29
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moderenisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan dalam cara berfkir dan pola hidup masyarakat luas. Perubahan tersebut akan membawa konsekwesi di bidang kesehatan fiskik dan bidang kesehatan jiwa. Tidak semua orang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, akibatnya akan menalami gangguan dan salah satu penyakit yang dapat timbul akibat gangguan tersebut adalah gangguan jiwa (Suliswati, 2005). Gangguan jiwa (mental disorder ) merupakan empat dari masalah kesehaan di negara maju, berkembang, moderen,maupun industri. Keempat masalah tersebut yaitu penyakit degrneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (Hawari, 2009). Salah satu betuk gangguan jiwa adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan penyakit persisten dan serius yang mengakiatkan pelaku psiotik, pemikiran konkret dan kesulita dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah (Stuart & Suden, 2008). Skizofreia merupakan gangguan jiwa bersifat menahun yang memerluka waktu cukup lama utuk peyembuhannya. Terapi pada sizofrenia bertujuan untuk menurunkan angka kekamuhan (Hawari,2009).

bab_1_bab_2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pengaruh pasien sizofrenia

Citation preview

Page 1: bab_1_bab_2

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Moderenisasi dan kemajuan teknologi membawa perubahan dalam cara berfkir

dan pola hidup masyarakat luas. Perubahan tersebut akan membawa konsekwesi di

bidang kesehatan fiskik dan bidang kesehatan jiwa. Tidak semua orang mampu

menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut, akibatnya akan menalami gangguan

dan salah satu penyakit yang dapat timbul akibat gangguan tersebut adalah gangguan

jiwa (Suliswati, 2005).

Gangguan jiwa (mental disorder ) merupakan empat dari masalah kesehaan di

negara maju, berkembang, moderen,maupun industri. Keempat masalah tersebut yaitu

penyakit degrneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan (Hawari, 2009).

Salah satu betuk gangguan jiwa adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan

penyakit persisten dan serius yang mengakiatkan pelaku psiotik, pemikiran konkret

dan kesulita dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan

masalah (Stuart & Suden, 2008). Skizofreia merupakan gangguan jiwa bersifat

menahun yang memerluka waktu cukup lama utuk peyembuhannya. Terapi pada

sizofrenia bertujuan untuk menurunkan angka kekamuhan (Hawari,2009).

Proses penyembuhan pada pasien skizofenia dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Salah satu diantaranya adalah peran keluarga. Yang dimaksud keluarga adalah suatu

ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara lawan jenis dan hidup

bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendiri atau tanpa

anak, baik anak sendiri atau anak adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Pean keluarga menggamarkan seperangakat prilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang

berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu (Setiadi, 2008).

Penanganan pasien skizofrenia di rumah sakit jiwa selain dengan obat-obatan,

peran keluarga juga sangat penting. Keluarga diharapakan membantu dalam proses

perawatan pasien dengan cara mengunjungi pasien saat dirawat scara rutin sehigga

pasi tidak merasa dibuag di rumah sakit jiwa dan mendukung pasien dalam proses

menjalankan pengobatan yang damapknya mempercpat proses penyembuhan pasien.

Page 2: bab_1_bab_2

Stelah pasien sembuh dan layak di ajak pulang, mugkin hanya perlu melakukan

rawat jalan, maka keluarga mempunyai kewajiban merawat pasien di rumah dengan

baik sehingga pasien tidak kamuh lagi. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan

yang sangat penting untuk melanjutkan terapi yang diberika oleh dokter untuk

dilanjutkan di rumah dan memastikan obat yang diberikan dokter diminum oleh

pasien.

Menurut Keliat (2010) pasien dan keluarga perlu mempunyai pengetahuan untuk

mengantisipasi masalah yang mungkin terjadi. Keluarga perlu mempunyai

pemahaman dan pengetahuan yang benar tentang pemberian obat, pemantauan obat,

tanda dan gejala skizofrenia, atau gejala kekambuhan pada pasien. Gejala

kekambuhan skizofrnia diantaranya : tidak ada nafsu makan, sukar kosntrasi, sukar

tidur, depersi, tidak ada minat, dan menarik diri. Pasien dengan gangguan suasana

hati, cemas dan skizofrenia mempunyai resiko yang tinggi untuk kembali kamubuh.

Beberapa pasien tidak tidak melanjutkan pengobatannya karena merasa

pengobatannya dengan alasan karena merasa sudah lebih baik (Kapian dan Sadock et

al,20105:19).

Salah satu kendala dalam upaya penyemuhan pasien gangguan jiwa skizofrenia

adalah adanya stigma dalam keluarga dan masyarakat. Banyak keluara dan

masyarakat menganggap bahwa gangguan jiwa skizofrenia adalah penyakit yang

memalukan dan membawa aib dalam keluarga. Tidak sedikit dari mereka beranggapa

bahwa penyakit skizofreia buka meruakan penyakit medis yang bisa disemuhkan

secara medis. Mereka menganggap bahwa pasien skizofrenia ini akibat dari

dilanggarnya larangan (tabu), guna-guna, teluh, santet, kemasukan setan, kemasukan

roh jahat, kutukan dan lain sejenisnya yang berdasarkan kepercayaa supranatural

(Hawari, 2009). Maka dari itu peran keluarga sagatlah penting untuk menguragi

stigma tersebut dan membantu pasien menjalani terapi lanjutan di rumah. Menginggat

keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberikan perawatan langsung

pada pasien.

Keluarga berperan dalam menentukan cara atau perawtan yang diperlukan pasien

di rumah. Keberhasilan perawatan di rumah sakit jiwa akan sia-sia jika tidak

dilanjutkan di rumah yang kemungkinan mengakibatkan pasiien harus di rawat

Page 3: bab_1_bab_2

kembali. Peran keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit jiwa akan meningkatkan

kemampuan keluarga merawat pasien di rumah, sehingga kemungkinan kamuh dapat

dicegah (Puspitasari, 2009).

Pencegahan kambuh atau mempertahankan pasien di lingkungan keluarga dapat

terlaksana dengan persiapan pulang yang adekuat serta mobilisasi fasiliatas pelayanan

kesehatan yang ada di masyarakat khususnya peran serta keluarga. Penelitian yang

dilakukan di inggris dan di Amerika Serikat melaporkan, bahwa keluarga dengan

ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan, mengkeritik) diperkirakan menyebabkan

kekambuhan dalam waktu 9 bulan (Vaugh dalam Keliat,2010).

Gangguan kesehatan jiwa di seluruh dunia menjadi masalah yang serius. Data

American Psychiatric Assocation (APA) tahun 2013 menyebutakn, bahwa sebanyak

450 juta orang atau sekitar 1 % di dunia mengalami masalah kejiawaan. Data

gangguan jiwa menurut Depkes RI (2013), hamper satu dari diantara empat penduduk

dewasa di Indonesia mengalami gangguan jiwa dari ringan sampai berat dan sekitar 2

juta orang mengalami skizofrenia. Di provinsi bali diperkirakan jumblah orang yang

mengalami gangguan jiwa sebanyak 3% dari 4,5 juta jumblah penduduk atau sekitar

120.000 sampai 150.000 orang mengalaimi gangguan jiwa berat sampai ringan

dimana 9000 orang diantaranya mengalami skizofrenia ( Dinas Kesehatan Provinsi

Bali, 2013 ). Berdasarkan laporan tahunan RSJ Provinsi Bali dari tiga bulan terakir

(Agustus, Septerber, Oktober ). Diperoleh data bahwa dari 1332 pasien yang masuk

dirawat inap terdapat 956 klien (95,5%) yang menderita skizofrenia (Rekam Medik

RSJ Provinsi Bali,2013 ).

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Provinsi

Bali didapatkan data kunjungan pasien tiga bulan terakir (Januari- Maret 2014)

menunjukan terjadi peningkatan jumblah pasien yang mengalami kekambuhan di

Rumah Sakit Juwa Provinsi Bali, yaitu bulan januari kunjungan pasien skizofrenia

sebanyak 524 orang dimana sebanyak 410 (78,24%) mengalami kekambuhan. Data

bulan maret jumblah junjungan pasien skizofrenia sebanyak 515 orang dimana

sebanyak 435 (84,46%) mengalami kekambuhan (Rekan Medik RSJ Provinsi Bali).

Hasil wawancara terhadap 10 keluarga yang memiliki anggota keluarga menderita

skizofrenia, semua mengatakan yang dilakukan oleh keluarga hanya mengantar

Page 4: bab_1_bab_2

pasien berobat saja dan semua keluarga pasien mengatakan kalau bisa pasien

salamanya di rawat di rumah sakit jiwa saja karena pasien sering mengganggu

lingkungan, sedangkat 10 orang pasien skizofrenia 7 onrang mengalami kekambuhan.

Tingginya data kekambuhan pada pasien skizofrenia, hal ini kembali menunjukan

bahwa masalah gangguan jiwa masih menjadi masalah kesehatan dan social yang

perlu dilakuakn penanggulangan secara konprehensif. Upaya-upaya yang dilakukan

oleh pihak RSJ Provinsi Bali untuk meningkatkan dukungan keluarga terhadap pasien

dilakukan dengan melakukan home visit, akan tetapi keluarga masih terkesan cuek

pada pasien.

Peran keluarga dalam merawat pasien skizofrenia merupakan salah satu bentuk

dari terapi keluarga, karena melalui keluarga berbagai masalah-masalah kesehatan

bisa muncul sekaligus diatasi. Melalui peran keluarga pasien skizofrenia akan merasa

masih ada yang memperhatikan, ikut merasakan, mau membantu mengatasi beban

hidupnya. Dengan adanya peran keluarga yang mempunyai ikatan emosional

setidaknya akan memberikan kekuatan pada pasien skizofrenia untuk menjalani

pengobatan yang lebih baik (Keliat, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti dianggap perlu dilakuakan penelitian

tentang hubungan peran keluarga dengan frekuensi kekambuah pasien skizofrenia.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang tersebut maka dapat ditentukan rumusan masalah

yaitu apakah ada Hubungan Peran Keluarga Dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien

Skizofrenia ?

C. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Untuk mengatasi peran keluarga dan frekuensi kekambuahan pasien skizofrenia.

2. Tujuan Khusus

a) Mengidentifikasi peran keluarga dalam perawatan pasien skizofrenia

b) Mengidentifikasi frekuensi kekambuahn pasien skizofrenia

c) Menganalisis hubungan peran keluarga dengan frekuensi kekambuahan pasien

skizofrenia.

Page 5: bab_1_bab_2

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu dibidang

keperawatan jiwa, terutama dalam melakukan pendekatan dalam peran

keluarga untuk mencegah kekambuhan pasien skizofrenia.

b) Hasil penelitian dapat digunakan sebagai salah satu acuan kompetensi acuan

yang harus dimiliki oleh perawat dan mahasiswa yang melakukan praktik di

bidang leperawatan

2. Manfaat Praktis

a) Hasil penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dalam

melakukan penelitian mengenai hubungan peran keluarga dengan frekuensi

kekambuah pasien skizofrenia.

b) Hasil penelitian dapat digunakan untuk memberikan masukan pada Rumah

Sakit Jiwa Provinsi Bali untuk meningkatkan pelayanan dan perawatan pasien

Skizofrenia,

c) Hasil penelitian dapat digunakan untuk meningkatkan peran keluarga terhadap

penurunan frekuensi kekambuahan pasien skizofrenia.

E. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis ada penelitian terkai yang pernah dilakukan dan sejenis

dengan penelitian ini antara lain :

a) Budiana (2009) tentang Hubungan Keluarga Dengan Periode Tidak Kambuh

Klien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali pada 142 responden

dengan menggunakan tehnik convenience samplingdan analisis data korelasi

Kendall’s tau dan signifikan yang ditetapkan adalah 0,05 hasil yang dicapai

koefisien korelasi dukungan keluarga dengan periode tidak kambuh 0,025,

sehingga kesimpulannya adalah ada hubungan antara dukungan keluarga dan

periode tidak kambuh pada pasien skizofrenia. Persamaan penelitian tersebut

dengan penelitian yang akan penulis lakukan terdapat pada objek penelitian

dan variabel dependen, yaitu sama-sama menggunakan objek pasien

skizofrenia. Sedangkan perbedaan terletak pada variabel independen,

Page 6: bab_1_bab_2

penelitian tersebut menggunakan variabel independen dukungan keluarga

sedngkan penulis menggunakan variabel independen peran keluarga.

b) Antari (2010), dengan judul Hubungn Dukungn Keluarga Dengan Frekuensi

Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali pada 43

responden dengan menggunakan uji korelasi Sperman’rho didapat hasil bahwa

ada hubungan antara dukungan keluarga dengan frekuensi kekambuhan pasien

skizofrenia. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan

penulis lakukan terletak pada onjek penelitian dan variabel dependen, yaitu

sama-sama menggunakan objek pasien skizofrenia dam kekambuan sebagai

variabel dependen. Sedangkan perbedaan terletak pada variabel independen

penelitian, penelitian tersebut menggunakan variabel independen dukungan

keluarga sedangkan penulis menggunakan variabel independen peran

keluarga.

Page 7: bab_1_bab_2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR SKIZOFRENIA

1. Pengertian

Skizofrenia berasal dari dua kata yaitu “skizo” yang artinya pecah dan “frenia

yang artinya jiwa dengan demikian seseorang yang menderita gangguan juwa

skizofrenia adalah orang yang mengalami keretakan jiwa atau keretakan kepribadian

(spiliting of personality)(Hawari,2009).

Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi otak dan dan

dapatmenyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perlaku yang

aneh dan terganggu (Videback,2011). Sedangkan Isaacs (2011) juga mengatakan,

bahwa gangguan jiwa skizofrenia adalah adalah sekelompok reaksi psikotik yang

mempengaruhi area fungsi individu, termasuk berfikir,berkomunikasi, menerima dan

menginterprestasikanrealitas, merasakan dan menunjukan emosi, dan berprilaku

dengan sikap yang dapat diterima secara sosoal.

Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan pengertian skizofrenia adalah

gangguan jiwa yang menetap, bersifat kronis dan bisa terjadi kekambuahn dengan

gejala psikotik beranekaragam dan tidak khas, seperti penurunan fungsi kogntif yang

disertai halusinasi dan waham, efek datar, diorganisasi perilaku dan memburuknya

ubungan social.

2. Etiologi Skizofrenia

Amenurut maramis (2008), factor-faktor yang beresiko untuk terjadinya skizofrenia

adalah sebagai berikut :

a. Keturunan

Factor keturunan menentukan timbulnya skizofrenia, buktikan dengan penelitian

tentang keluarga-keluarga penderita skizofrenia.

b. Endokrin

Skizofrenia mungkin disebabkan oleh suatu gangguan endikrin. Teori ini

dikemukakan hubungan dengan sering terjadinya skizofrenian pada masa pubertas

dan waktu kehamilan.

Page 8: bab_1_bab_2

c. Metabolism

Sikizofrenia disebabkan oleh suatu gangguan metabolism, karena penderita

skizofrenia tampak pucat dan tidak sehat.

d. Susunan saraf pusat

Penyebab skizofrenia kearah kelainan susunan saraf pusat, yaitu pada diansefalon

atau kortex otak.

e. Maladaptasi

Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah tetapi merupakan suatu

reaksiyang salah satunya mal adaptasi, oleh karena itu timbul suatu disorganisasi

kepribadian dan lama-kelamaan aoang itu menjauhkan diri dari kenyataan.

f. Kelemahan ego

Terjadi kelemahan ego yang dapat timbul karena penyeban psikogenetik ataupun

somatic.

g. Proses fikir

Skizofrenia yaitu jiwa yang terpecah-pecah adanya keretakan atau disharmoni

antara proses fikir, persamaan dan perbuatan.

h. Psikogenetik

Skizofrenia itu suatu gangguan psikogenetik, gejala pada badanhanya sekunder

karena gangguan dasar yang psikogenetik, atau merupakan manifestasi somatic

dari gangguanpsikogenetik.

Factor predisposisi dan presipitasi yang mendukung terjadinya kekambuhan

dan ada hubungan dengan factor bawaan atau bakat yang diturinkan dari orang tua

secara genetic. Benhard (2009) menjelaskan penyebab skizofrenia timbul karena

adanya kesatuan antar factor biologis, faktof psikososial dan lingkungan. Factor

pencetus dan kekambuhan dari skizofrenia dipengaruhi dipengaruhi oleh emosional

turbulent family, stress life event, diskriminasi dan kemiskinan.

3. Tipe skizofrenia

Tipe skizofrenia menurut maramis, (2008), skizofrenia dapat dibagi menjadi :

Page 9: bab_1_bab_2

a. Skizofrenia kompleks yaitu skizofrenia yang sering timbul pertamakali pada masa

pubertas. Gejala utamanya adalah kadangkala emosi dan kemunduran kemauan.

Gangguan biasanya ditemukan waham dan halusinasinya jarang sekali ada.

b. Skizofrenia hebefrenik yaitu jenis skizofrenia yang permulaannya perlahan-lahan

dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15 sampai 25 tahun. Gangguan

yang mencolok yaitu gangguan proses fikir, gangguan kemauan dan adanya

depersonalisasi.

c. Skizofrenia katatonik yaitu skizofrenia yang timbulnya pertama kali pada umur 15

sampai 30 tahun, biasanya akut serta didahului oleh stress emosional. Skizifrenia

jenis ini melibatkan aspek psikomotorik. Skizofrenia jenis ini terbagi menjadi dua

yaitu : yang pertama adalah stupor katatonik yang merupakan gangguan dimana

penderita menunjukan perhatian sama sekai pada liingkungan. Gejala yang

muncul adalah diantaranya mutisme (kadang-kadang mata tertutup) dan muka

tanpa mimic. Yang kedua adalah gaduh gelisah katatonik yaitu dimana terdapat

hiperaktivitas tetapi tidak disertai dengan emosi dan rangsangan dari luar.

d. Skizofrena paranoid yaitu jenis skizofrenia yang agak berbeda dengan jenis-jeis

lain dalam jalannya jenis penyakit. Jenis ini mulai sesidah umur 30 tahun , mereka

mudah tersinggung, cemas, suka menyendiri, agak congkak dan kurang percaya

pada orang lain. Hai ini dilakukan penderita karena adnya waham kebesaran dan

waham kejar ataupun tema yang lain disertai juga halusinasi yang berkaitan.

e. Episode skizofrenia akut yaitu timbul mendadak sekali dan pasien seperti dalam

keadaan mimpi. Kesadarannya mungkin berkabut, dalam keadaan ini timbul

perasaan seakan-akan dunia luar mauoun dirinya sendiri berubah, semua seakan-

akan memiliki arti yang khusus bagi dirinya(disebut keadaan oneiroid).

f. Skizofrenia residual yaitu skizofrenia dengan gejala mengalami gangguan pada

proses berfikir, gangguan efek dan emosi, serta gangguan psikomotor. Gejala

waham dan halusinasi tidak ada, keadaan timbul sudah beberapa kali serangan

skizofrenia.

g. Skizofrenia afektif yaitu jenis skizofrenia yang selain gejala-gejalanya yang

mrnonjol secara bersamaan juga gejala-gejala depresi atau gejala-gejala mania

Page 10: bab_1_bab_2

menyertai. Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek terapi mungkin

juga seringkali timbul lagi.

4. Gejala skizofrenia

Menurut Bleur (dalam Maramis,2008) ada dua kelompok skizofrenia yaitu :

a. Gejala primre yang meliputi:

1) Gangguan proses pikiran (bentuk, langkah dan ini pikiran). Pada skizofrenia

ini, gangguan memang terdapat pada [roses pikiran.

2) Gangguan efek dan emosi, gangguan ini pada skizofrenia berupa parathimi

yaitu apa yang seharusnya menimbulkan rasa senang dan gembira, pada

penderita malah menimbulkan rasa sedih atau marah. Paramini yaitu

penderita merasasenang tetapi menangis.

3) Gangguan kemauan yaitu gangguan di mana penderita skizofrenia memiliki

kelemahan kemauan. Mereka tidak dapat bertindak dalam situasi menekan.

4) Gejala psikomotor disebut juga gejala-gejala katatonik. Gejala katatonik

sering mencerminkan gangguan kemauan. Gangguan hanya ringan saja, maka

dapat dilihat gerakan-gerakan yang kurang luwes atauagak kaku.

b. Gejala sekunder yang meliputi :

1) Delusi atau waham, yaitu suatu keyakinan yang tidak rasional (tidak masuk

akal). Meskipun telah dibuktikan secara objektif bahwa keyakinan itu tidak

rasional, namun pasien tetap meyakini kebenarannya.

2) Halusinasi, yaitu peningkatan panca indra tanpa rangsang (stimulus).

Misalnya pasienmendengar suara-suara atau bisikan-bisikan di telinganya

padahat tidak ada sumber dari suara atau bisikan itu.

5. Penatalaksanaan skizofrenia

Berbagai macam terapi yang bisa kita berikan pada pasien skizofrenia, hal ini

diberikan dengan kombinasi satu sama lain dengan jangka waktu yang relative cukup

lama. Terapi skizofrenia terdiri dari pemberian obat-obatan, psikoterapi dan

rehabilitasi. Terapi psikososial pda skizofrenia meliputi : terapi individu, terapi

kelompok, terapi keluarga, rehabilitasi psikiatri, latihan ketrampilan social dan

manajemen kasus (Hawari,2009)

Page 11: bab_1_bab_2

Terapi psikofarmaka pada skizofrenia dengan antipsikotik dua kategori, yaitu :

obat atipikal (clozapin, risperidon, olanzapine, quetiapin) dan obat tipikal

(thiothixana, haloperidol,chlorpromazine dan trifluoperazine) (Mazlim, 2009). Factor-

faktor yang mempengaruhi efek terapiutik obat anti psikotik ini meliputi : usia,

genetic, prilaku penyalahgunaan zat, kondisi medis, obat penginduksi enzim, obat

yang menghambat clearance dari perubahan dalam ikatan protein (Benhad,2009).

Efek terapiutik obat pada pasien skizofreniamemiliki respon yang beda pada

setiap individu dan membutuhkan waktu lama untuk merasakan manfaat dari obat

tersebut. Sampai saat ini belum ada obat yang ideal untuk skizofrenia, karena masing-

masing jenis obat memeiliki kelebihan dan kekurangan.

B. KONSEP DASAR PERAN KELUARGA

1. Pengertian

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala

keluarga dan beberapa orang yang berkumpul tinggal dalam satu tempat di bawah

satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Jhonson dan Leny,2010).

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh perkawinan,

adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang

umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan social dari

indifidu-indifidu yang ada didalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling

ketergantungan untuk mencapai tujun bersama (Friedman, dalam Achar 2010).

Keluarga merupakan sentral pelayanan keperawatan karena keluarga merupakan

sumber kritikal untuk pemberian pelayanan keperawatan, intervensi yang dilakukan

pada keluarga merupakan hal penting untuk pemenuhan kebutuhan individu (Achjar,

2010)

2. Peran keluarga

Peran keluarga adalah serangkaian prilaku yang diharapkan dengan posisi social

yang diberikan (salahuddin,2010). Peran keluarga menggambarkan seperangkat

prilaku interpersonal, sifat, kegiatan, yang berhubungan dengan individu dalam

situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola prilaku

dari keluarga, keleompok dan masyarakat (Jhonson dan Leny, 2010).

Page 12: bab_1_bab_2

Derbagai peran yang terdapat dalam keluarga ( Jhonson dan Leny,2010) sebagai

berikut :

a. Peran ayah : ayah sebagai suami dari istri, berperan sebagai pencari nafkah,

pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman sebagai kepala keluarga, sebagai

anggota keluarga dari kelompok sosialnya, serta sebagai anggota masyarakat

dari lingkungannya.

b. Peran ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu berperan untuk

mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anaknya, pelindung

dan sebagai salah satu kelompok dari peran sosialnya, serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya, disampng itu juga dapat berperan sebagai

pencari nafkah.

c. Peran anak : anak-anak melaksanakan peran psiko social sesuai dengan

tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, social maupun spiritual.

3. Fungsi keluarga

Fungsi keluarga merupakan hasil dari konsekwensi dari struktur keluarga atau

sesuatu tentang apa yang dilakukan oleh keluarga.terdapat beberapa fungsi keluarga

( Priedman, dalam Achjar, 2010), yakini :

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga dalammemenuhi kebutuhan

pemeliharaan kepribadian dari anggota keluarga. Merupakan respon dari

keluarga terhadap kondisi dan situasi yang dialami oleh setiap anggota

keluarga baik senang maupun sedih, dengan melihat bagaimana cara keluarga

mengekspresikan kasih sayang.

b. Fungsi sosialisasi

Fungsi sosialisasi tercermin dalammelakikan pembinaan sosialisasi pada anak,

membentuk nilai dan norma yang diyakini anak, memberikan batasan prilaku

yang boleh dan tidak boleh pada anak, meneruskan nilai-nilai budaya

keluarga. Bagaimana keluarga produktif terhadap social dan bagagaimana

keluarga memperkenalkan anak dengan dunia luar dengan belajar berdisiplin,

mengenal dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehingga

berperan dalam masyarakat.

Page 13: bab_1_bab_2

c. Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi perawatan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluarga dalam

melindungi kemauan dan kesehatan seluruh anggota keluarga serta menjamin

pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan spiritual dengan cara

memelihara dan merawat anggota keluarga serta mengenali kondisi sakit tiap

anggota keluarga.

d. Fungsi ekonomi

e. Fungsi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan keluargaseperti sandang, pangan,

papan dan kebutuhan lainya melalui keefektifan sumber dana keluarga.

Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan

penghasilan keluarga, menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga

f. Fungsi biologis

Fungsi biologis, bukan ditunjukan untuk meneruskan keturunan tetapi untuk

memelihara dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi selanjutnya.

g. Fungsi psiologis

h. Fungsi psikologis

Fungsi psikologik, terlihat bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan

rasa aman, memberikan perhatian, diantara anggota keluarga membina

pendewasaan kepribadian anggota keluarga dan memberikan identitas

keluarga.

i. Fungsi pendidikan

Fungsi pendidikan diberikan keluarga dalam rangka memberikan pengeahuan,

ketrampilan, membentuk prilaku anak, mempersiapkan anak untuk kehidupan

dewasa, mendidik ada sesuai dengan tingkat perkembangannya.

4. Tugas kluarga

Tugas keluarga merupakan pengumpulan data yang berkaitan dengan

ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Ada lima tugas

keluarga (Achjar,2010) yaitu :

a. Ketidak mampuan keluarga mengenal masalah keshatan, termasuk sejauh

bagaimana persepsi keluarga terhadap tingkat keparahan penyakit, pengertian,

Page 14: bab_1_bab_2

tanda dan gejala, factor penyebab dan persepsi keluarga terhadap masalah yang

dialami.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan, termasuk sejauh mana keluarga

mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah, bagaimana masalah dirasakanoleh

keluarga, keluarga menyerah atau tidak terhadap masalah yang dihadapi,adakah

rasa takut terhadap akibat atau adakah sikap negative dari keluarga terhadap

masalah kesehatan, bagaimana system pengambilan keputusan yang dilakukan

keluarga terhadap anggota keluarga yang sakit.

c. Ketidak mampuan keluarga merawat anggota keluargayang sakit, seperti

bagaimana keluarga mengetahui kedaan sakitnya, sifat dan perkembangan

perawatan yang diperlukan, sumber-sumber yang ada dalam keluarga serta sikap

keluarga terhadap yang sakit.

d. Ktidak ampuan keluarga memodifikasi lingkungan seperti pentingya hygine

sanitasi bagi keluarga , upaya pemeliharaan lingkungan yang dilakukan keluarga,

kekompakan anggota dalam menata lingkungan dalam dan luar rumah yang

berdampak pada kesehatan keluarga.

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan,

keberadaan fasilitas kesehatan yang ada, keuntungan keluarga terhadap

penggunaan fasilitas kesehatan, apakah pelayanan kesehatan terjangkau oleh

keluarga, adakah pengalaman yang kurang baik yang dipersepsikan keluarga.

5. Peran keluarga pada pasien skizofrenia

Berikut adalah hal-hal yang dapat dilakukan keluarga dalam membantu pengesuaian

diri pasien skizofrenia saat di rumah (Arif, 2011), yaitu :

a. Informasi atau psikoedukasi

Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-

gejalnya,kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantuan medis dan

psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia, merupakan sebagai

informasi vital yang sangat dibutuhkan keluarga. Informasi yang tepat tidak akan

menghasilkan saling menyalahkan satu sama lain, memberikan pegangan untuk

dapat berharap secara realistis, dan membantu keluarga mengarahkan

Page 15: bab_1_bab_2

sumberdayayang mereka miliki pada usaha-usaha yang produktif. Pemberian

informasi yang tepat dapat dilakuakn pada suatu program psikoedukasi untuk

keluarga.

b. Sikap yang tepat :SAFE

Keluarga perlu memiliki sikap yang tepattentang skizofrenia, disingkatnya sikap-

sikap yang tepat itu dengan SAFE : Sense of humor, Accepting the illness, Family

balance, Expectation which are realistic. Psikoedukasi bagi keluargadapat turut

menyertakan upaya menubuhkan sikap yang tepat.

c. Support group

Keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka seorang diri, beban itu

akan terasa sangat berat, namun bila keluarga-keluarga yang sama-sama memiliki

keluarga yang mrngalami skizofrenia bergabung bersama, maka beban itu akan

terasa lebih ringan. Mereka dapat saling menguatkan, berbagi informasi yang

mutakir, bahkan mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang

manpu. Upaya peredaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan lebih

efektif dan lebih murah.

f. Family therapy

Family therapy dapat menjadibagian dari upaya membantu keluarga, agar sebagai

suatu system meningkat kohesivitasnya dan lebih manpu melakuan penyesuaian

diri.

C. Konsep Dasar Frekuensi Kekambuhan

1. Penertian

Andri (2012) menyatakan, kekambuhan merupakan keadaan pasien dimana

muncul gejala yang samaseperti sebelumnya sehingga mengakibatkan pasien harus

dirawat kembali.

Sulinger (dalam Yosep,2012) mengidentifikasi 4 faktor penyebab pasien kambuh

dan perlu dirawat di rumah sakit jiwa, yaitu :

a. Pasien

Secara umum bahwa pasien yang minum obat secara tidak tertur mempunyai

kecenderungan untuk kambuh. Hasil penelitian menunjukan 25% sampai 50%

Page 16: bab_1_bab_2

pasien yang pulang dari rumah sakit jiwa tidak makan obat secara teratur.

Pasien kronis, khususnya skizofrenia sukar mengikuti aturan minum obat

karena adanya gangguan realitas dan ketidakmampuan pengambilan

keputusan. Di rumah sakit perawat bertanggung jawab dalam pemberian atau

pemantauan pemberian obat, di rumah tugas perawat digantikan oleh keluarga

(Appleton, dalam Yosep, 2012).

b. Dokter (pemberi resep)

Minum obat yang teratur dapat mengurangi kekambuhan, namun pemakaian

obat neuroleptik yang lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat

mengganggu hubungan social seperti gerakan yang tidak terkontrol.

Pemberian resep diharaokan tetap waspada mengidentifikasi dosis terapiutik

yang dapat mencegah kekambuhan dan efek samping.

c. Penanggung jawab pasien

Setelah pasien pulang dari rumah sakit penanggung jawab kasus mempunyai

kesempatan yang lebih banyak untuk bertemu dengan pasien, sehingga dapat

mengidentifikasi gejala dini dan segera mengambil tindakan

d. Keluarga

Ekspresi emosi yang tinggi dari keluarga diperkirakan menyebabkan

kekambuhan yang tinggi pada pasien. Hal lain adalah pasien mudah

dipengaruhi oleh sress yang menyenangkan maupun yang menyedihkan.

Keluarga mempunyai tanggung jawab yang penting dalam proses perawatan

di rumah sakit jiwa, persiapan pulang dan perawatan di rumah agar adaptasi

pasien berjalan dengan baik. Kualitas dan efektifitas prilaku keluarga akan

membantu proses pemulihan kesehatan pasien sehingga status pasien

meningkat. Beberapa penelitian menunujukan bahwa salah satu faktor

penyebab kambuh gangguan jiwa adalah prilaku keluarga yang tidak tahu cara

menangani pasien skizofrenia di ruma (sullinger, dalam yosep, 2012).

D. PERAN KELUARGA DENGAN FREKUENSI KEKAMBUHAN

Krosinitas gangguan skizofrenia merupakan salah satu faktor yang dipertimbang

dalam penatalaksanaan, meskipun pengobatan farmakologik merupakan pilihan uatama

dalam penatalaksanaan. Hampir semua pasien skizofrenia kronis mengalami kekambuhan

Page 17: bab_1_bab_2

berulang kali sehingga mengakibatkan defisit ketrampilan personal dan vokasional.

Kekambuan dapat disebabkan oleh ketidakpatuhan minum obat, gejala yang umum

terhadap pengobatan peristiwa kehidupan yang menimbulkan stress, ekspresi emosi

keluarga yang tinggi dan dukungan keluarga (fleischacker, 2007).

Pasien dengan diagnosis skizfrenia diperkirakan akan kambuh 50% pada tahun

pertama, 70% pada tahun kedua (sullinger, dalam keliat, 2007) dan 100% pada tahun

kelima setelah pulang dari rumah sakit jiwa (carson dan ross, dalam keliat, 2007).

Sedangkan menurut solomon dkk, dalam akbar (2008), melaporkan dalam waktu 6 bulan

pasca rawat didapatkan 30% - 40% penderita mengalami kekambuhan,sedangkan setelah

1 tahun pasca rawat inap 40% - 50% penderita mengalami kekambuhan dan setelah 3-5

tahun pasca rawat didapatkan 65%- 75% penderita mengalami kekambuhan (porkony

dkk,dalam tobing, 2007).

Konsekuensi dari kekambuhan juga menyengsarakan pasien sebanyak 50%

psikiater mengatakan pasien mereka bunuh diri sebagai akiba kambuh (tobing, 2007).

Dengan pengobatan modern, bila pasien datang berobat dalam tahun pertama setelah

serangan pertama, maka kira- kira sepertiga dari mereka akan sembuh sama sekali (full

remission atau recovery). Sepertiga yang lain dapat dikembalikan ke masyarakat

walaupun masih didapati cacat sedikit dan mereka masih harus sering diperiksa dan

diobati selanjutnya (social recovery). Sisanya biasanya mempunyai prognosa yang jelek,

mereka tidak dapat berfungsi di dalam masyarakat dan menuju kemunduran mental,

sehingga mungkin menjadi penghuni tetap di rumah sakit jiwa (maramis,2008).

Proses penyembuhan pada pasien skizofrenia harus dilakukan secara holistik dan

melibatkan anggota keluarga. Keluarga sangat peting untuk ikut berpartisipasi dalam

proses penyembuhan karena keluarga merupakan pendukung utama dalam merawat

pasien skizofrenia. Oleh karena itu, fokus penanganan yang dilakukan bukan hanya

memulihkan keadaan pasien tapi bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan

peran keluarga dalam perawatan pasien (keliat, 2007). Peran keluarga sangat dibutuhkan

untuk mendukung kesembuhan pasien skizofrenia karena kelurga mempengaruhi nilai,

kepercayaan, sikap, dan prilaku pasien. Keluarga mempunyai fumgsi dasar seperti

memberi kasih sayang,rasa aman dan rasa dimiliki, jika kelurga dipandang sebagai suatu

Page 18: bab_1_bab_2

sistem,maka gangguan jiwa pada satu anggota keluarga akan menganggu semua sistem

atau keadaan keluarga. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

gangguan jiwa pada anggota keluarga. Dari kedua pernyataan diatas, dapat disimpulkan

betapa pentingnya peran keluarga pada peristiwa terjadi gangguan jiwa, proses perawatan

dan penyesuaian kembali setelelah selesai program perawatan. Oleh karena itu

keterlibatan keluarga dalam perawat sangat menguntungkan proses pemulihan pasien

(yosep, 2012).

2.5 kerangka konsep

Kerangka konsep adalah abtraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan

dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (nursalam,

2010).