Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    1/48

    BAB VI

    PROSES PEMANFAATAN BATUBARA

    A. PENDAHULUAN

    Telah disadari bersama bahwa pemanfaatan batubara

    sebagian besar adalah sebagai penghasil energi dan sebagian untuk

    menghasilkan bahan baku industri kimia. Teknologi pemanfaatan

     batubara tersebut dapat dilakukan dengan proses pembakaran

    (combustion), proses karbonisasi/pirolisa, proses gasifikasi, dan

     proses likuifaksi. Diagram dari setiap proses pemanfaatan batubara

    menjadi sumber energi ditunjukkan pada gambar 1. Pada gambar

    ini terlihat setiap proses pemanfaatan tersebut menghasilkan listrik,

     baik melalui exsternal combustion engine, internal combustion

    engine, maupun melalui turbin gas. Sedangkan pemanfaatan

     batubara untuk penghasil bahan baku industri kimia diperoleh

    melalui gas sintesa (H2

     dan CO) yang dihasilkan.

    Ke empat teknologi yang ditunjukkan tersebut merupakan

    suatu usaha untuk memperbesar nisbah antara atom hidrogen

    dengan atom karbon (H/C) sehingga diperoleh kenaikan kalor.

    Usaha tersebut dapat dilakukan dengan menghilangkan sebagian

    karbon menjadi CO2

      (proses pembakaran dan karbonisasi) atau

    dengan menambah hidrogen (proses gasifikasi dan likuifaksi).

    Tabel 1. Nibah Atomik H/C dari berbagai bahan bakar dari Batubara

    Bahan Nisbah Atomik H/ CGas Metan 4,00 Napta 2,27Minyak Berat 1,59

    Batubara Bituminus 0,69Batubara Subbituminus 0,53Lignit 0,91

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    2/48

     

       G  a  m   b  a  r   1 .   B  a  g  a  n   T  e   k  n  o   l  o

      g   i   P  e  m  a  n   f  a  a   t  a  n   B  a   t  u   b  a  r  a

       M  e  n   j  a   d   i   S  u  m   b  e  r   E  n  e  r  g   i   d

      a  n   B  a   h  a  n   B  a   k  u   I  n   d  u  s   t  r   i   K

       i  m   i  a

       B

      a   t  u   b  a  r  a

       L   i   k  u   i   f  a   k  s   i

       P   i  r  o   l   i  s  a

       G  a  s   i   f   i   k  a  s   i

       P  e  m   b  a   k  a  r  a  n

       L   i  s   t  r   i   k   d  a  r   i   E  x   t  e  r  n  a   l

       C  o

      m   b  u  s   t   i  o  n   E  n  g   i  n  e  m  e   l  a   l  u   i

       S   i   k   l  u  s   U  a  p

       L   i  s   t  r   i   k   d  a  r   i   I  n   t  e  r  n  a   l   C  o  m   b  u  s   t   i  o  n   E  n  g   i  n  e

      m  e   l  a   l  u   i   M  e  s   i  n   D   i  e  s

      e   l ,   M  o   t  o  r   B  a   k  a  r   d  a  n

       G  a  s   N   H   V   S  e   d  a  n  g

       G  a  s   N   H   V

       R  e  n   d  a   h

       A  r  a  n  g

       G  a  s   i   f   i   k  a  s   i

       B  a   h  a  n   B  a   k  a  r   C  a   i  r

       M  e   t   h  a  n  o   l

       G  a  s   T

      u  r   b   i  n

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    3/48

    Penjelasan secara rinci dari masing-masing proses tersebut

    serta aspek lingkungan dari pemanfaatan batubara dibicarakan

     pada bab ini. Namum sebelum membicarakan tentang proses

     pemanfaatan batubara dan aspek lingkungannya itu, terlebih dahulu

    dibicarakan tentang proses persiapan batubara dan pembersihannya.

    Proses pembersihan ini dikenal dengan proses benefisiasi. Kedua

     proses ini penting dilakukan sebelum proses pemamfaatan, karena

    setiap proses pemamfaatan batubara memerlukan sifat-sifat fisis

    dan kimia yang spesifik.

    B. PERSIAPAN DAN BENEFISIASI BATUBARA

    1. Proses persiapan (Coal Preparation ) 

    Pada umumnya setiap proses pemamfaatan batubara dan

    fasilitas yang terlibat didalamnya, direncanakan untuk batubara

    yang mempunyai spesifikasi sifat fisik dan sifat Kimia tertentu.

    Proses persiapan (coal preparation) meliputi penyimpanan

    ( storage), penanganan (handling ), pengecilan ukuran ( sizing )

    dan pembersihan mekanis yang mungkin dapat dilakukan.

    Satuan operasi yang umum dilakukan pada proses persiapan ini

    meliputi:

    a. Pengecilan ukuran ( size reduction  termasuk crushing dan 

     pulverizing );

     b. Screening (classification);

    c.  Dewatering  dan drying ;

    d.  Briquetitng ;

    e. Coal Cleaning  dengan proses kering dan basah, danf. Water Pollution Abatement

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    4/48

    Proses persiapan batubara dan peralatan yang dipakai

    tergantung dari macam penambangan dan kebutuhan akhir dari

     batubara. Dengan bertambahnya penggunaan batubara, maka

    akan timbul kompleksitas proses persiapan batubara. Hal ini

    karena kualitas batubara hasil penambangan dapat menurun

    akibat tekanan terhadap bertambahnya recovery sumber.

    Beberapa satuan operasi yang disebut di atas, dapat disatukan

    menjadi suatu paket peralatan, misalnya  screening   dan drying

    sering dirangkai dengan peralatan size reduction.

    Umumnya proses pemanfaatan batubara memerlukan tiga

     proses pertama dan dengan barbagai tingkat kesulitan.

     Briquetting   hanya digunakan untuk tujuan tertentu saja dan

    tidak pernah digunakan untuk untuk proses pembangit tenaga

    dan apalasi untuk proses gasifikasi. Sedangkan proses ke lima,

    sifat kimia batubara (abu dan sulfur) berubah secara berarti

    selama pengolahan. Proses terakhir merupakan satuan operasi

    untuk meminimalkan dampak lingkungan dari 5 tahap proses

    sebelumnya.

    a. Size Reducti on

    Ada tujuan utama dalam pemecah (kominusi) batubara, yaitu

    untuk:

    1). Mengecilkan ukuran batubara bongkahan hasil penambangan

    (run of mine = ROM) menjadi ukuran yang sesuai dengan

     proses pembersihan atau pemanfaatan lain dari batubara;2). Mengecilkan ukuran batubara ke ukuran pasar (market sizes).

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    5/48

    Peralatan pemecah atau pengecilan ukuran dapat dibedakan

     berdasarkan bagaimana tenaga pemecah dilakukan, yaitu

    sebagai berikut:

    1). Antara dua permukaan padatan, seperti pada crushing  

    dan shearing ;

    2). Pada satu permukaan padatan, seperti pukulan (impact );

    3). Tidak pada permukaan padatan tertentu, tetapi sebagai

    aksi media sekitar tempat padatan, seperti pada colloid

    mill. 

    4). Tidak dengan energi mekanis, melainkan digunakan

    thermal shock, explosive shattering , dan electrohydrraulic.

    Pemilihan peralatan pemecah (kominusi) tergantung dari

    reduction ratio  (ratio ukuran maksimum umpan dengan

    ukuran produk, yaitu antara 4  –   10 untuk tiap tahap),

    kerapuhan zat, kapasitas, adanya batuan keras serta ukuran

     produk yang diinginkan.

    Berdasarkan ukuran zat padat yang akan dikecilkan

    (umpan), maka peralatan pemecah atau pengecilan ukuran

    dibedakan atas:

    1). Pemecah kasar ( primary), yaitu menghasilkan padatan

    dengan ukuran umpan antara 2 sampai 96 inchi.

    2). Pemecah antara (intermediate/ secondary), yaitu

    menghasilkan padatan dengan ukuran antara 1 sampai 3

    inchi.

    3). Pemecah halus (tertiary), menghasilkan padatan denganukuran 0,25 hingga 0,5 inchi.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    6/48

    Beberapa contoh peralatan kominusi di atas, antara lain:

    1). Pemecah kasar (Crusher )

    a). Jaw Crusher: Blake dan Dodge Crusher

     b). Gyratory Crusher

    c). Smooth Roll Crusher (Gambar 2.) 

    d). Toothed Roll Crusher

    2). Pemecah antara (Grinder ):

    a). Hammer Mill (Gambar 3.) 

     b). Impactor

    c). Atrition Mill

    d). Tumbling Mill

    e). Ball Mill, Tube Mill

    f).  Desintegrator

    3). Pemecah halus:

    a). Raymond Grinder

     b). Roller Mill

    c). Buhrstone

    d). Ultrafine Grinder (Classifying Hammer Mill   dan  Fluid

     Energy Mill , Gambar 4)

    Untuk peralatan pemotong (Cutting Machine) digunakan

     Knife Cutter (Gambar 5).

    Gambar 2. Roll Crusher   Gambar 3. Hammer Mill  

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    7/48

     

    Gambar 4. Fluid Energy Mill Gambar 5. Knife Cutter

    b. Screening ( Ayakan )

    Pemisahan partikel batubara berdasarkan ukuran seringkali

    menjadi tahapan penting dalam penyiapan batubara baik

    untuk keperluan proses berikutnya maupun untuk dipasarkan.

    Selain itu juga penting dalam mengendalikan atau menaksir

    keefektifan operasi lainnya, seperti crushing dan  grinding  

    atau untuk menentukan nilai klasifikasi penjualan dari

    ukuran batubara. Salah satu proses pemisahan berdasarkan

    ukuran adalah ayakan (Screening ), kecuali untuk partikel

    kurang dari ½ inchi digunakan centrifuges  atau pealatan

    lainnya.

    Berbagai metoda yang digunakan untuk memisahkan zat

     padat berdasarkan ukuran ditunjukkan pada Gambar 6.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    8/48

     

    Gambar 6. Macam Peralatan Pemisah atas Dasar Ukuran

    Secara komersial terdapat 5 kelompok ayakan yang

    dibedakan atas grakan ayakannya, yaitu:

    1). Grizzly Screen (Gravity Bar) ;(Gambar 7.) 

    Ayakan ini terdiri dari kisi-kisi batangan logam (bars)

    yang parallel dan dipasang miring pada rangka

    stasioner. Kemiringan dan lintasan itu sejajar dengan arah

     panjang batangan. Bukaan antara batangan, kemiringan

     batangan dan panjangnya akan menentukan pengayakan.

    Gambar 7. Grizzly Screen(Gravity Bar);

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    9/48

    2). Revolving Screen (Gambar 8.) 

    Sering disebut Trommel. Bentuknya dapat berupa silinder

    atau kerucut yang miring terhadap horizontal.

    Kemiringan ayakan dimaksud untuk mmemudahkan

     pengeluaran partikel kasar. Ayakan berputar dengan

    kecepatan rendah antara 15-20 rpm.

    Gambar 8. Revolving Screen

    3). Shaking Screen (Gambar 9.) 

    Ayakan ini mempunyai bingkai berbentuk segi empat

    yang digerakkna maju mundur. Ayakan ini mempunyai

    keuntungan, yaitu  hemat tempat kebutuhan tenaga

    rendah. Tetapi kerugian ayakan ini, ialah biaya perawatan

    tinggi dan kapasitas rendah.

    Gambar 9. Shaking Screen

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    10/48

    4). Vibrating Screen (Gambar 10.) 

    Permukaan ayakan tipe ini digerakkan naik turun dengan

    suatu alat bantu. Ayakan memiliki simpangan getaran

    yang kecil dengan frekuensi getaran antara 1200 sampai

    1800 per menit. Getaran dpat dilakukan dengan elektrik

    dan mekanik.

    Gambar 10. Vibrating Screen

    5). Oscilating Screen

    Ciri khas dari ayakan ini ialah adanya osilasi kecepatan

    rendah (5 sampai 7 osilasi atau 300 sampai 400 rpm pada

     bidang datar yang berosilasi sejajar dengan permukaan

    ayakan). Biasanya digunakan untuk mengayak material

    yang berukuran0,013 m (½ inchi sampai 60 mesh).

    c. Coal Dewatering

    Batubara diinginkan dalam keadaan dewatered   dan kering

    untuk tujuan tertentu seperti:

    1). Untuk menghindari pembekuan selama transportasi.

    2). Untuk mengurangi kehilangan panas dalam proses

     pembakaran atau konversi lainnya.

    3). Untuk mengurangi ongkos transportasi.

    Untuk batubara yang berukuran ¼ inch, proses dewatered  

    dapat dilakukan secara mekanis pada  shaker screens  atau

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    11/48

     pada virbrating screens  kecepatan tinggi. Untuk partikel

    halus digunakan centrifuges.

    Centrifuges  adalah alat untuk memisahkan solid dan liquid

    dengan menggunakan gaya sentrifugal. Ada 2 (dua)

    klasifikasi Centrifuges, yaitu:

    1). Perforated Basket (Gambar 11.)

    Peralatan ini merupakan basket   yang berlubang

    ( perforate) dan berputar dengan cepat. Zat padat akan

    tinggal dalam basket   sementara liquid akan keluar

    menuju sumbu rotasi melalui perforate.

    Gambar 11. Perforated Basket   Gambar 12. Solid Bowl Basket  

    2). Solid Bowl Centrifuges  (Gambar 12.)

    Prinsip kerjanya sama seperti perforate basket, tetapi

     basketnya tidak berlubang. Zat padat akan menjadi cake 

     pada dinding bagian dalam, sedangkan liquid mengalir

    ke atas basket .

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    12/48

    d. Pengeri ngan Batubara

    Penghilangan air dengan perlakuan panas, merupakan cara

    terakhir untuk mengatur kandungan air dalam batubara.

    Dalam industri perbatubaraan, semua peralatan pengering,

    menggunakan prinsip perpindahan panasnya dengan cara

    kontinyu dan terjadi kontak langsung dengan menggunakan

     peristiwa konveksi. Gas panas atau gas buang ( flue gas)

     bagian pembangkit tenaga dan batubara basah mengadakan

    kontak satu dengan lain dengan cara pengaliran yang

    kontinyu antara keduanya.

    Secara komersial, untuk pengeringan batubara digunakan

     flash dryer  dengan sistim fluidized bed  atau suspension bed .

    Pada  fluidized bed , udara panas ditiupkan ke atas melalui

    unggun batubara yang akan dikeringkan sehingga batubara

    itu akan terfluidisasi dalam bejana. Fluidized bed dryer  lebih

    disukai karena mempunyai kapasitas yang besar.

    Sedangkan pada  suspension dryer , gas kering yang

    dihasilkan dari  stoker-fired furnaces  dilewatkan ke dalam

     bejana pengering. Pada kedua peralatan pengering ini,

    dilakukan pengaturan laju pengumpanan batubara dan aliran

    gas panas sehingga dapat dihindari terbawanya partikel halus batubara dan menjaga agar temperatur keluar mencapai

    275 - 375oF. Ukuran bejana pengering dan laju gas panas

    dipilih agar waktu tinggal batubara dapat optimum sehingga

    dapat diperoleh kehilangan kandungan uap airnya antara

    90 - 95%.

    Jenis peralatan pengering yang lain, misalnya multi louver,vertical tray and cascade, continous carrier dan drum. 

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    13/48

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    14/48

    memanaskan batubara hingga suhu sekitr 100 oC dengan

     jalan meninjeksi uap air dan mengaduk campuran itu.

    Kemudian campuran ini dipanaskan hingga suhu sedikit di

    atas titik leleh zat perekat sebelum dilakukan penekanan

    dengan peralatan penekan yang sering digunakan ialah

    double roll   atau ring roll type. Kerapuhan dari briket

    tergantung dari kandungan air dan zat perekat yang

    digunakan. Kekuatan dan sifat tahan abrasi briket dievaluasi

    dengan ASTM D 3402-72.

     Pelettizing   menggunakan batubara umpan berukuran lebih

    kecil dari 0,1 mm yang berbeda dengan  Briquetting. Likuid

    yang biasanya air ditambahkan ke dalam rotating disks atau 

    drum sehingga campuran batubara itu akan mengaglomerasi

    menjadi bulat. Aksi kapiler dari likuid yang ditambahkan

    akan merperkuat ikatan pelet. Akan tetapi pelet ini tidak

    tahan terhadap teknan selama tranportasi atau

     pemanfatannya. Sebagai likuid pengikat sering dapat

    digunakan zat perekat anorganik.

    2. Benefisiasi Batubara

    Proses Banefisiasi batubara adalah proses up-grading dari

     batubara ROM ( Run of Mine), melalui dua proses berikut:

    a. Mengurangi kandungan mineral, dan

     b. Mengurangi kandungan sulfur dari batubara ROM.

    Penghilangan kedua unsur tersebut tanpa merusak karakter fisik

    dari matrik batubara asalnya.

    Penggunaan benefisiasi batubara didorong oleh beberapa tujuan berikut:

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    15/48

    a. Meminimisasi operasi boiler dan biaya pemeliharaan, panas

    hilang bersama abu, emisi elemen jejak (trace element ) dan

     biaya transportasi.

     b. Mengurangi emisi gas pencemar dan limbah padat, karena

     bertambah kerasnya penegakan hukum/ regulasi terhadap

    emisi gas pencemar dan limbah padat tersebut.

    c. Pada batubara peringkat rendah, selain menghilangkan unsur

     pencemar, juga merupakan usaha menaikkan nilai kalor

     batubara sehingga dapat memberikan nlai tambah yang mirip

    dengan batubara peringkat tinggi. Usaha ini dilakukan tanpa

    mengubah material carboneceous-nya

    Sepereti diketahui, ada 3 (tiga) macam sulfur dalam batubara,

    yaitu: sulfur organik, yang terikat dengan matrik batubara,

    sulfur pirit dan sulfat.

    a. Proses Pengurangan Sul fur (Desul fur isasi)

    Teknologi pemisahan sulfur batubara dapat dilakukan pada

    tahap sebelum, selama, atau sesudah proses pemanfaatannya,

    serta kombinasi diantaranya. Apabila ditinjau dari prosesnya,

    desulfurisasi melibatkan proses fisika, kimia dan biologi,

    atau kombinasi diantaranya.

    1). Desulfurisasi secara Fisik  ( Physical Coal Cleaning  = PCC)

    Saat ini teknik PCC banyak dilakukan. Dan dibedakan

    atas: metoda benefisiasi kering (dry) dan basah (wet ).

    Wet   PCC sering digunakan. Metoda PCC tergantung

    dari perbedaan densitas batubara bersihnya dengan

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    16/48

     pengotornya (impurities). Tingkat pemisahan menurut

    densitas tergantung dari kandungan abu. Untuk

    menentukan densitas media pembersih (cleaning

    medium) yang dapat memberikan kandungan abu tertentu

    digunakan kurva Washability yang ditunjukkan pada

    Gambar 13. Dari kurva ini bila diinginkan kandungan

    abu menjadi 8%, maka dari kurva B diperoleh yield dari

    8% adalah 85%, selanjutnya dari kurva A diperoleh

    densitas media pembersih adalah 1,61.

    Gambar 13. Kurva Washability

    Kebanyakan peralatan PCC digunakan untuk batubara

     bituminous. Untuk batubara peringkat rendah tidakdibenefisiasi dengan air, karena batubara peringkat ini

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    17/48

     bersifat hidropilik.  Peralatan yang sering digunakan

    untuk benefisiasi antara lain:

    a)  Jig (Gambar 14)

     b) 

    Dense Media, and Dense Media Cyclones

    c)  Concentrating Tables

    d) 

    Hydrocyclones

    e)  Froth Flotation (Gambar 15)

    Gambar 14. Jig Gambar 15. Froth Flotation

    2). Desulfurisasi secara Kimia (Chemical Coal Cleaning = CCC)

    Banyak proses pembersihan sulfur batubara secara Kimia

    telah dikembangkan dalam skala industri, seperti proses

    Meyers. Proses Meyers adalah proses leaching   secara

    kimia menggunakan cairan sulfat besi ( ferrisulphate)

    yang dapat dibersihkan dan digunakan kembali

    (regenerable) untuk mengkonversi dan mengambil secara

    kimia kandungan sulfur pirit dalam batubara dengan hasil

    elemen sulfur dan besi. Tabel 1. menunjukkan beberapa

     proses desulfurisasi dalam tahap pengembangan.

    Proses kimia ini umumnya hanya mampu menurunkan

    kadar sulfur pirit, tetapi tidak untuk sulfur organik dalam

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    18/48

     batubara. Proses desulfurisasi secara kimia selanjutnya

    adalah proses dengan oksidasi, yaitu oksidasi dengan

    udara. Pada prinsipnya kadar sulfur dikurangi dengan

    konversi melalui oksidasi dengan udara menjadi hasil

    yang mudah menguap (terutama sulfur dioksida) dan

    sulfur-sulfur yang mudah larut yang dapat dipindahkan

    dengan medium air pencuci dalam tahap berikutnya.

    Tabel 1. Beberapa Proses Benefisiasi secara Kimia

     No. ProsesPengurangan Zat Pengotor (impurities)

    Pirit AbuYield

    BatubaraSolvent

    1. TRW-Meyers → 95  10-30 82-92 Ferisulfat

    2. Battelle

    Hydrothermal90-98 *) 97-100 NaOH

    3. Ledgemont Lab

    Copper Kennecott

    Inc.

    > 90 NA NA Oksigen, air

    4. KVB Coal Desul-furization Process,

    KVB Eng. Inc.

    → 90  NA NA NH3, O2, air

    5. PERC OxidationDesulfurisasi

    Process, Pittsburgh

    > 95 NA 90 Asam sulfat

    6. Low Temp.

    Chlorinolysis,

    Caltech.

    → 90 NA 98 Chlorine

    *) : Kandungan batubara hasil bertambah

     NA: not available

    Hidrodesulfurisasi (metode reduksi) adalah juga proses

    desulfurisasi secara kimia yang menghasilkan reduksi

    sulfur ke hdirogen sulfida yang mudah menguap pula.

    Adapun proses kimia yang lain melibatkan aktivitas

    reaksi pada suhu tinggi terhadap karbonat dan batubara

    untuk menghasilkan sulfat yang mudah larut.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    19/48

    Masalahnya sekarang adalah tidak ada satu metode

    kimiapun yang dikembangkan untuk secara khusus

    melarutkan sulfur organik dalam batubara, dan teknik

    desulfurisasi secara kimia sering memerlukan energi

    yang besar. Selain itu, jika metode desulfurisasi secara

    kimia harus diterapkan selama atau setelah proses

     pembakaran, diperlukan peralatan pendukung dengan

    desain khusus untuk proses itu, yang harganya relatif

    mahal. Biaya peralatan desulfurisasi batubara secara

    kimia dan masalah-masalah sehubungan dengan

     perawatan peralatan dan pembuangan limbah sulfur yang

    dihasilkan dari proses ini juga mahal. Dengan demikian,

     jika perlu, industri lebih baik menghindarinya daripada

    menggunakannya. Oleh karena itu, desulfurisasi batubara

    yang dilakukan sebelum pembakaran dan dengan biaya

    murah, perlu ditemukan.

    3). Desulfurisasi secara Biologi( Biologycal Coal Cleaning = BCC)

    Metode desulfurisasi batubara dengan memanfaatkan

    aktivitas mikroorganisme sudah banyak dilakukan

     penelitiannya dan secara umum dianggap cukup murah

     biayanya. Masalahnya sekarang adalah bagaimana secara

    teknis teknologi itu dapat dikembangkan (Chen, 1990 dan

    Kilbane II, 1990). Hal ini merupakan tantangan bagi

     peneliti bidang perbatubaraan.

    b. Proses Pengurangan Kandungan M ineral

    Penghilangan abu dapat dilakukan dengan proses

    demineralisasi batubara umpan atau dengan penghilangan

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    20/48

    abu (ash removal ) dari produk. Proses demineralisasi inin

    dapat menghilangkan sulfur organik dan umumnya sama

    dengan proses desulfurisasi fisik. Sedangkan proses ash

    removal   dapat dilakukan secara kering (dry process) dan

    secara basah (wet process). Proses kering dikenal sebagai

     proses non-slagging , yaitu penghilangan abu padat. Abu

     padat ini dapat menyumbat ( plugging ) dan membuat kerak

    ( fouling ) pada peralatan sehingga proses non-slagging   ini

    sering menimbulkan kesulitan. Proses basah, yang dikenal

    sebagai proses  slagging , sering menimbulkan kesulitan,

    yaitu timbulnya masalah korosi dan ketidak seragaman (non

    uniformity) perpindahan panas. Untuk mengatasi hal ini

    semua, sekarang digunakan molten bath gasifier   (Edgar,

    1983 dan Tsai, 1982).

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    21/48

    C. PROSES PEMBAKARAN

    1. Pendahuluan

    Beberapa langkah dasar dalam pemanfaatan batubara

    untuk pembangkit tenaga dengan proses pembakaran adalah

    sebagai berikut:

    a. 

    Mengubah energi kimia yang tersimpan dalam batubara

    menjadi energi panas dalam bentuk gas bersuhu tinggi

    melalui pembakaran batubara dengan udara dalam dapur

    ( furnaces).

     b.  Memindahkan panas dari gas panas hasil pembakaran ke

    fluida kerja dalam bentuk uap lewat jenuh bertekanan di

    dalam boiler atau gas panas bertekanan tersebut langsung ke

    turbin gas.

    c.  Ekspansi fluida kerja ini ke dalam turbin uap (siklus uap)

    atau turbin gas yang dapat menghasilakan tenaga mekanis.

    d. 

    Mengubah tenaga mekanis ini menjadi tenaga listrik.

    Teknologi ini merupakan cara yang paling efisien dalam

    memanfaatkan energi panas dalam batubara dan di Indonesia

    dijumpai pada PLTU dan pabrik semen. Nilai panas dari

     batubara diubah menjadi panas sensibel yang mengubah air

    menjadi uap pada PLTU atau dapat membakar batu kapur

    menjadi klinker  pada pabrik semen.

    2. Reaksi-reaksi yang terjadi 

    Secara umum reaksi pembakaran batubara (char   atau arang

     batubara), terdiri dari reaksi-reaksi berikut:

    2 C (grafit)  + O2 (g)  2 CO (g)  + 95.100 Btu (52,8 kkal)

    2 CO (g)  + O2 (g)  2 CO2 (g) + 243.490 Btu (135,3 kkal)

    C (grafit)  + CO2 (g) 2 CO (g)   –   74.200 Btu (41,2 kkal)

    C (grafit)  + O2 (g) CO2 (g)  + 189.290 Btu ( 94,1 kkal)

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    22/48

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    23/48

    Kandungan sulfur akan menimbulkan masalah korosi dan

     polusi lingkungan dan akan berpengaruh pada saluran, hopper  

    dan kenaikan temperatur keluar gas buang. Kadar sulfur yang

    rendah mengakibatkan  fly-ash mempunyai electrical resistivity 

    yang sangat tinggi dan berpengaruh terhadap  precipitator .

    Kadar sulfur melebihi 0,8% dan kadar alkali pada abu melebihi

    2% akan terjadi gangguan pada operasi tanur putar pembuatan

    klinker  dan akan menurunkan kualitas semen.

    Kadar zat terbang dalam batubara sangat penting dalam

    mengendalikan asap dan penyalaan. Batubara dengan

    kandungan zat terbang rendah akan memberikan lidah nyala api

    yang pendek dan biasanya digunakan untuk keperluan

    domestik. Untuk tanur diharapkan adanya lidah api yang

     panjang, untuk itu sebaiknya digunakan batubara dengan kadar

    zat terbang sedang hingga tinggi.

    Akan tetapi kadar zat terbang yang besar akan cenderung

    menimbulkan lebih banyak asap. Kandungan asap yang banyak

    dapat diatasi dengan mengatur temperatur dan waktu tinggal

    secukupnya dalam tanur atau dengan mengatur percampuran

    yang baik antara udara masuk dengan hidrokarbon yang

    ditimbulkan oleh batubara tersebut.

    Kandungan air yang tinggi terutama bila butir batubara lebih

    halus dari 0,5 mm akan menyulitkan pada operasi handling ,

    ongkos angkutnya menjadi tinggi, dapat merendahkan titik

     penyalaan dan akan mengakibatkan masalah penyumbatan

    dalam aliran batubara. Kandungan air ini berpengaruh terhadap

    volume  furnace  dan temperatur keluar dari  flue  gas, sistem

     pengering dan pembakar batubara. Kadar air yang baik adalah

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    24/48

    sekitar 8%. Untuk batubara kualitas rendah seperti  peat   dan

    brown coal , kandungan air dapat diturunkan dengan menjadikan

     batubara itu menjadi bentuk briket.

    Kehalusan batubara akan menimbulkan masalah mudah

    terbakar pada timbunan, pembentukan debu dan mempengaruhi

    sifat alirnya.

    Dari penjelasan di atas disimpulkan bahwa semua jenis

     batubara dapat digunakan untuk proses pembakaran baik untuk

    PLTU maupun untuk pembentukan klinker  pada pabrik semen.

    Akan tetapi harus dilakukan persyaratan mutu dengan melalui

    tahapan penyiapan maupun pengolahan awal. Khusus dalam

    desain suatu PLTU batubara pengoperasiannya hanya sesuai

    untuk membakar batubara yang mempunyai kualitas yang sama

    dengan batubara perhitungan desainnya. Dengan kata lain suatu

    PLTU tidak dapat menggunakan sembarang batubara, hanya

    mungkin menggunakan batubara yang sesuai dengan desainnya.

    Untuk itu perlu dilakukan pengolahan awal.

    D. PROSES KARBONISASI

    1. Pendahuluan

    Proses karbonisasi/ pirolisa merupakan proses

     pengubahan batubara yang konvensional, dimana batubara

    dipanaskan tanpa adanya kontak dengan udara. Batubara

    mengalami pemecahan dan penggabungan kembali ikatan

    molekul (distilasi destruktif) menjadi produk berupa padatan

    kokas atau arang (karbonisasi); cairan berupa tar, fenol dan

    minyak; dan gas berkalor sedang (pirolisa). Arang yang

    dihasilkan dijadikan gas melalui proses gasifikasi untuk

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    25/48

    digunakan sebagai umpan pada internal combustion engine atau

    dibakar pada pembangkit uap. Selain itu, produk padat tersebut

    digunakan sebagai bahan bakar padat pada boiler atau industri

    metalurgi. Proses karbonisasi ini juga menghasilkan produk

    samping seperti tar, minyak, dan gas (lihat Gambar 3.1).

    2. Macam-Macam Proses Karbonisasi

    Proses karbonisasi dibedakan atas: (a) karbonisasi suhu

    rendah tidak lebih dari 700 oC dan (b) karbonisasi suhu tinggi di

    atas 900 oC. Karbonisasi suhu rendah menghasilkan bahan

     bakar padat tak berasap untuk keperluan domestik dan boiler

    industri. Sedangkan bahan bakar padat dari karbonisasi suhu

    tinggi digunakan untuk industri metalurgi.

    3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

    Zat terbang (volatiles) yang dihasilkan dari proses

     pirolisa batubara terutama terdiri dari: (a) gas dapat terbakar

    (combustible gases) seperti H2, CO, CH4 dan hidrokarbon; (b)

    gas tak dapat terbakar (incombustible gases) dan (c) uap tar.

    Hidrokarbon dan H2

      di dapat dari pemecahan dan

     penggabungan kembali ikatan C-C dan H-H dari struktur

     batubara. Gas CO didapat dari pemecahan gugus karbonil (pada

    suhu di bawah 500 oC) dan desorpsi ikatan C-O (pada suhu

    diatas 500 oC). Gas CO2  didapat dari pemecahan gugus

    karboksil. Senyawa H2O didapat dari reaksi hidroksil dengan

    hidrogen. Sedangkan uap tar diperoleh dari reaksi sekunder

    yang terjadi selama pirolisa berupa reaksi perengkahan danreaksi kondensasi atau polimerisasi.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    26/48

    Beberapa karakteristik batubara yang berpengaruh dalam

     proses pirolisa/ karbonisasi diantaranya adalah: (a) rank  (jenis)

     batubara dan (b) sifat plastis (coking ) batubara.

    Gas hasil pirolisa bervariasi dengan rank   batubara.

    Pirolisa dari lignit didominasi gas CO, CO2 dan H2O, sedangkan

     pirolisa batubara bituminus  akan menghasilkan tar dan cairan

    hidrokarbon. Karbonisasi suhu rendah biasanya digunakan

     batubara rank  rendah seperti lignit, sub bituminus dan batubara

    high volatile bituminus. Sedangkan karbonisasi suhu tinggi

    menggunakan batubara rank   tinggi dengan kandungan zat

    terbang antara 16% hingga 41%.

    Batubara coking   seperti batubara bituminus  (batubara

     plastis) akan menghasilakan struktur arang koheren yang baik

    untuk industri metalurgi. Sifat plastis batubara ditentukan oleh

    komposisi petrografinya.

    Dari uraian di atas disimpulkan bahwa untuk proses

    karbonisasi dapat menggunakan batubara rank   rendah seperti

    lignit, sub bituminus hingga bituminus. Semua jenis batubara ini

     banyak terdapat di Indonesia.

    D. PROSES GASIFIKASI

    1. Pendahuluan

    Kedua proses pemanfaatan batubara yang diuraikan

    sebelum ini, umumnya menginginkan batubara kualitas tinggi

    walaupun batubara kualitas rendah dapat juga digunakan

    dengan melakukan sejumlah pengolahan terhadap batubara

    umpannya. Pada proses gasifikasi ini lebih menitikberatkan

     pemanfaatan batubara kualitas rendah dengan menghasilkan gas

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    27/48

    yang bersih yang dapat digunakan sebagai sumber energi

    maupun sebagai bahan baku kimia.

    Gasifikasi batubara merupakan reaksi batubara dengan

    media gasifikasi seperti udara, oksigen, uap air, karbon dioksida

    dan campurannya. Produk gas diperoleh dari zat terbang

    (volatiles) yang keluar dari batubara dan dari hasil reaksi

     batubara dengan media gasifikasi. Komponen utama adalah H2,

    CO, CH4, CO2  dan tercampur sedikit hidrokarbon (C2+), gas

    inert   dan gas pengotor seperti NH3, COS, H2S dan lain-lain).

    Skema reaksi gasifikasi ditunjukkan oleh Gambar 4.1

    2. Penggolongan Proses Gasifikasi

    Proses gasifikasi digolongkan atas dasar beberapa prinsip

    operasi. Penggolongan yang didasarkan pada metode kontak

    antar reaktan membedakan gasifikasi secara fixed bed , fluidized

    bed , entrained bed   dan molten bed . Penggolongan yang lain

     berdasarkan pada jenis media gasifikasi yang digunakan

    (apakah mengandung nitrogen atau tidak), metode penyediaan

     panas untuk reaksi endotermik yang terjadi (autotermik dan

    allotermik), kondisi abu yang dikeluarkan (lelehan atau kering),

    arah aliran reaktan (co-current   atau counter-current ) dan

     berdasarkan tekanan operasi (tekanan normal atau tekanan

    tinggi).

    Penggolongan berdasarkan metode kontak antar reaktan

    digambarkan pada Gambar 4.2. Pada gasifier unggun tetap

    ( fixed bed ) batubara dionggokkan di dalam reaktor diatas  grate.

    Sifat khas metode kontak ini ialah adanya perbedaan

    temperature pada berbagai tempat dalam reaktor, batubara yang

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    28/48

    digunakan berkualitas non-caking   dengan ukuran 6 - 50 mm.

    Secara komersial metode kontak ini dipakai dalam proses  Lurgi

    dan Wellman.

    Pada gasifier  fluidized bed   digunakan batubara non-

    caking   berukuran lebih kecil dari 3 mm, pencampuran dan

    cepatnya perpindahan panas dalam reaktor menyebabkan

    temperatur menjadi seragam di seluruh reaktor. Secara

    komersial metode kontak ini telah dipakai sejak tahun 1926

    dalam proses Winkler .

    Pada gasifier entarined bed , batubara dimasukkan ke

    dalam reaktor bersama-sama media gasifikasi dalam bentuk

    suspensi, ukuran batubara yang digunakan lebih kecil dari

    0,10 mm dan dapat menggunakan batubara caking . Secara

    komersial metode kontak ini digunakan dalam proses

     Kopper-Totzek  dan Texaco.

    Pada gasifier molten bed , batubara yang berukuran lebih

    kecil dri 1,0 mm dimasukkan secara co-current   dengan gas

     pereaksi ke dalam reaktor. Sumber panas untuk reaksi

    endotermik diperoleh dari molten bed , yang diperoleh dengan

    melelehkan besi tua ( scraps) di dalam reaktor tersebut. Cara

    kontak ini sedang dikembangkan oleh Saarberg , Sumitomo dan

     Rummel-Otto.

    Jika sebagai media gasifikasi digunakan campuran udara

    dan uap air, maka dihasilkan gas kalor rendah (5400 - 6300 kJ/

     Nm3  atau 80 - 150 Btu/ Scf). Gas ini tidak ekonomis untuk

    disalurkan jarak jauh. Gas kalor sedang (10.0000 - 18.0000 kJ/

     Nm3  atau 300 - 320 Btu/ Scf) akan diperoleh jika gasifikasi

    dilakukan dengan menggunakan media campuran oksigen dan

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    29/48

    uap air. Gas yang dihasilkan dapat dipakai untuk sumber energi

    sebagai gas kota atau untuk keperluan industri atau bahan baku

    industri kimia dalam pembuatan metanol, amonia dan lain-lain.

    Bila dilakukan proses lanjut terhadap gas ini dengan bantuan

    katalis akan diperoleh gas yang mirip dengan gas alam

    (Subtituted Natural Gas) dengan nilai kalor 33.400 - 37.600 kJ/

     Nm3 atau 950 - 1000 Btu/ Scf. Diagram sedrhana dari prosess

    gasifikasi ditunjukkna oleh Gambar 4.4.

    Tabel 4.1 memberikan perbandingan beberapa kondisi

    operasi serta komposisi gas hasil yang diperoleh dari berbagai

     proses komersial yang ada sekarang

    3. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    Efisiensi dari suatu proses gasifikasi dan pemilihan tipe

    unggun ( fixed bed ,  fluid bed , entrained bed , dan molten bed ),

    dipengaruhi oleh: (a) rank   batubara; (b) sifat coking   dan

    aglomerasi batubara; (c) temperatur fusi abu dan komposisi abu

     batubara.

    Kereaktifan arang batubara akan bertambah dengan

    makin rendahnya rank  batubara. Hal ini disebabkan, bahwa

     pada batubara rank   rendah terdapat tiga faktor yaitu: (a)

     banyaknya puncak aktif tempat terjadinya reaksi gasifikasi; (b)

     porositasnya besar; dan (c) mempunyai kandungan kalsium

    yang berperan sebagai katalis pada reaksi gasifikasi.

    Sifat coking   batubara akan mengganggu pola aliran

    (hidrodinamika) dalam gasifikasi  fluid bed  dan  fixed bed , akan

    tetapi tidak berpengaruh pada entrained bed   seperti proses

     Koppers-Totzek .

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    30/48

    Temperatur fusi abu akan membatasi suhu yang

    dilakukan pada proses gasifikasi. Bila gasifukasi berlangsung

    diatas temperatur fusi batubara umpan, maka pengaruhnya akan

    sama dengan batubara coking . Komposisi abu akan dapat

     berpengaruh pada sifat katalis yang dipunyai oleh abu batubara

    tersebut. Unsur kalsium, kalium, dan natrium akan mempunyai

    efek katalis pada gasifikasi dengan media udara dan CO2  dan

    akan mengurangi reaktifitas arangnya pada gasifikasi dengan H2 

    dan H2O. Sebaliknya bila komposisi abu didominasi oleh unsur

     besi dan magnesium, maka akan bersifat katalis pada gasifikasi

    dengan media H2  dan H2O dan akan mengurangi reaktifitas

     bila gasifikasi berlangsung dengan media udara dan CO2.

    Unsur-unsur kalsium, natrium, kalium, besi dan magnesium

    tersebut banyak terdapat pada batubara rank   rendah seperti

    lignit dan sub bituminus. Batubara jenis ini banyak terdapat di

    Indonesia, sehingga proses gasifikasi batubara untuk batubara

    Indonesia perlu dipelajari.

    Pernah diteliti bahwa, batubara Airlaya dari

     penambangan Tanjung Enim merupakan batubara yang

    mempunyai reaktifitas yang tinggi. Beberapa contoh proses

    gasifikasi adalah sebagai berikut: (a) Proses  Lurgi, Wellman-

    Galusha  ( fixed bed ); (b)  Koppers Totzek   (entrained bed ); (c)

    Winkler ; (d) Saarberg-Otto (molten bed ).

    4. Proses Winkler

    Salah satu proses untuk menghasilkan gas bakar dari

     batubara adalah Proses Winkler , yang dikenal sejak 1926. Pada

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    31/48

    waktu itu, proses ini dibuat untuk memanfaatkan brown coal  

    yang kurang reaktif.

    Semua macam batubara dapat diolah, kecuali caking

    coal . Sebelum diproses, bahan baku harus di giling sampai di

     bawah 10 mm. Kebasahannya boleh sampai 18%. Kadar abu

    dalam batubara tidak terlalu penting, tetapi ash fusion

    temperaturenya harus diperhatikan.

    Kalor bakar gas hasil yang keluar reaktor, kira-kira:

    2250 - 3500 kcal/ Nm3  (250 - 400 BTU/ scf), bila media

    gasifikasinya oksigen. Kapasitas reaktor-reaktor, kira-kira:

    5  103 - 60  103 Nm3/ h (190  103  - 2240  103 scf/ h).

    a. Uraian Proses

    Satuan-satuan proses winkler secara garis besar terdiri dari:

     pengolahan bahan baku, reaksi gasifikasi, pembersihan gas

    dan pembuangan abu. Blok diagram aliran proses

    diperlihatkan di gambar 4.5.

    1). Pengolahan Bahan Baku

    Bahan baku harus berukuran di bawah 10 mm (40%

     berukuran diatas 1 mm, 60% dibawah 1 mm), untuk

    maksud ini harus ada penggilingan bahan baku.

    Kadar air yang baik adalah dibawah 8%, tetapi bahan

     baku dengan kebasahan 18% masih dapat di proses.

    Biasanya pengeringan sebelum proses lebih

    menguntungkan, sebab suhunya dapat diatur.

    Pengeringan sebelum proses harus dijaga jangan sampai

    volatile matter  hilang.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    32/48

    Bila kadar air bahan baku masih tinggi ketika masuk

    reaktor, maka pengeringan terjadi di dalam reakor. Dalam

    hal terakhir, konsumsi batubara proses meningkat. Tetapi

    hal ini diimbangi oleh keuntungan lain, yaitu

     penghilangan alat-alat pembersih gas sisa pengeringan.

    2). Proses Gasifikasi

    Bahan baku dimasukkan ke bagian bawah reaktor dengan

     screw conveyor , yang kemudian terangkat oleh media

    gasifikasi dan terjadi fluidisasi. Reaksi gasifikasi barjalan

    cepat dan terjadi di seluruh bagian  fluidized bed .

    Fluidisasi mengakibatkan kontak reaktan yang baik dan

     perpidahan panas yang merata.

    Sebagian dari bahan baku ada yang tidak sempat

     bereaksi, karena itu media gasifikasi kedua dimasukkan

    ke bagian tengah reaktor. Dengan cara ini konversi bahan

     baku diharapkan makin tinggi.

    Perbandingan oksigen terhadap  steam  menentukan suhu

    reaktor gasifikasi, sedangkan perbandingan bahan baku

    terhadap media gasifikasi menentukan kapasitas

     produksinya. Suhu reaktor harus dijaga dibawah titik

    leleh abu, untuk mencegah penggumpalan partikel-

     partikel. Begitu juga suhu gas segera didinginkan untuk

    maksud yang sama. Di bagian atas reaktor dipasang heat

    exchanger , sebagai pendingin gas dan pemanfaatan panas

    sensible yang dibawa gas.

    Konversi bahan baku kira-kira 90% lainnya akan

    terbuang sebagai partikel padat yang terbawa gas atau

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    33/48

     jatuh ke dasar reaktor bersama abu, 30% partikel padat

    (abu dan sisa bahan baku) dikeluarkan dari dasar reaktor,

    sedangkan 70% lainnya terbawa gas hasil keluar reaktor.

    3). Pembersihan Gas Hasil

    Gas hasil yang keluar reaktor mengandung banyak

     partikel padat dan suhu cukup tinggi, sehingga perlu

     pembersihan. Mula-mula gas didinginkan dengan waste

    heat boiler/exchanger . Panas sensibel gas dimanfaatkan

    untuk membuat  super heated steam, memproduksi uap

     proses, atau memanaskan air umpan ketel.

    Sebagian partikel padat yang terbawa gas 40 %

    mengendap di waste heat boiler tersebut (terutama

     partikel yang besar, akibat kecepatan gas yang menurun).

    Pembersihan lebih lanjut dilakukan di cyclone 50 % partikel

     padat mengendap di alat ini.

    Partikel padat yang sangat halus harus dihilangkan

    dengan direct contact wet scrubber   dan kemudian

    electrostatic precipitator .

    4). Pembuangan Abu

    Sebagian besar partikel padat dibuang dalam keadaan

    kering, yaitu yang berasal dari dasar reaktor, dan waste

    heat boiler . Sedangkan yang dari dua alat terakhir berupa

     bubur, hingga perlu pemekatan sebelum dibuang.

    b. Gasifier  

    1). Uraian Alat

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    34/48

    Gasifier berupa reaktor  fluidized-bed , sehingga

    operasinya dibatasi oleh syarat-syarat fluidisasi, misalnya

    ukuran partikel dan kecepatan gas. Tetapi fluidisasi

    mengakibatkan kontak reaktan yang sangat baik,

    sehingga kecepatan reaksi tinggi. Disamping itu

     perpindahan panas berjalan baik, sehingga pemanasan

    setempat yang tinggi local overheating  dihindari.

    Media gasifikasi dimasukkan reaktor dua kali. Satu di

    dasar reaktor untuk fluidisasi dan pereaksi. Yang lain

    dimasukkan di tengah reaktor, bila diperlukan, untuk

    mempertinggi konversi bahan baku.

    Dibagian atas reaktor dipasang boiler, yang berfungsi

    sebagai pendingin gas-gas hasil reaksi. Boiler tersebut

    dapat menghasilkan uap air bertekanan tinggi, karena

    suhunya cukup tinggi.

    2). Kondisi Proses

    tekanan proses yang biasa dipakai atmosfer, sehingga

    memudahkan penanganan operasi. Tetapi proses

     bertekanan lebih tinggi sedang dikembangkan, untuk

    mengurangi ongkos produksi, dan mempertinggi

    kapasitasnya.

    Suhu proses tergantung macam bahan baku yang dipakai,

    800 - 1000 oC. suhu proses rendah bila batubaranya

    reaktif, dan makin tinggi untuk hard coal .

    3). Sifat-sifat Gasifikasi

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    35/48

    a). Segala macam batubara dapat diproses, dari lignite

    sampai anthrasite.

    - Suhu proses naik, bila bahan baku kurang reaktif.

    - Efisiensi turun, bila suhu proses naik (sensible heat

    gas dan abu tinggi).

    - Derajat konversi bahan baku tinggi, bila batubara

    reaktif.

     b). Batubara berkadar abu tinggi dapat diproses.

    - Ongkos penggilingan bahan baku naik, bila kadar

    abunya makin tinggi.

    - Harga bahan baku berkadar abu tinggi relatif

    murah.

    - Kadar abu yang tinggi menyebabkan banyak abu dan

     partikel padat lainnya.

    c). Dalam satu proses, perubahan macam batubara dan

    kadar abu tidak terlalu mempengaruhi hasil gasifikasi.

    d). Gasifier Winkler dapat memproses bahan bakar cair,

    misalnya minyak residu atau tar. Pemakaian bahan

     bakar cair dapat mempertinggi kalor bakar gas hasil

    dan menambah kapasitas produksi.

    e). Kapasitas produksi mudah dirubah. Kapasitas terkecil

    ditentukan oleh syarat fluidisasi, sedangkan kapasitas

    terbesar dibatasi oleh waktu tinggal bahan baku.

    Perubahan kapasitas dapat dilakukan antara 25 - 150%

    kapasitas terencananya.

    f). Penghentian proses mudah dilakukan, dengan

    mematikan aliran media gasifikasi. Demikian pula

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    36/48

     penyalaan kembali hanya dengan mengalirkan media

    gasifikasi, karena pendinginan reaktor cukup lama.

    g). Jumlah bahan baku yang berada di dalam gasifier

    cukup banyak, 1 - 2 jam proses, sehingga

    keterlambatan pengisian tidak menganggu produksi

    gas hasil.

    h). Perawatan mudah, sebab bentuknya sederhana dan

    operasi pada tekanan atmosfer. Bagian penting adalah

    “nozzles” untuk menimbulkan fluidisasi yang merata. 

    c. Keunggulan Dan Kelemahan

    1). Keunggulan

    a). Kontak reaktan cukup baik.

     b). Suhu reaktor seragam.

    c). Kecepatan proses tiap volume reaktor tinggi.

    d). Perubahan kapasitas produksi mudah dilakukan.

    e). Pembentukan climker dihindarkan.

    f). Bermacam-macam bahan baku dapat diproses.

    g). Kadar abu dalam bahan baku tidak terlalu

    diperhatikan.

    h). Kadar air dalam bahan baku tidak terlalu penting.

    2). Kelemahannya

    a). Umpan harus kering (permukaanya).

     b). Ukuran umpan harus tertentu.

    c). Pembagian medium gasifikasi harus baik.

    d). Caking Coal harus diolah sebelum diproses.

    e). Ash Fusiaon Temperature harus diperhatikan.

    f). Banyak bahan baku yang hilang, tidak tereaksi.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    37/48

    g). Kadar padatan dalam gas hasil tinggi.

    h). Suhu gas hasil yang keluar reaktor tinggi.

    E. PROSES LIKUIFAKSI

    1. Pendahuluan

    Bahan bakar cair merupakan kebutuhan utama di dalam

    dunia modern sekarang ini. Sebagai salah satu sumber energi,

     bahan bakar cair mempunyai sifat yang mudah dan efisien

    untuk ditarnspor, begitu juga untuk penyimpanannya. Laju

    kebutuhab akan bahan bakar cair dunia berkisar antara 55 - 60

     juta barrel per harinya. Cadangan minyak yang masih tersedia

    dengan laju kebutuhan tersebut akan hanya cukup untuk

     persediaan 30 tahun saja. Kenyataan ini mengharuskan kita

    untuk mencari sumber energi lain yang mempunyai

    karakteristik yang mirip dengan crude oil.

    Hidrogenasi batubara yang diikuti dengan

     penyempurnaan dari coal oil yang terbentuk, merupakan suatu

    langkah yang utama dalam mengisi kekurangan akan persediaan

     bahan bakar cair tersebut. Upaya ini dilakukan dengan

     pencairan batubara atau dikenal dengan nama likuifaksi

     batubara.

    Proses likuifaksi batubara merupakan proses pemecahan

    ikatan reaktif molekul batubara yang besar yang akan dapat

    membentuk suatu hidrokarbon cair dengan berat molekul

    rendah setelah ditambah molekul hidrogen secukupnya. Dengan

     pecahnya molekul batubara akan dihasilkan zat organic rantai

    kecil yang akan pecah membentuk radikal bebas. Pecahan

    radikal bebas ini distabilkan pada proses pencairan batubara

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    38/48

    (lihat gambar 5.1). Bermacam-macam proses pencairan

     batubara perbedaannya terletak pada metode yang dilakukan

    dalam penstabilan pecahan radikal bebas ini.

    2. Macam-Macam Proses Likuifaksi Batubara

    Proses pencairan batubara dapat dilakukan dengan dua

    cara, yaitu pencairan langsung dan pencairan tak langsung (lihat

    gambar 5.2). Beberapa proses pencairan batubara secara

    langsung yaitu: proses pirolisa, solven ekstraksi dan pencairan

    dengan katalis (hidroliquefaction).

    Pada proses pirolisa, batubara dipanaskan pada suhu

    diatas 400 derajat celcius yang menghasilkan gas, liquid (tar)

    dan arang. Tar yang terbentuk dihidrogensasi menghasilkan

    cairan berkadar sulfur rendah, sedangkan arang dapat

    digasifikasi dengan media gasifikasi campuran uap air dan

    oksigen menghasilkan CO dan H2. Contoh proses ini yaitu:

    Coalcon, Garret, COED dan lain-lain.

    Pada solven ekstraksi, batubara dijadikan Lumpur dengan

    solven donor (anthracene, tetralin), direaksikan pada suhu dan

    tekanan yang cukup tinggi. Hasil reaksi berupa gas, cairan

     batubara dan hasil bawah yang terdiri dari Spent solvent ,

     batubara yang tidak bereaksi dan abu. Spent solvent ini

    dihidrogenasi secara katalitis pada temperature dan tekanan

    yang tinggi menghasilakan cairan donor untuk didaur ulang.

    Contoh proses ini yaitu: Exxon, Cresap dan lain-lain.

    Sedangkan pencairan secara katalitis, hydrogen

    ditambahkan pada batubara dengan menggunakan katalis yang

    sesuai seperti proses Synthoil dan H-Coal.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    39/48

    Proses pencairan batubara secara tak langsung, dilakukan

    dengan mengubah batubara menjadi campuran CO dan H2 

    melalui proses gasifikasi. Gas sintesa ini kemudian diubah lebih

    lanjut menjadi hidrokarbon dengan jumlah karbon yang cukup

     besar. Contoh proses ini adalah proses Fischer-Tropsch.

    3. Mekanisme Pencairan Batubara

    Proses pencairan batubara merupakan pemecahan ikatan

    yang reaktif dari molekul batubara yang besar. Pada pemecahan

    ini dilakukan penambahan molekul hydrogen sehingga

    membentuk cairan hidrokarbon dengan berat molekul besar.

    Untuk memperoleh keadaan ini batubara dipanaskan

    hingga temperature likuifaksi, yaitu antara temperature

    400 - 500 oC. Batubara kelas bituminous, subbituminus dan

    lignit dapat diubah menjadi likuid, sedangkan batubara antrasit

    cenderung menghasilkan gas, karena itu sukar untuk dijadikan

    likuid.

    Batubara bituminous umumnya akan melunak dan akan

     bersifat kenyal (plastis) bila dipanaskan antara temperature 325

    - 350 oC. Pada keadaan kenyal ini batubara akan melengket

     pada hamper semua benda dan akan sukar untuk ditangani

    sehingga akan menimbulkan masalah pada reactor dimana akan

    menghasilkan operasi pencairan dan keadaan terfluidisasi sukar

    diperoleh.

    Pencairan batubara biasanya berlangsung pada

    temperature 400 - 500 oC, untuk menghindari keadaan plastis

    maka batubara bituminous akan dipanaskan secara cepat.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    40/48

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    41/48

    Memaksimalkan hasil likuid memerlukan perhatian yang

     besar antara temperature, tekanan, heat up time, residence time

     pada temperature tinggi dan penambahan katalis yang tepat.

    Secara umum residence time yang singkat pada heated zone

    adalah lebih baik untuk menghasilkan likuid yang tinggi bila

    kondisi yang lebih baik.

    Beberapa factor yang mempengaruhi pencairan batubara

    antara lain:

    a. 

    Reaktifitas

    Antrasit sukar dicairkan dan cenderung untuk menghasilakn

    gas. Batubara bituminous kualitas tinggi memerlukan

    kondisi yang tertentu dibandingkan dengan batubara kualitas

    rendah. High volatile bituminous coal menghasilkan likuid

    yang lebih banyak, sedangkan batubara muda, lower rank

     bit. Coal atau lignit akan mencair dengan cepat tetapi

    memberikan hasil yang sedikit dan ratio likuid dan gas

    rendah.

     b. 

    Laju Pemanasan

    Laju pemanasn diusahakan secepat mungkin untuk

    menghindari repolimerisasi dari radikal bebas yang tebentuk

    dari pemecahan ikatan kimia dari batubara. Temperatur yang

     baik untuk memperoleh likuid yang banyak berkisar antara

    400-500 derajat celcius.

    c.  Katalis

    Kebanyakan metal dapat dipakai sebagai katalis pada

    hidrogenasi batubara. Abu batubara dapat juga bertindak

    sebagai katalis pada proses hidrogenasi.

    d. 

    Tekanan

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    42/48

    Tekanan yang diperlukan untuk produksi likuid berkisar

    antara 500-600 psi. Batubara kualitas rendah dapat dicairkan

     pada tekanan yang lebih rendah.

    e. 

    Waktu kontak

    Pada solven ekstraksi, campuran batubara dengan carrier oil  

    memerlukan waktu antar 20 menit hingga 2 jam dalam

     preheater dan reactor untuk menhasilkan 2,7 barrel likuid per

    ton batubara yang masuk reaktor.

    Ratio likuid dengan gas akan bertambah dengan makin

    singkatnya waktu kontak dan laju pemanasan yang cepat

    4. Teknologi dan Proses Pencairan Batubara

    Empat konsep utama untuk mengubah batubara menjadi

    likuid ditunjukkan oleh gambar 5.2. Keempat proses tersebut

    yaitu: pirolisa, solven ekstraksi, katalistik likuifaksi dan

    likuifaksi tak langsung.

    Beberapa modifikasi telah dilakukan terhadap keempat

    konsep diatas, misalnya pada pirolisa yang dilakukan pada

    atmosfir hydrogen yang kemudian dikenal sebagai proses

    hidrokarbonisasi, begitu juga pada proses yang lain.

    Dibawah ini akan diuraikan secara rinci masing-masing

    konsep proses d atas.

    a. Pirolisa dan Hidrokarbonisasi (lihat gambar 5.4)

    Pirolisa atau karbonisasi merupakan proses pemanasan

     batubara tanpa udara atau oksigen yang menghasilkan heavy

    oil, light oil, gas dan char. Komposisi dan jumlah relatif dari

     produk dipengaruhi oleh laju pemanasan, temperature

    maksimum yang dapat dicapai, residence time batubara dan

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    43/48

     produk, tekanan parsial hydrogen, ukuran partikel batubara

    serta konfigurasi dari reaktor yang dipakai. Hasil maksimum

    likuid diperoleh dengan laju pemanasan yang cepat, ukuran

     batubara yang halus dan waktu kontak yang pendek.

    Berbagai penelitian telah dilakukan terhadap proses ini,

    hanya Lurghi Ruhr Gas proses yang dikembangkan secara

    komersial dengan menggunakan brown coal Eropah, akan

    tetapi menghasilakn likuid yang rendah sekitar 20 %

    konversi. Sedangkan COED proses masih dalam tahap pilot

     plant.

    Hidrokarbonisasi adalah karbonisasi dalam atmosfir

    hydrogen. Hal ini untuk meminimumkan kerugian-kerugian

     pada proses pirolisa sehingga dapat mempertinggi produk

    likuid dan mengurangi kandungan sulfur dan nitrogen pada

     produk.

    Keuntungan proses pirolisa, antara lain:

    1). Tekanan bias rendah atau keadaan atmosfir biasa.

    2). Tidak memerlukan tambahan hydrogen atau bahan kimia

    terhadap kecuali pada hidrokarbonisasi.

    3). Waktu reaksi bias sangat meningkat.

    4). Peralatannya sederhana da murah.

    Kerugian proses pirolisa dalam menghasilkan bahan bakar

    cair:

    1). Hanya3

    1  jumlah batubara umpan berubah menjadi likuid.

    2). Kebanyakan likuid yang dihasilkan adalah heavy oil dan

    secara komersial untuk pengembangan lebih lanjut tidak

    ekonomis dalam memisahkan char dan abu.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    44/48

    3). Char yang dihasilkan sulit mendapatkan pemasarannya

    dan sukar ditransporkan dan akan lebih menguntungkan

     bial unit gasifiaksi merupakan integrated unit dengan

    likuifaksi.

    4). Likuid yang dihasilkan memrlukan pengolahan.

    5. Solven Ekstraksi (lihat Gambar 5.4)

    Solven ekstraksi adalah proses yang mengkontakkan

     batubara pada temperature diatas 500 derajat celcius dengan

    donor solven. Solven donor ini dapat memindahkan hydrogen

    ke batubara, dengan demikian akan memaksimasi fraksi

     batubara menjadi larutan.

    Keuntungan Proses Solven Ekstraksi adalah sebagai berikut:

    a. Temperatur operasi lebih rendah dari proses pirolisa.

     b. Konfigurasi proses dapat disesuaikan denga kualitas

     batubara umpan dan dengan kualitas produk yang

    diinginkan. Misalnya untuk low sulfur coal dapat diekstraksi

     pada kondisi yang ringan untuk menghasilkan low sulfur

     produk. Sedangkan high sulfur coal memerlukan kondisi

    yang hebat untuk menghasilkan low sulfur produk.

    Kerugian Proses Solven Ekstarksi adalah sebagai berikut:

    a. Pemisahan dari uncorverted coal dan abu akan menimbulkan

    kesukaran, kecuali ekstraksi berlangsung pada kondisi yang

    hebat.

     b. Material yang dihasilkan pada kondisi ringan akan

    menghasilakn padatan yang mudah hancur dan sukar untuk

    ditranspor, penyimpanan dan penanganannya .

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    45/48

    c. Preheating dan handling dari coal oil slurry masih

    merupakan masalah dan perlu diadakan penelitian lebih

    lanjut.

    6. Likuifaksi Katalitis (lihat Gambar 5.5)

    Proses ini pertama kali dikembangkan oleh Berguis pada

    decade 1915-1940. Proses Berguis terdiri dari dua langkah

     proses. Lumpur heavy recycle hydrogenated oil   dicampur

    dengan batubara yang dihidrogenasi pertama kali dalam fase

    likuid dengan bantuan katalis yang didispersikan pada batubara.

    Produk likuid yang dihasilkan kemudian dihidrogenasi

    dalam fase uap pada permukaan katalis. Proses ini termasuk

     pmebuatan gas hydrogen, purifikasinya serta recycling

    hydrogen dari off gas.

    Sepuluh hingga lima belas tahun berikutnya diadakan

     perbaikan terhadap proses Berguis ini, yaitu  slurry coal  khusus.

    Proses ini dikembangkan oleh Gulf Oil Company dan oleh

    ERDA secara terpisah denga menggunakan katalis pellet dalam

    reaktor unggun tetap (fixed bed).

    Keuntungan proses yang terakhir ini antara lain:

    a. 

    Dispersi katalis pada batubara dan recovery solid residus

    tidak diperlukan. Sedangkan pad proses Bergius kedua hal

    ini diperlukan.

     b.  Tekanan operasi lebih rendah dan biasanya dibawah 4000

     psi. Sedang pada proses Bergius antara 3000 - 10000 psi.

    c.  Waktu retensinya lebih rendah dari proses Bergius, pada

     proses Bergius waktu retensinya antara 1 - 2 jam.

    d. 

    Kualitas produk dapat dikendalikan.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    46/48

    Kerugian proses ini adalah:

    a. 

    Pemisahan uncorverted coal   dan abu dari heavy oil suakr

    dilakukan.

     b. 

    Heavyoil harus direcycle ke proses sehingga mengurangi

     jumlah batubara yang akan dihidrogenasi.

    c. 

    Katalis harus dengan cepat diaktivasikan, karena terlalu

    cepat tidak aktif dan kadang-kadang harus didanti.

    d.  Biaya untuk menghasilkan dan kompressi hidrogen tinggi.

    Proses closed cycle dianjurkan untuk hidrogenasi katalitis

     batubara dalam atmosfir hidrogen untuk menghasilkan produk

    total likuid. Batubara recycle hidrogen dan hot reformer gas

    dimasukkan ke dalam reactor dimana terjadi hidrogenasi

    menjadi likuid, tar dan gas yang berlangsung sempurna setelah

    20 detik.

     Distillable oil  dipisahkan dari heavy oil dan heavy oil ini

    kemudian dihidrogenasi kembali menjadi distillable oil. Zat

     padat (solid) dipisahkan dari uap dan oil dengan jalan

    dikondensasi. Gas digunakan untuk pembuatan hydrogen dalam

    reformer bertekanan.

    Keuntungan proses ini antara lain:

    a. 

    reaksi hidrogenasi berlangsung sempurna kurang dari satu

    menit.

     b. 

    Recycle oil dan preheater untuk coal oil slurry tidak

    diperlukan.

    c. 

    Semua oil yang dihidrogenasi menjadi distillable oil dalam

    single cycle.

    d. 

    Pemisahan heavy oil dari solid dari solid tidak diperlukan.

    e. 

    Hidrogen dihasilkan pada tekanan sistem.

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    47/48

    f.  Konversi batubara menjadi likuid dipebanyak, sedangkan by

     product dan char berkurang.

    Kerugian proses ini adalah:

    a. 

    Feeding dari dry pulverized coal pada system bertekanan

    tinggi adalah sukar.

     b. 

    Terjadi masalah melekatnya atau agglomerasi batubara

    selama keadaan plastis.

    c.  Recovery dari katalis sukar.

    7. Likuifaksi Tak Langsung (Indirect Liquefaction) (lihat

    Gambar 5.5)

    Pada proses ini gas sintesa, yaitu campuran antara gas

    CO dan H2  yang dihasilkan dari gasifikasi batubara dengan

    media gasifikasi uap air dan oksigen dimurnikan dan diubah

    menjadi hidrokarbon alifatik dengan molekul lebih besar

    dengan menggunakan katalis besi atau cobalt.

    Proses dapat berlangsung dalam reactor fixed bed

    maupun fluidized bed.

    Proses ini beroperasi baik di Jerman selama perang dunia

    kedua dan telah beroperasi secara komersial di SASOL Afrika

    Selatan sejak 1956.

    Urutan reaksi-reaksi yang terjadi:

    CO + 2H2  CH3OH

    CO2 + 3H2  CH3OH + H2O

    CH3OH CH3 - O - CH3 + H2O

    CH3 - O - CH3  Metilen group

    Metilen Group Hidrokarbon

    Metilen group hidrokarbon

    Dehidrasi

  • 8/16/2019 Bab VI - Proses Perbatubaraan Dan Aspek Lingkungan

    48/48

    Keuntungan proses indirect liquefaction antara lain:

    a. 

    Secara praktisnya semua batubara dapat diubah menjadi

    likuid, jadi sifat batubara bukan merupakan variable.

     b. 

    Komposisi produk dapat dikendali dengan baik.

    c.  Produk akhir bebas dari kandungan sulfur dan nitrogen.

    d. 

    Teknologinya sudah memadai secara komersial.

    Kerugian proses ini diantaranya:

    a.  Semua batubara harus dapat digasifikasi dengan oksigen dan

    uap air dan gas yang dihasilkan harus murni sekali.

     b. 

    Plantnya komplek dan biaya per unit produk tinggi.

    c. 

    Efisiensi termalnya rendah, sekitar 40%.

    Telah diuraikan proses pencairan batubara sebagai salah

    satu cara memanfaatkan batubara.

    Batubara kelas antrasit sukar untuk dicairkan bila

    dibandingkan dengan high volatile bituminous coal . Sedangkan

     batubara muda seperti lignit memberikan hasil dengan ratio

    likuid dan gas rendah.

    Pengaruh katalis, waktu kontak serta tekanan operasi

    sangat mempengaruhi terbentuknya produk. Katalis yang

    selektif serta tekanan operasi yang tinggi akan memperbanyak

    hasil yang diinginkan. Waktu kontak yang singkat akan

    memperbesar ratio likuid dengan gas.

    Proses pencairan batubara (coal liquefaction)  masih

    merupakan proses yang mahal dan memerlukan IPTEK

    yang tinggi.