91
55 BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA TERHADAP ORMAS MTA 5.1. Gambaran masyarakat Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan Sudah menjadi rahasia umum apabila dikatakan bahwa Indonesia merupakan Negara dengan mayoritas penduduk Islam dan terbesar di dunia. Pada tahun 2010, penganut Islam di Indonesia sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari jumlah penduduk Indonesia 1 . Tentunya ini juga dapat dibenarkan apabila dikatakan bahwa di Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah mayoritas penduduknya adalah beragama Islam. Pada tahun 2012, Sebanyak 42.409 penduduk di Kecamatan Susukan tercatat memeluk agama Islam 2 . Kecamatan Susukan terdiri dari 13 (tiga belas) Desa/kelurahan yaitu Desa Ngasinan, Muncar, Kemetul, Kenteng, Koripan, Gentan, Sidoharjo, Susukan, Ketapang, Bakal Rejo, Timpik, Tawang dan Desa Badran. Islam adalah salah satu agama besar yang sangat kompleks, apabila dilihat dari sudut pandang “tentang pemahaman Islam itu sendiri”. Oleh karenanya muncul berbagai macam organisasi massa, kelompok agama, komunitas, partai politik dan lain sebagainya yang berbasis Islam sehingga mempunyai karakter tersendiri dan saling membedakan satu dengan yang lainnya. Telah disinggung seperti di muka (lihat pada Bab 1), bahwa Islam dengan cara pandang Nahdatul Ulama (NU) adalah Ormas Islam yang mempunyai banyak pengikut dan tersebar di seluruh Indonesia. Ketika ditanyakan kepada salah satu Ulama Wanita di Kecamatan Susukan yaitu Ustadzah Solaehah, tentang berapa prosentase jumlah pengikut NU di Kecamatan Susukan, Ustadzah Solaehah mengatakan bahwa: 1 http://www.anashir.com/2012/05/102159/46553/10-negara-dengan-jumlah-penduduk-muslim- terbesar-di-dunia, (diunduh tanggal 20-01-2013) 2 http://semarangkab.bps.go.id/Subyek_Statistik/Publikasi/03.%20Statda/Stada%20Kecamatan/Stada% 20Kec%202012/stada%20kec%20susukan%202012/files/search/searchtext.xml, (diunduh tanggal 20- 01-2013)

BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

55

BAB V

PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA TERHADAP ORMAS MTA

5.1. Gambaran masyarakat Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan

Sudah menjadi rahasia umum apabila dikatakan bahwa Indonesia merupakan

Negara dengan mayoritas penduduk Islam dan terbesar di dunia. Pada tahun 2010,

penganut Islam di Indonesia sekitar 205 juta jiwa atau 88,1 persen dari jumlah

penduduk Indonesia1. Tentunya ini juga dapat dibenarkan apabila dikatakan bahwa di

Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah mayoritas penduduknya

adalah beragama Islam. Pada tahun 2012, Sebanyak 42.409 penduduk di Kecamatan

Susukan tercatat memeluk agama Islam2. Kecamatan Susukan terdiri dari 13 (tiga

belas) Desa/kelurahan yaitu Desa Ngasinan, Muncar, Kemetul, Kenteng, Koripan,

Gentan, Sidoharjo, Susukan, Ketapang, Bakal Rejo, Timpik, Tawang dan Desa

Badran.

Islam adalah salah satu agama besar yang sangat kompleks, apabila dilihat

dari sudut pandang “tentang pemahaman Islam itu sendiri”. Oleh karenanya muncul

berbagai macam organisasi massa, kelompok agama, komunitas, partai politik dan

lain sebagainya yang berbasis Islam sehingga mempunyai karakter tersendiri dan

saling membedakan satu dengan yang lainnya. Telah disinggung seperti di muka

(lihat pada Bab 1), bahwa Islam dengan cara pandang Nahdatul Ulama (NU) adalah

Ormas Islam yang mempunyai banyak pengikut dan tersebar di seluruh Indonesia.

Ketika ditanyakan kepada salah satu Ulama Wanita di Kecamatan Susukan yaitu

Ustadzah Solaehah, tentang berapa prosentase jumlah pengikut NU di Kecamatan

Susukan, Ustadzah Solaehah mengatakan bahwa:

1 http://www.anashir.com/2012/05/102159/46553/10-negara-dengan-jumlah-penduduk-muslim-

terbesar-di-dunia, (diunduh tanggal 20-01-2013) 2http://semarangkab.bps.go.id/Subyek_Statistik/Publikasi/03.%20Statda/Stada%20Kecamatan/Stada%

20Kec%202012/stada%20kec%20susukan%202012/files/search/searchtext.xml, (diunduh tanggal 20-

01-2013)

Page 2: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

56

"Mayoritas Islam, 95%. Wilayah Susukan yang Muhammadiyah disekitar

pasar Susukan, Ahmadiyah disekitar Desa Muncar. Tetapi kalau secara prosentase,

lebih dominan NU yakni lebih dari 90%”3.

Di Kecamatan Susukan juga masih berlaku prinsip-prinsip dari Nahdatul

Ulama seperti keseimbangan, toleransi dan moderat yang selama ini, dijaga dan

dikembangkan oleh Ormas dan komunitas NU itu sendiri, Ustad Rois mengatakan:

“NU di dunia ini secara prinsip itu sama. Prinsip pokoknya antara lain;

keseimbangan, toleransi dan moderat. Implementasi dari prinsip pokok tersebut

diantaranya adalah kegiatan tahlilan atau kegiatan yang erat kedekatannya dengan

adat. Itu semua dimaksudkan untuk wadah dan sarana terjalinnya kerukunan dan

sebagai upaya pengembangan agama”4.

Bagaimana orang yang beragama Islam dapat disebut sebagai orang Islam

“berhaluan” ajaran Nahdatul Ulama (NU), itu merupakan pertanyaan mendasar dari

peneliti dan tentunya orang lain yang nantinya akan membaca penelitian ini. Indikator

yang menyebabkan sehingga orang Islam dapat disebut sebagai orang Islam NU dan

masuk kedalam ranah komunitas NU tentunya penting untuk memahami studi

khalayak dari penelitian ini. Dapat disebutkan oleh peneliti, bahwa antara anggota

Ormas NU dan komunitas NU sangat berbeda, terdapat ruang pemisahnya, perbedaan

itu dapat diketahui dengan melihat kembali dari definisi komunitas menurut Garna

(1999:147); komunitas adalah,

“suatu kelompok manusia yang menempati suatu kawasan geografis, yang

terlibat dalam aktifitas ekonomi, politik, dan juga membentuk suatu satuan sosial

yang memiliki nilai-nilai tertentu, serta rasa kebersamaan”.

Kemudian memahami kembali Definisi dari Organisasi Kemasyarakatan

menurut undang-undang nomer 8 tahun 1985, yang menyatakan bahwa Organisasi

Kemasyarakatan adalah organisasi yang dibentuk oleh anggota masyarakat

3 Hasil wawancara dengan Ustadzah Solaehah, Tanggal 10-12- 2012, di Kecamatan Susukan

4 Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan

Page 3: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

57

warganegara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kegiatan,

profesi, fungsi, agama, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, untuk

berperanserta dalam pembangunan dalam rangka mencapai tujuan nasional dalam

wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Peneliti

melihat bahwa ketika seseorang yang duduk dalam struktur organisasi

kemasyarakatan seperti Ormas NU dapat dipastikan, ia akan mendapatkan pengakuan

secara struktural organisasi dengan ditandai adanya suatu jabatan, fungsi, adanya hak-

kewajiban dan tugas, serta didapatkannya kartu anggota. Disisi lain, komunitas

terbentuk tidak secara formal melainkan didasari dengan adanya persamaan, misalnya

persamaan kepentingan dan tujuan, oleh karena itu tiap-tiap individu bagian dari

komunitas NU di Kecamatan Susukan tidak mempunyai pengkuan formal/tertulis dan

kartu anggota seperti yang terjadi di lingkup Organisasi kemasyarakatan (Ormas) NU.

Peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa individu bagian dari Ormas NU dapat juga

dikategorikan masuk dalam ranah komunitas NU, namun sebaliknya tidak

sembarangan individu dapat disebut sebagai anggota atau bagian dari Ormas

Nahdatul Ulama.

“Memang tidak ada kartu anggotanya untuk dapat diakui sebagai orang NU,

tapi disisi lain terdapat kartu anggota sebagai tanda pengenal bahwa orang itu

adalah anggota Ormas NU”5.

Dari penjelasan yang diberikan oleh Ustad Rois, peneliti dapat memahami

bentuk-bentuk perkembangan Ormas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Ormas

NU ini mempunyai badan otonomi (dapat disebut sebagai anak organisasi) yang

dikelompokan oleh faktor usia dan gender. Pertama, adalah Nahdatul Ulama;

organisasi ini diperuntukan kepada para tokoh agama berpengaruh seperti Ulama,

baik Pria maupun Wanita. Peneliti mencatat lebih dari 30 orang berada dalam

organisasi NU ini, mereka semua mempunyai fungsi sebagai pedakwah Islami dari

Nahdatul Ulama. Kedua, Muslimat yaitu organisasi Wanita Islam NU yang

5 Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan

Page 4: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

58

mempunyai kegiatan rutin antara lain pengajian keliling antar Dusun/Desa. Pengisi

dakwah dari pengajian ini dapat dari Ustadzah di Muslimat itu sendiri atau dari para

Ulama NU lainnya. Ketiga, IPNU (Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama), terdiri dari

pemuda dan pelajar NU Pria berusia antara 13 s/d 27 tahun. Keempat, IPPNU (Ikatan

Pelajar Wanita Nahdatul Ulama), terdiri dari pemuda dan pelajar NU Wanita berusia

antara 13 s/d 27 tahun. IPNU dan IPPNU pada rutinitasnya lebih sering disatukan

dalam satu kegiatan bersama, misalnya rapat rutin, latihan kepemimpinan, seminar

dan lain sebagainya. Terakhir atau kelima adalah Banser, akan tetapi

kepengurusannya di Kecamatan Susukan dapat dikatakan kurang jelas. Berikut ini

adalah pernyataan Ustad Rois tentang silsilah Ormas Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan;

“Di bawah naungan NU itu ada yang namanya Badan Otonomi, kemudian

badan otonomi yang membawahi kepengurusan keorganisasian Wanita, namanya

Muslimat. Badan Otonomi yang membawahi kepengurusan keorganisasian Pria

adalah NU. Ada Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU), Ikatan Pelajar Wanita

Nahdatul Ulama (IPPNU), keduanya termasuk badan otonom yang membawahi

Wanita NU berusia antara 13 s/d 27 tahun. Kemudian ada lagi yaitu Fataya, Ansor

dan Banser. Tetapi yang aktif berkegiatan dan yang mempunyai struktur

keorganisasian yang jelas di Kecamatan Susukan adalah NU, Muslimat, IPNU,

IPPNU. Kalau Banser sebenarnya ada tapi kegiatan dan kepengurusannya tidak

begitu jelas”6.

Selanjutnya, “menggelitik” di benak peneliti, perihal batas-batas keimanan

dan ketaqwaan warga Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Informasi dari semua

nara sumber, dapat disimpulkan bahwa inti dari batasan seseorang tetap dapat

dikatakan sebagai warga Islam Nahdatul Ulama (NU) adalah faktor keimanan yaitu

percaya/meyakini Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, serta dapat menjalankan

prinsip-prinsip pokok NU dengan baik. Apabila seseorang yang tingkat

6 Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan

Page 5: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

59

ketaqwaannya masih rendah, namun tetap beriman kepada Allah SWT dan

menjalankan prinsip-prinsip pokok dari Nahdatul Ulama, maka orang tersebut masih

dapat dianggap sebagai warga Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Perbedaan

kesimpulan terjadi apabila keimanan seseorang itu telah “rusak” karena berpaling

dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, misalnya; dengan mengimani tuhan

selain Allah serta benda atau wujud lainnya, maka orang tersebut tidak dapat disebut

sebagai warga Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan.

“Masalah sholat rutin atau tidak, itu masalah keyakinan dan hak pribadi,

apabila dia menjalankan tuntunan NU, ya dapat dikatakan orang NU. Kalau

masalah sholat 5 (lima) waktu itu panggilan hati, kesadaran”7.

Peneliti kemudian mengamati secara langsung untuk mengetahui pemetaan

wilayah sebagai basis dari komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Dari

pengamatan itu, dapat dikatakan oleh peneliti bahwa mayoritas pemeluk Islam di

Kecamatan Susukan adalah pengikut ajaran Nahdatul Ulama, ini semua dapat dilihat

dari tradisi dan bukti adanya tempat ibadah (Masjid/Mushola) dan Pondok Pesantren.

Dapat dikatakan oleh peneliti, semua Dusun atau Desa di Kecamatan Susukan

mempunyai Masjid serta Mushola, dan digunakan sebagai tempat ibadah bagi

masyarakat Islam, khususnya komunitas Nahdatul Ulama. Di Kecamatan Susukan

terdapat 8 (delapan) Pondok Pesanten yang berfungsi sebagai tempat “menimba” ilmu

agama Islam dan memiliki ribuan santri Pria maupun Wanita yang sampai saat ini

masih aktif dalam berkegiatan. Dari semua pondok pesantren yang tersebar di

wilayah Kecamatan Susukan, 7 (tujuh) pondok pesantren (Ponpes) diantaranya adalah

berhaluan Islam Nahdatul Ulama dan 1 (satu) pondok pesantren lainnya

mengidentifikasikan bukan berhaluan Islam Nahdatul Ulama.

“Yang istilahnya berasimilasi dengan NU itu, di Desa Kenteng ada 3 (tiga)

Ponpes, Desa Petak 1 (satu), Desa Jetis 1 (satu), Desa Baran 1 (satu), dan Bakarjo 1

7 Hasil wawancara dengan Ustadzah Solaehah, Tanggal 10-12-2012, di Kecamatan Susukan

Page 6: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

60

(satu). Kalau di Desa Gentan itu ada 1 Ponpes tapi bukan NU, sedangkan di Desa

Grabakan dulunya ada Ponpes tapi sekarang sudah tidak berkegiatan lagi”8.

Tradisi yang dimaksudkan oleh peneliti dalam konteks ini adalah tradisi dari

masyarakat Jawa yang melekat dalam aktivitas komunitas Nahdatul Ulama, seperti

adanya tahlilan, dzikir, dan sholawatan. Di Kecamatan Susukan, peneliti sering

menemukan tradisi Jawa yang disisipi dengan tahlilan, dzikir atau sholawatan,

misalnya tradisi Sadranan, Slametan, Mitung Dino, Sepasaran, Ziarah Kubur dan

lain sebagainya.

“Ciri khas dari NU diantaranya itu ada; dzikir, tahlil dan sholawatan”9.

Peneliti melakukan Observasi langsung dan berbaur dengan komunitas

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan dalam beberapa rutinitas kesehariannya.

Diantaranya, pada kegiatan atau tradisi Aqiqoh, Maulid Nabi, Jagongan Bayi,

Sadranan, Merti Deso, Nyatus/Nyewu, Ziarah Kubur, dan Slametan. Berikut ini

adalah penjelasan singkat tentang gambaran dan temuan fakta dari tradisi yang

dilakukan oleh komunitas NU di Kecamatan Susukan.

1. Jagongan Bayi dan Aqiqoh

Aqiqoh atau sering juga dari kebanyakan orang Jawa (Islam NU),

menyebutnya dengan sebutan “sepasaran bayi”. Kegiatan ini lazimnya dilakukan

pada hari ke-tujuh setelah kelahiran anak. Aqiqoh biasanya juga sebagai pertanda

berakhirnya prosesi perayaan penyambutan lahirnya seorang “bayi” (anak). Sebelum

sampai pada hari peringatan/perayaan Aqiqoh terdapat suatu tradisi yaitu “Jagongan

bayi”. Jagongan bayi dilakukan mulai malam pertama sejak kelahiran bayi, biasanya

dimulai dari pukul 19.30 s/d 20.00 Wib. Dalam lingkup masyarakat Jawa yang

beragama Islam khususnya berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama, tradisi

Jagongan bayi dihadiri oleh keluarga besar, kerabat, dan tetangga atau masyarakat

sekitar. Peneliti melihat isi acara pada tradisi Jagongan bayi ini, antara lain; Seni baca

8 Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan

9 Hasil wawancara dengan Ustadzah Solaehah, Tanggal 10-12-2012, di Kecamatan Susukan

Page 7: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

61

Al-Qur’an, Tahlilan, Sholawatan serta Makan Bersama. Kesemuanya itu dipimpin

oleh para tokoh agama dan Kepala Desa/Dusun. Pada kegiatan Aqiqoh yang menjadi

inti acaranya hampir sama dengan tradisi Jagongan bayi, hal yang membedakan

adalah adanya tambahan acara yaitu dakwah (penyampaian petuah Islami) oleh

Ulama yang sengaja diundang oleh pihak tuan rumah. Pembeda lainnya terletak pada

banyaknya jumlah tamu undangan yang hadir dan diantara makanan yang disajikan,

biasanya terdapat makanan berupa olahan dari daging Kambing atau Domba. Ini

merupakan bentuk dari kewajiban dalam tradisi Islam tentang Aqiqoh yaitu

menyembelih 2 ekor Kambing/Domba Jantan untuk anak Pria, dan 1 ekor

Kambing/Domba Jantan untuk anak Wanita. Prosesi Aqiqoh biasanya dimulai dari

pukul 19.30 s/d 23.00 Wib.

2. Ziarah Kubur

Tradisi Ziarah Kubur biasanya dilakukan oleh masyarakat Islam NU

(Nahdatul Ulama) pada hari Kamis sore pada setiap minggunya. Kegiatan ini

dilakukan oleh para anak-cucu, keluarga dan kerabat untuk mendoakan orang yang

sudah meninggal dan dimakamkan pada kompleks pemakaman setempat.

Kebanyakan, orang akan mendatangi tempat pemakaman, kemudian menuju ke

kuburan. Selanjutnya mereka akan membersihkan rumput atau sampah di area

kuburan itu dan lalu membacakan doa Tahlil serta doa-doa lainnya, sebagai upaya

untuk memohonkan ampunan atas dosa-dosa orang yang sudah meninggal tadi

(anggota keluarganya).

3. Maulid Nabi

Maulid Nabi adalah tradisi Islam dalam memperingati hari kelahiran Nabi

Besar Muhammad SAW. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada tanggal 12 (dua belas)

maulud (penanggalan Jawa/Islam) atau pada hari sesudahnya itu. Terkadang di

wilayah Kecamatan Susukan terjadi perbedaan penentuan hari dilaksanakannya

peringatan Maulid Nabi, hal itu didasari karena alasan kesanggupan dari pengisi acara

inti yaitu dakwah Islami oleh Ulama. Acara yang sering dipergunakan di berbagai

Desa di Kecamatan Susukan adalah Hiburan Rebana (Musik Islami), Pidato sambutan

Page 8: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

62

oleh panitia, Pidato Sambutan dari pemerintah Dusun/Desa, Seni baca Al-Qur’an,

Tahlilan, Sholawatan, Istirahat/Hiburan dan terakhir penutup acara yaitu dakwah dari

Ulama.

4. Sadranan

Sadranan merupakan salah satu tradisi yang dilakukan masyarakat NU

(Nahdatul Ulama) di Kecamatan Susukan pada bulan Ruwah (penanggalan

Jawa/Islam). Hari pelaksanaannya pun terkadang berbeda-beda antara daerah satu

dengan daerah lainnya. Umumnya masyarakat Islam NU baik Pria-Wanita , tua atau

muda pada suatu daerah misalnya di Desa Timpik; akan berbondong-bondong dengan

membawa segala rupa makanan, minuman dan buah-buahan ke area pemakaman

setempat. Makanan yang dibawa antaranya adalah Nasi Ingkung, makanan khas Jawa,

buah-buahan, makanan ringan dan lain sebagainya. Acara dimulai dengan pidato

sambutan oleh Panitia/Kepala Dusun, kemudian dilanjutkan dengan Seni baca ayat

suci Al-Qur’an, Tahlilan yang dipimpin oleh Ulama setempat, istirahat (makan

bersama) dan ditutup dengan dakwah dari Ulama yang telah ditunjuk oleh penitia.

Namun adakalanya juga tradisi sadaranan ini ditempatkan atau dipusatkan di Masjid

desa, seperti halnya yang ditemukan oleh peneliti yaitu di Dusun Margosari, Desa

Koripan, Kecamatan Susukan. Untuk isi acaranya tetap selaras dengan yang

digunakan di desa-desa lainnya.

5. Merti Deso

Merti Deso merupakan tradisi yang masih banyak ditemui di berbagai

Dusun/Desa di Kecamatan Susukan. Merti Deso biasanya dilaksanakan pada bulan

Agustus bertepatan dengan kegiatan penyambutan atau peringatan hari proklamasi

kemerdekaan Republik Indonesia. Merti Deso kebanyakan diikuti oleh Pria dewasa

dan kegiatan ini ditempatkan di rumah kepala Dusun atau serambi Masjid setempat.

Pada hari dan waktu yang telah ditentukan, orang akan berbondong-bondong dengan

membawa “Ambeng” (nasi beserta lauk-pauk dan makanan khas Jawa) dan nasi

Ingkung (nasi dengan lauk ayam jantan, yang berbentuk satu ekor utuh) ke tempat

yang telah ditetapkan dan disediakan oleh panitia. Dalam perkembangannya sampai

Page 9: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

63

saat ini banyak warga yang tidak hanya membawa “nasi Ambeng” saja, melainkan

juga ada yang membawa aneka buah-buahan serta makanan ringan. Sesampainya

ditempat tujuan, kemudian acaranya dimulai dengan ditandai adanya pidato sambutan

dari penitia/Kepala Dusun, dan dilanjutkan Tahlilan serta makan bersama. Bekal yang

masing-masing dibawa oleh kebanyakan orang itu kemudian dipertukarkan dan

dinikmati bersama. Setelah itu mereka saling berpamitan kepada para tokoh agama

dan tokoh masyarakat setempat untuk pulang menuju kembali ke aktivitasnya

masing-masing. Biasanya kegiatan Merti Deso ini dilanjutkan dengan digelarnya

hiburan rakyat seperti, pegelaran Wayang Kulit dan Kuda Lumping.

6. Nyatus/Nyewu

Salah satu tradisi yang berkembang dan sampai saat ini masih dipertahankan

oleh masyarakat (komunitas) Islam Nahdatul Ulama adalah tradisi dalam rangka

penghormatan kepada anggota keluarga, kerabat atau orang yang telah meninggal

yang menjadi bagian dalam komunitas Nahdatul Ulama ini. “Penghormatan” kepada

orang yang meninggal ini dilaksanakan secara periodik (berkelanjutan), misalnya

terdapat tradisi yang disebut dengan nelung dino, matang puluh, nyatus, mendak

pisan, mendak pindo, nyewu dan khaul. Tradisi berkelanjutan ini dilakukan oleh

pihak dari orang yang telah meninggal, misalnya anak-cucu dalam upaya untuk

mendoakan dan memintakan ampunan kepada Allah SWT atas dosa dari anggota

keluarganya yang meninggal tadi. Tuan rumah mengundang keluarga, kerabat, dan

masyarakat sekitar untuk kesediannya mendoakan orang yang telah meninggal itu.

Peneliti melihat, inti acara dalam tradisi ini adalah tahlilan dan doa yang dilakukan

secara bersama-sama, kemudian masyarakat yang hadir disuguhi dengan hidangan

“ala kadarnya” (semampunya) oleh pihak tuan rumah.

7. Slametan

Slametan dalam konteks tradisi masayarakat Islam Nahdatul Ulama adalah

bentuk rasa syukur atas kemurahan Allah SWT dalam aspek yang cukup luas. Peneliti

melihat tradisi slametan ini dapat dilaksanakan oleh orang secara individu atau

kelompok pada saat mendapatkan berkah dari tuhan (Allah SWT) sehingga mereka

Page 10: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

64

merasa kiranya perlu membalasnya dengan rasa syukur yang dikemas dalam aspek

doa dan shodakoh (beramal). Misalnya, slametan yang dilaksanakan saat atau setelah

pembangunan rumah, ini merupakan bentuk syukur dari orang yang mempunyai hajat

(tuan rumah), serta terdapat suatu pengharapan agar semuanya; apa yang telah dan

akan dikerjakan nanti berjalan dengan baik, tanpa adanya suatu permasalahan yang

berarti. Kemudian pihak tuan rumah (orang yang mempunyai hajat) menyampaikan

maksud dan tujuannya slametan yang ia lakukan itu kepada Ulama setempat untuk

kesediannya memimpin tahlilan dan doa-doa lainnya. Makanan yang identik dengan

tradisi Slametan adalah nasi Tumpeng dan Ingkung.

5.2. Gambaran proses terbentuknya persepsi dari Informan Kunci.

Terwujudnya persepsi dari para Informan kunci tak terlepas dari adanya

indikator-indikator persepsi yang mewakilinya. Menurut Bimo Walgito (1990:54-55),

persepsi memiliki indikator-indikator sebagai berikut:

1. Penyerapan terhadap rangsangan atau objek dari luar individu.

Rangsangan atau objek tersebut diserap atau diterima oleh panca indera, baik

penglihatan, pendengaran, peraba, pencium, dan pencecap secara sendiri-sendiri

maupun bersama-sama. Dari hasil penyerapan atau penerimaan oleh alat-alat indera

tersebut akan mendapatkan gambaran, tanggapan, atau kesan di dalam otak.

Gambaran tersebut dapat tunggal maupun jamak, tergantung objek persepsi yang

diamati. Di dalam otak terkumpul gambaran-gambaran atau kesan-kesan, baik yang

lama maupun yang baru saja terbentuk. Jelas tidaknya gambaran tersebut tergantung

dari jelas tidaknya rangsang, normalitas alat indera dan waktu, baru saja atau sudah

lama.

2. Pengertian atau pemahaman

Setelah terjadi gambaran-gambaran atau kesan-kesan di dalam otak, maka

gambaran tersebut diorganisir, digolong-golongkan (diklasifikasi), dibandingkan,

diinterpretasi, sehingga terbentuk pengertian atau pemahaman. Proses terjadinya

pengertian atau pemahaman tersebut sangat unik dan cepat. Pengertian yang

Page 11: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

65

terbentuk tergantung juga pada gambaran-gambaran lama yang telah dimiliki individu

sebelumnya (disebut apersepsi).

3. Penilaian atau evaluasi

Setelah terbentuk pengertian atau pemahaman, terjadilah penilaian dari

individu. Individu membandingkan pengertian atau pemahaman yang baru diperoleh

tersebut dengan kriteria atau norma yang dimiliki individu secara subjektif. Penilaian

individu berbeda-beda meskipun objeknya sama. Oleh karena itu persepsi bersifat

individual.

5.2.1. Penyerapan, pemahaman, dan evaluasi progam acara Jihad Pagi MTA

FM oleh Ustadzah Solaehah.

5.2.1.1. Penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi oleh

Ustadzah Solaehah.

Ustadzah Solaehah pada awalnya merasa senang dengan hadirnya radio siaran

MTA FM, ini dikarenakan kualitas siaran radio MTA FM dapat diterima lebih baik

dibandingkan dengan siaran radio dakwah Islam lainnya. Kebutuhan akan

informasinya tentang pengetahuan Islam seakan terpenuhi saat mendengarkan

progam acara Jihad Pagi MTA FM. Ia dapat mendengarkannya hampir setiap waktu,

karena progam acara ini selain hadir saat siaran langsung pada hari Minggu pagi, juga

disiarkan rekaman ulang disetiap harinya. Selain sebagai sarana menimba ilmu

tentang Islam, siaran progam acara Jihad Pagi oleh Ustadzah Solaehah digunakan

sebagai media pembanding antara pemahaman (ajaran) Islam menurut Nahdatul

Ulama dengan Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui kegiatan mendengarkan siaran

Jihad Pagi MTA FM, Ustadzah Solaehan mendapatkan pemahaman Islam yang

sebagian besar sama dengan yang diyakininya selama ini misalnya tentang rukun

Islam (Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji), namun disisi lain Ustadzah

Solaehah juga mendapatkan informasi yang menurutnya bersifat “baru”. Diantaranya

adalah Majelis Tafsir Al-Qur’an melalui Ustad Sukino mengatakan apabila ingin

beragama Islam dengan benar, maka yang dijadikan panutan itu adalah nabi

Muhammad SAW bukan para Ulama. Ustad Sukino menurut Ustadzah Solaehah

Page 12: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

66

adalah seorang Guru Besar atau Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang

memberikan pemahaman Islam kepada jama’ah Majelis Tafsir Al-Qur’an pada

progam acara Jihad Pagi. Dari suaranya, oleh Ustadzah Solaehah, Ustad Sukino

digambarkan orang yang “kemaki”, meremehkan Ulama dan seolah-olah “nantang”

kepada Ulama lainnya. Kemudian pada aspek masalah halal-haram, ia mendengarkan

dari penjelasan Ustad Sukino bahwa daging Anjing dan Saren adalah halal

hukumnya. Kegiatan yang bersifat tradisi dan identik dengan tahlilan seperti Maulid

Nabi, Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dan lain sebagainya tidak ada dan tidak

dikerjakan oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an, bahkan nasi Tumpeng dan Ingkung adalah

haram hukumnya. Bagi orang-orang yang ikut membantu memasak untuk keperluan

tradisi tersebut juga dianggap golongan orang yang sesat. Kemudian pada konteks

pembagian daging kurban, Majelis Tafsir Al-Qur’an mengajarkan, pembagiannya

sepatutnya dibagikan seadil-adilnya tetap dalam bentuk potongan tubuh dari hewan

kurban bukan berbentuk uang. Aqiqoh menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an,

pelaksanakannya harus dilakukan pada hari ketujuh, terhitung sejak dari kelahiran

anak.

5.2.1.2. Pengertian atau pemahaman acara Jihad Pagi oleh Ustadzah Solaehah.

Ustadzah Solaehah mengklasifikasikan apa yang didapatkannya dari proses

mendengarkan progam acara Jihad Pagi MTA FM. Pertama, adalah pengetahuan

tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang dianggap sama dengan

pemahamannya sendiri. Kedua, mengenai pengetahuan akan hal yang dianggap baru,

termasuk disini adalah halalnya daging Anjing, Saren, dan diharamkannya nasi

Tumpeng serta Ingkung. Tidak adanya tradisi yang identik dengan tahlilan seperti

Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dalam kehidupan masyarakat Majelis

Tafsir Al-Qur’an. Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa pelaksanaan

Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran anak dan pembanggian hasil dari hewan

kurban, yang diharuskan dibagikan dalam bentuk potongan tubuh dari hewan itu

sendiri bukan dalam bentuk barang atau uang secara seadil-adilnya. Ketiga,

pengetahuan terhadap Ustad Sukino, sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-

Page 13: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

67

Qur’an yang dianggap meremehkan Ulama dari golongan Islam lain, karena

mengatakan jangan mengikuti Ulama untuk dijadikan panutan, sebagai panutan yang

pasti benar adalah nabi Muhammad SAW.

Sebagai hasil dari proses pengklasifiksian ini, Ustadzah Solaehah mengerti

bahwa pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi MTA FM, terdapat hal

baru yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan itu berbeda dengan

keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

5.2.1.3. Evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh Ustadzah Solaehah.

Pada tahap ini Ustadzah Solaehah menggunakan pemahaman Islam yang

diyakininya yaitu ajaran Islam Nahdatul Ulama sebagai alat evaluasi pemahaman

barunya tentang Islam (Majelis Tafsir Al-Qur’an) yang diperoleh dari progam acara

Jihad Pagi MTA FM.

1. Evaluasi pengertian tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Rukun Islam merupakan syarat utama yang wajib dikerjakan oleh orang yang

mengaku dirinya sebagai orang Islam. Nahdatul Ulama sebagai panutan dalam

berIslam oleh Ustadzah Solaehah, menyebutkan bahwa rukun Islam ada 5 (lima)

unsur yang diwajibkan untuk dikerjakan bagi seluruh pemeluknya tanpa adanya

pengecualian, diantaranya adalah Syahadat (meyakini bahwa Allah SWT adalah

Tuhan, dan nabi Muhammad SAW adalah utusannya), Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji

(bagi yang telah mampu). Rukun Islam ini sama dengan apa yang diajarkan oleh

Majelis Tafsir Al-Qur’an melalui siaran progam acara Jihad Pagi, sehingga Majelis

Tafsir Al-Qur’an tergolong bukan aliran sesat, berbeda misalnya dengan Ahmadiyah

yang dianggap mengajarkan aliran sesat karena meyakini bahwa nabi Muhammad

bukan utusan Allah SWT yang terakhir kali, Ahmadiyah meyakini masih ada nabi

lain setelah nabi Muhammad SAW.

2. Evaluasi pengertian akan hal yang dianggap baru.

Pengetahuan “baru” termasuk disini adalah dihalalkannya daging Anjing,

Saren, dan diharamkannya nasi Tumpeng serta Ingkung oleh Majelis Tafsir Al-

Qur’an. Tidak adanya tradisi yang identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi,

Page 14: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

68

Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa pelaksanaan Aqiqoh pada hari

ketujuh setelah kelahiran anak dan pembanggian hasil dari hewan kurban, yang

diwajibkan dibagikan dalam bentuk potongan tubuh dari hewan itu sendiri bukan

dalam bentuk barang atau uang secara seadil-adilnya.

Menurut Ustadzah Solaehah, Anjing hukumnya adalah najis, sedangkan

barang yang najis, haram hukumnya kalau dimakan atau diminum. Anjing adalah

termasuk hewan pemakan daging yang mengisyaratkan keharamannya apabila

dikonsumsi oleh orang Islam. Saren, adalah makanan yang terbuat dari darah hewan.

Darah yang mengalir hukumnya adalah haram apabila dikonsumsi, walaupun darah

tersebut sudah dikumpulkan dalam wadah dan diolah menjadi produk makanan.

Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan Nyatus apabila dikerjakan

tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik, asalkan diniati karena

Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Nelung Dino, adanya tahlilan, adanya

tumpeng, pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik yang tidak dapat dianggap

perbuatan dosa. Tahlilan yang dibaca juga dari Al-Qur’an, untuk masalah Tumpeng

juga nantinya akan dibagi-bagikan dan dimakan bersama. Tumpeng memang

bentuknya seperti gunungan, namanya orang Jawa pasti sarat akan pemaknaan

simbolis, yang terpenting semuanya apa yang dikerjakan tetap diniati karena Allah

SWT. Aqiqoh menurut Nahdatul Ulama dianjurkan untuk dilakukan pada hari

ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila belum mampu boleh dikerjakan di

waktu mendatang setelah terbilang mampu, dan itu semua tidak menggugurkan niat

dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri. Kemudian masalah hasil dari hewan kurban,

memang diharuskan dibagikan secara adil-seadilnya, namun apabila bagian yang sulit

untuk dibagi secara adil dan nantinya dikhawatirkan mengarah ke hal yang mubazir,

seperti pada bagian kaki, kepala, atau kulit, diperbolehkan untuk dijual kemudian

uang hasil penjualan tersebut dibagikan kembali kepada orang yang berhak

mendapatkannya. Kalau kulit sapi dituntut untuk dibagi secara adil masih dalam

Page 15: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

69

bentuk kulit, tentunya dipastikan orang hanya mendapatkan bagian yang kecil-kecil

dan tidak akan ada nilainya lagi (mubazir).

3. Evaluasi pengertian terhadap Ustad Sukino.

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang meremehkan Ulama lain, karena

mengatakan “jangan mengikuti Ulama untuk dijadikan panutan, sebagai panutan

yang pasti benar adalah nabi Muhammad SAW”. Ustad Sukino juga mudah

mengatakan apa yang dikerjakan orang lain adalah perbuatan yang mengarah ke

kemusrikan. Ustadzah Solaehah menilai sudah sepatutnya sesama orang Islam saling

menghormati dan menghargai karena apa yang dilakukan oleh orang dari golongan

Islam lain tentunya memiliki dasar kebenaran menurut mereka sendiri. Pada dasarnya

ilmu agama yang kita peroleh sampai saat ini, diturunkan dari generasi-kegenerasi,

dari nabi Muhammad SAW kepada para Sahabat Nabi, lalu kepada para Ulama dan

sampailah kepada kita saat ini.

Dari berbagai macam penjelasan evaluative diatas, Ustadzah Solaehah menilai

bahwa, Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an bukan termasuk aliran sesat, akan tetapi

Majelis Tafsir Al-Qur’an ini, mempunyai sebagian dari pemahaman Islam yang tidak

bisa diterapkan dalam kehidupan pribadinya dan lingkup komunitas Nahdatul Ulama.

Ustadzah Solaehah menganggap bahwa Ustad Sukino, sebagai Ulama dari Majelis

Tafsir Al-Qur’an kurang menghormati Ulama beserta ajarannya dari golongan Islam

lainnya.

5.2.1.4. Analisa persepsi Ustadzah Solaehah terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-

Qur’an melalui progam acara Jihad Pagi MTA FM

a) Tahap penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi

Dari nara sumber Ustadzah Solaehah, yang telah diwawancarai secara

mendalam oleh peneliti, melalui radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi,

Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) pada dasarnya mempunyai pemahaman

tentang rukun Islam yang sama dengan apa yang diyakininya yaitu mengenai konteks

Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji. Disisi lain, melalui Ustad Sukino sebagai

Page 16: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

70

pengampu progam acara Jihad Pagi, menyebutkan bahwa daging Anjing dan Saren

(makanan terbuat dari darah) itu halal hukumnya, sedangkan Ingkung serta Tumpeng

adalah haram menurut mereka. MTA juga melarang warganya untuk melakukan

tradisi seperti Slametan, Nyatus, Nyewu, Maulid Nabi dan lain sebagainya (ragam

kegiatan tradisi Jawa yang identik dengan tahlilan), serta adapula perbedaan-

perbedaan lainnya seperti pada pemahaman tentang Aqiqoh, dan Kurban. Dari

progam acara Jihad Pagi ini setidaknya didapatkan gambaran umum tentang Ormas

MTA. Kesemuanya informasi tersebut diperoleh Ustadzah Solaehah saat

mendengarkan progam acara Jihad Pagi, baik yang secara langsung disiarkan pada

Ahad pagi atau pada jam-jam siaran ulangnya.

Teori stimulasi memandang manusia sebagai mahluk yang lapar “stimuli”,

yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha

memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Hasrat ingin tahu, kebutuhan

untuk mendapatkan rangsangan emosional, dan keinginan untuk menghindari

kebosanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Rakhmat, 2008:212). Sebagai

seorang pemeluk agama Islam sekaligus seorang Ustadzah yang berperan

memberikan pemahaman tentang Islam kepada orang lain, Ustadzah Solaehah merasa

perlu membekali dirinya dengan pemahaman Islam secara luas. Hal ini salah satunya

dilakukan dengan cara mencari informasi Islami dari media massa radio. Radio

dirasakan memiliki keunggulan karena dapat didengarkan walaupun sedang

melakukan aktifitas keseharian lainnya. Meskipun saat ini muncul media televisi yang

bersifat audial dan visual; pesawat radio tetap tidak tergeser oleh perkembangan

media massa televisi, sebab untuk menikmati suatu acara dari pesawat televisi,

khalayak tidak dapat beranjak dari kursi di depan pesawat, sedangkan dari pesawat

radio dapat dinikmati sambil mandi dan bekerja, atau sambil mengemudikan

kendaran (Effendy 2004: 107-108). Melalui aktifitas mendengarkan radio dakwah

Islami, Ustadzah Solaehah mengharapkan mendapatkan pengetahuan luas tentang

agama Islam sehingga apa yang diketahuinya layak untuk ditularkan kepada

masyarakat luas, khusus kaum Nahdiyin (Nahdatul Ulama) di Kecamatan Susukan.

Page 17: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

71

Selective exposure dimaksudkan bahwa orang cenderung memilih informasi

berdasarkan liputan yang disenangi. Pilihan terhadap informasi bisa menurut

ideologi, agama, suku, dan pekerjaan (Cangara, 1998:162)

Radio komunitas MTA FM, menjadi pilihan utama untuk ia dengarkan

dibandingkan dengan radio dakwah lainnya karena, radio MTA FM ini memiliki

kualitas penerimaan sinyal yang terbaik sehingga Ustadzah Solaehah merasa nyaman

ketika mendengarkan siaran dari radio tersebut. Jihad Pagi adalah Pengajian Ahad

Pagi yang diampu oleh Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukino selaku Ketua Umum

Ormas/Yayasan Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA). Jihad Pagi (Live) adalah program

siaran pengajian Ahad pagi yang disiarkan secara langsung setiap Ahad pagi mulai

pukul 07:00 s/d 10:30 Wib. Pada pengajian Ahad pagi ini peserta diberikan materi

berupa brosur dengan tema yang berbeda-beda dan berkelanjutan setiap hari

Ahadnya. Peserta juga dapat bertanya sesuai materi yang dibahas pada kesempatan

tersebut baik melalui tertulis maupun langsung melalui microphone yang ada. Jihad

Pagi (Recorded) adalah program pengajian yang disiarkan melalui radio MTA FM

yang merupakan rekaman dari pengajian yang diselenggarakan setiap Ahad pagi.

Setiap harinya menyiarkan ulang pengajian Ahad pagi episode lalu, yang disiarkan

menjadi 3 waktu yaitu:

Jihad Pagi 1 : 06:00 s/d 07:00 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian awal.

Jihad Pagi 2 : 14:00 s/d 15:30 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian akhir

(lanjutan).

Jihad Pagi hari ini : 19:00 s/d 21:30 Wib, siaran ulang jihad pagi secara utuh

(gabungan 1 & 2).

Peneliti menilai, jam siar pada progam Jihad Pagi setiap harinya, baik secara

Live maupun Recorded turut menjadikan progam ini mendapatkan perhatian lebih

dari Ustadzah Solaehah dibandingkan dengan progam-progam acara radio MTA FM

lainnya. Misalnya saja, pada hari Senin s/d Sabtu progam Jihad Pagi mengudara

secara periodik dengan total waktu selama 5 (lima) jam, sedangkan pada hari Ahad

(Minggu) progam acara ini mampu mengudara dengan total waktu selama 7,5 jam.

Page 18: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

72

Intensitas siaran dari progam acara Jihad Pagi yang sedemikian rupa (disiarkan secara

berulang-ulang) melebihi intensitas siaran progam-progam acara radio MTA FM

lainnya, mendorong Ustadzah Solaehah lebih memperhatikan progam acara Jihad

Pagi tersebut dibandingkan progam-progam lainnya. Dijelaskan oleh Rakhmat

(2008:52), faktor eksternal penarik perhatian diantaranya adalah faktor intensitas

stimuli dan perulangan. Pemahaman tentang intensitas stimuli itu sendiri adalah

sebagaimana manusia akan lebih memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli

yang lain. Sedangkan apa yang disebut dengan perulangan adalah Kesemuanya hal

yang disajikan berulangkali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik

perhatian. Keunggulan lainnya dari progam acara Jihad pagi MTA FM ini adalah

mampu memberikan pemahaman Islam secara luas menurut sudut pandang Majelis

Tafsir Al-Qur’an. Ini tentunya juga dimanfaatkan oleh Ustadzah Solaehah sebagai

media pembanding antara pemahaman Islam sesuai keyakinannya (Nahdatul Ulama)

dengan pemahaman Islam menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an.

b) Tahap pengertian atau pemahaman terhadap progam acara Jihad Pagi

Ustadzah Solaehah menyatakan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

(MTA) melalui progam acara Jihad Pagi mengajarkan pemahaman Islam yang

adakalanya berseberangan (berbeda) dengan pemahaman Islam Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan. Ustad Sukino, salah seorang tokoh kunci dalam progam acara

Jihad Pagi tersebut, memberikan pemahaman kepada khalayak luas bahwa Ormas

MTA mengembalikan kebenaran ajaran Islam sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Al-

Hadist sesuai pemahaman MTA itu sendiri. Sebagian besar ajaran tentang Islam dari

Ustad Sukino pada progam acara Jihad Pagi selaras dengan apa yang selama ini telah

diajarkan oleh para Ulama NU, namun disisi lain terdapat juga beberapa ajaran dari

Ustad Sukino (MTA) yang dianggap sebagai pengetahuan baru. Dari hasil wawancara

dan observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap Ustadzah Solaehah, dapat

diketahui bahwa, ia hanya mendengarkan progam acara Jihad Pagi di radio siaran

komunitas MTA FM untuk mengetahui gambaran Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Melalui progam acara Jihad Pagi ini, Ustadzah Solaehah mendapatkan informasi-

Page 19: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

73

informasi terbarukan tentang ajaran Islami dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

(MTA) seperti pemahaman MTA tentang Aqiqoh, Tahlilan dan lain sebagainya yang

telah peneliti jelaskan di muka.

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi

menonjol dalam kesadaran saat stimuli lainnya melemah (Andersen, 1972:46). Faktor

perhatian (attention) ini sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi. Peneliti melihat

bahwa Ustadzah Solaehah lebih memperhatikan isi berupa informasi-informasi yang

bersifat terbarukan (Novelity), saat mendengarkan siaran progam acara Jihad Pagi

MTA FM. Faktor situasional kadang juga disebut sebagai determinan perhatian yang

bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Kebaruan (Novelity) dapat

dimaknai sebagai kesemua hal yang baru yang luar biasa, yang berbeda, akan

menarik perhatian. Informasi yang terbarukan dari progam Jihad Pagi MTA FM

menurut Ustadzah Solaehah, antara lain; Majelis Tafsir Al-Qur’an menghalalkan

Anjing dan Saren, mengharamkan Tumpeng serta Ingkung, menganggap perbuatan

Syirik (menyekutukan Allah SWT) pada tradisi yang identik dengan Tahlilan seperti

tradisi Slametan, dan Nyatus. Kemudian adanya perbedaan pemahaman tentang

Aqiqoh dan Kurban, serta tidak adanya kegiatan Maulid Nabi, Kesemuanya itu

disimpulkan Ustadzah Solaehah sebagai bentuk ”inovasi berIslam” dari Majelis

Tafsir Al-Qur’an. Informasi-informasi terbarukan (inovasi berIslam dari MTA),

kemudian mendapatkan perhatian lebih dari Ustadzah Solaehah, sehingga melalui

informasi-informasi terbarukan itu dapat dikelompokan sebagai pengetahuan yang

bersifat baru. Disisi lain terdapat informasi mengenai Islam secara luas yang

dirasakan sama, dengan apa yang telah ia pahami selama ini, termasuk dalam hal ini

adalah pemahaman tentang rukun Islam (Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji).

Adapun konten Jihad Pagi lainnya yang menarik perhatian dari Ustadzah Solaihah

adalah pesan paralinguistik dari Ustad Sukino sebagai pengampu progam acara Jihad

Pagi. Pesan Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara

mengucapkan pesan verbal (Rakhmat, 2008:292). Dari pesan paralinguistiknya Ustad

Sukino dianggap meremehkan para Ulama dari golongan Islam lainnya. Ustad Sukino

Page 20: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

74

dalam progam acara Jihad Pagi mengatakan; apabila ingin beragama Islam dengan

benar, maka yang dijadikan panutan adalah nabi Muhammad SAW bukan para

Ulama. Dari pengelompokan informasi tersebut oleh Ustadzah Solaehah dapat

dipilah, disatu sisi pamahaman rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an memiliki

pengetahuan yang sama dengan keyakinannya, dan pada sisi lainnya; terdapat

perbedaan dengan keyakinanannya mengenai informasi Islam terbarukan dan

gambaran pribadi dari Ustad Sukino. Ustadzah Solaehah merupakan penggiat Islami

dari komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Oleh karena itu, dari

Ustadzah Solaehah terdapat pengertian bahwa pengetahuannya tentang Islam dari

progam Jihad Pagi MTA FM, terdapat hal baru yang diajarkan Ormas MTA melalui

Ustad Sukino, dan itu berbeda dengan keyakinannya yang berpedoman pada ajaran

Nahdatul Ulama.

Pada aspek lain peneliti melihat, Ustadzah Solaehah termasuk bagian dari

komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan yang terkena dengan divusi

inovasi dari Majelis Tafsir Al-Qur’an. Rogers (dalam Onong U., 2003:284)

mendefinisikan difusi sebagai suatu proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui

saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem sosial

(the process by which an innovation is communicated through certain channels over

time among the members of a sosial system). Informasi-informasi terbarukan dari

Majelis Tafsir Al-Qur’an yang disebarluaskan melalui radio komunitas MTA FM

berhasil dimengerti oleh Ustadzah Solaehan, namun hanya dalam batasan

pengetahuan saja. Hal ini dikarenakan inovasi berIslam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an

tidak serta merta langsung diadopsi oleh Ustad Solaehah, namun melewati proses

evaluasi yang mendalam yang menentukan apakah inovasi tersebut layak atau tidak

untuk diadopsi.

c) Tahap evaluasi terhadap progam acara Jihad Pagi

Istilah disonansi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini

berarti ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang

terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mencari

Page 21: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

75

dalih untuk mengurangi disonansinya itu. Jika seseorang mempunyai informasi atau

opini yang tidak menuju kearah menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan

menimbulkan disonansi dengan perilaku. Apabila disonansi tersebut terjadi, maka

orang akan berupaya menguranginya dengan jalan merubah perilakunya, kepercayaan

atau opininya (Effendy, 2003:262). Dari pengelompokan informasi/pengetahuannya

terhadap progam acara Jihad Pagi MTA FM, terdapat 2 (dua) kelompok informasi

yang mendapatkan perhatian lebih yaitu mengenai informasi terbarukan dari

pemahaman Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an dan pengetahuannya terhadap pribadi

dari Ustad Sukino. Kedua kelompok informasi ini, menggiring Ustadzah kearah

adanya ketidakpastian dalam dirinya. Ketidakpastian ini muncul sebagai akibat

adannya pengetahuannya akan perbedaan pemahaman Islam menurut Majelis Tafsir

Al-Qur’an dengan pemahaman Islam menurut Nahdatul Ulama yang selama ini ia

yakini dan amalkan dikehidupan nyata. Oleh karena itu, Ustadzah Solaehah

mengingat kembali dasar-dasar tuntunan Nahdatul Ulama yang tersimpan dalam

memorinya dan kemudian membandingkannya dengan informasi Islam terbarukan

dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang diperolehnya dalam progam acara Jihad Pagi

MTA FM. Memori adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan

organisme sanggup merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya

untuk membimbing perilakunya (Rakhmat, 2008:62). Selain itu, Ustadzah Solaehah

juga mendapatkan bimbingan-bimbingan dari para Ulama lainnya saat menghadiri

pengajian-pengajian umum di Kecamatan Susukan, sehingga hal tersebut dapat

menjadi faktor untuk memperkuat kayakinannya akan kebenaran berIslam sesuai

tuntunan-tuntunan dari Nahdatul Ulama yang sejauh ini ia kerjakan. Disebutkan oleh

peneliti mengacu pada studi komunikasi, Ustadzah Solaehah dan jama’ah lainnya

dalam pengajian-pengajian umum telah mendapatkan suntikan argumentasi balasan

(counterarguments) dari para Ulama Nahdatul Ulama agar tidak terkena pengaruh

dari golongan Islam lainnya, termasuk Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Teori

inokulasi (suntikan) menyatakan bahwa lebih baik mempersenjatai terbujuk

(persuadee) dengan counterarguments daripada membiarkan tidak siap menyangkal

Page 22: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

76

perspektif lawan. Orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak

menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi

atau dibujuk, oleh karena ia tidak siap untuk menolak argumentasi si persuader atau

pembujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak terkena pengaruh adalah

menyuntiknya dengan argumentasi balasan (counterarguments) (Effendy, 2003:263).

Dari hasil pemanggilan memorinya tentang pengetahuan pemahaman Islam

Nahdatul Ulama yang dipertegas dengan adanya inokulasi terhadap dirinya, Ustadzah

Solaehah dapat menyimpulkan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an mempunyai

sebagian dari pemahaman Islam yang tidak dapat diterapkan dalam kehidupan

pribadinya dan lingkup komunitas Nahdatul Ulama. Ustadzah Solaehah menganggap

bahwa Ustad Sukino, sebagai Ulama dari Majelis Tafsir Al-Qur’an kurang

menghormati Ulama beserta ajarannya dari golongan Islam lainnya.

Menurut Ustadzah Solaehah, Anjing hukumnya adalah najis, sedangkan

barang yang najis, haram hukumnya kalau dimakan atau diminum. Anjing adalah

termasuk hewan pemakan daging yang mengisyaratkan keharamannya apabila

dikonsumsi oleh orang Islam. Saren, adalah makanan yang terbuat dari darah hewan.

Darah yang mengalir hukumnya adalah haram apabila dikonsumsi, walaupun darah

tersebut sudah dikumpulkan dalam wadah dan diolah menjadi produk makanan.

Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan Nyatus apabila dikerjakan

tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik, asalkan diniati karena

Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Nelung Dino, adanya tahlilan, adanya

tumpeng pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik. Tahlilan yang dibaca juga

dari Al-Qur’an, untuk masalah Tumpeng juga nantinya akan dibagi-bagikan dan

dimakan bersama. Tumpeng memang bentuknya seperti gunungan, namanya orang

Jawa pasti sarat akan pemaknaan simbolis, yang terpenting semuanya apa yang

dikerjakan tetap diniati karena Allah SWT. Aqiqoh menurut Nahdatul Ulama

dianjurkan untuk dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila

belum mampu boleh dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang mampu, dan itu

semua tidak menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri. Kemudian

Page 23: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

77

masalah hasil dari hewan kurban, memang diharuskan dibagikan secara adil-

seadilnya, namun apabila bagian yang sulit untuk dibagi secara adil dan nantinya

dikhawatirkan mengarah ke hal yang mubazir, seperti pada bagian kaki, kepala, atau

kulit, diperbolehkan untuk dijual kemudian uang hasil penjualan tersebut dibagikan

kembali kepada orang yang berhak mendapatkannya. Kalau kulit sapi dituntut untuk

dibagi secara adil masih dalam bentuk kulit, tentunya dipastikan orang hanya

mendapatkan bagian yang kecil-kecil dan tidak akan ada nilainya lagi (mubazir).

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang meremehkan Ulama lain, karena

mengatakan “jangan mengikuti Ulama untuk dijadikan panutan, sebagai panutan

yang pasti benar adalah nabi Muhammad SAW”. Ustad Sukino juga mudah

mengatakan apa yang dikerjakan orang lain adalah perbuatan yang mengarah ke

kemusrikan. Ustadzah Solaehah menilai sudah sepatutnya sesama orang Islam saling

menghormati dan menghargai karena apa yang dilakukan oleh orang dari golongan

Islam lain tentunya memiliki dasar kebenaran menurut mereka sendiri. Pada dasarnya

ilmu agama yang kita peroleh sampai saat ini, diturunkan dari generasi-kegenerasi,

dari nabi Muhammad SAW kepada para Sahabat Nabi, lalu kepada para Ulama dan

sampailah kepada kita saat ini.

5.2.2. Penyerapan, pemahaman, dan evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh

Ustad Rois.

5.2.2.1. Penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi oleh Ustad

Rois.

Ustad Rois pada awalnya merasa senang dengan hadirnya radio siaran MTA

FM, ini dikarenakan kualitas siaran radio MTA FM dapat diterima lebih baik

dibandingkan dengan siaran radio dakwah Islam lainnya. Kebutuhan akan

informasinya tentang pengetahuan Islam seakan terpenuhi saat mendengarkan

progam acara Jihad Pagi MTA FM. Ia dapat mendengarkannya hampir setiap waktu,

karena progam acara ini selain hadir saat siaran langsung pada hari Minggu pagi, juga

disiarkan rekaman ulang disetiap harinya. Selain sebagai sarana menimba ilmu

Page 24: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

78

tentang Islam, siaran progam acara Jihad Pagi oleh Ustad Rois digunakan sebagai

media pembanding antara pemahaman (ajaran) Islam menurut Nahdatul Ulama

dengan Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui kegiatan mendengarkan siaran Jihad Pagi

MTA FM, Ustad Rois mendapatkan pemahaman Islam yang sebagian besar sama

dengan apa yang diyakininya selama ini misalnya tentang rukun Islam (Syahadad,

Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji), namun disisi lain Ustad Rois juga mendapatkan

informasi yang menurutnya bersifat “baru”. Ustad Sukino menurut Ustad Rois adalah

seorang Guru Besar atau Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang

memberikan pemahaman Islam kepada jama’ah Majelis Tafsir Al-Qur’an pada

progam acara Jihad Pagi. Dari suaranya, oleh Ustad Rois, Ustad Sukino digambarkan

orang yang terlalu mudah menilai apa yang dilakukan oleh orang lain adalah

perbuatan musrik (menyekutukan Allah SWT). Kemudian pada aspek masalah halal-

haram, ia mendengarkan dari penjelasan Ustad Sukino bahwa daging Anjing adalah

halal hukumnya, namun dilain waktu pernyataan tersebut disangkal sendiri oleh

Ustad Sukino dengan mengatakan daging Anjing adalah haram hukumnya. Majelis

Tafsir Al-Qur’an menganggap Tumpeng dan Ingkungan mengidentifikasikan

perbuatan Syirik/Musrik. Kegiatan yang bersifat tradisi dan identik dengan tahlilan

seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dan lain sebagainya tidak ada dan

tidak dikerjakan oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an, bahkan dianggap haram hukumnya

dengan alasan tidak ada dasarnya dalam Islam. Kemudian pada konteks Tahlilan, nasi

atau makanan-minuman (berkatan) yang disajikan, juga dinilai haram karena

dianggap diniati untuk dipersembahkan kepada orang yang telah meninggal. Aqiqoh

menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an, pelaksanakannya harus dilakukan pada hari

ketujuh, terhitung sejak dari kelahiran anak.

5.2.2.2. Pengertian atau pemahaman acara Jihad Pagi oleh Ustad Rois.

Ustad Rois mengklasifikasikan apa yang didapatkannya dari proses

mendengarkan progam acara Jihad Pagi MTA FM. Pertama, adalah pengetahuan

tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) yang dianggap sama

dengan pemahamannya sendiri. Kedua, mengenai pengetahuan akan hal yang

Page 25: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

79

dianggap baru, termasuk disini adalah diharamkannya Tahlilan. Tidak adanya tradisi

yang identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, Nyatus

dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an. MTA menggolongkan ke

perbuatan syirik/musrik bagi orang yang menjalankan tradisi yang identik dengan

Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa

pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Ketiga, pengetahuan

terhadap Ustad Sukino, sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang

dianggap terlalu mudah menilai orang lain mengerjakan perbuatan syirik

(menyekutukan Allah SWT).

Sebagai hasil dari proses pengklasifiksian ini, Ustad Rois mengerti bahwa

pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi MTA FM, terdapat hal baru

yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan itu berbeda dengan

keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

5.2.2.3. Evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh Ustad Rois.

Pada tahap ini Ustad Rois menggunakan pemahaman Islam yang diyakininya

yaitu ajaran Islam Nahdatul Ulama sebagai alat evaluasi pemahaman barunya tentang

Islam (Majelis Tafsir Al-Qur’an) yang diperoleh dari progam acara Jihad Pagi MTA

FM.

1. Evaluasi pengertian tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Rukun Islam merupakan syarat utama yang wajib dikerjakan oleh orang yang

mengaku dirinya sebagai orang Islam. Nahdatul Ulama sebagai panutan dalam

berIslam oleh Ustad Rois, menyebutkan bahwa rukun Islam ada 5 (lima) unsur yang

diwajibkan untuk dikerjakan bagi seluruh pemeluknya tanpa adanya pengecualian,

diantaranya adalah Syahadat (meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan, dan nabi

Muhammad SAW adalah utusannya), Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji (bagi yang telah

mampu). Rukun Islam ini sama dengan apa yang diajarkan oleh Majelis Tafsir Al-

Qur’an melalui siaran progam acara Jihad Pagi, sehingga Majelis Tafsir Al-Qur’an

tergolong bukan aliran sesat, berbeda misalnya dengan Ahmadiyah yang dianggap

Page 26: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

80

mengajarkan aliran sesat karena meyakini bahwa nabi Muhammad bukan utusan

Allah SWT yang terakhir kali, masih ada nabi lain setelah nabi Muhammad SAW.

2. Evaluasi pengertian akan hal yang dianggap baru.

Pengetahuan “baru” termasuk disini adalah diharamkannya Tahlilan. Tidak

adanya tradisi yang identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi, Mitung Dino,

Mitoni, Nyatus dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an. Majelis Tafsir

Al-Qur’an menggolongkan ke perbuatan syirik/musrik bagi orang yang menjalankan

tradisi yang identik dengan Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya oleh Majelis

Tafsir Al-Qur’an bahwa pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran

anak.

Menurut Ustad Rois, Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan

Nyatus apabila dikerjakan tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik,

asalkan diniati karena Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Nelung Dino, adanya

tahlilan, adanya tumpeng pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik. Nahdatul

Ulama melakukan kegiatan tahlilan seperti itu, pastinya punya dasar yang kuat.

Misalnya mendoakan orang tua adalah kewajiban anak, sedangkan doa dari anak

yang saleh kepada orang tua adalah amal ibadah yang tidak bisa putus. Bentuk-bentuk

makanan seperti Ingkung, Tumpeng, dan Nasi Golong tidak akan menggiring kearah

kesyirikan asalkan diniati untuk Shodakoh (beramal). Aqiqoh menurut Nahdatul

Ulama dianjurkan untuk dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun

apabila belum mampu boleh dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang

mampu, dan itu semua tidak menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri.

3. Evaluasi pengertian terhadap Ustad Sukino.

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang menyebut orang lain berada dalam ranah

kemusrikan. Ustad Rois menilai sudah sepatutnya sesama orang Islam saling

menghormati dan menghargai karena apa yang dilakukan oleh orang dari golongan

lain tentunya memiliki dasar kebenaran menurut mereka sendiri. Pada dasarnya

Page 27: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

81

menurut Al-Hadist, Islam nantinya akan terbagi menjadi 73 (tujuh puluh tiga)

golongan di akhir Zaman.

Dari berbagai macam penjelasan evaluative diatas, Ustad Rois menilai bahwa,

Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an bukan termasuk aliran sesat, akan tetapi Majelis

Tafsir Al-Qur’an ini, mempunyai sebagian dari pemahaman Islam yang tidak bisa

diterapkan dalam kehidupan pribadinya dan lingkup komunitas Nahdatul Ulama.

Ustad Rois menganggap bahwa Ustad Sukino, sebagai Ulama dari Majelis Tafsir Al-

Qur’an kurang menghormati pemahaman Islam dari golongan lainnya.

5.2.2.4. Analisa persepsi Ustad Rois terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

melalui progam acara Jihad Pagi

a) Tahap penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi

Dari nara sumber Ustad Rois, yang telah diwawancarai secara mendalam oleh

peneliti, melalui radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi, Ormas Majelis Tafsir

Al-Qur’an (MTA) pada dasarnya mempunyai pemahaman tentang rukun Islam yang

sama dengan apa yang diyakininya yaitu mengenai konteks Syahadat, Sholat, Zakat,

Puasa, dan Haji. Disisi lain, melalui Ustad Sukino sebagai pengampu progam acara

Jihad Pagi, MTA menyebutkan bahwa daging Anjing adalah halal hukumnya, namun

dilain waktu pernyataan tersebut disangkal sendiri oleh Ustad Sukino dengan

mengatakan daging Anjing adalah haram hukumnya. Majelis Tafsir Al-Qur’an

menganggap Tumpeng dan Ingkungan mengidentifikasikan perbuatan Syirik/Musrik.

Kegiatan yang bersifat tradisi dan identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi,

Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dan lain sebagainya tidak ada dan tidak dikerjakan oleh

Majelis Tafsir Al-Qur’an, bahkan dianggap haram hukumnya dengan alasan tidak ada

dasarnya dalam Islam. Kemudian pada konteks Tahlilan, nasi atau makanan-minuman

(berkatan) yang disajikan, juga dinilai haram karena dianggap diniati untuk

dipersembahkan kepada orang yang telah meninggal. Aqiqoh menurut Majelis Tafsir

Al-Qur’an, pelaksanakannya harus dilakukan pada hari ketujuh, terhitung sejak dari

kelahiran anak. Dari progam acara Jihad Pagi ini setidaknya didapatkan gambaran

umum tentang Ormas MTA. Kesemuanya informasi tersebut diperoleh Ustad Rois

Page 28: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

82

saat mendengarkan progam acara Jihad Pagi, baik yang secara langsung disiarkan

pada Ahad pagi atau pada jam-jam siaran ulangnya.

Teori stimulasi memandang manusia sebagai mahluk yang lapar “stimuli”,

yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha

memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Hasrat ingin tahu, kebutuhan

untuk mendapatkan rangsangan emosional, dan keinginan untuk menghindari

kebosanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Rakhmat, 2008:212). Sebagai

seorang pemeluk agama Islam sekaligus seorang Ustad yang berperan memberikan

pemahaman tentang Islam kepada orang lain, Ustad Rois merasa perlu membekali

dirinya dengan pemahaman Islam secara luas. Hal ini salah satunya dilakukan dengan

cara mencari informasi Islami dari media massa radio. Radio dirasakan memiliki

keunggulan karena dapat didengarkan walaupun sedang melakukan aktifitas

keseharian lainnya. Meskipun saat ini muncul media televisi yang bersifat audial dan

visual; pesawat radio tetap tidak tergeser oleh perkembangan media massa televisi,

sebab untuk menikmati suatu acara dari pesawat televisi, khalayak tidak dapat

beranjak dari kursi di depan pesawat, sedangkan dari pesawat radio dapat dinikmati

sambil mandi dan bekerja, atau sambil mengemudikan kendaran (Effendy, 2004: 107-

108). Melalui aktifitas mendengarkan radio dakwah Islami, Ustad Rois

mengharapkan mendapatkan pengetahuan luas tentang agama Islam sehingga apa

yang diketahuinya layak untuk ditularkan kepada masyarakat luas, khusus kaum

Nahdiyin (Nahdatul Ulama) di Kecamatan Susukan. Selective exposure dimaksudkan

bahwa orang cenderung memilih informasi berdasarkan liputan yang disenangi.

Pilihan terhadap informasi bisa menurut ideologi, agama, suku, dan pekerjaan

(Cangara, 1998:162).

Radio komunitas MTA FM, menjadi pilihan untuk ia dengarkan dibandingkan

dengan radio dakwah lainnya karena, radio MTA FM ini memiliki kualitas

penerimaan sinyal yang terbaik sehingga Ustad Rois merasa nyaman ketika

mendengarkan siaran dari radio tersebut. Jihad Pagi adalah Pengajian Ahad Pagi yang

diampu oleh Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukino selaku Ketua Umum Ormas/Yayasan

Page 29: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

83

Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA). Jihad Pagi (Live) adalah program siaran pengajian

Ahad pagi yang disiarkan secara langsung setiap Ahad pagi mulai pukul 07:00 s/d

10:30 Wib. Pada pengajian Ahad pagi ini peserta diberikan materi berupa brosur

dengan tema yang berbeda-beda dan berkelanjutan setiap hari Ahadnya. Peserta juga

dapat bertanya sesuai materi yang dibahas pada kesempatan tersebut baik melalui

tertulis maupun langsung melalui microphone yang ada. Jihad Pagi (Recorded)

adalah program pengajian yang disiarkan melalui radio MTA FM yang merupakan

rekaman dari pengajian yang diselenggarakan setiap Ahad pagi. Setiap harinya

menyiarkan ulang pengajian Ahad pagi episode lalu, yang disiarkan menjadi 3 waktu

yaitu:

Jihad Pagi 1 : 06:00 s/d 07:00 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian awal.

Jihad Pagi 2 : 14:00 s/d 15:30 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian akhir

(lanjutan).

Jihad Pagi hari ini : 19:00 s/d 21:30 Wib, siaran ulang jihad pagi secara utuh

(gabungan 1 & 2).

Peneliti menilai, jam siar pada progam Jihad Pagi setiap harinya, baik secara

Live maupun Recorded turut menjadikan progam ini mendapatkan perhatian lebih

dari Ustad Rois dibandingkan dengan progam-progam acara radio MTA FM lainnya.

Misalnya saja, pada hari Senin s/d Sabtu progam Jihad Pagi mengudara secara

periodik dengan total waktu selama 5 (lima) jam, sedangkan pada hari Ahad

(Minggu) progam acara ini mampu mengudara dengan total waktu selama 7,5 jam.

Intensitas siaran dari progam acara Jihad Pagi yang sedemikian rupa (disiarkan secara

berulang-ulang) melebihi intensitas siaran progam-progam acara radio MTA FM

lainnya, mendorong Ustad Rois lebih memperhatikan progam acara Jihad Pagi

tersebut dibandingkan progam-progam lainnya. Dijelaskan oleh Rakhmat (2008:52),

faktor eksternal penarik perhatian diantaranya adalah faktor intensitas stimuli dan

perulangan. Pemahaman tentang intensitas stimuli itu sendiri adalah sebagaimana

manusia akan lebih memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain.

Sedangkan apa yang disebut dengan perulangan adalah Kesemua hal yang disajikan

Page 30: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

84

berulangkali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian. Keunggulan

lainnya dari progam acara Jihad pagi MTA FM ini adalah mampu memberikan

pemahaman Islam secara luas menurut sudut pandang Majelis Tafsir Al-Qur’an. Ini

tentunya juga dimanfaatkan oleh Ustad Rois sebagai media pembanding antara

pemahaman Islam sesuai keyakinannya dengan pemahaman Islam menurut Majelis

Tafsir Al-Qur’an.

b) Tahap pengertian atau pemahaman terhadap progam acara Jihad Pagi

Ustad Rois menyatakan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA)

melalui progam acara Jihad Pagi mengajarkan pemahaman Islam yang adakalanya

berseberangan (berbeda) dengan pemahaman Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan. Ustad Sukino, salah seorang tokoh kunci dalam progam acara Ahad Pagi

tersebut, memberikan pemahaman kepada khalayak luas bahwa Ormas MTA

mengembalikan kebenaran ajaran Islam sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadist

sesuai pemahaman MTA itu sendiri. Sebagian besar ajaran tentang Islam dari Ustad

Sukino pada progam acara Jihad Pagi selaras dengan apa yang selama ini telah

diajarkan oleh para Ulama NU, namun disisi lain terdapat juga beberapa ajaran dari

Ustad Sukino (MTA) yang dianggap sebagai pengetahuan baru. Dari hasil wawancara

dan observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap Ustad Rois, dapat diketahui

bahwa, ia hanya mendengarkan progam acara Jihad Pagi di radio siaran komunitas

MTA FM untuk mengetahui gambaran Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui

progam acara Jihad Pagi ini, Ustad Rois mendapatkan informasi-informasi terbarukan

tentang ajaran Islami dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) seperti

pemahaman MTA tentang Aqiqoh, Tahlilan dan lain sebagainya yang telah peneliti

jelaskan di muka.

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi

menonjol dalam kesadaran saat stimuli lainnya melemah (Andersen, 1972:46). Faktor

perhatian (attention) ini sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi. Peneliti melihat

bahwa Ustad Rois lebih memperhatikan isi berupa informasi-informasi yang bersifat

terbarukan (Novelity), saat mendengarkan siaran progam acara Jihad Pagi MTA FM.

Page 31: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

85

Faktor situasional kadang juga disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat

eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Kebaruan (Novelity) dapat

dimaknai sebagai Kesemua hal yang baru yang luar biasa, yang berbeda, akan

menarik perhatian. Informasi yang terbarukan dari progam Jihad Pagi MTA FM

menurut Ustad Rois, antara lain; Majelis Tafsir Al-Qur’an mengharamkan nasi

Tumpeng serta Ingkung, menganggap perbuatan Syirik (menyekutukan Allah SWT)

dan haram pada tradisi yang identik dengan Tahlilan seperti tradisi Slametan, Nyatus

dan lain sebagainya. Kemudian adanya perbedaan pemahaman tentang Aqiqoh,

Kesemuanya itu disimpulkan Ustad Rois sebagai bentuk ”inovasi berIslam” dari

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Informasi-informasi terbarukan (inovasi berIslam dari

MTA), kemudian mendapatkan perhatian lebih dari Ustad Rois, sehingga melalui

informasi-informasi terbarukan dapat dikelompokan sebagai pengetahuan yang

bersifat baru. Disisi lain terdapat informasi mengenai Islam secara luas yang

dirasakan sama, dengan apa yang telah ia pahami selama ini, termasuk dalam hal ini

adalah pemahaman tentang rukun Islam (Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji).

Adapun konten Jihad Pagi lainnya yang menarik perhatian dari Ustad Rois adalah

pesan paralinguistik dari Ustad Sukino sebagai pengampu progam acara Jihad Pagi.

Pesan Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara

mengucapkan pesan verbal (Rakhmat, 2008:292). Dari pesan paralinguistiknya, Ustad

Sukino dianggap meremehkan para Ulama dari golongan Islam lainnya. Ustad Sukino

dalam progam acara Jihad Pagi mudah mengatakan apa yang dikerjakan oleh orang

dari golongan Islam lainnya adalah perbuatan kemusrikan, misalnya ini terjadi pada

konteks tahlilan. Dari pengelompokan informasi tersebut oleh Ustad Rois dapat

dipilah, disatu sisi pamahaman rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an memiliki

pengetahuan yang sama dengan keyakinannya, dan pada sisi lainnya; terdapat

perbedaan dengan keyakinanannya mengenai informasi Islam terbarukan dan

gambaran pribadi dari Ustad Sukino. Ustad Rois merupakan penggiat Islami dari

komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Oleh karena itu, dari Ustad Rois

terdapat pengertian bahwa pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi

Page 32: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

86

MTA FM, terdapat hal baru yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan

itu berbeda dengan keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

Pada aspek lain peneliti melihat, Ustad Rois termasuk bagian dari komunitas

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan yang terpengaruh dengan divusi inovasi dari

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Rogers (Effendy, 2003:284) mendefinisikan difusi sebagai

suatu proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka

waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an

innovation is communicated through certain channels over time among the members

of a sosial system). Informasi-informasi terbarukan dari Majelis Tafsir Al-Qur’an

yang disebarluaskan melalui radio komunitas MTA FM berhasil dimengerti oleh

Ustad Rois, namun hanya dalam batasan pengetahuan saja. Hal ini dikarenakan

inovasi berIslam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an tidak serta merta langsung diadopsi

oleh Ustad Rois, namun melewati proses evaluasi yang mendalam yang menentukan

apakah inovasi tersebut layak atau tidak untuk diadopsi.

c) Tahap evaluasi terhadap progam acara Jihad Pagi

Istilah disonansi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini

berarti ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang

terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mencari

dalih untuk mengurangi disonansinya itu. Jika seseorang mempunyai informasi atau

opini yang tidak menuju kearah menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan

menimbulkan disonansi dengan perilaku. Apabila disonansi tersebut terjadi, maka

orang akan berupaya menguranginya dengan jalan merubah perilakunya, kepercayaan

atau opininya (Effendy, 2003:262). Dari pengelompokan informasi/pengetahuannya

terhadap progam acara Jihad Pagi MTA FM, terdapat 2 (dua) kelompok informasi

yang mendapatkan perhatian lebih yaitu mengenai informasi terbarukan dari

pemahaman Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an dan pengetahuannya terhadap pribadi

dari Ustad Sukino. Kedua kelompok informasi ini, menggiring Ustad Rois kearah

adanya ketidakpastian dalam dirinya. Ketidakpastian ini muncul sebagai akibat

adannya pengetahuannya akan perbedaan pemahaman Islam menurut Majelis Tafsir

Page 33: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

87

Al-Qur’an dengan pemahaman Islam menurut Nahdatul Ulama yang selama ini ia

yakini dan amalkan dikehidupan nyata. Oleh karena itu, Ustad Rois mengingat

kembali dasar-dasar tuntunan Nahdatul Ulama yang tersimpan dalam memorinya dan

kemudian membandingkannya dengan informasi Islam terbarukan dari Majelis Tafsir

Al-Qur’an yang diperolehnya dalam progam acara Jihad Pagi MTA FM. Memori

adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup

merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing

perilakunya (Rakhmat, 2008:62). Selain itu, Ustad Rois juga mendapatkan

bimbingan-bimbingan dari para Ulama lainnya saat menghadiri pengajian-pengajian

umum di Kecamatan Susukan, sehingga hal tersebut dapat menjadi faktor untuk

memperkuat kayakinannya akan kebenaran berIslam sesuai tuntunan-tuntunan dari

Nahdatul Ulama yang sejauh ini ia kerjakan. Disebutkan oleh peneliti mengacu pada

studi komunikasi, Ustad Rois dan jama’ah lainnya dalam pengajian-pengajian umum

telah mendapatkan suntikan argumentasi balasan (counterarguments) dari para Ulama

NU agar tidak terkena pengaruh dari golongan Islam lainnya, termasuk Ormas

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Teori inokulasi (suntikan) menyatakan bahwa lebih baik

mempersenjatai terbujuk (persuadee) dengan counterarguments daripada

membiarkan tidak siap menyangkal perspektif lawan. Orang yang tidak memiliki

informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut,

maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk, oleh karena ia tidak siap

untuk menolak argumentasi si persuader atau pembujuk. Suatu cara untuk

membuatnya agar tidak terkena pengaruh adalah menyuntiknya dengan argumentasi

balasan (counterarguments) (Effendy, 2003:263).

Dari hasil pemanggilan memorinya tentang pengetahuan pemahaman Islam

Nahdatul Ulama yang dipertegas dengan adanya inokulasi terhadap dirinya, Ustad

Rois dapat menyimpulkan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an mempunyai

sebagian dari pemahaman Islam yang tidak bisa diterapkan dalam kehidupan

pribadinya dan lingkup komunitas Nahdatul Ulama. Ustad Rois menganggap bahwa

Page 34: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

88

Ustad Sukino, sebagai Ulama dari Majelis Tafsir Al-Qur’an kurang menghormati

Ulama beserta ajarannya dari golongan Islam lainnya.

Menurut Ustad Rois, Anjing hukumnya adalah najis, sedangkan barang yang

najis, haram hukumnya kalau dimakan atau diminum. Anjing adalah termasuk hewan

pemakan daging yang mengisyaratkan keharamannya apabila dikonsumsi oleh orang

Islam. Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan Nyatus apabila

dikerjakan tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik, asalkan diniati

karena Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Slametan, adanya tahlilan, adanya

tumpeng pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik. Tahlilan yang dibaca juga

dari Al-Qur’an, untuk masalah Tumpeng juga nantinya akan dibagi-bagikan dan

dimakan bersama. Tumpeng memang bentuknya seperti gunungan, namanya orang

Jawa pasti sarat akan pemaknaan simbolis, yang terpenting semuanya apa yang

dikerjakan tetap diniati karena Allah SWT. Aqiqoh menurut Nahdatul Ulama

dianjurkan untuk dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila

belum mampu boleh dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang mampu, dan itu

semua tidak menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri.

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang meremehkan Ulama lain, karena

mengatakan apa yang dikerjakan oleh umat Islam dari golongan lainnya, misalnya

pada tradisi Slametan adalah mengarah keperbuatan syirik (kemusrikan). Ustad Rois

menilai sudah sepatutnya sesama orang Islam saling menghormati dan menghargai

karena apa yang dilakukan oleh orang dari golongan Islam lain tentunya memiliki

dasar kebenaran menurut mereka sendiri.

5.2.3. Penyerapan, pemahaman, dan evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh

Pramudi.

5.2.3.1. Penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi oleh

Pramudi.

Pramudi pada awalnya merasa senang dengan hadirnya radio siaran MTA FM,

ini dikarenakan kualitas siaran radio MTA FM dapat diterima lebih baik

Page 35: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

89

dibandingkan dengan siaran radio dakwah Islam lainnya. Kebutuhan akan

informasinya tentang pengetahuan Islam seakan terpenuhi saat mendengarkan

progam acara Jihad Pagi MTA FM. Ia dapat mendengarkannya hampir setiap waktu,

karena progam acara ini selain hadir saat siaran langsung pada hari Minggu pagi, juga

disiarkan rekaman ulang disetiap harinya. Selain sebagai sarana menimba ilmu

tentang Islam, siaran progam acara Jihad Pagi oleh Pramudi digunakan sebagai media

pembanding antara pemahaman (ajaran) Islam menurut Nahdatul Ulama dengan

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui kegiatan mendengarkan siaran Jihad Pagi MTA

FM, Pramudi mendapatkan pemahaman Islam yang sebagian besar sama dengan yang

diyakininya selama ini misalnya tentang rukun Islam (Syahadad, Sholat, Zakat,

Puasa, dan Haji), namun disisi lain Pramudi juga mendapatkan informasi yang

menurutnya bersifat “baru”. Ustad Sukino menurut Pramudi adalah seorang Guru

Besar atau Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang memberikan pemahaman

Islam kepada jama’ah Majelis Tafsir Al-Qur’an pada progam acara Jihad Pagi. Dari

dakwahnya di progam acara Jihad pagi, oleh Pramudi, Ustad Sukino digambarkan

orang yang tidak terlalu paham dengan permasalahan budaya. Hal ini dikarenakan

mudah menilai apa yang dilakukan oleh orang lain adalah perbuatan musrik

(menyekutukan Allah SWT), misalnya pada tradisi Mitoni, Nelung Dino, Sepasaran

dan lain sebagainya. Kemudian pada aspek masalah halal-haram, ia mendengarkan

dari penjelasan Ustad Sukino bahwa daging Anjing adalah halal hukumnya. Kegiatan

yang bersifat tradisi dan identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi, Mitung Dino,

Mitoni, Nyatus dan lain sebagainya tidak ada dan tidak dikerjakan oleh Majelis Tafsir

Al-Qur’an, bahkan dianggap haram hukumnya dengan alasan tidak ada dasarnya

dalam Islam. Aqiqoh menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an, pelaksanakannya harus

dilakukan pada hari ketujuh, terhitung sejak dari kelahiran anak dan biaya

pelaksanaan Aqiqoh tidak boleh dari hasil Utang-Piutang.

5.2.3.2. Pengertian atau pemahaman acara Jihad Pagi oleh Pramudi.

Pramudi mengklasifikasikan apa yang didapatkannya dari proses

mendengarkan progam acara Jihad Pagi MTA FM. Pertama, adalah pengetahuan

Page 36: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

90

tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang dianggap sama dengan

pemahamannya sendiri. Kedua, mengenai pengetahuan akan hal yang dianggap baru,

termasuk disini adalah dihalalkannya Anjing dan diharamkannya tradisi-tradisi Jawa

yang identik dengan Tahlilan. Majelis Tafsir Al-Qur’an menggolongkan ke perbuatan

syirik/musrik bagi orang yang menjalankan tradisi yang identik dengan tahlilan,

Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa

pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran anak dan biaya pelaksanaan

Aqiqoh tidak boleh dari hasil Utang-Piutang. Ketiga, pengetahuan terhadap Ustad

Sukino, sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, ia digambarkan sebagai

orang yang tidak terlalu paham dengan permasalahan budaya. Hal ini dikarenakan

Ustad Sukino mudah menilai apa yang dilakukan oleh orang lain adalah perbuatan

musrik (menyekutukan Allah SWT), misalnya pada tradisi Mitoni, Nelung Dino,

Sepasaran dan lain sebagainya.

Sebagai hasil dari proses pengklasifiksian ini, Pramudi mengerti bahwa

pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi MTA FM, terdapat hal baru

yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan itu berbeda dengan

keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

5.2.3.3. Evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh Pramudi.

Pada tahap ini, Pramudi menggunakan pemahaman Islam yang diyakininya

yaitu ajaran Islam Nahdatul Ulama sebagai alat evaluasi pemahaman barunya tentang

Islam (Majelis Tafsir Al-Qur’an) yang diperoleh dari progam acara Jihad Pagi MTA

FM.

1. Evaluasi pengertian tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Rukun Islam merupakan syarat utama yang wajib dikerjakan oleh orang yang

mengaku dirinya sebagai orang Islam. Nahdatul Ulama sebagai panutan dalam

berIslam oleh Pramudi, menyebutkan bahwa rukun Islam ada 5 (lima) unsur yang

diwajibkan untuk dikerjakan bagi seluruh pemeluknya tanpa adanya pengecualian,

diantaranya adalah Syahadat (meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan, dan nabi

Muhammad SAW adalah utusannya), Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji (bagi yang telah

Page 37: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

91

mampu). Rukun Islam ini sama dengan apa yang diajarkan oleh Majelis Tafsir Al-

Qur’an melalui siaran progam acara Jihad Pagi, sehingga Majelis Tafsir Al-Qur’an

tergolong bukan aliran sesat, berbeda misalnya dengan Ahmadiyah yang dianggap

mengajarkan aliran sesat karena meyakini bahwa nabi Muhammad bukan utusan

Allah SWT yang terakhir kali, masih ada nabi lain setelah nabi Muhammad SAW.

2. Evaluasi pengertian akan hal yang dianggap baru.

Pengetahuan “baru” termasuk disini adalah dihalalkannya Anjing dan

diharamkannya Tahlilan. Tidak adanya tradisi yang identik dengan tahlilan seperti

Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dalam kehidupan masyarakat Majelis

Tafsir Al-Qur’an. Majelis Tafsir Al-Qur’an menggolongkan ke perbuatan

syirik/musrik bagi orang yang menjalankan tradisi yang identik dengan tahlilan,

Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa

pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran anak dan biaya pelaksanaan

Aqiqoh tidak boleh dari hasil Utang-Piutang.

Menurut Pramudi, Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan

Nyatus apabila dikerjakan tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik,

asalkan diniati karena Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Nelung Dino, adanya

tahlilan dan adanya tumpeng pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik. Nahdatul

Ulama melakukan kegiatan tahlilan seperti itu, pastinya punya dasar yang kuat.

Tradisi semacam itu sudah ada sejak zaman perjuangan Wali Songo dalam

mengislamkan pulau Jawa. Bentuk-bentuk makanan seperti Ingkung, Tumpeng, dan

Nasi Golong tidak akan menggiring kearah kesyirikan asalkan diniati untuk

Shodakoh (beramal). Aqiqoh menurut Nahdatul Ulama dianjurkan untuk dilakukan

pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila belum mampu boleh

dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang mampu, dan itu semua tidak

menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri. Kemudian dijelaskan oleh

Pramudi bahwa Anjing termasuk hewan najis, apabila tersentuh dan terkena air

liurnya maka perlu disucikan sesuai syariat Islam. Sehingga daging atau bagian tubuh

Page 38: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

92

dari anjing lainnya yang hukumnya najis tadi, apabila dikonsumsi maka haram

hukumnya.

3. Evaluasi pengertian terhadap Ustad Sukino.

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang menyebut orang lain berada dalam ranah

kemusrikan. Pramudi menilai sudah sepatutnya sesama orang Islam saling

menghormati dan menghargai karena apa yang dilakukan oleh orang dari golongan

lain tentunya memiliki dasar kebenaran menurut mereka sendiri, dan sejarah sudah

membuktikan dengan adanya akulturasi budaya Jawa dan Islam mampu menjadikan

Islam menjadi agama mayoritas di Indonesia. Semuanya yang terpenting adalah

niatnya untuk Allah SWT.

Dari berbagai macam penjelasan evaluative diatas, Pramudi menilai bahwa,

Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an bukan termasuk aliran sesat, akan tetapi Majelis

Tafsir Al-Qur’an ini, mempunyai sebagian dari pemahaman Islam yang tidak bisa

diterapkan dalam kehidupan pribadinya dan lingkup komunitas Nahdatul Ulama.

Pramudi menganggap bahwa Ustad Sukino, sebagai Ulama dari Majelis Tafsir Al-

Qur’an kurang menghormati pemahaman Islam dari golongan lainnya.

5.2.3.4. Analisa persepsi Pramudi terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

melalui progam acara Jihad Pagi

a) Tahap penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi

Dari nara sumber Pramudi, yang telah diwawancarai secara mendalam oleh

peneliti, melalui radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi, Ormas Majelis Tafsir

Al-Qur’an (MTA) pada dasarnya mempunyai pemahaman tentang rukun Islam yang

sama dengan apa yang diyakininya yaitu mengenai konteks Syahadat, Sholat, Zakat,

Puasa, dan Haji. Disisi lain, melalui Ustad Sukino sebagai pengampu progam acara

Jihad Pagi, menyebutkan bahwa dihalalkannya Anjing dan diharamkannya Tahlilan.

Tidak adanya tradisi yang identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi, Mitung Dino,

Mitoni, Nyatus dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an. Majelis Tafsir

Al-Qur’an menggolongkan ke perbuatan syirik/musrik bagi orang yang menjalankan

Page 39: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

93

tradisi yang identik dengan tahlilan, Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya

oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah

kelahiran anak dan biaya pelaksanaan Aqiqoh tidak boleh dari hasil Utang-Piutang.

Dari progam acara Jihad Pagi ini setidaknya didapatkan gambaran umum

tentang Ormas MTA. Kesemua informasi tersebut diperoleh Pramudi saat

mendengarkan progam acara Jihad Pagi, baik yang secara langsung disiarkan pada

Ahad pagi atau pada jam-jam siaran ulangnya.

Teori stimulasi memandang manusia sebagai mahluk yang lapar “stimuli”,

yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha

memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Hasrat ingin tahu, kebutuhan

untuk mendapatkan rangsangan emosional, dan keinginan untuk menghindari

kebosanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Rakhmat, 2008:212). Sebagai

seorang pemeluk agama Islam, Pramudi merasa perlu membekali dirinya dengan

pemahaman Islam secara luas. Hal ini salah satunya dilakukan dengan cara mencari

informasi Islami dari media massa radio. Radio dirasakan memiliki keunggulan

karena dapat didengarkan walaupun sedang melakukan aktifitas keseharian lainnya.

Meskipun saat ini muncul media televisi yang bersifat audial dan visual; pesawat

radio tetap tidak tergeser oleh perkembangan media massa televisi, sebab untuk

menikmati suatu acara dari pesawat televisi, khalayak tidak dapat beranjak dari kursi

di depan pesawat, sedangkan dari pesawat radio dapat dinikmati sambil mandi dan

bekerja, atau sambil mengemudikan kendaran (Effendy, 2004: 107-108). Melalui

aktifitas mendengarkan radio dakwah Islami, Pramudi mengharapkan mendapatkan

pengetahuan luas tentang agama Islam sehingga apa yang diketahuinya layak untuk

ditularkan kepada orang lain, misalnya keluarga, kerabat atau lingkungan

terdekatnya. Selective exposure dimaksudkan bahwa orang cenderung memilih

informasi berdasarkan liputan yang disenangi. Pilihan terhadap informasi bisa

menurut ideologi, agama, suku, dan pekerjaan (Cangara, 1998:162)

Radio komunitas MTA FM, menjadi pilihan untuk ia dengarkan dibandingkan

dengan radio dakwah lainnya karena, radio MTA FM ini memiliki kualitas

Page 40: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

94

penerimaan sinyal yang terbaik sehingga Pramudi merasa nyaman ketika

mendengarkan siaran dari radio tersebut. Jihad Pagi adalah Pengajian Ahad Pagi yang

diampu oleh Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukino selaku Ketua Umum Ormas/Yayasan

Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA). Jihad Pagi (Live) adalah program siaran pengajian

Ahad pagi yang disiarkan secara langsung setiap Ahad pagi mulai pukul 07:00 s/d

10:30 Wib. Pada pengajian Ahad pagi ini peserta diberikan materi berupa brosur

dengan tema yang berbeda-beda dan berkelanjutan setiap hari Ahadnya. Peserta juga

dapat bertanya sesuai materi yang dibahas pada kesempatan tersebut baik melalui

tertulis maupun langsung melalui microphone yang ada. Jihad Pagi (Recorded)

adalah program pengajian yang disiarkan melalui radio MTA FM yang merupakan

rekaman dari pengajian yang diselenggarakan setiap Ahad pagi. Setiap harinya

menyiarkan ulang pengajian Ahad pagi episode lalu, yang disiarkan menjadi 3 waktu

yaitu:

Jihad Pagi 1 : 06:00 s/d 07:00 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian awal.

Jihad Pagi 2 : 14:00 s/d 15:30 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian akhir

(lanjutan).

Jihad Pagi hari ini : 19:00 s/d 21:30 Wib, siaran ulang jihad pagi secara utuh

(gabungan 1 & 2).

Peneliti menilai, jam siar pada progam Jihad Pagi setiap harinya, baik secara

Live maupun Recorded turut menjadikan progam ini mendapatkan perhatian lebih

dari Pramudi dibandingkan dengan progam-progam acara radio MTA FM lainnya.

Misalnya saja, pada hari Senin s/d Sabtu progam Jihad Pagi mengudara secara

periodik dengan total waktu selama 5 (lima) jam, sedangkan pada hari Ahad

(Minggu) progam acara ini mampu mengudara dengan total waktu selama 7,5 jam.

Intensitas siaran dari progam acara Jihad Pagi yang sedemikian rupa (disiarkan secara

berulang-ulang) melebihi intensitas siaran progam-progam acara radio MTA FM

lainnya, mendorong Pramudi lebih memperhatikan progam acara Jihad Pagi tersebut

dibandingkan progam-progam lainnya. Dijelaskan oleh Rakhmat (2008:52), faktor

eksternal penarik perhatian diantaranya adalah faktor intensitas stimuli dan

Page 41: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

95

perulangan. Pemahaman tentang intensitas stimuli itu sendiri adalah sebagaimana

manusia akan lebih memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain.

Sedangkan apa yang disebut dengan perulangan adalah Kesemua hal yang disajikan

berulangkali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian. Keunggulan

lainnya dari progam acara Jihad pagi MTA FM ini adalah mampu memberikan

pemahaman Islam secara luas menurut sudut pandang Majelis Tafsir Al-Qur’an. Ini

tentunya juga dimanfaatkan oleh Pramudi sebagai media pembanding antara

pemahaman Islam sesuai keyakinannya dengan pemahaman Islam menurut Majelis

Tafsir Al-Qur’an.

b) Tahap pengertian atau pemahaman terhadap progam acara Jihad Pagi

Pramudi menyatakan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) melalui

progam acara Jihad Pagi mengajarkan pemahaman Islam yang adakalanya

berseberangan (berbeda) dengan pemahaman Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan. Ustad Sukino, salah seorang tokoh kunci dalam progam acara Ahad Pagi

tersebut, memberikan pemahaman kepada khalayak luas bahwa Ormas MTA

mengembalikan kebenaran ajaran Islam sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadist

sesuai pemahaman MTA itu sendiri. Sebagian besar ajaran tentang Islam dari Ustad

Sukino pada progam acara Jihad Pagi selaras dengan apa yang selama ini telah

diajarkan oleh para Ulama NU, namun disisi lain terdapat juga beberapa ajaran dari

Ustad Sukino (MTA) yang dianggap sebagai pengetahuan baru. Dari hasil wawancara

dan observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap Pramudi, dapat diketahui bahwa

ia hanya mendengarkan progam acara Jihad Pagi di radio siaran komunitas MTA FM

untuk mengetahui gambaran Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui progam acara

Jihad Pagi ini, Pramudi mendapatkan informasi-informasi terbarukan tentang ajaran

Islami dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) seperti pemahaman MTA tentang

Aqiqoh, Tahlilan dan lain sebagainya yang telah peneliti jelaskan di muka.

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi

menonjol dalam kesadaran saat stimuli lainnya melemah (Andersen, 1972:46). Faktor

perhatian (attention) ini sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi. Peneliti melihat

Page 42: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

96

bahwa Pramudi lebih memperhatikan isi berupa informasi-informasi yang bersifat

terbarukan (Novelity), saat mendengarkan siaran progam acara Jihad Pagi MTA FM.

Faktor situasional kadang juga disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat

eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Kebaruan (Novelity) dapat

dimaknai sebagai Kesemuanya hal yang baru yang luar biasa, yang berbeda, akan

menarik perhatian. Informasi yang terbarukan dari progam Jihad Pagi MTA FM

menurut Pramudi, antara lain; Majelis Tafsir Al-Qur’an menghalalkan Anjing dan

menganggap perbuatan Syirik (menyekutukan Allah SWT) pada tradisi yang identik

dengan Tahlilan seperti tradisi Slametan, dan Nyatus. Kemudian adanya perbedaan

pemahaman tentang Aqiqoh, serta tidak adanya kegiatan-kegiatan tradisi Jawa yang

identik dengan Tahlilan, Kesemuanyanya itu disimpulkan Pramudi sebagai bentuk

”inovasi berIslam” dari Majelis Tafsir Al-Qur’an. Informasi-informasi terbarukan

(inovasi berIslam dari MTA), kemudian mendapatkan perhatian lebih dari Pramudi,

sehingga melalui informasi-informasi terbarukan dapat dikelompokan sebagai

pengetahuan yang bersifat baru. Disisi lain terdapat informasi mengenai Islam secara

luas yang dirasakan sama, dengan apa yang telah ia pahami selama ini, termasuk

dalam hal ini adalah pemahaman tentang rukun Islam (Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa

dan Haji). Adapun konten Jihad Pagi lainnya yang menarik perhatian dari Pramudi

adalah pesan paralinguistik dari Ustad Sukino sebagai pengampu progam acara Jihad

Pagi. Pesan Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara

mengucapkan pesan verbal (Rakhmat, 2008:292). Dari pesan paralinguistiknya Ustad

Sukino dianggap meremehkan para Ulama dari golongan Islam lainnya. Ustad Sukino

dalam progam acara Jihad Pagi menyebutkan tradisi-tradisi Jawa yang identik dengan

tahlilan adalah perbuatan kemusrikan. Dari pengelompokan informasi tersebut

Pramudi dapat dipilah, disatu sisi pamahaman rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-

Qur’an memiliki pengetahuan yang sama dengan keyakinannya, dan pada sisi

lainnya; terdapat perbedaan dengan keyakinanannya mengenai informasi Islam

terbarukan dan gambaran pribadi dari Ustad Sukino. Dari Pramudi terdapat

pengertian bahwa pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi MTA FM,

Page 43: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

97

terdapat hal baru yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan itu berbeda

dengan keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

Pada aspek lain peneliti melihat, Pramudi termasuk bagian dari komunitas

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan yang terkena divusi inovasi dari Majelis

Tafsir Al-Qur’an. Rogers (dalam Effendy, 2003:284) mendefinisikan difusi sebagai

suatu proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka

waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem sosial (the process by which an

innovation is communicated through certain channels over time among the members

of a sosial system). Informasi-informasi terbarukan dari Majelis Tafsir Al-Qur’an

yang disebarluaskan melalui radio komunitas MTA FM berhasil dimengerti oleh

Pramudi, namun hanya dalam batasan pengetahuan saja. Hal ini dikarenakan inovasi

berIslam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an tidak serta merta langsung diadopsi oleh

Pramudi, namun melewati proses evaluasi yang mendalam yang menentukan apakah

inovasi tersebut layak atau tidak untuk diadopsi.

c) Tahap evaluasi terhadap progam acara Jihad Pagi

Istilah disonansi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini

berarti ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang

terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mencari

dalih untuk mengurangi disonansinya itu. Jika seseorang mempunyai informasi atau

opini yang tidak menuju kearah menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan

menimbulkan disonansi dengan perilaku. Apabila disonansi tersebut terjadi, maka

orang akan berupaya menguranginya dengan jalan merubah perilakunya, kepercayaan

atau opininya (Effendy, 2003:262). Dari pengelompokan informasi/pengetahuannya

terhadap progam acara Jihad Pagi MTA FM, terdapat 2 (dua) kelompok informasi

yang mendapatkan perhatian lebih yaitu mengenai informasi terbarukan dari

pemahaman Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an dan pengetahuannya terhadap pribadi

dari Ustad Sukino. Kedua kelompok informasi ini, menggiring Pramudi kearah

adanya ketidakpastian dalam dirinya. Ketidakpastian ini muncul sebagai akibat

adannya pengetahuannya akan perbedaan pemahaman Islam menurut Majelis Tafsir

Page 44: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

98

Al-Qur’an dengan pemahaman Islam menurut Nahdatul Ulama yang selama ini ia

yakini dan amalkan dikehidupan nyata. Oleh karena itu, Pramudi mengingat kembali

dasar-dasar tuntunan Nahdatul Ulama yang tersimpan dalam memorinya dan

kemudian membandingkannya dengan informasi Islam terbarukan dari Majelis Tafsir

Al-Qur’an yang diperolehnya dalam progam acara Jihad Pagi MTA FM. Memori

adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup

merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing

perilakunya (Rakhmat, 2008:62). Selain itu, Pramudi juga mendapatkan bimbingan-

bimbingan dari para Ulama lainnya saat menghadiri pengajian-pengajian umum di

Kecamatan Susukan, sehingga hal tersebut dapat menjadi faktor untuk memperkuat

kayakinannya akan kebenaran berIslam sesuai tuntunan-tuntunan dari Nahdatul

Ulama yang sejauh ini ia kerjakan. Disebutkan oleh peneliti mengacu pada studi

komunikasi, Pramudi dan jama’ah lainnya dalam pengajian-pengajian umum telah

mendapatkan suntikan argumentasi balasan (counterarguments) dari para Ulama NU

agar tidak terkena pengaruh dari golongan Islam lainnya, termasuk Ormas Majelis

Tafsir Al-Qur’an. Teori inokulasi (suntikan) menyatakan bahwa lebih baik

mempersenjatai terbujuk (persuadee) dengan counterarguments daripada

membiarkan tidak siap menyangkal perspektif lawan. Orang yang tidak memiliki

informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut,

maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk, oleh karena ia tidak siap

untuk menolak argumentasi si persuader atau pembujuk. Suatu cara untuk

membuatnya agar tidak terkena pengaruh adalah menyuntiknya dengan argumentasi

balasan (counterarguments) (Effendy, 2003:263).

Dari hasil pemanggilan memorinya tentang pengetahuan pemahaman Islam

Nahdatul Ulama yang dipertegas dengan adanya inokulasi terhadap dirinya, Pramudi

dapat menyimpulkan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an mempunyai sebagian

dari pemahaman Islam yang tidak bisa diterapkan dalam kehidupan pribadinya dan

lingkup komunitas Nahdatul Ulama. Pramudi menganggap bahwa Ustad Sukino,

Page 45: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

99

sebagai Ulama dari Majelis Tafsir Al-Qur’an kurang menghormati Ulama beserta

ajarannya dari golongan Islam lainnya.

Menurut Pramudi, Anjing hukumnya adalah najis, sedangkan barang yang

najis, haram hukumnya kalau dimakan atau diminum. Anjing adalah termasuk hewan

pemakan daging yang mengisyaratkan keharamannya apabila dikonsumsi oleh orang

Islam. Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan Nyatus apabila

dikerjakan tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik, asalkan diniati

karena Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Nelung Dino, adanya tahlilan, adanya

tumpeng pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik. Tahlilan yang dibaca juga

dari Al-Qur’an, untuk masalah Tumpeng juga nantinya akan dibagi-bagikan dan

dimakan bersama. Tumpeng memang bentuknya seperti gunungan, namanya orang

Jawa pasti sarat akan pemaknaan simbolis, yang terpenting semuanya apa yang

dikerjakan tetap diniati karena Allah SWT. Aqiqoh menurut Nahdatul Ulama

dianjurkan untuk dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila

belum mampu boleh dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang mampu, dan itu

semua tidak menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri.

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang meremehkan Ulama lain, karena

mengatakan tradisi-tradisi Jawa yang identik dengan adannya tahlilan mengarah

keperbuatan syirik (kemusrikan). Pramudi menilai sudah sepatutnya sesama orang

Islam saling menghormati dan menghargai karena apa yang dilakukan oleh orang dari

golongan Islam lain tentunya memiliki dasar kebenaran menurut mereka sendiri.

5.2.4. Penyerapan, pemahaman, dan evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh

Sentot.

5.2.4.1. Penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi oleh Sentot.

Sentot pada awalnya merasa senang dengan hadirnya radio siaran MTA FM,

ini dikarenakan kualitas siaran radio MTA FM dapat diterima lebih baik

dibandingkan dengan siaran radio dakwah Islam lainnya. Kebutuhan akan

informasinya tentang pengetahuan Islam seakan terpenuhi saat mendengarkan

Page 46: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

100

progam acara Jihad Pagi MTA FM. Ia dapat mendengarkannya hampir setiap waktu,

karena progam acara ini selain hadir saat siaran langsung pada hari Minggu (Ahad)

pagi, juga disiarkan rekaman ulang disetiap harinya. Selain sebagai sarana menimba

ilmu tentang Islam, siaran progam acara Jihad Pagi oleh Sentot digunakan sebagai

media pembanding antara pemahaman (ajaran) Islam menurut Nahdatul Ulama

dengan Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui kegiatan mendengarkan siaran Jihad Pagi

MTA FM, Sentot mendapatkan pemahaman Islam yang sebagian besar sama dengan

yang diyakininya selama ini misalnya tentang rukun Islam (Syahadad, Sholat, Zakat,

Puasa, dan Haji), namun disisi lain Sentot juga mendapatkan informasi yang

menurutnya bersifat “baru”. Ustad Sukino menurut Sentot adalah seorang Guru Besar

atau Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang memberikan pemahaman Islam

kepada jama’ah Majelis Tafsir Al-Qur’an pada progam acara Jihad Pagi. Kemudian

pada aspek masalah halal-haram, ia mendengarkan dari penjelasan Ustad Sukino

bahwa daging Anjing adalah halal hukumnya. Kegiatan yang bersifat tradisi Jawa dan

identik dengan tahlilan seperti Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dan lain sebagainya

tidak ada dan tidak dikerjakan oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an, bahkan tradisi semacam

itu dilarang untuk dikerjakan dengan alasan tidak ada dasarnya dalam Islam. Aqiqoh

menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an, pelaksanakannya harus dilakukan pada hari

ketujuh terhitung sejak dari kelahiran anak. Pada konteks dosa perzinahan, disebutkan

oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa dosanya tidak akan diampuni oleh Allah SWT.

5.2.4.2. Pengertian atau pemahaman acara Jihad Pagi oleh Sentot.

Sentot mengklasifikasikan apa yang didapatkannya dari proses mendengarkan

progam acara Jihad Pagi MTA FM. Pertama, adalah pengetahuan tentang rukun

Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang dianggap sama dengan pemahamannya

sendiri. Kedua, mengenai pengetahuan akan hal yang dianggap baru, termasuk disini

adalah dihalalkannya Anjing. Tidak adanya tradisi Jawa yang identik dengan tahlilan

seperti Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-

Qur’an. Majelis Tafsir Al-Qur’an bahkan melarang jama’ahnya untuk tidak

melakukan tradisi-tradisi tersebut karena menurutnya, dalam Islam tidak ada

Page 47: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

101

dasarnya. Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa pelaksanaan Aqiqoh

pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Kemudian Majelis Tafsir Al-Qur’an

menganggap dosa zinah adalah termasuk dosa yang tidak terampuni oleh Allah SWT.

Ketiga, pengetahuan terhadap Ustad Sukino, sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir

Al-Qur’an, ia digambarkan sebagai orang yang dominan memberikan paham Islam

menurut cara pandang Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Sebagai hasil dari proses pengklasifiksian ini, Sentot mengerti bahwa

pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi MTA FM, terdapat hal baru

yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan itu berbeda dengan

keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

5.2.4.3. Evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh Sentot.

Pada tahap ini Sentot menggunakan pemahaman Islam yang diyakininya yaitu

ajaran Islam Nahdatul Ulama sebagai alat evaluasi pemahaman barunya tentang Islam

(Majelis Tafsir Al-Qur’an) yang diperoleh dari progam acara Jihad Pagi MTA FM.

1. Evaluasi pengertian tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Rukun Islam merupakan syarat utama yang wajib dikerjakan oleh orang yang

mengaku dirinya sebagai orang Islam. Nahdatul Ulama sebagai panutan dalam

berIslam oleh Sentot, menyebutkan bahwa rukun Islam ada 5 (lima) unsur yang

diwajibkan untuk dikerjakan bagi seluruh pemeluknya tanpa adanya pengecualian,

diantaranya adalah Syahadat (meyakini bahwa Allah SWT adalah Tuhan, dan nabi

Muhammad SAW adalah utusannya), Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji (bagi yang telah

mampu). Rukun Islam ini sama dengan apa yang diajarkan oleh Majelis Tafsir Al-

Qur’an melalui siaran progam acara Jihad Pagi, sehingga Majelis Tafsir Al-Qur’an

tergolong bukan aliran sesat, berbeda misalnya dengan Ahmadiyah yang dianggap

mengajarkan aliran sesat karena meyakini bahwa nabi Muhammad bukan utusan

Allah SWT yang terakhir kali, masih ada nabi lain setelah nabi Muhammad SAW.

2. Evaluasi pengertian akan hal yang dianggap baru.

Pengetahuan “baru” termasuk disini adalah dihalalkannya Anjing. Tidak

adanya tradisi Jawa yang identik dengan tahlilan seperti Mitung Dino, Mitoni, Nyatus

Page 48: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

102

dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an. MTA bahkan melarang

jama’ahnya untuk tidak melakukan tradisi-tradisi tersebut karena menurutnya,

diajaran Al-Qur’an tidak ada dasarnya. Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an

bahwa pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran anak.

Menurut Sentot, Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan

Nyatus apabila dikerjakan tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik,

asalkan diniati karena Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Nelung Dino, adanya

tahlilan, adanya tumpeng pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik. Nahdatul

Ulama melakukan kegiatan tahlilan seperti itu, pastinya punya dasar yang kuat.

Tradisi semacam itu sudah ada sejak zaman perjuangan Wali Songo dalam

mengislamkan pulau Jawa. Aqiqoh menurut Nahdatul Ulama dianjurkan untuk

dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila belum mampu

boleh dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang mampu, dan itu semua tidak

menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri. Selanjutnya, Allah SWT

memberikan tuntunan atau cara dalam melakukan pertobatan dari perbutan dosa,

diantaranya adalah dengan melakukan taubat Nasuha. Masalah hitung-hitungan dosa,

itu semua adalah rahasia Allah SWT, manusia hanya bisa menjalankan apa yang telah

menjadi tuntunan dalam Islam.

3. Evaluasi pengertian terhadap Ustad Sukino.

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap sebagai pihak yang paling dominan memberikan

penjelasan pemahaman Islam menurut cara pandang Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Terkadang penjelasan-penjelasan dari Ustad Sukino tidak bisa diterima oleh Sentot,

misalnya pada konteks tradisi dan pemahaman Aqiqoh.

Dari berbagai macam penjelasan evaluative diatas, Sentot menilai bahwa,

Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an bukan termasuk aliran sesat, akan tetapi Majelis

Tafsir Al-Qur’an ini, mempunyai sebagian dari pemahaman Islam yang tidak bisa

diterapkan dalam kehidupan pribadinya dan lingkup komunitas Nahdatul Ulama.

Sentot menganggap bahwa Ustad Sukino, sebagai Ulama dari Majelis Tafsir Al-

Page 49: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

103

Qur’an terkadang memberikan penjelasan-penjelasan Islami yang tidak dapat

diterima olehnya.

5.2.4.4. Analisa persepsi Sentot terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

melalui progam acara Jihad Pagi

a) Tahap penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi

Dari nara sumber Sentot, yang telah diwawancarai secara mendalam oleh

peneliti, melalui radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi, Ormas Majelis Tafsir

Al-Qur’an (MTA) pada dasarnya mempunyai pemahaman tentang rukun Islam yang

sama dengan apa yang diyakininya yaitu mengenai konteks Syahadat, Sholat, Zakat,

Puasa, dan Haji. Disisi lain, melalui Ustad Sukino sebagai pengampu progam acara

Jihad Pagi, menyebutkan bahwa daging Anjing halal hukumnya. MTA juga melarang

warganya untuk melakukan tradisi seperti Slametan, Nyatus, Nyewu, Maulid Nabi

dan lain sebagainya (ragam kegiatan tradisi Jawa yang identik dengan tahlilan), serta

adapula perbedaan-perbedaan lainnya seperti pada pemahaman tentang Aqiqoh, dan

taubat Nasuha dalam konteks perzinahan. Dari progam acara Jihad Pagi ini

setidaknya didapatkan gambaran umum tentang Ormas MTA. Kesemua informasi

tersebut diperoleh Sentot saat mendengarkan progam acara Jihad Pagi, baik yang

secara langsung disiarkan pada Ahad pagi atau pada jam-jam siaran ulangnya.

Teori stimulasi memandang manusia sebagai mahluk yang lapar “stimuli”,

yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha

memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Hasrat ingin tahu, kebutuhan

untuk mendapatkan rangsangan emosional, dan keinginan untuk menghindari

kebosanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Rakhmat, 2008:212). Sebagai

seorang pemeluk agama Islam, Sentot merasa perlu membekali dirinya dengan

pemahaman Islam secara luas. Hal ini salah satunya dilakukan dengan cara mencari

informasi Islami dari media massa radio. Radio dirasakan memiliki keunggulan

karena dapat didengarkan walaupun sedang melakukan aktifitas keseharian lainnya.

Meskipun saat ini muncul media televisi yang bersifat audial dan visual; pesawat

radio tetap tidak tergeser oleh perkembangan media massa televisi, sebab untuk

Page 50: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

104

menikmati suatu acara dari pesawat televisi, khalayak tidak dapat beranjak dari kursi

di depan pesawat, sedangkan dari pesawat radio dapat dinikmati sambil mandi dan

bekerja, atau sambil mengemudikan kendaran (Effendy, 2004: 107-108). Melalui

aktifitas mendengarkan radio dakwah Islami, Sentot mengharapkan mendapatkan

pengetahuan luas tentang agama Islam sehingga apa yang diketahuinya layak untuk

ditularkan kepada orang lain di Kecamatan Susukan. Selective exposure dimaksudkan

bahwa orang cenderung memilih informasi berdasarkan liputan yang disenangi.

Pilihan terhadap informasi bisa menurut ideologi, agama, suku, dan pekerjaan

(Cangara, 1998:162).

Radio komunitas MTA FM, menjadi pilihan untuk ia dengarkan dibandingkan

dengan radio dakwah lainnya karena, radio MTA FM ini memiliki kualitas

penerimaan sinyal yang terbaik sehingga Sentot merasa nyaman ketika mendengarkan

siaran dari radio tersebut. Jihad Pagi adalah Pengajian Ahad Pagi yang diampu oleh

Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukino selaku Ketua Umum Ormas/Yayasan Majelis Tafsir

Al-Qur’an (MTA). Jihad Pagi (Live) adalah program siaran pengajian Ahad pagi

yang disiarkan secara langsung setiap Ahad pagi mulai pukul 07:00 s/d 10:30 Wib.

Pada pengajian Ahad pagi ini peserta diberikan materi berupa brosur dengan tema

yang berbeda-beda dan berkelanjutan setiap hari Ahadnya. Peserta juga dapat

bertanya sesuai materi yang dibahas pada kesempatan tersebut baik melalui tertulis

maupun langsung melalui microphone yang ada. Jihad Pagi (Recorded) adalah

program pengajian yang disiarkan melalui radio MTA FM yang merupakan rekaman

dari pengajian yang diselenggarakan setiap Ahad pagi. Setiap harinya menyiarkan

ulang pengajian Ahad pagi episode lalu, yang disiarkan menjadi 3 waktu yaitu:

Jihad Pagi 1 : 06:00 s/d 07:00 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian awal.

Jihad Pagi 2 : 14:00 s/d 15:30 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian akhir

(lanjutan).

Jihad Pagi hari ini : 19:00 s/d 21:30 Wib, siaran ulang jihad pagi secara utuh

(gabungan 1 & 2).

Page 51: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

105

Peneliti menilai, jam siar pada progam Jihad Pagi setiap harinya, baik secara

Live maupun Recorded turut menjadikan progam ini mendapatkan perhatian lebih

dari Sentot dibandingkan dengan progam-progam acara radio MTA FM lainnya.

Misalnya saja, pada hari Senin s/d Sabtu progam Jihad Pagi mengudara secara

periodik dengan total waktu selama 5 (lima) jam, sedangkan pada hari Ahad

(Minggu) progam acara ini mampu mengudara dengan total waktu selama 7,5 jam.

Intensitas siaran dari progam acara Jihad Pagi yang sedemikian rupa (disiarkan secara

berulang-ulang) melebihi intensitas siaran progam-progam acara radio MTA FM

lainnya, mendorong Sentot lebih memperhatikan progam acara Jihad Pagi tersebut

dibandingkan progam-progam lainnya. Dijelaskan oleh Rakhmat (2008:52), faktor

eksternal penarik perhatian diantaranya adalah faktor intensitas stimuli dan

perulangan. Pemahaman tentang intensitas stimuli itu sendiri adalah sebagaimana

manusia akan lebih memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain.

Sedangkan apa yang disebut dengan perulangan adalah Kesemua hal yang disajikan

berulangkali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian. Keunggulan

lainnya dari progam acara Jihad pagi MTA FM ini adalah mampu memberikan

pemahaman Islam secara luas menurut sudut pandang Majelis Tafsir Al-Qur’an. Ini

tentunya juga dimanfaatkan oleh Sentot sebagai media pembanding antara

pemahaman Islam sesuai keyakinannya dengan pemahaman Islam menurut Majelis

Tafsir Al-Qur’an.

b) Tahap pengertian atau pemahaman terhadap progam acara Jihad Pagi

Sentot menyatakan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) melalui

progam acara Jihad Pagi mengajarkan pemahaman Islam yang adakalanya

berseberangan (berbeda) dengan pemahaman Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan. Ustad Sukino, salah seorang tokoh kunci dalam progam acara Ahad Pagi

tersebut, memberikan pemahaman kepada khalayak luas bahwa Ormas MTA

mengembalikan kebenaran ajaran Islam sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadist

sesuai pemahaman MTA itu sendiri. Sebagian besar ajaran tentang Islam dari Ustad

Sukino pada progam acara Jihad Pagi selaras dengan apa yang selama ini telah

Page 52: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

106

diajarkan oleh para Ulama NU, namun disisi lain terdapat juga beberapa ajaran dari

Ustad Sukino (MTA) yang dianggap sebagai pengetahuan baru. Dari hasil wawancara

dan observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap Sentot, dapat diketahui bahwa,

ia hanya mendengarkan progam acara Jihad Pagi di radio siaran komunitas MTA FM

untuk mengetahui gambaran Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui progam acara

Jihad Pagi ini, Sentot mendapatkan informasi-informasi terbarukan tentang ajaran

Islami dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) seperti pemahaman MTA tentang

Aqiqoh, Tahlilan dan lain sebagainya yang telah peneliti jelaskan di muka.

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi

menonjol dalam kesadaran saat stimuli lainnya melemah (Kenneth E. Andersen,

1972:46). Faktor perhatian (attention) ini sangat besar pengaruhnya terhadap

persepsi. Peneliti melihat bahwa Sentot lebih memperhatikan isi berupa informasi-

informasi yang bersifat terbarukan (Novelity), saat mendengarkan siaran progam

acara Jihad Pagi MTA FM. Faktor situasional kadang juga disebut sebagai

determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter).

Kebaruan (Novelity) dapat dimaknai sebagai Kesemua hal yang baru yang luar biasa,

yang berbeda, akan menarik perhatian. Informasi yang terbarukan dari progam Jihad

Pagi MTA FM menurut Sentot, antara lain; Majelis Tafsir Al-Qur’an menghalalkan

Anjing, menganggap perbuatan Syirik (menyekutukan Allah SWT) pada tradisi yang

identik dengan Tahlilan seperti tradisi Slametan, Nyatus, dan lain sebagainya.

Kemudian adanya perbedaan pemahaman tentang Aqiqoh dan taubat Nasuha pada

konteks perzinahan, Kesemuanya itu disimpulkan Sentot sebagai bentuk ”inovasi

berIslam” dari Majelis Tafsir Al-Qur’an. Informasi-informasi terbarukan (inovasi

berIslam dari MTA), kemudian mendapatkan perhatian lebih dari Sentot, sehingga

melalui informasi-informasi terbarukan dapat dikelompokan sebagai pengetahuan

yang bersifat baru. Disisi lain terdapat informasi mengenai Islam secara luas yang

dirasakan sama, dengan apa yang telah ia pahami selama ini, termasuk dalam hal ini

adalah pemahaman tentang rukun Islam (Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji).

Adapun konten Jihad Pagi lainnya yang menarik perhatian dari Sentot adalah pesan

Page 53: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

107

paralinguistik dari Ustad Sukino sebagai pengampu progam acara Jihad Pagi. Pesan

Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan

pesan verbal (Rakhmat, 2008:292). Dari pesan paralinguistiknya Ustad Sukino

dianggap meremehkan para Ulama dari golongan Islam lainnya. Ustad Sukino dalam

progam acara Jihad Pagi mengatakan; tradisi-tradisi Jawa dan identik dengan tahlilan

adalah perbuatan yang mengarah kemusrikan. Dari pengelompokan informasi

tersebut oleh Sentot dapat dipilah, disatu sisi pamahaman rukun Islam dari Majelis

Tafsir Al-Qur’an memiliki pengetahuan yang sama dengan keyakinannya, dan pada

sisi lainnya; terdapat perbedaan dengan keyakinanannya mengenai informasi Islam

terbarukan dan gambaran pribadi dari Ustad Sukino. Oleh karena itu, dari Sentot

terdapat pengertian bahwa pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi

MTA FM, terdapat hal baru yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan

itu berbeda dengan keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

Pada aspek lain peneliti melihat, Sentot termasuk bagian dari komunitas

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan yang terpengaruh dengan divusi inovasi dari

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Rogers (dalam Effendy, 2003:284) mendefinisikan difusi

sebagai suatu proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam

jangka waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem sosial (the process by which

an innovation is communicated through certain channels over time among the

members of a sosial system). Informasi-informasi terbarukan dari Majelis Tafsir Al-

Qur’an yang disebarluaskan melalui radio komunitas MTA FM berhasil dimengerti

oleh Sentot, namun hanya dalam batasan pengetahuan saja. Hal ini dikarenakan

inovasi berIslam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an tidak serta merta langsung diadopsi

oleh Sentot, namun melewati proses evaluasi yang mendalam yang menentukan

apakah inovasi tersebut layak atau tidak untuk diadopsi.

c) Tahap evaluasi terhadap progam acara Jihad Pagi

Istilah disonansi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini

berarti ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang

terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mencari

Page 54: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

108

dalih untuk mengurangi disonansinya itu. Jika seseorang mempunyai informasi atau

opini yang tidak menuju kearah menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan

menimbulkan disonansi dengan perilaku. Apabila disonansi tersebut terjadi, maka

orang akan berupaya menguranginya dengan jalan merubah perilakunya, kepercayaan

atau opininya (Effendy, 2003:262). Dari pengelompokan informasi/pengetahuannya

terhadap progam acara Jihad Pagi MTA FM, terdapat 2 (dua) kelompok informasi

yang mendapatkan perhatian lebih yaitu mengenai informasi terbarukan dari

pemahaman Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an dan pengetahuannya terhadap pribadi

dari Ustad Sukino. Kedua kelompok informasi ini, menggiring Sentot kearah adanya

ketidakpastian dalam dirinya. Ketidakpastian ini muncul sebagai akibat adanya

pengetahuannya akan perbedaan pemahaman Islam menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an

dengan pemahaman Islam menurut Nahdatul Ulama yang selama ini ia yakini dan

amalkan dikehidupan nyata. Oleh karena itu, Sentot mengingat kembali dasar-dasar

tuntunan Nahdatul Ulama yang tersimpan dalam memorinya dan kemudian

membandingkannya dengan informasi Islam terbarukan dari Majelis Tafsir Al-Qur’an

yang diperolehnya dalam progam acara Jihad Pagi MTA FM. Memori adalah sistem

yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup merekam fakta

tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing perilakunya

(Rakhmat, 2008:62). Selain itu, Sentot juga mendapatkan bimbingan-bimbingan dari

para Ulama lainnya saat menghadiri pengajian-pengajian umum di Kecamatan

Susukan, sehingga hal tersebut dapat menjadi faktor untuk memperkuat kayakinannya

akan kebenaran berIslam sesuai tuntunan-tuntunan dari Nahdatul Ulama yang sejauh

ini ia kerjakan. Disebutkan oleh peneliti mengacu pada studi komunikasi, Sentot dan

jama’ah lainnya dalam pengajian-pengajian umum telah mendapatkan suntikan

argumentasi balasan (counterarguments) dari para Ulama NU agar tidak terkena

pengaruh dari golongan Islam lainnya, termasuk Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Teori inokulasi (suntikan) menyatakan bahwa lebih baik mempersenjatai terbujuk

(persuadee) dengan counterarguments daripada membiarkan tidak siap menyangkal

perspektif lawan. Orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu hal atau tidak

Page 55: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

109

menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi

atau dibujuk, oleh karena ia tidak siap untuk menolak argumentasi si persuader atau

pembujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak terkena pengaruh adalah

menyuntiknya dengan argumentasi balasan (counterarguments) (Effendy, 2003:263).

Dari hasil pemanggilan memorinya tentang pengetahuan pemahaman Islam

Nahdatul Ulama yang dipertegas dengan adanya inokulasi terhadap dirinya, Sentot

dapat menyimpulkan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an mempunyai sebagian

dari pemahaman Islam yang tidak bisa diterapkan dalam kehidupan pribadinya dan

lingkup komunitas Nahdatul Ulama. Sentot menganggap bahwa Ustad Sukino,

sebagai Ulama dari Majelis Tafsir Al-Qur’an kurang menghormati Ulama beserta

ajarannya dari golongan Islam lainnya.

Menurut Sentot, Anjing hukumnya adalah najis, sedangkan barang yang najis,

haram hukumnya kalau dimakan atau diminum. Anjing adalah termasuk hewan

pemakan daging yang mengisyaratkan keharamannya apabila dikonsumsi oleh orang

Islam. Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan Nyatus apabila

dikerjakan tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik, asalkan diniati

karena Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Nelung Dino, adanya tahlilan, adanya

tumpeng pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik. Tahlilan yang dibaca juga

dari Al-Qur’an, untuk masalah Tumpeng juga nantinya akan dibagi-bagikan dan

dimakan bersama. Tumpeng memang bentuknya seperti gunungan, namanya orang

Jawa pasti sarat akan pemaknaan simbolis, yang terpenting semuanya apa yang

dikerjakan tetap diniati karena Allah SWT. Aqiqoh menurut Nahdatul Ulama

dianjurkan untuk dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila

belum mampu boleh dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang mampu, dan itu

semua tidak menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri. Kemudian, Allah

SWT sudah memberikan tuntunan atau cara dalam melakukan pertobatan dari

perbutan dosa, diantaranya adalah dengan melakukan taubat Nasuha. Masalah hitung-

hitungan dosa, itu semua adalah rahasia Allah SWT, manusia hanya bisa menjalankan

apa yang telah menjadi tuntunan dalam Islam.

Page 56: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

110

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang meremehkan Ulama lain, karena Ustad

Sukino mudah mengatakan apa yang dikerjakan orang lain berkaitan dengan tradisi

adalah perbuatan yang mengarah ke kemusrikan. Sentot menilai sudah sepatutnya

sesama orang Islam saling menghormati dan menghargai karena apa yang dilakukan

oleh orang dari golongan Islam lain tentunya memiliki dasar kebenaran menurut

mereka sendiri.

5.2.5. Penyerapan, pemahaman, dan evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh

K.H. Muslim.

5.2.5.1. Penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi oleh K.H.

Muslim.

K.H. Muslim pada awalnya merasa senang dengan hadirnya radio siaran MTA

FM, ini dikarenakan kualitas siaran radio MTA FM dapat diterima lebih baik

dibandingkan dengan siaran radio dakwah Islam lainnya. Kebutuhan akan

informasinya tentang pengetahuan Islam seakan terpenuhi saat mendengarkan

progam acara Jihad Pagi MTA FM. Ia dapat mendengarkannya hampir setiap waktu,

karena progam acara ini selain hadir saat siaran langsung pada hari Minggu pagi, juga

disiarkan rekaman ulang disetiap harinya. Selain sebagai sarana menimba ilmu

tentang Islam, siaran progam acara Jihad Pagi oleh K.H. Muslim digunakan sebagai

media pembanding antara pemahaman (ajaran) Islam menurut Nahdatul Ulama

dengan Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui kegiatan mendengarkan siaran Jihad Pagi

MTA FM, K.H. Muslim mendapatkan pemahaman Islam yang sebagian besar sama

dengan yang diyakininya selama ini misalnya tentang rukun Islam (Syahadad, Sholat,

Zakat, Puasa, dan Haji), namun disisi lain K.H. Muslim juga mendapatkan informasi

yang menurutnya bersifat “baru”. Ustad Sukino menurut K.H. Muslim adalah

seorang Guru Besar atau Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang

memberikan pemahaman Islam kepada jama’ah Majelis Tafsir Al-Qur’an pada

progam acara Jihad Pagi. Dari suaranya, oleh K.H. Muslim, Ustad Sukino

digambarkan orang yang terlalu mudah menilai apa yang dilakukan oleh orang lain

Page 57: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

111

adalah perbuatan musrik (menyekutukan Allah SWT). Kemudian pada aspek masalah

halal-haram, ia mendengarkan dari penjelasan Ustad Sukino bahwa daging Anjing

adalah halal hukumnya, namun dilain waktu pernyataan tersebut disangkal sendiri

oleh Ustad Sukino dengan mengatakan daging Anjing adalah haram hukumnya.

Majelis Tafsir Al-Qur’an menganggap Tumpeng dan Ingkungan mengidentifikasikan

perbuatan Syirik/Musrik. Kegiatan yang bersifat tradisi Jawa dan identik dengan

tahlilan seperti Slametan, Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dan lain sebagainya tidak ada

dan tidak dikerjakan oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an, bahkan dianggap haram

hukumnya dengan alasan tidak ada dasarnya dalam Islam. Kemudian pada konteks

Tahlilan, nasi atau makanan-minuman (berkatan) yang disajikan, juga dinilai haram

karena dianggap diniati untuk dipersembahkan kepada orang yang telah meninggal.

Aqiqoh menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an, pelaksanakannya harus dilakukan pada

hari ketujuh, terhitung sejak dari kelahiran anak.

5.2.5.2. Pengertian atau pemahaman acara Jihad Pagi oleh K.H. Muslim.

K.H Muslim mengklasifikasikan apa yang didapatkannya dari proses

mendengarkan progam acara Jihad Pagi MTA FM. Pertama, adalah pengetahuan

tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang dianggap sama dengan

pemahamannya sendiri. Kedua, mengenai pengetahuan akan hal yang dianggap baru,

termasuk disini adalah diharamkannya Tahlilan. Tidak adanya tradisi yang identik

dengan tahlilan seperti Slametan, Mitung Dino, Mitoni, Nyatus dalam kehidupan

masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an. Majelis Tafsir Al-Qur’an menggolongkan ke

perbuatan syirik/musrik bagi orang yang menjalankan tradisi yang identik dengan

Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an bahwa

pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Ketiga, pengetahuan

terhadap Ustad Sukino, sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an yang

dianggap terlalu mudah menilai orang lain mengerjakan perbuatan syirik

(menyekutukan Allah SWT).

Sebagai hasil dari proses pengklasifiksian ini, K.H. Muslim mengerti bahwa

pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi MTA FM, terdapat hal baru

Page 58: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

112

yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan itu berbeda dengan

keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

5.2.5.3. Evaluasi progam acara Jihad Pagi oleh K.H. Muslim.

Pada tahap ini K.H. Muslim menggunakan pemahaman Islam yang

diyakininya yaitu ajaran Islam Nahdatul Ulama sebagai alat evaluasi pemahaman

barunya tentang Islam (Majelis Tafsir Al-Qur’an) yang diperoleh dari progam acara

Jihad Pagi MTA FM.

1. Evaluasi pengertian tentang rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Rukun Islam merupakan syarat utama yang wajib dikerjakan oleh orang yang

mengaku dirinya sebagai orang Islam. Nahdatul Ulama sebagai panutan dalam

berIslam oleh K.H. Muslim, menyebutkan bahwa rukun Islam ada 5 (lima) unsur

yang diwajibkan untuk dikerjakan bagi seluruh pemeluknya tanpa adanya

pengecualian, diantaranya adalah Syahadat (meyakini bahwa Allah SWT adalah

Tuhan, dan nabi Muhammad SAW adalah utusannya), Sholat, Zakat, Puasa, dan Haji

(bagi yang telah mampu). Rukun Islam ini sama dengan apa yang diajarkan oleh

Majelis Tafsir Al-Qur’an melalui siaran progam acara Jihad Pagi, sehingga Majelis

Tafsir Al-Qur’an tergolong bukan aliran sesat, berbeda misalnya dengan Ahmadiyah

yang dianggap mengajarkan aliran sesat karena meyakini bahwa nabi Muhammad

bukan utusan Allah SWT yang terakhir kali, masih ada nabi lain setelah nabi

Muhammad SAW.

2. Evaluasi pengertian akan hal yang dianggap baru.

Pengetahuan “baru” termasuk disini adalah diharamkannya Tahlilan. Tidak

adanya tradisi yang identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi, Mitung Dino,

Mitoni, Nyatus dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an. Majelis Tafsir

Al-Qur’an menggolongkan ke perbuatan syirik/musrik bagi orang yang menjalankan

tradisi yang identik dengan Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya oleh Majelis

Tafsir Al-Qur’an bahwa pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran

anak.

Page 59: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

113

Menurut K.H. Muslim, Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan

Nyatus apabila dikerjakan tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik,

asalkan diniati karena Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Slametan yang identik

adanya nasi Tumpeng dan adanya tahlilan, pada dasarnya itu semua adalah hal yang

baik. Nahdatul Ulama melakukan kegiatan tahlilan seperti itu, pastinya punya dasar

yang kuat. Misalnya mendoakan orang tua adalah kewajiban anak, sedangkan doa

dari anak yang saleh kepada orang tua adalah amal ibadah yang tidak bisa putus.

Bentuk-bentuk makanan seperti Tumpeng tidak akan menggiring kearah kesyirikan

asalkan diniati untuk Shodakoh (beramal). Aqiqoh menurut Nahdatul Ulama

dianjurkan untuk dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila

belum mampu boleh dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang mampu, dan itu

semua tidak menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri.

3. Evaluasi pengertian terhadap Ustad Sukino.

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang menyebut orang lain berada dalam ranah

kemusrikan. K.H. Muslim menilai sudah sepatutnya sesama orang Islam saling

menghormati dan menghargai karena apa yang dilakukan oleh orang dari golongan

lain tentunya memiliki dasar kebenaran menurut mereka sendiri. Pada dasarnya

menurut Al-Hadist, Islam nantinya akan terbagi menjadi 73 (tujuh puluh tiga)

golongan di akhir zaman.

Dari berbagai macam penjelasan evaluative diatas, K.H. Muslim menilai

bahwa, Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an bukan termasuk aliran sesat, akan tetapi

Majelis Tafsir Al-Qur’an ini, mempunyai sebagian dari pemahaman Islam yang tidak

bisa diterapkan dalam kehidupan pribadinya dan lingkup komunitas Nahdatul Ulama.

K.H. Muslim menganggap bahwa Ustad Sukino, sebagai Ulama dari Majelis Tafsir

Al-Qur’an kurang menghormati pemahaman Islam dari golongan lainnya.

Page 60: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

114

5.2.5.4. Analisa persepsi K.H. Muslim terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

melalui progam acara Jihad Pagi

a) Tahap penyerapan terhadap rangsangan progam acara Jihad Pagi

Dari nara sumber K.H. Muslim, yang telah diwawancarai secara mendalam

oleh peneliti, melalui radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi, Ormas Majelis

Tafsir Al-Qur’an (MTA) pada dasarnya mempunyai pemahaman tentang rukun Islam

yang sama dengan apa yang diyakininya yaitu mengenai konteks Syahadat, Sholat,

Zakat, Puasa, dan Haji. Disisi lain, melalui Ustad Sukino sebagai pengampu progam

acara Jihad Pagi, menyebutkan bahwa diharamkannya Tahlilan. Tidak adanya tradisi

yang identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, Nyatus

dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an. Majelis Tafsir Al-Qur’an

menggolongkan ke perbuatan syirik/musrik bagi orang yang menjalankan tradisi yang

identik dengan Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya oleh Majelis Tafsir Al-

Qur’an bahwa pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran anak. Dari

progam acara Jihad Pagi ini setidaknya didapatkan gambaran umum tentang Ormas

MTA. Kesemua informasi tersebut diperoleh K.H Muslim saat mendengarkan

progam acara Jihad Pagi, baik yang secara langsung disiarkan pada Ahad pagi atau

pada jam-jam siaran ulangnya.

Teori stimulasi memandang manusia sebagai mahluk yang lapar “stimuli”,

yang senantiasa mencari pengalaman-pengalaman baru, yang selalu berusaha

memperoleh hal-hal yang memperkaya pemikirannya. Hasrat ingin tahu, kebutuhan

untuk mendapatkan rangsangan emosional, dan keinginan untuk menghindari

kebosanan merupakan kebutuhan dasar manusia (Rakhmat, 2008:212). Sebagai

seorang pemeluk agama Islam sekaligus seorang Ulama yang berperan memberikan

pemahaman tentang Islam kepada orang lain, K.H. Muslim merasa perlu membekali

dirinya dengan pemahaman Islam secara luas. Hal ini salah satunya dilakukan dengan

cara mencari informasi Islami dari media massa radio. Radio dirasakan memiliki

keunggulan karena dapat didengarkan walaupun sedang melakukan aktifitas

keseharian lainnya. Meskipun saat ini muncul media televisi yang bersifat audial dan

Page 61: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

115

visual; pesawat radio tetap tidak tergeser oleh perkembangan media massa televisi,

sebab untuk menikmati suatu acara dari pesawat televisi, khalayak tidak dapat

beranjak dari kursi di depan pesawat, sedangkan dari pesawat radio dapat dinikmati

sambil mandi dan bekerja, atau sambil mengemudikan kendaran (Effendy, 2004: 107-

108). Melalui aktifitas mendengarkan radio dakwah Islami, K.H Muslim

mengharapkan mendapatkan pengetahuan luas tentang agama Islam sehingga apa

yang diketahuinya layak untuk ditularkan kepada masyarakat luas, khusus kaum

Nahdiyin (Nahdatul Ulama) di Kecamatan Susukan. Selective exposure dimaksudkan

bahwa orang cenderung memilih informasi berdasarkan liputan yang disenangi.

Pilihan terhadap informasi bisa menurut ideologi, agama, suku, dan pekerjaan

(Cangara, 1998:162).

Radio komunitas MTA FM, menjadi pilihan untuk ia dengarkan dibandingkan

dengan radio dakwah lainnya karena, radio MTA FM ini memiliki kualitas

penerimaan sinyal yang terbaik sehingga K.H. Muslim merasa nyaman ketika

mendengarkan siaran dari radio tersebut. Jihad Pagi adalah Pengajian Ahad Pagi yang

diampu oleh Al-Ustadz Drs. Ahmad Sukino selaku Ketua Umum Ormas/Yayasan

Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA). Jihad Pagi (Live) adalah program siaran pengajian

Ahad pagi yang disiarkan secara langsung setiap Ahad pagi mulai pukul 07:00 s/d

10:30 Wib. Pada pengajian Ahad pagi ini peserta diberikan materi berupa brosur

dengan tema yang berbeda-beda dan berkelanjutan setiap hari Ahadnya. Peserta juga

dapat bertanya sesuai materi yang dibahas pada kesempatan tersebut baik melalui

tertulis maupun langsung melalui microphone yang ada. Jihad Pagi (Recorded)

adalah program pengajian yang disiarkan melalui radio MTA FM yang merupakan

rekaman dari pengajian yang diselenggarakan setiap Ahad pagi. Setiap harinya

menyiarkan ulang pengajian Ahad pagi episode lalu, yang disiarkan menjadi 3 waktu

yaitu:

Jihad Pagi 1 : 06:00 s/d 07:00 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian awal.

Jihad Pagi 2 : 14:00 s/d 15:30 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian akhir

(lanjutan).

Page 62: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

116

Jihad Pagi hari ini : 19:00 s/d 21:30 Wib, siaran ulang jihad pagi secara utuh

(gabungan 1 & 2).

Peneliti menilai, jam siar pada progam Jihad Pagi setiap harinya, baik secara

Live maupun Recorded turut menjadikan progam ini mendapatkan perhatian lebih

dari K.H Muslim dibandingkan dengan progam-progam acara radio MTA FM

lainnya. Misalnya saja, pada hari Senin s/d Sabtu progam Jihad Pagi mengudara

secara periodik dengan total waktu selama 5 (lima) jam, sedangkan pada hari Ahad

(Minggu) progam acara ini mampu mengudara dengan total waktu selama 7,5 jam.

Intensitas siaran dari progam acara Jihad Pagi yang sedemikian rupa (disiarkan secara

berulang-ulang) melebihi intensitas siaran progam-progam acara radio MTA FM

lainnya, mendorong K.H. Muslim lebih memperhatikan progam acara Jihad Pagi

tersebut dibandingkan progam-progam lainnya. Dijelaskan oleh Rakhmat (2008:52),

faktor eksternal penarik perhatian diantaranya adalah faktor intensitas stimuli dan

perulangan. Pemahaman tentang intensitas stimuli itu sendiri adalah sebagaimana

manusia akan lebih memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain.

Sedangkan apa yang disebut dengan perulangan adalah Kesemua hal yang disajikan

berulangkali, bila disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian. Keunggulan

lainnya dari progam acara Jihad pagi MTA FM ini adalah mampu memberikan

pemahaman Islam secara luas menurut sudut pandang Majelis Tafsir Al-Qur’an. Ini

tentunya juga dimanfaatkan oleh K.H. Muslim sebagai media pembanding antara

pemahaman Islam sesuai keyakinannya dengan pemahaman Islam menurut Majelis

Tafsir Al-Qur’an.

b) Tahap pengertian atau pemahaman terhadap progam acara Jihad Pagi

K.H. Muslim menyatakan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA)

melalui progam acara Jihad Pagi mengajarkan pemahaman Islam yang adakalanya

berseberangan (berbeda) dengan pemahaman Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan. Ustad Sukino, salah seorang tokoh kunci dalam progam acara Jihad Pagi

Pagi tersebut, memberikan pemahaman kepada khalayak luas bahwa Ormas MTA

mengembalikan kebenaran ajaran Islam sesuai tuntunan Al-Qur’an dan Al-Hadist

Page 63: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

117

sesuai pemahaman MTA itu sendiri. Sebagian besar ajaran tentang Islam dari Ustad

Sukino pada progam acara Jihad Pagi selaras dengan apa yang selama ini telah

diajarkan oleh para Ulama NU, namun disisi lain terdapat juga beberapa ajaran dari

Ustad Sukino (MTA) yang dianggap sebagai pengetahuan baru. Dari hasil wawancara

dan observasi yang telah dilakukan peneliti terhadap K.H Muslim, dapat diketahui

bahwa, ia hanya mendengarkan progam acara Jihad Pagi di radio siaran komunitas

MTA FM untuk mengetahui gambaran Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Melalui

progam acara Jihad Pagi ini, K.H Muslim mendapatkan informasi-informasi

terbarukan tentang ajaran Islami dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) seperti

pemahaman MTA tentang Aqiqoh, Tahlilan dan lain sebagainya yang telah peneliti

jelaskan di muka.

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi

menonjol dalam kesadaran saat stimuli lainnya melemah (Andersen, 1972:46). Faktor

perhatian (attention) ini sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi. Peneliti melihat

bahwa K.H Muslim lebih memperhatikan isi berupa informasi-informasi yang

bersifat terbarukan (Novelity), saat mendengarkan siaran progam acara Jihad Pagi

MTA FM. Faktor situasional kadang juga disebut sebagai determinan perhatian yang

bersifat eksternal atau penarik perhatian (attention getter). Kebaruan (Novelity) dapat

dimaknai sebagai Kesemua hal yang baru yang luar biasa, yang berbeda, akan

menarik perhatian. Informasi yang terbarukan dari progam Jihad Pagi MTA FM

menurut K.H. Muslim, antara lain; Majelis Tafsir Al-Qur’an mengharamkan Tahlilan.

Tidak adanya tradisi yang identik dengan tahlilan seperti Maulid Nabi, Mitung Dino,

Mitoni, Nyatus dalam kehidupan masyarakat Majelis Tafsir Al-Qur’an. Majelis Tafsir

Al-Qur’an menggolongkan ke perbuatan syirik/musrik bagi orang yang menjalankan

tradisi yang identik dengan Ingkungan serta Tumpengan. Diwajibkannya oleh Majelis

Tafsir Al-Qur’an bahwa pelaksanaan Aqiqoh pada hari ketujuh setelah kelahiran

anak. Kesemuanya itu disimpulkan K.H Muslim sebagai bentuk ”inovasi berIslam”

dari Majelis Tafsir Al-Qur’an. Informasi-informasi terbarukan (inovasi berIslam dari

MTA), kemudian mendapatkan perhatian lebih dari K.H Muslim, sehingga melalui

Page 64: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

118

informasi-informasi terbarukan dapat dikelompokan sebagai pengetahuan yang

bersifat baru. Disisi lain terdapat informasi mengenai Islam secara luas yang

dirasakan sama, dengan apa yang telah ia pahami selama ini, termasuk dalam hal ini

adalah pemahaman tentang rukun Islam (Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji).

Adapun konten Jihad Pagi lainnya yang menarik perhatian dari K.H Muslim adalah

pesan paralinguistik dari Ustad Sukino sebagai pengampu progam acara Jihad Pagi.

Pesan Paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara

mengucapkan pesan verbal (Rakhmat, 2008:292). Dari pesan paralinguistiknya Ustad

Sukino dianggap meremehkan para Ulama dari golongan Islam lainnya. Ustad Sukino

dalam progam acara Jihad Pagi mengatakan; orang yang mengerjakan tradisi-tadisi

seperti Slametan, Mitoni, Nyatus dan lain sebagainya tergolong orang musrik. Dari

pengelompokan informasi tersebut oleh K.H Muslim dapat dipilah, disatu sisi

pamahaman rukun Islam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an memiliki pengetahuan yang

sama dengan keyakinannya, dan pada sisi lainnya; terdapat perbedaan dengan

keyakinanannya mengenai informasi Islam terbarukan dan gambaran pribadi dari

Ustad Sukino. K.H Muslim merupakan penggiat Islami dari komunitas Nahdatul

Ulama di Kecamatan Susukan. Oleh karena itu, dari K.H Muslim terdapat pengertian

bahwa pengetahuannya tentang Islam dari progam Jihad Pagi MTA FM, terdapat hal

baru yang diajarkan Ormas MTA melalui Ustad Sukino, dan itu berbeda dengan

keyakinannya yang berpedoman pada ajaran Nahdatul Ulama.

Pada aspek lain peneliti melihat, K.H Muslim termasuk bagian dari komunitas

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan yang terpengaruh dengan divusi inovasi dari

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Rogers (dalam Effendy, 2003:284) mendefinisikan difusi

sebagai suatu proses dimana inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam

jangka waktu tertentu diantara para anggota suatu sistem sosial (the process by which

an innovation is communicated through certain channels over time among the

members of a sosial system). Informasi-informasi terbarukan dari Majelis Tafsir Al-

Qur’an yang disebarluaskan melalui radio komunitas MTA FM berhasil dimengerti

oleh K.H. Muslim, namun hanya dalam batasan pengetahuan saja. Hal ini

Page 65: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

119

dikarenakan inovasi berIslam dari Majelis Tafsir Al-Qur’an tidak serta merta

langsung diadopsi oleh K.H. Muslim, namun melewati proses evaluasi yang

mendalam yang menentukan apakah inovasi tersebut layak atau tidak untuk diadopsi.

c) Tahap evaluasi terhadap progam acara Jihad Pagi

Istilah disonansi kognitif dari teori yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini

berarti ketidaksesuaian antara kognisi sebagai aspek sikap dengan perilaku yang

terjadi pada diri seseorang. Orang yang mengalami disonansi akan berupaya mencari

dalih untuk mengurangi disonansinya itu. Jika seseorang mempunyai informasi atau

opini yang tidak menuju kearah menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan

menimbulkan disonansi dengan perilaku. Apabila disonansi tersebut terjadi, maka

orang akan berupaya menguranginya dengan jalan merubah perilakunya, kepercayaan

atau opininya (Effendy, 2003:262). Dari pengelompokan informasi/pengetahuannya

terhadap progam acara Jihad Pagi MTA FM, terdapat 2 (dua) kelompok informasi

yang mendapatkan perhatian lebih yaitu mengenai informasi terbarukan dari

pemahaman Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an dan pengetahuannya terhadap pribadi

dari Ustad Sukino. Kedua kelompok informasi ini, menggiring K.H. Muslim kearah

adanya ketidakpastian dalam dirinya. Ketidakpastian ini muncul sebagai akibat

adannya pengetahuannya akan perbedaan pemahaman Islam menurut Majelis Tafsir

Al-Qur’an dengan pemahaman Islam menurut Nahdatul Ulama yang selama ini ia

yakini dan amalkan dikehidupan nyata. Oleh karena itu, K.H. Muslim mengingat

kembali dasar-dasar tuntunan Nahdatul Ulama yang tersimpan dalam memorinya dan

kemudian membandingkannya dengan informasi Islam terbarukan dari Majelis Tafsir

Al-Qur’an yang diperolehnya dalam progam acara Jihad Pagi MTA FM. Memori

adalah sistem yang sangat berstruktur, yang menyebabkan organisme sanggup

merekam fakta tentang dunia dan menggunakan pengetahuannya untuk membimbing

perilakunya (Rakhmat, 2008:62). Selain itu, K.H Muslim juga mendapatkan

bimbingan-bimbingan dari para Ulama lainnya saat menghadiri pengajian-pengajian

umum di Kecamatan Susukan, sehingga hal tersebut dapat menjadi faktor untuk

memperkuat kayakinannya akan kebenaran berIslam sesuai tuntunan-tuntunan dari

Page 66: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

120

Nahdatul Ulama yang sejauh ini ia kerjakan. Disebutkan oleh peneliti mengacu pada

studi komunikasi, K.H Muslim dan jama’ah lainnya dalam pengajian-pengajian

umum telah mendapatkan suntikan argumentasi balasan (counterarguments) dari para

Ulama NU agar tidak terkena pengaruh dari golongan Islam lainnya, termasuk Ormas

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Teori inokulasi (suntikan) menyatakan bahwa lebih baik

mempersenjatai terbujuk (persuadee) dengan counterarguments daripada

membiarkan tidak siap menyangkal perspektif lawan. Orang yang tidak memiliki

informasi mengenai suatu hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut,

maka ia akan lebih mudah untuk dipersuasi atau dibujuk, oleh karena ia tidak siap

untuk menolak argumentasi si persuader atau pembujuk. Suatu cara untuk

membuatnya agar tidak terkena pengaruh adalah menyuntiknya dengan argumentasi

balasan (counterarguments) (Effendy, 2003:263).

Dari hasil pemanggilan memorinya tentang pengetahuan pemahaman Islam

Nahdatul Ulama yang dipertegas dengan adanya inokulasi terhadap dirinya, K.H.

Muslim dapat menyimpulkan bahwa Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an mempunyai

sebagian dari pemahaman Islam yang tidak bisa diterapkan dalam kehidupan

pribadinya dan lingkup komunitas Nahdatul Ulama. K.H Muslim menganggap bahwa

Ustad Sukino, sebagai Ulama dari Majelis Tafsir Al-Qur’an kurang menghormati

Ulama beserta ajarannya dari golongan Islam lainnya.

Menurut K.H. Muslim, Tradisi seperti Maulid Nabi, Mitung Dino, Mitoni, dan

Nyatus apabila dikerjakan tidak akan menggiring seseorang kearah perbuatan musrik,

asalkan diniati karena Allah SWT. Misalnya saja pada tradisi Nelung Dino, adanya

tahlilan, adanya tumpeng pada dasarnya itu semua adalah hal yang baik. Tahlilan

yang dibaca juga dari Al-Qur’an, untuk masalah Tumpeng juga nantinya akan dibagi-

bagikan dan dimakan bersama. Tumpeng memang bentuknya seperti gunungan,

namanya orang Jawa pasti sarat akan pemaknaan simbolis, yang terpenting semuanya

apa yang dikerjakan tetap diniati karena Allah SWT. Aqiqoh menurut Nahdatul

Ulama dianjurkan untuk dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun

apabila belum mampu boleh dikerjakan di waktu mendatang setelah terbilang

Page 67: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

121

mampu, dan itu semua tidak menggugurkan niat dan pahala dari Aqiqoh itu sendiri.

Ustad Sukino sebagai Ulama Besar dari Majelis Tafsir Al-Qur’an, pengampu

progam acara Jihad Pagi, dianggap gampang meremehkan Ulama lain, karena

mengatakan orang yang mengerjakan tradisi-tradisi Jawa dan identik dengan tahlilan

seperti Slametan, Mitoni dan lain sebagainya adalah perbuatan yang mengarah

kemusrikan. K.H Muslim menilai sudah sepatutnya sesama orang Islam saling

menghormati dan menghargai karena apa yang dilakukan oleh orang dari golongan

Islam lain tentunya memiliki dasar kebenaran menurut mereka sendiri.

5.3. Informasi (pesan) yang “ditangkap” oleh khalayak NU dari radio komunitas

MTA FM

Dari berbagai macam aktivitas yang telah dilakukan peneliti dengan cara

berbaur dalam komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan ini, peneliti dapat

memperkuat kesimpulan yang diperoleh dari para nara sumber bahwa ciri khas dari

komunitas Nahdatul Ulama ini adalah adanya Tahlilan (dzikir tahlil) dan Sholawatan

ditengah-tengah kegiatan yang dilaksanakannya. Disisi lain, nara Sumber peneliti

memberikan penjelasan, hampir seluruh warga Nahdatul Ulama (NU) di Kecamatan

Susukan telah mendapatkan informasi hadirnya ajaran baru tentang Islam dari

Organisasi Massa Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) di Solo. Mayoritas warga

komunitas NU di Susukan ini mendapatkan informasi tentang MTA dengan

bersumberkan dari siaran radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi. Kemudian

seiring berjalannya waktu, informasi tentang MTA ini berkembang menjadi sebuah

wacana yang saling dipertukarkan dari satu orang ke orang lainnya, sehingga

mendorong orang dengan sendirinya mempunyai niat untuk mendengarkan radio

MTA FM ini. Dari wacana yang berkembang di masyarakat Nahdatul Ulama di

kecamatan Susukan, oleh peneliti disimpulkan bahwa; masyarakat Nahdatul Ulama

mendapatkan informasi baru tentang ajaran Islam versi Ormas Majelis Tafsir Al-

Qur’an yaitu adanya perbedaan pemahaman Islam antara Nahdatul Ulama dan

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Dari nara sumber yang telah diwawancarai secara

mendalam oleh peneliti, melalui radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi,

Page 68: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

122

Ormas MTA ini menyebutkan bahwa daging Anjing dan Saren (makanan terbuat dari

darah) itu halal hukumnya, MTA melarang warganya untuk melakukan Ziarah

Kubur, Slametan, Nyatus, Nyewu, dan lain sebagainya (ragam kegiatan yang identik

dengan tahlilan), serta adapula perbedaan-perbedaan lainnya seperti pada pemahaman

tentang Aqiqoh, dan konteks Taubat Nasuha pada dosa Zinah. Informasi tersebut

membuat warga NU di kecamatan Susukan tidak begitu nyaman dengan kehadiran

Ormas MTA. Berikut ini adalah beberapa kutipan dari para nara sumber, menjelaskan

perihal informasi yang mereka dapatkan dari radio MTA FM :

“Ya. Saren untuk mereka adalah halal, mungkin karena katanya yang

diharamkan adalah darah yang mengalir. Padahal saren kan darah yang mengalir

dan dikumpulkan dalam wadah. Sekarang masalah Anjing, Anjing apabila tersentuh

saja najis, apalagi dagingnya”10

.

“Sering mendengarkan radio MTA FM. Saya pernah bertanya kepada orang

Islam NU yang fanatik; Apakah mereka cocok dengan ajaran MTA ?.. mereka

mengatakan, tidak cocok karena ajaran MTA berbeda atau menyimpang dari ajaran

NU, misalnya tentang Aqiqoh, di MTA harus dilakukan pada hari ketujuh kelahiran,

kalau di NU dianjurkan hari ketujuh tapi kalau tidak mampu pada saat itu, bisa

diganti pada waktu lainnya. Selanjutnya Zinah, kalau menurut ajaran NU dengan

dilakukannya tobat Nasuha maka akan dilebur dosanya, tapi kalau di MTA ditentang

alasannya karena yang namanya dosa sudah pasti tercatat dan harus

dipertanggungjawabkan”11

.

“kalau MTA adalah cara berIslam yang ringkes, bukannya bebas. Misalkan

tidak ada acara “matang puluh, nyatus, mitoni, dan lain sebagainya”. Memang

benar sebagian kegiatan itu adalah produk budaya Jawa, tapi dalam segi sudut

pandang NU yang terpenting adalah “bagaimana bisa dekat dengan Tuhan”12

.

10

Hasil wawancara dengan Ustadzah Solaehah, Tanggal 10-12-2012, di Kecamatan Susukan 11

Hasil wawancara dengan Sentot, Tanggal 06-01-2013, di Kecamatan Susukan 12

Hasil wawancara dengan Pramudi, Tanggal 06-01-2013, di Kecamatan Susukan

Page 69: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

123

“MTA menganggap kegiatan seperti tahlilan itu haram, karena tidak ada

dasarnya dalam Islam. Kemudian Kyai atau Ulama (NU) itu menjelaskan bahwa NU

melakukan kegiatan tahlilan seperti itu, pastinya punya dasar yang kuat. Misalnya

mendoakan orang tua adalah kewajiban anak, sedangkan doa dari anak kepada

orang tua adalah amal ibadah yang tidak bisa putus. Disisi lain dikatakan oleh MTA

bahwa bentuk-bentuk makanan yang disajikan kepada jamaah itu perbuatan yang

mengidentifikasikan suatu kesyrikan (musrik), misalnya Tumpeng, Ayam ingkung,

Nasi Golong dan sebagainya yang identik dengan tahlilan, slametan, nyatus, nyewu,

mitoni dan lain-lain. Para pedakwah Kyai atau Ulama tersebut menjelaskan; tidak

apa-apa tidak akan menggiring ke arak kesyrikan (musrik) asalkan diniati oleh niat

Shodakoh/Jariyah”13

.

“yang saya ketahui dari Jihad Pagi radio (MTA FM), Ustad Sukino gampang

menilai “musrik” kepada orang melakukan slametan, tahlilan, ingkungan dan

semacamnya itu”14

.

Dari kelima informan kunci yang telah diwawancarai oleh peneliti, didapatkan

informasi yang sama tentang Ormas MTA. Pada umumnya semua informasi ini

diperoleh oleh para informan saat mendengarkan progam acara Jihad Pagi, baik yang

secara langsung disiarkan pada Ahad pagi atau pada siaran ulangnya. Kelima nara

sumber menyepakati bahwa Ormas MTA melalui progam acara Jihad Pagi

mengajarkan pemahaman Islam yang adakalanya berseberangan dengan pemahaman

Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Ustad Sukino, salah seorang tokoh

kunci dalam progam acara Ahad Pagi tersebut, memberikan pemahaman kepada

khalayak luas bahwa Ormas MTA mengembalikan kebenaran ajaran Islam sesuai

tuntunan Al-Qur’an dan Hadist sesuai pemahaman MTA itu sendiri. Sebagian besar

ajaran tentang Islam dari Ustad Sukino pada progam acara Jihad Pagi selaras dengan

apa yang selama ini telah diajarkan oleh para Ulama NU, namun disisi lain terdapat

13

Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan 14

Hasil wawancara dengan K.H Muslim, Tanggal 03-03-2013, di Kecamatan Susukan

Page 70: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

124

juga beberapa ajaran dari Ustad Sukino (MTA) yang dianggap tidak sesuai dengan

ajaran Nahdatul Ulama Kecamatan Susukan. Berikut ini adalah penjelasan tentang

perbedaan pemahaman tentang Islam antara Ormas MTA (Ustad Sukino) dengan

sudut pandang tentang Islam dari komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan:

1. Tadisi Jawa yang identik dengan adanya tahlilan

Dari hasil observasi peneliti tentang kegiatan atau tradisi dari masyarakat

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, peneliti dapat menyatakan bahwa tradisi

masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan dipengaruhi oleh kebudayaan

Jawa dan Islam. Ajaran Islam sangat kuat pada kehidupan masyarakat Nahdatul

Ulama di Kecamatan Susukan, sehingga melahirkan sebuah tradisi Islami yang

bermartabat dan bermanfaat, misalnya tradisi Sholawatan pada bulan Maulud/Mulud

(penanggalan Jawa/Islam) yang tetap dijaga dan dilestarikan dari generasi ke genarasi

penerus. Sholawatan adalah bentuk senandung puji-pujian kepada Nabi besar umat

Islam, Muhammad SAW. Selanjutnya, peneliti menemukan bahwa terjadi

akulturalisasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan lokal (Jawa). Mayarakat

Islam Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan tidak meninggalkan tradisi Jawa secara

penuh, melainkan memberikan warna baru dalam bertradisi Jawa tanpa melanggar

norma-norma agama Islam itu sendiri. Sebagai contoh, kita semua tentunya

menyepakati bahwa rangkaian prosesi penghormatan kepada orang yang telah

meninggal, seperti Nelung Dino, Mitung Dino, Mendak, Nyatus, dan Nyewu adalah

tradisi yang dilahirkan oleh kebudayaan Jawa. Kemudian seiring berkembangnya

pengaruh Islam, khususnya dari masyarakat Nahdatul Ulama; memodivikasi tradisi-

tradisi semacam itu dengan menyisipkan adanya doa Tahlil (Dzikir’Tahlil) dan

menghilangkan unsur-unsur kemusrikan sehingga kebenaran dalam ber-Islam dapat

tetap terjaga dan dilestarikan dengan baik.

Menurut informan kunci dalam penelitian ini, Ormas MTA melalui siaran

radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi, Ustad Sukino sebagai pimpinan

Yayasan atau Ormas MTA melarang jamaahnya melakukan tradisi seperti Nelung

Dino, Nyatus dan ragam kegiatan tradisi lain yang menyerupainya (identik dengan

Page 71: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

125

Tahlilan). Ini semua dilandasi pemahaman MTA yang membenarkan bahwa tradisi

seperti yang telah disebutkan tadi, tidak ada dalam ajaran Islam (Al-Qur’an) atau

tidak pernah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.

2. Halal-Haram tentang Anjing dan Darah (makanan yang terbuat dari

darah)

Sudah menjadi rahasia umum apabila makanan yang terdapat dari unsur

Anjing dan Babi baik daging, minyak, maupun olahan organ tubuh lain dari ke-dua

hewan ini dinyatakan haram oleh MUI (Majelis Ulama Indonesia). Unsur-unsur Islam

seperti komunitas, lembaga dan Istitusi kajian Islam menyepakati bahwa Anjing dan

Babi adalah haram hukumnya. Terdapat wacana umum yang berkembang dan hangat

diperbincangkan di Kecamatan Susukan dengan mayoritas masyarakatnya beragama

Islam berhaluan Nahdatul Ulama, bahwa produk makanan dari Anjing dan darah

(hewan) tidak haram hukumnya menurut warga Islam Majelis Tafsir Al-Qur’an

(MTA). Peneliti, kemudian melakukan penelusuran kebenaran akan informasi ini

dengan proses wawancara dan observasi di kalangan komunitas Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan. Melalui informan kunci yang ditetapkan oleh peneliti,

menerangkan bahwa wacana yang berkembang di masyarakat Nahdatul Ulama

perihal MTA menghalalkan daging Anjing dan Darah (produk keturunannya) adalah

benar. Mereka (informan kunci) mendapatkan informasi tersebut saat mendengarkan

radio MTA FM pada progam acara Jihad Pagi yang diampu oleh Ustad Sukino. Akan

tetapi setelah di investigasi secara mendalam oleh peneliti, terdapat pernyataan dari

salah 2 (dua) informan kunci yaitu Ustad Rois dan K.H. Muslim yang menyatakan

bahwa; MTA juga mengharamkan Anjing dan Darah (produk keturunannya), MTA

tidak menghalalkannya.

“Pernah saya temui tentang siaran pada progam acara Jihad Pagi (Ustad

Sukino), ada jamaah pengajian yang menanyakan darah itu katanya halal menurut

Page 72: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

126

MTA, kemudian dijawab oleh Ustad Sukino kalau semua itu tidak benar, darah tetap

haram”15

.

“Saya pernah mendengarkan siaran ulang MTA FM tepatnya pogram acara

Jihad Pagi. Ada salah satu jamah yang membawa rekaman suatu pengajian di

daerahnya dan jamaah itu memperdengarkan rekamannya pada forum tersebut. Isi

rekaman tersebut adalah dakwah dari seorang Ulama yang mengatakan bahwa kalau

di Sukoharjo (MTA) banyak yang jualan sate daging Anjing karena menurut mereka

(MTA) Anjing adalah halal. Kemudian hal itu disangkal oleh Ustad Sukino, dan

mengatakan Anjing adalah haram”16

.

Ustad Rois ketika ditanya kembali oleh peneliti, dari manakah masyarakat

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan mendapatkan informasi tentang

dihalalkannya Anjing oleh MTA, dengan Gestur seolah-olah menyembunyikan

sesuatu, ia menjawab bahwa sepertinya ia juga pernah mendengarkan informasi

tersebut dari radio MTA FM.

“Sepertinya juga saya pernah dengar dari radio MTA FM”17

.

Dengan didasari dari data hasil wawancara dan observasi diatas, peneliti dapat

menyimpulkan bahwa; perihal dihalalkannya Anjing dan Darah (serta produk

keturunannya) oleh MTA, menurut komunitas NU di kecamatan Susukan adalah

benar mereka mendapatkan informasi tersebut dari progam Jihad Pagi MTA FM.

Kemudian, setelah selang beberapa waktu, terdapat informasi kembali yang diperoleh

dari progam Jihad Pagi MTA FM, bahwa MTA mengharamkan Anjing dan Darah.

Akan tetapi informasi dari radio MTA FM yang menyatakan bahwa daging Anjing,

halal hukumnya tetap mendominasi pandangan khalayak Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan.

15

Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan 16

Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan 17

Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan

Page 73: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

127

3. Pemahaman tentang Aqiqoh

Peneliti melihat dari sudut pandang masyarakat Nahdatul Ulama (NU), bahwa

Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an melalui siaran radio komunitas MTA FM pada

progam acara Jihad Pagi, memberikan penjelasan tentang Aqiqoh. Menurut Ormas

MTA ini, Aqiqoh hanya dapat dilakukan pada hari ketujuh setelah kelahiran anak.

Selepas hari ketujuh, apabila Aqiqoh tersebut tetap dilakukan maka pahala atau

ibadah yang tercatat adalah Shodakoh/Shedekah (amal) bukan pahala Aqiqoh lagi.

Sedangkan menurut pemahaman masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan

tentang Aqiqoh, yaitu Aqiqoh lebih baik kalanya kalau sudah mampu, dikerjakan

pada hari ketujuh setelah kelahiran anak, namun apabila dirasakan belum mampu

maka Aqiqoh boleh dilakukan dilain waktu setelah kiranya dianggap merasa mampu.

Persamaan dari pemahaman komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan dan

Ormas MTA ini tentang Aqiqoh adalah tentang syarat Aqiqoh, yaitu dengan

menyembelih 2 Kambing/Domba Jantan untuk anak Pria, dan seekor

Kambing/Domba Betina untuk anak yang dilahirkan adalah seorang Wanita.

4. Zinah (Taubat Nasuha)

Sebenarnya, yang dilihat oleh peneliti dari konteks Zinah ini adalah pada

proses Taubat Nasuha. Zinah itu sendiri dapat dipahami oleh peneliti, sebagai

tindakan yang dilarang oleh agama ketika Pria dan Wanita bukan muhrim (dihalalkan

oleh agama) berhubungan layaknya Suami-Istri. Sedangkan Taubat Nasuha adalah

Tobat sesungguh-sungguhnya dengan mawas diri akan dosa yang diperbuat,

memohon ampunan kepada Allah SWT, dan tidak akan mengulangi kembali

perbuatan dosanya, kemudian kembali ke jalan yang benar sesuai tuntunan agama.

Menurut Majelis Tafsir Al-Qur’an yang disampaikan dari informan kunci kepada

peneliti, memberikan penjelasan bahwa walaupun seseorang yang telah melakukan

dosa Zinah telah bertaubat Nasuha, tetap saja orang tersebut tercatat memiliki dosa

Zinah dan dituntut pertanggungjawabannya. Hal ini sedikit berbeda dengan apa yang

terjadi dalam pemahaman masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, yaitu

berkembang pemahaman bahwa dengan taubat Nasuha, maka besar harapannya dosa-

Page 74: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

128

dosa yang telah dilakukan pada masa lampau oleh seseorang dapat diampuni oleh

Allah SWT, termasuk dalam konteks “dosa Zinah”. Masalah dihapus atau tidaknya

suatu dosa setelah melakukan tobat Nasuha adalah kewenangan (rahasia) Allah SWT.

Taubat Nasuha hanyalah tuntunan yang diberikan oleh Allah SWT untuk menjawab

suatu rasa penyesalan akan dosa yang telah diperbuat dan keinginannya untuk

kembali ke jalan agama yang benar.

5. Maulid Nabi

Secara tradisi, komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan

mengerjakan salah satu ibadah yaitu Maulid Nabi. Kegiatan ini biasanya dilakukan

pada bulan Mulud (penanggalan Jawa/Islam) yang ditujukan untuk memperingati hari

kelahiran Nabi besar umat Islam, Muhammad SAW. Kegiatan Maulid Nabi tidak

menyalahi ajaran Islam, karena diisi dengan ragam acara yang baik, misalnya Seni

Baca Al-Qur’an dan Dakwah Islami. Disisi lain, Majelis Tafsir Al-Qur’an tidak

menyarankan agar dilaksanakannya Maulid Nabi, hal ini didasari pemikiran bahwa;

hari kelahiran Nabi Muhammad adanya hanya sekali, seketika Nabi dilahirkan

pertama kalinya di dunia ini. Informasi demikian ini, diperoleh peneliti dari informan

kunci yang bersumberkan penjelasan Ustad Sukino pada progam acara Jihad Pagi,

MTA FM.

5.4. Persepsi komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan terhadap

Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

Kecamatan Susukan terletak di Jawa Tengah, dengan kultur masyarakatnya

yang masih dipengaruhi oleh budaya Jawa dan pengaruh Islam. Peneliti melihat

bahwa antara budaya Jawa dan pengaruh Islam di Kecamatan Susukan membawa

dampak pada konteks “kepemimpinan” di Kecamatan ini. Setiap masing-masing

Dusun/Desa mempunyai alur kepemimpinan yang hampir seratus persen dapat

dikatakan sama. Alur kepemimpinan pertama, disebut oleh peneliti sebagai

kepemimpinan Islam oleh Ulama dari kalangan komunitas Nahdatul Ulama. Alur

kedua, oleh peneliti disebut dengan kepemimpinan dari “Jago”. Istilah “Jago”

terdapat di dunia sinkretisme Jawa dan lebih tepatnya dunia muslim, dan tergantung

Page 75: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

129

pada situasi setempat, mereka bisa berada pada di kedua belah pihak. H. Schulte

Nordholt (dalam Antlov dan Sederroth, 2001:46) menyatakan bahwa Jago itu

kebanyakan melayani mereka yang dapat memberikan upah, bukan orang kebanyakan

melainkan unsur elite.

Menurut Mansurnoor (dalam Antlov dan Sederroth, 2001:56) istilah Kyai

akan dipakai disini untuk Ulama tingkat tinggi yang memiliki pengaruh regional dan

lokal. Biasanya tidak selalu yang disebut dengan Kyai itu, seorang kepala sekolah

agama, ataupun pesantren. Kemudian Ulama itu sendiri dapat diartikan sebagai segala

macam guru agama Islam dan pimpinan di berbagai tingkat, termasuk hal ini adalah

Kyai. Peran Kyai memiliki banyak aspek. Bukan seperti “Jago”, Kyai ini sering

berfungsi sebagai mediator antara penduduk pedesaan dan dunia luar, termasuk aparat

Negara. Meskipun demikian, ini bukan berarti bahwa mereka selalu memperbaiki

pengertian optimal antara pemerintah dan penduduk pedesaan setempat. Kyai selalu

menggunakan pengetahuan mereka mengenai dunia luar secara selektif dan dalam

keraguan-raguan selalu bertindak demikian, meskipun taktik semacam ini menjadi

makin sulit sekarang ini. Salah satu sifat kepemimpinan Kyai adalah keluwesannya,

baik yang berkaitan dengan kondisi setempat maupun kebijakan pemerintah, karena

itu tidak mengherankan bahwa sikap mereka terhadap birokrasi berubah-ubah

sepanjang masa.

Kembali ke dalam fokus penelitian ini, di Kecamatan Susukan peran dan

status Kyai lebih tinggi sebagai pemimpin lokal dibandingkan dengan pihak yang

disebut oleh peneliti sebagai “Jago”. Kesimpulan peneliti ini, bukan berarti

menyangkal tidak adanya pengaruh “Jago” dalam kehidupan masyarakat Islam di

Kecamatan Susukan. Secara singkat peneliti dapat gambarkan, dalam

perkembangannya sampai pada masa sekarang ini, yang dimaksudkan “Jago” di

Kecamatan Susukan adalah orang yang mempunyai kekuatan ekonomi dan/atau

supranatural yang berpengaruh pada kehidupan masyarakat di Kecamatan Susukan,

khususnya komunitas Nahdatul Ulama. Mereka yang dapat disebut oleh peneliti

dengan istilah “Jago” adalah pengusaha, pejabat, tuan tanah, orang “sakti” dan lain

Page 76: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

130

sebagainya yang kiranya menjadi panutan kelompok-kelompok kecil lingkup

komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan. Kyai merupakan bagian dari yang

disebut dengan “Ulama” yang paling dihormati dan disegani oleh masyarakat

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan dibandingkan Ulama lainnya seperti, Ustad,

Haji maupun Guru Ngaji/Agama. Dapat ditambahkan oleh peneliti, para Kyai

menempati kasta tertinggi dalam tatanan kehidupan sosial komunitas Nahdatul Ulama

di Kecamatan Susukan. Hal ini dikarenakan status “Kyai” diwariskan secara turun-

temurun menurut garis keturunan, sehingga belum tentu orang yang kuat dalam ilmu

agama, dapat disebut dengan istilah “Kyai”, apabila tidak mempunyai silsilah

keturunan Kyai secara pasti. Hubungan antara pemimpin/Ulama (Kyai, Haji, Ustad,

Ustadzah, Guru Agama/Ngaji) dalam komunitas Islam Nahdatul Ulama Kecamatan

Susukan dapat terjalin dengan baik, seiring dengan diadakannya forum-forum

pertemuan rutin, seperti pengajian Nahdatul Ulama (NU). Pada kesempatan itu para

Ulama dapat bertukar pikiran, ilmu dan berdiskusi mengenai masalah-masalah sosial

dan agama yang terjadi di Kecamatan Susukan.

Radio MTA FM termasuk dalam ranah radio komunitas. Siaran dari radio

MTA FM ini, dapat diterima dengan baik di seluruh wilayah Kecamatan Susukan, hal

ini tentunya telah dibuktikan sendiri oleh peneliti. Peneliti melakukan percobaan

dengan menyalakan radio di bagian Utara wilayah Kecamatan Susukan dan kemudian

mencari gelombang MTA FM. Hasilnya adalah gelombang MTA FM lebih jernih

dalam aspek penerimaan siarannya dibandingkan dengan gelombang-gelombang

radio dakwah lainnya. Oleh peneliti melalui eksperimen kecil ini, dapat disimpulkan

bahwa penerimaan kualitas siaran dari radio MTA FM yang lebih baik ini

dibandingkan dengan kualitas siaran radio dakwah lainnya di wilayah Kecamatan

Susukan, turut mendorong adanya perhatian lebih dari masyarakat Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan terhadap radio MTA FM.

MTA FM mempunyai 15 (lima belas) progam acara yang disiarkan dalam

kurun waktu sepekan. Progam acara tersebut yaitu Asli Indonesia, Bargain, Blessing

Afternoon, Ekobis, Etalase MTA FM, Fajar Hidayah, Infora, Jihad Pagi, Mitra Tani,

Page 77: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

131

Mutiara Kata Bermakna, Sifat Gita MTA, Silaturahim, SWB, Tahsin Al-Qur’an dan

TKP. Dari hasil wawancara dan observasi yang telah dilakukan peneliti, dapat

diketahui bahwa mayoritas masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan hanya

mendengarkan progam acara Jihad Pagi di radio siaran komunitas MTA FM. Melalui

progam acara Jihad Pagi ini, masyarakat Nahdatul Ulama mendapatkan informasi-

informasi terbarukan ajaran Islami dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA)

seperti pemahaman MTA tentang Aqiqoh, Maulid Nabi, Tahlilan dan lain

sebagaimya. Salah satu informan kunci menyarankan kepada peneliti untuk

mendengarkan siaran dari progam acara Jihad Pagi MTA FM, hal ini ditujukan agar

peneliti dengan sendirinya mengetahui gambaran progam acara Jihad Pagi MTA FM.

Kemudian saran baik ini, ditindaklanjuti oleh peneliti dengan cara mendengarkan

siaran langsung progam acara Jihad Pagi. Hasilnya dapat digambarkan oleh peneliti

bahwa dalam progam acara Jihad Pagi tersebut, terdapat nara sumber yaitu Ustad

Sukino yang bertindak selaku pemberi penjelasan-penjelasan Islami kepada jamaah

pengajian Majelis Tafsir Al-Qur’an. Ustad Sukino secara meyakinkan, menjawab

segala macam pertanyaan tentang Islam dari jamaahnya dengan dilandasi dari

penjelasan-penjelasan ayat-ayat Al-Qur’an dan Al-Hadist. Peserta pengajian tersebut

juga dapat bertanya sesuai materi yang dibahas, secara tertulis maupun secara

langsung melalui microphone (pengeras suara).

Radio MTA FM merupakan sebuah radio dakwah yang mengudara di

frekuensi 107,9 MHz. Radio ini pertama kali mengudara dari awal tahun 2007 dan

jangkauan siarnya dapat diterima dengan baik di wilayah Kecamatan Susukan,

Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Dalam kurun waktu hampir 7 (tujuh) tahun

antara tahun 2007 s/d 2013, radio MTA FM mampu menjalankan salah satu

fungsinya sebagai radio dakwah berbasis komunitas yaitu Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Walaupun radio MTA FM ini merupakan radio komunitas, akan tetapi apabila dilihat

dari aspek pendengarnya, bukan hanya dari kalangan komunitas Majelis Tafsir Al-

Qur’an saja sebagai pendengarnya, melainkan terdapat juga pendengar dari

komunitas-komunitas lainnya termasuk dari komunitas/masyarakat Nahdatul Ulama

Page 78: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

132

di Kecamatan Susukan. Estrada (2001:15) mengemukakan bahwa fokus yang khas

dari radio komunitas adalah membuat audiens/khalayaknya sebagai protagonist

(tokoh utama), melalui keterlibatan mereka dalam seluruh aspek menejemen, dan

produksi progamnya, serta menyajikan progam yang membantu mereka dalam

pembangunan dan kemajuan sosial didalam komunitas mereka. Radio MTA FM

menghadirkan 15 (lima belas) progam acara unggulan ditengah-tengah para

pendengarnya. Akan tetapi dari kelima belas progam acara tersebut, hanya progam

acara Jihad Pagi yang menarik perhatian dan sering didengar oleh khalayak Nahdatul

Ulama di Kecamatan Susukan. Alasannya adalah melalui progam acara Jihad Pagi,

masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan dapat belajar tentang agama

Islam dan sekaligus dapat membandingkan pemahaman agama mereka dengan

pemahaman agama dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA).

“Saya mendengarkan radio MTA FM, Jihad Pagi karena ingin belajar

agama dan melalui radio ini menjadi media pembanding antara ilmu agama yang

saya miliki dengan ilmu agama yang dimiliki Ustad Sukino (Ormas MTA)”18

.

Progam acara Jihad Pagi dengan tokoh sentral yaitu Ustad Sukino,

memberikan pemahaman yang dianggap baru oleh masyarakat Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan dalam aspek kajian Islam. Hal ini menyangkut perbedaan

pemahaman pada konteks; halal-haramnya Anjing dan Darah (beserta produk

keturunannya), Aqiqoh, Zinah (Taubat Nasuha), Tadisi Jawa-Islam (seperti; Nyatus,

Nyewu), dan konteks pemahaman ibadah Kurban. Perbedaan pemahaman-

pemahaman tersebut telah dijelaskan secara terperinci seperti di muka, akan tetapi

peneliti menyimpulkan bahwa untuk masalah halal-haramnya Anjing dan Darah tidak

lagi menjadi suatu perbedaan, karena dari keterangan Ustad Rois dan K.H. Muslim;

Ustad Sukino melalui progam acara Jihad Pagi MTA FM mengklarifikasi

pemahaman tersebut dan menilai Anjing dan Darah adalah haram hukumnya.

Pemahaman baru pada aspek kajian Islam, yang diperoleh masyarakat Nahdatul

18

Hasil wawancara dengan K.H Muslim, Tanggal 03-03-2013, di Kecamatan Susukan

Page 79: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

133

Ulama Kecamatan Susukan dari progam acara Jihad Pagi MTA FM, dapat

disimpulkan oleh peneliti sebagai suatu inovasi dalam lingkup pemahaman Islam

yang diajarkan atau dibawakan Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Rogers (dalam

Effendy, 2003:284) mendefinisikan difusi sebagai suatu proses dimana inovasi

dikomunikasikan melalui saluran tertentu dalam jangka waktu tertentu diantara para

anggota suatu sistem sosial (the process by which an innovation is communicated

through certain channels over time among the members of a sosial system). Difusi

adalah suatu jenis khusus komunikasi yang berkaitan dengan penyebaran pesan-pesan

sebagai ide baru. Sedangkan komunikasi didefinisikan sebagai proses dimana para

pelakunya menciptakan informasi dan saling bertukaran informasi tersebut untuk

mencapai pengertian bersama. Radio MTA FM merupakan media yang paling tepat

dalam penyampaian pesan-pesan dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an kepada

khalayak luas termasuk masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan.

Sebagian besar dari masyarakat/komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan, mendapatkan bentuk inovasi terbaru pada aspek kajian Islam yang

dibawakan oleh Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an melalui media Radio MTA FM

(Jihad Pagi) dan dari peran opinion leader yaitu para Ulama. Ulama, baik Ustad,

Ustadzah ataupun Kyai berperan dalam menyebarluaskan dan memperteguh adanya

inovasi tersebut kepada khalayak luas melalui dakwah-dakwahnya. Di Kecamatan

Susukan Ulama merupakan pemimpin tertinggi dari masyarakat Islam Nahdatul

Ulama.

“MTA menganggap kegiatan seperti tahlilan itu haram, karena tidak ada

dasarnya dalam Islam. Kemudian Kyai atau Ulama itu menjelaskan bahwa NU

melakukan kegiatan tahlilan seperti itu, pastinya punya dasar yang kuat. Misalnya

mendoakan orang tua adalah kewajiban anak, sedangkan doa dari anak kepada

orang tua adalah amal ibadah yang tidak bisa putus. Disisi lain dikatakan oleh MTA

bahwa bentuk-bentuk makanan yang disajikan kepada jamaah itu perbuatan yang

mengidentifikasikan suatu kesyrikan, misalnya Tumpeng, Ayam ingkung, Nasi

Golong dan sebagainya yang identik dengan tahlilan, slametan, nyatus, nyewu,

Page 80: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

134

mitoni dan sebagainya. Para pedakwah Kyai atau Ulama tersebut menjelaskan tidak

apa-apa tidak akan menggiring ke arah kesyrikan asalkan diniati oleh niat

Shodakoh/Jariyah”19

.

“ya saya menyampaikan sesuai fakta, apa yang saya dengar dari radio

tentang ajaran MTA ini, saya beritahukan ke umat (masyarakat Nahdatul Ulama)”20

.

Peneliti dapat menyatakan bahwa, masyarakat Nahdatul Ulama mengetahui

adanya inovasi beragama Islam yang dibawa oleh Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

bersumberkan pada progam Jihad Pagi MTA FM dan diperkuat oleh dakwah-dakwah

para Ulama sebagai pemimpin tertinggi komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan. Menurut Rogers (dalam Effendy, 2003:284), Inovasi adalah gagasan,

tindakan, atau barang yang dianggap baru oleh seseorang. Dalam hal ini, kebaruan

inovasi diukur secara subjektif menurut pandangan individu yang menerimanya. Jika

suatu ide dianggap baru oleh seseorang maka ia adalah inovasi untuk orang itu.

Konsep ”baru” dalam ide yang inovatif tidak harus baru sama sekali. Dari sudut

pandang khalayak yaitu komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, peneliti

melihat bahwa Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA) membawa pemahaman ajaran Islam

baru, diantaranya yaitu menganggap perbuatan Syirik (menyekutukan Allah SWT)

pada tradisi yang identik dengan Tahlilan seperti tradisi Slametan, perbedaan

pemahaman tentang Aqiqoh dan kurban, tidak adanya kegiatan Maulid Nabi, dan

perbedaan pemahaman Taubat Nasuha dalam konteks dosa perzinahan. Kesemuanya

itu dianggap oleh Komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan sebagai konsep

baru (inovasi) dalam berIslam, karena pada dasarnya mereka sudah memiliki

pemahaman dan tradisi tersendiri yang diwariskan secara turun-temurun.

Disebutkan oleh Rogers (dalam Effendy, 2003:284) terdapat ciri-ciri inovasi

yang dirasakan oleh para anggota sistem sosial menentukan tingkatan adopsi. Lima

ciri inovasi adalah Relatif Advantage (keuntungan relatif), Combatibility

19

Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan 20

Hasil wawancara dengan K.H Muslim, Tanggal 03-03-2013, di Kecamatan Susukan

Page 81: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

135

(kesesuaian), Complexity (kerumitan), Trialability (kemungkinan dicoba),

Observability (kemungkinan diamati). Peneliti melihat dalam konteks penelitian ini,

masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan menganggap bentuk inovasi yang

dibawa oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an yang disebarkan melalui media massa radio

MTA FM, memiliki tingkat inovasi Complexity. Menurut Rogers (Rogers, 1983:35)

Complexity adalah mutu derajat dengan mana inovasi dirasakan sukar untuk

dimengerti dan dipergunakan. Hambatan untuk mengerti dan mempergunakan inovasi

baru tentang Islam dari Ormas MTA ini, adalah dikarenakan masyarakat Nahdatul

Ulama di Kecamatan Susukan sebagai satuan sistem sosial telah mempunyai

”pondasi” yang kuat dalam pemahaman agama Islam sesuai ajaran dari Nahdatul

Ulama.

Rogers (dalam Effendy, 2003:284), menyebutkan adanya tahapan

Innovations-decision process. Innovations-decision process adalah proses mental

dimana seseorang berlalu dari pengetahuan pertama mengenai inovasi ke

pembentukan sikap terhadap inovasi, ke keputusan menerima atau menolak, ke

pelaksanaan ide baru, dan ke peneguhan keputusan itu. Ada lima langkah yang

dikonseptualisasikan dalam proses ini, yaitu :

1. Tahap Munculnya Pengetahuan (Knowledge) ketika seorang individu (atau

unit pengambil keputusan lainnya) diarahkan untuk memahami eksistensi dan

keuntungan/manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi.

2. Tahap Persuasi (Persuasion) ketika seorang individu (atau unit pengambil

keputusan lainnya) membentuk sikap baik atau tidak baik.

3. Tahap Keputusan (Decisions) muncul ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada

pemilihan adopsi atau penolakan sebuah inovasi.

4. Tahapan Implementasi (Implementation), ketika sorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya menetapkan penggunaan suatu inovasi.

Page 82: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

136

5. Tahapan Konfirmasi (Confirmation), ketika seorang individu atau unit

pengambil keputusan lainnya mencari penguatan terhadap keputusan

penerimaan atau penolakan inovasi yang sudah dibuat sebelumnya.

Khalayak Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan mempunyai pengetahuan

tentang Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an ini melalui media massa radio MTA FM

pada progam acara Jihad Pagi, sebagai suatu Ormas Islam yang mengajarkan cara

berIslam secara ”ringkes”.

“Kalau MTA adalah cara berIslam yang ringkes, bukannya bebas. Misalkan

tidak ada acara “matang puluh, nyatus, mitoni, dan lain sebagainya”. Memang

benar sebagian kegiatan itu adalah produk budaya Jawa, tapi dalam segi sudut

pandang NU yang terpenting adalah “bagaimana bisa dekat dengan Tuhan”21

.

”Kalau untuk orang “irit-irit”, ya cocok (MTA). Warisannya yang luas bisa

diwarisi sendiri, nilainya sebagian tidak dipergunakan untuk Peringatan-peringatan

tadi”22

.

Pada tahap Persuasi (Persuasion), Masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan tetap membentuk sikap baik dari hadirnya Ormas MTA ini, walaupun pada

dasarnya memiliki pengetahuan/pemahaman Islam yang berbeda. Mereka

(masyarakat NU) meyakini bahwa perbedaan tentang Islam ini sudah menjadi suatu

kepastian atau takdir dari Allah SWT. Mereka berpedoman kepada AL-Hadist bahwa

Islam dalam perkembangannya kelak akan terbagi kedalam 73 golongan di akhir

zaman dan hanya ada satu golongan saja yang masuk surga.

”Tapi kalau menurut saya, seharusnya saling menghormati, NU dan MTA

secara tauhid;sama, sama-sama mengerjakan rukun Islam. Hanya MTA ini gampang

menyalahkan dan memusrikan orang Islam lainnya. Memang kalau dipikir kan

nantinya Islam akan terdiri dari puluhan golongan. Bagi saya yang terpenting, Kyai

dan Ulama tidak akan pernah menyesatkan umat”23

.

21

Hasil wawancara dengan Pramudi, Tanggal 06-01-2013, di Kecamatan Susukan 22

Hasil wawancara dengan Ustadzah Solaehah, Tanggal 10-12-2012, di Kecamatan Susukan 23

Hasil wawancara dengan Ustadzah Solaehah, Tanggal 10-12-2012, di Kecamatan Susukan

Page 83: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

137

“Ya, kita sebagai seorang muslim harus bisa menyikapi MTA ini dengan

sebaik-baiknya. Islam kan nantinya akan terdiri dari 73 golongan, sampai di ahkir

zaman”24

.

Tahap Keputusan (Decisions), menurut peneliti lebih mengarah pada aktifitas

penolakan inovasi yang dibawa Majelis Tafsir Al-Qur’an. Hal ini mengingat adanya

suatu aktifitas yang berkaitan dengan persepsi masyarakat Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan terhadap Ormas MTA, yang menganggap Ormas MTA ini

membawa ajaran Islam (inovasi) yang bertentangan dengan apa yang telah diyakini

oleh Masyarakat Nahdatul Ulama itu sendiri. Para Ulama, disetiap kesempatannya

dalam berdakwah, membentengi umat dengan memberikan pemahaman tentang

perbedaan ajaran Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan dengan pemahaman dari

Majelis Tafsir Al-Qur’an. Pada konteks ini menurut peneliti berlaku dalil teori

Inokulasi. Teori inokulasi (suntikan) menyatakan bahwa lebih baik mempersenjatai

terbujuk (persuadee) dengan counterarguments daripada membiarkan tidak siap

menyangkal perspektif lawan. Orang yang tidak memiliki informasi mengenai suatu

hal atau tidak menyadari posisi mengenai hal tersebut, maka ia akan lebih mudah

untuk dipersuasi atau dibujuk, oleh karena ia tidak siap untuk menolak argumentasi si

persuader atau pembujuk. Suatu cara untuk membuatnya agar tidak terkena pengaruh

adalah menyuntiknya dengan argumentasi balasan (counterarguments) (Effendy,

2003:263).

“MTA menganggap kegiatan seperti tahlilan itu haram, karena tidak ada

dasarnya dalam Islam. Kemudian Kyai atau Ulama itu menjelaskan bahwa NU

melakukan kegiatan tahlilan seperti itu, pastinya punya dasar yang kuat. Misalnya

mendoakan orang tua adalah kewajiban anak, sedangkan doa dari anak kepada

orang tua adalah amal ibadah yang tidak bisa putus. Disisi lain dikatakan oleh MTA

bahwa bentuk-bentuk makanan yang disajikan kepada jamaah itu perbuatan yang

mengidentifikasikan suatu kesyrikan, misalnya Tumpeng, Ayam ingkung, Nasi

24

Hasil wawancara dengan K.H Muslim, Tanggal 03-03-2013, di Kecamatan Susukan

Page 84: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

138

Golong dan sebagainya yang identik dengan tahlilan, slametan, nyatus, nyewu,

mitoni dan sebagainya. Para pedakwah Kyai atau Ulama tersebut menjelaskan tidak

apa-apa tidak akan menggiring ke arah kesyrikan asalkan diniati oleh niat

Shodakoh/Jariyah. Lebih banyak yang mendoakan kan lebih baik, walaupun pada

dasarmya bisa saja anak atau hanya keluarga saja yang mendoakan orang tua yang

telah meninggal. Terkadang seolah-olah antara NU dan MTA mempertahankan

kebenarannya sendiri-sendiri. NU punya dasar, MTA juga punya dasar, yang

terpenting dapat mempertanggungjawabkannya, yang namanya perbedaan dari

zaman dulu sampai besok juga pastinya tetap ada”25

.

Komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan secara umum, memilih

mencari pengetahuan kembali tentang ajaran Nahdatul Ulama, hal ini dilakukannya

dengan cara mengikuti ragam kegiatan keagamaan seperti pengajian muslimatan,

pengajian umum, dan dengan cara lainnya yaitu dengan bertanya kepada orang yang

lebih tahu tentang ilmu agama (Ulama). Kegiatan ini dimaksudkan agar kebimbangan

(ketidakpastian) dalam diri individu masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan

Susukan yang diakibatkan oleh adanya inovasi dalam berIslam dari Majelis Tafsir Al-

Qur’an, mendapatkan suatu kepastian untuk menolak atau menerima inovasi tersebut.

Masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan menyadari bahwa perilakunya

dalam mengamalkan ajaran Islam berbenturan dengan pengetahuan barunya tentang

Islam yang diperoleh dari Majelis Tafsir Al-Qur’an. Misalnya, Masyarakat Nahdatul

Ulama di Kecamatan Susukan selama ini mengerjakan tradisi-tradisi Jawa yang

identik dengan tahlilan, kemudian mendapatkan pengetahuan baru dari Majelis Tafsir

Al-Qur’an bahwa kegiatan tersebut mengarah keperbuatan syirik (musrik). Dalam

studi komunikasi, peristiwa yang dialami oleh individu dalam komuntas Nahdatul

Ulama ini lazim disebut dengan disonansi kognitif. Istilah disonansi kognitif dari teori

yang ditampilkan oleh Leon Festinger ini berarti ketidaksesuaian antara kognisi

sebagai aspek sikap dengan perilaku yang terjadi pada diri seseorang. Orang yang

25

Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan

Page 85: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

139

mengalami disonansi akan berupaya mencari dalih untuk mengurangi disonansinya

itu. Jika seseorang mempunyai informasi atau opini yang tidak menuju kearah

menjadi perilaku, maka informasi atau opini itu akan menimbulkan disonansi dengan

perilaku. Apabila disonansi tersebut terjadi, maka orang akan berupaya

menguranginya dengan jalan merubah perilakunya, kepercayaan atau opininya

(Effendy, 2003:262). Peneliti melihat bahwa mayoritas komunitas Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan menolak inovasi dalam berIslam yang dibawa oleh Ormas MTA

ini. Penolakan ini diakibatkan karena bentuk inovasi berIslam dari Ormas MTA, pada

hakikatnya bertentangan dengan pemahaman Islam dari masyarakat Nahdatul Ulama

di kecamatan Susukan.

Dari perspektif lain, berkenaan dengan adanya inovasi berIslam yang dibawa

oleh Majelis Tafsir Al-Qur’an dan disampaikan ke khalayak luas termasuk

Masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan melalui media massa radio

komunitas MTA FM atau tepatnya melalui siaran progam acara Jihad Pagi, peneliti

dapat menyimpulkan adanya persepsi umum dari Masyarakat Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan terhadap Ormas MTA. Menurut Bimo Walgito (1990:54),

persepsi adalah suatu kesan terhadap suatu obyek yang diperoleh melalui proses

penginderaan, pengorganisasian, dan interpretasi terhadap obyek tersebut yang

diterima oleh individu, sehingga merupakan suatu yang berarti dan merupakan

aktivitas integrated dalam diri individu. Namun, sebelum sampai kedalam tahap

penafsiran informasi dan penilaian terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA)

dari sudut pandang khalayak Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, peneliti akan

terlebih dahulu menggambarkan bagaimana informasi tersebut dapat mewakili jati

diri dari Ormas MTA ini.

Sudah dijelaskan oleh peneliti, bahwa radio MTA FM menjadi alat yang

efektif dalam penyampaian pesan dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Ini semua

dikarenakan MTA FM merupakan radio komunitas yang turut berperan dalam

perkembangan Ormas dan komunitas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Kebanyakan

masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan, memilih progam acara Jihad

Page 86: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

140

Pagi sebagai progam favorit dari MTA FM untuk mereka dengarkan, hal ini

dikarenakan melalui progam acara tersebut, pendengar dapat menimba ilmu agama

Islam, sekaligus dapat membandingkan pemahaman Islam antara Nahdatul Ulama

dengan Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Jihad Pagi adalah Pengajian Ahad Pagi yang diampu oleh Al-Ustadz Drs.

Ahmad Sukino selaku Ketua Umum Ormas/Yayasan Majelis Tafsir Al-Qur’an

(MTA). Jihad Pagi (Live) adalah program siaran pengajian Ahad pagi yang disiarkan

secara langsung setiap Ahad pagi mulai pukul 07:00 s/d 10:30 Wib. Pada pengajian

Ahad pagi ini peserta diberikan materi berupa brosur dengan tema yang berbeda-beda

dan berkelanjutan setiap hari Ahadnya. Peserta juga dapat bertanya sesuai materi

yang dibahas pada kesempatan tersebut baik melalui tertulis maupun langsung

melalui microphone yang ada. Jihad Pagi (Recorded) adalah program pengajian yang

disiarkan melalui radio MTA FM yang merupakan rekaman dari pengajian yang

diselenggarakan setiap Ahad pagi. Setiap harinya menyiarkan ulang pengajian Ahad

pagi episode lalu, yang disiarkan menjadi 3 waktu yaitu:

Jihad Pagi 1 : 06:00 s/d 07:00 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian awal.

Jihad Pagi 2 : 14:00 s/d 15:30 Wib, siaran ulang jihad pagi bagian akhir

(lanjutan).

Jihad Pagi hari ini : 19:00 s/d 21:30 Wib, siaran ulang jihad pagi secara utuh

(gabungan 1 & 2).

Peneliti menilai, jam siar pada progam Jihad Pagi setiap harinya, baik secara

Live maupun Recorded turut menjadikan progam ini mendapatkan perhatian (atensi)

yang lebih dibandingkan dengan progam-progam lainnya di radio MTA FM.

Misalnya saja, pada hari Senin s/d Sabtu progam Jihad Pagi mengudara secara

periodik dengan total waktu selama 5 (lima) jam, sedangkan pada hari Ahad

(Minggu) progam acara ini mampu mengudara dengan total waktu selama 7,5 jam.

Intensitas siaran dari progam acara Jihad Pagi yang sedemikian rupa (disiarkan

berulang-ulang) melebihi intensitas siaran progam-progam acara radio MTA FM

lainnya, mendorong masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan lebih

Page 87: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

141

memperhatikan progam acara Jihad Pagi tersebut dibandingkan progam-progam

lainnya (motivasi). Dijelaskan oleh Rakhmat (2008:52), faktor eksternal penarik

perhatian diantaranya adalah faktor intensitas stimuli dan perulangan. Pemahaman

tentang intensitas stimuli itu sendiri adalah sebagaimana manusia akan lebih

memperhatikan stimuli yang menonjol dari stimuli yang lain. Sedangkan apa yang

disebut dengan perulangan adalah Kesemuanya hal yang disajikan berulangkali, bila

disertai dengan sedikit variasi akan menarik perhatian.

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi

menonjol dalam kesadaran saat stimuli lainnya melemah (Andersen, 1972:46). Faktor

perhatian (attention) ini sangat besar pengaruhnya terhadap persepsi. Peneliti melihat

bahwa masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan lebih memperhatikan isi

berupa informasi-informasi yang terbarukan (Novelity) menurut mereka sendiri, saat

mendengarkan siaran progam acara Jihad Pagi MTA FM. Faktor situasional kadang

juga disebut sebagai determinan perhatian yang bersifat eksternal atau penarik

perhatian (attention getter). Kebaruan (Novelity) dapat dimaknai sebagai kesemua hal

yang baru yang luar biasa, yang berbeda, akan menarik perhatian. Stimuli

diperhatikan karena mempunyai sifat-sifat yang menonjol, antara lain: gerakan

intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan (Rakhmat,2008:52).

Informasi yang terbarukan dari progam Jihad Pagi MTA FM, antara lain;

menganggap perbuatan Syirik (menyekutukan Allah SWT) pada tradisi yang identik

dengan Tahlilan seperti tradisi Slametan, perbedaan pemahaman tentang Aqiqoh,

tidak adanya kegiatan Maulid Nabi, perbedaan pemahaman dalam konteks ibadah

Kurban dan perbedaan pemahaman Taubat Nasuha dalam konteks dosa perzinahan.

Kesemuanya itu merupakan bentuk ”inovasi berIslam” dari Majelis Tafsir Al-Qur’an.

Informasi-informasi terbarukan tersebut (inovasi berIslam), kemudian mendapatkan

perhatian lebih dari khalayak Nahdatul Ulama Kecamatan Susukan, sehingga masih

melalui informasi-informasi terbarukan tadi dapat memunculkan persepsi khalayak.

Peneliti menyimpulkan, persepsi masyarakat Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan

terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an adalah Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an

Page 88: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

142

mengajarkan cara berIslam yang tidak dapat diterapkan di kehidupan Masyarakat

Nahdatul Ulama. Peneliti juga dapat menambahkan, Ustad Sukino sebagai

komunikator dari Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA), kurang menghormati dan

menghargai tradisi dari golongan Islam lainnya termasuk komunitas Nahdatul Ulama

di Kecamatan Susukan. Penyebabnya adalah Ustad Sukino mudah sekali mengatakan

apa yang dikerjakan (tradisi) orang lain itu termasuk perbuatan musrik, dan dari pesan

paralinguistiknya dapat dipersepsikan oleh masyarakat Nahdatul Ulama Susukan

sebagai orang kemaki, seolah-olah nantang untuk beradu pemahaman Islam dengan

golongan Islam lainnya (selain Ormas MTA). Paralinguistik adalah cara bagaimana

orang mengucapkan lambang-lambang verbal. Ini meliputi tinggi rendahnya suara,

tempo bicara, gaya verbal (dialek), dan interaksi (Rakhmat, 2008:87).

“Kemaki”, semacam nantang. Dia (Ustad Sukino), seperti orang yang

meremehkan Ulama, misalnya saja kalau dipikir secara logika, dia sendiri (Ustad

Sukino) dapat “ngaji” awalnya dari siapa? Pastinya ada gurunya, yaitu Kyai atau

Ulama. Masa dengan sendirinya lansung bisa, tidak mungkin. Kenapa kok dia bisa

mengatakan jangan percaya atau gampang menurut pada Ulama dan Kyai.

Kemudian juga dia seolah-olah meremehkan apa yang yang diajarkan oleh para

Ulama, misalnya tentang “Ajaran Kitab Kuning”26

.

“MTA apabila dikatakan salah ya tidak benar karena mereka menganggap

ajarannya benar menurut mereka sendiri. Letak kesalahannya MTA ini adalah sering

menganggap salah terhadap apa yang dilakukan orang lain (pihak lain), padahal

orang yang disalahkan ini juga orang Islam yang punya pedoman sendiri”27

.

Persepsi terjadi pada ranah kognitif dari individu, bukan terjadi pada ranah

afektif ataupun perilaku dari diri individu. Oleh karena itu dengan berpedoman pada

definisi persepsi dari Bimo Walgito (1990), peneliti menyebutkan bahwa adanya

proses menyerap akan rangsangan (stimulus), mengerti dan menilai (evaluasi) adalah

bagian dari indikator-indikator persepsi itu sendiri. Indikator merupakan ukuran

26

Hasil wawancara dengan Ustadzah Solaehah, Tanggal 10-12-2012, di Kecamatan Susukan 27

Hasil wawancara dengan Ustad Rois, Tanggal 03-02-2013, di Kecamatan Susukan

Page 89: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

143

(tanda-tanda) sehingga dapat muncul apa yang disebut dengan persepsi. Proses

pembentukan persepsi dimulai dengan penerimaan stimulus (rangsangan) dari

berbagai sumber melalui panca indera yang dimiliki, setelah itu diberikan respon

sesuai dengan penilaian dan pemberian arti terhadap stimulus lainnya. Stimulus atau

data yang ada tersebut kemudian diseleksi. Setelah diseleksi stimulus diorganisasikan

berdasarkan bentuk sesuai dengan stimulus yang telah diterima. Setelah diterima dan

diatur, proses selanjutnya individu menafsirkan data (informasi) yang diterima

dengan berbagai cara. Dapat dikatakan terjadi persepsi apabila terdapat penafsiran

dari data-data tersebut.

Berpedoman dari penjelasan-penjelasan diatas, peneliti dapat meringkasnya

ke bentuk sederhana dalam memahami persepsi komunitas Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Persepsi khalayak

dapat terwujud karena adanya persamaan persepsi antar individu dalam lingkup

komunitas Nahdatul Ulama Kecamatan Susukan. Adanya persamaan persepsi ini

dilandasi oleh, tetap dijadikannya Nahdatul Ulama sebagai kerangka rujukan oleh

individu dalam komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan ketika

menafsirkan informasi-informasi dari Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an (inovasi dari

MTA). Teori kategori sosial menyatakan adanya perkumpulan-perkumpulan,

kebersamaan-kebersamaan atau kategori sosial pada masyarakat urban-industrial

yang perilakunya ketika diterpa perangsang-perangsang tertentu hampir seragam

(Effendy, 2003:276).

Informasi-informasi mengenai Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an dapat

dimengerti oleh komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan melalui media

massa radio komunitas MTA FM dan diteguhkan kembali oleh para Ulama saat

menyampaikan dakwah-dakwahnya. Pada tahap ini peneliti melihat berlakunya dalil

sensasi atau penyerapan rangsangan terhadap obyek dari luar individu. Progam acara

Jihad Pagi MTA FM dengan tokoh sentral Ustad Sukino, menjadi sumber utama

munculnya informasi-informasi terbarukan tentang Islam, seperti menganggap

perbuatan Syirik (menyekutukan Allah SWT) pada tradisi yang identik dengan

Page 90: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

144

Tahlilan seperti tradisi Slametan, perbedaan pemahaman tentang Aqiqoh, tidak

adanya kegiatan Maulid Nabi, dan perbedaan pemahaman tentang Kurban serta

Taubat Nasuha dalam konteks dosa perzinahan. Selain informasi terbarukan juga

terdapat informasi kesamaan pemahaman ajaran Islam, misalnya pada pemahaman

rukun Islam. Informasi terbarukan tersebut, oleh peneliti dinyatakan sebagai bentuk

divusi inovasi, yaitu penyampaian inovasi berIslam dari Ormas Majelis Tafsir Al-

Qur’an kepada satuan sosial komunitas Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan,

melalui peranan media massa radio komunitas MTA FM khususnya pada progam

acara Jihad Pagi, yang mendapatkan peneguhan kembali akan informasi-informasi

tersebut dari Ulama-Ulama NU disela-sela kegiatan dakwahnya.

Dorongan untuk belajar agama Islam lebih luas lagi, menjadikan progam

acara Jihad Pagi MTA FM mendapatkan perhatian lebih dari khalayak Nahdatul

Ulama Kecamatan Susukan. Informasi berIslam terbarukan yang diperoleh dari siaran

Jihad Pagi MTA FM tersebut memberikan pemahaman bagi khalayak Nahdatul

Ulama di Kecamatan Susukan bahwa; Majelis Tafsir Al-Qur’an dan Nahdatul Ulama

mempunyai ajaran yang tidak selalu sama, terdapat perbedaan-perbedaan mendasar

tentang pemahaman Islam antara NU dengan MTA ini. Disini peneliti melihat adanya

proses mengerti atau memahami sebagai akibat dari adanya penyerapan rangsangan

terhadap obyek dari luar individu. Kemudian beralih pada tahap menilai, khalayak

Nahdatul Ulama di Kecamatan Susukan setelah memahami Ormas Majelis Tafsir Al-

Qur’an memberikan evaluasi yang terjadi dalam diri masing-masing individu.

Informasi terbarukan yang disampaikan Ustad Sukino dan dipahami sebagai

perbedaan pemahaman Islam antara Nahdatul Ulama dan Majelis Tafsir Al-Qur’an

ini, dievaluasi dengan dibandingkan dengan pengetahuan Islam menurut

pemahamannya masing-masing. Karena pada dasarnya khalayak Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan mempunyai pengetahuan agama yang kuat sesuai ajaran

pemahaman Nahdatul Ulama, terjadi kesamaan proses dan hasil evaluasi yang telah

dilakukan dalam diri individu. Tiap-tiap individu bagian dari komunitas Nahdatul

Ulama menganggap Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an bukan termasuk aliran sesat,

Page 91: BAB V PERSEPSI KOMUNITAS NAHDATUL ULAMA …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3839/6/T1_362008053_BAB … · dari Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW, ... banyaknya jumlah tamu undangan

145

akan tetapi Majelis Tafsir Al-Qur’an ini, mempunyai sebagian dari pemahaman Islam

yang tidak bisa diterapkan dalam kehidupan pribadinya dan lingkup komunitas

Nahdatul Ulama.

Sebagai akibat dari divusi inovasi ini, terletak pada aspek kognitif

(pengetahuan dan persepsi) serta sikap penolakan akan inovasi dari

khalayak/komunitas Nahdatul Ulama tersebut terhadap Ormas Majelis Tafsir Al-

Qur’an beserta ajarannya. Kesimpulan persepsi tersebut adalah Ormas Majelis Tafsir

Al-Qur’an bukan termasuk aliran sesat, akan tetapi Majelis Tafsir Al-Qur’an ini,

mempunyai sebagian dari pemahaman Islam yang tidak bisa diterapkan dalam

lingkup kehidupan komunitas Nahdatul Ulama. Ustad Sukino sebagai komunikator

dari Majelis Tafsir Al-Qur’an (MTA), dianggap kurang menghormati dan menghargai

tradisi dari golongan Islam lainnya, termasuk komunitas Nahdatul Ulama di

Kecamatan Susukan. Persepsi demikian ini muncul, setelah khalayak Nahdatul Ulama

di Kecamatan Susukan mengingat kembali ajaran Islam Nahdatul Ulama dan

kemudian membandingkan ajaran Islam yang dipahaminya dengan pemahaman Islam

yang dimiliki Ormas Majelis Tafsir Al-Qur’an. Oleh peneliti, disini tahap

pemanggilan kembali memori dan adanya tahapan Inokulasi dari para Ulama terjadi.

Semangat kekitaan” (we-ness) terjadi dalam komunitas Nahdatul Ulama Kecamatan

Susukan, ketika menyikapi fenomena “inovasi berIslam” dari Majelis Tafsir Al-

Qur’an. Saling memperkuat akan kebenaran keyakinannya dalam berIslam sesuai

ajaran Nahdatul Ulama antar anggota dan para Ulama dalam lingkup komunitas NU

ini mampu menjadikan benteng kokoh menghindari pengaruh dari Ormas Majelis

Tafsir Al-Qur’an. Kesimpulan ini diperoleh peneliti dengan merujuk pada teori

ingroup-outgroup; ingroup adalah kelompok kita, dan outgroup adalah kelompok

mereka (Rakhmat, 2008:144). Ingroup dapat berupa kelompok primer dan sekunder.

Perasaan ingroup dapat diungkapkan dengan rasa kesetiaan, solidaritas, kesenangan,

dan kerjasama. Ingroup dapat dipahami dengan timbulnya perasaan “semangat

kekitaan” (we-ness), saat kita berada pada situasi dengan kelompok kita.