Bab Pendahuluan Ikan Layur

Embed Size (px)

Citation preview

TUGAS BIOLOGI PERIKANAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR

DISUSUNOLEH :

NAMA : ROMI ANDRIANNIM : 09C10432053RUANG :A

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTANUNIVERSITAS TEUKU UMARMEULABOH ACEH BARAT2013KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , yang telah melinpahkan rahmat dan anugerah-Nya kepada kita semua.Dalam penyusunan makalah ini banyak memdapatkan banyak kendala, dan dalam segi pembahasan mungkin masih jauh dari kesempurnaan. Dan alham dulillah makalah tentang Biologi reproduksi ikan layur ini dapat terselesaikan pada waktu yang telah di sepakati. Selanjutnya selawat beserta salam tidak lupa kita sanjungkan kepangkuan alam, yaitu Nabi Besar Muhammad SAW dan para sahabat beliau, baik ulama mutakadimin maupun ulama mutaakhirin yang telah memberikan petunjuk, dan telah membawa kita dari alam kebodohan kealam yang berilmu pengetahuan.Ucapan terimakasih saya kepada dosen mata kuliah BIOLOGI PERIKANAN yang telah memberikan makalah ini. Akhir kata tiadagading yang takretak begitu juga dengan makalah ini yang Masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu apabila ada kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan guna untuk ilmu di masa yang akan datang.Semoga rahmat dan hidayah sertalindungan-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua, selaku orang-orang yang selalu ingin mencari kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Amin

Meulaboh 18 April 2012

penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR!

DAFTAR ISI!!

BAB I.PENDAHULUAN11. 1. Latar Belakang12. 2. Perumusan Masalah13. 3. Tujuan Dan Manfaat1

BAB II.PEMBAHASAN 3 2. 1. Klafikasi Ikan Layur3 2. 2. Rasio Kelamin3 2. 3. Tingkat Kematangan Gonat ( TKG ) 4 2. 4. Indeks Kematangan Gonad5 2. 5. Fekunditas6

BAB III.PENUTUP8 3. 1. Kesimpulan Dan Saran8 3. 2. Saran8

DAFTAR PUSTAKA9LMPIRAN10

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangIkan layur tersebar luas pada semua perairan tropis dan subtropis di dunia. Di Indonesia, ikan layur menyebar dan dijumpai pada semua perairan pantai Indonesia. Penyebarannya meliputi Tuban, Lawang, Jampang, Palabuhanratu, Cibanteng, Ujung Genteng dan Sukawayana (www.pipp.dkp). Daerah sumberdaya ikan layur di Indonesia yang potensial antara lain adalah di sepanjang perairan selatan Jawa. Menurut Nontji (2007), di Indonesia terdapat enam jenis ikan layur. Yang paling umum di pantai-pantai Jawa adalah Trichiurus haumela. Di depan muara-muara sungai di Sumatera umumnya dijumpai pula ikan layur berukuran kecil yaitu Trichiurus glossodon dan Trichiurus savala. Ikan layur pada umumnya dikenal dengan nama ribbon fishes merupakan salah satu ikan komersial penting, komoditi perikanan yang potensial dan prospek ekonomi tinggi, serta mulai diperhitungkan sebagai komoditi ekspor (El-Haweet dan Ozawa, 1995). Permintaan ikan layur untuk tujuan ekspor cenderung meningkat terutama dari beberapa negara Asia khususnya Cina, Jepang, Taiwan dan Korea (Ye dan Rosenberg, 1991).

1.2 Perumusan MasalahDalam pengelolaan untuk menjamin kelestarian sumberdaya maka reproduksi berperan untuk mengetahui ukuran ikan pertama kali matang gonad. Informasi tersebut berguna untuk mengetahui ukuran ikan pertama kali mencapai matang gonad sehingga pemanfaatan ikan layur dapat dilakukan secara bertanggung jawab seperti pengaturan ukuran penangkapan (konsumsi) sehingga memberi kesempatan ikan layur untuk bereproduksi. Selain itu pengetahuan tentang biologi reproduksi berguna untuk mengetahui bulan dimana ikan betina paling banyak ditemukan matang gonad sehingga dapat dilakukan pengaturan musim penangkapan dimana penangkapan dilakukan sebelum dan setelah musim pemijahan.

1.3 Tujuan dan Manfaat Membuat makalah ini bertujuan untuk mengkaji aspek biologi reproduksi diantara ketiga spesies ikan layur (Trichiurus lepturus, Lepturacanthus savala dan Gempylus serpens) seperti rasio kelamin, tingkat kematangan gonad, fekunditas dan diameter telur dan sekaligus untuk menyiapkan tugas yeng diberikan oleh bapak. Hasil makalah ini diharapkan dapat berguna bagi maha siswa/i menjadi salah satu informasi yang berguna dalam upaya pengelolaan ikan layur (Superfamili Trichiuroidea) dan semoga bermanfaat.

BAB IIPEMBAHASAN

1. 1 Klasifikasi Ikan Layur (Superfamili Trichiuroidea) Penelitian mengenai biologi reproduksi ikan layur mencakup dua famili (Trichiuridae dan Gempylidae). Famili Trichiuridae terdiri dari dua genus yaitu Trichiurus, dan Lepturacanthus dan Famili Gempylidae terdiri dari genus Gempylus. Adapun klasifikasi ikan layur menurut Nakamura dan Parin (1993) adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Superkelas: Gnathostomata Kelas: Osteichthyes Sub Kelas: Actinopterygii Infrakelas: Teleostei Divisi: Euteleostei Superordo: Acanthopterygii Ordo: Perciformes Sub Ordo: Scombroidei Superfamili: Trichiuroidea Famili: Trichiuridae Gempylidae Genus: Trichiurus Lepturacanthus Gempylus Spesies: Trichiurus lepturus Linnaeus, 1758 Lepturacanthus savala Cuvier, 1829 Gempylus serpens Cuvier, 1829 Nama Indonesia: Layur

1. 2 Rasio Kelamin Rasio kelamin merupakan perbandingan jumlah ikan jantan dengan jumlah ikan betina dalam suatu populasi dimana perbandingan 1:1 yaitu 50% jantan dan 50% betina merupakan kondisi ideal untuk mempertahankan spesies (Ball dan Rao, 1984). Namun pada kenyataanya di alam perbandingan rasio kelamin tidaklah mutlak, hal ini dipengaruhi oleh pola distribusi yang disebabkan oleh ketersediaan makanan, kepadatan populasi, dan keseimbangan rantai makanan (Effendie, 1997). Menurut Ball dan Rao (1984), penyimpangan dari kondisi ideal tersebut disebabkan oleh faktor tingkah laku ikan itu sendiri, perbedaan laju mortalitas dan pertumbuhannya. Keseimbangan rasio kelamin dapat berubah menjelang pemijahan. Pada waktu melakukan ruaya pemijahan, populasi ikan didominasi oleh ikan jantan, kemudian menjelang pemijahan populasi ikan jantan dan betina dalam kondisi yang seimbang, lalu didominasi oleh ikan betina. Perbandingan rasio kelamin antara jantan dan betina dari L. savala berkisar antara 1 : 1,4. Rasio terendah untuk jantan selama puncak pemijahan terjadi pada bulan April-Mei dan November. Berdasarkan penelitian Martin dan Haimovici (2000), menyatakan bahwa rasio kelamin ikan layur T. lepturus di ekosistem utama Subtropis Brazil Bagian Selatan tidak berbeda nyata dari 1 : 1. Sedangkan penelitian Kwok (1999) menyatakan bahwa rasio kelamin ikan layur (Trichiurus spp.) cenderung tidak menyimpang dengan perbandingan 1:1.

1. 3 Tingkat Kematangan Gonad Tingkat kematangan gonad adalah tahap tertentu perkembangan gonad sebelum dan sesudah ikan memijah. Pengetahuan mengenai kematangan gonad diperlukan untuk menentukan atau mengetahui perbandingan antara ikan yang matang gonadnya dengan ikan yang belum matang gonad dari stok yang ada di perairan, selain itu dapat diketahui ukuran atau umur ikan pertama kali matang gonad, mengetahui waktu pemijahan, lama pemijahan dan frekuensi pemijahan dalam satu tahun (Effendie, 1979). Dalam biologi perikanan, Effendie (1997) menyatakan bahwa pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap perkembangan gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan tersebut akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara yaitu dengan histologi yang dilakukan di laboratorium dan dengan pengamatan morfologi yang dilakukan di laboratorium atau dilakukan di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad lebih jelas dan mendetail. Sedangkan dengan pengamatan morfologi tidak akan sedetail cara histologi namun cara morfologi ini mudah dan banyak dilakukan oleh para peneliti. Dasar yang dapat dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad yaitu dengan mengamati morfologi gonad antara lain bentuk gonad, ukuran panjang gonad, berat gonad, dan perkembangan isi gonad (Effendie, 1997). Ukuran ikan saat pertama kali matang gonad berhubungan dengan pertumbuhan ikan tersebut dan faktor lingkungan yang mempengaruhi terutama ketersediaan makanan (Effendie, 1997). Berdasarkan penelitian Martins dan Haimovici (2000) bahwa panjang total rata-rata ukuran ikan layur pertama kali matang gonad adalah 63,9 cm untuk jantan dan 69,3 cm untuk betina. Menurut penelitian yang telah dilakukan Kwok (1999) diperoleh informasi bahwa ikan layur T.lepturus jantan di Perairan Laut Cina Selatan memiliki koefisien pertumbuhan yang lambat daripada ikan betinanya dan ikan betina ditemukan lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan jantan. Tiap-tiap spesies ikan pertama kali matang gonad pada ukuran yang tidak sama. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendie (1997), yang menyatakan bahwa ukuran matang gonad untuk setiap spesies ikan berbeda, demikian pada ikan yang sama spesiesnya jika tersebar pada lintang yang berbeda lebih dari lima derajat akan mengalami perbedaan ukuran dan umur pertama kali matang gonad. Lagleret al., (1977) menyatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi saat pertama kali ikan matang gonad yaitu faktor luar dan faktor dalam. Faktor luar yang mempengaruhinya adalah suhu dan arus, sedangkan faktor dalam seperti perbedaan spesies, umur, ukuran, serta sifat sifat fisiologis ikan tersebut seperti kemampuan beradaptasi dengan lingkungan. 2. 4 Indeks Kematangan Gonad Indeks kematangan gonad atau dinamakan juga Maturity indeks atau disebut juga Gonado Somatic Indeks adalah persentase perbandingan berat gonad dengan berat tubuh ikan. Indeks ini menunjukkan perubahan gonad terhadap kondisi ikan secara morfologis. Indeks Kematangan gonad akan meningkat nilainya dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan dengan ikan jantan (Effendie, 1997). Sebelum terjadi pemijahan, sebagian besar hasil metabolisme tubuh dipergunakan untuk perkembangan gonad sehingga berat gonad terus bertambah dengan semakin matangnya gonad tersebut (Soenanthi,2006). Nilai IKG dapat dihubungkan dengan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi kematangan gonad. (Effendie, 1997). Sejalan dengan pertumbuhan gonad, gonad akan mencapai maksimum saat ikan memijah, kemudian menurun dengan cepat selama berlangsung sampai selesai pemijahan. Dengan memantau IKG dari waktu ke waktu, dapat diketahui ukuran ikan waktu memijah (Soenanthi, 2006). Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Martins dan Haimovici (2000) diperoleh data bahwa semua ikan T. lepturus jantan yang lebih besar dari 1050 mm dan semua ikan betina yang lebih besar dari 1100 mm berada pada tahap matang gonad.

1. 5 Fekunditas Fekunditas yaitu jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah. Fekunditas demikian dinamakan fekunditas individu atau fekunditas mutlak (Effendie,1979). Ada beberapa pengertian fekunditas antara lain fekunditas individu, fekunditas relatif, dan fekunditas total. Menurut Nikolsky (1963). fekunditas individu adalah jumlah telur dari generasi tahun itu yang dikeluarkan pada tahun itu pula. Sedangkan fekunditas relatif adalah jumlah telur persatuan berat atau panjang ikan. Menurut Royce (1972). fekunditas relatif adalah jumlah telur per unit berat, umumnya digunakan sebagai indeks fekunditas. Fekunditas total diartikan sebagai fekunditas ikan selama hidupnya.

Ikan-ikan yang tua dan besar ukurannya mempunyai fekunditas relatif lebih kecil. Umumnya fekunditas relatif lebih tinggi dibanding dengan fekunditas individu. Fekunditas relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda (Nikolsky, 1963). Fekunditas didefinisikan sebagai jumlah oocytes vitellogenic dalam tingkat kematangan ikan layur pada permulaan reproduksi. Penentuan fekunditas dilakukan dengan mengambil gonad dari bagian anterior, posterior dan median masing-masing tiap spesimen (Martins dan Haimovici, 2000). Berdasarkan penelitian Martins dan Haimovici, (2000) bahwa fekunditas telur T. lepturus di ekosistem utama subtropis Brazil bagian selatan berkisar dari 3.917 untuk ikan yang memiliki panjang total 70 cm sampai 154.216 pada ikan contoh yang memiliki panjang total 141 cm namun jumlah pemijahan pada tiap musim belum dapat ditentukan. Sedangkan menurut Ball dan Rao (1984), fekunditas ikan layur T. lepturus berkisar antara 4000 (panjang ikan 42 cm) hingga 16.000 ( panjang ikan 60 cm). Lain halnya untuk ikan L. savala nilai fekunditas berkisar antara 9.178 untuk ikan yang memiliki panjang total 37 cm sampai 17.347 pada ikan contoh yang memiliki panjang total sebesar 54 cm. Peningkatan fekunditas berhubungan dengan peningkatan berat tubuh dan berat gonad (Solihatin, 2007). Diameter telur merupakan garis tengah atau ukuran panjang dari suatu telur yang diukur dengan mikrometer berskala yang sudah ditera (Effendie, 1979). Ukuran diameter telur digunakan untuk melihat kuantitas telur. Umumnya sudah dapat diduga bahwa semakin meningkat tingkat kematangan gonad maka diameter telur yang ada di dalam ovarium semakin besar pula (Effendie, 1979). Untuk menilai perkembangan gonad ikan betina selain dilihat hubungan antara IKG dengan TKG, dapat pula dihubungkan dengan perkembangan diameter telur yang dikandungnya hasil dari pengendapan kuning telur selama proses vitellogenesis (Effendie, 1997). Mendekati waktu pemijahan, diameter telur akan semakin besar seiring dengan meningkatnya TKG dan mencapai maksimum, setelah itu cenderung menurun (Solihatin, 2007). Ikan laut memiliki karakteristik ukuran telur lebih kecil dibandingkan dengan ikan air tawar. Fekunditas ikan-ikan laut komersial penting pada umumnya lebih besar. Dalam populasi ikan laut terdapat hubungan antara ukuran telur dengan ukuran ikan selama siklus hidupnya, hal ini didukung oleh proses rekruitmen (Chambers dan Leggett, 1996). Berdasarkan penelitian Martins dan Haimovici (2000), diameter telur ikan layur yang diambil dari TKG III dan IV mencapai 0,8 mm dari 56 sampel gonad ikan layur dan penelitian dilakukan pada bulan September hingga Februari. Shiokawa (1988) dalam Nakamura dan Parin (1993) menyatakan bahwa telur ikan layur T. lepturus adalah pelagis dengan ukuran diameter telur adalah 1,59 1,88 mm.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan a)Pola pertumbuhan ikan layur Trichiurus lepturus jantan dan betina di Perairan adalah allometrik negatif. Pola pertumbuhan ikan jantan spesies Lepturacanthus savala dan Gempylus serpens adalah allometrik positif, sedangkan ikan betina spesies L. savala dan G. serpens adalah allometrik negatif. b)Rasio kelamin ikan layur ketiga spesies didominasi oleh ikan jantan. c)Kisaran rata-rata faktor kondisi ikan T. lepturus dan L. savala betina lebih besar jika dibandingkan dengan faktor kondisi ikan jantan. d)Ikan layur T. lepturus betina lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan jantan. Sedangkan ikan L. savala jantan lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan betina. e)Nilai fekunditas ikan betina T. lepturus berkisar antara 2877 16875 butir. nilai fekunditas ikan L. savala betina berkisar antara 4399 15261 butir. Berdasarkan pola penyebaran diameter telur diduga bahwa ikan T.lepturus dan L.savala memijah secara partial spawner.

3.2 Saran Untuk menjamin kelestarian sumberdaya ikan layur, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan yang tepat seperti pembatasan penangkapan pada bulan-bulan intensif pemijahan, yaitu bulan Juli November untuk ikan T.lepturus dan untuk ikan L.savala pada bulan Juli. Dimana pada bulan Juli merupakan puncak pemijahan (persentase ikan matang gonad terbesar). Pengurangan intensitas penangkapan dilakukan demi memberi peluang bagi ikan layur untuk bereproduksi dan tumbuh.

DAFTAR PUSTAKA Anita. 2003. Pengendalian Mutu Produksi Layur (Trichiurus sp.) di Pelabuhan Perikanan Nusantara Pelabuhanratu untuk Tujuan Ekpor. Skripsi. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. Badrudin dan Wudianto. 2004. Biologi, Habitat dan Penyebaran Ikan Layur Serta Beberapa Aspek Perikanannya. http://www.Cofish.Net/uploaded/report.pdf (4 Desember 2007). Chambers, R. C. dan W. C. Leggett. 1996. Maternal Influences on Variation in Temperate Marine Fishes. Journal America Zoology, 36 : 180-196. Effendie, M. I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. El-Haweet, A. dan T. Ozawa. 1995. Age and Growth of Ribbon Fish Trichiurus japonicus in Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta. 179 hal. Herianti, M.D.M Pawarti dan T. Suhendrata. 1992. Pendugaan Parameter Biologi Ikan Layur (Trichiurus lepturus) Di Perairan Utara Tuban-Lamongan, Jawa Timur. Jurnal Penelitian Perikanan Laut No 75, hal 11-19. Balai Penelitian Perikanan Laut. Jakarta. Kwok, K.Y. 1999. Reproduction of Cutlassfishes Trichiurus spp. From The South China Sea. Marine Ecology Progress Series. Vol 176 : 39-47. Nakamura, I. dan N. V. Parin. 1993. FAO Species Catalogue. Vol 15. Snake Mackerels and Cutlassfishes of The World (Families Gempylidae and Trichiuridae). An Annotated and Illustrated Catalugue of The Snake Parin, N. V. 1986. Trichiuridae. Fishes of the North-eastern Atlantic and the editerranean Vol. II : 976-980. UNESCO. United Kingdom. Prayitno, M. R. E. 2006. Penggunaan Ukuran Mata Pancing Nomor 7, 8 dan 9 Pada Rawai Layur Terhadap Hasil Tangkapan Ikan Layur Di Teluk Palabuhanratu. Skripsi. Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Tidak dipublikasikan. www. Fishbase.org (4 Desember 2007) www.pipp.dkp (9 Juli 2007) www. research.kahaku.go.jp (27 November 2007)

LAMPIRAN