28
46 BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian simpang bersinyal pada ruas Jalan Raya By Pass Mojokerto - Jalan Kuwung - Jalan Jaya Negara - Jalan Jogyakarta Sidoarjo - Jalan Rajasa Negara III Kota Mojokerto, diperoleh data masukan, penggunaan sinyal, penentuan waktu sinyal, kapasitas dan perilaku lalu lintas. 4.1 Geometrik Simpang Dari survey pendahuluan yang telah dilaksanakan didapatkan data geometri simpang seperti terlihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1. Data hasil analisa geometri simpang. Kode Pendekatan Lebar Masuk (WENTRY) Belok Kiri Langsung (WLTOR) Lebar Keluar (WEXIT) Utara 6.00 2.50 8.50 Selatan 8.15 - 8.15 Timur 4.15 - 4.15 Barat 4.15 - 4.15 Barat Laut 3.12 - 3.12 Sumber : Hasil survey. 4.2 Pergerakan Lalu Lintas Arah pergerakan lalu lintas pada simpang Jalan Raya By Pass Mojokerto - Jalan Kuwung - Jalan Jaya Negara - Jalan Jogyakarta Sidoarjo - Jalan Rajasa Negara III Kota Mojokerto, yaitu:

BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

Embed Size (px)

DESCRIPTION

didalam BAB IV ini terdapat Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal an langkah cara pengerjaannya

Citation preview

Page 1: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

46

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian simpang bersinyal pada ruas Jalan Raya By Pass Mojokerto -

Jalan Kuwung - Jalan Jaya Negara - Jalan Jogyakarta Sidoarjo - Jalan Rajasa Negara

III Kota Mojokerto, diperoleh data masukan, penggunaan sinyal, penentuan waktu

sinyal, kapasitas dan perilaku lalu lintas.

4.1 Geometrik Simpang

Dari survey pendahuluan yang telah dilaksanakan didapatkan data geometri

simpang seperti terlihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Data hasil analisa geometri simpang.

Kode Pendekatan Lebar Masuk

(WENTRY)

Belok Kiri Langsung

(WLTOR)

Lebar Keluar

(WEXIT)

Utara 6.00 2.50 8.50

Selatan 8.15 - 8.15

Timur 4.15 - 4.15

Barat 4.15 - 4.15

Barat Laut 3.12 - 3.12

Sumber : Hasil survey.

4.2 Pergerakan Lalu Lintas

Arah pergerakan lalu lintas pada simpang Jalan Raya By Pass Mojokerto - Jalan

Kuwung - Jalan Jaya Negara - Jalan Jogyakarta Sidoarjo - Jalan Rajasa Negara III

Kota Mojokerto, yaitu:

Page 2: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

47

Fase 1 : Pendekat Utara (Jalan Raya By Pass Mojokerto) dan Pendekat Selatan

(Jalan Jogyakarta Sidoarjo).

Fase 2 : Pendekat Timur (Jalan Rajasa Negara III), Pendekat Barat (Jalan Jaya

Negara) dan Pendekat Barat Laut (Jalan Kuwung).

Arah pergerakan lalu lintas dapat dilihat pada gambar 4.1.

Page 3: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

48

Gambar 4.1. Arah pergerakan lalu lintas kondisi eksisting simpang Jalan Raya By

Pass Mojokerto - Jalan Kuwung - Jalan Jaya Negara - Jalan Jogyakarta

Sidoarjo - Jalan Rajasa Negara III Kota Mojokerto.

Sumber : Hasil survey.

4.3 Waktu Siklus

Waktu siklus simpang Jalan Raya By Pass Mojokerto - Jalan Kuwung - Jalan

Jaya Negara - Jalan Jogyakarta Sidoarjo - Jalan Rajasa Negara III Kota Mojokerto

kondisi eksisting dapat di lihat pada tabel 4.2.

Page 4: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

49

Tabel 4.2. Waktu siklus eksisting simpang.

Kode Pendekatan C

(det)

Utara 84

Selatan 84

Timur 84

Barat 84

Barat Laut 84

Sumber : Hasil analisa data

4.4 Analisa Data Masukan

4.4.1 Volume Lalu Lintas

Hasil dari survei inti didapatkan data arus lalu lintas pada jam puncak sebagai

berikut:

a) Volume lalu lintas pada hari kerja (Hari Rabu tanggal 4 Juni 2014).

Tabel 4.3. Rekapitulasi hasil analisa arus lalu lintas.

Jam Puncak

Kode Pendekat

Arus Lalulintas (Q)

Smp/jam

Siang

Utara 1152.8

Selatan 1483.7

Timur 666.4

Barat 656.4

Barat Laut 304.5

Sumber : Hasil suvey.

Page 5: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

50

Grafik 4.1. Rekapitulasi hasil analisa arus lalu lintas jam puncak pagi

Sumber : Hasil suvey.

Pada survey hari Rabu tanggal 04 Juni 2014 jam puncak pagi, volume lalu lintas

tertinggih terjadi pada lengan Selatan yang merupakan arus lalu lintas yang datang

dari arah Kota Jombang menuju Kota Surabaya.

Tabel 4.4. Rekapitulasi hasil analisa arus lalu lintas.

Jam Puncak

Kode Pendekat

Arus Lalulintas (Q)

Smp/jam

Siang

Utara 1241.5

Selatan 1432.9

Timur 606.4

Barat 631.0

Barat Laut 314.4

Sumber : Hasil suvey.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Raya By PassJogyakarta

SidoarjoRajasa

Negara III Jaya NegaraKuwung

Page 6: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

51

Grafik 4.2. Rekapitulasi hasil analisa arus lalu lintas jam puncak sore

Sumber: Hasil suvey.

Pada survey hari Rabu tanggal 04 Juni 2014 jam puncak sore, volume lalu lintas

tertinggih tetap terjadi pada lengan Selatan. Namun, pada jam puncak sore terjadi

penurunan volume lalu lintas dibandingkan dengan volume lalu lintas di jam puncak

pagi. Peningkatan volume lalu lintas hanya terjadi pada lengan Utara.

b) Volume lalu lintas pada akhir pekan (Hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014).

Tabel 4.5. Rekapitulasi hasil analisa arus lalu lintas.

Jam Puncak

Kode Pendekat

Arus Lalulintas (Q)

Smp/jam

Siang

Utara 1172.5

Selatan 1317.9

Timur 632.0

Barat 656.2

Barat Laut 390.2

Sumber: Hasil suvey.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

1600

Raya ByPass

JogyakartaSidoarjo

RajasaNegara III Jaya Negara

Kuwung

Page 7: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

52

Grafik 4.3. Rekapitulasi hasil analisa arus lalu jam puncak siang

Sumber: Hasil survey.

Pada survey hari Sabtu tanggal 07 Juni 2014 jam puncak siang, volume lalu

lintas tertinggih terjadi pada lengan Selatan yang merupakan arus lalu lintas yang

datang dari arah Kota Jombang.

Tabel 4.6. Rekapitulasi hasil analisa arus lalu lintas.

Jam Puncak

Kode Pendekat

Arus Lalulintas (Q)

Smp/jam

Sore

Utara 1236.0

Selatan 1333.5

Timur 690.4

Barat 583.6

Barat Laut 339.8

Sumber: Hasil suvey.

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Raya By PassJogyakarta

SidoarjoRajasa

Negara III Jaya NegaraKuwung

Page 8: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

53

Grafik 4.4. Rekapitulasi hasil analisa arus lalu lintas jam puncak sore

Sumber: Hasil suvey.

Pada survey hari Sabtu tanggal 07 Juni 2014 jam puncak sore, volume lalu lintas

tertinggih tetap terjadi pada lengan Selatan dan mengalami peningkatan volume lalu

lintas, sehingga volume lalu lintas pada lengan Selatan pada jam puncak sore lebih

tinggih dibandingkan dengan volume lalu lintas pada jam puncak siang. Peningkatan

volume lalu lintas juga terjadi pada lengan Utara dan lengan Timur. Namun, pada

lengan Barat mengalami penurunan volume lalu lintas.

4.4.2 Perhitungan Rasio Kendaraan Untuk Masing-Masing Pendekat

a. Rasio arus belok kiri, dapat dihitung dengan rumus:

PLT = LT(smp/jam)

Total(smp/jam)

0

200

400

600

800

1000

1200

1400

Raya By PassJogyakarta

SidoarjoRajasa

Negara III Jaya NegaraKuwung

Page 9: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

54

Contoh perhitungan:

PLT = 321.3

1172.5 = 0.27

(Lampiran 19, formulir SIG 2)

b. Rasio arus belok kanan, dapat dihitung dengan rumus:

PRT = RT(smp/jam)

Total(smp/jam)

Contoh perhitumgan:

PRT = 99.8

1172.5 = 0.09

(Lampiran 19, formulir SIG 2)

c. Rasio arus kendaraan tak bermotor, dapat dihitung dengan rumus:

PUM = QUM

QMV

Contoh perhitungan:

PUM = 11

632.0 = 0.01

(Lampiran 19, formulir SIG 2)

4.4.3 Analisa Data Waktu Hilang (LTI)

Titik konflik kritis pada masing-masing fase (i) adalah titik yang menghasilkan

waktu merah semua terbesar. Waktu merah semua dapat dihitung dengan rumus:

Merah Semuai =

MAXAV

AV

EV

EVEV

V

L

V

lL

Dimana :

LEV, LAV = Jarak dari garis henti ke titik konflik masing-masing untuk kendaraan

yang berangkat dan yang datang (m).

Page 10: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

55

lEV = Panjang kendaraan yang berangkat (m).

VEV, VAV = Kecepatan masing-masing kendaraan yang berangkat dan yang datang

(m/det).

Analisa data merah-semua pada pendekat, sebagai berikut:

Pendekat Utara :

Merah semua = [(13+5)

10−

12

10]MAX = 0.6

Pendekat Selatan :

Merah semua = [(13+5)

10−

12

10]MAX = 0.6

Pendekat Timur :

Merah semua = [(12+5)

10−

12

10]MAX = 0.4

Pendekat Barat :

Merah semua = [(12+5)

10−

13

10]MAX = 0.4

Pendekat Barat Laut:

Merah semua = [(15+5)

10−

10

10]MAX = 1.0

Apabila periode merah semua untuk masing-masing akhir fase telah ditetapkan,

waktu hilang (LTI) untuk simpang dapat dihutung sebagai jumlah dari waktu-waktu

antar hijau.

LTI = (Merah Semua+Kuning)i = IGi

IGi = 1 + 1+ 6 = 8 det/fase LTI = 8 det/siklus

(Lampiran 20, formulir SIG 3)

Page 11: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

56

4.5 Penentuan Waktu Sinyal

Penentuan waktu sinyal terdiri dari tipe pendekat dan lebar pendekat efektif. Dari

survey yang telah dilakukan, telah didapatkan analisa data tipe pendekat dan lebar

pendekat efektif simpang Jalan Raya By Pass Mojokerto - Jalan Kuwung - Jalan Jaya

Negara - Jalan Jogyakarta Sidoarjo - Jalan Rajasa Negara III Kota Mojokerto seperti

yang tersaji pada tabel dibawah ini:

Tabel 4.7. Analisa data tipe pendekat dan lebar pendekat efektif.

Kode Pendekat Tipe Pendekat Lebar Efektif (WE)

Utara O 6.00

Selatan O 8.15

Timur O 4.15

Barat O 4.15

Barat Laut O 3.12

Sumber : Hasil survey.

4.5.1 Arus Jenuh Dasar

Arus jenuh dasar untuk tipe P (Terlindung) dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut:

S0 =600 x We

Untuk tipe O (Terlawan) tidak dapat menggunakan rumus seperti tipe P (Terlindung).

Untuk mencari S0 pada tipe O (Terlawan) dapat menggunakan grafik dibawah ini

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Page 12: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

57

Grafik 4.3. Penentuan arus jenuh dasar tipe O

Sumber: Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997).

4.5.2 Faktor-faktor Penyesuaian

a) Faktor penyesuaian ukuran kota dapat ditentukan dengan mengunakan tabel

2.6. yaitu berdasarkan jumlah penduduk kota mojokerto sebesar 130.196 jiwa

(2014), maka nilai Fcs = 0,83 (Lampiran 21, formulir SIG 4).

b) Faktor penyesuaian tipe lingkungan jalan, hambatan samping, dan kendaraan

tak bermotor (FSR), dapat ditentukan dengan menggunakan tabel 2.7. dengan

PUM total = 0.01, tingkat hambatan samping rendah dan tipe lingkungan jalan

Page 13: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

58

komersial serta tipe fase terlawan, maka didapatkan FSR = 0.95 (Lampiran 21,

formulir SIG 4).

c) Faktor penyesuaian kelandaian (FG) karena persimpangan ini tidak ada tanjakan

atau turunan maka nilainya = 0, sehingga FG dapat ditentukan menggunakan

kurva pada grafik 2.2. sebesar 1,00 (Lampiran 21, formulir SIG 4).

d) Faktor penyesuaian untuk pengaruh parkir dapat dilihat dari grafik 2.3, dengan

WA = 6.00 maka didapatkn FP = 1.00 (Lampiran 21, formulir SIG 4).

e) Faktor penyesuaian belok kanan (FRT) dapat ditentukan sebagai fungsi dari

rasio kendaraan belok kanan PRT. Untuk pendekat tipe P, tanpa median, jalan

dua arah, lebar efektif ditentukan oleh lebar masuk. Faktor penyesuaian belok

kanan (FRT) dapat dihitung dengan rumus:

FRT = 1,0 + PRT x 0,26

Faktor penyesuaian belok kiri (FLT), dapat dihiting dengan rumus sebagai

berikut:

FLT = 1,0 - PLT x 0,16

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Karena arus berangkat pada pendekat terlawan (Tipe O) pada umumnya lebih

lambat, maka tidak dipergunakan penyesuaian untuk pengaruh rasio belok kiri.

4.5.3 Nilai Arus Jenuh yang Disesuaikan

Nilai arus jenuh yang disesuaikan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

S = S0 x FCS x FSF x FG x FP x FRT x FLT

Page 14: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

59

Contoh perhitungan:

S = 3080 x 0.83 x 0.95 x 1.00 x 1.00 x 1.00 x 1.00 = 28.58

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Dari hasil perhitungan faktor penyesuaian, diperoleh nilai rasio arus (FR) dan

nilai rasio fase. Nilai rasio arus (FR) dapat dihitung dengan rumus:

FR = Q

S

Contoh perhitungan:

FR = 851.20

2428.58 = 0.35

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Beri tanda rasio arus kritis (FRcrit). Rasio arus simpang (IFR) dapat dihitung

dengan menjumlahkan nilai-nilai FR yang dilingkari (FRcrit).

IFR = (FRcrit)

Contoh perhitungan:

IFR = 0.42 + 0.41 = 0.83

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Sedangkan rasio fase (PR) dapat dihitung rumus sebagai berikut:

PR = FR orit

IFR

Contoh perhitungan:

PR = 0.42

0.83 =0.50

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Page 15: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

60

4.5.4 Waktu Siklus dan Waktu Hijau

Waktu siklus sebelum penyesuaian (Cua), dapat dihitung dengan menggunakan

rumus:

Cua = (0,5 x LTI+5

I−FR)

Keterangan:

Cua : Waktu siklus pra penyesuaian sinyal (detik).

LTI : Total waktu hilang per siklus (detik).

IFR : Rasio arus simpang.

Contoh perhitungan:

Cua = (0,5 x 8+5

I−0.83) =98.82

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Waktu hijau dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

g = (Cua-LTI) x PRi

Contoh perhitungan:

g = (124.86-8) x 0.521 = 61

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Waktu siklus disesuaikan (c) dapat dihitung menggunakan perhitungan MKJI

dengan rumus sebagai berikut:

c = Σg + LTI

Contoh perhitungan:

c = 91+8 =99

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Page 16: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

61

4.6 Kapasitas (C)

Kapasitas untuk tiap lengan dihitung dengan rumus :

C = S x G

c

keterangan:

C : Kapasitas (smp/jam).

S : Arus jenuh (smp/jam).

G : Waktu hijau (detik).

c : Waktu siklus yang disesuaikan (detik).

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : C = 2428.58 x 46

99 = 1121.36

(Lampiran 23, formulir SIG 4).

Perhitungan sesuai kondisi existin : C = 2428.58 x 43

84 =1243.20

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

4.7 Perilaku Lalu Lintas

4.7.1 Derajat Kejenuhan (DS)

Derajat kejenuhan untuk masing-masing pendekat dapat dihitung dengan

menggunakan rumus:

DS = Q/C

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : DS = 2428.58

1243.20 = 0.68

(Lampiran 23, formulir SIG 4).

Page 17: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

62

Perhitungan sesuai kondisi existing: DS = 2428.58

1121.36 = 0.76

(Lampiran 21, formulir SIG 4).

Rasio hijau (GR), ditentukan menggunakan rumus:

GR= g/c

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : GR= 46

99 = 0.46 (Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing: GR= 43

84 = 0.51(Lampiran 22, formulir SIG 5).

4.7.2 Menghitung Jumlah Kendaraan Antri dan Panjang Antrian

Jumlah antrian dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Untuk DS>0,5:

NQ1 = 0,25 x C x [(DS − 1) + √(DS − 1)2 +8 x (DS−0,5)

C]

Untuk DS≤0,5:

NQ1 = 0

Dimana:

NQ : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya.

DS : Derajat kejenuhan.

GR : Rasio hijau.

C : Kapasitas (smp/jam).

Page 18: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

63

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI:

NQ1 = 0,25 x 1121.36 x [(0.76 − 1) + √(0.76 − 1)2 +8 x (0.76−0,5)

C]= 1.07

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing:

NQ1 = 0,25 x 1243.20x [(0.68 − 1) + √(0.68 − 1)2 +8 x (0.68−0,5)

C]= 0.68

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

NQ2 dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NQ2 = c x 1− GR

1−GR x DS x

Q

360

Dimana:

NQ2 : Jumlah smp yang dating selama fase merah.

DS : Derajat kejenuhan.

GR : Rasio Hijau.

c : Waktu siklus (det).

Qmasuk : Arus lalu lintas pada tempat masuk diluar LTOR (smp/jam).

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : NQ2 = 1121.36` x 1− 0.46

1−0.46 x 0.76 x

851.20

360= 19.36

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing :NQ2 =1243.20x 1− 0.51

1−0.51x 0.68 x

851.20

360=14.93

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

Page 19: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

64

Setelah didapatkan nilai NQ1 dan NQ2, maka jumlah kendaraan antri (NQ)

adalah:

NQ= NQ1 + NQ2

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : NQ= 1.07 + 19.36 = 20.43

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing : NQ= 0.58 + 14.89 = 15.51

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

Panjang antrian (QL) dihitung menggunakan rumus:

QL =𝑁𝑄𝑀𝐴𝑋 × 20

𝑊𝑀𝐴𝑆𝑈𝐾

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : QL =30 × 20

6 = 100

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing : QL =24 × 20

6 = 0.70

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

4.7.3 Menghitung Rasio Kendaraan (NS) dan Jumlah Kendaraan Henti (NSV).

Rasio kendaraan dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NS = 0,9 x NQ

Q x c x 3600

Dimana:

c : Waktu siklus (det).

Q : Arus lalu lintas (smp/jam).

Page 20: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

65

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : NS = 0,9 x 20.43

851.20x 99 x 3600 = 0.79

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing : NS = 0,9 x 15.51

851.20 x 84 x 3600 = 0.70

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

Kendaraan terhenti dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

NSSV= Q x NS (smp/jsm)

Dimana:

Q : Arus lalu lintas.

NS : Angka henti rata-rata.

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : NSSV= 851.20 x 0.79 = 670

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing : NSSV= 851.20 x 0.70 = 598

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

4.7.4 Menghitung Tundaan (D)

Tundaan lalu lintas (DT) dapat dihitung dengan rumus:

DT = c x A + NQ1 x 3600

C

Dimana:

DT : Tundaan lalu lintas rat-rata (det/smp).

C : Waktu siklus yang disesuaikan (det).

Page 21: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

66

A : 0,5 x (1−GR)2

(1−GR x DS)

GR : Rasio hijau.

DS : Derajat kejenuhan.

NQ1 : Jumlah smp yang tersisa dari fase hijau sebelumnya.

C : Kapasitas (smp/jam).

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : DT = 99 x 0.22 + 1.07 x 3600

1121.36 = 22.47

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing : DT = 84 x 0.18 + 0.58 x 3600

1243.20 = 17.10

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

Tundaan geometri rata-rata masing-masing pendekatan (DG) dihitung dengan

rumus sebagai berikut:

DG = (1-PSV) x PT x 6 x (PSV x 4)

Dimana:

DG : Tundaan geometri rata-rata untuk pendekat j (det/smp).

PSV : Rasio kendaraan terhenti pada pendekat.

PT : Rasio kendaraan berbelok pada pendekat.

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : DG = (1-0.79) x 0.08 x 6 x (0.79x 4) = 3.26

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing : DG = (1-0.70) x 0.08 x 6 x (0.70 x 4) = 2.96

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

Page 22: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

67

Tundaan rata-rata dapat dihitung menggunakan rumus:

D = DT + DG

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : D = 25.47 + 3.26 = 28.72

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing : D = 17.10 + 2.96 = 20.06

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

Tundaan rata-rata seluruh simpang (D) dihitung menggunakan rumus:

D simpang = (𝑄𝑥𝐷)

𝑄𝑇𝑂𝑇𝐴𝐿

Contoh perhitungan:

Perhitungan sesuai MKJI : D simpang = 132041

3848 = 34.32

(Lampiran 24, formulir SIG 5).

Perhitungan sesuai kondisi existing : D simpang = 234478

3848 = 60.94

(Lampiran 22, formulir SIG 5).

Page 23: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

68

4.8 Rekapitulasi Hasil Analisa Kinerja Simpang Besinyal

Berdasarkan dari hasil survey simpang kondisi eksisting, perhitungan disajikan

dalan formulir SIG (lampiran), didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.8. Rekapitulasi hasil analisa kinerja simpang kondisi eksisting pada hari

Rabu tanggal 4 Juni 2014.

Jam

Puncak

Kode

Pendekat c DS

QL

(m) D rata-rata LOS

Siang

Utara 84 0.68 79.68 19.92 C

Selatan 84 0.88 116.24 27.87 D

Timur 84 1.02 227.53 130.48 F

Barat 84 1.03 237.98 143.79 F

Barat Laut 84 0.00 57.49 2.19 A

Sore

Utara 84 0.74 89.55 21.88 C

Selatan 84 0.85 107.92 25.69 D

Timur 84 0.95 146.22 68.52 F

Barat 84 0.98 16828 83.94 F

Barat Laut 84 0.00 68.67 2.19 A

Sumber: Hasil analisa data.

Tabel 4.9. Rekapitulasi hasil analisa kinerja simpang kondisi eksisting pada hari

Sabtu tanggal 7 Juni 2014.

Jam

Puncak

Kode

Pendekat c DS

QL

(m) D rata-rata LOS

Siang

Utara 84 0.68 79 20.06 C

Selatan 84 0.81 96 24.09 C

Timur 84 1.02 207 120.54 F

Barat 84 1.05 260 165.53 F

Barat Laut 84 0.00 68 2.19 A

Page 24: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

69

Sore

Utara 84 0.72 84 21.15 C

Selatan 84 0.79 94 22.78 C

Timur 84 0.96 150 71.16 F

Barat 84 0.93 131 58.78 E

Barat Laut 84 0.00 62 2.19 A

Sumber: Hasil analisa data.

Simpang bersinyal By Pass mojokerto kondisi eksisting diatur dengan dua Fase,

waktu siklus 84 detik, waktu hilang 8 detik, didapatkan analisa kinerja pada hari kerja

(Hari Rabu tanggal 04 Juni 2014) kondisi lalu lintas paling jenuh terjadi pada jam

puncak pagi dengan tingkat pelayanan berkisar antara D dan F. Hal tersebut terlihat

pada besarnya nilai tundaan dan panjang antrian pada masing-masing lengan.

Sedangkan analisa kinerja pada akhir pekan (Hari Sabtu tanggal 07 Juni 2014)

kondisi arus lalu lintas paling jenuh terjadi pada jam puncak siang dengan tingkat

pelayanan F.

Dari hasil perhitungan MKJI dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.10. Rekapitulasi hasil analisa kinerja simpang perhitungan menurut MKJI

pada hari Rabu tanggal 4 Juni 2014.

Jam

Puncak

Kode

Pendekat c DS

QL

(m) D rata-rata LOS

Pagi

Utara 117 0.71 109.03 52.21 E

Selatan 117 0.92 167.12 69.58 F

Timur 117 0.91 168.62 84.41 F

Barat 117 0.92 169.86 87.25 F

Barat Laut 117 0.00 67,40 2.12 A

Sore Utara 93 0.78 104.02 27.22 D

Page 25: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

70

Selatan 93 0.89 128.35 33.56 D

Timur 93 0.87 123.79 42.28 E

Barat 93 0.89 133.23 46.06 E

Barat Laut 93 0.00 60.17 2.05 A

Sumber: Hasil analisa data.

Tabel 4.11. Rekapitulasi hasil analisa kinerja simpang perhitungan menurut MKJI

pada hari Sabtu tanggal 7 Juni 2014.

Jam

Puncak

Kode

Pendekat c DS

QL

(m) D rata-rata LOS

Siang

Utara 99 0.76 100 28.72 D

Selatan 99 0.90 128 37.70 D

Timur 99 0.87 132 41.68 E

Barat 99 0.90 144 46.94 E

Barat Laut 99 0.00 70 1.95 A

Sore

Utara 77 0.80 88 25.63 D

Selatan 77 0.87 100 28.76 D

Timur 77 0.87 108 37.68 D

Barat 77 0.85 100 34.62 D

Barat Laut 77 0.00 56 2.04 A

Sumber : Hasil analisa data.

Dari hasil perhitungan MKJI didapatkan nilai derajat kejenuhan yang lebih

rendah dari perhitungan kondisi eksisting, dan tundaan rata-rata simpang menurun,

namun pada perhitungan MKJI menghasilkan waktu siklus yang lebih panjang.

Waktu siklus yang panjang mempengaruhi kapasitas pada simpang, sehingga dapat

menurunkan derajat kejenuhan dan mengurangi panjang tundaan.

Page 26: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

71

Dari analisa perhitungan kondisi existing maupun perhitungan MKJI, nilai

derajat kejenuhan (DS) yang didapatkan masi terlalu tinggih dan nilai tundaan yang

didapat masih terlalu besar dan belum memenuhi kriteria (DS < 0,75).

4.9 Alternatif Perbaikan Simpang

Berdasarkan analisa yang telah dilakukan pada kondisi existing nilai derajat

kejenuhan tinggih (DS≤ 0,75), untuk mengurangi derajat kejenuhan, tundaan dan

meningkatkan tingkat pelayanan, maka dibutuhkan beberapa alternatif.

4.9.1 Alternatif I

Tabel 4.12. Hasil perhitungan metode MKJI analisa kinerja simpang 2 Fase

Kode

Pendekat c DS QL D rata-rata LOS

Utara 99 0.76 100 28.72 D

Selatan 99 0.90 128 37.70 D

Timur 99 0.87 132 41.68 E

Barat 99 0.90 144 46.94 E

Barat Laut 99 0.00 70 1.95 A

Sumber: Hasil analisa data.

Berdasarkan perhitungan alternatif I dengan pegaturan 2 fase – hijau awal

didapatkan nilai waktu siklus sebesar 99 detik, dengan waktu hijau (g) pada lengan

Utara = 46 detik, lengan Selatan = 46 detik, lengan Timur = 45 detik, lengan Barat =

45 detik, lengan Barat Laut = 45 detik, dan terdapat hijau awal pada lengan Timur

dan Barat dengan waktu hijau = 45 detik. Alternatif 1 didapatkan nilai DS lebih

rendah dari analisa kinerja existing, namun masih lebih besar dari 0,75 dan

menghasilkan nilai tingkat pelayanan E pada lengan Timur dan lengan Barat.

Page 27: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

72

4.9.2 Alternatif II (2 Fase dengan pengalihan arus)

Tabel 4.13. Hasil perhitungan analisa kinerja simpang 2 Fase dengan pengalihan arus

(tidak oleh belok kanan)

Kode

Pendekat c DS QL D rata-rata LOS

Utara 78 0.74 77 24.19 C

Selatan 78 0.87 102 31.62 D

Timur 78 0.82 101 28.78 D

Barat 78 0.85 108 31.27 D

Barat Laut 78 0.00 58 3.01 A

Sumber : Hasil analisa data.

Berdasarkan perhitungan alternatif II dengan pengaturan 2 fase dengan

memberlakukan peraturan tidak boleh belok kanan pada lengan utara dan selatan,

didapatkan nilai waktu siklus sebesar 78 detik, dengan waktu hijau (g) pada lengan

Utara = 32 detik, lengan Selatan = 32 detik, lengan Timur = 38 detik, lengan Barat =

38 detik, lengan Barat Laut = 38 detik, dan Barat = 38 detik. Alternatif II didapatkan

nilai DS lebih rendah dari analisa kinerja existing, namun masih lebih besar dari 0,75

dan telah meningkatkan nilai tingkat pelayanan menjadi D (D<40 det/smp).

Page 28: BAB IV Pembahasan Analisa Kinerja Simpang Bersinyal

73

4.9.3 Alternatif III (2 Fase dengan pengalihan arus dan pelebaran geometrik)

Tabel 4.14. Hasil perhitungan analisa kinerja simpang 2 Fase dengan pengalihan arus

(tidak boleh belok kanan) dan pelebaran geometrik

Kode

Pendekat c DS QL D rata-rata LOS

Utara 80 0.64 70 19.92 C

Selatan 80 0.75 89 22.71 C

Timur 80 0.74 78 26.71 D

Barat 80 0.76 82 27.86 D

Barat Laut 80 0.00 63 3.11 A

Sumber : Hasil analisa data.

Berdasarkan perhitungan alternatif III dengan pengaturan 2 fase dengan

memberlakukan peraturan tidak boleh belok kanan pada lengan utara dan selatan,

didapatkan nilai waktu siklus sebesar 78 detik, dengan waktu hijau (g) pada lengan

Utara = 38 detik, lengan Selatan = 38 detik, lengan Timur = 34 detik, lengan Barat =

34 detik, lengan Barat Laut = 34 detik, dan Barat = 34 detik. Alternatif II didapatkan

nilai DS yang rendah dan telah meningkatkan nilai tingkat pelayanan menjadi D

(D<40 det/smp).

4.9.4 Alternatif IV (Perubahan fase menjadi 3 fase)

Bardasarkan perhitungan alternatif III dengan pegaturan ulang menjadi 3 fase –

hijau awal didapatkan nilai waktu siklus yang sangat tinggih atau negatif (Lampiran

45, formulir SIG4). Hal ini disebabkan karena nilai (FRcrit) lebih dari 1 yang

menandakan bahwa simpang tersebut lewat jenuh. Maka dapat disimpulkan bahwa

perubahan fase menjadi 3 fase tidak dapat digunakan.