Upload
vantuyen
View
221
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
BAB V KONSEP PERANCANGAN
5.
5.1. Stasiun Karet yang Terintegrasi dengan Ruang Publik Waterfront
Konsep desain revitalisasi Stasiun Karet menggunakan pendekatan
integrasi yang menitikberatkan penggabungan elemen-elemen yang ada pada
kawasan untuk mengembangkan potensi masing-masing elemen tersebut. Hal
ini juga dilatar belakangi potensi yang belum dikembangkan yang tersebar
pada kawasan sekitar Stasiun Karet. Stasiun Karet saat ini hanya dilewati moda
transit KRL dan fungsi Stasiun hanya mewadahi operasional moda tersebut.
Revitalisasi dimaksudkan untuk memaksimalkan perkembangan fungsi-
fungsi dan menjadikannya untuk terus tumbuh secara berkelanjutan dan
memberi akomodasi untuk menunjang kenyamanan pengunjung. Dari analisis
teori dan studi komparasi didapat beberapa poin penting yang mendukung
perancangan konsep secara garis besar yaitu:
• Stasiun: memaksimalkan interaksi jaringan transportasi dan berorientasi
ke arah pembangunan yang berkelanjutan yang pada kasus ini dinilai
adalah konteks sungai Ciliwung.
• Stasiun sebagai ruang publik: untuk mejadi stasiun yang dapat
mewadahi aktifitas publik dengan konsentrasi yang tinggi, stasiun harus
memiliki daya tarik lain selain fungsi dasarnya sebagai pendukung
prasarana moda kereta. Hal ini dimaksudkan untuk menarik perhatian
pengunjung non-transit
• Waterfront sebagai aset kawasan: karena potensinya yang dapat
mendukung nilai jual kawasan dari segi ekonomi, sosial, dan budaya,
waterfront menjadi salah satu elemen penting sebagai pusat orientasi
pengembangan.
5.1.1. Konsep Team Work
Setelah dilakukan analisis dari tinjauan teori dan kasus, didapat poin-poin
yang mendukung perencanaan konsep untuk revitalisasi stasiun yang
menitikberatkan pada masing-masing elemen pada kawasan dnegan bagan berikut.
122
Gambar 5.1 Ilustrasi Penyatuan Visi Kawasan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Ilustrasi perumusan konsep di atas menjelaskan tentang poin-poin yang
sudah ada sebelumnya yang kemudian disesuaikan lagi dengan pendekatan konsep
yaitu integrasi. Hal ini merupakan proses penting untuk penyatuan visi kawasan
yang mana adalah mendukung masing-masing elemen berdasar aspek fungsi, fisik,
dan visual yang mana juga mengaplikasikan peranan shared- zoning untuk
menggabungkan keseluruah visi tersebut.
Gambar 5.2 Ilustrasi Gambaran Konsep Team-Work
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Disebut team-work karena penyatuan visi terpusat pada masing-masing
elemn yang saling mendukung dan memberi benefit satu sama lain untuk
membentuk keselarasan yang utuh.
5.2. Aspek Konsep Perancangan Stasiun
Setelah dilakukan analisis dari tinjauan teori dan kasus, didapat kerangka
garis besar untuk perancangan stasiun yang membahas mengenai masalah
bangunan stasiun kerete dengan kawasan.
• Pengambilan lokasi site adalah pemilihan lahan yang diperlukan
123
membangun stasiun kereta sesuai dengan kebutuhan pada stasiun Karet danRuang Public Ciliwung Watefront
• Shared-zoning adalah zona kegiatan yg nantinya untuk mengambangkanfasilitas akomodasi pengunjung dari stasiun dan ruang publik waterfront,baik pengunjung transit ataupun non-transit.
• Pengaruh cuaca/klimatologi (panas matahari hujan) adalah pengaruh cuacapada bangunan agar mencapai kenyamanan dan mencegah kerusakan karenapanas dan hujan :
- sirkulasi angin penghawaan untuk kenyamanan penumpang
- pencahayaan alami
- menanggulagi dampak kebisingan yg timbul akibat jalannya kereta
- memperjelas sirkulasi secara runtut
5.2.1. Tata Massa
Tata masa bangunan untuk desain revitalisai stasiun mempertimbangkan
poin-poin berikut:
A. Efisiensi lahan, karena kondisi site yang terhimpit dipinggi sungai dan di
bawah flyover.
B. Memaksimalkan view, dan potensi, geometri persegi dan gelombang segitiga.
C. Menyesuaikan bentuk tapak dan desain terhadap penggunaan bentuk denah,
sumbu jalan, dan sirkulasi penumpang
D. Menyesuaikan ukuran panjang kereta api
E. Memperhatikan orientasi bangunan terhadap garis edar matahari terkait
pemecahan klimatologi daerah tropis
F. Memperhatikan sirkulasi kegiatan utama pada stasiun yang terinteraksi oleh
penumpang dan pengunjung public space.
Gambar 5.3 Gambaran Tata Massa Bangunan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
124
Tata massa bangunan terdiri dari beberapa massa yang solid dan semi solid
berbentuk persegi untuk efisiensi ruang. Massa memanjang searah dengan sungai
dan bantarannya untuk menyelaraskan lansekap ruang publik waterfront. Tata
massa terbagi menjadi tiga level yaitu massa dengan ketinggian satu lantai, dua
lantai, dan tiga lantai.
Gambar 5.4 Konfigurasi Tata Massa Bangunan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Konfigurasi ketinggian bangunan dibuat berkala dengan massa paling barat
berketinggian satu lantai, kemudian dua lantai, lalu tiga lantai. Massa yag
berwarna hijau adalah massa utama. Massa tersebut berwujud semi solid untuk
menyamarkan batas ruang antara stasiun dengan ruang piublik waterfront.
• Wujud : semi solid fluid menyesuaikan dengan konteks yang memiliki elemen
air, kesannya mengalir.
Dimensi : menyesuaikan dimensi massa bangunan dengan ruang-ruang dalam
bangunan sesuai kegiatannya. Karena terintegrasi dengan ruang publik, wujud
stasiun harus mencerminkan keterbukaan.
5.2.2. Implementasi Konsep Team-Work
5.2.2.1. Aspek Zoning
Gambar 5.5 Aspek Shared Zoning
(Sumber : Erian Agit. 2015)
125
Keseluruhan masterplan terbagi menjadi dua sistem zonasi karena aspek
shared zoning untuk konsep team work. Sistem zoning pertama adalah zonasi
stasiun itu sendiri, lalu pada lapisan luarnya terdapat zoning masterplan.
Penjelasan terperinci atas sistem zoning yakni:
• Zoning Stasiun yang dibuat berdasar kajian teori, terdiri atas area core, area
transisi, area periferal, dan area administrasi.
• Area transisi dan area core stasiun termasuk ke dalam zona semi pubik yang
terletak satu lapis setelah zona publik.
• Bagian area core stasiun berpotongan fungsi dan fisik terhadap ruang publik
waterfront, menjadikan area core ini juga termasuk kedalam kategori zona
publik masterplan.
• Area periferal dan administrasi stasiun termasuk ke dalam zona privat pada
masterplan.
5.2.2.2. Aspek Fungsi
Gambar 5.6 Aspek Fungsi yang Terintegrasi
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Pada elemen-elemen masterplan stasiun,fungsi bangunan utama stasiun,
ruang tebuka publik, dan waterfront Ciliwung menggunakan integrasi fungsi
sebagai berikut:
• Antara fungsi stasiun dengan waterfront terintegrasi menggunakan ruang
-ruang yang dihubungkan oleh ruang sementara dnegan bentuk ruang
perantara yag terbentuk secara linear dari sisa bentuk dan orientasi kedua
fungsi. Ruang perantara yang menghubungkan bangunan stasiun dan
waterfront pada kasus ini adalah ruang terbuka publik.
126
• Ruang publik dan waterfront terintegasi menggunakan ruang-ruang yang
terkunci, menjadikan keduanya sebagai kesatuan ruang yang utuh sehingga
pengunjung dadi ruang publik tak hanya bisa menikmati interaksi dengan
sesama pengunjung namun juga bisa memiliki akses interaksi pada air.
Dengan demikian fungsi ruang publik sebagai wadah interaksi sosial
mendukung fungsi stasiun sebagai fasilitas transit dnegan memberikan
kenyamanan dan atraksi untuk menambah minat pengunjung mendatangi stasiun.
Begitu pula fungsi stasiun sebagai fasilitas transit yang diakses oleh para
commuter harian akan menjadikan ruang publik tak pernah sepi.
5.2.2.3. Aspek Visual
Gambar 5.6 Aspek Visual yang Terintegrasi
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Kerjasama antar elemen bangunan stasiun dengan ruang publik juga
ditunjukkan melalui aspek visual dengan langkah berikut:
A. Garis langit yang terbentuk dari figure bangunan dapat direfleksikan pada area
perairan di waterfront sehingga menambah keindahan terutama pada malam hari
ketika lampu penerangan dinyalakan. Hal ini menambah nilai estetika bangunan.
B. Bangunan utama stasiun menggunakan material transparan pada beberapa
bagiannya sehingga pengunjung yang sedang menikmati publik space dapat
melihat aktifitas yang ada di dalam stasiun sehingga suasana ruang public juga
menjadi lebih hidup.
127
5.2.2.4. Segi Fisik
Gambar 5.7 Kantilever pada Entrance Bangunan yang Berpotongan dengan Ruang Publik
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Fisik bangunan utama stasiun menunjukkan kerjasama dengan ruang
terbuka publik melaui kantilever nya yang memanjang hingga mendekati ke tepian
air. Bagian kantilever yang menjorok keluar dari stasiun ini menciptakan ruang
semi-solid dengan kegunaan ganda yaitu menyambut pengunjung yang datang ke
ruang publik dan juga sebagai entrance stasiun. Dengan demikian seperti yang
ditunjukkan anak panah berwarna hijau, pengunjung yang hendak menuju titik
destinasi pada ruang publik waterfront terlebih dulu harus melewati bagian dari
bangunan stasiun, begitu juga sebaliknya.
5.3. Fungsional Stasiun
5.3.1. Program Ruang
Gambar 5.8 Program Ruang dengan Pergerakan Pengguna
(Sumber : Erian Agit. 2015)
128
Ruang dalam stasiun dibagi berdasar zona yang melingkupi kebutuhan dan
kepentingan penggunanya. Masing-masing zona ini kemudian di bagi pula
berdasar privasi untuk menjawab strategi shared-zoning yang menghubungkan
bangunan stasiun dengan ruang publik waterfront. Gambar di atas menjukkan
hubungan ruang-ruang dengan batas zona masing-masing. Beberapa ruang
menjadi bagian dari dua zona sekaligus seperti plaza stasiun yang berpotongan
denga area core dan ruang terbuka publik. Namun secara garis besar zona publik
melingkupi area ruang publik waterfront dan area core stasiun, zona semi publik
melingkupi area transisi dalam stasiun, dan zona privat melingkupi area periferal.
Gambar 5.8 Potongan Level Stasiun
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Sedangkan secara vertikal ruang-ruang terbagi menjadi beberapa level :
- Lower Ground berupa area parkir endaraan pribadi
- Ground Level berupa ground platform, ruang tunggu, main hall stasiun, area
komersial, servis, exhibition hall, ojek/bus/taxi stop, toilet, dan area drop-off,
dan ruang terbuka waterfront.
- Upper Ground berupa kantor stasiun denga satu lantai lebih tinggi, area
komersial dan jembatan penyeberangan akses antar peron.
5.3.2. Dimensi Kebutuhan Ruang
Untuk mewadahi segala aktifitas yang terjadi di dalam bangunan stasiun,
dibutuhkan perkiraan kebutuhan ruang dengan dimensinya berdasar perhitungan
kapasitas orang, standar luasan per orang, dan jumlah ruang yang dibutuhkan.
Dengan perhitungan tersebut, diperoleh area total untuk luas stasiun yang
ditunjukkan oleh tabel berikut.
129
Tabel 5.1 Dimensi Kebutuhan Ruang
ZonaFungsi
Area dan Ruang Kapasitas(orang)
Standar perOrang (m2)
Jumlah Luas (m2)
Area Pusat(Core)
• Lobby• Informasi• Tiket office.• Mesin Tiket.• Counter tiket dan
cek in bagasi• Ruang titik temu• SirkulasiTotal
4008
321520
5020%
0.54
0.511
1
11111
1
20016161520
5064.4
386.4
Area Transisi • Toilet Pria
• Toilet Wanita• ATM• Mushola• Komersil• SirkulasiTotal
30308
50-
20%
442
0.540
112110
1201203225
400139.4836.4
Area Periferal
• Peron• Workshop dan area
servis mesin• Ruang Kontrol
Sinyal• Ruang Keamanan• Ruang Pengawasan• Ruang Istirahat• Janitor• SirkulasiTotal
75010
8
88
15-
20%
12
1010446
12
11
1111111
75010
801032329012
203.21219.2
AreaAdministrasi
• Ruang Kepala Stasiun
• Ruang Wakil Kepala
• Ruang Sekeretasis• Ruang Bendahara• Gedung Arsip• Ruang Rapat• Ruang Staff• Ruang Teknisi• Sirkulasi
1
1111
20108
20%
20
1585
40333
1
1111111
20
15854
603024
199.2
Total 2641.2
(Sumber : Standar Dimensi Ruang - Building Type For Transit Facilities dan Data Arsitek)
130
5.3.3. Sirkulasi
A. Sirkulasi Internal
Gambar 5.9 Bagan Sirkulasi Internal Stasiun
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Entrance bangunan stasiun berorientasi dan terhubung langsung
dengan ruang terbuka publik. Pengunjung yang datang dari area parkir di
basemen dan ground level harus mengakses stasiun melalui ruang publik
terlebih dahulu agar dapat masuk ke main hall . Pada jembatan penghubung
antar peron, terdapat area retail yang dapat dinikmati oleh pengunjung yang
telah melewati tiketing.
B. Sirkulasi Eksternal
Gambar 5.10 Bagan Sirkulasi Eksternal Stasiun
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Pengunjung yang datang ke kawasan stasiun tidak harus memiliki tiket
untuk masuk ke ruang stasiun, atau pengunjung dapat menikmati ruang terbuka
publik. Pengunjung yang datang dengan kendaraan dengan kendaraan pribadi
dapat memarkirkan kendaraannya di basemen atau area parkir ground floor
kemudian pengunjung yang turun dari kereta bisa saja tidak langsung pulang
tapi dapat menikmati fasilitas publik terlebih dahulu.
131
5.3.4. Akses
Gambar 5.11 Skema Pengembangan Akses
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Untuk mengakomodasi pejalan kaki, jalur pedestrian pada rencana
desain akan dikembangkan agar dapat digunakan untuk mengakses stasiun
dengan lebih mudah kembali. Jalur pedestrian ditandai dengan nomor dua.
Sementara untuk akses kendaraan umum dan transit, desain menyuguhkan bus
stop yang akan diletakkan pada titik nomor satu.
5.4. Faktor Pendukung Fungsional Stasiun
5.4.1. Comfort (Kenyamanan)
Untuk memaksimalkan kenyamanan pengunjung, entrance stasiun akan
dipindah ke bagian tengah massa utama. Hal ini ditandai oleh titik nomor dua
dengan orientasinya menghadap ke waterfront. Gerbang dibuat semi permanent
agar memberikan kesan mengundang.
Gambar 5.12 Skema Pengembangan Kenyamanan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Sedangkan pada peron dan ruang tunggu akan disediakan tempat duduk
yang lebih layak dan kolom shelter dirancang dengan bentuk tanpa pangkal. Hal
ini agar pengunjung dapat duduk menempati tempat yang disediakan, lalu
132
apabila tempat sudah penuh akan tetap mencegah pengunjung duduk di
sembarang tempat.
5.4.2. Security (Keamanan)
Gambar 5.13 Skema Pengembangan Keamanan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Desain akan menambah fasilitas parkir pada basemen agar
meningkatkan keamanan parkir pengunjung seperti yang dirunjukkan oleh
nomor dua. Sedangkan untuk menghindari orang menerobos dari pagar, pagar
akan dihilangkan dan shelter dijadikan bangunan dengan penyekat permanen.
Lalu bagian pemeriksaan tiket akan dipindah ke lantai dua sehingga orang yang
akan mengakses kereta harus naik terlebih dahulu.
5.4.3. Safety (Keselamatan)
Untuk menanggulangi kecelakaan pengunjung, desain stasiun akan
memfasilitasi penyebrangan antar peron dengan pengadaan jembatan. Jembatan
ini akan menghubungkan massa bangunan yang saling berseberangan sehingga
pengunjung tidak perlu menyeberangi peron secara langsung. Bentuk massa
jembatan tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah dengan tanda oranye.
133
Gambar 5.14 Skema Pengembangan Keselamatan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
5.4.4. Proximity (Keterjangkauan)
Desain stasiun secara keseluruhan secara tidak langsung sudah turut
memaksimalkan keterjangkauan yang dimiliki oleh kawasan. Dengan
mengintegrasikan stasiun waterfront juga akan menambah ketertarikan
masyarakat untuk singgah bahkan walaupun tidak berkepentingan untuk
mengakses KRL.
Gambar 5.15 Skema Keramaian dan Kebisingan Kawasan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Untuk kepadatan, jalur pada bagianruas Jalan K.H. Mas Mansyur
memiliki kepadatan kendaraan yang lebih tinggi daripada jalur bagian ruas jalan
R.M. Margono Djojohadikoesoemo. Jalur juga merupakan jalan protokol utama
134
yang searah dengan salah satu pusat perbelanjaan terbesar di Jakarta, yakni
Tanah Abang. Yang mungkin perlu diperhatikan adalah akses yang aman.
5.5. Karakteristik Desain
5.5.1. Bentuk Bangunan
Ruang dalam stasiun dibagi berdasar zona yang melingkupi kebutuhan dan
kepentingan penggunanya. Masing-masing zona ini kemudian di bagi pula
berdasar privasi. Bentuk merupakan wujud dari suatu benda yang memiliki ukuran,
warna dan tekstur. Sebagai bangunan landmark, bentuk digambarkan sebagai sesuatu
yang kontras tetapi saling terkait dengan lingkungannya
Konsep bangunan stasiun karet memiliki kriteria bentuk seperti berikut
• Kenyamanan ruangan didalam maupun luar.
• Akses terintegrasi dengan publik space.
• Terdapat bagian bangunan yang semi permanen untuk memperlembut sirkulasi
unsur.
A. Warna: dengan menggunakan warna monokrom yang natural karena
disinambungkan dengan ruan publik waterfront dan dengan pertimbanagan
agar dapat menonjolkan warna kehijauan dari lansekap ruang publik.
Gambar 5.16 Warna Bangunan Stasiun Karet
(Sumber : Erian Agit. 2015)
B. Tekstur: tekstur yang mengkilat, dan masiv, menyerap cahaya
C. Posisi : memanjang mengikuti sungai.
D. Orientasi: menghadap sungai sebagai entrance utama. Mengikuti peredaran
matahari dan sirkulasi udara alami.
E. Inersia visual: selaras dengan konteks sungai, mengalir dengan sirkulasi
135
sirkulasi pada ruang-ruang di sepanjang waterfront.
5.5.2. Vegetasi
Vegetasi yang terdapat pada site selain memperlembut bangunan juga
menjadi bagian penting untuk mendukung aspek ekologi sekitar. Vegetasi yang
ada pada eksisting yaitu :
• Mangga (Mangifera indica)
• Kayuputih Pelangi (Eucalyptus deglupta)
• Beringin (Ficus benjamina)
• Flamboyan (Delonix regia)
• Pisang (Musa paradisiaca)
• Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Gambar 5.17 Vegetasi yang Tumbuh di Sekitar Kawasan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Selain mempertahankan vegetasi yang sudah pada aeksisting semaksimal
mungkin, desain menambahkan vegetasi baru yaitu lee quan yu untuk membuat
fasad bangunan lebih menyatu dengan ruang hijau pada waterfront.
Gambar 5.18 Lee Quan Yu pada Fasad Bangunan
(Sumber : Erian Agit. 2015)
136
5.5.3. Struktur dan Material Penutup Atap
Gambar 5.19 Gambaran Struktur dan Material Atap
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Struktur atap pada kantilever dan massa utama stasiun menerapkan rangka
yang terbuat dari steel dengan bentuk menyesuaikan dengan tegangan tunggal,
atau dengan kondisi stress, atau tertarik. Material atap kantilever menggunakan
alumunium agar beban yang ditopang oleh struktur lebih ringan. Penerapan sistem
struktur space truss, yang disusun sesuai dengan kebutuhan peron. Bagian atap
bangunan yang lebih dari satu lantai menggunakan struktur beton.
5.5.4. Struktur dan Material Dinding dan Kolom
Gambar 5.20 Gambaran Struktur dan Material Dinding dan Kolom
(Sumber : Erian Agit. 2015)
Massa utama stasiun menggunakan struktur material beton, lalu massa-
massa pendukungnya menggunakan struktur steel. Material yang digunakan untuk
dinding stasiun berupa beton dan pada area publik menggunakan material kaca
untuk kesan stasiun yang lebih terbuka dan aktifitas dapat terlihat dari luar
bangunan. Modul 12x12 mempertimbangkan kesan yang selaras stasiun agar tidak
137
kelihatan sempit, kolom dibutuhkan penyangga tambahan yang akan
menggunakan modul yang sama yakni 4 x 4 meter atau 6x6 meter.
5.6. Ruang Publik Waterfront
5.6.1. Tata Perletakan
Gambar 5.21 Tata Ruang pada Waterfront
(Sumber : Erian Agit. 2014)
Layout untuk tepian air pada ruang terbuka publik menggunakan jenis
tepian berundak dengan railing. Bagian pinggiran air turun satu level dari
ketinggian akses pedestrian untuk memaksimalkan pemandangan waterfront dan
skyline dari area ruang publik.
Desain tepian air juga terbai menjadi dua kategori yaitu
• Tepian buatan, railing hingga ke garis batas tepian air, untuk
memaksimalkan ruang gerak pada area publik yang berbatasan dengan
stasiun
• Tepian alami, railing hanya pada level berundak satu lapis di atas garis
tepian dan membiarkan garis batas air secara alami untuk mempertahankan
keseimbangan ekologi kawasan yang berbatasan dengan area konservasi.
5.6.2. Ide Titik-Titik Destinasi
Agar ruang terbuka publik tidak mati, perancangangan harus menyertakan
ide destinasi pada titik-titik yang ditentukan. Ide kegiatan juga dapat melibatkan
aspek sosial, ekonomi, dan budaya di sekitar kawasan. Adapun ide destinasi pada
ruang publik yaitu
1. Interaksi langsung dengan air pada sungai Ciliwung dengan wahana air.
2. Spot kuliner ruang terbuka dengan ide kreatif komunitas menyediakan kios-kios
makanan lokal dan ruang yang dapat digunakan untuk barbeque bersama
138
3. Spot seni dan budaya, spot ini digunakan untuk menyalurkan minat dan bakat
masyarakat atau seniman lokal yang dapat ditunjukan melalui ruang exhibition,
mural dan amphitheatre untuk pertunjukkan musik kecil.
4. Spot Lansia, di daerah residensial terdekat yaitu karet tengsing, diperkirakan
populasi lansia cukup banyak. Spot ini menawarkan kegiatan khusus untuk para
lansia seperti olahraga kecil-kecilan untuk mempertahankan kebugaran mereka.
5. Jalur pedestrian dan jogging track, terbentang sepanjang ruang publik untuk
menghubungkan titik-titik destinasi lain. Orang dapat berjalan-jalan sambil
melihat aktifitas masyarakat di sepanjang waterfront.
6. Spot Konservasi, mewadahi area konservasi dan edukasi ekologi yang juga
bermanfaat untuk menjaga kelestarian ekologi kawasan.
7. Children Playground, spot untuk orangtua membawa anaknya untuk alternatif
rekreasi, menyajikan wahana bermain yang aman bagi anak-anak.
8. Spot Olahraga, area ini menyuguhkan ruang yang cukup lapang untuk aktifitas
yang membuthkan pergerakan banyak.
Gambar 5.22 Titik Destinasi Waterfront
(Sumber : Erian Agit. 2014)
Destinasi-destinasi tersebut lalu diorganisasikan untuk kemudian diletakkan
pada titik-titik yang sekiranya memungkinkan kegiatan tersebut untuk dapat
tumbuh dan berkembang demi kelanjutan waterfront seperti di bawah ini.
139
Gambar 5.23 Titik Perletakan Destinasi Waterfront
(Sumber : Erian Agit. 2014)
5.7. Utilitas Bangunan
5.7.1. Jaringan Penerangan
A. Alami dari Cahaya Matahari
Dengan pencahayaan alami yang diciptakan oleh konsep interaksi ruang,
pencahayaan dapat dimaksimalkan tanpa harus membutuhkan energy yang
banyak, hal ini berkaitan dengan energy yang dibutuhkan dari suatu perjalanan
Kereta Api sudah sangat banyak, sehingga dengan pemanfaatan ruang luar dan
dalam yang maksimal, akan menambah penghematan energy yang dibutuhkan.
B. Buatan
Pencahayaan buatan untuk desaiin stasiun menggunakan lampu yang
bersumber dari LED. Hal ini berdasar pertimbangan lampu akan sering menyala di
ruang publik seperti stasiun, oleh karena itu diperlukan sumber yang hemat energi
dan berumur panjang,
5.7.2. Pengkondisian Udara
Secara mekanis adalah dengan exhaust fan dan focal fan pada ruang-ruang
seperti dapur., tangga darurat dan ruang mesin. Sistem pengkondisian udara
terbuat degan AC sentral dan Air Handling Unit di setiap lantai bangunan
5.7.3. Sound System dan Audio Visual
Menggunakan sistem publik adress untuk mengumumkan informasi did
alam bangunan, mikrofon dan speaker sebagai alat pengeras suara dalam aktifitas
informasi, CCTV sebagai alat pemantau keamanan.
140
5.7.4. Sistem Komunikasi
Menggunakan telepon dengan system Private Automatic Branch Exchange
(PABX) untuk komunikasi, baik internal maupun eksternal. Selain itu, juga
dibantu dengan jasa operator.
5.7.5. Jaringan Listrik
Penyediaan listrik pada stasiun secara utama berasal dari PLN. Namun
karena stasiun merupakan tempat yang sangat vital akan kebutuhan listrik,
digunakan sumber tenaga listrik cadangan yaitu menggunakan gendset yang
otomatis akan bekerja ketika aliran listrik padam.
5.7.6. Sistem Transportasi Vertikal
Sistem transportasi vertikal pada stasiun menggunakan tangga, eskalator
dan lift yang terbagi menjadi lift passenger dan lift service. Selain transportasi
vertikal untuk kebutuhan utama, terdapat transportasi untuk kebutuhan emergency
yaitu tangga darurat dengan struktur yang tahan api dan suhu panas, dan
dilengkapi exhaust fan yang berfungsi untuk menghubungkan tiap lantai bangunan
jika terjadi kebakaran.
5.7.7. Jaringan air bersih
Untuk memasok persediaan air bersih dalam bangunan stasiun, sistem yang
digunakan adalah down feed. Air dari pam ditampung di ground reservoir,
kemudian dipompa ait dialirkan ke roof tank, dan dengan gravitasi ait dialirkan ke
setiap lantai
5.7.8. Jaringan Air Kotor
Sistem pembuangan air kotor mengunakan two pipe system yaitu limbah
padat melalui soil stack. Sedangkan limbah cair melalui waste stack yang
kemudian keduanya disalurkan ke house drain, lalu ke house sewer untuk
menghindarkan bau. Sistem air kotor juga menggunakan recycle dari grey waste
yang kemudian digunakan untuk sprinkler untuk menyirami vegetasi pada
lansekap Sebelum disalurkan ke saluran kota, limbah diolah agar bebas dari
bahaya polutan.
5.7.9. Sistem Pemadam kebakaran
Sistem transportasi vertikal pada stasiun menggunakan tangga, eskalator
dan lift yang terbagi menjadi lift passenger dan lift service.
141
A. Sistem Preventif
• Smoke Detector
• Heat Detector
Setelah terdeteksi adanya kebakaran maka alarm akan berbunyi agar
pengguna bangunan segera melakukan evakuasi.
B. Penanganan
• Sprinkler
•CO2
•Fire Hydrant
•Fire Extinguisher
Penghuni dapat langsung melakukan evakuasi kemunu tangga dan pintu
darurat yang tersedia yaitu:
- Sirkulasi lorong darurat yang memenuhi syarat konstruksi dan bahan bangunan
yang tahan api.
- Tangga darurat mudah dicapai jarak antar tangga 25-30 m, kedap asap dan api.
5.7.10. Sistem penangkal petir
Penangkal petir diperlukan untuk bangunan massa utama stasiun karena
ketingiannya lebih dari dua lantai. Penangkal petir menggunakan sistem franklin.
5.7.11. Sistem pembuangan sampah
Sistem menggunakan shaft sampah agar pembuangan menjadi lebih efisien.
Selain itu juga ditempatkan tempat sampah pada area sirkulasi pengunjung.
5.7.12. Sistem Otomastis Bangunan
Fungsi pengontrolan pada building automatization meliputi elemen:
• Fasilitas tata udara, mencakup pengontrolan pemanasan, menghidupkan dan
mematikan AC, kontrol udara bersih, jumlah kipas angin, temperatur ruangan dan
kontrol operasi pemanasan.
• Pengontrolan cahaya, menggunakan jadwal on/off berdasar jam harian kapan
konteks bangunan terang dan mulai gelap.
• Instalasi lift dan eskalator, eskalator menggunakan detektor beban yang
berhenti berputar ketika tidak ada penumang. Lift juga otomatis akan mati
berdasar jam yang telah ditentukan.
142