Upload
hoangliem
View
227
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Bab VI Sumber Dan Pengumpulan Data
Kompetensi Dasar: Setelah menyelesaikan materi ajar ini mahasiswa dapat memahami
tentang menganalisis data, pengertian,jenis data,teknik pengumpulan data
PENDAHULUAN
ata adalah sekumpulan informasi.dalam pengertian bisnis,data adalah
sekumpulan informasi yang di perlukan untuk pengambilan keputusan.
Data ini perlu disusun dan disimpan dengan menggunakan metode
tertentu, sehingga jika sewaktu-waktu diperlukan segera dapat dicari kembali
dengan mudah dan cepat. Untuk memudahkan penyimpanan dan pencarian
kembali data, pada umumnya data diberi nama sesuai dengan informasi yang
tercakup didalamnya. Sebagai contojh misalnya data penjualan, data produksi,
data pemeliharaan mesin, data pemeliharaan bahan, data perkembangan
perusahaan, dan sebagainya.
Mula-mula akan dibahas mengenai berbagai macam jenis data. Dari sisi
pengumpulan data, data dipisahkan berdasar sumber data dari mana data tersebut
diperoleh. Dari seumber data primer diperoleh data primer, sedangkan dari
sumber data sekunder diperoleh data sekunder. Sumber data primer adalah
pemberi informasi yang pertama. Dalam penelitian kepuasaan pemakai produk
tertentu, sumber data primer adalah para saksi mata yang melihat sendiri
bagaimana kecelakaan tersebut terjadi. Sumber data sekunder adalah orang atau
lembaga yang telah mengumpulkan data, baik dari sumber data primer maupun
dari sumber data sekunder yang lain. Daftar harga bahan pokok dari bebrapa
daerah tertentu yang sudah dikumpulkan oleh wartawan merupakan data
sekunder. Data jumlah perusahaan pada suatu daerah tertentu telah dikumpulkan
dan disimpan oleh lembaga pemerintah atau swasta juga merupakan data
sekunder.
D
84
KOMPETENSI DASAR
Setelah menyelesaikan materi ajar ini mahasiswa dapat memahami tentang
menganalisis data, pengertian,jenis data,teknik pengumpulan data
INDIKATOR
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan tentang data, pengertian
2. Menjelaskan tentang jenis data,
3. Menjelaskan tentang teknik pengumpulan data
PENYAJIAN MATERI
6.1 JENIS DATA
6.1.1. Data Kuantitatif vs Kualitatif
Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variable dalam sampel (atau
populasi). Semua data, yang pada gilirannya merupakan variable yang kita ukur,
dapat diklasifikasikan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif
adalah data yang diukur dalam suatu skala numeric (angka), yang dapat dibedakan
menjadi :
• Data interval, yaitu data yang diukur dengan jarak diantara dua titik pada skala
yang sudah diketahui. Sebagai contoh: suhu udara dalam celcius berkisar
antara interval 0 derajat hingga 100 derajat; nilai GMAT atau TOEFL bagi
mahasiswa yang mau belajar di luar negeri; jumlah bulan dalam satu tahun.
• Data rasio, yaitu data yang diukur dengan suatu proporsi. Sebagai contoh:
persentase jumlah penganggur di propinsi x; nilai inflasi Indonesia pada tahun
2000.
Data kualitatif, di lain pihak, adalah data yang tidak daoat diukur dalam skala
numeric. Namun karena dalam statistic semua data harus dalam bentuk angka,
maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses lebih lanjut.
85
Caranya adalah dengan mengklasifikasikan dalam bentuk kategori. Pada dasarnya
jenis data kualitatif digolongkan menjadi :
1. Data nominal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori. Sebagai
contoh, industri di Indonesia oleh Biro Pusat Statistik digolongkan
menjadi :
• Industri rumah tangga, dengan jumlah tenaga kerjanya 1-4 orang,
yang diberi kategori 1.
• Industri kecil, dengan jumlah tenaga kerja 5-19 orang, yang diberi
kategori 2.
• Industri menengah, dengan jumlah tenaga kerja 20-100, yang
diberi kategori 3.
• Industri besar, dengan jumlah tenaga kerja lebih dari 100, yang
diberi kategori 4.
Ingat bahwa angka yang menyatakan ketegori inimenunjukkan bahwa
posisi data sama derajatnya. Dalam contoh di atas, angka 4 tidak berarti industry
besar nilainya lebih tinggi disbanding industry kecil yang angkanya 1. Angka ini
sekedar menunjukkan kode kategori yang berbeda.
2. Data Ordinal, yaitu data yang dinyatakan dalam bentuk kategori, namun
posisi data tidak sama derajatnya karena dinyatakan dalam skala peringkat
(Tabachnick & Fidell, 1996: 8). Sebagai contoh, tingkat kepadatan
penduduk suatu daerah dikategorikan:
• Sangat rendah diberi kode 1.
• Rendah diberi kode 2.
• Moderat diberi kode 3.
• Tinggi diberi kode 4.
• Sangat tinggi diberi kode 5.
Dengan demikian, kita dapat merangkum macam data berdasarkan data
kuantitatif-kualitatif sebagaimana ditunjukkan dalam gambar 6.1.
86
6.1.2. Data Menurut Dimensi Waktu
Selain itu, ada juga yang menggolongkan data berdasarkan dimensi waktunya (
Hanke & Reitsch, 1998: 64-5; Sumodiningrat & Kuncoro, 1991 : bab 3 ), yaitu :
• Data runtut waktu (times series), yaitu data yang secara kronologis disusun
menurut waktu pada suatu variable tertentu. Data runtut waktu digunakan
untuk melihat pengaruh perubahan dalam rentang waktu tertentu. Variasi
terjadinya variable adalah antar waktu. Data runtut waktu dibedakan menjadi:
• Data harian, misalnya data kurs Rp/US$ setiap hari, data indeks harga
saham per hari.
• Data mingguan, misalnya data pengunjung rumah sakit setiap minggu (7
hari).
• Data bulanan, misalnya data suku bunga deposito dengan jangkan waktu
satu bulan (30 hari).
• Data kuartalan, misalnya data penjualan setiap 3 bulan.
• Data tahunan, misalnya data pendapatan nasional setiap tahun (12 bulan).
• Data silang tempat ( cross section ), yaitu data yang dikumpulkan pada suatu
titik waktu. Ibaratnya, seperti snap shot (potret ) pada suatu waktu tertentu.
Data silang tempat digunakan untuk mengamati respon dalam periode yang
sama, sehingga variasi terjadinya adalah antar pengamatan.
Gambar 6.1 Jenis Data
Data
Kuantitatif
Kualitatif
Dimensi
Wktu
Sumber
Interval
Rasio
Nominal
Ordinal
Runtut Waktu
Silang Tempat
Pooling
Internal
Eksternal
Primer
Sekunder
87
Dengan demikian, data ini biasanya lebih sesuai untung
mendukung pembuktian dari perilaku individu, perubahan, atau
wilayah.
• Data input-output yang diterbitkan setiap 5 tahun sekali
• Data sensus yang diterbitkan setiap 10 tahun sekali. Sebagai contoh: sensus
penduduk untuk setiap kabupaten pada tahun 2000; sensus ekonomi dari setiap
perusahaan di setiap kabupaten pada tahun 1995.
• Data jumlah penduduk miskin pada setiap desa di Propinsi DIY pada tahun
tertentu.
• Laporan keuangan perusahaan yang ada di Bursa Efek pada tahun tertentu.
Data Poolling,adalah antara data runtut waktu dan silang tempat.
Misalnya, kita ingin mengamati perilaku PAD (Pendapatan Asli
Daerah ) untuk masing0masing kabupaten/kota di Propinsi DIY selama
10 tahun terakhir. Karena jumlah daya silang tempat terdiri atas 4
kabupaten (bantul,gunung kidul,sleman,kulon progo) dan 1 kota (
Yogyakarta), sedang data runtut waktu yang diamati 10 tahun, maka
jumlah observasi yang dimiliki sebanyak 50 ( 5 kali 10 ).
6.1.3. Data Menurut Sumber
Berdasarkan sumbernya, sumber data umumnya berasal dari (Hanke & Reitsch,
1998: bab 3 ) :
• Data Internal (berasal dari dalam organisasi tersebut ) atau
eksternal ( berasal dari luar organisasi tersebut).
• Data primer atau data sekunder. Data primer biasanya dengan
survey lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan
data original. Di lain pihak, data sekunder biasanya telah
dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data ( lihat Tabel 6.1 ) dan
dipublikasikan kepada masyrakat pengguna data.
88
6.2. PENGUMPULAN DATA SEKUNDER
Secara singkat dapat dikatakan bahwa data sekunder adalah data yang telah
dikumpulkan oleh pihak lain. Peneliti dapat mencari data sekunder ini melalui
sumber data sekunder. Pada dewasa ini sumber data sekunder semakin banyak
jumlahnya, dan tidak terbatas kepada lembaga pemerintah saja. Melihat
perkembangan permintaan data, semakin banyak lembaga swasta yang membuka
pelayanan permintaan data sekunder.
Bagi peneliti,kekurangan data bukan merupakan persoalan kecil, karena dapat
menjadi sumber kegagalan penelitian yang dilakukan. Sehubungan dengan
pelayanan permintaan data sekunder ini, hal yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana mengadakan penyimpanan data sehingga data tersebut akan dapat
diperoleh kembali dengan cepat dan mudah pada saat di perlukan. Secara
tradisional, data akan disimpan alam media cetak dan disimpan rapi menurut
klasifikasi tertentu sehingga mudah untuk ditemukan kembali. Sehubungan
dengan semakin berkembangnya cara penyimpanan datas sekunder, peneliti
seharusnya mengetahui cara mencari kembali data sekunder kalau tidak ingin
mendapatkan kesulitan dalam pencarian data sekunder yang diperlukan.
6.2.1. Teknologi Penyimpanan Informasi
Dengan semakin baiknya metode penyimpanan data, pencarian kembali data
sekunder ini menjadi semakin mudah dan cepat. Dewasa ini sesuai dengan
perkembangan teknologi, data sekunder tidak hanya disimpan dalam media cetak.
Penyimpanan data sekunder melalui media cetak memerlukan tempat yang sangat
banyak, sementara pencarian kembali data yang diperlukan seringkali mengalami
kesulitan. Jika data sekunder yang disimpan tidak begitu banyak, proses
penyimpanan dan pencarian kembali ini menjadi persoalan yang serius di dalam
perusahaan.
Semakin maju dan besar suatu perusahaan, data yang perlu disimpan dan sewaktu-
waktu diperlukan kembali menjadi semkain banyak, penyimpanan seluruh data
dalam media cetak menjadi tidak efisien. Disamping memerlukan tempat yang
89
banyak, dan ini sudah memerlukan persoalan yersendiri, pencarian kembali data
pada saat yang diperlukan akan memakan waktu lama. Pengambilan keputusan
yang penting sering tertunda atau bisa karena data yang diperlukan tidak dapat
dipersiapkan pada saatnya, atau bahkan tidak dapat ditemukan. Dewasa ini sudah
saatnya manejemen memperhatikan cara penyimpanan data dengan dukungan
teknologi baru. Penyimpanan data sekunder dewasa ini tidak terbatas melalui
media cetak saja, melainkan dengan berbagai macam media lain. Perkembangan
teknologi memungkinkan perusahaan menyimpan data dalam bentuk microfilm
yang snagat menghemat tempat penyimpanan. Setiap halaman buku laporan
tahunan perusahaan, jika disimpan dalam microfilm hanya memerlukan tempat
tidak lebih dari dua kali satu centimeter. Melalui media ini, data yang semula
memerlukan tempat yang besar, dapat disimpan dalam tempat yang kecil.
Sejalan dengan perkembangan teknologi computer, data dapat disimpan didalam
pita magnetic atau magnetic tape. Penyimpanan mellaui media ini relative murah
dan dapat menyimpan data dalam jumlah yang banyak. Pita magnetic ijni ,
sebagaimana dalam kset untuk menyimpan lagu, menyimpan data secara urut dari
awal sampai akhir. Kelemahan yang ada juga sebagaimana dalam rekaman music,
kesulitan yang timbul apabila data yang segera diperlukan berada ditengah. Untuk
mencari data yang berada ditengah, kita harus menunggu beberapa saat terlebih
dahulu, karena pita magnetic harus dibaca dari awal.
Penyimpanan melalui magnetic disk dapat dilakukan secara lebih cepat dan
memungkinkan pencarian data secara langsung. Computer mikr sekarang apda
umumnya diperlengkapi dengan hard disk dengan kapasitas yang cukup besar,
sementara data dalam jumlah yang lebih besar juga dapat disimpan dalam floppy
disk. Di samping magnetic disk, data juga dapat disimpan dalam optical disk,
sering disebut sebagai optical laser atau compact disk. Data yang sangat banyak
dapat disimpan melalui media ini. Sebuah optical disk berukuran 5,25 inch dapat
menyimpan data sebanding dengan 250.000 halaman teks. Dewasa ini
penyimpanan data di dalam CD-ROM ( Compact Disk Read-Only Memory )
merupakan hal yang sangat umum. Computer mikro juga diperlengkapi dengan
90
perlatan untuk membaca CD-ROM sehingga pencarian data dapat dilakukan
dengan mudah. Kemajuan teknologi juga memungkinkan adanya pelayanan on-
line data base. Melalui pelayanan ini, peneliti dapat mencari data sekunder melalui
fasilitas pencarian data yang tersedia. Dengan demikian data yang diperlukan akan
dapat diperoleh dalam waktuj yang cepat. Semakin banyak tersediannya data yang
relevan dengan penelitian yang dilakukan, semakin baik kualitas penelitian yang
dilakukan. Data sekunder sebagai sumber informasi yang diperoleh dari berbagai
sumber disajikan dalam gambar 6.2.
Distribusi Tradisional Data Sekunder
Jalur tidak langsung dengan Jalur Langsung
Perantara
Penyedia Informasi
(Pemerintah)
Perpustakaan
(penyimpanan
dokumen & buku
milik pemerintah)
Perusahaan pemakai
Penyedia Informasi
(Pemerintah)
Perusahaan pemakai
91
Distribusi Tradisional Data Sekunder
Komputerisasi Distribusi Tidak Lamgsung Dengan Perantara
Distributor dengan computer, langsung
6.2.2. Penggunaan Data Sekunders
Ada dua alas an penggunaan data sekunder dalam penelitian bisnis dan ekonomi
yaitu :
1. Efektivitas Biaya
Biaya pencarian data sekunder lebih murah daripada pencarian data
primer. Jika data sekunder yang ada dapat mencukupi kebutuhan data
untuk penelitian yang sedang dilakukan, peneliti akan dapat menghemat
biaya penelitian dalam jumlah yang besar.
Penyedia Informasi A
(data sensus
pemerintah)
Penyedia Informasi B
(toko kelontong-data
skaner eceran )
Penyedia Informasi C
(perusahaan peneliti
pemirsa-data pemerisa TV)
Penjual /distributor
eksternal (
komputerisasi database
menggabungkan ketiga
sumber data untuk
wilayah geografis
tertentu)
Perusahaan pemakai
Penyedia informasi ( just-in- time inventory
partner) database dengan komputer
Perusahaan pemakai
92
2. Penghematan Waktu
Waktu yang diperlukan untuk mencari data sekunder lebih singkat
daripada untuk data primer. Jika data yang diperlukan sudah tersedia
dalam bentuk data sekunder, maka pengumpulan data primer kalaupun
masih diperlukan, akan dilakukan untuk jumlah yang lebih kecil. Jadi
waktu penelitian secara keseluruhan akan menjadi lebih pendek.
Dalam penelitian bisnis, data sekunder digunakan dalam empat kategori, yaitu :
• Pengenalan masalah
• Penjelasan masalah
• Formulasi alternatif yang layak
• Penyelesaian permasalahan penelitian
Melalui pemantuan data sekunder secara kontinyu, manajemen dapat mengetahui
perubahan lingkungan bisnis yang terjadi. Perubahan lingkungan tidak selalu
berdampak negative bagi perusahaan, namaun perlu untuk diantisipasi. Dari
perubahan lingkungan yanga ada, manajemen mungkin perlu mengubah kebijakan
strategis. Untuk melakukan hal tersebut perlu penelitian untuk mendukung
keputusan strategis yang akan diambil.
Melalui data sekunder, peneliti akan memperoleh gamabaran yang lebih jelas dari
permasalahan yang dihadapi. Kejelasan permasalahan ini perlu bagi peneliti,
karena masalah yang tidak jelas akan menjadi sulit untuk diselidiki. Penulisan
proposal penelitian juga dipermudah dengan informasi yang berada dalam data
sekunder. Informasi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan dapat
diperoleh melalui data sekunder.
Sebelum suatu keputusan ditentukan, beberapa alternative kebutuhan disusun
terlebih dahulu. Tersedianya informasi yang relevan dari data sekunder dapat
membantu penyusunan alternatif keputusan. Sebagai suatu contoh misalnya, data
tentang jumlah penduduk, tingkat kepadatan dan pendapatan kota akan sangat
membantu untuk penelitian mengenai pendirian pasar swalayan.
93
Data sekunder tidak hanya dapat membantu memperjelas masalah, penyusunan
alternatuf keputusan, melainkan keputusan juga dapat diambil berasar data
sekunder yang dikumpulkan. Data sekunder yang relevan dan lengkap, dapat
dipergunakan sebagai dasar keputusan yang diperlukan dalam perusahaan.
Sebagaimana contoh di atas, kalau data tentang jumlah penduduk, tingkat
pendapatan dan kepadatan kota dari seluruh kota besar yang ada dapat diperoleh,
keputusan untuk mendirikan pasar swalayan dapat ditentukan berdasar data
sekunder.
6.2.3 Metode Pencarian data
Sebelum peneliti melakukan pencarian data sekunder, ia harus menentukan
macam data yang diperlukan. Data sekunder dapat berisis informasi yang bersifat
umum ataupun informasi yang spesifisik. Pertimbangan utama untuk menentukan
macam data yang diperlukan adalah permasalahan yang telah ditentukan oleh
peneliti. Kebutuhan data untuk penelitian guna penyusunan strategi
pengembangan perusahaan jangka panjang akan berbeda dengan kebutuhan data
untuk penyusunan keputusan penggantian mesin.
Pencarian Data Secara Manual
Pencarian data manual meliputi penelusuran data sekunder secara fisik melalui
penggunaan indeks, bibliografi, dan referensi pustakawan. Metode ini merupakan
metode yang paling sering dipergunakan karena sebagaian besar organisasi bisnis
belum mempunyai database yang komprehensif. Untuk menemukan data dengan
metode ini, diperlukan pengetahuan tentang metode penyimpanan data yang
dipergunakan dan lokasi dari data yang diperlukan. Dari sudut pandang peneliti,
lokasi data sekunder dapat dipisahkan menjadi internal dan eksternal.
Lokasi internal adalah penyimpanan data dalam perusahaan. Dari lokasi internal
diperoleh data internal, yaitu data sekunder yang telah tersedia di perusahaan.
94
Pada umumnya data internal dipisahkan menjadi dua macam, yaitu data khusus
dan umum. Perbedaan diantara keduanya adalah keuangan, personalia, proses
produksi, dari suatu perusahaan pada umumnya tidak dipublikasikan untuk umum,
sehingga tidak tersedia untuk umum. Data umum berisi informasi yang berasal
dari luar perusahaan, namun dikumpulkan dan disimpan dalam perusahaan untuk
kepentingan pengambilan keputusan. Beberapa contoh dari data ini adalah
perkembangan perusahaan pesaing, peraturan-peraturan perusahaan yang
berkaitan dengan operasi perusahaan, dan beberapa data yang dipublikasikan
untuk umum yang relevan dengan kegiatan perusahaan.
Hambatan utama bagi peneliti dalam penggunaan data internal adalah belum
terdapat standarisasi penyajian data. Kesulitan sering timbul manakala peneliti
harus membandingkan satu perusahaan dengan perusahaan lain, karena data yang
tercantum pada masig-masing perusahaan belumtentu mempergunakan klasifikasi
yang sama. Idealnya seluruh data internal disusun dengan menggunakan satu
stabdar yang sama sehingga dapat dipergunakan dalam penelitian maupuan
keputusan dengan mudah. Dalam perusahaan modern pada umumnya data disusun
berdasar system informasi manajemen secara terpadu. System ini merupakan akar
penggunaan computer untuk pengelolaan data perusahaan sehingga mampu
menyusun informasi yang berguna dan menyajikannya dengan cepat pada saat
diperlukan.
Lokasi eksternal adalah penyimpanan data dimana saja diluar perusahaan. Data ini
jumlah dan jenisnya sangat banyak, dibuat dan disimpan oleh berbagai pihak.
Banyak lembaga baik negeri maupun swasta yang mengumpulkan, menyusun, dan
menyajikan data, dan ini merupakan sumber data eksternal yang tidak dapat
dihitung jumlah dan jenisnya. Namun demikian, meskipun jumlah dan jenis data
yang diperlukan belum tentu ada, klasifikasi yang dipergunakan masing-masing
lembaga juga belum tentu sama.
Data eksternal dapat berasal dari berbagai lembaga pemerintahan, perusahaan,
asosiasi perdagangan, universitas, dan lembaga pelayanan data baik yang
95
bertujuan social maupun swasta. Lembaga-lembaga penyusunan data juga
merupakan tempat penyimpanan data sekunder yang cukup banyak.
Untuk memudahkan pencarian data eksternal ini,peneliti dapat mengguanakan
beberapa petunjuk yang terdapat pada :
• Petunjuk penelitian dan bibliografi
• Ensiklopedia, kamus dan buku penuntun
• Indeks
• Sumber-sumber statistik
• Referensi untuk perusahaan
• Sumber-sumber lain
Perkembangan yang relatif baru dalam teknologi penyimpanan data ini, terutama
di Negara maju, adalah yang ada tersediannya data dalam media CD-ROM. Data
yang disimpan dalam CD-ROM ini dapat dibaca oleh komputer mikro dan dapat
dibaca kapan saja dikehendaki oleh peneliti.
Pencarian Data Melalui Kontak Langsung
Metode pencarian data sekunder melalui kontak langsung ini sangat berkembang
di Negara maju, dimana fasilitas pendukung untuk kepentingan tersebut telah
tersedia. Metode ini bisa dipergunakan oleh peneliti apabila tersedia terminal
computer yang dipergunakan olh peneliti yang dpat berhubungan langsung dengan
sumber atau distributor dari data sekunder yang diperlukan. Dimaksudkan dengan
pencarian data sekunder melalui kontak langsung adalah peneliti menggunakan
terminal computer tersebut dan dapat mencari data yang diperlukan secara
langsung.
Beberapa alasan penggunaan metode ini adalah sebagai berikut :
• Penghematan waktu
96
Penghematan waktu untuk mencari data sekunder dengan mempergunakan
metode ini sangat signifikan. Prosedur pencarian data sekunder dengan
metode ini sangat cepat.
• Kecermatan
Peneliti akan lebih yakin dengan data sekunder yang ditemukannya karena
berbagai kutipan yang penting akan lebih mudah ditemukan.
• Kenaikan relevansi
Peneliti akan dpat menyeleksi serta memisahkan konsep kunci dan peristilahan
baku untuk mengidentifikasi kutipan dan artikel yang mempunyai relevansi
dengan permasalahan yang dinilai.
• Efektivitas biaya
Penurunan waktu pencarian data dan kenaikan relevansi data sekunder yang
diketemukan membuahkan efektifitas yang tinggi.
Sifat dan nilai dari data sekunder harus dievaluasi terlebih dahulu sebelum data
tersebut dipergunakan untuk pengambilan keputusan. Baik data tersebut adalah
data internal maupun eksternal, sebelum dipergunakan untuk pengambilan
keputusan perlu dievaluasi, karena tujuan pengumpulan data oleh lembaga yang
mengempulkan belum tentu sama dengan tujuan peneliti. Data sekunder,
bagaimanapun merupakan informasi yang kedua bagi peneliti apabila data
tersebut relevan dan dapat diterapkan dalam pengambilan keputusan.
Kriteria untuk evaluasi data sekunder dapat diringkas pada Gambar 6.3. pada
intinya kriteria yang harus dipertimbangkan adalah sebagai berikut (Sekaran,
2000):
1. Ketepatan waktu
Faktor waktu sangat menentukan apakah data sekunder dapat digunakan
sebagai dasar pengambilan keputusan atau tidak. Tersedianya pada saat
yang diperlukan merupakan pertimbangan penting. Disamping itu perlu
diketahui apakah data tersebut merupakan data terbaru dan masih
mencerminkan keadaan sekarang. Bila telah ketinggalan jaman, ddata
terfsebut tidak bisa di gunakan sebagai alat ukur pengambilan keputusan,
97
2. Relevansi
Relevansi data sangat perlu untuk dipertimbangkan. Sangat mungkin
peneliti mempunyai data yang masih baru, namun belum tentu relevan
dengan permasalahan yang dihadapi. Data yang tidak atau kurang relevan
tidak perlu dipergunakan sebagai dasar pengambilan keputusan walaupun
merupakan data terbaru.
3. Akurasi
Ketelitian dalam proses pengumpulan data sekunder perlu dievaluasi
sebelum digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Pada umumnya
peneliti akan menemui kesulitan untuk melihat ketelitian data, terutama
dari proses pengumpulan data oleh penyedia data sekunder. Oleh karena
itu data sekunder perlu dievaluasi dengan cermat dari sisi kelengkapan
data, sumber data, dan metode pengumpulan data yang dilakukan oleh
penyedia data sekunder.
6.3. Pengumpulan Data Primer
Seperti telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, pedoman umum dalam
melakukan penelitian adalah memanfaatkan semua kemungkinan dalam
mengidentifikasi dan mengumpulkan data primer yang diharapkan dapat
memecahkan masalah pengambilan keputusan. Hanya saja seringkali data
sekunder tidak mencukupi untuk menjawab permasalahan. Bahkan dalam
banyak kasus, tidak tersedia data sekunder yang dibutuhkan. Dalam keadaan
seperti ini, peneliti mau tidak mau harus mencari data primer sendiri yang
dibutuhkan dalam formulasi studi dan disain penelitian.
Pengumpulan data primer (PDP) merupakan bagian integral dari proses penelitian
bisnis dan ekonomi yang sering kali diperlukan untuk tujuan pengambilan
keputusan. Data primer dapat didefinisikan sebagai data yang dikumpulkan dari
sumber-sumber asli untuk tujuan tertentu. Subbab ini akan memfokuskan pada
aspek manajerial dan tata cara PDP untuk tujuan pengambilan keputusan.
Dimulai dengan pengantar singkat mengenai hakekat PDP, berbagai metode
98
utama PDP akan disajikan, dengan titik berat pada perilaku dan kontrol
masing-masing metode.
6.3.1. Hakekat PDP
Bila data sekunder telah dicari dan diketemukan namun tidak mencukupi untuk
kebutuhan informasi, maka PDP merupakan pilihan yang agaknya tidak
dapat ditawar. Data primer biasanya tidak tersedia dalam bentuk yang sudah
dikompilasi, sehingga merupakan tugas peneliti untuk mengumpulkannya
dengan cara yang paling efisien dan dalam format yang bermanfaat bagi tujuan
pengambilan keputusan.
Sebagai contoh, katakanlah manajer puncak Indomie mengajukan masalah
kepada staf litbangnya sebagai berikut: "Bagaimana tanggapan konsumen
Indonesia terhadap mie instant Indomie setelah timbul kasus keracunan mie
instan di beberapa propinsi?" Staf peneliti besar kemungkinan akan memulai
tahapan penelitiannya dengan mencari data sekunder, baik dari sumber
internal maupun eksternal, untuk menjawab masalah tersebut. Bila data
sekunder yang diperolehnya terbatas atau ketinggalan jaman atau tidak
mencukupi, maka is harus memutuskan apakah mengumpulkan data primer
sendiri atau tidak. Pada titik ini, kita memulai proses penelitian bisnis
sebagaimana telah diuraikan pada bab yang lalu.
Keputusan mengumpulkan data primer pada dasarnya memilih metode untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan. Ada dua metode utama PDP,
yaitu pasif dan aktif. Perbedaan antara kedua metode ini bermuara pada ada
tidaknya pertanyaan-pertanyaan tertulis atau verbal yang diarahkan selama proses
pengumpulan data. Perbedaan ini jangan dikacaukan dengan penelitian kualitatif
dan kuantitatif. Dalam banyak kasus,penelitian kualitatif dapat didefinisikan
sebagai studi yang tidak dapat dikuantitatifkan, merupakan analisis mendalam
dari satu atau beberapa observasi, dan biasanya menggunakan pertanyaan-
pertanyaan atau observasi responder yang tidak terstruktur. Di lain
99
pihak,penelitian kuantitatif biasanya menggunakan sampel yang lebih banyak,
menggunakan pertanyaan/observasi yang terstruktur, serta dianalisis secara
statistik atau numerik. Baik PDP pasif dan aktif dapat dilakukan pada
penelitian kualitatif dan kuantitatif.
PDP pasif merupakan observasi karakter, dengan alat mekanik atau
manual, dari elemen-elemen studi. PDP pasif ini amat bermanfaat dalam
mendapatkan data baik dari orang maupun jenis elemen studi yang lain.
Fokus observasi meliputi karakteristik individu, objek, organisasi, dan
semua jenis hal yang menarik perhatian peneliti.
PDP aktif menanyai responden, baik secara personal maupun tidak. PDP
aktif lebih lulus dibanding PDP pasif karena metode PDP aktif
menghendaki responder untuk aktif berpartisipasi dalam proses
pengumpulan data, sedangPDP pasif tidak. PDP pasif hanya
mensyaratkan peneliti untuk menangkap karakteristik tertentu tanpa
menanyai individu secara langsung.
Agar semakin memperjelas perbedaan dua metode ini, mari kita lihat
contoh penggunaan metode PDP aktif dan pasif dalam penelitian bisnis.
Bila kita mengumpulkan data mengenai pola kepemimpinan manajer
dengan mengamati aktivitas manajer dalam lingkungan kerjanya, ini
termasuk pengumpulan data pasif. Namun, bila kita meminta manajer
untuk mengisi kuesioner yang isinya menanyakan mengenai pola
kepemimpinannya, maka ini merupakan pengumpulan data aktif.
Dalam praktek amat sering dijumpai berbagai kemungkinan variasi dari
masing-masing metode. Berbagai variasi dari masing-masing metode
PDP, yang dibedakan berdasarkan 3 dimensi, yaitu: derajat kesamaran
(degree of disguise), derajat struktur dan metode pengumpulan (Davis &
Cosenza, 1993:264-5).
100
Derajat kesamaran memperhatikan apakah tujuan studi diketahui atau
tidak oleh responden.Dalam beberapa kasus mungkin perlu untuk
menyembunyikan tujuan studi dari responden karena dikhawatirkan terjadi
bias. Misalnya, penelitian mengenai motivasi didasarkan pada fakta bahwa
manusia tidak dapat atau tidak mau menceritakan perasaannya yang
terdalam. Karenanya, tujuan studi tidak dinyatakan kepada responden
agar responder dapat mengidentifikasi motivasi dan kesenangannya secara
tidak bias kepada peneliti.
Derajat struktur memusatkan perhatian pada formalisasi proses
pengumpulan data. Studi observasi yang terstruktur berarti peneliti
mencari karakteristik atau tingkah laku tertentu berdasarkan daftar
pertanyaan, baik tertulis maupun verbal, yang telah disiapkan
sebelumnya. Observasi yangtak terstruktur menghendaki peneliti untuk
secara aktif mengamati situasidengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak
formal atau hanya sedikit terstruktur, sekedar dapat mengarahkan peneliti
dalam mendapatkan informasi.
Metode pengumpulan menunjukkan cara bagaimana data diperoleh dariunit -
unit analisis dalam penelitian. Hai ini bisa dilakukan dengan cara
manualmaupun komputer. Contoh observasi manual adalah bila peneliti
mengamati jumlah mobil yang melewati suatu perempatan pada hari -hari
tertentu dalampenelitian untuk mencari tempat lokasi supermarket yang
potensial. Sebagai alternatifnya, kita dapat meletakkan computerized
counter di perempatan tersebut untuk melakukan observasi yang sama.
Metode-metode pengumpulandata dengan cara aktif agak berbeda dengan
cara pasif. Dalam PDP aktif, klasifikasi metode pengumpulan didasarkan pada
alat utama apa yang dimiliki peneliti dalam menyampaikan pertanyaan: apakah
menjumpai secara personal, lewat telepon, surat, dan komputerisasi.
101
6.3.2. PDP Pasif
Yang dimaksud dengan PDP pasif sebagai suatu metode riset adalah observasi
yang memiliki beberapa ciri:
1. Mewujudkan tujuan penelitian
2. Dikumpulkan dan dicatat secara sisitematis
3. Validitas dan reabilitas selalu dicek dan dicontrol
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, metode PDP pasif umumnya
dapat dikategorikan menurut derajat kesamaran, derajat struktur dan
metode pengumpulannya.Kendati dalam praktek variasi dari bebrapa
metode ini hampir tidak terbatas. Tabel 6.1.menyajikan contoh masing-
masing metode tersebut dalam konteks suatu penelitian yang didesain
untuk mengetahui reaksi penonton bioskop terhadap Iklan Produk Baru.
Table ini setidaknya memberikan gambaran ide dasar dari masing-masing
pendekatan dalam proses pengumpulan data.
Kendati PDP pasif telah sering dipergunakan sebagai cara utama dalam
pengumpulan informasi, seringkali data yang dihasilkan tidak mencukupi
untuk pengambilan keputusan karena dua alasan: Pertama, penggunaan
metode PDP pasif berarti karakteristik, tingkah laku, dan lain-lain, diamati
ketika hal tersebut terjadi. Cara ini tidak selalu dimungkinkan dalam riset
bisnis. Sebagai contoh, banyak pola pengeluaran rumah tangga diketemukan
berhubungan dengan variabel demografi dan variabel sejarah hidup lain dari
rumah tangga tersebut. Metode PDP pasif, dalam kasus ini, tidak begitu
sesuai untuk mengukur variabel-variabel tersebut.
102
Table 6.1. Contoh Metode PDP Aktif
Variasi
Metode
Manual
Komputerisasi
Terstruktur Tak Terstruktur Terstruktur Tak Terstruktur
Tersamar
Tanpa sepengetahuan
pemilik bioskop peneliti
mengamati dan mencatat: (1) minat penonton
terhadap produk tersebut:
(2) apakah penonton memperhaikan seluruh
iklan itu atau tidak.
Tanpa sepengetahuan
pemilik
bioskop,peneliti yang duduk
disamping responden
mencoba mengidentifikasi
tanggapannya
terhadap iklan tersebut.
Tanpa
sepengetahuan
penonton, tempat duduk penonton
dipasamgi sejenis
alat yang mampu mencatat gerakan
responden salama
iklan itu ditayangkan.
Tanpa
sepengetahuan
penonton, sebuah video dipasang
untuk merekam
reaksi penonton terhadap iklan
produk baru itu
Tidak
tersamar
Penelitim yang
menjelaskan tujuan riset kepada
responden,mengamati dan
mencatat: (1) minat penonton terhadap produk
tersebut; (2) apakah
penonton memperhatikan seluruh iklan itu atau
tidak.
Peneliti, yang
menjelaskan tujuan riset kepada
responden,
mengamati semua tingkah laku
responden untuk
mengidentifikasi tanggapannya
terhadap produk baru
tersebut.
Peneliti, yang
menjelaskan tujuan riset
kepada penonton,
mengamati reaksi mata dan tingkah
lau responden
lewat monitor.
Peneliti yang
menjelaskan tujuan riset
kepada penonton,
mengamati reaksi responden lewat
rekaman video.
Sumber: Davis & Consenza (1993: 268)
Alasan kedua, metode PDP pasif sering harus dilengkapi dengan metode PDP
lain karena PDP pasif sering menghasilkan informasi yang bisa sajaberbeda
bila situasinya berbeda. Masalah utama yang dihadapi teknik observasi,
terutama dengan cara manual, adalah bahwa data yang dikumpulkan
merupakan penafsiran dari apa yang diamati oleh si peneliti. Akibatnya,peneliti
yang berbeda mungkin saja menafsirkan arti yang berbeda untukfenomena
yang sama. Masalah yang terakhir inilah yang menimbulkan pertanyaan
mengenai validitas penilaian para peneliti.
6.3.3. PDP Aktif
Penelitian bisnis kontemporer sangat menggantungkan pada penggunaan metode
PDP aktif. Ini didasarkan fakta bahwa bisnis pada dasarnya adalah fenomena
sosial yang berhubungan dengan manusia. Akibatnya, data yang diperlukan untuk
membuat keputusan harus berasal dari manusia itu sendiri. PDP aktif dirancang
terutama untuk memperoleh informasi dari responden manusia. Kelebihan
utama metode ini adalah versatility-nya. Semua jenis informasi abstrak
103
berupa opini, sikap, kehendak, dan pengharapan dapat diperoleh melalui
survei. Kelemahan dari metode ini adalah, kualitas informasi akan sangat
bergantung pada kemampuan dan kemauan responder untuk bekerja sama
dengan peneliti. Seringkali responden akan menolak untuk diwawancarai atau
enggan untuk membalas Surat survei karena alasan pribadi,atau mereka
memandang topik yang sedang diteliti terlalu sensitif. Berikut akan diuraikan
lebih lanjut mengenai jenis-jenis metode PDP aktif, yaitu wawancara
personal, wawancara lewat telepon, wawancara dengan pos, dan wawancara
lewat komputer.
Wawancara Personal
Wawancara personal (personal interviewing) diartikan sebagai wawancara antar
orang, yaitu antara peneliti (pewawancara) dengan responder (yang
diwawancarai), yang diarahkan oleh pewawancara untuk tujuan memperoleh
informasi yang relevan. Pewawancara biasanya telah menyiapkan rencana
wawancara, sering tertulis, yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang
difokuskan untuk menjawab masalah penelitian. Ada beberapa kesalahan yang
sering dijumpai dalam wawancara personal, yang secara garis besar
dikategorikan menjadi kesalahan tidak merespon (nonresponse errors) dan
kesalahan merespon (response errors). Kesalahan tidak-merespon adalah
kesalahan karena responden yang dimasukkan dalam desain studi tidak dapat
dicapai/ditemui. Misalnya, bila kita akan mewawancarai 50 bos konglomerat
terbesar di Indonesia
Mendapatkan data mengenai gaya manajerialnya, kita mungkin menghadapi
masalah bahwa bos-bos tersebut menolak menjawab pertanyaan kita karena
agenda kegiatannya amat sibuk, masalah kerahasian perusahaan, atau karena kita
tidak dapat mengalokasikan mereka dalam periode pengumpulan data.
Berdasarkan pengalaman, ada beberapa saran untuk mengatasi masalah ini,
misalnya dengan menelpon kembali, atau mengontak lagi wawancara yang ditolak
karena yang bersangkutan tidak berada di tempat, atau memperkenalkan
pewawancara terlebih dahulu kepada responden, atau ditiadakannya prosedur
104
persetujuan resmi untuk berpartisipasi dalam studi tersebut. Saran lain yang sering
dianjurkan adalah dalam perencanaan pengumpulan untuk data juga
dimasukkan kerangka waktu untuk melakukan wawancara dengan tujuan
meminimumkan kemungkinan responden tidak berada di tempat/di
rumah. Misalnya, amat besar kemungkinan menjumpai seseorang di rumah
antara hari Senin hingga Jumat pada jam-jam antara jam 17.00 sampai jam
21.00.
Kesalahan merespon muncul bila terdapat perbedaan antara data yang
dilaporkan dengan nilai variabel yang sebenarnya. Kesalahan semacam ini
dapat digolongkan setidaknya dalam empat macam, yaitu:
1. Keanekaragaman Wawancara (Interview Variability)
Kesalahan ini terutama berkaitan dengan perbedaan dalam situasi-
wawancara dan karakter si pewawancara. Umumnya, kualitas
wawancara tergantung pada kemampuan dan standardisasi situasi
wawancara dibanding karakter khusus si pewawancara.Karena itu
seleksi, pelatihan, dan pemantauan untuk petugas pewawancara
amat penting untukmengurangi kesalahan wawancara.
2. Struktur dan Urutan Pertanyaan
Kesalahan ini muncul karena format dan urutan pertanyaan-
pertanyaan dapat menimbulkan bias pada hasil studi. Ini bermuara
pada masalah kontrol dan minimisasi bentuk kesalahan semacam
ini. Kendati ada banyak pedoman dalam seni mengajukan
pertanyaan, agaknya titik kritis dalam wawancara personal adalah
kemampuan komunikasi si pewawancara.
3. Metode Administrasi
Kesalahan ini muncul karena si pewawancara menstimulasi
jawaban sehingga secara umum jawaban tersebut dapat diterima.
4. Kesalahan Responden
Kesalahan ini diakibatkan oleh ketidaktepatan, baik disengaja atau
tidak,oleh responden. Kesalahan ini bisa terjadi karena jawaban
responder sengaja dibuat berbeda dengan yang sebenarnya, atau
105
bisa juga karena kurangnya pengetahuan si responden.
Wawancara personal memang merupakan metode pengumpulan data
primer yang mahal. Namun sekaligus bisa menjadi metode yang amat
efektif karena tingginya derajat interaksi antara pewawancara dengan
responden. Karena itu, bila kita ingin menggunakan metode PDP ini,
kita perlu merencanakan penggunaan prosedurnya secara efisien. Caranya,
dengan seleksi dan pelatihan yang baik bagi pewawancara, serta memantau
dan melakukanwawancara dengan benar.
Ada beberapa pedoman yang barangkali penting diperhatikan. Pertama,
setidaknya kita memilih pewawancara atas dasar kemampuan intelektual
responden yang hendak diwawancarai. Kedua, pewawancara harus memiliki
kemampuan dasar komunikasi yang memungkinkan bersimpati secara
tepat kepada responden. Ketiga, pewawancara harus menyadari dan
bertanggung jawab terhadap tugasnya. Begitu para pewawancara telah diseleksi,
tahap selanjutnya adalah melatihnya. Faktor-faktor yang seharusnya
dimasukkan dalam setiap program pelatihan wawancara adalah:
1. Pewawancara baru hendaknya dibekali prinsip-prinsip pengukuran dan
pengertian fungsi pengumpulan data, yang sekaligus sebagai dasar untuk
mengevaluasi perilaku pewawancara.
2. Tanamkan teknik-teknik mewawancarai yang efektif dan baik.
3. Berikan kesempatan untuk berlatih dan mengevaluasi dengan
mengadakan role-playing.
4. Lakukan evaluasi yang cermat tentang pelaksanaan wawancara terutama
pada awal pengumpulan data yang sebenarnya.
5. Lakukan pelatihan untuk memberi kode jawaban-jawaban wawancara.
6. Libatkan pewawancara dalam penyusunan jadual wawancara, bi lamana
mungkin.
106
Tahapan terakhir dalam perencanaan wawancara personal
berhubungan dengan pelaksanaan wawancara di lapangan. Agar
wawancara dapat berjalan sukses, persyaratan berikut harus dipenuhi, yaitu:
1. Akses
Akses merupakan kemampuan responden untuk
menyampaikan informasi yang ditanyakan oleh pewawancara. Ini
amat berkaitan dengan masalah struktur wawancara dan pertanyaan.
Bila pertanyaan-pertanyaan dibuat sedemikian rupa sehingga tidak
menyerang dan mudah dimengerti oleh responden, maka akses akan
terjadi.
2. Kepercayaan/niat baik
Syarat ini menghendaki pewawancara agar membina hubungan
baik dengan responden. Dasar syarat ini adalah perasaan saling
percaya dan dilandasi niat baik antara pewawancara dengan
responden. Ini bisa dipenuhi apabila situasi wawancara menyenangkan
bagi responden dan pertanyaan-pertanyaan yang diajukan tidak
menyinggung perasaan responden.
3. Keahlian
Keahlian di sini adalah keahlian pewawancara. Ini akan
menyebabkan hasil wawancara dapat dipercaya, memperoleh legitimasi,
dan dapat dipertanggungjawabkan. Bila syarat ini dipenuhi maka
responden pun akan merasa bahwa mereka menyumbangkan
sesuatu dalam proses wawancara.
4. Motivasi
Motivasi responden di sini berarti kemauan dan hasrat pihak yang
diwawancarai untuk memberikan informasi yang diminta oleh
pewawancara. Motivasi bersama-sama dengan tiga syarat
wawancara lainnya akan menentukan sukses tidaknya
wawancara. Karena itu kiat menumbuhkan dan menjaga motivasi
responden perlu diperhatikan dalam setiap wawancara, ya itu:
107
(1) Usahakan situasi pada saat pengumpulan data tidak diganggu oleh
pihak lain;
(2) Ingat baik-baik nama responden Anda;
(3) Jagalah netralitas;
(4) Jagalah kerahasiaan;
(5) Dengarkan dengan penuh perhatian dan antusias apa yang
diucapkan oleh responden;
(6) Jangan menanyakan lebih rinci isu-isu yang sensitif;
(7) Beritahu responden bagaimana dan mengapa ia dipilih sebagai
responden;
(8) Ceritakan mengenai diri dan organisasi Anda bila memungkinkan.
Wawancara Telepon
Wawancara telepon (telephone interviewing) merupakan komunikasi antara
pewawancara dan responden dengan menggunakan telepon sebagai alat
untuk mencapai tujuan penelitian. Meskipun telepon dapat digunakan untuk
penelitian balk yang terstruktur atau tak terstruktur, yang tersamar maupun tak
tersamar, dalam banyak kasus cara ini paling sesuai untuk jenis pengumpulan
data yang terstruktur dan tak tersamar. Dengan kata lain, wawancara telepon
jarang digunakan untuk wawancara yang tak terstruktur dan tersamar karena
keterbatasan waktu, tiadanya kontak visual, dan minimnya kontak intim
antar individu.
Keuntungan penggunaan telepon dalam PDP adalah efisiensi biaya dan
kecepatan pengumpulan data. Di lain pihak, kesulitan utama menggunakan
cara ini adalah kenyataan bahwa tidak semua orang/perusahaan/organisasi
memiliki telepon. Pada gilirannya, hal ini Bering menimbulkan kesalahan tidak-
merespon karena tidak mencukupinya spesifikasi kerangka pengambilan sampel.
Wawancara Lewat Pos
Wawancara lewat pos (mail interviewing) merupakan wawancara dengan
108
menggunakan kuesioner tertulis yang dikirim lewat pos untuk mencapai
tujuan penelitian tertentu. Metode ini paling sering digunakan oleh peneliti
bisnis untuk memperoleh data mengenai berbagai macam hal. Keuntungan
utama menggunakan metode ini adalah anonimitas dan kerahasiaan
responden terjaga rapi. Kelemahannya terutama karena metode ini sering
menghasilkan tanggapan yang rendah.
Wawancara Lewat Komputer
Wawancara lewat komputer (computerized interviewing) adalah metode PDP
yang menggunakan proses secara elektronik atau komputer. Metode ini amat
populer dewasa ini karena fleksibilitas, akses terhadap hasil penelitian segera
dapat diketahui, dan administrasinya amat mudah. Pengguna metode ini
meliputi evaluasi tentang jasa hotel/losmen, aplikasi kepuasan langganan,
penilaian tentang produk dan program televisi baru, dan lain-lain.
PERBANDINGAN METODE-METODE PDP
Perbandingan metode pengumpulan data sebenarnya amat sulit karena tidak
ada satu metode yang paling baik digunakan dalam segala situasi. Peneliti,
harus mengevaluasi secara menyeluruh kebutuhan data mengenai suatu
masalah, dengan memperhatikan kendala waktu dan biaya untuk mengerjakan
proyek tersebut. Peneliti disarankan untuk mempertimbangkan kelebihan dan
kekurangan dari masing-masing metode tersebut. Dalam praktek, seringkali
peneliti mengkombinasikan beberapa metode sedemikian rupa sehingga kelebihan
dari masing-masing metode dapat dieksploitasi.
LATIHAN/TUGAS/PERCOBAAN
1. Sebutkan sumber data yang terbaik untuk data-data berikut ini:
a. Populasi, pendapatan daerah, dan tenaga kerja provinsi Jawa Barat
dan Riau.
b. Peta provinsi-provinsi dari kota-kota bedar di Indonesia.
c. Data demografis Indonesia dan negara-negara lainnya.
109
d. Trend perceraian di Indonesia.
e. Penjualan tahunan sepuluh besar perusahaan fast food
.
2. Carilah data dari BPS (http://www.bps.go.id) mengenai :
a. GNP kuarter pertama 1996
b. Investasi asing dan dalam negeri menurut wilayah untuk kuarter
pertama 1996
c. Ekspor barang dan jasa kuarter pertama 1996
3. Gunakan internet untuk mempelajari tentang Indonesia.
a. Kunjungi http://www.indonesiatoday.com.
b. Gunakan Yahoo untuk mengunjungi CIA FACTBOOK
c. Kunjungi INFOSEEK atau hotbot dan gunakan Indonesia sebagai
search word. Informasi apa saja yang dapat diperoleh ?
4. FINDSVP adalah perusahaan penyedia informasi mengenai berbagai
macam industri. Kunjungi homepage FIND/SVP di
http://www.findsvp.com dan pilih salah satu indutri. Informasi
industri apa saja yang tersedia?
5. Kunjungi statistik Kanada di http://www.statcan.ca/start.html.
a. Bahasa apa saja yang digunakan dalam website ini?
b. Basis data (database) apa saja yang mungkin menarik
peneliti bisnis?
PUSTAKA RUJUKAN
1. Burhan Bungin, 2010. Metodologi Penelitian Sosial; Format-faormat
Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.
2. Haris Herdiansyah,2010. Metode Penelitian Kualitatif. Salemba
Humanika. Jakarta.
3. Emzir, 2010. Analisis Data: Metode Penelitian Kualitatif. Rajawali
Pers.
4. Sofian Effendi, 2012. Metode Penelitian Survei. LP3ES.
110
5. Anselm Strauss & Juliet Corbin. 2003. Dasar-Dasar Penelitian
Kualitatif: Tatalangkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data. Pustaka
Pelajar.
6. Nur Indriantoro & Bambang Supomo.2002. Metodologi Penelitian Bisnis.
BPFE. Yogjakarta.
7. Donald R. Cooper, Pamela S. Schindler.2006. Business Research
Methods. Mc Graw Hill.
8. Sugiyono. 2007.Metode Penelitian Bisnis. Bandung : Alfabeta.
9. Uma Sekaran, 2003. Research Methods For Business. John Wiley &
Sons. Inc.
10. Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi.
Penerbit Erlangga, Jakarta
11. Augusty, Ferdinand. 2006. Metode Penelitian Manajemen. Semarang:
Badan Penerbit Universitas Diponegoro