dimulai dengan proses

pencetakan. Berlokasi di Jl. Industri Raya VIII Jatiuwung − Tangerang.

Dari produksi sepatu yang dihasilkan akan diekspor keluar negeri seperti

Jerman, Spanyol, Italia, Afrika Selatan, Amerika, Mexico, Brazil, Jepang

Korea, Taiwan, Hongkong dan Negara-negara lainnya.

56

SYF – Indonesia Capacity

4.1.1 Visi dan Misi PT. Shyang Yao Fung

Adapun visi PT. Shyang Yao Fung :

− Menjadi pemimpin pasar, dalam pangsa pasar kalangan menengah ke

atas.

− Meneruskan inovasi-inovasi dalam hal menciptakan kualitas yang lebih

baik dalam semua produk dan mempertahankan harga agar dapat

dijangkau konsumen.

Adapun misi PT. Shyang Yao Fung:

− Membina hubungan kekeluargaan dan kemitraan yang erat antara

konsumen, karyawan, pemilik dan pihak-pihak lain yang terkait.

− Meningkatkan kemakmuran perusahaan dengan melayani kebutuhan

konsumen, serta ikut berperan memajukan kesejahteraan masyarakat.

Location Factory Production Current Capacity

Indonesia

F1 Crib

Cold cement

70,000

100,000

F2 Cold Cement 200,000

F3 Cold Cement 200,000

TOTAL 570,000

57

4.2 Struktur PT. Shyang Yao Fung

Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas yang

dilakukan oleh manajemen perusahaan agar perusahaannya dapat berjalan

dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Struktur organisasi merupakan hal yang penting bagi perusahaan terutama

membantu dalam hal-hal sebagai berikut :

1. Memperlancar kerjasama antar bagian.

2. Menjelaskan hubungan kerja yang terdapat antara bagian yang satu

dengan bagian yang lainnya.

3. Menjelaskan secara lengkap dan terperinci tentang hal-hal yang menjadi

tanggung jawab bawahan dan atasan.

4. Memudahkan untuk melakukan kontrol terhadap efisiensi setiap bagian.

5. Sebagai pedoman maupun standar yang digunakan dalam penyusunan

prosedur-prosedur tertulis tentang aktivitas usaha.

6. Menjelaskan bagian-bagian yang ada daripada suatu perusahaan.

7. Menjelaskan tingkatan-tingkatan manajemen dalam perusahaan, derajat

dalam posisi daripada masing-masing bagian.

Suatu organisasi dikatanya baik apabila memperlihatkan arus pekerjaan

yang lancar serta pengendalian yang mantap dan terlaksana dengan baik,

walaupun hanya dengan bimbingan yang minimal dari pihak manajemen atau

pimpinan.

Dengan demikian suatu perusahaan harus menyusun suatu struktur

organisasi sehingga dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana cara

58

pengaturan yang harus dilakukan oleh manajemen perusahaan. Dalam

menyusun struktur organisasi ini perlu diperhatikan mengenai besar kecilnya

perusahaan. Semakin besar perusahaan itu semakin banyak pula pembagian

pekerjaan yang harus dipikirkan oleh manajemen perusahaan

Penyusunan suatu struktur organisasi harus diusahakan mempunyai

keluwesan atau fleksibilitas, sehingga diharapkan dapat menyesuaikan diri

dengan perkembangan-perkembangan yang terjadi dalam perushaan dan

dunia usaha setiap saat. Kebanyakan perusahaan-perusahaan yang ada dewasa

ini berusaha mencari bentuk sempurna dari suatu struktur organisasi yang

merupakan suatu campuran dari organisasi lini dan staff.

59

STRUKTUR ORGANISASI PT.SHYANG YAO FUNG

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Shyang Yao Fung

Sumber: PT. Shyang Yao Fung, Desember 2012

Direktur Utama

Kepala Bagian Cutting

Marketing

Kepala Bagian Stitching

Kepala Bagian Finishing

Kepala Bagian Assembling

Gudang Personalia

Bahan Baku

Keuangan Produksi dan Desain

Packaging

Administrasi Accounting

Satpam

Supir

60

4.3 Uraian Tugas PT. Shyang Yao Fung

Struktur organisasi merupakan gambaran mengenai pembagian tugas yang

dilakukan oleh manajemen perusahaan agar perusahaannya dapat berjalan

dengan lancar sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai.

Dibawah ini akan dijelaskan satu persatu tugas dan tanggung jawab

masing-masing fungsi :

1. Direktur Utama, merupakan pemegang kekuasaan tertinggi perusahaan.

Tugas-tugas dan wewenangnya adalah

a. Merumuskan tujuan, sasaran dan kebijaksanaan perusahaan serta

mengadakan pengawasan dan mengevaluasi pelaksanaanya.

b. Mengevaluasi dan menilai hasil kegiatan para kepala Departemen

(manager) secara periodik.

c. Menetapkan kebijaksanaan dan rencana yang berhubungan dengan

tujuan yang akan dicapai perusahaan.

d. Memeriksa laporan kegiatan produksi bulanan, hasil produksi dan

juga laporan penerimaan dan pengeluaran bulanan dari tiap

departemen.

2. Manajer Marketing (Pemasaran)

Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :

a. Merencanakan dan melaksanakan hal-hal yang berhubungan dengan

pemasaran dan penjualan ke luar negeri.

61

b. Menerima keluhan-keluhan dari pelanggan yang disampaikan

terutama oleh para pemain sepak bola.

c. Membuat laporan secara periodik kepada direktur utama.

d. Menangani masalah yang berhubungan dengan pelanggan.

e. Mencari gagasan-gagasan baru yang baik bagi perkembangan produk

di masa yang akan datang.

3. Manajer Produksi

Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :

a. Membantu Direktur Utama dalam menjalankan tugasnya dalam hal

produksi dan operasi.

b. Bertanggung jawab terhadap tercapainya target produksi yang telah

ditetapkan.

c. Bertanggung jawab terhadap kelancaran proses produksi.

d. Mengarahkan dan mengawasi serta memastikan bahwa semua

pelaksanaan kegiatan pada setiap bagian produksi dapat berjalan

sesuai dengan program kerja, kebijaksanaan dari prosedur kerja yang

telah ditetapkan.

e. Mengadakan peninjauan langsung untuk kelancaran produksi ke

segala bagian produksi.

f. Bersama-sama dengan Direktur Utama bertukar pikiran untu

merancang (mendesain) model-model sepatu terbaru.

4. Manajer Personalia

Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :

62

a. Melakukan perekrutan karyawan baru.

b. Mengurus hal-hal yang berhubungan dengan gaji karyawan

perusahaan.

c. Mengadakan pelatihan, pendidikan dan keselamatan kerja bagi

karyawan perusahaan.

d. Menciptakan keamanan kerja bagi karyawan perusahaan.

e. Menjalin hubungan baik dengan masyarakat.

5. Manajer Keuangan

Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :

a. Merencanakan dan menyiapkan anggaran keuangan yang diperlukan.

b. Membuat laporan dan input secara periodic yang akan diberikan

kepada direktur utama.

c. Melaksanakan segala kebijakan yang telah ditetapkan dan

pengontrolan keuangan perusahaan.

d. Bertanggung jwab atas pembelian bahan baku agar rencana operasi

dapat dipenuhi melakukan kerjasama kordinasi yang efektif dengan

fungsi-fungsi lainnya dalam perusahaan.

6. Manajer Gudang

Tugas-tugas dan wewenangnya adalah :

a. Bertanggung jawab terhadap persediaan bahan baku dan bahan

pembantu.

63

b. Bertanggung jawab terhadap masalah penanganan material dalam

gudang.

c. Bertanggung jawab terhadap pengepakan, pengangkutan serta

pemindahan barang.

d. Bertanggung jawab terhadap pengiriman produk jadi sampai ke tangan

konsumen yaitu terutama untuk para pemain sepak bola di luar negeri.

4.4 Jenis dan Tipe Mesin yang Digunakan

Dalam suatu perusahaan teknologi merupakan pendukung yang sangat

utama dalam keberlangsungan suatu kegiatan produksi. Dalam melaksanakan

kegiatan produksinya PT. Shyang Yao Fung tidak hanya menggunakan

mesin-mesin untuk kelancaran produksi, tetapi juga sebagian dari proses

produksinya dilakukan secara manual agar memberikan hasil yang lebih baik.

Mesin-mesin yang digunakan oleh PT. Shyang Yao Fung antara lain :

1. Cutting Dies

Merupakan besi atau logam yang sisinya tajam dan patah dibentuk

berdasarkan pola sepatu.

2. Mesin Cutting Beam atau Mesin Pon

Fungsinya untuk memotong bahan dengan cara tekanan atau hirdalin dan

menggunakan cutting dies (pisau), mesin ini digunakan untuk

menghasilkan alas kaki.

3. Mesin Skivingi

64

Fungsinya untuk menipiskan sisi bahan atau komponen dengan cara

mengatur tebal, tipis dan lebarnya dengan pisau mesin dan tekanan untuk

dilipat dan ditempel pada bagian sewing.

4. Mesin jahit

Fungsinya untuk menjahit dan menggabungkan komponen upper sepatu

sehingga menjadi upper yang utuh. Selain itu juga berfungsi untuk

mengatur spesifikasi yang diinginkan. Dalam menjahit upper perlu

memperhatikan beberapa hal, yaitu langkah jahit atau desain yang sudah

ditentukan, ukuran dan bentuk jarum yang harus digunakan, tebal dan

jenis benang.

5. Mesin Forming

Merupakan mesin panas yang terdapat shoe last besi atau logam yang

berbentuk sepatu dimana berfungsi untuk membentuk upper. Cara

penggunaanya dengan memasukkan upper dan dirapatkan dengan digetok

pada waktu tertentu.

6. Shoe Last

Merupakan cetakan bentuk sepatu yang biasa terbuat dari platik atau

kayu. Gunanya untuk membentuk upper sehingga pasangan upper

mempunyai kerataan dan tinggi sepatu yang sama.

7. Mesin Buffing

Merupakan mesin untuk mengamplas atau mengkasarkan bagian yang

akan di lem, biasanya bagian yang diamplas adalah bagian bawah upper

yang akan digabungkan dengan sol. Berfungsi untuk mengamplas yang

65

kasar, menghilangkan kotoran atau bahan-bahan lain, membuka atau

membuat pori agar pengeleman lebih baik.

8. Mesin Oven

Merupakan mesin pemanas yang berfungsi untuk mengeringkan lem

dengan kontrol waktu dan temperatur sebelum ditempel dengan sol.

9. Mesin Stitching Outside

Merupakan mesin jahit yang berfungsi untuk menjahit atau menguatkan

sol pada sepatu. Selain itu kegunaannya untuk mengikat atau menguatkan

sol dengan upper dan memberikan variasi.

10. Mesin Blower

Berfungsi untuk membakar sisa-sisa benang hasil jahitan. Dalam

pengerjaannya, perlu diperhatikan lamanya pekerjaan. Karena bisa

membuat bagian upper pada sepatu menjadi berkerut.

11. Mesin Semir

Befungsi untuk menyemir atau membuat kulit sepatu lebih licin dan

mengkilap.

12. Mesin Embose

Berfungsi untuk membuat merk, dengan memperhatikan besarnya suhu.

13. Mesin Press

Berfungsi untuk merekatkan sol dengan upper agar pengeleman lebih

kuat, dengan melakukan penekanan.

4.5 Produk yang Dihasilkan

PT. Shyang Yao Fung merupakan perusahaan industri manufaktur yang

menghasilkan berbagai macam produk sepatu olahraga bermerek Adidas

diantaranya adalah :

66

1. Sepatu anak-anak (Crib dan Kid)

2. Sepatu pria (Man)

3. Sepatu wanita (Woman)

Karena banyaknya jenis dan berbagai macam produk sepatu olahraga yang

dihasilkan oleh Perusahaan ini. Maka penulis mengkhususkan melakukan

penelitian pada salah satu dari produk yang dihasilkannya. Produk dari

perusahaan yang dijadikan sample penelitian adalah sepatu olahraga khusus

para pria.

4.6 Penentuan Standar Kualitas Produk Sepatu Olahraga (Sport Shoes)

Standar kualitas produk yang diterapkan oleh PT. Shyang Yao Fung terdiri

dari tiga tahapan utama yaitu standar kualitas utama bahan baku, standar

kualitas dalam proses produk, dan standar kualitas produk jadi.

4.6.1 Standar Kualitas Bahan Baku

Bahan baku merupakan komponen utama yang digunakan dalam

pembuatan produk dalam kegiatan produksi. Tanpa bahan baku atau bahan

utama maka proses produksi tidak dapat dilakukan. Bahan baku dasar yang

digunakan untuk menghasilkan sepatu olahraga pria adalah kulit (kulit

kambing dan kulit sapi) dan sintetis (PVC yang mengandung campuran

plastik dan PU yang mengandung karet). Dan bahan-bahan pendukung

lainnya seprti benang jahit, lem, kain atau plastik, sol, pengeras, shoe last,

karet, tali sepatu, sponge atau busa, dan ornament.

67

4.6.2 Standar Kualitas dalam Proses Produksi

Penetapan Standar Kualitas dalam Proses Produksi bertujuan untuk

memastikan bahwa proses produksi berjalan sesuai dengan prosedur atau

terkendali sehingga apabila terjadi penyimpangan dalam proses produksi

segera dilakukan tindakan perbaikan.

4.6.3 Standar Kualitas Produk Jadi

Penetapan standar kualitas produk jadi merupakan suatu prosedur

perusahaan untuk memastikan bahwa kualitas produk yang dihasilkan

memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh perusahaan. Penetapan

standar kualitas produk ditunjukkan untuk memuaskan selera dan keinginan

konsumen dengan mencegah agar produk yang tidak memenuhi standar

kualitas tidak sampai ke tangan konsumen.

Standar kualitas produk jadi yang ditetapkan oleh perusahaan adalah :

− Produk tidak kotor.

− Ukuran sepatu sesuai dengan pasangannya.

− Jahitan pada produk tidak mengalami kecacatan.

− Tidak terdapat lem yang berlebih pada produk.

− Upper dengan sol dapat merekat dengan baik.

4.7 Pelaksanaan Pengawasan Pengendalian Kualitas Produk Sepatu

Olahraga (Sport Shoes)

Pengawasan kualitas pada suatu perusahaan manufaktur merupakan suatu

hal yang harus dilakukan untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan

68

standar kualitas dan keinginan konsumen sehingga nama perusahaan akan

tetap baik dimata para konsumennya. Dengan adanya pengawasan terhadap

kualitas produk, maka perusahaan dapat mendeteksi dan mengetahui adanya

penyimpangan yang terjadi terhadap produk yang telah dihasilkan sehingga

produk yang menyimpang dari kualitas standar tidak sampai ke tangan

konsumen yang nantinya akan membuat image perusahaan menjadi buruk.

Meskipun kegiatan proses produksi telah dilaksanakan dan direncanakan

dengan baik, akan tetapi tidak menutup kemungkinan akan terjadinya hal-hal

yang dapat menyebabkan penyimpangan terhadap kualitas produk.

4.7.1 Pengawasan Kualitas Bahan Baku

Setiap perusahaan dalam menghasilkan suatu produk selalu menggunakan

bahan baku sebagai bahan dasar pembuatan produk. Jadi bahan baku sangat

mempengaruhi kualitas dari produk akhir perusahaan. Perusahaan melakukan

pengawasan terhadap kualitas bahan baku agar bahan baku yang dipakai

dalam proses produksi memenuhi standar kualitas yang telah ditentukan.

a. Seleksi pemasok sumber bahan baku

Menyeleksi sumber bahan baku merupakan langkah awal yang penting

dalam melakukan pengwasan kualitas, karena dengan melakukan

penyeleksian bahan baku perusahaan dapat mengetahui kualitas dari

bahan baku yang ditawarkan, waktu pengiriman, serta harga yang

ditawarkan oleh pemasok. Seperti harga bahan baku yang lebih murah

dibandingkan dengan harga pemasok lainnya, perusahaan pemasok mau

menerima return bahan baku jika terdapat adanya cacat pada bahan baku,

69

Perusahaan pemasok sudah mempunyai image sebagai perusahaan

pemasok yang cukup handal dalam menyediakan bahan baku secara

berlanjut dalam jangka waktu yang panjang.

b. Pemeliharaan gudang penyimpanan

Perusahaan perlu melakukan pemeliharaan pada gudang serta memenuhi

fasilitas yang dibutuhkan dalam penyimpanan bahan baku agar bahan

baku yang disimpan tersebut tidak rusak dalam jangka waktu tertentu.

Gudang penyimpanan bahan baku dan hasil produksi selalu dijaga

kondisinya agar tetap bersih dan tidak bocor sewaktu hujan.

4.7.2 Pengawasan Kualitas Proses Produksi

Proses produksi merupakan bagian terpenting bagi perusahaan

manufaktur, oleh karena itu pengawasan kualitas pada proses produksi sangat

penting dilakukan agar dapat menghasilkan produk yang memenuhi standar

kualitas yang diterapkan oleh perusahaan.

4.7.3 Pengawasan Kualitas Produk Jadi

Pengawasan kualitas yang dilakukan pada produk jadi merupakan upaya

terakhir yang dilakukan oleh perusahaan untuk memeriksa ulang apabila

terdapat produk cacat yang lolos dari pengamatan pengawas selama proses

produksi dan memastikan apakah produk yang dihasilkan telah memenuhi

standar kuailtas yang ditetapkan sehingga layak untuk dikirim kepada

pelanggan. Pemeriksaan produk akhir dilakukan oleh bagian quality control,

yang melakukan pengamatan langsung pada hasil akhir dari proses produksi

70

apakah hasil akhir tersebut sesuai dengan standar kualitas atau tidak. Jika

ternyata sesuai dengan standar kualitas, maka segera dilakukan packaging

agar tampak lebih teratur dan rapi, Dan setelah itu produk jadi dikirim

langsung ke konsumen atau disimpan terlebih dahulu di gudang

penyimpanan. Akan tetapi jika pada produk jadi ada yang tidak memenuhi

standar kualitas, maka produk itu disebut sebagai produk cacat.

4.8 Analisis Data

Pada tahap ini, data-data yang didapat selama masa observasi di PT.

Shyang Yao Fung kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan

menggunakan metode SPC (Statistical Process Control) atau metode seven

tools, yaitu diagram alir, lembar periksa, diagram pareto, diagram batang,

diagram tebar, peta kontrol atau peta kendali, diagram sebab-akibat.

4.8.1 Diagram Alir/Diagram Proses (Process Flow Chart)

Aliran proses produksi pada PT. Shyang Yao Fung untuk menghasilkan

produk sepatu olahraga pria ditunjukkan dengan gambar seperti dibawah ini :

71

Gambar 4.2 Aliran Proses Produksi Sepatu Olahraga Pria

Sumber : PT. Shyang Yao Fung, Desember 2012

Mendesain Bahan Baku

Cutting

Penyablonan atau Pemberian Merek

Sewing atau Stitching

Pengabungan Upper dengan

Buttom

Foming atau Pengepresan

Finishing atau Inspeksi

Packaging

72

Penjelasan mengenai proses produksi pembuatan sepatu olahraga pria

dijelaskan sebagai berikut :

1. Proses mendesain sepatu olahraga

Pada proses ini yang diperhatikan adalah bentuk dari komponen upper

(bagian atas sepatu) dan buttom (bagian alas sepatu) karena kedua bagian

tersebut saling berkaitan erat satu dengan yang lain sehingga jika kedua

komponen digabung, maka akan menghasilkan sepatu yang sesuai dengan

keinginan konsumen. Model yang mengikuti perkembangan jaman dan

modis adalah desain yang sangat menarik dan desainnya yang diminati

oleh konsumen, terutama golongan muda. Selain itu pemilik bahan-bahan

yang akan digunakan untuk pembuatan sepatu juga sangat berpengaruh

terutama pada perpaduan warna dan motif dari bahan yang digunakan.

2. Proses Cutting

Pada tahap ini, terhadap beberapa proses yaitu memotong bahan utama

dan bahan pendukung menjadi komponen-komponen upper dan buttom.

Pemotongan ini harus sesuai dengan keadaan bahan yang akan digunakan

sebab masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda-beda dan

sangat bergantung pada bahan dasarnya, apakah bahan bakunya terbuat

dari kulit atau sintesis. Sedangkan untuk komponen buttom digunakan

bahan baku sponge. Komponen-komponen tersebut dibawa ke bagian

marking untuk dibuat tanda/pola untuk di cutting atau ditempel.

Komponen upper yang ditandai, dibawa ke bagian skiving untuk

73

ditipiskan agar pada saat ditempel, tebal permukaan menjadi rata. Setelah

pola telah dibuat, maka dilakukan proses pemotongan di mesin pon.

3. Proses sablon dan pemberian merk

Komponen Upper dibawa ke bagian ini untuk dicetak jenis atau item

kulitnya. Hal ini dilakukan untuk mempermudah langkah kerja

selanjutnya agar dapat mencocokan warna kulit saat merajut menjadi

kesatuan upper. Sehingga dapat memasangkan sepatu dengan bahan dan

warna yang sama. Sebelum kulit alas sepatu ditempel pada spon dan kulit

yang telah dipotong, terlebih dahulu kulit alas diberi cap merk dengan

mesin cetak merk.

4. Proses sewing/stitching

Pada bagian ini, komponen-komponen bagian upper dirakit menjadi

satuan upper dengan cara ditempel, ditekuk dan dijahit agar lebih

menambah kekuatan rekat antara komponen yang satu dengan yang lain.

Untuk bagian diberi merk selanjutnya ditempel dan disatukan dengan

sponge yang telah di cutting dan komponen-komponen alas sepatu

lainnya. Selanjutnya dijahit bagian pinggirnya agar lebih kuat. Pada

bagian jahit, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu tebal-tipisnya

jarum dan benang yang digunakan untuk berbagai jenis kulit. Untuk

model-model tertentu, digunakan jahitan benang sebagai aksesoris. Pada

proses sewing ini, jahitan harus rapi sekali, karena mempengaruhi nilai

estetika dan nilai jual dari sepatu tersebut.

74

5. Proses penggabungan bagian upper dan buttom

Komponen-komponen upper dan buttom yang telah melewati proses

sewing kemudian disatukan dengan cara ditempel dengan menggunakan

lem. Dalam proses pengeleman ini sangat penting dan operator yang

ditempatkan pada bagian ini harus yang berpengalaman agar hasil

pengeleman rapi dan rata.

6. Proses Forming (Pengepresan Sepatu)

Setelah itu, sepatu dioven dalam mesin oven. Umumnya dengan suhu

75 C dan selama 20 menit, tetapi untuk bahan baku dan jenis kulit

tertentu suhu dan waktunya dapat disesuaikan. Setelah dioven, sepatu

yang telah disatukan dengan sol ini di press dengan menggunakan mesin

press. Proses ini dilakukan dengan tujuan agar lem dapat merekatkan

upper (bagian atas sepatu) dengan bagian sol.

7. Inspeksi dan Finishing

Untuk menghasilkan sepatu atau alas kaki dengan ukuran yang pas atau

sesuai, maka pada tahap ini dilakukan inspeksi. Pengepasan ukuran

bagian atas dan bawah sepatu yang dilakukan dengan menggunakan alat

bantu yang memiliki berbagai ukuran. Pengepasan ini dilakukan dengan

benar-benar teliti. Karena jika ternyata ukurannya tidak sesuai dengan

standar yang telah ditetapkan, maka sepatu harus dikerjakan ulang.

Pemeriksaan dilakukan secara manual satu persatu oleh para pekerja. Jika

ditemukan cacat pada sepatu, maka akan dikembalikan ke bagian

75

pembuatan sepatu. Sebaliknya, jika tidak ditemukan cacat pada sepatu

selanjutnya dibawa ke bagian finishing. Di bagian ini sepatu dibersihkan

dari lem-lem dan menghilangkan benang-benang yang panjang dari hasil

jahitan dengan cara di blower yaitu mesin yang mengeluarkan panas.

Kemudian bagian tepi sepatu akan dilapisi cat yang berwarna sesuai

dengan sepatu untuk menutupi sisa-sisa lem.

8. Packaging

Sepatu yang sudah jadi kemudian dikemas dengan ukuran dan

pasangannya masing-masing kemudian dimasukan ke dalam kardus atau

kotak sepatu.

4.8.2 Lembar Periksa (Check Sheet)

4.8.2.1 Lembar Periksa untuk Produk Sepatu Olahraga Pria Periode Januari -

Desember 2011

Berikut ini lembar periksa untuk produk sepatu olahraga periode Januari-

Desember 2011 adalah sebagai berikut :

76

Tabel 4.1 Jenis cacat, jumlah cacat, dan jumlah produksi pada produk sepatu

olahraga pria (Persatuan)

Periode Januari – Desember 2011

Upper dengan sol kurang merekat

Pengeleman kurang rapi

Ukuran tidak sesuai

Jahitan kurang

rapi

Total Cacat

Total Produksi

Januari 124 122 20 22 288 22200

Februari 220 392 40 44 696 44800

Maret 200 128 60 39 427 18280

April 480 242 72 16 810 29440

Mei 140 252 70 25 487 12764

Juni 185 248 111 36 580 37654

Juli 190 275 133 49 647 9892

Agustus 120 82 98 64 364 20877

September 182 129 148 81 540 14888

Oktober 170 98 122 100 490 12090

November 265 110 280 121 776 29980

Desember 208 92 249 140 689 42820

Total 2484 2170 1403 737 6794 295685

Sumber : PT. Shyang Yao Fung

77

4.8.2.2 Lembar Periksa untuk Produk Sepatu Olahraga Pria Periode Januari

– Desember 2012

Berikut ini lembar periksa untuk produk sepatu olahraga periode Januari –

Desember 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.2 Jenis cacat, jumlah cacat, dan jumlah produksi pada produk sepatu

olahraga pria (Persatuan)

Periode Januari – Desember 2012

Upper dengan sol kurang merekat

Pengeleman kurang rapi

Ukuran tidak sesuai

Jahitan kurang

rapi

Total Cacat

Total Produksi

Januari 112 108 24 28 272 28200

Februari 180 284 48 52 564 41280

Maret 220 128 39 20 407 18280

April 280 224 72 29 605 29440

Mei 140 248 78 32 498 12964

Juni 185 214 100 46 545 42540

Juli 179 275 122 48 624 9486

Agustus 280 88 94 42 504 20188

September 142 129 128 89 488 1288

Oktober 159 134 122 98 513 11090

November 215 98 248 108 669 25498

Desember 128 82 195 120 525 32820

Total 2220 2012 1270 712 6214 284471

Sumber : PT. Shyang Yao Fung

78

4.8.3 Diagram Pareto (Pareto Analysis)

4.8.3.1 Membuat Diagram Pareto Untuk Produk Sepatu Olahraga Periode

2011-2012

Berikut ini merupakan tabel jenis cacat dan jumlah cacat untuk produk

sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.3 Data jenis cacat dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga pria

(Persatuan)

Periode 2011-2012

Jenis Cacat Jumlah Cacat

Upper dengan sol kurang merekat 4704

Pengeleman kurang rapi 4182

Ukuran tidak sesuai 2673

Jahitan kurang rapi 1449

Jumlah 13008

Sumber : PT. Shyang Yao Fung

Dari tabel diatas, maka didapatkan data untuk persentase cacat dan persentase

kumulatif untuk produk sepatu olahraga 2011-2012 adalah sebagai berikut :

79

Tabel 4.4 Data jenis cacat, jumlah cacat, persentase cacat, dan persentase kumulatif

pada produk sepatu olahraga

Periode 2011-2012

Jenis cacat Jumlah Cacat

Persentase Cacat (%)

Persentase Kumulatif (%)

Upper dengan sol kurang merekat 4704 36.16 36.16

Pengeleman kurang rapi 4182 32.15 68.31

Ukuran tidak sesuai 2673 20.55 88.87

Jahitan kurang rapi 1449 11.14 100

Jumlah 13008

Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan hasil analisis data, Januari 2013

Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram paretonya. Dan menghasilkan

sebuah diagram pareto seperti dibawah ini :

80

Gambar 4.3 Diagram Pareto untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012

Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013

Pada diagram diatas, terlihat jelas bahwa karakteristik kualitas yang terbanyak

menghasilkan produk selama periode 2011-2012 ada pada cacat dengan jenis

upper dengan sol kurang merekat yaitu sebanyak 4704 satuan atau sebesar

36.16 %. Kemudian diikuti cacat dengan jenis pengeleman kurang rapi

sebanyak 4182 satuan atau seebesar 32.15, ukuran tidak sesuai sebanyak 2673

satuan atau sebesar 20.55 %, dan jahitan kurang rapi sebanyak 1449 satuan

atau sebesar 11.14 %.

81

4.8.4 Diagram Batang (Histogram)

4.8.4.1 Membuat Diagram Batang Untuk Sepatu Olahraga Periode 2011-2012

Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk

sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.5 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan)

Periode 2011-2012

No Periode Jumlah Sepatu Olahraga yang diproduksi

Jumlah Cacat

1 Januari 22200 288

2 Februari 44800 696

3 Maret 18280 427

4 April 29440 810

5 Mei 12764 487

6 Juni 37654 580

7 Juli 9892 647

8 Agustus 20877 364

9 September 14888 540

10 Oktober 12090 490

11 November 29980 776

12 Desember 42820 689

13 Januari 28200 272

14 Februari 41280 564

15 Maret 18280 407

16 April 29440 605

17 Mei 12764 498

18 Juni 42540 545

82

No Periode Jumlah Sepatu Olahraga yang diproduksi

Jumlah Cacat

19 Juli 9489 624

20 Agustus 20188 504

21 September 12882 488

22 Oktober 11090 513

23 November 25498 669

24 Desember 32820 525

TOTAL 580156 13008

Sumber : PT. Shyang Yao Fung

Berdasarkan dari jumlah cacat (persatuan) diatas, maka harus dihitung

besarnya range, banyaknya kelas interval, interval kelas, batas kelas serta

kelas agar dapat membuat diagram batangnya.

• Besarnya range dihitung dengan rumus :

R = = (nilai terbesar – nilai terkecil)

R = 810 – 272

R = 538

• Banyaknya Kelas Interval dihitung dengan rumus :

K = 1 + 3.322 log n

K = 1 + 3.322 log 24

K = 5.3851 = 5

83

• Interval kelas dihitung dengan rumus :

L = =

L = = 107.6

• Batas kelas dihitung dengan rumus :

Batas kelas = (Nilai Terkecil x ½ x Unit Pengukuran)

Batas kelas = (272 – ½ x 0.01)

Batas kelas = 271.995 = 272

Jadi,

Batas kelas pertama :

Batas Bawah = 272

Batas Atas = 272 + 107.6 (interval kelas)

= 379.6

Batas kelas kedua :

Batas Bawah = 379.6

Batas Atas = 397.6 + 107.6

= 487.2

84

Batas kelas ketiga :

Batas Bawah = 487.2

Batas Atas = 487.2 + 107.6

= 594.8

Batas kelas keempat :

Batas Bawah = 594.8

Batas Atas = 594.8 + 107.6

= 702.4

Batas kelas kelima :

Batas Bawah = 702.4

Batas Atas = 702.4 + 107.6

= 810

• Nilai tengah kelas dihitung dengan rumus :

Nilai tengah =

Jadi,

Nilai tengah kelas pertama = = 325.8

85

Nilai tengah kelas kedua = = 433.4

Nilai tengah kelas ketiga = = 541

Nilai tengah kelas keempat = = 648.6

Nilai tengah kelas kelima = = 756.2

Berdasarkan perhitungan diatas, maka diperoleh tabel sebagai berikut:

Tabel 4.6 Frekuensi Hipotesis Jumlah Cacat Pada Produk Sepatu Olahraga

Periode 2011-2012

Batas Kelas Cacat (Persatuan) Nilai Tengah Frekuensi

272 – 379.6 325.8 3

379.6 – 487.2 433.4 3

487.2 – 594.8 541 10

594.8 – 702.4 648.6 6

702.4 – 810 756.2 2

Jumlah 24

Sumber : Hasil analsis data, Januari 2013

86

Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram batang seperti dibawah ini :

Gambar 4.4 Diagram Batang untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012

Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013

Dari gambar diatas terlihat bahwa frekuensi terbesar terdapat pada nilai

tengah 541 atau pada kelas interval 487.2 – 594.8. Sedangkan frekuensi

terendah terdapat pada nilai tengah 756.2 atau pada kelas interval 702.4 –

810.

4.8.5 Diagram Tebar (Scatter Diagram)

Diagram tebar digunakan untuk mengetahui kuatnya hubungan antara dua

variabel. Dalam hal ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat hubungan

antara dua variabel, yaitu variabel banyaknya jumlah cacat jenis upper

dengan sol kurang merekat selama periode 2011-2012 dengan variabel

jumlah produk cacat yang terjadi pada proses pembuatan atau produksi sepatu

olahraga periode 2011-2012.

87

Berikut ini merupakan tabel jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang

merekat dan jumlah produk cacat yang terjadi pada proses pembuatan atau

produksi sepatu olahraga periode 2011-2012 yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7 Data jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat dan jumlah cacat

pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan)

Periode 2011-2012

No. Periode Upper dengan sol kurang merekat Jumlah Cacat

1 Januari 124 288

2 Februari 220 696

3 Maret 200 427

4 April 480 810

5 Mei 140 487

6 Juni 185 580

7 Juli 190 647

8 Agustus 120 364

9 September 182 540

10 Oktober 170 490

11 November 265 776

12 Desember 208 689

13 Januari 112 272

14 Februari 180 564

15 Maret 220 407

16 April 280 605

17 Mei 140 498

18 Juni 185 545

19 Juli 179 624

20 Agustus 280 504

21 September 142 488

88

No. Periode Upper dengan sol kurang merekat Jumlah Cacat

22 Oktober 159 513

23 November 215 669

24 Desember 128 525

TOTAL 4704 13008

Sumber : PT. Shyang Yao Fung

Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah diagram tebar seperti dibawah ini:

Gambar 4.5 Diagram tebar jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat

dengan jumlah cacat pada produk untuk Sepatu Olahraga Pria 2011-2012

Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013

89

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara banyaknya

jumlah produk sepatu olahraga yang cacat pada proses produksi dengan

banyaknya jumlah cacat jenis upper dengan sol kurang merekat periode 2011-

2012. Dari gambar terlihat bahwa dua variabel tersebut mempunyai hubungan

yang bersifat positif atau berkorelasi positif. Karena nilai-nilai yang besar dari

variabel x berhubungan dengan nilai-nilai yang besar dari variabel y.

4.8.6 Peta Kontrol atau Bagan Kendali (Control Chart)

4.8.6.1 Membuat Peta Kendali p untuk Sepatu Olahraga Bagi Pria Periode

2011-2012

Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk

sepatu olahraga bagi pria periode Januari – Desember 2011 yaitu sebagai

berikut :

Tabel 4.8 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu bagi pria (Persatuan)

Periode Januari – Desember 2011

No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi

Jumlah Cacat

1 Januari 22200 288

2 Februari 44800 696

3 Maret 18280 427

4 April 29440 810

5 Mei 12764 487

6 Juni 37654 580

7 Juli 9892 647

8 Agustus 20877 364

9 September 14888 540

90

Tabel 4.8 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu bagi pria (Persatuan)

Periode Januari – Desember 2011

(Lanjutan)

No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi

Jumlah Cacat

10 Oktober 12090 490

11 November 29980 776

12 Desember 42820 689

TOTAL 295685 6794

Sumber : PT. Shyang Yao Fung

Berdasarkan tabel diatas, untuk membuat peta kendali p maka harus

menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control

Limit), dan LCL (Lower Control Limit).

• Proporsi cacat dihitung dengan rumus :

p – bar =

p – bar = = 0.0129 Bulan Januari

p – bar = = 0.0155 Bulan Februari

p – bar = = 0.0223 Bulan Maret

p – bar = = 0.0275 Bulan April

91

p – bar = = 0.0381 Bulan Mei

p – bar = = 0.0154 Bulan Juni

Dan seterusnya.

• Nilai CL dihitung dengan rumus :

CL = p – bar =

CL =

CL = 0.0229

Nilai CL sebesar 0.0229 yang berarti CL adalah rata-rata proporsi

cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p.

• Nilai UCL dihitung dengan rumus :

UCL = CL + 3

UCL = CL + 3

UCL = 0.0229 + 3

UCL = 0.0259 Bulan Januari

92

UCL = 0.0229 + 3

UCL = 0.0250 Bulan Februari

UCL = 0.0229 + 3

UCL = 0.0262 Bulan Maret

UCL = 0.0229 + 3

UCL = 0.0255 Bulan April

UCL = 0.0229 + 3

UCL = 0.0268 Bulan Mei

UCL = 0.0229 + 3

UCL = 0.0252 Bulan Juni

Dan seterusnya.

• Nilai LCL dihitung dengan rumus :

LCL = CL - 3

LCL = CL - 3

93

LCL = 0.0229 - 3

LCL = 0.0198 Bulan Januari

LCL = 0.0229 - 3

LCL = 0.0208 Bulan Februari

LCL = 0.0229 - 3

LCL = 0.0195 Bulan Maret

LCL = 0.0229 - 3

LCL = 0.0202 Bulan April

LCL = 0.0229 - 3

LCL = 0.0189 Bulan Mei

LCL = 0.0229 - 3

LCL = 0.0205 Bulan Juni

Dan seterusnya.

94

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan

proporsi cacat, CL, UCL dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode

Januari – Desember 2011 sebagai berikut :

Tabel 4.9 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu

olahraga untuk pria (Persatuan)

Periode Januari – Desember 2011

No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang

diproduksi

Jumlah Cacat

Proporsi Cacat

CL UCL LCL

1 Januari 22200 288 0.0129 0.0229 0.0259 0.0198

2 Februari 44800 696 0.0155 0.0229 0.0250 0.0208

3 Maret 18280 427 0.0233 0.0229 0.0262 0.0195

4 April 29440 810 0.0275 0.0229 0.0255 0.0202

5 Mei 12764 487 0.0381 0.0229 0.0268 0.0189

6 Juni 37654 580 0.0154 0.0229 0.0252 0.0205

7 Juli 9892 647 0.0654 0.0229 0.0274 0.0183

8 Agustus 20877 364 0.0174 0.0229 0.0260 0.0197

9 September 14888 540 0.0362 0.0229 0.0265 0.0192

10 Oktober 12090 490 0.0405 0.0229 0.0269 0.0188

11 November 29980 776 0.0258 0.0229 0.0254 0.0203

12 Desember 42820 689 0.0160 0.0229 0.0250 0.0207

TOTAL 295685 6794 0.334 0.2748 0.3118 0.2367

Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013

95

Berikut ini merupakan tabel jumlah produksi dan jumlah cacat untuk produk

sepatu olahraga bagi pria periode Januari – Desember 2012 yaitu sebagai

berikut :

Tabel 4.10 Data jumlah produksi dan jumlah cacat pada produk sepatu olahraga bagi

pria (Persatuan)

Periode Januari – Desember 2012

No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang diproduksi

Jumlah Cacat

1 Januari 28200 272

2 Februari 41280 564

3 Maret 18280 407

4 April 29440 605

5 Mei 12764 498

6 Juni 42540 545

7 Juli 9489 624

8 Agustus 20188 504

9 September 12882 488

10 Oktober 11090 513

11 November 25498 669

12 Desember 32820 525

TOTAL 284471 6214

Sumber : PT. Shyang Yao Fung

Berdasarkan tabel diatas, untuk membuat peta kendali p maka harus

menghitung besarnya proporsi cacat, CL (Central Line), UCL (Upper Control

Limit), dan LCL (Lower Control Limit).

96

• Proporsi cacat dihitung dengan rumus :

p – bar =

p – bar = = 0.0096 Bulan Januari

p – bar = = 0.0136 Bulan Februari

p – bar = = 0.0222 Bulan Maret

p – bar = = 0.0205 Bulan April

p – bar = = 0.0390 Bulan Mei

p – bar = = 0.0128 Bulan Juni

Dan seterusnya.

• Nilai CL dihitung dengan rumus :

CL = p-bar =

CL =

CL = 0.0218

Nilai CL sebesar 0.0218 yang berarti CL adalah rata-rata proporsi

cacat yang merupakan batas tengah peta kendali p.

97

• Nilai UCL dihitung dengan rumus :

UCL = CL + 3

UCL = CL + 3

UCL = 0.0218 + 3

UCL = 0.0244 Bulan Januari

UCL = 0.0218 + 3

UCL = 0.0239 Bulan Februari

UCL = 0.0218 + 3

UCL = 0.0250 Bulan Maret

UCL = 0.0218 + 3

UCL = 0.0243 Bulan April

UCL = 0.0218 + 3

UCL = 0.0256 Bulan Mei

98

UCL = 0.0218 + 3

UCL = 0.0239 Bulan Juni

Dan seterusnya.

• Nilai LCL dihitung dengan rumus :

LCL = CL - 3

LCL = CL - 3

LCL = 0.0218 - 3

LCL = 0.0191 Bulan Januari

LCL = 0.0218 - 3

LCL = 0.0196 Bulan Februari

LCL = 0.0218 - 3

LCL = 0.0185 Bulan Maret

LCL = 0.0218 - 3

LCL = 0.0192 Bulan April

99

LCL = 0.0218 - 3

LCL = 0.0179 Bulan Mei

LCL = 0.0218 - 3

LCL = 0.0196 Bulan Juni

Dan seterusnya.

Berdasarkan perhitungan diatas, maka dapat dibuatlah tabel hasil perhitungan

proporsi cacat, CL, UCL dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode

Januari – Desember 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 4.11 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu

olahraga untuk pria (Persatuan)

Periode Januari - Desember 2012

No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang

diproduksi

Jumlah Cacat

Proporsi Cacat

CL UCL LCL

1 Januari 28200 272 0.0096 0.0218 0.0244 0.0191

2 Februari 41280 564 0.0136 0.0218 0.0239 0.0196

3 Maret 18280 407 0.0222 0.0218 0.0250 0.0185

4 April 29440 605 0.0205 0.0218 0.0243 0.0192

5 Mei 12764 498 0.0390 0.0218 0.0256 0.0179

6 Juni 42540 545 0.0128 0.0218 0.0239 0.0196

100

Tabel 4.11 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL pada produk sepatu olahraga untuk pria (Persatuan)

Periode Januari - Desember 2012

(Lanjutan)

No. Periode Jumlah sepatu olahraga yang

diproduksi

Jumlah Cacat

Proporsi Cacat

CL UCL LCL

7 Juli 9489 624 0.0657 0.0218 0.0262 0.0173

8 Agustus 20188 504 0.0249 0.0218 0.0248 0.0187

9 September 12882 488 0.0378 0.0218 0.0256 0.0179

10 Oktober 11090 513 0.0462 0.0218 0.0259 0.0176

11 November 25498 669 0.0262 0.0218 0.0245 0.0190

12 Desember 32820 525 0.0159 0.0218 0.0242 0.0193

TOTAL 284471 6214 0.3344 0.2616 0.2983 0.2237

Sumber: Hasil analisis data, Januari 2013

Berdasarkan tabel diatas, maka dibuatlah tabel hasil perhitungan proporsi

cacat, CL, UCL, dan LCL untuk sepatu olahraga bagi pria periode 2011-2012

adalah sebagai berikut :

101

Tabel 4.12 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, LCL pada produk sepatu

olahraga pria (Persatuan)

Periode Januari – Desember 2012

No. Periode Jumlah sepatu

olahraga yang

diproduksi

Jumlah

Cacat

Proporsi

Cacat

CL UCL LCL

1 Januari 22200 288 0.0129 0.0229 0.0259 0.0198

2 Februari 44800 696 0.0155 0.0229 0.0250 0.0208

3 Maret 18280 427 0.0233 0.0229 0.0262 0.0195

4 April 29440 810 0.0275 0.0229 0.0255 0.0202

5 Mei 12764 487 0.0381 0.0229 0.0268 0.0189

6 Juni 37654 580 0.0154 0.0229 0.0252 0.0205

7 Juli 9892 647 0.0654 0.0229 0.0274 0.0183

8 Agustus 20877 364 0.0174 0.0229 0.0260 0.0197

9 September 14888 540 0.0362 0.0229 0.0265 0.0192

10 Oktober 12090 490 0.0405 0.0229 0.0269 0.0188

11 November 29980 776 0.0258 0.0229 0.0254 0.0203

12 Desember 42820 689 0.0160 0.0229 0.0250 0.0207

13 Januari 28200 272 0.0096 0.0218 0.0244 0.0191

14 Februari 41280 564 0.0136 0.0218 0.0239 0.0196

15 Maret 18280 407 0.0222 0.0218 0.0250 0.0185

16 April 29440 605 0.0205 0.0218 0.0243 0.0192

17 Mei 12764 498 0.0390 0.0218 0.0256 0.0179

102

Tabel 4.12 Hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL, LCL pada produk sepatu olahraga pria (Persatuan)

Periode Januari – Desember 2012

(Lanjutan)

No. Periode Jumlah sepatu

olahraga yang

diproduksi

Jumlah

Cacat

Proporsi

Cacat

CL UCL LCL

18 Juni 42540 545 0.0128 0.0218 0.0239 0.0196

19 Juli 9489 624 0.0657 0.0218 0.0262 0.0173

20 Agustus 20188 504 0.0249 0.0218 0.0248 0.0187

21 September 12882 488 0.0378 0.0218 0.0256 0.0179

22 Oktober 11090 513 0.0462 0.0218 0.0259 0.0176

23 November 25498 669 0.0262 0.0218 0.0245 0.0190

24 Desember 32820 525 0.0159 0.0218 0.0242 0.0193

TOTAL 580156 13008 0.6684 0.5364 0.5988 0.4604

Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013

Berdasarkan tabel hasil perhitungan proporsi cacat, CL, UCL dan LCL diatas,

maka diperoleh peta kendali p untuk sepatu olahraga pria periode 2011-2012

adalah sebagai berikut :

103

Gambar 4.6 Peta Kendali p untuk Sepatu Olahraga Pria Periode 2011-2012

Sumber : Hasil analisis data, Januari 2013

4.8.7 Diagram Sebab-Akibat (Cause-and-Effect Diagram)

Dari diagram pareto telah diketahui empat jenis cacat pada proses produksi

sepatu olahraga untuk pria. Jenis-jenis cacat tersebut antara lain adalah upper

dengan sol kurang merekat, pengeleman kurang rapi, ukuran tidak sesuai dan

jahitan kurang rapi. Ada lima faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap

cacatnya pada suatu produk antara lain : manusia, mesin, bahan baku, metode

kerja dan lingkungan kerja.

Rata-rata P (0.02675) LCL (0.01918)

UCL (0.02495) P

104

4.8.7.1 Faktor-faktor penyebab terjadinya upper dengan sol kurang merekat

Gambar 4.7 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya

upper dengan sol kurang merekat.

Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013

1. Manusia

• Penempatan sepatu yang kurang pas

Dalam hal ini karyawan terlalu terburu-buru dalam melakukan

penempatan sepatu pada mesin press sehingga penempatan yang

terjadi tidak pada posisi yang pas.

105

• Pengaturan suhu dan waktu yang tidak sesuai

Umumnya suhu dan waktu yang diperlukan untuk melakukan

pemanasan adalah 75C dan 20 menit, dan pengaturan ini tergantung

dengan bahan baku dari jenis kulit yang dipergunakan, untuk

mendapatkan pengeringan lem yang sempurna. Kelalaian dalam

pengaturan pemanasan ini menyebabkan kondisi upper dan sol kurang

merekat dengan baik.

• Kebersihan pada saat pengamplasan

Untuk mendapatkan hasil pengeleman yang baik, pengamplasan pada

bagian upper yang kasar dan kotor harus dilakukan dengan teliti.

Karena dilakukan oleh mesin yang sederhana, maka ketelitian

manusia sangat berpengaruh besar.

2. Bahan Baku

• Kualitas lem berkurang

Hal ini dikarenakan :

− Tempat lem ditutup kurang rapat

Tempat lem harus ditutup dengan rapat, agar sisa lem tidak

mengeras sehingga mutu kerekatan lem tidak berkurang.

− Kelalaian manusia

106

Pada saat pengambilan lem harus menggunakan alat yang

bersih, sehingga lem tidak tercampur dengan debu dan

kotoran.

3. Mesin

• Perawatan mesin tidak teratur

Dengan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala, maka

kondisi mesin akan mengalami penurunan kinerja.

4. Metode Kerja

• Proses pengepresan yang tidak akurat

Pengunaan mesin oven yang masih manual dalam penyesuaian suhu

dan waktu untuk setiap jenis kulit sepatu berbeda, maka dapat

menyebabkan kesalahan pada saat menentukan pengaturan suhu dan

waktu. Yang selanjutnya mempengaruhi proses pengepressan upper

dan sol tidak merekat dengan baik.

107

4.8.7.2 Faktor-faktor penyebab terjadinya pengeleman kurang rapi

Gambar 4.8 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya

pengeleman kurang rapi

Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013

1. Manusia

• Pemberian lem tidak ada standar baku

Karena pemberian lem dilakukan secara manual oleh manusia maka

lem dapat diolesi terlalu banyak atau sebaliknya. Hal ini

menyebabkan pengeleman pada sepatu menjadi kurang rapi.

2. Bahan Baku

• Kualitas lem berkurang

108

Hal ini dikarenakan :

− Tempat lem ditutup kurang rapat

Tempat lem harus ditutup dengan rapat, agar sisa lem tidak

mengeras sehingga mutu kerekatan lem tidak berkurang.

− Ketelitian manusia

Pada saat pengambilan lem harus menggunakan alat yang

bersih, sehingga lem tidak tercampur dengan debu dan

kotoran.

3. Metode Kerja

• Adanya pemesanan dalam jumlah besar

Kadang kala adanya permintaan dari konsumen dalam jumlah yang

besar sehingga karyawan mengerjakannya dengan mengejar target

waktu dan terburu-buru dalam mengerjakan sehingga menimbulkan

dampak pekerjaan menjadi kurang rapi.

4. Lingkungan Kerja

• Ventilasi ruangan kurang

Ventilasi ruangan yang dipakai pada bagian pengeleman kurang,

sehingga bau lem tidak mengalami pertukaran udara. Hal ini sangat

mempengaruhi kondisi para pekerja (pusing, mata perih, dll).

109

4.8.7.3 Faktor-faktor penyebab terjadinya ukuran tidak sesuai

Gambar 4.9 Diagram sebab akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya

ukuran tidak sesuai

Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan hasil analisis data, Januari 2013

1. Manusia

• Ketelitian dalam pemotongan pola

Dalam hal ini ketelitian pada saat pemotongan pola harus benar-benar

akurat antara komponen upper dengan buttom sehingga didapatkan

ukuran sepatu yang tepat.

110

2. Bahan Baku

• Jenis karet sol

Dalam hal ini kualitas keras dan lembutnya jenis karet sol sepatu

sangat berpengaruh dalam pemotongan.

• Jenis spons

Dalam hal ini kualitas keras dan lembutnya jenis spons yang

dipergunakan juga sangat berpengaruh dalam pemotongan.

3. Mesin

• Perawatan pisau mesin

Dengan tidak dilakukannya perawatan pisau mesin secara berkala,

sehingga pisau mesin menjadi kurang tajam. Hal ini menyebabkan

pemotongan menjadi kurang sempurna.

111

4.8.7.4 Faktor-faktor penyebab terjadinya jahitan kurang ra pi

Gambar 4.10 Diagram sebab-akibat untuk faktor-faktor penyebab terjadinya

jahitan kurang rapi

Sumber : PT. Shyang Yao Fung dan Hasil analisis data, Januari 2013

1. Manusia

• Kesalahan pemilihan atau pemasangan jarum dan benang

Dalam hal ini kadang terjadi kesalahan dalam pemilihan dan

pemasangan jarum dan benang dengan jenis kulit sepatu yang akan

dijahit.

112

2. Mesin

• Perawatan mesin tidak teratur

Dengan tidak dilakukannya perawatan mesin secara berkala, maka

kondisi mesin akan mengalami penurunan kinerja.

• Tebal atau tipis jarum tidak sesuai

Jenis kulit sepatu sangat berpengaruh dengan tebal atau tipisnya jarum

yang akan digunakan dalam proses penjahitan. Untuk mendapatkan

hasil yang rapi.

3. Bahan Baku

• Benang tidak sesuai

Ukuran dan warna benang harus disesuaikan dengan jenis kulit sepatu,

karena mempengaruhi motif sepatu tersebut.

113