Upload
lynhu
View
246
Download
20
Embed Size (px)
Citation preview
43
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Perhitungan Analisis Rasio
Perhitungan analisis rasio yang dilakukan oleh penulis berdasarkan data – data
yang diambil dari laporan keuangan PT. PITIBO DELYKARYA selama periode tahun
2006, 2007 dan 2008. Rasio keuangan terdiri dari 5 (lima) jenis, yaitu rasio likuiditas
(liquidity ratio), rasio hutang (leverage ratio), rasio aktivitas (activity ratio), rasio
keuntungan (profitability ratio), dan rasio penilaian saham. Namun, penulis hanya
membatasi analisis rasio PT. PITIBO DELYKARYA pada analisis rasio likuiditas
(liquidity ratio ), rasio keuntungan ( profitability ratio ), rasio aktivitas ( activity ratio )
dan rasio hutang ( leverage ratio ).
IV.1.1. Analisis Rasio Likuiditas ( Liquidity Ratio )
Rasio Likuiditas bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Rasio Likuiditas PT. PITIBO DELYKARYA
Tahun Rasio
2006 2007 2008
Current Ratio 1,32 2,41 0,62 Acid Test Ratio 1,18 2,01 0,57 Current Debt To Inventory
6,87 2,53 22,05
44
Rasio Likuiditas PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk.
Tahun Rasio
2006 2007 2008
Current Ratio 1,30 1,53 1,52 Acid Test Ratio 1,13 1,39 1,27 Current Debt To Inventory
5,91 6,98 3,98
a. Current Ratio
Current ratio merupakan rasio yang membandingkan antara total aktiva
lancar (current assets) dengan total kewajiban lancar (current liabilities). Rasio
ini bermanfaat untuk mengetahui sampai seberapa jauh perusahaan dapat
melunasi hutang jangka pendeknya. Semakin besar rasio yang diperoleh, maka
semakin lancar pembayaran hutang jangka pendek perusahaan tersebut.
Current ratio PT.PITIBO DELYKARYA mengalami peningkatan pada
tahun 2006 ke 2007. Pada tahun 2006, current ratio perusahaan ini sebesar 1,32x
( artinya untuk nilai setiap kewajiban lancar Rp.1, dijamin oleh aktiva lancar
sebesar 1,32x). Pada tahun 2007, terjadi peningkatan pada current ratio
perusahaan ini menjadi 2,41x (artinya untuk nilai setiap kewajiban lancar Rp.1,
dijamin oleh aktiva lancar sebesar 2,41x). Peningkatan ini dapat terjadi karena
nilai pada akun-akun aktiva lancar mengalami peningkatan yang cukup
signifikan. Berdasarkan analisis horizontal, pada tahun 2007 total aktiva lancar
perusahaan ini meningkat sebesar 100,45% dari tahun 2006. Peningkatan ini
dipengaruhi secara signifikan oleh meningkatnya persediaan sebesar 198,86%,
uang muka pajak sebesar 652,41% dan biaya dibayar dimuka sebesar 625,64%.
Namun, pada tahun 2008 terjadi penurunan pada nilai current ratio perusahaan
45
ini, yaitu menjadi 0,62x (artinya untuk nilai setiap kewajiban lancar Rp.1,
dijamin oleh aktiva lancar sebesar 0,62). Penurunan ini disebabkan karena
terdapat utang bank (pinjaman dari bank) yang cukup besar, yaitu senilai Rp.
2.771.250.000,00. Berdasarkan analisis horizontal, total kewajiban lancar pada
tahun 2008 meningkat sebesar 423,75%. Sedangkan berdasarkan analisis
vertikal, meningkat sebesar 41,52%. Peningkatan total kewajiban lancar pada
tahun 2008 sangat dipengaruhi oleh adanya utang bank yang besar. Penurunan
nilai current ratio pada tahun 2008, menunjukkan penurunan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang menyebabkan
tingkat keamanan (margin of safety) dari para kreditur jangka pendek juga
menurun.
Jika dibandingkan dengan nilai current ratio perusahaan pembanding,
yakni PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk, pada tahun 2007 PT. PITIBO
DELYKARYA mengalami peningkatan yang lebih besar. PT. PITIBO
DELYKARYA mengalami peningkatan sebesar 1,09 yakni dari 1,32x menjadi
2,41x. Sedangkan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk hanya mengalami
peningkatan sebesar 0,23 yakni dari 1,3x menjadi 1,53x. PT. PITIBO
DELYKARYA dapat mengalami peningkatan lebih besar disebabkan karena
total aktiva lancarnya pada tahun 2007 yang meningkat 2 kali lipat dari total
aktvia lancar tahun 2006. Sedangkan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Tbk mengalami peningkatan kurang lebih 1,8 kali dari tahun sebelumnya, meski
kedua perusahaan mengalami peningkatan juga di nilai total kewajiban
lancarnya. Namun, pada tahun 2008 kedua perusahaan ini mengalami penurunan
pada nilai current ratio mereka. Penurunan tajam dialami oleh PT. PITIBO
46
DELYKARYA mencapai sebesar 1,79 dari tahun sebelumnya. Sedangkan PT.
Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk hanya mengalami penurunan 0,01. Ini
menunjukkan bahwa pada tahun 2008, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama,
Tbk meski terjadi penurunan, namun tidak terlalu besar. Mereka mampu
mempertahankan konsistensi dalam hal kinerja perusahaan. Berbeda dengan PT.
PITIBO DELYKARYA yang mengalami penurunan tajam. Ini disebabkan
karena terdapat hutang bank yang cukup besar pada tahun ini, nilai hutang usaha
yang meningkat dan adanya biaya yang masih harus dibayar yang menyebabkan
nilai total kewajiban lancar perusahaan ini lebih besar dari total aktiva lancarnya.
b. Quick Ratio atau Acid Test Ratio
Quick Ratio atau Acid Test Ratio merupakan rasio yang membandingkan
antara harta lancar (current assets) dikurangi persediaan (inventory) dibagi
dengan hutang lancar (current liabilities). Alasan mengapa harta lancar harus
dikurangi dahulu dengan persediaan adalah karena persediaan dinilai tingkat
likuiditasnya paling rendah diantara akun-akun harta lancar lainnya. Rasio ini
bermanfaat untuk mengukur berapa besarnya uang kas dan aktiva lancar lainnya
yang tersedia untuk membiayai operai jangka pendek perusahaan.
Quick Ratio atau Acid Test Ratio PT.PITIBO DELYKARYA mengalami
peningkatan dari tahun 2006 ke 2007. Pada tahun 2006, quick ratio perusahaan
ini sebesar 1,18x ( artinya perusahaan memiliki kemampuan dalam melunasi
kewajiban jangka pendek Rp 1 dengan membayar Rp 1.18). Pada tahun 2007,
terjadi peningkatan pada quick ratio perusahaan ini menjadi 2,01x). Berdasarkan
analisis horizontal, peningkatan pada tahun 2007 karena meningkatnya pos – pos
47
aktiva lancar, terutama sangat dipengaruhi oleh meningkatnya uang muka pajak
sebesar 652,41% dari tahun 2006 dan biaya dibayar dimuka sebesar 625,64%
dari tahun 2006. Namun berdasarkan analisis vertikal, terjadi penurunan pada kas
dan setara kas sebesar 6%, piutang usaha sebesar 15,6%, dan pekerjaan dalam
proses sebesar 5,34% dari tahun 2006. Namun, pada tahun 2008 terjadi
penurunan pada nilai quick ratio perusahaan ini, yaitu menjadi 0,57x. Penurunan
ini disebabkan karena peningkatan aktiva lancar setelah dikurangi persediaan
tidak diimbangi dengan peningkatan pada kewajiban lancar yang lebih besar.
Berdasarkan analisis horizontal, penurunan yang memberikan dampak besar
terdapat pada pos uang muka pajak dan biaya dibayar dimuka. Pada tahun 2008,
uang muka pajak mengalami penurunan sebesar 99,09% dan biaya dibayar
dimuka sebesar 84,31%.
Dibandingkan dengan perusahaan pembanding yakni PT. Jaya Konstruksi
Manggala Pratama Tbk, pada tahun 2007 PT. PITIBO DELYKARYA
mengalami peningkatan yang lebih baik dari tahun sebelumnya. Namun pada
tahun 2008, PT. PITIBO DELYKARYA mengalami penurunan yang lebih besar
dari penurunan yang dialami oleh PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
Penurunan yang lebih besar yang dialami oleh PT. PITIBO DELYKARYA ini
disebabkan karena nilai total kewajiban lancarnya yang lebih besar ketimbang
total aktiva lancarnya.
c. Current Debt to Inventory
Current Debt to Inventory merupakan rasio yang membandingkan antara
total hutang lancar (current liabilities) dengan inventory. Rasio ini bermanfaat
48
untuk mennunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan yang cukup besar
untuk memenuhi hutang lancarnya dengan menggunakan sisa persediaan.
Current Debt to Inventory PT.PITIBO DELYKARYA mengalami
penurunan dari tahun 2006 ke 2007. Pada tahun 2006, Current Debt to Inventory
perusahaan ini sebesar 6,87x. Namun, pada tahun 2007 menurun hingga menjadi
2,53x. Penurunan ini disebabkan karena meningkatnya persediaan pada tahun
2007. Berdasarkan analisis horizontal, persediaan pada tahun 2007 meningkat
sebesar 198,86% dari tahun 2006. Tapi pada tahun 2008, Current Debt to
Inventory PT. PITIBO DELYKARYA meningkat cukup besar hingga 22,05x. Ini
disebabkan karena nilai persediaan yang menurun berbanding terbalik dengan
nilai kewajiban lancar yang meningkat cukup besar. Peningkatan total
kewajiban lancar karena adanya hutang bank yang cukup besar. Akibat adanya
hutang bank yang besar, berdasarkan analisis horizontal, terjadi peningkatan
pada total kewajiban lancar sebesar 423,75% dari tahun 2007.
Jika dibandingkan dengan perusahaan pembanding yakni PT. Jaya
Konstruksi Manggala Pratama Tbk, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
memiliki sirkulasi current debt to inventory yang lebih baik, meski pada tahun
2008 mengalami penurunan. Dibandingkan dengan PT. PITIBO DELYKARYA
yang meski pada periode tahun 2007 ke 2008 mengalami peningkatan yang
sangat besar, namun menunjukkan ketidakkonsistenan dalam hal menggunakan
sisa persediaan dalam memenuhi hutang lancarnya.
49
IV.1.2. Analisis Rasio Keuntungan ( Profitability Ratio )
Rasio Keuntungan bertujuan untuk mengukur dan mengetahui seberapa
jauh efektivitas manajemen dalam mengelola perusahaannya.
Rasio Keuntungan PT. PITIBO DELYKARYA
Tahun Rasio
2006 2007 2008
Gross Margin Ratio 32,80% 34,24% 15,21% Net Margin Ratio 13,14% 14,71% 1,38% Operating Margin Ratio
18,77% 21,02% 1,40%
Return On Total Assets ( ROA)
32,88% 46,44% 1,69%
Return On Equity ( ROE)
90,58% 71,75% 7,30%
Rasio Keuntungan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk.
Tahun Rasio
2006 2007 2008
Gross Margin Ratio 14,34% 15,92% 12,96% Net Margin Ratio 1,34% 4,81% 4,71% Operating Margin Ratio
5,40% 8,34% 7,05%
Return On Asset ( ROA)
3,14% 7,18% 5,74%
Return On Equity ( ROE)
20,64% 16,58% 13,29%
a. Gross Margin Ratio
Gross Margin Ratio merupakan rasio yang membandingkan antara laba
kotor yang diperoleh perusahaan dengan total penjualan bersih / pendapatan
bersih. Pada tahun 2007, terjadi peningkatan sebesar 1,44 % dari tahun 2006.
50
Peningkatan ini terjadi disebabkan karena peningkatan yang terjadi pada laba
kotor perusahaan dimana peningkatan total pendapatan lebih besar dibandingkan
peningkatan pada total project cost. Peningkatan nilai laba kotor dari tahun 2006
ke 2007 berdasarkan analisis horizontal meningkat 161,69%. Namun pada tahun
2008. terjadi penurunan drastis pada nilai gross margin ratio perusahaan ini
hingga menjadi 15,21%. Penurunan tajam ini disebabkan akibat menurunnya
total pendapatan dari tahun sebelumnya serta meningkatnya total project cost
dari tahun sebelumnya yang mengakibatkan laba kotor perusahaan ini pada tahun
2008 menurun. Berdasarkan analisis vertikal, terjadi penurunan nilai laba kotor
dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 19,03%.
Jika dibandingkan dengan perusahaan pembanding yaitu PT. Jaya
Konstruksi Manggala Pratama Tbk, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
mengalami peningkatan yang lebih baik dari tahun 2006 ke 2007, yaitu sebesar
1,58%. Namun jika di lihat dari besarnya nilai, lebih baik PT. PITIBO
DELYKARYA. Pada tahun 2008, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
juga mengalami penurunan dari sisi gross margin ratio, namun penurunannya
tidak terlalu besar seperti yang dialami oleh PT. PITIBO DELYKARYA.
b. Net Margin Ratio
Net Margin Ratio merupakan rasio antara laba bersih setelah pajak dibagi
dengan penjualan / pendapatan. Rasio ini bermanfaat untuk mengukur tingkat
pengembalian penjualan / pendapatan. Pada tahun 2007, terjadi peningkatan
sebesar 1,57 % dari tahun 2006. Peningkatan ini terjadi disebabkan karena
51
peningkatan yang terjadi pada total pendapatan pada tahun 2007 yang cukup
besar dan mampu menutup semua biaya – biaya serta pajak yang harus
ditanggung perusahaan. Peningkatan nilai laba bersih dari tahun 2006 ke 2007
berdasarkan analisis horizontal meningkat 180,44%. Namun pada tahun 2008.
terjadi penurunan drastis pada nilai net margin ratio perusahaan ini hingga
menjadi 8,78%. Penurunan tajam ini disebabkan akibat menurunnya total
pendapatan dari tahun sebelumnya serta meningkatnya total project cost dari
tahun sebelumnya. Selain itu, biaya – biaya operasional perusahaan ini juga
meningkat pada tahun 2008, seperti biaya depresiasi, biaya administrasi bank,
biaya perawatan, biaya tel/fax/internet, biaya PAM/listrik, dan biaya ATK.
Selain itu juga muncul biaya – biaya operasional baru pada tahun 2008 ini,
seperti biaya entertainment, biaya asuransi, biaya bunga pinjaman, biaya
sumbangan/rep, biaya profesional, biaya perizinan, biaya bulletin/koran, dan
biaya transportasi. Berdasarkan analisis vertikal, terjadi penurunan nilai laba
bersih dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 13,33%.
Jika dibandingkan dengan perusahaan pembanding yaitu PT. Jaya
Konstruksi Manggala Pratama Tbk, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
mengalami peningkatan yang lebih baik pada net margin ratio dari tahun 2006
ke 2007, yaitu sebesar 3,47%. Pada tahun 2008, PT. Jaya Konstruksi Manggala
Pratama Tbk juga mengalami penurunan dari sisi net margin ratio, namun
penurunannya sangat kecil, yaitu hanya sebesar 0,1% , tidak seperti yang dialami
oleh PT. PITIBO DELYKARYA.
c. Operating Margin Ratio
52
Operating Margin Ratio merupakan rasio yang membandingkan antara
laba operasi perusahaan dengan total penjualan bersih / pendapatan bersih yang
dicapai oleh perusahaan. Pada tahun 2007, terjadi peningkatan sebesar 2,25%
dari tahun 2006. Peningkatan ini terjadi disebabkan karena peningkatan yang
terjadi pada total pendapatan lebih besar dibandingkan peningkatan pada total
project cost. Peningkatan nilai laba operasi dari tahun 2006 ke 2007 berdasarkan
analisis horizontal meningkat 180,70%. Namun pada tahun 2008. terjadi
penurunan drastis pada nilai operating ratio perusahaan ini hingga menjadi
6,23%. Penurunan tajam ini disebabkan akibat menurunnya total pendapatan dari
tahun sebelumnya serta meningkatnya total project cost dari tahun sebelumnya.
Selain itu, muncul biaya – biaya operasional perusahaan baru seperti biaya
entertainment, biaya asuransi, biaya bunga pinjaman, biaya sumbangan/rep,
biaya profesional, biaya perizinan, biaya bulletin/koran, dan biaya transportasi
yang diiringi dengan meningkatnya biaya – biaya operasional perusahaan ini
pada tahun 2008. Berdasarkan analisis vertikal, terjadi penurunan nilai laba
bersih dari tahun 2007 ke 2008 yaitu sebesar 19,62%.
Jika dibandingkan dengan perusahaan pembanding yaitu PT. Jaya
Konstruksi Manggala Pratama Tbk, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
mengalami peningkatan yang lebih baik pada operating ratio dari tahun 2006 ke
2007, yaitu sebesar 2,94%. Namun jika di lihat dari besarnya nilai, lebih baik PT.
PITIBO DELYKARYA. Pada tahun 2008, PT. Jaya Konstruksi Manggala
Pratama Tbk juga mengalami penurunan dari sisi operating ratio, namun
penurunannya sangat kecil, tidak seperti yang dialami oleh PT. PITIBO
DELYKARYA.
53
d. Return On Total Assets ( ROA)
Return On Total Assets merupakan rasio yang membandingkan antara
laba bersih perusahaan dengan total aset yang dimiliki perusahaan. Pada tahun
2006, return on total assets PT. PITIBO DELYKARYA sebesar 32,88%. Pada
tahun 2007, terjadi peningkatan pada ROA perusahaan ini hingga menjadi
46,44%. Peningkatan ini terjadi karena laba bersih dan total aset perusahaan ini
meningkat. Berdasarkan analisis horizontal, laba bersih perusahaan ini pada
tahun 2007 meningkat sebesar 180.44%. Peningkatan ini karena meningkatnya
total pendapatan yang diperoleh perusahaan. Namun pada tahun 2008, terjadi
penurunan yang sangat tajam pada nilai ROA perusahaan ini, hingga menjadi
1,69%. Ini disebabkan akibat menurunnya laba bersih yang dihasilkan
perusahaan, tetapi total aset perusahaan ini tetap meningkat. Menurunnya laba
bersih perusahaan akibat menurunnya total pendapatan perusahaan namun total
project cost perusahaan meningkat. Selain itu, juga karena tingginya biaya –
biaya operasional perusahaan ini serta munculnya biaya – biaya baru. Biaya –
biaya baru yang memberikan pengaruh signifikan seperti biaya entertainment,
biaya bunga pinjaman, biaya perizinan, dan biaya transportasi. Sedangkan yang
memberikan pengaruh yang signifikan pada meningkatnya total aset adalah
meningkatnya inventaris kantor dan piutang usaha. Berdasarkan analisis vertikal,
piutang usaha pada tahun 2008 meningkat sebesar 8,98% dari tahun 2007.
Sedangkan inventaris kantor meningkat sebesar 47,79% dari tahun 2007.
Untuk perusahaan pembanding yaitu PT. Jaya Konstruksi Manggala
Pratama Tbk, perusahaan ini pada tahun 2007 juga mengalami peningkatan pada
54
ROA – nya. Namun pada tahun 2008 terjadi penurunan sebesar 1,44%. Ini lebih
baik daripada penurunan yang dialami oleh PT. PITIBO DELYKARYA pada
tahun 2008. Pada tahun 2008, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk juga
mengalami penurunan pada jumlah laba bersihnya, namun total asetnya
meningkat. Jika dibandingkan, maka PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Tbk lebih baik dari PT. PITIBO DELYKARYA. Penurunan nilai ROA pada
tahun 2008 untuk kedua perusahaan tersebut mungkin disebabkan akibat kondisi
perekonomian dunia yang sedang mengalami krisis.
e. Return On Equity ( ROE)
Return On Equity merupakan rasio yang membandingkan antara laba
bersih perusahaan dengan total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
bermanfaat untuk menunjukkan produktivitas dari dana – dana pemilik
perusahaan di dalam perusahaannya sendiri dan juga efisiensi modal sendiri.
Pada tahun 2007, ROE PT. PITIBO DELYKARYA ini mengalami penurunan
sebesar 18,83% dari tahun 2006. Penurunan ini tetap terjadi meski laba bersih
dan total ekuitas perusahaan ini meningkat. Pada tahun 2008, ROE perusahaan
ini kembali menurun dan hanya sebesar 7,30%. Ini disebabkan karena laba bersih
pada tahun 2008 menurun jauh jika dibandingkan tahun 2007. Total ekuitas
perusahaan ini pada tahun 2008 juga menurun, namun tidak terlalu besar. Namun
dari sektor total ekuitas, pada tahun 2008 perusahaan ini mengalami perbaikan.
Perbaikan ini terjadi karena pada tahun 2008 nilai laba (rugi) perusahaan berhasil
mencapai laba. Berbeda dengan pada tahun 2006 dan 2007 dimana laba (rugi)
ditahan menghasilkan rugi. Berdasarkan analisis vertikal, pada tahun 2007 laba (
55
rugi ) ditahan perusahaan ini sebesar -9,57%. Namun pada tahun 2008, laba
ditahan perusahaan ini sebesar 9,93%.
Pada perusahaan pembanding, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Tbk juga mengalami penurunan setiap tahunnya dari sisi ROE – nya. Pada tahun
2007, terjadi penurunan sebesar 4,07% dari tahun 2006. Pada tahun 2008, laba
bersihnya menurun dari tahun 2007, namun total ekuitasnya bertambah.
Sehingga menyebabkan nilai return to equity perusahaan ini menurun hingga
menjadi 13,29%. Jika dibandingkan, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama
Tbk dan PT. PITIBO DELYKARYA terus mengalami penurunan pada nilai ROE
– nya dari tahun 2006 hingga 2008. Penurunan ini bisa diakibatkan karena krisis
global yang melanda dunia. Namun, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk
lebih baik dalam menjaga kondisi perusahaan dibandingkan PT. PITIBO
DELYKARYA.
IV.1.3. Analisis Rasio Aktivitas ( Activity Ratio )
Rasio Aktivitas bertujuan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktivitas
perusahaan dalam menggunakan dana – dananya secara efektif dan efisien.
Rasio Aktivitas PT. PITIBO DELYKARYA
Tahun Rasio
2006 2007 2008
Total Asset Turnover
2,50 3,16 1,23
Receivable Turnover
8,60 18,80 6,85
56
Inventory Turnover 4,19 5,50 8,44
Rasio Aktivitas PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk.
Tahun Rasio
2006 2007 2008
Total Asset Turnover
2,34 1,49 1,22
Receivable Turnover
5,95 3,21 2,84
Inventory Turnover 18,80 16,42 7,97
a. Total Asset Turnover
Total Asset Turnover merupakan rasio yang membandingkan antara net
sales ( penjualan / pendapatan bersih ) dengan total aset. Rasio ini bermanfaat
untuk mengukur perputaran atau pemanfaatan semua aktiva perusahaan dalam
periode tertentu. Pada tahun 2007 terjadi peningkatan pada total asset turnover
PT. PITIBO DELYKARYA sebesar 1,16x dari tahun 2006. Peningkatan ini
terjadi karena meningkatnya pendapatan bersih yang diperoleh perusahaan, serta
meningkatnya nilai – nilai aktiva, seperti kas dan setara kas, piutang usaha,
pekerjaan dalam proses, persediaan, uang muka pajak, biaya dibayar dimuka,
kendaraan, inventaris kantor, serta mesin-mesin dan peralatan. Namun
berdasarkan analisis vertikal, peningkatan hanya terjadi pada pos persediaan
sebesar 2,93%, uang muka pajak sebesar 7,63% serta mesin – mesin dan
peralatan sebesar 0,36%. Namun pada tahun 2008 terjadi penurunan hingga
menjadi 1,23x yang disebabkan karena terjadinya penurunan pada total
57
pendapatan yang diperoleh perusahaan berbanding terbalik dengan kenaikan
yang terjadi pada total aset perusahaan yang meningkat. Berdasarkan analisis
horizontal, kenaikan pada total aset ini dipengaruhi oleh meningkatnya piutang
usaha sebesar 254,61% dari tahun 2007 dan meningkatnya inventaris kantor
sebesar 1406,17% dari tahun 2007.
Jika dibandingkan dengan perusahaan pembanding ( PT. Jaya Konstruksi
Manggala Pratama Tbk), PT. PITIBO DELYKARYA jika dilihat dari sisi total
asset turnover lebih baik. PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk terus
mengalami penurunan dari periode 2006 – 2008.
b. Receivable Turnover
Receivable Turnover merupakan rasio yang membandingkan antara net
sales ( penjualan / pendapatan bersih ) dengan piutang. Rasio ini bermanfaat
untuk mengukur frekuensi dalam rata – rata terjadinya piutang dan penerimaan
pembayarannya dalam satu tahun. Pada tahun 2006, receivable turnover sebesar
8,60x. Ini berarti bahwa penagihan piutang rata – rata 8,60x dalam setahun. Pada
tahun 2007, receivable turnover perusahaan ini meningkat tinggi sekali hingga
mencapai 18,80x. Ini dikarenakan terjadinya peningkatan pada total pendapatan
perusahaan ini, meski jumlah piutang juga meningkat. Namun pada tahun 2008,
nilai receivable turnover perusahaan ini menurun hingga menjadi 6,85x. Ini
disebabkan akibat penurunan total pendapatan perusahaan dan meningkatnya
jumlah piutang perusahaan ini. Berdasarkan analisis horizontal, nilai piutang
usaha PT. PITIBO DELYKARYA terus meningkat dari periode tahun 2006 –
2008. Pada tahun 2007 piutang usaha perusahaan ini meningkat sebesar 29,41%
58
dari tahun 2006. Pada tahun 2008 piutang usaha perusahaan ini kembali
meningkat sebesar 254,61% dari tahun 2007. Namun berdasarkan analisis
vertikal, pada tahun 2007 terjadi penurunan pada nilai piutang usaha perusahaan
ini sebesar 15,6%. Tetapi pada tahun 2008 meningkat sebesar 8,98% dari tahun
2007.
Jika dibandingkan dengan perusahaan pembanding, PT. Jaya Konstruksi
Manggala Pratama Tbk memiliki perputaran piutang yang kurang lebih sama
dengan PT. PITIBO DELYKARYA. Ini bisa dilihat dari trend menurunnya
perputaran piutang PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk dari periode
tahun 2006 – 2008, meski penurunan yang terjadi tidak terlalu besar.
c. Inventory Turnover
Inventory Turnover merupakan rasio yang membandingkan antara harga
pokok penjualan dengan persediaan yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
bermanfaat untuk memberikan informasi mengenai tingkat perputaran rata – rata
persediaan dalam siklus operasi perusahaan. Pada tahun 2006, inventory turnover
perusahaan ini sebesar 4,19x, ini berarti bahwa persediaan berputar sebanyak
4.19x dalam setahun. Pada tahun 2007 dan 2008, inventory turnover perusahaan
ini terus meningkat, yaitu menjadi 5,50 dan 8,44. Peningkatan ini terus terjadi
akibat total project cost perusahaan yang terus meningkat. Berdasarkan analisis
horizontal, nilai persediaan PT. PITIBO DELYKARYA pada tahun 2007
mengalami peningkatan sebesar 198,86% dari tahun 2006, sedangkan pada tahun
2008 mengalami penurunan sebesar 39,89% dari tahun 2007.
59
IV.1.4. Analisis Rasio Hutang ( Leverage Ratio )
Rasio Hutang bertujuan untuk mengukur seberapa besar kegiatan
operasional perusahaan dibiayai oleh modal pinjaman.
Rasio Hutang PT. PITIBO DELYKARYA
Tahun Rasio
2006 2007 2008
Debt Ratio - - 28,94% Debt to Equity Ratio
- - 124,74%
Rasio Hutang PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama, Tbk.
Tahun Rasio
2006 2007 2008
Debt Ratio 21,17% 2,70% 2,99% Debt to Equity Ratio
139,40% 6,22% 6,92%
a. Debt Ratio
Debt ratio merupakan rasio yang membandingkan antara kewajiban tidak
lancar dengan total aset. Rasio ini dapat berguna untuk mengetahui mengenai
berapa besar dana yang disediakan oleh kreditur dalam melakukan kegiatan
operasi. Apabila nilai debt ratio terlalu tinggi, maka ada kemungkinan terjadinya
kerugian karena berkurangnya tanggung jawab dari pemilik. Namun jika nilai
60
debt ratio semakin rendah, maka kreditur akan lebih aman dari risiko mengalami
kerugian meskipun jika perusahaan dilikuidasi.
Pada tahun 2006 dan 2007, penulis tidak dapat menghitung dan
menganalisis nilai deb ratio – nya. Karena pada tahun 2006 dan 2007 PT.
PITIBO DELYKARYA tidak memiliki kewajiban tidak lancar. Namun pada
tahun 2008 perusahaan ini memiliki kewajiban tidak lancar sebesar Rp.
1.500.000,-. Sehingga berdasarkan perhitungan yang dilakukan, pada tahun 2008
debt ratio perusahaan ini sebesar 28,94%.
Untuk perusahaan pembanding, yakni PT. Jaya Konstruksi Manggala
Pratama Tbk, dapat kita lihat bahwa terdapat penurunan nilai yang drastis dari
tahun 2006 ke 2007 yang bertanda baik. Penurunan hingga menjadi 2,70%
membuat kondisi dari kreditur – kreditur perusahaan ini akan aman dari risiko
kerugian. Namun pada tahun 2008 terjadi peningkatan pada debt ratio
perusahaan ini, namun tidak besar, hanya meningkat 0,29%. Meski meningkat,
namun untuk kreditur masih aman. Jika dibandingkan dengan PT. PITIBO
DELYKARYA, PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk jauh lebih baik jika
dilihat dari sisi debt ratio.
b. Debt to Equity Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio yang membandingkan antara
kewajiban tidak lancar dengan ekuitas yang dimiliki perusahaan. Rasio ini
bermanfaat untuk menentukan seberapa baik perusahaan melindungi kreditur
dari risiko kerugian yang timbul akibat dari ketidakmampuan perusahaan dalam
61
membayar hutang jangka panjangnya. Semakin rendah nilai debt to equity ratio,
maka semakin baik perusahaan itu.
Penulis hanya bisa menganalisis debt to equity ratio PT. PITIBO
DELYKARYA pada tahun 2008, karena pada tahun 2006 dan 2007 perusahaan
ini tidak memiliki kewajiban tidak lancar. Pada tahun 2008, nilai debt to equity
ratio perusahaan ini sangat besar, mencapai 124,74%. Ini menunjukkan bahwa
kondisi kreditur di perusahaan ini sangatlah tidak aman. Ini disebabkan karena
kewajiban tidak lancar perusahaan ini lebih besar daripada ekuitas yang dimiliki
pada tahun 2008.
Jika dibandingkan dengan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk,
pada tahun 2006 PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk sempat mengalami
seperti apa yang dialami oleh PT. PITIBO DELYKARYA. Namun pada tahun
2007, perusahaan ini mampu memperbaiki kinerja perusahaannya dan membuat
nilai debt to equity ratio – nya menurun drastis hingga 6,22%. Ini karena pada
tahun 2007, perusahaan ini mampu menekan kewajiban tidak lancarnya hingga
menurun cukup jauh dan diiringi dengan meningkatnya jumlah ekuitas
perusahaan ini. Pada tahun 2008, debt to equity ratio perusahaan ini meningkat,
namun meningkat kecil sekali. Ini menandakan bahwa perusahaan ini mampu
melindungi krediturnya dari risiko kerugian. Perusahaan ini mampu melunasi
segala kewajiban tidak lancarnya dengan baik. Melihat keterangan di atas, dapat
diambil kesimpulan bahwa PT. PITIBO DELYKARYA memiliki kemampuan
membayar kewajiban tidak lancarnya masih jauh dibandingkan dengan
kemampuan PT. Jaya Konstruksi Manggala Pratama Tbk.
62
IV.2. Analisis Vertikal dan Horizontal
IV.2.1. Analisis Laporan Laba Rugi
Berdasarkan Lampiran 8 ( L8 ), dijelaskan mengenai perhitungan analisis
secara horizontal dan vertikal dari Laporan Laba Rugi PT. PITIBO
DELYKARYA.
a. Total Pendapatan
Berdasarkan analisis horizontal yang dilakukan penulis, kenaikan terjadi
dari periode 2006 -2007. Pada tahun 2007, total pendapatan meningkat sebesar
150,66%, peningkatan ini disebabkan karena total pendapatan sales ( dari
penjualan ) mengalami peningkatan yang mempengaruhi total pendapatan secara
signifikan. Untuk tahun 2008, kembali terjadi penurunan pada total pendapatan
PT. PITIBO DELYKARYA sebesar 6,61%. Penurunan ini karena terjadi
penurunan pada pendapatan sales PT. PITIBO DELYAKARYA. Penurunan ini
disebabkan karena penurunan pendapatan sales lebih besar ketimbang
peningkatan yang terjadi pada pendapatan project.
b. Total Project Cost
Berdasarkan analisis vertikal, saldo total project cost pada tahun 2007
sebesar 65,76% dan saldo total project cost di tahun 2006 sebesar 67,20%.
Penurunan sebesar 1,44% ini disebabkan karena penurunan pada harga pokok
project yang lebih besar dari kenaikan pada harga pokok sales. Pada tahun 2008
saldo total project cost sebesar 84,79%. Berdasarkan analisis horizontal, total
project cost pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 145,28% dari
tahun 2006. Peningkatan ini disebabkan karena meningkatnya harga pokok
63
project dan harga pokok sales. Pada tahun 2008, kembali terjadi peningkatan
sebesar 20,42% dari tahun 2007.
c. Laba Rugi Kotor
Berdasarkan analisis horizontal, terjadi peningkatan pada saldo laba kotor
sebesar 161,69% dari tahun 2006 ke tahun 2007. Peningkatan ini terjadi karena
terjadinya peningkatan pada total pendapatan. Namun pada tahun 2008 terjadi
penurunan drastis pada laba kotor PT. PITIBO DELYKARYA sebesar 58,51%.
Hal ini terjadi akibat penurunan total pendapatan di tahun 2008, sedangkan
terjadi peningkatan pada total project cost pada tahun ini yang mengakibatkan
terjadinya penurunan.
d. Total Operational Cost
Berdasarkan analisis horizontal, terjadi peningkatan pada saldo total
operational cost dari periode 2006 – 2007. Pada tahun 2007 total operational
cost mengalami peningkatan sebesar 136,25% dari tahun 2006. Peningkatan ini
terjadi karena terjadi peningkatan pada biaya – biaya operasional perusahaan
yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Pada tahun 2008 total
operational cost PT. PITIBO DELYKARYA mengalami penurunan, yaitu
sebesar 2,45% dari tahun sebelumnya. Penurunan pada tahun 2008 ini terjadi
disebabkan oleh adanya selisih kurs dan biaya bank yang cukup besar. Dan
penurunan yang cukup besar pada biaya gaji, meski muncul biaya-biaya
operasional baru di perusahaan ini serta peningkatan biaya – biaya operasional
dari tahun sebelumnya. Berdasarkan analisis vertikal, total operational cost PT.
64
PITIBO DELYKARYA mengalami penurunan pada tahun 2007 sebesar 0,8%
dari tahun 2006. Sedangkan pada tahun 2008 mengalami peningkatan sebesar
0,59% dari tahun 2007.
e. Laba Rugi Operasi
Berdasarkan analisis horizontal, terjadi peningkatan pada nilai laba rugi
operasi PT. PITIBO DELYAKARYA tahun 2007 sebesar 180,70% dari tahun
2006. Namun mengalami penurunan drastis pada tahun 2008 hingga menjadi
6,23%. Penurunan ini disebabkan karena meningkatnya biaya-biaya operasional
perusahaan ini, penurunan total pendapatan serta meningkatnya total project cost
perusahaan ini.
f. Laba Rugi Sebelum Pajak
Berdasarkan analisis horizontal, laba sebelum pajak pada tahun 2007
tercatat Rp. 1.429.333.649,00, meningkat sebesar 180,44% dibandingkan laba
sebelum pajak pada tahun 2006 yang sebesar Rp. 509.671.986,00. Peningkatan
ini terjadi disebabkan oleh kenaikan laba operasi perusahaan ini. Namun, pada
tahun 2008 laba sebelum pajak PT. PITIBO DELYKARYA mengalami
penurunan sebesar 93,09% dari tahun 2007. Penurunan ini disebabkan karena
meningkatnya biaya-biaya operasional perusahaan ini, penurunan total
pendapatan serta meningkatnya total project cost perusahaan ini.
.
g. Laba Rugi Setelah Pajak
65
Berdasarkan analisis vertikal, laba bersih pada tahun 2006 sebesar
13,14% dari total pendapatan atau setiap Rp. 1,- pendapatan 13,14% merupakan
laba. Pada tahun 2007 laba bersih meningkat menjadi 14,71% dari total
pendapatan. Namun, pada tahun 2008 terjadi penurunan pada laba bersih PT.
PITIBO DELYKARYA menjadi 1,38%. Penurunan ini disebabkan karena
meningkatnya biaya-biaya operasional perusahaan ini, penurunan total
pendapatan serta meningkatnya total project cost perusahaan ini.
IV.2.2. Analisis Neraca
Dalam Lampiran 7 (L7) dijelaskan mengenai perhitungan analisis secara
vertikal dan horizontal yang digunakan sebagai dasar untuk pembahasan pos-pos
dalam Neraca sebagai berikut :
a. Aktiva Lancar
Berdasarkan analisis vertikal, nilai jumlah aktiva lancar PT. PITIBO
DELYKARYA pada tahun 2007 mengalami peningkatan sebesar 0,78% dari
tahun 2006. Pada tahun 2006, saldo aktiva lancar sebesar 84,17% dari jumlah
aktiva, sedangkan pada tahun 2007 saldo aktiva lancar sebesar 84,95%.
Peningkatan nilai saldo aktiva lancar ini disebabkan karena terjadi perubahan
nilai pada pos-pos dalam aktiva lancar yang meningkat maupun menurun.
Namun, pada tahun 2008 nilai aktiva lancar perusahaan ini mengalami
penurunan hingga menjadi 47,25%. Berdasarkan analisis horizontal, beberapa
pos yang termasuk dalam aktiva lancar akan dijelaskan sebagai berikut :
- Kas dan Setara Kas
66
Pada tahun 2007, nilai kas dan setara kas PT. PITIBO
DELYKARYA mengalami peningkatan sebesar 26,10% dari
tahun 2006. Namun, pada tahun 2008 terjadi penurunan nilai kas
dan setara kas sebesar 0,22%. Penurunan ini terjadi dapat karena
disebabkan oleh arus kas yang masuk lebih kecil dari arus kas
yang keluar.
- Piutang Usaha
Berdasarkan analisis horizontal, terus terjadi kenaikan pada nilai
piutang usaha PT. PITIBO DELYARYA dari periode 2006 –
2008. Pada tahun 2007 terjadi kenaikan sebesar 29,41% dari tahun
2006. Sedangkan pada tahun 2008 terjadi kenaikan yang cukup
besar yaitu sebesar 254,61% dari tahun 2007.
Berdasarkan analisis vertikal, pada tahun 2007 piutang usaha
perusahaan ini mengalami penurunan sebesar 15,6% dari tahun
2006. Namun pada tahun 2008 mengalami peningkatan hingga
menjadi 27,93%.
- Persediaan
Berdasarkan analisis horizontal, terjadi kenaikan pada nilai
persediaan PT. PITIBO DELYARYA dari periode 2006 – 2007.
Pada tahun 2007 terjadi kenaikan sebesar 198,86% dari tahun
2006. Namun pada tahun 2008 penurunan yaitu sebesar 39,89%
dari tahun 2007.
Berdasarkan analisis vertikal, pada tahun 2007 persediaan
perusahaan ini mengalami kenaikan sebesar 2,93% dari tahun
67
2006. Namun pada tahun 2008 mengalami penurunan yang sangat
tajam hingga menjadi 3,48%.
- Biaya Dibayar Dimuka
Berdasarkan analisis horizontal, terjadi kenaikan yang sangat
tinggi pada nilai biaya dibayar dimuka PT. PITIBO DELYARYA
dari periode 2006 – 2007. Pada tahun 2007 terjadi kenaikan
sebesar 625,64% dari tahun 2006. Namun pada tahun 2008 terjadi
penurunan yang sangat tajam yaitu sebesar 84,31% dari tahun
2007.
Berdasarkan analisis vertikal, pada tahun 2007 biaya dibayar
dimuka perusahaan ini mengalami kenaikan sebesar 4,43% dari
tahun 2006. Namun pada tahun 2008 mengalami penurunan yang
sangat tajam hingga menjadi 0,43%.
b. Aktiva Tetap
Berdasarkan analisis horizontal, jumlah aktiva tetap PT. PITIBO
DELYKARYA terus mengalami kenaikan dari periode 2006 – 2008. Pada tahun
2007 aktiva tetap perusahaan ini mengalami kenaikan sebesar 88,79%. Kenaikan
ini disebabkan karena meningkatnya pos – pos aktiva tetap perusahaan dan
adanya aktiva tetap baru pada tahun ini yaitu mesin – mesin dan peralatan
tercatat sebesar Rp. 7.683.900,00. Pada tahun 2008, kembali terjadi kenaikan
yang sangat tinggi pada jumlah aktiva tetap PT. PITIBO DELYKARYA sebesar
743,45%. Peningkatan yang sangat besar ini dapat terjadi karena meningkatnya
nilai inventaris kantor yang memberikan pengaruh yang cukup signifikan.
68
Berdasarkan analisis vertikal, terjadi penurunan nilai aktiva tetap pada
tahun 2007 sebesar 0,78% dari tahun 2006. Namun terjadi peningkatan yang
tinggi pada tahun 2008 sebesar 37,7% dari tahun 2007. Kenaikan ini disebabkan
karena terjadinya kenaikan pada pos – pos aktiva tetap pada tahun 2008.
c. Kewajiban Lancar
Berdasarkan analisis horizontal, persentase jumlah kewajiban lancar PT.
PITIBO DELYKARYA terus mengalami kenaikan dari periode 2006 – 2008.
Pada tahun 2007 jumlah kewajiban lancar perusahaan ini mengalami kenaikan
sebesar 10,00%. Kenaikan ini disebabkan karena meningkatnya pos – pos
kewajiban lancar perusahaan dan tidak adanya biaya yang masih harus dibayar.
Pada tahun 2008, kembali terjadi kenaikan yang tinggi pada jumlah kewajiban
lancar PT. PITIBO DELYKARYA sebesar 423,75%. Kenaikan ini terjadi karena
meningkatnya utang usaha perusahaan, adanya biaya yang masih harus dibayar
dan munculnya utang bank yang cukup besar di perusahaan tersebut.
Berdasarkan analisis vertikal, terjadi penurunan nilai kewajiban lancar
pada tahun 2007 sebesar 28,41% dari tahun 2006. Namun terjadi peningkatan
pada tahun 2008 sebesar 41,52% dari tahun 2007. Kenaikan ini disebabkan
karena terjadinya kenaikan pada pos – pos kewajiban lancar pada tahun 2008.
d. Kewajiban Tidak Lancar
Berdasarkan analisis vertikal, persentase jumlah kewajiban tidak lancar
PT. PITIBO DELYKARYA dari periode 2006 – 2007 meningkat. Pada tahun
69
2006 saldo kewajiban tidak lancar memiliki persentase sebesar 36,31% dari
jumlah pasiva dan pada tahun 2007 saldo kewajiban tidak lancar sebesar 64,72%.
Namun pada tahun 2008 saldo kewajiban tidak lancar menurun hingga mencapai
23,20%. Penurunan ini terjadi akibat menurunnya laba tahun berjalan pada
periode tahun 2008.
IV.3. Studi Kelayakan Usaha
Dalam melakukan studi evaluasi kelayakan usaha, penulis memperhatikan
berbagai macam aspek yang dapat mempengaruhi dalam melakukan analisis tersebut.
Aspek – aspek tersebut antara lain Aspek Pasar, Aspek Pemasaran, Aspek Teknik dan
Teknologi, Aspek Manajemen, Aspek Sumber Daya Manusia, Aspek Finansial, Aspek
Ekonomi Sosial dan Politik, Aspek Lingkungan Industri, Aspek Yuridis dan Aspek
Lingkungan Hidup. Analisis yang dilakukan oleh penulis dari beberapa aspek tersebut
adalah sebagai berikut :
IV.3.1. Aspek Pasar
Berdasarkan pengamatan dan informasi yang diperoleh penulis, jika
dilihat dari sisi produsen / penjual, PT. PITIBO DELYKARYA merupakan salah
satu perusahaan yang bergerak dalam bentuk Pasar Persaingan Sempurna.
Alasannya adalah karena perusahaan ini bergerak pada pasar yang persaingannya
sempurna, yakni aktivitas persaingannya tidaklah nampak karena tidak
terbatasnya jumlah produsen ( sehingga pangsa pasar mereka menjadi terkotak –
kotak atau kecil – kecil ) dan konsumen dapat menjual atau membeli berapa saja
tanpa ada batas asal bersedia membeli atau menjual pada harga pasar. Jadi, pada
pasar ini justru tidak ada gunanya mengadakan persaingan. Jika dilihat dari sisi
konsumen, PT. PITIBO DELYKARYA termasuk dalam Pasar Industri. Pasar
70
Industri ini adalah pasar untuk barang dan jasa yang dibeli atau disewa oleh
perorangan atau organisasi untuk digunakan pada produksi barang atau jasa lain,
baik untuk dijual maupun untuk disewakan ( dipakai untuk diproses lebih lanjut )
.
IV.3.2. Aspek Pemasaran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, cara pemasaran yang
digunakan oleh PT. PITIBO DELYKARYA adalah dengan melakukan promosi
– promosi melalui koran, link, poster dan website. Strategi yang digunakan PT.
PITIBO DELYKARYA dalam bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis
adalah dengan mengedepankan nilai profesionalisme, kualitas barang dan jasa
yang diberikan, berkompetensi, dan dalam setiap transaksi yang dilakukan rata –
rata menginginkan profit share sebesar 20% – 30 %. Dengan menggunakan
metode pemasaran tersebut, perusahaan ini menargetkan memperoleh laba 7
milyar dalam setahun.
IV.3.3. Aspek Teknik dan Teknologi
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, jika dilihat dari aspek
teknik dan teknologi, PT. PITIBO DELYKARYA sudah dapat dinyatakan layak
untuk dijalankan. Hasil penelitian yang dilakukan penulis adalah :
1. Dalam pemilihan teknik dan teknologi dalam perusahaan, dilakukan
sesuai dengan kebutuhan perusahaan, contoh : dalam aktivitas sehari –
hari, perusahaan ini menggunakan LAN System Server yang
mempermudah seluruh anggota perusahaan dalam melakukan komunikasi
dan pekerjaan.
71
2. Selalu melakukan update terhadap segala informasi dan pembelajaran
yang diperoleh dari setiap kegiatan transaksi barang ataupun jasa.
Informasi – informasi yang diperoleh dianggap sebagai product
knowledge yang akan digunakan untuk menetapkan dasar – dasar
perusahaan.
3. Dalam penetapan letak pabrik dan perusahaan, sudah sesuai dengan letka
yang diharapkan.
4. Dalam perusahaan ini, selalu dilakukan pengawasan terhadap kualitas
produk, baik dalam bentuk barang ataupun jasa. Pengawasan yang
dilakukan perusahaan ini dikoordinasikan oleh HSE ( Health Safety
Environment ). Dalam pengawasannya, HSE melakukannya berdasarkan
SOP ( Standard Operating Procedure ) yang dimiliki perusahaan.
IV.3.4. Aspek Manajemen
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, segala aspek manajemen
dalam PT. PITIBO DELYKARYA dipimpin oleh Direktur Utama dan Manajer.
Segala perencanaan yang dilakukan perusahaan, pengorganisasian, penggerakan
kegiatan, pengendalian dan pengambilan keputusan, serta implementasi atas
penyelesaian proyek, semua diorgansasikan oleh Direktur Utama dan Manajer.
IV.3.5. Aspek Sumber Daya Manusia
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, jika melihat dari aspek
sumber daya manusia PT. PITIBO DELYKARYA, perusahaan ini telah
melaksanakan perekrutan dan pengelolaan Sumber Daya Manusia secara layak.
72
Perusahaan ini telah memiliki kriteria – kriteria yang kompeten dalam perekrutan
tenaga kerja. Selain itu, perusahaan ini juga telah melakukan perencanaan
Sumber Daya Manusia secara baik, yaitu dengan memilih dan menempatkan
tenaga kerja sesuai dengan posisi yang tepat ( dalam hal ini yang paling penting
adalah memilih manajer yang sesuai untuk proyek yang akan ditangani),
memiliki kriteria – kriteria seleksi perekrutan pegawai yang bermutu,
memperhatikan latar belakang dan pengalaman dari tenaga kerja yang akan
direkrut, dan memilih manajer yang memiliki jiwa kepemimpinan, keahlian
strategis, kemampuan teknis, kemampuan kehumasan dan kemampuan
manajerial.
Beberapa kriteria umum yang digunakan untuk memilih karyawan baru
dalam PT. PITIBO DELYKARYA adalah sebagai berikut :
a. Memiliki sikap profesional, mampu bersaing dan kompeten.
b. Untuk bagian keuangan, minimal harus lulusan S1 Akuntansi, dan
bagi manajer proyek minimal lulusan S1 Teknik Sipil, dan lain lain.
c. Harus lulus tes medical check up yang dilakukan perusahaan.
d. Memiliki pengetahuan dan pengalaman yang diperlukan perusahaan.
IV.3.6. Aspek Finansial
PT. PITIBO DELYKARYA melakukan investasi untuk sebuah proyek
pada tahun 2004 sebesar Rp. 600.000.000,-. Dan berikut merupakan cashflow
dari perusahaan ini untuk proyek tersebut :
73
Cashflow Project
Tahun 0 (600.000.000)
Tahun 1 100.000.000
Tahun 2 250.000.000
Tahun 3 400.000.000
Tahun 4 150.000.000
Payback Peroid :
2 tahun (100.000.000 + 250.000.000 ) + (250.000.000 / 400.000.000 ) =
2,63 tahun.
Metode Profitability Index ( PI )
Nilai sekarang aliran kas bersih : 653.460.000
Investasi awal : 600.000.000
PI = Rp. 653.460.000 / 600.000.000 = 1,0891
Oleh karena nilai PI > 1, maka menurut kriteria metode ini, investasi untuk
proyek ini dinyatakan layak.
74
Net Present Value :
Tahun Df 13% Cashflow Project Present Value
1 0.8849 100.000.000 88.490.000
2 0.7831 250.000.000 195.775.000
3 0.6930 400.000.000 277.200.000
4 0.6133 150.000.000 91.995.000
Total NCF dan PV 900.000.000 653.460.000
NCF dan PV 600.000.000 600.000.000
Net Present Value 300.000.000 53.460.000
Internal Rate of Return :
Tahun Df 17% Cashflow Project Present Value
1 0.8547 100.000.000 85.470.000
2 0.7305 250.000.000 182.625.000
3 0.6243 400.000.000 249.720.000
4 0.5336 150.000.000 80.040.000
Total 597.855.000
IRR = Df1 + NPV ( Df2 – Df 1)
(PV1 – PV2)
75
13% + 53.460.000 ( 17% - 13%)
(653.460.000 - 597.855.000)
= 16,84 %
Oleh karena nilai IRR nya lebih besar dari IRR rata – rata sebesar 13%, maka
menurut kriteria ini proyek dinyatakan layak.
IV.3.7. Aspek Ekonomi, Sosial dan Politik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, menurut narasumber, PT.
PITIBO DELYKARYA tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi politik yang ada
di pemerintahan Indonesia. Ini dikarenakan klien dari PT. PITIBO
DELYAKARYA sebagian besar merupakan pihak swasta. Untuk bidang
ekonomi, perusahaan ini tetap terkena pengaruh dari situasi ekonomi yang
melanda negara kita, namun tudaj terlalu besar pengaruhnya. Untuk kondisi
sosial, terdapat pengaruh yang cukup besar terhadap perusahaan ini. Perusahaan
ini juga melakukan aktivitas sosial, seperti memberikan santunan kepada anak
yatim dan menunjang kegiatan masjid. Selain itu, perusahaan ini juga
berkontribusi dan bekerja sama dengan lingkungan sosial sekitarnya.
IV.3.8. Aspek Lingkungan Industri
Berdasarkan analisis yang dilakukan penulis, jika di lihat dari aspek
lingkungan industri, PT. PITIBO DELYAKARYA merupakan suatu perusahaan
yang mampi bersaing dengan baik di lingkungan industri. Namun masih ada
76
kelemahan – kelemahan yang dimiliki perusahaan ini, yakni misalnya
pengalaman perusahaan ini masih kurang. Dalam bersaing dengan sesama jenis
perusahaan di lingkungan industri, PT. PITIBO DELYKARYA melakukan
persaingan terutama di tingkat harga. Menurut narasumber, salah satu kelebihan
PT. PITIBO DELYKARYA dari perusahaan pesaing adalah bahwa perusahaan
ini memiliki persaingan yang sama dengan perusahaan lain, namun perusahaan
ini dapat menekan harga cost – nya menjadi lebih rendah dari para perusahaan
pesaingnya.
Untuk hal kekuatan tawar – menawar yang dilakukan pembeli maupun
klien, tidak terlalu mempengaruhi perusahaan ini, dikarenakan perusahaan ini
memiliki batas harga tersendiri. Selain itu, para pemegang saham memiliki
pengaruh besar dalam menentukan bisnis yang akan dijalankan.
IV.3.9. Aspek Yuridis
Jika dilihat dari segi yuridisnya, PT. PITIBO DELYKARYA merupakan
suatu perusahaan yang memiliki bentuk badan usaha Perseroan Terbatas (PT).
PT. PITIBO DELYKARYA termasuk Perseroan Terbatas karena merupakan
perusahaan yang mempunyai kekayaan, hak, dan kewajiban yang terpisah dari
yang mendirikan dan yang memiliki. Tanda keikutsertaan seseorang memiliki
perusahaan adalah dengan memiliki saham perusahaan, makin banyak saham
yang dimiliki makin besar pula andil dan kedudukannya dalam perusahaan
tersebut. Jika terjadi utang, maka harta milik pribadi tidak dapat
dipertanggungjawabkan atas utang perusahaan tersebut, tetapi terbatas pada
sahamnya saja.
77
Berdasarkan Peraturan Pemerintah, identitas pelaksana bisnis perlu
disesuaikan dengan jenis perusahaan yang dikelola. Terdapat 4 (empat ) sisi dari
identitas pelaksana bisnis yang perlu diteliti, yaitu :
a. Kewarganegaraan
Kewarganegaraan sponsor proyek perlu diketahui, hal itu ada
hubungannya dengan peraturan-peraturan yang berbeda antara
warga negara dengan warga negara asing dalam kaitannya dengan
pendirian suatu perusahaan.
b. Informasi Bank
Ketahui apakah sponsor proyek adalah debitur pada bank lain.
Jika ya, perlu diketahui apakah ada keterlibatan lain misalnya
terdapat kemacetan pembayaran kredit, cek kosong, maupun
jaminannya.
c. Keterlibatan pidana atau perdata
Perlu juga diketahui apakah pelaksana proyek tengah terlibat
dalam suatu tindakan yang dapat menimbulkan gugatan maupun
tuntutan.
d. Hubungan keluarga
Jika terdapat hubungan suami – istri atau orangtua – anak sebagai
individu – individu yang terlibat dalam rencana proyek bisnis,
perlu diselidiki bagaimana mereka mengatur kebijakan hartanya.
Untuk suami – istri apakah mereka menikah dengan harta
campuran atau terpisah, untuk orangtua – anak bagaimana
kebijakan harta warisan yang dibuat.
78
Segala hal yang berhubungan dengan aspek yuridis pada PT. PITIBO
DELYAKARYA, didasarkan pada peraturan – peraturan yang diberlakukan oleh
Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi.
IV.3.10. Aspek Lingkungan Hidup
Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, kegiatan – kegiatan
maupun pekerjaan yang dilakukan oleh PT. PITIBO DELYKARYA telah
memperhatikan AMDAL. Semua kegiatan perusahaan ini telah dilakukan sesuai
pekerjaannya dan memperhatikan pula keadaa lingkungan sekitarnya. Apabila
dalam proses produksi maupun pemberian jasa terdapat limbah ataupun sampah
dari pekerjaan, maka perusahaan ini dengan segera akan melakukan
penanggulangan dan pembersihan terhadap hal tersebut.
IV.4. Analisis Kebangkrutan
Untuk menganalisis tingkat kebangkrutan atau kemungkinan kebangkrutan dari
PT. PITIBO DELYKARYA, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan
metode Z-Score Altman untuk perusahaan non manufaktur non go public. Penggunaan
metode Z-Score Altman ini sebenarnya untuk perusahaan di Amerika, namun penulis
mencoba menggunakannya untuk perusahaan di Indonesia. Sehingga tingkat relevansi
untuk hasil dari perhitungan Z-Score Altman untuk PT. PITIBO DELYKARYA tidak
terlalu tinggi. Untuk mengetahui analisis kebangkrutan PT. PITIBO DELYKARYA
untuk tahun 2006, dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini :
79
Untuk tahun 2006
Z = 6,56 (XI) + 3,26 (X2) + 6,72 (X3) + 1,05 (X4)
= 6,56 (0,204) + 3,26 ( - 0,519) + 6,72 (0,469) + 1,05 (0,570)
= 1,312 - 1,695 + 3,158 + 0,598
= 5,06
Berdasarkan perhitungan di atas, maka angka 5,06 menunjukkan tidak terdapat
kemungkinan kebangkrutan pada perusahaan ini untuk tahun 2006.
Keterangan :
X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar ) / Total Aktiva
(913.056.311 – 690.910.365) / 1.084.742.845 = 222.145.946 /
1.084.742.845 = 0,204
X2 = Laba ditahan / Total Aset
(562.937.910) / 1.084.742.845 = (0,519)
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset
509.502.689 / 1.084.742.845 = 0,469
X4 = Ekuitas (Nilai Buku Saham) / Nilai Buku Total Hutang
393.832.480 / 690.910.365 = 0,570
Untuk mengetahui analisis kebangkrutan PT. PITIBO DELYKARYA untuk
tahun 2007, dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini :
Untuk Tahun 2007
Z = 6,56 (0,496) + 3,26 ((0,10)) + 6,72 (0,664) + 1,05 (1,835)
80
= 3,25 – 0,33 + 4,46 + 1,93
= 9,31
Berdasarkan perhitungan di atas, maka angka 9,31 menunjukkan bahwa tidak
terdapat kemungkinan kebangkrutan pada perusahaan ini untuk tahun 2007.
Keterangan :
X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar ) / Total Aktiva
( 1.830.263.738 - 760.030.492 ) / 2.154.396.526
= 1.070.233.246 / 2.154.396.526
= 0,496
X2 = Laba ditahan / Total Aset
(206.167.520) / 2.154.396.526 = (0,10)
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset
1.430.161.806 / 2.154.396.526 = 0,664
X4 = Ekuitas (Nilai Buku Saham) / Nilai Buku Total Hutang
1.394.366.034 / 760.030.492 = 1,835
Untuk mengetahui analisis kebangkrutan PT. PITIBO DELYKARYA untuk
tahun 2008, dapat dilihat pada perhitungan di bawah ini :
Untuk Tahun 2008
Z = 6,56 (- 0,295) + 3,26 (0,099)+ 6,72 (0,017) + 1,05 (0,302)
= -1,94 + 0,32 + 0,11 + 0,32
81
= -1,19
Berdasarkan perhitungan di atas, maka angka -1,19 menunjukkan bahwa
kemungkinan kebangkrutan pada perusahaan ini untuk tahun 2008 sangat besar.
Keterangan :
X1 = (Aktiva lancar – Hutang lancar ) / Total Aktiva
( 2.449,307,111 – 3.980.672.546 ) / 5.183.197.183
= - 0,295
X2 = Laba ditahan / Total Aset
514.683.272 / 5.183.197.183 = 0,099
X3 = Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aset
89.152.744 / 5.183.197.183 = 0,017
X4 = Ekuitas (Nilai Buku Saham) / Nilai Buku Total Hutang
1.202.524.637 / 3.980.672.546 = 0,302
Jika :
- Nilai Z < 1,10 , maka kemungkinan bangkrut sangat besar
- Nilai 1,10 < Z < 2,60, maka ada kemungkinan bangkrut
- Nilai Z > 2,60, maka tidak terdapat kemungkinan bangkrut
82
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan penulis mengenai analisis
kebangkrutan PT. PITIBO DELYKARYA menggunakan metode Z-Score Altman, pada
tahun 2006 dan 2007 tidak terdapat kemungkinan untuk mengalami kebangkrutan.
Namun pada tahun 2008 terdapat kemungkinan bangkrut sangat besar. Kemungkinan
bangkrut ini disebabkan karena nilai kewajiban lancar PT. PITIBO DELYKARYA lebih
besar dari aktiva lancarnya. Tingginya nilai kewajiban lancar pada tahun 2008
disebabkan oleh adanya utang bank yang cukup besar.
Namun, perlu diingat bahwa metode analisis kebangkrutan Z-Score Altman
merupakan rumus yang digunakan yang berasal dari penelitian perusahaan – perusahaan
di Amerika, sehingga tingkat relevansinya terhadap perusahaan – perusahaan di
Indonesia tidak terlalu signifikan. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan
mengenai analisis kebangkrutan PT. PITIBO DELYKARYA berdasarkan metode yang
digunakan untuk perusahaan di Amerika. Alhasil, apabila PT. PITIBO DELYKARYA
seandainya merupakan sebuah perusahaan di Amerika, maka pada tahun 2008
kemungkinan kebangkrutan perusahaan ini sangat besar.