Upload
trinhanh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
89
BAB IV
SISTEM PENDIDIKAN MADRASAH ALIYAH AL-ANWAR
A. Mata Pelajaran
Madrasah merupakan suatu lembaga pendidikan formal pusat
pendidikan ilmu-ilmu keislaman di samping ilmu-ilmu umum yang pada awal
kelahiran Islam merupakan bagian dari ilmu yang tidak terpisahkan dari ilmu
agama (tidak terjadi dikotomi).
Sejarah Madrasah hampir tidak bisa dipisahkan dengan kelahiran dan
perkembangan pondok pesantren termasuk Madrasah Aliyah al-Anwar.
Keberadaan Pondok Pesantren telah diakui sebagai sistem dan lembaga
pendidikan yang memiliki akar sejarah dengan ciri-ciri yang khas.
Keberadaannya sampai sekarang masih berdiri kokoh di tengah-tengah
komunitas masyarakat, penampilan keaslian, kebhinekaan dan
kemandiriannya walaupun usianya setua proses islamisasi di negeri ini.
Tetapi kondisi obyektif menunjukkan bahwa dalam beberapa dekade
terakhir mulai dirasakan ada pergeseran peran dan fungsi pesantren. Peran dan
fungsi pesantren sebagai kawah candradimuka orang yang fas}îh} fi al-dîn (ahli
dalam agama) terutama yang terkait dengan norma-norma praktis (fiqh)
semakin memudar. Hal ini disebabkan antara lain desakan gelombang
modernitas, globalisasi, teknologi informasi yang berimplikasi kuat pada
pergeseran orientasi hidup yang pada gilirannya mempengaruhi minat
90
masyarakat untuk mempelajari ilmu-ilmu agama di pondok pesantren semakin
mengendor.
Penurunan kualitas peran dan fungsi pesantren ini harus segera diatasi
dan dicari jalan keluar, maka akhirnya para ulama mendirikan madrasah
bahkan sekolah-sekolah umum di lingkungan pondok pesantren.
Konsep salaf yang diusung oleh program pendidikan berbasis formal
ini sangat kental dan memang menjadi satu harga mati yang tidak bisa ditawar
lagi. Hal inilah yang membuat MA al-Anwar berbeda dengan lembaga
pendidikan formal lainnya di kabupaten Rembang.
Pengembangan pembelajaran di MA al-Anwar Pondok Pesantren al-
Anwar Sarang didasarkan pada perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan
manusia. Berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya
penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Selain ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan pembelajaran
hadir karena adanya tuntutan dari orang tua peserta didik. Masyarakat
beranggapan bahwa pendidikan merupakan sebuah investasi yang baik bagi
masa depan putra dan putri mereka, sehingga pembelajaran yang dilaksanakan
sebaiknya tidak hanya dikelola dengan pola-pola tradisional tetapi juga
menggunakan pola-pola modern.
Referensi atau buku ajar yang digunakan sesuai dengan sistem
kurikulum yang dipakai meliputi program pengajaran dan perangkatnya
merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di
91
madrasah. Dalam pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai
dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan
pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya
akan berjalan searah.
Berdasarkan tipologi pesantren maka Madrasah Aliyah al-Anwar
Pondok Pesantren al-Anwar Sarang termasuk tipe kombinasi. Karena
didalamnya menggunakan sistem campuran atau gabungan (kombinasi) antara
sistem pendidikan tradisional dan modern. Proses pembelajaran
tradisionalnya dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsentrasi
pada kitab-kitab klasik (kitab kuning). Juga menggunakan sistem pendidikan
modern yang menyelenggarakan pendidikan dan pembelajarannya secara
klasikal dan berjenjang.
Dengan tipologi campuran atau kombinasi tersebut, maka referensi
yang dipakai menyesuaikan dengan lembaga pendidikan yang dibutuhkan,
yaitu kurikulum dari Kementrian Agama. Di sisi lain juga tidak melepaskan
ciri khas pesantrennya dengan menyelenggarakan pendidikan, menggunakan
pendekatan pengajian kitab klasik, karena “sistem ngaji kitab kuning” inilah
yang selama ini diakui sebagai salah satu identitas pondok pesantren.
Kurikulum pendidikan Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren
al-Anwar Sarang merupakan perpaduan antara pesantren tradisional dan
sistem sekolah. Implementasi kurikulum tersebut diharapkan akan mampu
memunculkan output pesantren berkualitas yang tercermin dalam sikap yang
aspiratif, progresif dan tidak ortodoks, sehingga santri bisa secara cepat
92
beradaptasi dalam setiap bentuk perubahan peradaban dan bisa diterima
dengan baik oleh masyarakat.
Proses penggunaan referensi di MA al-Anwar Pondok Pesantren al-
Anwar Sarang secara historis-evolutif adalah suatu kebutuhan yang mendesak
dan keharusan, mengingat kurikulum pesantren yang ada dirasa kurang
memotivasi belajar para santrinya, disamping juga pengasuh pondok
Pesantren al-Anwar Sarang telah melakukan pertimbangan-pertimbangan
berdasarkan kebutuhan masyarakat akan profesionalisme lulusan (Wawancara
dengan KH. Muhammad Wafi, Lc. M.Si pada tanggal 25 April 2013).
Seiring dengan integrasi kurikulum, perubahan materi pelajaran dari
pengkajian dasar-dasar (pokok) agama misalnya tauhid (keimanan), al-Quran,
dan nah}wu-s}orf, kemudian berkembang menjadi pengkajian pengembangan
ilmu-ilmu dasar di atas, tauhid (keimanan) dengan materi pelajaran ‘aqãid
(ilmu kalam), al-Qur’an dengan ilmu tajwid dan tafsirnya, hadits dengan
Must}alãh al-H}adis\, fiqh dengan Us}ũl al-Fiqhnya, bahasa Arab dengan nah}wu,
s}orf-pun kemudian diajarkan dengan sistem berjenjang.
Realitas di lapangan menunjukkan telah terjadi bersamaan dengan
berlakunya sistem klasikal, baik dalam pembelajaran kitab kuning maupun
jenjang pendidikannya. Namun integrasi yang bena-benar terjadi secara besar-
besaran pada saat digunakannya kurikulum pendidikan formal baik kurikulum
dari Kementrian Agama maupun kurikulum dari Kementrian Pendidikan
Nasional.
93
Berdirinya Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar
Sarang turut menandai terjadinya perubahan bentuk pesantren yang bersikap
terbuka dan tanggap terhadap kebutuhan arus modernisasi. Latar belakang
pemaduan kurikulum salãfiyah dan khalãfiyah didasari desakan kebutuhan
masyarakat akan alumni pesantren yang memiliki keilmuan terpadu antara
keislaman dan umum, alumni pesantren juga harus memiliki kompetensi yang
jelas, memiliki kemampuan dan skill sehingga dapat melanjutkan karirnya
atau bekerja, atau memilih untuk menjadi pengembang dakwah Islam dengan
mendirikan lembaga pendidikan, atau melanjutkan sekolah ke jenjang yang
lebih tinggi.
Berdasarkan informasi dari kiai pengasuh timbulnya lembaga-lembaga
pendidikan umum di Pondok Pesantren al-Anwar Sarang maka terdapat
beberapa alasan: pertama, sebagai upaya adaptasi Pondok Pesantren al-Anwar
Sarang dengan perkembangan pendidikan nasional, atau adaptasi dampak
global dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua, adanya
kepentingan menyelamatkan nyawa pesantren dari berpindahnya animo
masyarakat sekitar pesantren, yakni dari pesantren ke pendidikan umum
(Wawancara dengan pengasuh, KH. Abdullah Ubab pada tanggal 29 April
2013).
Kebutuhan yang fundamental dari pemaduan pendidikan umum dan
pesantren juga karena faktor strategis yaitu sebagai lembaga pencetak kader-
kader bangsa dengan penguasaan agama dan moral yang baik, di sisi lain
94
mempersiapkan generasi intelektual dengan penguasaan berbagai sektor
sosial, ekonomi, budaya dan teknologi mutakhir.
Fenomena tersebut sangat dirasakan pada saat Pondok Pesantren al-
Anwar Sarang mendirikan MA al-Anwar, animo masyarakat baik dari Sarang
sendiri maupun dari kabupaten yang lain di Jawa Tengah bahkan Jawa Timur
mencapai kenaikan yang signifikan. Dukungan orang tua santri untuk mondok
di Pondok Pesantren al-Anwar Sarang yang menginginkan agar putra-putrinya
belajar/ngaji di pesantren sekaligus dapat mengikuti pendidikan formal.
Harapan dan tujuan masyarakat tersebut dapat dipenuhi oleh Madrasah
Aliyah al-Anwar dengan melakukan modifikasi kurikulum agar terjadi
akselerasi yang seimbang antara penguasaan materi pesantren dan kurikulum
formal.
Modifikasi di atas diajarkan bagi para peserta didik di MA al-Anwar
Pondok Pesantren al-Anwar Sarang. Dengan modifikasi inilah santri dapat
mengenyam pendidikan formal dan pesantren sekaligus secara lebih sistematis
dan dapat dikuasai dengan cepat. Konteks kurikulum integral, modifikasi
tersebut adalah upaya cerdas dalam kerangka meningkatkan kualitas SDM
santri yang menginginkan tafaqquh fî al-dîn sekaligus mengenyam pendidikan
formal.
Beberapa aspek penting pengembangan materi ajar yang dilakukan di
Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang sebagai hasil
integrasi kurikulum, antara lain menyangkut: orientasi dan tujuan pesantren,
95
materi kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem evaluasi pembelajaran
sebagai berikut:
Pertama, pada awalnya, hingga masa orde baru, orientasi dan tujuan
pesantren adalah semata-mata tafaqquh fî al-dîn dalam arti lama, yaitu dengan
mengedepankan ngaji kitab kuning (keagamaan) dan mencetak ulama (kiai).
Seiring perkembangan zaman pada masa pembangunanisme dan
pemberdayaan orientasi dan tujuan Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok
Pesantren al-Anwar Sarang, mengubah orientasi dan tujuannya dengan
memperluas wawasan dan keterbukaan pada pengembangan pengetahuan
umum, sebagai tuntutan masyarakat yang majemuk maka dengan persetujuan
pengasuh (kiai) dibukalah sekolah dan madrasah di pesantren tersebut.
Kedua, materi yang disajikan atau dipelajari para santri sudah tentu
bersifat variatif sesuai dengan jenjang pendidikan yang diberlakukan. Tanpa
harus menghilangkan tradisi kitab kuning yang berisi materi; nah}wu-s}orf, fiqh,
aqãid, tafsir, h}adîts, bahasa Arab, dan tasawuf. Kemudian juga diajarkan
pengetahuan umum, baik yang berhubungan dengan pengetahuan sosial,
ekonomi, alam dan materi lainnya yang ada di lembaga-lembaga pendidikan
formal. Di luar kurikulum formalnya, kegiatan di pesantren maupun
madrasah/sekolah, diadakan kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi
ketrampilan komputer, koperasi pesantren, kepemimpinan (organisasi), drum
band dan jurnalistik.
Ketiga, pengembangan materi telah mengubah paradigma, baik aspek
pendidik ustaz\-ustaz\ah), perencanaan pembelajaran, metode pembelajaran dan
96
sumber belajar santri. Hal itu telah disadari begitu berlakunya beberapa
kurikulum sejak berdirinya telah menuntut para pendidik lebih profesional dan
menguasai prinsip-prinsip pembelajaran. Metode pembelajaran yang berlaku
kemudian bersifat variatif, tanpa harus mengubah metode sorogan dan
bandongan sebagai ciri salãfiyahnya, juga menggunakan metode-metode lain;
seperti diskusi, tanya jawab, musyawarah, majlis ta’lim, ceramah yang juga
menggunakan pendekatan dan strategi kurikulum terbaru (2004 dan 2006),
yaitu pendekatan kontekstual yang implementasinya memerlukan pengetahuan
dan keahlian para asatiz\.
Keempat, integrasi materi juga membawa pengembangan evaluasi,
agar mengetahui hasil pembelajaran yang dicapai para santrinya. Sebelum
pemberlakuan kurikulum Kementrian Agama dan Kemendiknas, sistem
evaluasi bersifat tes singkat dan cenderung seremonial saja. Pada saat ini
sistem evaluasi yang dipakai telah menunjukkan kemajuan yang berarti.
Terdapat dua cara evaluasi, untuk klasikal menggunakan tes tertulis, yang
sudah terstruktur, yakni melalui mid semester dan akhir semester. Sedang
untuk kitab kuningnya dilakukan secara lisan, dengan cara santri membaca
yang telah diajarkan oleh ustaz\ satu persatu, kemudian para ustaz\ memberikan
beberapa pertanyaan dari kitab yang telah dibaca tersebut. Sementara untuk
madrasah mengikuti sistem evaluasi pada kurikulum Kementrian Agama.
Dengan adanya undang-undang sistem pendidikan nasional (UUSPN)
2003 sebagai dasar yuridisnya maka kedudukan madrasah semakin kokoh.
Namun sebagai konsekuensinya madrasah termasuk didalamnya Madrasah
97
Aliyah al-Anwar harus mempunyai dua komponen pokok yaitu komponen
pendidikan umum dan Islam. Tuntutan tersebut didasari alasan bahwa status
madrasah pada semua jenjang telah disamakan dengan sekolah umum dan
ditambah lagi dengan kurikulum lokal.
Dengan adanya ketentuan tersebut maka beban materi pelajaran dari
kurikulum yang harus diselesaikan peserta didik madrasah itu lebih banyak
dibanding dengan sekolah-sekolah umum. Sehingga wajar apabila peserta
didik madrasah mempunyai spesifikasi yang kurang dalam mata pelajaran
umum dibanding dengan sekolah-sekolah umum, demikian pula sebaliknya
peserta didik dari sekolah umum kurang mempunyai spesifikasi pengetahuan
dalam mata pelajaran agama dibanding dengan peserta didik dari madrasah
(Wawancara dengan KH. Muhammad Wafi, Lc. M.Si pada tanggal 25 April
2013).
Sebagaimana ketentuan diatas maka Madrasah Aliyah al-Anwar
memiliki dua komponen pokok yakni komponen pendidikan umum dan
pondok pesantren tradisional dan ditambah dengan muatan lokal, sehingga
jumlah seluruh mata pelajarannya adalah 17 mata pelajaran dan alokasi
waktunya dalam perminggu adalah 46 jam pelajaran dan untuk setiap jam
pelajaran sekitar 45 menit (Dokumentasi MA al-Anwar Pondok Pesantren al-
Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang dikutip pada tanggal 28 April
2013).
Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Kecamatan
Sarang Kabupaten Rembang terdapat 11 mata pelajaran umum, yaitu PPKn,
98
Bahasa Indonesia, Matematika, IPA Fisika, IPA Biologi, IPS Ekonomi, IPS
Sejarah, IPS Geografi, Bahasa Inggris, Kertangkes, dan Penjaskes, dan 5 mata
pelajaran agama Islam yaitu fiqh, akidah akhlak, sejarah kebudayaan Islam,
Qur’an hadits, tauhid dan bahasa Arab. Kurikulum muatan lokal yang
diajarkan adalah bahasa Jawa, pembelajaran kitab kuning dan baca tulis al-
Qur’an.
Mata pelajaran Bahasa daerah (Bahasa Jawa) dikembangkan atau
diajarkan karena madrasah ini berlokasi di daerah Jawa. Peserta didik perlu
dibekali dengan alat komunikasi dan tata cara kebudayaan Jawa sebagai bekal
dalam melakukan interaksi dengan masyarakat di sekitarnya dan juga untuk
melestarikan bahasa dan kebudayaan tersebut (Dokumentasi Madrasah Aliyah
al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten
Rembang dikutip pada tanggal 28 April 2013).
Selain itu, pengembangan materi di Madrasah Aliyah al-Anwar,
berhasil atau tidaknya didasarkan antara lain bergantung pada mutu
pengelolaan pembelajaran. Pengelolaan pembelajaran adalah kegiatan yang
meliputi tiga hal, yaitu: (a) merencanakan pembelajaran; (b) melaksanakan
pembelajaran; dan (c) mengevaluasi hasil belajar peserta didik. Keberhasilan
pembelajaran di pesantren dapat terwujud jika ditentukan oleh kualitas
pengelolaannya. Semakin baik kualitas pengelolaan pembelajaran di
pesantren, maka akan semakin efektif pula pembelajaran tersebut dapat
mencapai tujuannya.
99
Dewasa ini pendidikan di Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok
Pesantren al-Anwar Sarang berkembang pesat menyesuaikan diri dengan
tuntutan zaman. Sistem sorogan dan wetonan diperbaharui dengan
dimodifikasi seperlunya. Perpustakaan tidak hanya memuat buku-buku agama,
tetapi juga pengetahuan umum. Layanan individual diperhatikan karena setiap
peserta didik mempunyai minat, tingkat kematangan serta kecepatan menyerap
pelajaran yang berbeda.
Proses pembelajaran yang diterapkan di MA al-Anwar Pondok
Pesantren al-Anwar Sarang secara umum dilaksanakan dengan menggunakan
berbagai metode yang disesuaikan dengan materi pelajaran. Adapun metode
yang digunakan guru antara lain.
a. Metode Pembelajaran Perorangan (Individual)
Kegiatan atau cara umum dalam pembelajaran yang mana guru
menggolongkan peserta didik secara perorangan, sehingga terjadi layanan
pembelajaran. Metode ini dilaksanakan dalam pembelajaran ketika guru
ingin mengetahui tingkat kelancaran dan kefasihan hafalan bacaan peserta
didik (Observasi pada tanggal 28 April 2013 ketika guru melaksanakan
proses pembelajaran).
b. Metode Kelompok
Kegiatan atau cara umum pembelajaran yang mana guru
menggolongkan peserta didik secara kelompok maupun sub kelompok
kecil (Observasi pada tanggal 29April 2013, ketika guru melaksanakan
pembelajaran kelompok di kelas).
100
c. Metode Ceramah Variasi
Metode ini bertujuan untuk memberikan pemahaman,
menyampaikan informasi/uraian tentang suatu pokok persoalan kepada
peserta didik tentang materi pelajaran secara lisan (Observasi pada tanggal
30 April 2013 ketika guru menerangkan materi di kelas).
d. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab ini digunakan untuk membangkitkan
pemikiran peserta didik baik untuk bertanya maupun untuk menjawab
sehingga proses belajar mengajar lebih dialogis, tercipta suasana belajar
yang menyenangkan, tidak kaku dan membosankan (Observasi pada
tanggal 5 Mei 2013 ketika guru melakukan tanya jawab di pertengahan
pembelajaran).
e. Metode Simulasi
Metode simulasi adalah cuplikan suatu situasi kehidupan nyata
yang diangkat ke dalam kegiatan pembelajaran. Simulasi merupakan
teknik yang di organisasi secara baik oleh para peserta didik (Observasi
pada tanggal 6 Mei 2013 ketika guru dan siswa praktek shalat).
f. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang menggunakan peragaan
untuk memperjelas suatu pengertian/memperlihatkan bagaimana
melakukan sesuatu kepada peserta didik. Seperti materi sholat fardlu,
menyelenggarakan shalat jenazah dan lain-lain (Observasi pada tanggal 7
Mei 2013 ketika guru dan siswa praktek shalat di masjid).
101
g. Metode Kerja Kelompok
Metode kerja kelompok ini adalah kerja sama yang dilakukan oleh
kumpulan peserta didik yang jumlahnya terbatas, paling banyak 10 orang,
untuk melaksanakan tugas tertentu dalam kegiatan pembelajaran, pesan
terpenting dalam metode ini adalah pemecahan masalah atau penyelesaian
tugas melalui proses kelompok, seperti membuat rangkuman materi
perkembangan Islam abad pertengahan (Observasi pada tanggal 28 Mei
2013 ketika guru melakukan pembelajaran fiqih di kelas).
h. Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini ada karena kegiatan interaksi belajar
mengajar di sekolah sangat terbatas karena banyaknya kegiatan pendidikan
sekolah. dimana waktu yang singkat. Bila hanya mengandalkan jam
pelajaran di sekolah, tidak akan terselesaikan disebabkan waktu dan
banyaknya materi pelajaran, oleh karena itu, perlu diberikan tugas yang
dikerjakan diluar jam pelajaran (Observasi pada tanggal 10 Mei 2013
ketika guru mengakhiri pelajaran).
i. Metode Role Playing
Metode role playing untuk menghadirkan peran-peran yang ada
dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas.
Kegiatan tersebut kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta
memberikan penilaian. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah
yang diangkat dalam pertunjukan dan bukan pada kemampuan pemain
dalam melakukan permainan peran. Bermain peran memiliki beragam
102
keuntungan yaitu tidak membutuhkan banyak biaya dan membuat seorang
anak belajar untuk mempraktekkan sebuah perilaku atau keahlian
(Observasi pada tanggal 15 Mei 2013 ketika guru dan siswa melakukan
seni peran didik kelas).
Selain metode umum di atas, pengajaran yang digunakan di
Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang juga
menggunakan metode sebagaimana pengajaran yang ada di pondok
pesantren lain, meliputi:
a. Metode Wetonan
Pelaksanaan metode ini dengan cara seorang guru duduk
dilingkari peserta didik lainnya, kemudian guru tersebut membaca
tertentu dan kemudian peserta didik mendengar dan menyimak bacaan
guru tersebut.
b. Metode Sorogan
Dalam metode ini peserta didik mengajukan sebuah kitab
kepada guru untuk dibaca dihadapan guru. Guru akan langsug
memberikan koreksi jika santri mendapati kesalahan dalam membaca
dan memahami kitab tersebut.
c. Sistem Takhasus
Suatu metode dimana santri mengikuti pelajaran dengan sistem
kelas. Mulai dari kelas persiapan hingga kelas musyawarah (Observasi
pada tanggal 12 Mei 2013 ketika guru mengajarkan pembelajaran al-
Qur’an dan kitab kuning di kelas dan di pondok). Sedangkan strategi
103
pembelajaran yang dilakukan di MA al-Anwar Pondok Pesantren al-
Anwar Sarang ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu strategi pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dan strategi pembelajaran yang
berpusat pada pendidik.
1) Strategi pembelajaran berpusat pada peserta didik
Kegiatan pembelajaran yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada peserta didik untuk terlibat dalam
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Strategi ini
menekankan bahwa peserta didik adalah pemegang peran dalam
proses pembelajaran yang mana menitikberatkan pada keaktifan
peserta didik. Kegiatan belajar dilakukan secara kritis dan analitik
dengan motivasi belajar tinggi, pendidik hanya berperan sebagai
pembantu (fasilitator) peserta didik dalam melakukan kegiatan
belajar.
Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
biasanya lebih efektif bila diterapkan pada metode pembelajaran
kelompok, dengan menggunakan metode seperti diskusi kelompok
demonstrasi, studi kasus, pemecahan masalah dan simulasi dengan
kunjungan lapangan.
Dalam kesempatan ini peserta didik dapat melibatkan
langsung dalam proses perencanaan semisal : peserta didik
mendapat tugas merencanakan dan membuat kisi-kisi bahan yang
akan dibahas di diskusi dalam materi PAI atau materi MIPA.
104
Dalam tahap pelaksanaan peserta didik memiliki antusias yang
tinggi untuk hadir dan menghidupkan jalannya diskusi.
Antusiasme dan peran aktif yang sangat tinggi dari peserta didik
secara tidak langsung peserta didik ikut andil dalam proses
penilaian atau evaluasi untuk mendapatkan nilai yang terbaik.
2) Strategi Pembelajaran yang berpusat pada Pendidik
Kegiatan pembelajaran yang menekankan terhadap
pentingnya aktivitas pendidikan dalam mengajar atau
membelajarkan peserta didik yang mana dalam proses ini
dilakukan dan dikendalikan pendidik.
Keunggulan strategi pembelajaran ini adalah pertama
bahan belajar dapat disampaikan secara tuntas oleh pendidik sesuai
dengan proses pembelajaran yang telah disiapkan sebelumnya.
Kedua dapat diikuti oleh peserta didik dalam jumlah besar. Ketiga
waktu yang digunakan akan tepat sesuai dengan jadwal waktu
pembelajaran yang telah ditentukan. Keempat target materi
pembelajaran yang direncanakan relatif mudah tercapai (Observasi
pada tanggal 15 Mei 2013, ketika peneliti menyaksikan
pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa dari awal sampai
akhir).
Materi pembelajaran di Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren
al-Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang merupakan perpaduan
antara pendidikan agama dan umum untuk mencetak peserta didik yang
105
berjiwa ilmu pengetahuan dan teknologi, iman dan takwa serta berakhlak
mulia.
Untuk mencapai hal itu Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren
al-Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang menggunakan dua
kurikulum yaitu kurikulum Kementrian Agama, pembelajaran kitab kuning
dan kurikulum lokal yang ditetapkan oleh madrasah sesuai dengan
kebijaksanaan otonomi pendidikan yang memberikan wewenang penuh
kepada masing-masing sekolah/madrasah untuk mengelola pendidikannya.
Sementara itu kurikulum lokal yang dipergunakan di MA al-Anwar Pondok
Pesantren al-Anwar Sarang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
dalam kondisi yang agamis.
Proses belajar mengajar yang dilaksanakan sesuai dengan kurikulum
Kementrian Agama adalah berupa materi-materi agama dan materi-materi
yang bersifat umum. Untuk memperdalam materi-materi keagamaan, MA al-
Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang Kabupaten Rembang
mengembangkan mata pelajaran dari kurikulum pondok pesantren dan lokal
yang menunjang materi pelajaran dari kurikulum Kementrian Agama. Hal ini
dilakukan untuk menambah pengetahuan peserta didik agar lebih mendalam
penguasaan ilmu pengetahuan agamanya.
Apabila kita melihat kurikulum yang ada di MA al-Anwar Pondok
Pesantren al-Anwar Sarang maka kita akan mengetahui bahwa kurikulum
yang digunakan adalah 60% berupa pengetahuan umum dan 40% pengetahuan
agama. Dengan ditetapkannya kurikulum lokal yang bertujuan untuk
106
memperdalam pengetahuan agama pada peserta didiknya maka dapat kita
lihat, bahwa antara pengetahuan umum dan pengetahuan agama adalah
seimbang.
Proses integrasi kurikulum di MA al-Anwar Pondok Pesantren al-
Anwar Sarang berjalan dengan perlahan seiring kebutuhan pesantren,
kolaborasi sistem pendidikan pesantren salãfiyah dan khalãfiyah menjadikan
pemberlakuan kurikulum bersifat variatif, sesuai dengan kebutuhan
konsentrasi sistem pendidikannya. Pengembangan pembelajaran bahasa Arab
dan kitab klasik dengan metode sorogan dan bandongan tetap bercirikan
salãfiyah, sedang pengembangan keilmuan keagamaan seperti tauh}id, fiqh,
nah}wu, h}adis\, dan akhlak dan umum, mengikuti pola kurikulum Kementerian
Agama.
Pendirian lembaga-lembaga formal termasuk Madrasah Aliyah al-
Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang sebenarnya merupakan
pengembangan pesantren dalam merespon kebutuhan masyarakat yang
menginginkan alumni pesantren memiliki kompetensi yang jelas, sebagaimana
perkembangan kurikulum yang mengedepankan psikomotorik dan skill
peserta didik Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang
setelah lulus.
Seiring dengan kebutuhan tenaga kerja dan skill, maka integrasi
kurikulum pesantren bukan lagi hanya pada konsentrasi mata pelajaran dan
kajian kitab kuning, kegiatan penunjang ekstra kurikuler juga diselenggarakan
di Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, antara lain;
107
pertanian, koperasi, kepemimpinan (keorganisasian), jurnalistik dan komputer.
Semua itu bertujuan agar para peserta didik memiliki ketrampilan dengan
memilih sendiri sesuai dengan bakat dan minatnya.
Dengan memahami karakter dan tipologi Madrasah Aliyah al-Anwar
Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, maka secara umum dapat diberikan
analisis bahwa pondok pesantren ini bersikap terbuka terhadap perkembangan
sistem pendidikan. Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar
Sarang ini memiliki kurikulum yang variatif, sehingga dapat diterima oleh
generasi-generasi berikutnya. Hingga saat ini Madrasah Aliyah al-Anwar
dapat menerima beberapa perkembangan kurikulum, dari kurikulum 1984,
1994, kurikulum 2004 (kurikulum berbasis kompetensi) dan kurikulum 2006
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Namun demikian kurikulum yang dipakai bersifat selektif sesuai
dengan karakter pesantren yang mengedepankan aspek-aspek religius dan
menggabungkannya dengan ilmu-ilmu umum untuk mencetak santri-santri
yang berkemampuan dan kompetensi multidimensional. Selektivitas
kurikulum ini dimaksudkan agar santri tidak begitu saja menerima arus
modernisasi (sekularisasi), disisi lain menyelamatkan tradisi keilmuan
pesantren agar menguasai ilmu-ilmu keagamaan, pengembangannya, dan
pengaktualisasiannya dalam kehidupan sehari-hari dengan penguasaan kitab-
kitab tafsir, hadits, fiqh, dan ilmu-ilmu lainnya.
Sejak dekade awal berdirinya pondok pesantren al-Anwar telah
menjadi institusi sosial yang berjuang keras melakukan integrasi nilai-nilai
108
keagamaan, menjadi wadah anak-anak bangsa untuk menuntut ilmu dan
mengamalkan ilmunya untuk berkiprah di masyarakat. Dalam
perkembangannya pesantren ini juga menjadi pelopor modernisasi pesantren
dengan tetap mencirikan salafnya dan memadukannya dengan pola modern.
Hal ini diharapkan pesannya sebagai pencetak kader yang multidimensional,
tidak hanya mumpuni di bidang agamanya tetapi juga mempunyai ketrampilan
dan ahli pada bidang umumnya dapat terwujud.
Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang sebagai lembaga pendidikan telah
melakukan beberapa upaya yang bersifat konstruktif guna meningkatkan mutu
dan perannya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Disamping
pengembangan ilmu-ilmu keagamaan juga ilmu-ilmu sosial dan alam, dengan
pendirian madrasah tidak lain adalah sebagai upaya kongkrit penguatan
pesantren di tengah-tengah masyarakat yang dinamis, dengan segala
konsekuensinya agar dapat mencetak kader-keder muslim profesional di
bidangnya.
Diterimanya kurikulum umum (Kementerian Agama) di Pesantren al-
Anwar Sarang tidak lain sebagai upaya bahwa pesantren ini mempunyai
prinsip-prinsip bijaksana, yang berupaya membantu santri dalam menggapai
cita-citanya, tanpa harus memaksa jalur pendidikannya. Prinsip lainnya adalah
mengutamakan kompetensi santri, agar setelah lulus dari MA al-Anwar
Pondok Pesantren al-Anwar Sarang dapat meneruskan cita-citanya atau
memilih menjadi praktisi di masyarakat, sesuai dengan ketrampilan yang
didapatnya. Prinsip lainnya adalah tetap memegang teguh pada tafaqquh fî al-
109
dîn, yaitu tetap mempertahankan fungsi utama pesantren sebagai basik ilmu
keagamaan, mencetak kiai, ulama, dan mubalig.
Kombinasi materi yang diajarkan (diberlakukan), dari dua karakter;
pesantren dan Kementerian Agama dengan sistem pembelajaran 24 jam
(pesantren) maka sangat memungkinkan terwujudnya kompetensi santri yang
lebih baik dari pesantren salãf dan juga sekolah formal saja. Hal itu karena
selama 24 jam hubungan kiai dan santri menjadi lebih maksimal. Berbeda
dengan pesantren salãfiyah yang hanya mengkaji kitab kuning dan sekolah
formal yang pola hubungannya bersifat formal (waktu-waktu efektif sekolah).
Materi pelajaran dari karakter pesantren dan Kemenag memungkinkan
seorang santri memiliki karakter dinamis dan dialogis, tanpa ada konflik
antara keduanya. Ilmu-ilmu keagamaan yang ditopang dengan ilmu-ilmu
humaniora akan menjadikan santri berkarakter multidimensi. Walaupun
menggunakan kurikulum formal, dengan modal sistem 24 jam maka masih
banyak sisa waktu untuk menerapkan sistem pendidikan berciri khas
pesantren. Sudah tentu santri dituntut untuk dapat membagi waktu dan
kesempatannya untuk mewujudkan cita-citanya.
Materi yang ditetapkan di Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang dapat
dikatakan memenuhi tiga bidang sasaran (obyek) yaitu sebagaimana yang
dikatakan Benyamin S. Bloom, dengan; 1) Aspek Kognitif (pikiran atau
hafalan), 2) afektif (feeling dean emosi), 3) psikomotorik (tindakan). Hal itu
dengan modal sistem 24 jam sangat mungkin teraktualisasi, mengingat di
pondok pesantren sangat mengutamakan praktek daripada pengetahuan. Maka
110
semuanya tinggal kembali pada bagaimana tingkat keseriusan dan totalitas
santri dengan kebijakan-kebijakan pondok pesantren dalam menuntut ilmu,
mengamalkan dan mempraktekkannya.
Kurikulum kombinasi tersebut juga akan berhasil manakala ustaz\-
ustaz\ah menggunakan berbagai pendekatan dan metode agar santri dapat
mentransfer ilmu. Dengan kombinasi metode, baik yang bersifat umum
maupun pola pesantren diantaranya; diskusi, bimbingan, tanggung jawab,
penugasan dan juga metode ketauladanan, nasehat, dan sorogan dan
bandongan. Dari berbagai metode tersebut akan timbul kultural santri dan
pembiasaan yang nantinya dapat menjadi ciri khas santri dibandingkan dengan
anak sekolah umum, dimana aspek akhlak lebih diutamakan dari sekedar
pandai (pengetahuan teoritis) tetapi lebih kepada aktualisasi ajaran.
Variasi dan kombinasi kurikulum di Madrasah Aliyah al-Anwar
Sarang yang merupakan bagian dari Pondok Pesantren al-Anwar Sarang juga
berdampak positif bagi berkembangnya materi bacaan santri, beberapa buku-
buku berbahasa Indonesia selain kitab-kitab kuning sebagai kajian utamanya.
Dari perkembangan tersebut akan terserap berbagai pemikiran di luar zona
pesantren. Juga menyerap informasi-informasi lainnya sehingga akan tercipta
generasi yang terbuka informasi dan pengetahuan dari luar pesantren.
Aplikasi dari pemberlakuan kurikulum di Madrasah Aliyah al-Anwar
Sarang dari akibat integrasi kurikulum tentunya membawa konsekuensi
pelaksanaan yang akurat dan efisien, baik berlaku bagi ustaz\-ustaz\ah maupun
para santri. Bagi seorang ustaz\ (guru) dapat mengaktualisasi ilmu-ilmu dan
111
materi yang didapat diperlukan kemampuan, baik guru agama maupun umum
agar para santri dapat menyerap dengan baik. Pola bimbingan guru sebagai
pembimbing diharapkan membantu santri mengaplikasikan materi yang
didapatkan.
Pesantren yang di dalamnya terdapat unsur kiai, santri, dan ustaz\-
ustaz\ah, adalah suatu prinsip kolektivitas kerja, dimana kiai adalah inspirator,
ustaz\ (guru) adalah pelaksana kurikulum dan santri adalah buah dari kerja
kolektif tersebut. Dengan demikian kiai dan ustaz\ memiliki tugas membantu
santri dalam memahami makna dan tanggung jawab hidup di tengah
masyarakat. Peserta didik (santri) memiliki tugas belajar dan memahami
potensinya sehingga menemukan kecenderungan dan bakat minatnya dan
kelak dapat mencapai cita-citanya.
Dengan prinsip tersebut, maka akan tercipta figur-figur alumni
pesantren yang tanggap akan kemajuan dan kebutuhan masyarakat,
bertanggung jawab untuk mengatur kehidupannya sendiri, mengatur
keahliannya (bidang) yang dipelajari dan mampu mengaktualisasikan ilmu-
ilmu yang didapatnya, sebagai bekal untuk menghadapi berbagai
permasalahan hidupnya.
Materi yang ada di Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang sebagaimana
penjelasan di atas adalah berasal dari kurikulum Kementerian Agama dan
kurikulum lokal yang berasal dari Madrasah Madrasah Aliyah al-Anwar
Sarang sendiri. Dari kurikulum Kementerian Agama sebagaimana kita ketahui
berisi 60% materi Umum dan 40% materi Agama ditambah dengan muatan
112
kurikulum lokal yang berisi materi-materi agama yang bertujuan untuk
memperdalam pengetahuan agama bagi peserta didiknya, maka dapat
diketahui bahwa materi pelajaran yang ada di Madrasah Aliyah al-Anwar
Sarang adalah kombinasi antara pengetahuan agama dan umum, karena
masing-masing mempunyai porsi yang seimbang dan berjalan secara
beriringan. Keduanya (materi agama dan umum) adalah berasal dari sumber
yang sama yaitu al-Qur’an dan Hadits.
Hal ini bertolak dari pendapat bahwa agama tidak pernah menjadikan
wahyu Tuhan sebagai satu-satunya sumber pengetahuan. Menurut pandangan
ini, sumber pengetahuan ada dua macam, yaitu pengetahuan yang berasal dari
Tuhan dan pengetahuan yang berasal dari manusia. Di mana perpaduan antara
keduanya dikenal dengan teoantroposentris (Abdullah, 2003: 10).
Sejak dari awalnya al-Qur’an selalu mengintegrasikan ilmu-ilmu
umum dan ilmu-ilmu agama. Karena al-‘ulũm al-dinîyyah, al-‘ulũm al-
kauniyyah, al-‘ulũm al-ins ãniyyah, al-‘ulũm al-tarîkhiyyah, al-‘ulum al-
falsafiyyah al-akhlãqiyah adalah ilmu-ilmu yang menyatu padu dalam kosa
kata al-Qur’an sehingga perlu digali secara simultan dan dikembangkan secara
proporsional.
Dengan pendidikan seperti ini peserta didik tidak hanya diajarkan ilmu
dunia, tetapi selalu dikaitkan dengan keagungan Ilahi, semua yang ada ini
karena kebesaran-Nya. Dengan sistem ini, peserta didik akan mampu
memadukan aktivitas sehari-hari dengan pengajaran di sekolah. Sehingga
peserta didik tidak hanya memiliki pengetahuan dengan prestasi yang baik,
113
tetapi sekaligus mampu hidup bermasyarakat dan mampu menjawab tantangan
zaman. Perpaduan itulah yang hendak dicapai oleh Madrasah Aliyah al-Anwar
Sarang.
Munculnya kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi dalam bidang
pendidikan yang bertujuan untuk memberi peluang kepada peserta didik untuk
memperoleh ketrampilan, pengetahuan, dan sikap yang dapat memberikan
kontribusi kepada masyarakat tidak mengagetkan para pengelola Madrasah
Aliyah al-Anwar Sarang. Bahkan madrasah menjadi lebih survive dalam
kondisi perubahan kurikulum yang sangat cepat, karena kehidupan madrasah
tidak taklîd kepada kurikulum nasional.
Manajemen desentralisasi memberikan kewenangan kepada madrasah
untuk melaksanakan PBM sesuai dengan kebutuhan lokal. Dengan demikian
madrasah al al-Anwar Sarang mendapatkan angin segar untuk bisa lebih
adaptif dalam mengatur kegiatannya tanpa intervensi pemerintah pusat dalam
upaya mencapai peningkatan mutu pendidikannya.
Melalui proses belajar mengajar yang didasari dengan kebutuhan lokal,
kurikulum tidak terbebani dengan materi lain yang sesungguhnya belum atau
bahkan tidak relevan bagi peningkatan pengetahuan dan ketrampilan peserta
didik pada jenjang tersebut. Efektivitas proses belajar mengajar diharapkan
bisa tercapai sehingga menghasilkan prestasi belajar yang lebih tinggi.
Sebagai lembaga pendidikan yang lahir dari masyarakat, Madrasah
Aliyah al-Anwar Sarang lebih mudah mengintegrasikan lingkungan eksternal
ke dalam organisasi pendidikan, sehingga dapat menciptakan suasana
114
kebersamaan dan kepemilikan yang tinggi dengan keterlibatan yang tinggi dari
masyarakat. Keterlibatan masyarakat bukan lagi terbatas seperti peranan orang
tua peserta didik yang hanya melibatkan diri di tempat anaknya sekolah.
Melainkan keterlibatan yang didasarkan kepada kepemilikan lingkungan.
Sesuai dengan jiwa desentralisasi yang menyerap aspirasi dan
partisipasi masyarakat dalam pengembangan dan peningkatan kualitas
pendidikan, masyarakat dituntut untuk memiliki kepedulian yang tinggi
memperhatikan lembaga pendidikan yang berada di lingkungan setempat.
Hal ini dapat menimbulkan sikap kepemilikan yang tinggi dengan
memberikan kontribusi baik dalam bidang material, kontrol manajemen,
pembinaan, serta bentuk partisipasi lain dalam rangka meningkatkan eksistensi
madrasah yang selanjutnya menjadi kebanggaan lingkungan setempat.
Akhirnya madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang hidup
dari, oleh dan untuk masyarakat mendapatkan sentuhan pikiran dan tangan
semua elemen masyarakat. Peningkatan mutu tidak akan terealisir tanpa andil
semua pihak. Untuk itu, demi peningkatan mutunya maka madrasah perlu
dibantu, dibela dan diperjuangkan.
Penekanan tujuan madrasah pada pencapaian moral atau akhlak yang
mulia (fad}ilah) tidak berarti bahwa pendidikan jasmani, ilmu pengetahuan dan
ketrampilan-ketrampilan praktis lainnya menjadi tidak penting, akan tetapi
maksudnya adalah menjadikan akhlakul karimah itu sebagai jiwa dari semua
yang dicapai melalui pendidikan di dalamnya.
115
Sains dan teknologi sebagai hasil yang dicapai dari proses pendidikan,
apapun jenis dan bentuknya, memiliki dua sisi yang saling bertentangan dan
bertolak belakang, seperti halnya sebilah pisau bermata dua. Di satu sisi pisau
bisa digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, tetapi disisi lain juga
dapat digunakan untuk merusak. Demikian juga dengan Iptek, di satu sisi
dapat digunakan untuk mempermudah dan meningkatkan kualitas hidup
manusia, tetapi disisi lain juga bisa menjadi senjata pemusnah peradaban
manusia.
Oleh karena itu, agar perkembangan Iptek tidak salah penggunaannya
dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kesejahteraan umat manusia maka harus
dikawal oleh akhlaqul karimah. Artinya orang-orang yang menciptakan,
mengembangkan dan menggunakannya harus memiliki landasan akhlaqul
karimah agar iptek diorientasikan untuk membangun peradaban manusiawi,
bukan untuk hal-hal yang destruksif.
Untuk menghadapi era globalisasi yang terbuka dan kompetitif
meminta sumber daya manusia yang bermutu dan tangguh. Manusia masa
depan yang diharapkan adalah manusia yang menguasai ilmu dan teknologi,
berwatak tahan banting, tetapi juga tangguh di dalam menghadapi erosi nilai-
nilai dan agama. Tanpa imtaq maka manusia mudah jatuh di dalam
keangkuhan intelektualnya (Tilaar, 1998: 77).
Itulah sebabnya ketika Allah SWT memerintahkan manusia menggali
ilmu pengetahuan disertai dengan ungkapan “demi nama Tuhanmu”. Hal ini
mengindikasikan agar ilmu pengetahuan yang dihasilkan manusia dilandasi
116
dengan nilai-nilai yang diajarkan Tuhan (value committed) bukan ilmu yang
bebas nilai (free value) karena itulah keberhasilan madrasah merupakan suatu
hal yang patut diteladani. Dalam kehidupan sehari-hari dapat diamati bahwa
madrasah telah berhasil mendidik santrinya menjadi orang yang taat beragama
dan berakhlak mulia.
Seperti terlihat pada Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang, sebenarnya
mempunyai potensi besar untuk dapat menghasilkan para lulusan mempunyai
Iptek dan Imtaq secara seimbang. Dikatakan potensial karena dalam kenyataan
selama ini potensi itu belum benar-benar teraktualisasikan secara optimal
sehingga menghasilkan karya nyata, meskipun dalam aspek moral
keberhasilannya tidak diragukan. Namun perlu diingat bahwa kurang
optimalnya hasil yang dicapai madrasah bukanlah karena sistemnya yang
keliru, akan tetapi lebih dikarenakan kurang maksimalnya penanganan.
Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang Kabupaten Rembang yang menjadi
objek penelitian ini tampaknya juga belum bisa mewujudkan potensi besarnya
sesuai yang diidealkan. Meskipun tidak termasuk peringkat bawah, bahkan
jika dibandingkan sekolah-sekolah swasta lain di wilayah kabupaten Rembang
menempati peringkat papan atas. Lulusan sekolah-sekolah yang dikelola
madrasah ini secara kualitas hampir sama dengan sekolah umum, semua
perguruan tinggi yang ada sebagian besar telah dapat dimasuki oleh lulusan
madrasah ini.
Menengok sejarah madrasah yang mampu mencetak pemimpin
masyarakat mengindikasikan betapa ia mampu membaca kebutuhan
117
masyarakat sesuai zamannya. Madrasah bahkan menjadi lembaga pendidikan
elite utama masa itu. Lirikan terhadap masa lalu lembaga yang dulu disebut
tradisional itu tidak dimaksudkan untuk nostalgia, melainkan untuk
membandingkan dengan kondisinya sekarang.
Madrasah merupakan institusi sosial yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dibidang pendidikan sekaligus di bidang lapangan
kerja, sehingga eksistensinya akan ditentukan oleh kepercayaan masyarakat
kepadanya. Kompleksnya kebutuhan itu menuntut lembaga pendidikan,
termasuk madrasah, untuk menyediakan diversifikasi keahlian yang
diperlukan masyarakat agar tetap survive.
Tuntutan masyarakat semakin tinggi seiring dengan tingkat
perkembangan iptek serta perubahan zaman yang cepat. Masyarakat sekarang
dengan sadar menuntut mutu pendidikan. Mereka memandang pendidikan
sebagai investasi.
Sejak dahulu, alumni madrasah selalu diasosiasikan dengan ahli agama
atau kiai karena madrasah memang merupakan lembaga pendidikan calon kiai.
Namun pada masa sekarang, pemahaman sedikit berubah sebab dalam
perkembangannya madrasah tidak hanya mengajarkan ilmu-ilmu agama, tetapi
juga membuka pintu bagi pengajaran bidang lainnya, yang sering disebut
sebagai ilmu umum.
Meski demikian, integrasi yang terjadi di madrasah berlangsung tanpa
menanggalkan nilai-nilai tradisional. Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang
Kabupaten Rembang merupakan contoh madrasah di mana tradisionalisme
118
dan modernisme dapat berjalan seirama tanpa adanya tekanan dari satu pihak
kepada pihak lainnya.
Perubahan madrasah tidak sampai menggeser semangat dan hakekat
kemadrasahannya tapi hanya pada pengorganisasian dan perluasan cakupan
kurikulumnya. Madrasah harus dapat merespon kebutuhan masyarakat dalam
bidang pendidikan.
Watak populis madrasah yang mau menerima siapapun yang ingin
belajar di madrasah memang sudah merupakan ciri khasnya sejak semula.
Akan tetapi, watak itu jangan sampai mengabaikan aspek kualitas yang
menjadi tuntutan masyarakat modern. Dalam mekanisme pasar kualitas
merupakan syarat mutlak untuk memenangkan persaingan. Kuantitas dan
kualitas bukanlah dua hal yang perlu dipertentangkan.
Untuk itu, Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang mengembangkan
kurikulumnya dengan “menggabungkan” antara kurikulum tradisional
keagamaan dan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Cara ini ditempuh
untuk mendapatkan pengakuan pemerintah sebagai lembaga pendidikan
formal sebagai tuntutan masyarakat namun tetap menjadi lembaga tafaqquh fî
al-dîn wa takhalluq bi al-akhlaq al-karîmah.
Berpijak dari hal tersebut maka pengembangan kurikulum madrasah
harus dirubah dari pendekatan materi menjadi pendekatan cara belajar.
Dengan sistem 24 jam (full day education sistem) yang diterapkan, madrasah
akan menjadi incaran para orang tua yang karena kesibukannya tidak
mempunyai waktu cukup untuk memberikan perhatian dan kontrol kepada
119
putra-putrinya setelah pulang sekolah. Orang-orang tua yang demikian akan
mencari lembaga pendidikan yang sanggup memberikan perhatian lebih besar
kepada putra-putrinya, sehingga tidak mempunyai kekhawatiran akan terlantar
baik dunia maupun akhiratnya.
Madrasah sebagai sistem pendidikan yang pertama pelanjut sistem
pesantren di Indonesia pada masa lalu tidak diragukan keberhasilannya dalam
mendidik peserta didik menjadi manusia saleh yang bermoral tinggi. Hal ini
sejalan dengan cita-cita Pembangunan Nasional yang mencita-citakan
tercapainya kualitas manusia Indonesia seutuhnya menempatkan dimensi
moral sebagai bagian penting darinya.
Karena itulah, Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang tetap
mempertahankan bentuk aslinya sebagai tempat mendalami ilmu keagamaan
(tafaqquh fî al-dîn). Tujuannya adalah untuk menyiapkan calon-calon ahli
agama yang pasti dibutuhkan masyarakat dalam era yang bagaimanapun.
Maka selayaknya kalau madrasah tipe ini mendapat pengakuan pemerintah
sebagai lembaga pendidikan formal tingkat lanjut.
Meski demikian, pada era sekarang lembaga ini menuntut untuk
membekali para peserta didik dengan keahlian dan ketrampilan yang
diperlukan dalam hidup, terutama dalam persaingan pekerjaan. Hal ini
direspon secara tepat dengan memasukkan muatan “non keagamaan” dalam
kurikulumnya tanpa menanggalkan aspek moral yang menjadi tujuan utama
pendidikannya.
120
Dengan demikian, Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang mempunyai
potensi besar untuk menjadi lembaga pendidikan ideal yang dapat dijadikan
alternatif bagi masyarakat Indonesia dengan mengembangkan kurikulum
Kementerian Agama dan lokalnya.
Agar potensi itu benar-benar teraktualisasi menjadi kekuatan nyata,
maka Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang harus berbenah diri dalam
melaksanakan fungsi kependidikannya, terutama dalam hal yang berkaitan
dengan pengembangan sains dan teknologi.
Peningkatan mutu dan pengembangan kurikulum yang komprehensif
dan kompetitif yang bisa mengakomodir aspek spiritual transendental warisan
pendidikan Islam klasik dan aspek rasional empirik sebagai tuntutan
pendidikan modern, merupakan tantangan yang harus dijawab Madrasah
Aliyah al-Anwar Sarang dalam menyongsong masa depan. Jika bidang ini
dapat dibenahi, madrasah akan sanggup menyiapkan bahkan mencetak lulusan
yang menguasai Iptek yang dijiwai akhlakul karimah.
Pesantren masa depan perlu menerapkan tiga hal penting sebagai
jawaban atas perubahan zaman dan arus modernisasi, ketiga hal tersebut
adalah;
Pertama, kombinasi antara pesantren salaf dan pesantren modern.
Kedua, menjawab persoalan kemasyarakatan. Ketiga menjawab masalah-
masalah yang dihadapi pesantren itu sendiri (Ismail S.M, 2002: 59).
Senada dengan itu, Rahman menjelaskan dalam tulisannya, “Menuju
Paradigma Islam Humanis” bahwa dari ketiga hal tersebut beliau memberikan
121
gambaran tentang permasalahan yang dihadapi pesantren dan sekaligus
memberikan solusi untuk mengatasinya demi terciptanya pesantren masa
depan yang nondikotomik. Komentar Rahman tersebut adalah sebagai berikut:
Orientasi ke belakang atau salaf oriented masih jauh lebih kuat dari
pada orientasi ke depan dan ini tentu tercermin dalam sistem pembelajaran
dunia pesantren. Lebih rancu lagi adalah penggunaan istilah salaf yang belum
ada kejelasan di lingkungan pesantren. Pembelajaran yang hanya berorientasi
pada masa lalu, jelas tidak punya masa depan dan akan kehilangan
relevansinya dengan konteks kekinian.
Melihat hal ini Rahman mengganti istilah al-muh}ãfaz}atu alã qadîm al-
s}ãlih wal akhz|u bi al-jadîd al-as}lãh dengan membalik redaksinya menjadi al-
akhz|u bil jadid al-as}lãh wal muh}ãfaz}atu alã qadîm al-s}ãlih (mentransfer nilai-
nilai baru yang lebih baik dengan tetap mempertahankan nilai-nilai lama yang
baik).
Dengan ajaran al-akhz|u, idealnya para santri diberi fleksibilitas untuk
mengembangkan minatnya berdialog dengan dunia di luar pesantren.
Pesantren juga harus mampu berdialog dengan kebudayaan modern dan secara
aktif mengisinya dengan substansi dan nuansa-nuansa Islami. Menurut
penulis, pemaparan Rahman tersebut hanya bisa dilakukan jika manusia
memahami arus globalisasi, paham informasi dengan benar dan tidak bersikap
eksklusif.
Untuk itu Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang Kabupaten Rembang
merencanakan pengembangan peningkatan mutu madrasah guna menghadapi
122
dan menyongsong masa depan yang kompetitif menuju madrasah Aliyah yang
berdaya guna dan berhasil guna. Oleh karena itu, restrukturisasi pendidikan
sehingga lebih adaptif terhadap perubahan zaman terus dilakukan,
penyempurnaan dan renovasi baik secara fisik maupun teknik kependidikan
diberlakukan.
B. Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstra kurikuler merupakan suatu kegiatan yang dilakukan Madrasah
Aliyah al-Anwar di luar jam pelajaran untuk menumbuhkembangkan potensi
Sumber Daya Manusia (SDM) yang dimiliki oleh peserta didik. Kegiatan
ekstra kurikuler lebih pada pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah
diperoleh peserta didik baik di Sekolah maupun di luar Sekolah. Dengan kata
lain kegiatan ekstra kurikuler bertujuan untuk membimbing peserta didik
mengembangkan potensi dan bakat yang ada dalam diri mereka. Selain itu
kegiatan ekstra kurikuler juga bertujuan untuk menambah pengetahuan peserta
didik tentang hal-hal yang kurang dikuasai sehingga menjadikan mereka dari
belum tahu menjadi tahu dan dari yang belum bisa menjadi bisa.
Kegiatan ekstrakurikuler bertujuan menumbuhkembangkan pribadi
peserta didik yang sehat jasmani dan rohani, bertaqwa kepada Tuhan YME,
memiliki kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial, budaya
dan alam sekitarnya, serta menanamkan sikap sebagai warga negara yang baik
dan bertanggung-jawab melalui berbagai kegiatan positif di bawah tanggung
jawab sekolah
123
Fungsi kegiatan ekstra kurikuler di Madrasah Aliyah al-Anwar untuk
mengembangkan kemampuan dan kreativitas peserta didik sesuai dengan
potensi, bakat dan minat mereka. Ekstra kurikuler memiliki fungsi sosial,
yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan kemampuan dan
rasa tanggung jawab sosial peserta didik. Ekstra kurikuler juga mempunyai
fungsi rekreatif, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan
suasana rileks, menggembirakan dan menyenangkan bagi peserta didik yang
menunjang proses perkembangan. Fungsi ekstra kurikuler lainnya adlah fungsi
persiapan karir, yaitu fungsi kegiatan ekstra kurikuler untuk mengembangkan
kesiapan karir peserta didik.
Dalam pelaksanaan program kurikulum, demi menunjang proses
pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan pemberian bekal
skill dan ketrampilan sesuai dengan bakat dan minat siswa, baik dalam
berorganisasi, olah raga, berkesenian dan berekspresi, maka di Madrasah
Aliyah al-Anwar diadakan program ekstra kurikuler untuk menggali potensi
siswa dalam bidang non akademik.
Kegiatan ekstra kurikuler yang dilaksanakan di luar jam intra kurikuler
pada tahun pelajaran 2012/2013, diantaranya adalah : Pramuka, PMR, Sepak
Bola, Basket, Sepak Takraw, Volley Ball, Seni Rebana, Qiroah, Komputer,
dan SKJ serta pengajian rutin sebulan sekali. Semua kegiatan tersebut telah
dijadwalkan dengan baik melalui program wajib serta program pilihan. Di
samping itu juga ada pelatihan ketrampilan yang dilaksanakan di luar jam
KBM, seperti : pidato, khutbah, ketrampilan mengajar, dan pengembangan
124
bahasa asing, meliputi : Muhadatsah bahasa Arab, speaking English, dan juga
les tambahan untuk mapel Ujian Nasional bagi kelas XII yang dimulai sejak
bulan Februari 2009 hingga menjelang pelaksanaan Ujian Nasional.
Disamping itu, Madrasah Aliyah al-Anwar dalam upaya mewujudkan
siswa yang maju dalam prestasi dan santun budi pekerti, memiliki sasaran
yang ingin dicapainya, yaitu membentuk kualitas pribadi siswa-siswi yang :
1. Beriman dan bertaqwa
2. Berilmu ‘amãliyyah
3. Beramal ’ilmiyyah
4. Berakidah ahlu al-sunnah wa al-jamã’ah
5. Berkepribadian akhlakul al-karîmah
C. Referensi yang digunakan/Buku Ajar
Referensi yang digunakan dalam proses pembelajaran di Madrasah
Aliyah al-Anwar adalah perpaduan referensi kitab kuning dan buku ajar
yang diterbitkan oleh Kementerian Agama dan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Nasional.
Kitab kuning yang merupakan ciri khas referensi yang digunakan oleh
pesantren yang diberikan di Madrasah Aliyah al-Anwar meliputi: kitab Nah}wu
seperti Jurũmiyah, ‘Imrit }i, dan Alfiyyah Ibnu ‘Aqîl. Kitab Sorf, misalnya:
Bina’, Amts\ilah al-Tas}rifiyyah, Qawãid al-S}orfiyah, dan al-Maqs}ũd. Dalam
ilmu Fiqh menggunakan kitab Safînah al-Najah, Fath} al-Qarîb, dan Fath} al-
Mu’în. Dalam ilmu Hadist, misalnya: al-Arbaîn al-Nawãwi, Bulũg al-Marãm
125
dan kitab Must}alãh al-H}adîs\. Pelajaran Tafsir menggunakan kitab Tafsîr
Jalãlain. Dalam bidang Tauhid, misalnya: ‘Aqidãt al- Awãm, dan Jauhãr al-
Tauhîd. Kitab akhlak menggunakan kitab Ta’lîm al-Muta’alim, dan Minhãj
al-‘Abidîn.
Sedangkan untuk pendidikan umum menggunakan buku keluaran
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, juga Kementerian Agama yang
dicetak oleh berbagai penerbit di tambah referensi pendukung sebagai bacaan
siswa di luar diktat.
D. Guru MA al-Anwar
Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan di
Madrasah Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang merupakan
pihak yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Kepiawaian
dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar
mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru harus pandai membawa
peserta didiknya kepada tujuan yang hendak dicapai.
Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain
adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai
dengan situasi dan kondisi peserta didik, hubungan antar individu, baik
dengan peserta didik maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat
dalam proses pendidikan seperti administrator, misalnya kepala sekolah dan
tata usaha serta masyarakat sekitarnya, pengalaman dan keterampilan guru itu
sendiri.
126
Dengan demikian, maka dalam pembaharuan pendidikan di Madrasah
Aliyah al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, keterlibatan guru mulai
dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan
evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu
inovasi pendidikan. Tanpa melibatkan mereka, maka sangat mungkin mereka
akan menolak inovasi yang diperkenalkan kepada mereka. Hal ini seperti
diuraikan sebelumnya, karena mereka menganggap inovasi yang tidak
melibatkan mereka adalah bukan miliknya yang harus dilaksanakan, tetapi
sebaliknya mereka menganggap akan mengganggu ketenangan dan kelancaran
tugas mereka. Oleh karena itu, dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang
utama dan pertama terlibat karena guru mempunyai peran yang luas sebagai
pendidik, sebagai orang tua, sebagai teman, sebagai dokter, sebagai motivator
dan lain sebagainya.
Dalam usaha meningkatkan dan menjaga kualitas pendidikannya,
usaha yang dilakukan madrasah di antaranya adalah dengan memilih atau
mengangkat guru yang sesuai bidang studinya untuk mengajar mata pelajaran
tertentu sesuai dengan bidang studi dan profesionalitasnya. Hal ini dilakukan
untuk menghindari missmatch dan kesalahan dalam menerangkan. Jadi
dengan memilih guru yang profesionalitas diharapkan materi yang diterangkan
oleh guru dapat mudah dipahami dan cepat di mengerti oleh peserta didik.
Guru missmatch (salah kamar) yang mengajar materi tidak sesuai
dengan bidang studinya hampir tidak dijumpai di Madrasah Aliyah al-Anwar
Pondok Pesantren al-Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang. Guru
127
Madrasah Aliyah al-Anwar telah mengajar sesuai dengan bidang studinya.
Memahami akan pentingnya meningkatkan dan menjaga kualitas pendidikan
dibutuhkan seorang guru yang berkualitas dan profesional di bidangnya. Salah
satu upaya meningkatkan kualitas guru adalah dengan menganjurkan para
guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan sesuai bidang studinya baik yang
diadakan oleh Kemenag ataupun Kemendiknas, dan melanjutkan
pendidikannya bagi guru yang tingkat pendidikannya belum memenuhi syarat
untuk mengajar di tingkat SMU atau Madrasah Aliyah. Selain itu dalam
rangka meningkatkan kualitas guru juga diadakan musyawarah guru mata
pelajaran (MGMP) untuk setiap bulannya yang tujuannya untuk meningkatkan
kualitas guru dalam menerangkan mata pelajaran. Data tentang guru
sebagaimana terlampir dalam lampiran.
Dalam proses Belajar mengajar yang dimaksud materi adalah antara
materi agama dan umum diajarkan secara seimbang, keduanya mempunyai
porsi yang sama.
Dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan masing-masing tetap
bersifat separated subject curriculum di mana masih bersifat terpisah antara
satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lain. Namun apabila terdapat
mata pelajaran yang berhubungan maka seorang guru akan
menghubungkannya secara insidental.
Dalam kegiatan belajar mengajar untuk mempermudah peserta
didiknya menerima materi pelajaran, maka guru juga menggunakan metode
khusus dalam mengajarnya di antara metode yang sering digunakan adalah
128
metode ceramah variatif, metode tanya jawab, metode diskusi, metode tugas,
metode simulasi, metode kerja kelompok, role playing dan metode klasikal
yang tetap dipertahankan oleh Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang yaitu
sorogan, bandongan dan musyawarah.
Metode-metode tersebut digunakan oleh seorang guru dan digunakan
sesuai dengan mata pelajaran-mata pelajaran yang bersangkutan. Adakalanya
dalam satu mata pelajaran seorang guru menggunakan beberapa metode
mengajar.
Metode-metode yang digunakan oleh seorang guru harus disesuaikan
dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, karena tujuan adalah faktor
yang sangat penting dalam suatu proses, hal ini karena tujuan itu akan mampu
mengarahkan semua aktivitas dalam proses dan bentuk aktivitas yang perlu
dilakukan sehingga pencapaian tujuan adalah buah dari aktivitas. Begitu
halnya dengan pekerjaan mendidik adalah suatu pekerjaan yang mempunyai
tujuan, ada sesuatu yang hendak dicapai dalam pekerjaan itu (Purwanto, 1995:
18).
Bentuk-bentuk metode dalam sistem pendidikan dan pengajarannya
masih belum banyak mengalami perubahan dan perkembangan, akan tetapi
antara satu pesantren dengan pesantren yang lainnya memiliki corak dan
pembaruan yang berbeda dalam menentukan sistem pendidikannya.
Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang sebagaimana telah penulis
deskripsikan dalam bab sebelumnya, jelas bahwa madrasah al-Anwar Sarang
dalam klasifikasi pesantren termasuk tipe pesantren yang masih dalam proses
129
menjadi pesantren yang memadukan pendidikan pesantren tradisional dan
pendidikan modern, karena belum sepenuhnya sistem pendidikan dan
pengajarannya telah mengalami perubahan dan pembaharuan, akan tetapi
masih dalam proses menuju sistem pendidikan yang modern.
Dengan proses tersebut, Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang masih
tetap memegang dan mempertahankan sebagian sistem lama untuk menjaga
konsistensi sebagai lembaga pendidikan Islam. Sistem pendidikan madrasah
yang diterapkan adalah dengan menggunakan berbagai perangkat
kelengkapannya seperti adanya evaluasi semester, raport, kenaikan kelas dan
ijazah. Di satu sisi, metode yang semacam itu memiliki kelemahan, yaitu
membutuhkan waktu yang lama dalam pengajarannya, akan tetapi disisi lain,
merupakan metode yang praktis dan baik dalam memahami kitab-kitab yang
berbahasa Arab. Karena paling tidak ada dua keuntungan dan kemanfaatan
yang diraih dengan pendekatan ini, yaitu penguasaan ilmu yang terkandung
dalam kitab tersebut dan penguasaan segi bahasa. Dengan menempuh cara
seperti itu, madrasah Aliyah al-Anwar Sarang dari segi metode belum
sepenuhnya melakukan pengembangan dan pembaharuan dalam sistem
pendidikannya, madrasah Aliyah al-Anwar Sarang hanya melakukan dan
memilih metode yang tepat pada penyampaian materi pelajaran dengan tetap
menggunakan metode-metode lama yang masih dianggap relevan.
Hal ini, masih sesuai dengan prinsip pesantren dengan kaidah
sosialnya yang progresif, yaitu “memelihara sistematika dan metodologi lama
yang masih relevan dan mengambil serta mengembangkan cara baru yang
130
lebih baik”. Demikian halnya dengan penyelenggaraan lembaga MA al-Anwar
Pondok Pesantren al-Anwar Sarang telah banyak mengikuti pola-pola baru
dalam sistem pembelajarannya dengan menggunakan metode role playing dan
lainnya.
Semua itu dilakukan untuk menyesuaikan dengan perkembangan di
luar pesantren, karena memang proses pendidikan untuk menjaga
eksistensinya harus menyesuaikan dengan perkembangan sistem pendidikan
yang ada.
Jika peneliti memperhatikan unsur-unsur yang ada dalam sistem
pendidikan dan pengajaran madrasah Aliyah al-Anwar Sarang, jelas bahwa
sistem yang digunakan masih sesuai dan relevan dengan tujuan pendidikan
Islam, bahwa tujuan umum dalam metode-metode pengajaran dalam
pendidikan Islam adalah untuk :
a. Menolong pelajar atau peserta didik untuk mengembangkan
pengetahuannya.
b. Membiasakan pelajar atau peserta didik untuk menghafal, memahami
dan memperhatikan materi yang diajarkan dengan tepat.
c. Memudahkan proses pengajaran agar dapat mencapai tujuan yang
diinginkan.
d. Menciptakan suasana yang sesuai bagi pengajaran dan saling percaya-
mempercayai serta hormat-menghormati antara guru dan peserta didik
Sedangkan tujuan pendidikan di Madrasah Aliyah al-Anwar
Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang secara umum adalah untuk
membekali peserta didik agar berpengetahuan Islam yang amali dan mampu
memimpin masyarakat untuk hidup maju bersama masyarakat yang lain,
melangkah untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang zamani dan mampu
131
berkompetisi yang positif dengan lembaga-lembaga lain yang siap
melaksanakan program pengembangan fisik maupun non fisik (dikutip dari
profil Madrasah Aliyah al-Anwar Kecamatan Sarang Kabupaten Rembang),
di samping tujuan-tujuan khusus pengajaran yang hendak dicapai pada setiap
materi pelajaran.
Dengan adanya tujuan yang hendak dicapai pada setiap materi
pelajaran maka seluruh komponen dalam pembelajaran harus dapat
mendukung dan mengantarkan tujuan tersebut sesuai dengan yang diharapkan.
Materi pelajaran yang diberikan di Madrasah Aliyah al-Anwar Sarang
Kabupaten Rembang semuanya mendukung peserta didik mendalami berbagai
ilmu pengetahuan (agama dan umum), karena materi pelajaran yang diberikan
berupa materi-materi yang bersifat umum (ekonomi, matematika, fisika,
kimia, bahasa dan sebagainya), juga berupa materi-materi agama yang
sebagian besar merupakan kurikulum lokal.
Banyaknya materi yang diberikan, sekilas nampak dari psikologis,
peserta didik akan merasa terbebani dan seakan-akan peserta didik
memaksakan belajarnya agar tercapai semua tujuan. Itulah kejadian yang
penulis lihat dan amati, namun dengan itu semua seakan-akan peserta didik
nampak senang dan tidak merasa memikul beban yang sangat berat. Hal itu
nampak dari sebagian besar peserta didik yang dapat dianggap baik dan
cukup, karena dari pertama kali memasuki madrasah juga dilakukan ujian
masuk yang kompetitif. Sehingga peserta didik-peserta didik yang masukpun
adalah peserta didik-peserta didik pilihan.
132
Adapun jika ada sebagian peserta didik yang kurang mampu untuk
menerima materi pelajaran tertentu akan dilakukan sistem pembelajaran
individu untuk mengatasi ketertinggalannya. Peristiwa itu semua adalah
fenomena yang terjadi di Madrasah dan hal ini adalah tugas pendidik. Oleh
karena itu, pendidik harus berkompeten terhadap materi pelajaran yang
diembannya.
Untuk mengetahui keberhasilan peserta didiknya, Madrasah Aliyah al-
Anwar Sarang melakukan berbagai evaluasi. Untuk mengetahui kemampuan
peserta didik dalam mempelajari materi tertentu, setiap guru bidang studi
mengadakan test formatif yaitu test yang dilakukan setelah materi pelajaran
selesai diberikan, tepatnya untuk mengukur kompetensi dasar (KD).
Kemudian untuk mengetahui keberhasilan peserta didik yang telah
mengikuti pelajaran selama satu semester dilakukan test sumatif. Di samping
itu juga diadakan test tengah semester untuk mengetahui hasil belajar peserta
didik dalam tiap tengah semester.
E. Standar Kelulusan
Standar kelulusan di Madrasah Aliyah al-Anwar didasarkan pada
peraturan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, juga Kementrian Agama
dengan standar kelulusan yang kembangkan oleh lokal Madrasah Aliyah al-
Anwar Sarang. Berkikut Standar kelulusan di Madrasah Aliyah al-Anwar:
133
a. Pendidikan Agama Islam
1) Memahami ayat-ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia
sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi
2) Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai qadha dan qadar
melalui pemahaman terhadap sifat dan asmaul usna
3) Berperilaku terpuji seperti hasnuzzhan, taubat dan raja dan
meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah
4) Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan
hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam
5) Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan
periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonsia dan di dunia
b. Pendidikan Kewarganegaraan
1) Memahami hakekat bangsa dan Negara Kesatuan Repubilik Indonesia
2) Menganalisis sikap positif terhadap penegakan hukum, peradilan
nasional, dan tindakan anti korupsi
3) Menganalisis pola-pola dan partisipasi aktif dalam pemajuan,
penghormatan serta penegakan HAM baik di Indonesia maupun di
luar negeri
4) Menganalisis peran dan hak warganegara dan sistem pemerintahan
NKRI
5) Menganalisis budaya politik demokrasi, konstitusi , kedaulatan negara,
keterbukaan dan keadilan di Indonesia
134
6) Mengevaluasi hubungan internasional dan sistem hukum internasional
7) Mengevaluasi sikap berpolitik dan bermasyarakat madani sesuai
dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945
8) Menganalisis peran Indonesia dalam politik dan hubungan
internasional, regional, dan kerja sama global lainnya
9) Menganalisis sistem hukum internasional, timbulnya konflik
internasional, dan mahkamah internasional
c. Bahasa Indonesia
1) Mendengarkan
Memahami wacana lisan dalam kegiatan penyampaian berita,
laporan, saran, berberita, pidato, wawancara, diskusi, seminar, dan
pembacaan karya sastra berbentuk puisi, cerita rakyat, drama, cerpen,
dan novel
2) Berbicara
Menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran,
perasaan, dan informasi dalam kegiatan berkenalan, diskusi, bercerita,
presentasi hasil penelitian, serta mengomentari pembacaan puisi dan
pementasan drama
3) Membaca
Menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami
wacana tulis teks nonsastra berbentuk grafik, tabel, artikel, tajuk
rencana, teks pidato, serta teks sastra berbentuk puisi, hikayat, novel,
135
biografi, puisi kontemporer, karya sastra berbagai angkatan dan sastra
Melayu klasik
4) Menulis
Menggunakan berbagai jenis wacana tulis untuk
mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk teks
narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi, teks pidato, proposal, surat
dinas, surat dagang, rangkuman, ringkasan, notulen, laporan, resensi,
karya ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerpen, drama,
kritik, dan essai.
d. Bahasa Inggris SMA/MA
1. Mendengarkan
Memahami makna dalam wacana lisan interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount,
narrative, procedure, descriptive, news item, report, analytical
exposition, hortatory exposition, spoof, explanation, discussion, dan
review, dalam konteks kehidupan sehari-hari.
2. Berbicara
Mengungkapkan makna secara lisan dalam wacana
interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam
bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, news item, report,
analytical exposition, hortatory exposition, spoof, explanation,
discussion, dan review, dalam konteks kehidupan sehari-hari.
136
3. Membaca
Memahami makna dalam wacana tertulis interpersonal dan
transaksional, secara formal maupun informal, dalam bentuk recount,
narrative, procedure, descriptive, news item, report, analytical
exposition, hortatory exposition, spoof, explanation, discussion, dan
review, dalam konteks kehidupan sehari-hari
4. Menulis
Mengungkapkan makna secara tertulis dalam wacana
interpersonal dan transaksional, secara formal maupun informal, dalam
bentuk recount, narrative, procedure, descriptive, news item, report,
analytical exposition, hortatory exposition, spoof, explanation,
discussion, dan review, dalam konteks kehidupan sehari-hari
e. Matematika
1) Program IPA
a) Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkarannya,
menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk dan pernyataan
berkuantor, serta menggunakan prinsip logika matematika dalam
pemecahan masalah
b) Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan aturan pangkat,
akar dan logaritma, fungsi aljabar sederhana, fungsi kuadrat, fungsi
eksponen dan grafiknya, fungsi komposisi dan fungsi invers,
persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, persamaan lingkaran dan
persamaan garis singgungnya, suku banyak, algoritma pembagian
137
dan teorema sisa, program linear, matriks dan determinan, vektor,
integrasi geometri dan komposisinya, barisan dan deret, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
c) Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut yang melibatkan
titik, garis dan bidang di ruang dimensi tiga serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
d) Memahami konsep perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas
trigonometri, rumus sinus dan kosinus jumlah dan selisih dua
sudut, rumus jumlah dan selisih sinus dan kosinus, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
e) Memahami limit fungsi aljabar dan fungsi trigonometri di suatu
titik dan sifat-sifatnya, turunan fungsi, nilai ekstrem, integral tak
tentu dan integral tentu fungsi aljabar dan trigonometri, serta
menerapkannya dalam pemecahan masalah
f) Memahami dan mengaplikasikan penyajian data dalam bentuk
tabel, diagram, gambar, grafik, dan ogive, ukuran pemusatan, letak
dan ukuran penyebaran, permutasi dan kombinasi, ruang sampel
dan peluang kejadian dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah
g) Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam
kehidupan
h) Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan
kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerjasama
138
2) Program IPS
1. Memahami pernyataan dalam matematika dan ingkarannya,
menentukan nilai kebenaran pernyataan majemuk dan pernyataan
berkuantor, serta menggunakan prinsip logika matematika dalam
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pernyataan majemuk
dan pernyataan berkuantor
2. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan aturan pangkat,
akar dan logaritma, fungsi aljabar sederhana, fungsi kuadrat dan
grafiknya, persamaan dan pertidaksamaan kuadrat, komposisi dan
invers fungsi, program linear, matriks dan determinan, vektor,
integrasi geometri dan komposisinya, barisan dan deret, serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
3. Menentukan kedudukan, jarak dan besar sudut yang melibatkan
titik, garis dan bidang di ruang dimensi tiga serta
menggunakannya dalam pemecahan masalah
4. Memahami konsep perbandingan, fungsi, persamaan dan identitas
trigonometri serta menggunakannya dalam pemecahan masalah
5. Memahami limit fungsi aljabar dan fungsi trigonometri di suatu
titik dan sifat-sifatnya, turunan fungsi, nilai ekstrem, integral tak
tentu dan integral tentu fungsi aljabar dan trigonometri, serta
menerapkannya dalam pemecahan masalah
6. Mengaplikasikan penyajian data dalam bentuk tabel, diagram,
gambar, grafik, dan ogive, ukuran pemusatan, letak dan ukuran
139
penyebaran, permutasi dan kombinasi, ruang sampel dan peluang
kejadian, dalam pemecahan masalah
7. Memiliki sikap menghargai matematika dan kegunaannya dalam
kehidupan
8. Memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan
kreatif, serta mempunyai kemampuan bekerjasama.
f. Fisika
a. Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit
instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik
kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan
dan tertulis
b. Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran
besaran fisika secara langsung dan tidak langsung secara cermat, teliti,
dan obyektif
c. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika
benda titik, kekekalan energi, impuls, dan momentum
d. Mendeskripsikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifat gas ideal,
fluida dan perubahannya yang menyangkut hukum termodinamika
serta penerapannya dalam mesin kalor
e. Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai
penyelesaian masalah dan produk teknologi
140
f. Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam
berbagai masalah dan produk teknologi
g. Biologi
1) Merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis,
menentukan variabel, merancang dan merakit instrumen,
menggunakan berbagai peralatan untuk melakukan pengamatan dan
pengukuran yang tepat dan teliti, mengumpulkan, mengolah,
menafsirkan dan menyajikan data secara sistematis, dan menarik
kesimpulan sesuai dengan bukti yang diperoleh, serta berkomunikasi
ilmiah hasil percobaan secara lisan dan tertulis
2) Memahami keanekaragaman hayati dan klasifikasinya, peranan
keanekaragaman hayati bagi kehidupan dan upaya pelestariannya.
3) Menganalisis hubungan antar komponen ekosistem, perubahan materi
dan energi, serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem
4) Memahami konsep sel dan jaringan, keterkaitan antara struktur dan
fungsi organ, kelainan dan penyakit yang mungkin terjadi pada sistem
organ, serta implikasinya pada sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat
5) Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, proses metabolisme dan hereditas, evolusi dan
implikasinya dengan sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
6) Memahami prinsip-prinsip dasar bioteknologi serta implikasinya pada
sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
141
h. Kimia
1) Melakukan percobaan, antara lain merumuskan masalah, mengajukan
dan menguji hipotesis, menentukan variabel, merancang dan merakit
instrumen, mengumpulkan, mengolah dan menafsirkan data, menarik
kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan
dan tertulis
2) Memahami hukum dasar dan penerapannya, cara perhitungan dan
pengukuran, fenomena reaksi kimia yang terkait dengan kinetika,
kesetimbangan, kekekalan masa dan kekekalan energi
3) Memahami sifat berbagai larutan asam-basa, larutan koloid, larutan
elektrolit-non elektrolit, termasuk cara pengukuran dan kegunaannya
4) Memahami konsep reaksi oksidasi-reduksi dan elektrokimia serta
penerapannya dalam fenomena pembentukan energi listrik, korosi
logam, dan pemisahan bahan (elektrolisis)
5) Memahami struktur molekul dan reaksi senyawa organik yang meliputi
benzena dan turunannya, lemak, karbohidrat, protin, dan polimer serta
kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari
i. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan
1) Mempraktekkan keterampilan permainan dan olahraga dengan
menggunakan peraturan
2) Mempraktekkan rangkaian senam lantai dan irama serta nilai-nilai
yang terkandung di dalamnya
3) Mempraktekkan pengembangan mekanik sikap tubuh, kebugaran
142
jasnani serta aktivitas lainnya
4) Mempraktekkan gerak ritmik yang meliputi senam pagi, senam
aerobik, dan aktivitas lainnya
5) Mempraktekkan kegiatan dalam air seperti renang, permainan di air
dan keselamatan di air
6) Mempraktekkan kegiatan-kegiatn di luar kelas seperti melakukan
perkemahan, penjelajahan alam sekitar, mendaki gunung, dan lain-lain
7) Memahami budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari seperti
perawatan tubuh serta lingkungan yang sehat, mengenal berbagai
penyakit dan cara mencegahnya serta menghindari narkoba dan HIV
j. Teknologi Informasi dan Komunikasi
Memahami fungsi dan proses kerja berbagai peralatan teknologi
informasi dan komunikasi yang ditopang oleh sikap cermat dan
menghargai Hak Atas Kekayaan Intelektual
1) Menggunakan perangkat pengolah kata, pengolah angka, pembuat
grafis dan pembuat presentasi dengan variasi tabel, grafik, gambar dan
diagram untuk menghasilkan informasi
2) Memahami prinsip dasar Internet/intranet dan menggunakannya untuk
memperoleh informasi, berkomunikasi dan bertukar informasi
k. Keterampilan
1) Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan tenik tapestry dan teknik
pembentukan manual untuk fungsi ekspresi/hias
143
2) Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik celup ikat
dan atau teknik batik untuk fungsi ekspresi/hias.
3) Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan menggunakan
bahan keras alami dengan berbagai teknik untuk fungsi ekspresi/hias.
4) Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan teknik potong
sambung dan teknik potong konstruksi untuk fungsi ekspresi/hias.
5) Mengapresiasi dan membuat benda kerajinan dengan menggunakan
bahan keras alami dan teknik sayat dan ukir yang menerapkan ragam
hias tradisional, mancanegara maupun modifikasinya.
6) Mengapresiasi dan menciptakan karya teknologi rekayasa berbagai
tempat hewan air dan hewan darat yang sehat
7) Mengapresiasi dan menciptakan karya teknologi rekayasa miniatur
benda konstruksi sederhana dan kompleks
8) Mengapresiasi dan menciptakan karya teknologi rekayasa alat
transportasi mainan dengan energi mekanik
9) Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya unggas potong dan
hias.
10) Mengapresiasi dan menerapkan teknologi budidaya tanaman hias
dengan menggunakan berbagai media
11) Mengapresiasi dan menerapan teknologi budidaya ikan hias air tawar
di dalam akuarium dan budidaya udang air tawar/laut
144
12) Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk
pengawetan dengan pengapasan dan menggunakan uap dari bahan
hewani
13) Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan bahan padat dan
bahan cair/kental dengan teknik fermentasi.
14) Mengapresiasi dan menerapkan teknologi pengolahan produk makanan
dengan teknik daur ulang dan teknik pengolahan satu bahan menjadi
berbagai produk makanan.
Setiap mata pelajaran yang diajarkan di Madrasah Aliyah al-Anwar
memiliki standar ketuntasan minimum (KKM) yang berbeda. Mata pelajaran
eksakta memiliki nilai KKM 7 sedangkan untuk mata pelajaran ilmu-ilmu
sosial dan keagamaan nilai KKM-nya adalah 7,5. Peserta didik MA al-Anwar
dinyatakan lulus apabila berhasil mengikuti Ujian Nasional yang dilaksanakan
oleh pemerintah dengan memperoleh nilai yang sesuai dengan standar yang
ditentukan oleh pemerintah dan berhasil dalam melaksanakan ujian yang
diselenggarakan oleh pihak Madrasah serta memiliki catatan akhlak yang baik.
Ujian yang diselenggarakan oleh Madrasah meliputi ujian praktek
yang terdiri atas:
1. Baca kitab
2. Baca tulis al-Qur’an
3. Prkatek Ibadah seperti praktek mengurus jenazah, praktek ibadah haji,
shalat gerhana, dan praktek ibadah lainnya.
145
Peserta didik yang tidak berhasil dalam ujian yang diselenggarakan
Madrasah akan dibimbing oleh guru pembimbing sampai mereka dinyatakan
lulus. Pada tahun ajaran 2012/2013 ada 7 orang peserta didik yang tidak lulus
dalam mengikuti ujian madrasah, sehingga mereka harus mengikuti program
remediasi yang dilaksanakan oleh madrasah (Wawancara dengan Najib
Bukhori pada tanggal 25 Agustus).
F. Sarana Prasarana
Sarana dan prasarana pendidikan di Madrasah Aliyah al-Anwar
Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, tidak bisa diabaikan dalam proses
pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan
pendidikan, tentu saja sarana prasarana merupakan hal yang ikut
mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya
fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan bisa dipastikan tidak akan
berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan
hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan.
Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas
perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja dan
sebagainya.
Adapun perencanaan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di
MA al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang, meliputi :
1. Perencanaan pengadaan alat-alat pendukung proses pembelajaran seperti
kapur tulis, papan tulis, meja kursi peserta didik dan guru pada tiap awal
tahun pelajaran baru.
146
2. Pencocokan rencana pengadaan sarana dan prasarana dengan rancangan
anggaran belanja MA al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang.
3. Penentuan pelaksanaan pengadaan dan penataan sarana dan prasarana
pendidikan.
4. Pembagian tugas dalam manajemen pengelolaan sarana dan prasarana
pendidikan MA al-Anwar Pondok Pesantren al-Anwar Sarang.
Untuk mengadakan sarana dan prasarana pendidikan yang berskala
besar seperti pengadaan gedung baru atau ruang kelas, kamar mandi,
pengadaan air bersih dilakukan perencanaan yang bersifat insidental.
Sarana pendidikan yang ada di Madrasah Aliyah al-Anwar Kecamatan
Sarang Kabupaten Rembang dapat dikatakan sebagai sarana yang cukup
lengkap yang meliputi banyak fasilitas pendidikan yang memadai yaitu mulai
dari ruang kelas, perpustakaan, ruang komputer, laboratorium, alat peraga,
tempat shalat, sarana olah raga sampai asrama peserta didik.
Sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Madrasah diupayakan untuk
mendukung efektivitas proses pembelajaran sehingga sasaran dan tujuan
pembelajaran dapat dicapai. Keberadaan sarana dan prasarana di MA al-
Anwar menjadikan peserta didik merasa nyaman dalam belajar. Mereka dapat
memanfaatkan fasilitas madrasah untuk meningkatkan kualitas
pengetahuannya. Peserta didik dapat memanfaatkan ruang komputer,
laboratorium, perpustakaan dan fasilitas penunjang lainnya sebagai media
yang dapat mendukung optimalisasi potensi positif mereka.