18
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA 5.1 Karakteristik Subyek Penelitian Jumlah sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada table 5.1 Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur No Umur (bulan) Jumlah N % 1 36 – 52 11 46 2 53 – 69 9 37 3 70 – 84 4 17 Jumlah 24 100 Berdasarkan table 5.1 diketahui bahwa dari 24 sampel, yang terbanyak berumur 36-52 bulan yaitu 11 anak dan paling sedikit berumur 70-84 bulan sebanyak 4 anak. Jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2 Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan Jenis Kelamin No Jenis Kelamin Jumlah 56

BAB V sipp

Embed Size (px)

DESCRIPTION

t

Citation preview

Page 1: BAB V sipp

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Karakteristik Subyek Penelitian

Jumlah sampel berdasarkan umur dapat dilihat pada table 5.1

Tabel 5.1 Distribusi Sampel Berdasarkan Umur

No Umur (bulan)Jumlah

N %

1 36 – 52 11 46

2 53 – 69 9 37

3 70 – 84 4 17

Jumlah 24 100

Berdasarkan table 5.1 diketahui bahwa dari 24 sampel, yang terbanyak

berumur 36-52 bulan yaitu 11 anak dan paling sedikit berumur 70-84 bulan

sebanyak 4 anak.

Jumlah sampel berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 5.2

Tabel 5.2 Distribusi sampel berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis KelaminJumlah

N %

1 Laki – laki 18 75

2 Perempuan 6 25

Jumlah24 100

56

Page 2: BAB V sipp

57

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 24 sampel dalam penelitian ini,

sebagian besar berjenis kelamin laki- laki yaitu sebanyak 18 anak (75%) dan hanya

6 anak (25%) berjenis kelamin perempuan.

5.2 Pola konsumsi Gluten, Kasein dan Zat Aditif

Pola konsumsi yang diamati dalam penelitian ini meliputi jenis dan frekuensi

konsumsi makanan yang mengandung gluten, kasein dan zat aditif. Informasi pola

konsumsi ini diperoleh dengan metode food record. Orang tua sampel diberikan

form FFQ (Food Frequency Questionnaire) untuk diisi dan dikumpulkan pada batas

waktu yang telah ditentukan.

Tabel 5.3 menunjukkan jenis makanan mengandung gluten yang paling

sering dikonsumsi adalah makanan crakers (79%), roti tawar (78%), fried

chicken/ayam goreng tepung (75%), dan biskuit (70%) dengan frekuensi konsumsi

antara 1x/hari sampai 1-3x/bulan, sedangkan yang jarang dikonsumsi adalah

makanan bolu (29%), pizza (21%) dan resoles (21%) dengan frekuensi konsumsi 1-

3x/bulan.

Page 3: BAB V sipp

58

Tabel 5.3 Distribusi Sampel berdasarkan Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Gluten

Jenis MakananFrekuensi Konsumsi

A B C D E

Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Nugget 1 4 0 0 4 17 9 37 10 42

2. Fried chicken/ayam goreng tepung

0 0 0 0 10 42 8 33 6 25

3. Bakso 0 0 1 4 5 21 6 25 12 50

4. Biskuit 3 12 3 12 4 17 7 29 7 29

5. Crakers 5 21 5 21 4 16 5 21 5 21

6. Kue kering 3 12 3 12 5 22 6 25 7 29

7. Pizza 0 0 0 0 0 0 5 21 19 79

8. Bolu 1 4 0 0 0 0 6 25 17 71

9. Chiki 0 0 0 0 4 17 4 17 16 66

10. Donat 0 0 2 9 0 0 6 25 16 66

11. Resoles 0 0 0 0 0 0 5 21 19 79

12. Roti Tawar 1 4 8 33 3 12 7 29 5 22

Keterangan :A : Lebih dari 1 kali / hariB : 1 kali / hariC : Lebih dari 3 kali / mingguD : 1-3 kali / bulanE : Tidak pernah dalam 1 bulan terakhir

Tabel 5.4 menunjukkan jenis makanan mengandung kasein yang paling

sering dikonsumsi adalah makanan coklat (53%) dan es krim (46%) dengan

frekuensi konsumsi antara 1x/hari sampai 1-3x/bulan, sedangkan yang jarang

dikonsumsi adalah susu sapi segar (12%) dan yoghurt (17%) dengan frekuensi

konsumsi 1-3x/bulan.

Tabel 5.4 Distribusi Sampel berdasarkan Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Kasein

Page 4: BAB V sipp

59

Jenis MakananFrekuensi Konsumsi

A B C D EJml % Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Susu full cream 5 21 2 8 0 0 3 12 14 59

2. Susu skim 2 8 3 12 0 0 5 21 14 59

3. Susu sapi segar 0 0 0 0 0 0 3 12 21 88

4. Susu kental manis 0 0 0 0 0 0 8 33 16 68

5. Es krim 0 0 0 0 0 0 11 46 13 55

6. Coklat 2 8 0 0 2 8 9 37 11 47

7. Yoghurt 0 0 0 0 0 0 4 17 20 84

Keterangan :A : Lebih dari 1 kali / hariB : 1 kali / hariC : Lebih dari 3 kali / mingguD : 1-3 kali / bulanE : Tidak pernah dalam 1 bulan terakhir

Tabel 5.5 menunjukkan jenis makanan mengandung zat aditif yang paling

sering dikonsumsi adalah makanan permen (58%) dan sosis (41%) dengan

frekuensi konsumsi antara 1x/hari sampai 1-3x/bulan, sedangkan yang jarang

dikonsumsi adalah makanan sarden (17%) dan mie instan (20%) dengan frekuensi

konsumsi antara 1 kali/hari sampai 1-3x/bulan.

Tabel 5.5 Distribusi Sampel berdasarkan Frekuensi Konsumsi Makanan Sumber Zat Aditif

Frekuensi Konsumsi

Page 5: BAB V sipp

60

Jenis Makanan A B C D EJml % Jml % Jml % Jml % Jml %

1. Saos tomat / kecap

0 0 1 4 1 4 7 29 15 63

2. Mentega 0 0 3 12 2 8 4 17 15 63

3. Sosis 1 4 1 4 3 12 5 21 14 59

4. Sarden 0 0 0 0 0 0 4 17 20 84

5. Mie Instan 0 0 1 4 2 8 2 8 19 80

6. Permen 1 4 2 8 5 21 6 25 10 42

Keterangan :A : Lebih dari 1 kali / hariB : 1 kali / hari

C : Lebih dari 3 kali / mingguD : 1-3 kali / bulanE : Tidak pernah dalam 1 bulan terakhir

Pada tabel 5.6 dapat dilihat bahwa rata- rata frekuensi konsumsi gluten

adalah 12.36±4.42, rata- rata frekuensi konsumsi kasein 8.13±3.17, rata- rata

frekuensi konsumsi zat aditif 8.06±5.8.

Tabel 5.6 Rata- rata, Standar Deviasi dan Median Frekuensi Konsumsi Gluten, Kasein dan Zat Aditif

Gluten Kasein Zat Aditif

Rata- rata 12.36 8.13 8.06

SD 4.42 3.17 5.8

Minimal 5 2.86 1.67

Maksimal 21.25 17.14 21.67

5.3 Respon Sensoris Berdasarkan Pengamatan Orang Tua

Page 6: BAB V sipp

61

Analisis respon perilaku pada penelitian ini berdasarkan data dari hasil

pengisian form kuesioner yang diberikan kepada orang tua responden tentang

respon sensory integration disorder yang muncul bila anak mengkonsumsi makanan

mengandung gluten, kasein dan zat aditif.

5.3.1 Respon Sensory Integration Disorder pada Keseimbangan

Berikut ini adalah hasil pengamatan orang tua sampel terhadap kelainan

respon sensoris pada keseimbangan yang tampak jika anak mengkonsumsi

makanan sumber gluten, kasein dan zat aditif.

Tabel 5.7 Distribusi Sampel berdasarkan Kelainan Respon Sensoris Keseimbangan yang Diamati Orang Tua Setelah Anak Mengkonsumsi Makanan Sumber Gluten, Kasein, dan Zat aditif.

No Respon sensoris yang diamati Ya Tidak Jumlahn % n % N %

1 Tidak bisa diam / tidak mau diberikan aktivitas keseimbangan 23 96 1 4 24 100

2 Melompat-lompat pada situasi yang tidak tepat / menolak naik lift 21 87 3 13 24 100

3 Selalu bergerak / menolak digendong 18 75 6 25 24 100

4 Berputar-putar, tidak pusing / waspada atau takut saat memasuki ruangan yang belum pernah dimasuki

20 83 4 17 24 100

Tabel 5.7 Menjelaskan bahwa dari 4 gejala kelainan sensoris keseimbangan

yang diamati pada anak yang mengkonsumsi gluten, kasein dan zat aditif

menunjukkan angka keseringan untuk timbulnya respon tidak bisa diam atau tidak

mau diberikan aktivitas keseimbangan pada anak dengan ASD, dengan presentasi

tertinggi yaitu 96%.

Page 7: BAB V sipp

62

5.3.2 Respon Sensory Integration Disorder pada Perabaan

Berikut ini adalah hasil pengamatan orang tua sampel terhadap kelainan

respon sensoris pada perabaan yang tampak jika anak mengkonsumsi makanan

sumber gluten, kasein dan zat aditif.

Tabel 5.8 Distribusi Sampel berdasarkan Kelainan Respon Sensoris Perabaan yang Diamati Orang Tua Setelah Anak Mengkonsumsi Makanan Sumber Gluten, Kasein, dan Zat aditif.

No Respon sensoris yang diamati Ya Tidak Jumlahn % n % n %

1 Suka menempel pada orang / tidak mau dipeluk

19 79 5 21 24 100

2 Tidak mau ditinggal orang yang dikenal(ibu atau ayah) / tidak mau main sesuatu yang bertekstur (pasir, lem, adonan kue)

18 62 6 38 24 100

3 Merobek-robek kertas / tidak menyukai baju baru dan labelnya yang ada dibelakang leher

1862 6 38 24 100

4 Menabrakkan tubuhnya / tidak suka jalan tanpa alas kaki, misalnya dirumput

14 58 10 42 24 100

5 Jalan menyeret / jalan jinjit 15 62 9 38 24 100

Tabel 5.8 Menjelaskan bahwa dari 5 gejala kelainan sensoris perabaan yang

diamati pada anak yang mengkonsumsi gluten, kasein dan zat aditif menunjukkan

angka keseringan untuk timbulnya respon suka menempel pada orang atau tidak

mau dipeluk pada anak dengan ASD, dengan presentasi tertinggi yaitu 79%.

5.3.3 Respon Sensory Integration Disorder pada Rasa Sendi

Page 8: BAB V sipp

63

Berikut ini adalah hasil pengamatan orang tua sampel terhadap kelainan

respon sensoris pada rasa sendi yang tampak jika anak mengkonsumsi makanan

sumber gluten, kasein dan zat aditif.

Tabel 5.9 Distribusi Sampel berdasarkan Kelainan Respon Sensoris Rasa Sendi yang Diamati Orang Tua Setelah Anak Mengkonsumsi Makanan Sumber Gluten, Kasein, dan Zat aditif.

No Respon sensoris yang diamati Ya Tidak Jumlahn % n % n %

1 Melempar bola terlalu berlebih / lemah saat melempar bola 20 83 4 17 24 100

2 Tulisan dikertas terlalu menekan / tulisan dikertas tipis 18 75 6 25 24 100

3 Jika sedang senang menghentak-hentak kaki ke lantai / tidak mau melompat

18 75 6 25 24 100

4 Suka mencengkraman, gemes, menjambak / memegang benda mudah lepas

18 75 6 25 24 100

Tabel 5.9 Menjelaskan bahwa dari 4 gejala kelainan sensoris rasa sendi

yang diamati pada anak yang mengkonsumsi gluten, kasein dan zat aditif

menunjukkan angka keseringan untuk timbulnya respon melempar bola terlalu

berlebih atau lemah saat melempar bola pada anak dengan ASD, dengan presentasi

tertinggi yaitu 83%.

5.3.4 Respon Sensory Integration Disorder pada Penglihatan

Page 9: BAB V sipp

64

Berikut ini adalah hasil pengamatan orang tua sampel terhadap kelainan

respon sensoris pada penglihatan yang tampak jika anak mengkonsumsi makanan

sumber gluten, kasein dan zat aditif.

Tabel 5.10 Distribusi Sampel berdasarkan Kelainan Respon Sensoris Penglihatan yang Diamati Orang Tua Setelah Anak Mengkonsumsi Makanan Sumber Gluten, Kasein, dan Zat aditif.

No Respon sensoris yang diamati Ya Tidak Jumlahn % n % N %

1 Ada kontak mata / tidak ada kontak mata 23 96 1 4 24 100

2 Melihat sesuatu terlalu lama(konsentrasi) / tidak bisa konsentrasi

23 96 1 4 24 100

3 Cenderung suka melakukan tugas yang sama / tidak bisa bertahan lama dalam mengerjakan sesuatu tugas

22 92 2 8 24 100

4 Kurang bereaksi jika difoto / tidak mau difoto 24 100 0 0 24 100

Tabel 5.10 Menjelaskan bahwa dari 4 gejala kelainan sensoris penglihatan

yang diamati pada anak yang mengkonsumsi gluten, kasein dan zat aditif

menunjukkan angka keseringan untuk timbulnya respon kurang bereaksi jika difoto

atau tidak mau difoto pada anak dengan ASD, dengan presentasi tertinggi yaitu

100%.

5.3.5 Respon Sensory Integration Disorder pada Pendengaran

Berikut ini adalah hasil pengamatan orang tua sampel terhadap kelainan

respon sensoris pada pendengaran yang tampak jika anak mengkonsumsi makanan

sumber gluten, kasein dan zat aditif.

Page 10: BAB V sipp

65

Tabel 5.11 Distribusi Sampel berdasarkan Kelainan Respon Sensoris Pendengaran yang Diamati Orang Tua Setelah Anak Mengkonsumsi Makanan Sumber Gluten, Kasein, dan Zat aditif.

No Respon sensoris yang diamati Ya Tidak Jumlah

n % n % N %1 Kekuatan pendengaran kurang /

menutup kuping saat mendengar suara-suara yang mengganggu

20 83 4 17 24 100

2 Mendengar musik atau suara dengan keras / tidak menyukai suara keras 22 91 2 9 24 100

3 Bersuara-suara untuk membuat keributan / tidak menyukai keramaian 19 79 5 21 24 100

Tabel 5.11 Menjelaskan bahwa dari 3 gejala kelainan sensoris pendengaran

yang diamati pada anak yang mengkonsumsi gluten, kasein dan zat aditif

menunjukkan angka keseringan untuk timbulnya respon mendengar musik atau

suara dengan keras atau tidak menyukai suara keras pada anak dengan ASD,

dengan presentasi tertinggi yaitu 91%

5.3.6 Respon Sensory Integration Disorder pada Penciuman dan Pengecapan

Berikut ini adalah hasil pengamatan orang tua sampel terhadap kelainan

respon sensoris pada penciuman dan pengecapan yang tampak jika anak

mengkonsumsi makanan sumber gluten, kasein dan zat aditif.

Page 11: BAB V sipp

66

Tabel 5.12 Distribusi Sampel berdasarkan Kelainan Respon Sensoris Penciuman dan Pengecapan yang Diamati Orang Tua Setelah Anak Mengkonsumsi Makanan Sumber Gluten, Kasein, dan Zat aditif.

No Respon sensoris yang diamati Ya Tidak Jumlahn % n % N %

1Makan lama, suka diemut dahulu / makan tidak dikunyah, langsung ditelan

19 79 5 21 24 100

2Menyukai makanan yang bertekstur (lembek, keras, kuah) / tidak menyukai makanan yang bertekstur.

21 87 3 14 24 100

3Makanan dicium dulu / tidak menyukai makanan yang berbau menyengat.

19 79 5 21 24 100

4

Menggigit pensil, menggigit orang, menggigit kuku / tidak manyukai gigitan, gigi jarang digunakan untuk mengunyah

16 67 8 33 24 100

5Saat sikat gigi cenderung digigit / tidak mau sikat gigi

19 79 5 21 24 100

Tabel 5.12 Menjelaskan bahwa dari 5 gejala kelainan sensoris penciuman

dan pengecapan yang diamati pada anak yang mengkonsumsi gluten, kasein dan

zat aditif menunjukkan angka keseringan untuk timbulnya respon menyukai

makanan yang bertekstur (lembek, keras, kuah) atau tidak menyukai makanan yang

bertekstur pada anak dengan ASD, dengan presentasi tertinggi yaitu 87%.

5.4 Perbandingan Jenis Kelainan Respon Sensoris yang Tampak pada Anak

Berdasarkan hasil pengamatan orang tua terhadap respon sensoris yang

tampak pada anak yang mengkonsumsi gluten, kasein dan zat aditif bisa dibedakan

berdasarkan karakteristiknya menjadi sensoris respon berlebih (sensory avoider)

dan sensoris respon kurang/butuh (sensory seeker). Berikut ini adalah hasil

pengamatan orang tua sampel terhadap 2 jenis kelainan respon sensoris tersebut.

Page 12: BAB V sipp

67

Tabel 5.13 Distribusi Sampel berdasarkan Jenis Kelainan Respon Sensoris yang Diamati Orang Tua Setelah Anak Mengkonsumsi Makanan Sumber Gluten, Kasein, dan Zat aditif.

NoJenis Kelainan Sensoris Avoider Seeker Jumlah

n % N % N %

1 Sensori keseimbangan 7 29 17 71 24 100

2 Sensori perabaan 11 49 13 51 24 100

3 Sensori rasa sendi 5 21 19 79 24 100

4 Sensori penglihatan 11 49 13 51 24 100

5 Sensori pendengaran 16 67 8 33 24 100

6 Sensori penciuman dan Pengecapan

9 37 15 63 24 100

Tabel 5.13 menjelaskan bahwa dari semua aspek sensoris yang mengalami

gangguan pada anak ASD yang menkonsumsi gluten, kasein dan zat aditif

menunjukkan angka kejadian yang tinggi pada kelainan respon sensoris jenis

seeker, khususnya timbul pada sensoris rasa sendi (propioseptive) dengan

presentasi sebesar 79%, sedangkan angka kejadian kelainan respon sensoris

avoider menunjukkan angka tertinggi pada sensoris pendengaran (auditory) dengan

presentasi 67%.

5.5 Hubungan Pola Konsumsi Gluten, Kasein, Zat Aditif dengan Kelainan

Respon Sensoris

Berdasarkan analisa statistik non-parametrik yaitu uji Koefisien Kontingensi

diperoleh hasil pengaruh pola konsumsi gluten, kasein dan zat aditif dengan respon

sensory integration disorder anak autis adalah sebagai berikut:

Page 13: BAB V sipp

68

Tabel 5.14 Hubungan Pola Konsumsi Gluten, Kasein dan Zat Aditif dengan Kelainan Respon Sensorik

No Jenis Konsumsi Kategori n % Rata-rata Konsumsi

P value

1 Gluten Respon berlebih 18 75

12.36 0.040Respon kurang 6 25

Total 24 100

2 KaseinRespon berlebih 18 75

8.13 0.046Respon kurang 6 25

Total 24 100

3 Zat AditifRespon berlebih 18 75

8.06 0.144Respon kurang 6 25

Total 24 100

Dari tabel 5.14 dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Hubungan pola konsumsi gluten dengan respon sensory integration disorder

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa p value=0.040 > α (0.05), berarti ada

hubungan antara pola konsumsi gluten dengan timbulnya respon sensory

integration disorder.

2. Hubungan pola konsumsi kasein dengan respon sensory integration disorder

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa p value=0.046 > α (0.05), berarti ada

hubungan antara pola konsumsi kasein dengan timbulnya respon sensory

integration disorder.

3. Hubungan pola konsumsi zat aditif dengan respon sensory integration disorder

Tabel 5.14 menunjukkan bahwa p value=0.144 > α (0.05), berarti tidak ada

hubungan antara pola konsumsi zat aditif dengan timbulnya respon sensory

integration disorder.