17
BAB IV PELAKSANAAN KONSTRUKSI DI LAPANGAN Proses pelaksanaan konstruksi di lapangan diperlukan metode pelaksanaan konstruksi, dimana metode pelaksanaan konstruksi ini merupakan kunci untuk dapat mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bangunan fisik. Metode pelaksanaan harus dipilih sesuai dengan kondisi lapangan, jenis pekerjaan, waktu yang tersedia, volume pekerjaan dan besarnya biaya yang di alokasikan sehingga pekerjaan konstruksi dapat dilakukan sesuai dengan rencana secara efektif dan efisien. Kegiatan pelaksanaan di lapangan dalam laporan ini hanya menitikberatkan pada pelaksanaan pekerjaan yang diamati selama 2 bulan di lokasi proyek. 4.1 Material Material yang digunakan di proyek adalah sebagai berikut: a. Semen Portland Semen portland yang digunakan adalah semen portland jenis 1 menurut N.I.8.1965 atau type 1 menurut ASTM.C.150 dan menurut Standard Semen Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia. b. Agregat Halus 38

Bab IV (Revisi)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

word

Citation preview

Page 1: Bab IV (Revisi)

BAB IV

PELAKSANAAN KONSTRUKSI DI LAPANGAN

Proses pelaksanaan konstruksi di lapangan diperlukan metode pelaksanaan

konstruksi, dimana metode pelaksanaan konstruksi ini merupakan kunci untuk

dapat mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bangunan fisik. Metode

pelaksanaan harus dipilih sesuai dengan kondisi lapangan, jenis pekerjaan, waktu

yang tersedia, volume pekerjaan dan besarnya biaya yang di alokasikan sehingga

pekerjaan konstruksi dapat dilakukan sesuai dengan rencana secara efektif dan

efisien.

Kegiatan pelaksanaan di lapangan dalam laporan ini hanya

menitikberatkan pada pelaksanaan pekerjaan yang diamati selama 2 bulan di

lokasi proyek.

4.1 Material

Material yang digunakan di proyek adalah sebagai berikut:

a. Semen Portland

Semen portland yang digunakan adalah semen portland jenis 1 menurut

N.I.8.1965 atau type 1 menurut ASTM.C.150 dan menurut Standard

Semen Portland yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia.

b. Agregat Halus

Agregat halus yang digunakan berupa pasir alam. Agregat halus tidak

boleh mengandung lumpur lebih dari 5%, tidak boleh mengandung bahan

organis yang dibuktikan dengan percobaan warna dari Abrems-Harder,

dan memenuhi persyaratan gradasi.

c. Agregat Kasar

Agregat kasar untuk beton berupa kerikil. Agregat harus terdiri dari butir

yang keras, kekal dan tidak berpori, tidak mengandung lebih dari 20%

butir pipih dari seluruh agregat, tidak boleh mengandung lumpur lebih dari

1%, tidak boleh mengandung zat-zat rektif alkali, dan tidak boleh

kehilangan berat lebih dari 50% dengan mesin pengaus Los Angeles.

38

Page 2: Bab IV (Revisi)

d. Air

Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tidak mengandung

minyak, garam, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang

dapat merusak beton baja.

e. Bata Ringan (Hebel)

Bata ringan terbuat dari pasir kwarsa, semen, kapur, sedikit gypsum, air,

dan alumunium pasta sebagai bahan pengembang (pengisi udara secara

kimiawi). Ukuran bata ringan ini adalah ukuran 60 cm x 20 cm dengan

ketebalan 8 cm - 10 cm. Pada saat pemasangan di lapangan ukuran

panjang bata ini bisa disesuaikan menurut gambar rencana. Bata ringan

yang digunakan dalam proyek apartemen ini adalah produksi Aeroblog.

f. Kawat pengikat

Kawat pengikat yang digunakan terbuat dari baja lunak diameter 1 mm

yang telah dipijarkan terlebih dahulu dan tidak bersepuh seng.

g. Baja Tulangan

Baja harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti

serpih-serpih. Penampang baja harus bulat serta memenuhi persyaratan.

Baja tulangan yang digunakan adalah U-24 polos dan U-39 ulir, produksi

Master Steel , Cakra Steel, dan Interwood Steel.

4.2 Penyediaan alat

Dalam pelaksanaan suatu proyek diperlukan alat-alat yang bisa

mengakomodir atau mempermudah suatu pekerjaan. baik peralatan manual,

ringan, maupun peralatan berat untuk dapat menunjang kelancaran kegiatan

pembangunan.

Peralatan–peralatan yang digunakan dalam proyek pembangunan

apartemen The Jarrdin antara lain:

a. Bar cutter

Alat ini digunakan untuk memotong besi tulangan. Pemotongan

besi tulangan dengan alat ini memerlukan waktu yang lebih singkat

karena dapat memotong beberapa besi tulangan sekaligus.

39

Page 3: Bab IV (Revisi)

Tulangan dipotong sesuai dengan batasan yang telah diberi tanda,

sesuai dengan gambar rencana tulangan.

Gambar 4.1 Bar cutter

b. Bar Bender

Bar bender digunakan untuk membengkokkan tulangan sesuai

dengan bentuk yang diinginkan.

Gambar 4.2 Bar Bender

c. Tower Crane

Tower Crane digunakan untuk mengangkat muatan secara vertikal,

menahannya apabila diperlukan, dan menurunkan muatan ke

tempat lain yang ditentukan dengan mekanisme pendongkrak

(luffing), pemutar (slewing), dan pejalan (travelling). Tower crane

juga mempunyai kapasitas angkut yaitu 1,2 ton untuk mengangkut

dan memindahkan material yang diperlukaan dalam pelaksanaan

apartemen ini.

40

Page 4: Bab IV (Revisi)

Gambar 4.3 Tower Crane

d. Dump truck

Untuk pengangkutan material dengan jarak tempuh yang relatif

jauh dengan kapasitas yang cukup besar untuk mengangkut tanah

yang telah diurug.

e. Concrete Vibrator

Alat ini berfungsi untuk menggetarkan campuran beton agar

campuran tersebut dapat mengisi bekisting/cetakan dengan baik

dan merata sehingga mencegah timbulnya rongga-rongga yang

dapat mempengaruhi daya dukung/kekuatan beton.

Gambar 4.4 Concrete Vibrator

41

Page 5: Bab IV (Revisi)

f. Mixer Truck

Digunakan untuk mengangkut campuran beton yang telah dipesan

dari pabrik ke tempat proyek dalam jumlah yang banyak dan

mengaduk campuran beton agar beton tetap homogen. Kapasitas

campuran beton yang dapat diangkut oleh mixer truck berkisar

antara 5 – 7 m3. Campuran beton yang sudah diolah di pabrik biasa

disebut beton ready mixed.

Gambar 4.5 Mixer Truck

g. Concrete Bucket

Bucket adalah tempat pengangkutan campuran beton dari truck

mixer sampai ke tempat pengecoran. Kapasitas concrete bucket

adalah 0.8 m3. Setelah dilakukan slump test dan telah memenuhi

persyaratan yang ditetapkan, maka campuran dari truck mixer

dituangkan ke dalam concrete bucket, kemudian pengangkutan

dilakukan dengan bantuan tower crane. Pada proyek The Jarrdin,

concrete bucket digunakan untuk pengecoran kolom, balok dan

pelat.

42

Page 6: Bab IV (Revisi)

Gambar 4.6 Concrete Bucket

i. Theodolite

Theodolite adalah alat yang digunakan untuk mengukur ketinggian

tanah dan lantai agar sesuai dengan elevasi yang direncanakan.

Theodolite sangat membantu proses konstruksi dari awal sampai

akhir proyek.

Gambar 4.7 Theodolite

j. Waterpass

Waterpass adalah alat yang digunakan untuk menetukan elevasi /

peil lantai, balok, lain – lain yang membutuhkan elevasi. Alat ini

sanagt berguna untuk mengecek ketebalan lantai saat pengecoran,

sehingga lantai yang dihasilkan dapat datar. Selain itu, waterpass

juga dapat digunakan untuk pengecekan bekisting pada kolom.

43

Page 7: Bab IV (Revisi)

Gambar 4.8 Waterpass

k. Scaffolding

Scaffolding adalah alat penyangga atau penunjang bekisting yang

terdiri dari susunan yang dapat dibongkar pasang. Scaffolding

terdiri dari beberapa bagian, diantaranya main frame, cross brace,

brace lock dan joint pin.

Gambar 4.9 Scaffolding

l. Bekisting

Pada proyek konstruksi bangunan bekisting memiliki fungsi yaitu

membuat bentuk dan dimensi pada suatu kostruksi beton. Bahan

yang digunakan untuk bekisting balok adalah multiplex dengan

tebal minimum 12 mm, dipasang sesuai dengan ukuran dan

bentuk seperti tertera pada gambar rencana, sedangkan untuk

bekisting kolom menggunakan bekisting yang terbuat dari besi,

seperti tertera pada gambar 4.10

44

Page 8: Bab IV (Revisi)

Gambar 4.10 Bekisting

4.3 Metode Pelaksanaan Konstruksi

Dalam proses pelaksanaan di lapangan diperlukan metoda pelaksanaan

konstruksi. Metode pelaksanaanya harus diplih sesuai dengan kondisi lapangan,

jenis pekerjaan, volume pekerjaan dan biaya sehingga pekerjaannya dapat

dilakukan sesuai dengan rencana secara efektif dan efisien.

4.3.1 Pekerjaan Struktur Atas

Pekerjaan struktur atas meliputi kolom, balok dan pelat dimana harus

dilakukan tahapan-tahapan perkerjaan agar sesuai yang direncanakan, yaitu :

a. Pengukuran Awal

Setiap penambahan elemen baru pada tiap lantai maka harus dilakukan

pengukuran agar elemen yang dibuat sejajar dengan elemen sebelumnya.

b. Pemasangan Scaffolding

Scaffolding pada lantai berikutnya dipasang apabila pengecoran lantai

pertama sudaah selesai dan kering. Alat ini merupakan alat penyangga

yang digunakan sebagai tumpuan beban sementara. Yang terdiri dari

beberapa bagian, diantaranya main frame, cross brace, brace lock dan

joint pin.

45

Page 9: Bab IV (Revisi)

4.3.2 Pekerjaan Penulangan

Penulangan merupakan faktor yang menentukan kuat tidaknya sebuah

konstruksi beton. Penulangan berfungsi sebagai pembentuk antara elemen pelat

dan juga sebagai pembentuk kesatuan antara elemen pelat dengan rangka balok

dan kolom.

Pelaksanaan penulangan beton memerlukan keahlian khusus karena

bentuk, ukuran dan jarak antar tulangan yang dibuat harus sesuai dengan gambar

rencana. Proses pembuatan pekerjaan penulangan meliputi tahapan-tahapan

sebagai berikut:

a. Pengukuran Tulangan

Pada umumnya panjang tulangan yang datang dari pabrik adalah 12 meter.

Sebelum pekerjaan penulangan dilakukan tulangan harus diukur terlebih

dahulu untuk menyesuaikannya dengan gambar rencana, setelah diukur

lalu diberi tanda dengan maksud sebagai batasan panjang tulangan yang

akan dipotong.

b. Pemotongan Tulangan

Tulangan dipotong sesuai dengan batasan yang telah diberi tanda, sesuai

dengan gambar rencana tulangan. Pemotongan dilakukan menggunakan

bar cutter.

c. Pembengkokan Tulangan

Pembengkokan tulangan dilakukan diatas bangku penjepit besi dan

pemegang tulangan besi dipakai kunci tulangan dengan tangkai yang

panjang. Untuk pembuatan sengkang tulangan fondasi menggunakan alat

seperti penggulung, karena sengkang yang dipasang berbentuk bulat dan

spiral. Tujuan dari pekerjaan pembengkokan tulangan ini yaitu untuk

membuat tulangan sengkang pada kolom dan balok.

d. Penyambungan Tulangan

Penyambungan dilakukan apabila tulangan yang tersedia kurang panjang

dikarenakan terbatasnya panjang tulangan yang ada di pasaran. Perlu

46

Page 10: Bab IV (Revisi)

diperhatikan, penyambungan tulangan tidak boleh dilakukan pada daerah

momen positif (daerah tarik).

4.3.3 Pekerjaan Kolom

Pekerjaan penulangan kolom dilakukan setelah tie beam selesai. Pada

Penulangan kolom ini harus diperhatikan stek dari kolom dibawahnya. Agar

seluruh tulangan utama berdiri tegak, selanjutnya tulangan sengkang dimasukan

melingkari seluruh tulangan utama. Ikatan tersebut dibentuk dari kawat baja lunak

dan jarak untuk sengkang sudah tertera didalam gambar rencana. Untuk bagian

bawah tulangan utama diberikan tulang sengkang yang lebih rapat agar tulangan

tidak menempel pada bekisting, maka setiap sisi luar dikaitkan beton decking

yang tebalnya sama dengan selimut beton.

4.3.4 Pekerjaan Bekisting Kolom

Setelah pekerjaan penulangan kolom selesai maka dilanjutkan dengan

pekerjaan bekisting. Pemasangan bekisting pada kolom dilakukan setelah

pekerjaan penulangan kolom selesai dirakit. Setelah tulangan kolom terpasang

dengan baik, kemudian dilanjutkan dengan pemasangan bekisting kolom yang

terbuat dari besi plat. Cetakan dari besi pelat tersebut disatukan dengan cara

dipaku/diterrot. Sebelum dipasang bekisting kolom diolesi rebbal terlebih dahulu,

hal tersebut dilakukan agar campuran beton yang nantinya mengeras tidak

menempel pada dinding bekisting.

Urutan pekerjaan sebelum pemasangan bekisting pada kolom diantaranya:

a. Membuat tanda As - to - As kolom.

b. Membuat tanda untuk dimensi kolom.

c. Memeriksa tulangan utama dan sengkang.

Pemasangan bekisting dilakukan apabila ketiga pekerjaan tersebut sudah

selesai, adapun tahapan pemasangan bekisting sebagai berikut:

a. Mengatur panel kolom

b. Mengatur presisi kolom

47

Page 11: Bab IV (Revisi)

c. Mengatur arah vertikal kolom

d. Mengatur arah vertikal dan horizontal

e. Memasang beton decking

f. Bekisting siap untuk di cor

4.3.5 Pengecoran Kolom

Untuk pengecoran kolom, yang digunakan beton ready mix. Tahapan

pekerjaannya, yaitu:

a. Mengangkut adukan dengan mobil ready mix dengan kapasitas 7 m3.

b. Mengeluarkan adukan dari truk mixer kemudian ditampung kedalam

bucket. Ketika pengeluaran adukan beton ditambahkan air untuk

memudahkan pada saat pemompaan adukan diwaktu pengecoran

berlangsung.

c. Mengangkat bucket dengan tower crane untuk mencapai lokasi

pengecoran. Setelah itu katup dibuka oleh operator dan posisi selang

karet di tempatkan diatas kolom dan jarak antara kolom dengan

selang karet tidak lebih dari 1,5 meter.

Pada waktu pengecoran, dilakukan pemadatan beton yang dilakukan

sebagian dengan alat penggetar (vibrator), untuk mencegah timbulnya rongga-

rongga dalam beton dan adukan beton lebih merata.

Gambar 4.11 Pengecoran kolom

48

Page 12: Bab IV (Revisi)

4.3.6 Pengecoran Balok dan Plat

Pengecoran balok dan pelat lantai dilakukan dengan Concrete pump dan

bantuan tower crane. Pengecoran dengan menggunakan beton Ready Mix.

Sebelum melakukan pengecoran ditentukan terlebih dahulu posisi untuk concrete

pump agar pada saat pelaksanaanya berjalan dengan lancar dan mudah untuk

keluar masuk concrete mixer pada saat melakukan pengecoran, sehingga untuk

lokasi concrete pump ditempatkan di samping tower yang sedang dicor.

Setelah mixer truck tiba dilokasi, dilakukan pengujian Slump Test dengan

cara mengambil sampel campuran beton dari mixer truck untuk slump test

diperoleh penurunan 12 ± 2 cm setelah itu dibuat benda uji berbentuk kubus dan

silinder sebanyak 6 buah untuk setiap mixer truck.

Setelah pengujian slump test selesai dari mixer truck, adukan beton

dituangkan kedalam concrete pump, kemudian concrete pump tersebut diangkat

menggunakan crane tower dan diarahkan ke lokasi pengecoran, kemudian adukan

beton dituangkan ke plat dan balok. Pada saat pengecoran selesai, alat vibrator

dimasukan ke dalam balok dan plat untuk meminimalisir adanya campuran udara

didalam beton.

Gambar 4.12 Pengecoran balok dan pelat lantai

49

Page 13: Bab IV (Revisi)

4.3.7 Perawatan

Untuk melindungi beton yang baru dicor dari cahaya matahari, angin dan

hujan sampai beton itu mengeras perlu dilakukan perawatan. Perawatan dapat

diartikan semua kegiatan yang bertujuan agar struktur tetap memenuhi atau dalam

keadaan baik. Setelah pengecoran beton harus dibasahi selama 14 hari berturut-

turut. Proses pengerasan tidak boleh terganggu terutama oleh getaran-getaran,

lantai tidak boleh digunakan untuk penimbunan bahan / barang ataupun untuk

melakukan kegiatan kerja dengan beban berat. Selain itu permukaan beton yang

masih basah harus dijaga dan dilindungi dari air hujan yang dapat menyebabkan

terbukanya permukaan yang masih lunak.

50