Upload
muhammad-dhani-ramdlani-p
View
154
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
IMPLEMENTASI DAN UJI COBA
IV.1 Implementasi Interface
Setelah proses pembuatan interface selesai dilakukan, interface dipasang
pada mobil penulis untuk kemudian diuji coba kinerjanya. Untuk pemasangan
sistem minimum yang telah dibuat, penulis memilih tempat penyimpanan di
konsol tengah dashboard mobil yang dilubangi dan dilapis oleh acrylic untuk
memudahkan pengawasan terhadap interface tersebut.
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 4.1 (a), (b) dan (c) : Lokasi Interface
Gambar 4.1 (d) : Interface pada malam hari
Untuk pemasangan LCD dan LED, penulis memilih tempat didepan
indikator pada dashboard dengan pertimbangan jarak yang lebih dekat sehingga
dapat dengan mudah terbaca walaupun pada siang hari.
(a)
(b)
Gambar 4.2 (a) dan (b) : Tempat Pemasangan LCD dan LED
Sebelum memilih tempat didepan indikator tersebut penulis sempat
mencoba memasang LED pada konsol tengah disamping switch catu daya
interface namun kurang jelas terlihat ketika sedang mengemudi, selain itu LCD
sempat dipasang di pojok kanan atas dashboard dan penulis mendapatkan
kesulitan pembacaan tulisan pada LCD tersebut terutama pada siang hari
dikarenakan besarnya distorsi cahaya dari bagian luar mobil.
(a)
(b)
Gambar 4.3 : (a) Tampilan LCD; (b) Tampilan LCD dan LED
Input untuk sumber bacaan ADC yang akan diolah dan ditampilkan pada
LCD diambil dari masing – masing jalur kabel sensor yang bersangkutan, penulis
menggunakan jalur kabel pada ECU untuk diambil datanya.
(a)
(b)
Gambar 4.4 (a) dan (b) : Masukan Bagi Interface
Pada masing – masing kabel, penulis menambahkan sebuah dioda
sebagai penyearah arus untuk mencegah terjadinya arus balik dari mikrokontroler
menuju ECU. Pada awal pemasangan sebelum penulis menambahkan dioda pada
masing – masing kabel tersebut, penulis sempat mengalami engine stall ketika
catu daya interface dimatikan. Setelah diperiksa ternyata ada tegangan balik dari
interface kepada ECU dimana interface mengirimkan tegangan 0 volt atau ground
kepada ECU sehingga proses dalam ECU terganggu. Setelah dilakukan
pemasangan dioda, gangguan mesin akibat catu daya interface dimatikan tidak
terjadi lagi.
IV.2 Uji Coba Interface
Setelah proses pemasangan interface selesai, penulis melakukan uji coba
sistem yang telah dibuat. Pengujian dilakukan pada saat mesin menyala dan mobil
tidak bergerak hingga ketika mobil sedang dijalankan. Pengujian ini bertujuan
untuk meyakinkan apakah sistem telah berjalan dengan baik atau tidak.
IV.2.1 Engine Start Procedure
Pada awal saat akan menghidupkan mesin, ECU membutuhkan
waktu sekitar lima detik sebelum mesin dapat dinyalakan. Selama waktu
tersebut ECU mengirimkan bahan bakar kepada injektor yang dibutuhkan
untuk menyalakan mesin dan untuk memeriksa suhu mesin sebelum mesin
dinyalakan, apabila mesin dinyalakan pada selang waktu tersebut maka
dalam jangka waktu yang panjang mesin bisa menjadi tidak normal.
Untuk mengantisipasi kerusakan mesin karena kesalahan tersebut,
penulis memasukan program start procedure agar apabila mobil sedang
dipergunakan oleh orang lain dapat mencegah orang tersebut menyalakan
mesin sebelum ECU selesai mensuplai bahan bakar kepada injektor.
Setelah waktu lima detik tersebut terlewati, LCD akan
menginformasikan bahwa mesin sudah dapat dinyalakan diiringi dengan
menyalanya sebuah LED berwarna hijau.
Gambar 4.5 : Informasi Start Procedure
IV.2.2 Temperatur
Pada mesin mobil, temperatur adalah salah satu bagian yang sangat
vital. Karena ketika temperatur mesin tidak normal, kerusakan pada mesin
pun akan terjadi baik kerusakan besar maupun kerusakan kecil.
Ketika mesin masih dalam kondisi dingin kira – kira dengan suhu
dibawah 60 oC campuran bahan bakar akan diperkaya oleh ECU untuk
menjaga performa mesin agar tetap optimal, namun ini berarti konsumsi
bahan bakar menjadi lebih boros dan tidak efisien. Selain itu ketika mesin
masih dalam kondisi dingin, oli belum mencapai suhu ideal untuk bekerja
secara normal sehingga komponen dalam mesin menjadi rentan terhadap
kerusakan. Sama halnya ketika mesin mengalami panas berlebih atau
overheat, campuran bahan bakar akan diperkaya oleh ECU untuk
mengurangi panas yang terjadi dalam ruang bakar mesin. Namun
penambahan pasokan bahan bakar ketika mesin mengalami overheat ini
tidak begitu efektif untuk jangka waktu yang lama, oleh karena itu ketika
mesin mengalami overheat sebisa mungkin pengemudi segera melakukan
tindakan baik itu menghentikan kendaraan dan mematikan mesin ataupun
segera menepi di bengkel terdekat.
Untuk memantau hal ini, selain disediakan informasi pada LCD
penulis juga menambahkan fitur berupa LED sesuai dengan kondisi suhu
mesin. Dimana ketika mesin masih dingin dibawah 60 oC maka LED
berwarna biru akan menyala, dan ketika mesin mengalami panas berlebih
diatas 150 oC maka LED berwarna kuning akan menyala. Ketika suhu
mesin normal tidak ada led yang menyala.
Gambar 4.6 : Kondisi Suhu Mesin Normal
Gambar 4.7 : Suhu Mesin Dingin
Gambar 4.8 : Suhu Mesin Panas
Pada pengukuran temperatur melalui masukan dari Engine Coolant
Temperature Sensor ini penulis menemukan error yang disebabkan oleh
debit air pendingin mesin yang melalui saluran dimana ECT ini terpasang,
sehingga seringkali pada saat ECT terlewati oleh gelembung udara yang
memiliki temperatur lebih rendah dibandingkan dengan air pendingin
bacaan pada sensor pun berubah menjadi lebih dingin untuk waktu yang
singkat. Hal ini bisa terjadi karena saluran air pendingin terkontaminasi
oleh udara yang masuk melalui klep tutup radiator yang membuka ketika
suhu mesin mulai beranjak naik, selain itu adanya kebocoran pada saluran
pendingin juga bisa menjadi penyebab masuknya udara pada sirkulasi air
radiator ini. Setelah melakukan perbincangan dengan mekanik, ternyata
error tersebut wajar terjadi karena hampir setiap mobil mengalami
kontaminasi angin tersebut dan ECU memiliki toleransi untuk mengatasi
turunnya suhu tersebut.
IV.2.3 Tekanan Udara
Besarnya tekanan udara yang masuk kedalam mesin dari saluran
udara berdampak pada suplai bahan bakar, seiring dengan bertambahnya
kecepatan kendaraan bertambah pula debit udara yang masuk mesin.
Selain karena kecepatan, tekanan udara juga dipengaruhi oleh kondisi
mobil sedang berakselerasi atau deselerasi. Ketika mobil berakselerasi
dengan tiba – tiba seperti contoh akan menyusul kendaraan lain, udara
dipaksa masuk kedalam mesin oleh vacuum yang terjadi didalam mesin.
Berakselerasi secara tiba – tiba dalam jangka waktu yang lama
berpengaruh terhadap konsumsi bahan bakar, sehingga penggunaan bahan
bakar menjadi lebih boros. Hal ini karena suplai bahan bakar diperbanyak
ketika tekanan menjadi besar, sedangkan kecepatan mobil meningkat
secara bertahap. Lain halnya apabila mobil sedang berada pada kecepatan
tinggi di jalan bebas hambatan, tekanan udara yang masuk besar namun
kecepatan mobil pun tinggi sehingga penggunaan bahan bakar sesuai
dengan kebutuhan.
Penulis memasukan proses pembacaan tekanan udara untuk
membantu mengatur konsumsi bahan bakar ketika sedang mengemudi
dengan menjaga tekanan yang terjadi pada saluran udara, besarnya tekanan
yang masuk mesin ini dalam satuan Kilogram per Sentimeter Persegi
(Kg/Cm2)
Gambar 4.9 : Informasi Tekanan Udara
Dalam pengujian ini, penulis mencoba mengendarai mobil pada
beberapa kondisi. Diantaranya adalah saat mesin sedang idle, kecepatan
rendah, kecepatan tinggi hingga akselerasi dan deselerasi secara
mendadak. Dari pengujian tersebut penulis mendapatkan hasil sebagai
berikut :
1. Pada saat mobil diam dan mesin idle, tekanan yang terjadi
berkisar antara 0,1 – 0,6 Kg/Cm2
2. Pada saat mobil dikendarai dengan kecepatan rendah sekitar 40
– 60 Km/jam, tekanan yang terjadi berkisar antara 0,4 – 1,3
Kg/Cm2
3. Saat mobil dikendarai pada kecepatan tinggi sekitar 80 – 160
Km/jam, tekanan yang terjadi antara 1,2 – 2,5 Kg/Cm2
4. Saat mobil berakselerasi secara keras, tekanan berkisar antara
2,4 – 2,8 Kg/Cm2
5. Pada saat deselerasi, tekanan berada pada angka 0,3 – 0,5
Kg/Cm2
Perbedaan nilai terjadi karena kondisi lalu lintas yang berbeda, baik
itu padat atau lenggang. Sedangkan pada saat berdeselerasi tekanan
menurun dengan drastis karena throttle position tertutup sehingga udara
dari saluran masuk tidak dapat menuju mesin. Maka dari itu pada saat
deselerasi, konsumsi bahan bakar mencapai titik paling irit karena suplai
bahan bakar dikurangi secara drastis dan diberikan hanya untuk menjaga
mesin tetap menyala.
IV.2.4 Throttle Position
Throttle Position memiliki sudut bukaan antara 0,4o – 90o
tergantung pada seberapa dalam pedal gas diinjak, pada saat pedal gas
tidak diinjak sudut bukaan throttle ini berkisar antara 0,4o – 1o dan pada
saat diinjak penuh berada pada angka 88o – 90o.
Fungsi dari throttle position ini adalah untuk menentukan seberapa
besar udara yang akan dihisap oleh mesin. Selain itu throttle position
berpengaruh terhadap kecepatan mobil dan konsumsi bahan bakar.
Pada pengujian ini, penulis menginjak pedal gas saat mobil diam.
Ketika pedal tidak ditekan, keluaran yang tertulis adalah 0,4o – 1o. Saat
pedal gas ditekan setengah, LCD menampilkan angka 40o – 60o. Dan saat
pedal gas ditekan penuh penulis mendapatkan angka 83o – 90o.
Gambar 4.10 : Informasi Sudut Bukaan TPS
Berdasarkan hasil pengujian, ditemukan tingkat kesalahan sekitar 10%
pada proses pembacaannya. Diantaranya ketika membaca temperatur dan sudut
throttle. Kesalahan pada bacaan temperatur disebabkan oleh terlewatinya sensor
suhu pada mesin oleh udara yang berada pada saluran air pendingin, sehingga
ketika sensor terlewati udara bacaan temperatur pun menjadi lebih dingin dari
semestinya. Sementara pada pembacaan sudut throttle kesalahan terjadi karena
putaran mesin yang tidak stabil ketika idle, sehingga dengan kondisi itu ECU
menerima masukan yang sedikit berbeda dengan kondisi yang sebenarnya namun
masih dalam batas toleransi karena perbedaannya tidak lebih dari 2o.