Upload
lehanh
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
63
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pengumpulan data pada
penelitian ini menggunakan instrumen kuesioner yang dikirim langsung .
Responden dalam dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah Dasar Negeri dan
Kepala Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kabupaten Tangerang yang mendapat
program bantuan BOS. Jumlah kuesioner yang dikirimkan sebanyak 103 buah. Dari
103 kuesioner yang dikirimkan kepada seluruh responden dapat dibuat ikhtisarnya
sebagai berikut :
1. Jumlah keseluruhan kuesioner yang dikirimkan........ 103 kuesioner.
2. Jumlah yang diharapkan diterima responden............. 100 kuesioner.
3. Jumlah kuesioner yang tidak bisa dipakai................ 5 kuesioner.
4. Jumlah kuesioner yang bisa dipakai......................... 95 kuesioner.
4.2. Analisa Deskriptif.
Hasil penelitian ini dianalisis secara deskriptif dan kuantitatif. Analisis
deskriptif dilakukan dengan cara mendeskripsikan setiap butir pertanyaan, yang
bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai variabel-variabel yang diteliti.
Sedangkan analisis kuantitatif dilakukan dengan menggunakan formula statistika,
yakni mencakup koefisien korelasi, koefisien determinasi, uji t/uji F dan regresi.
Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa kuat pengaruh dan besarnya kontribusi
variabel bebas terhadap variabel tidak bebas.
64
Dari 95 responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini, dapat disajikan
deskripsi data responden berdasarkan jenis kelamin, masa kerja, dan jabatan.
4.2.1. Profil Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Profil responden berdasarkan jenis kelamin diperlihatkan pada Tabel 4.1. dari
95 responden yang terlibat dalam penelitian ini, mayoritas responden berjenis
kelamin laki-laki yaitu dengan jumlah sebanyak 43 responden, atau dengan
mendapatkan nilai persentasi sebesar 69%. Sedangkan sisanya adalah responden yang
berjenis kelamin perempuan yaitu dengan jumlah sebanyak 19 responden atau
nilai persentasinya sebesar 31%.
Tabel 4.1
Jenis Kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
1 Laki-laki 59 62%
2 Perempuan 36 38%
Total 95 100%
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
4.2.2. Usia
Berdasarkan usia seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.2. sebagian besar
responden berusia 51-60 tahun yaitu sebanyak 38 responden, atau dengan
memperoleh nilai persentasi sebesar 40%, penilaian terbanyak kedua berdasarkan
faktor usia ini berada pada usia 41-50 tahun sebanyak 32 responden atau sebesar
34%, penilaian terbanyak ketiga usia 31-40 tahun sejumlah 19 responden atau dengan
memperoleh nilai persentasi sebesar 20%, penilaian terbanyak keempat usia > 60
tahun sejumlah 6 responden atau dengan memperoleh nilai persentasi sebesar 6%,
65
Tabel 4.2
Usia
No Usia Frekuensi Persentase
1 31 – 40 tahun 19 20
2 41 – 50 tahun 32 34
3 51 – 60 tahun 38 40
4 > 60 tahun 6 6
Total 95 100%
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
4.2.3. Pendidikan
Berdasarkan pendidikan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 4.3.
sebagian besar responden telah memiliki penddikan S1 yaitu sebanyak 49
responden, atau dengan memperoleh nilai persentasi sebesar 52%, penilaian
terbanyak kedua berdasarkan faktor pendidikan ini berada pada pendidikan D3 yaitu
sebanyak 24 responden atau sebesar 25%, dan pendidikan S2 yaitu sebanyak 22
responden, atau dengan memperoleh nilai persentasi sebesar 23%.
Tabel 4.3
Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persentase
1 D3/Akademi 24 25
2 Sarjana (S1) 49 52
3 Pasca Sarjana (S2) 22 23
Total 95 100%
Sumber: Hasil Penelitian, 2009
66
4.3. Deskripsi Variabel Penelitian
Berikut ini disajikan jawaban responden untuk setiap pertanyaan pada
masing-masing variabel penelitian. Jawaban yang diperoleh dianalisis secara
deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi Komitmen Organisasi. Analisis desksriptif selengkapnya
disajikan sebagai berikut:
4.3.1. Motivasi Kerja
Sebagai gambaran untuk mengetahui Motivasi Kerja, berikut ini disajikan
rekapitulasi hasil jawaban responden untuk masing-masing pertanyaan yang
diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden
Motivasi Kerja
No Pertanyaan
Jawaban
SS S RR TS STS
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1
Saya memiliki motivasi yang sangat tinggi untuk menuntaskan berbagai tugas yang diberikan kepada saya 8 8.42 45 47.37 38 40 4 4.21 0 0
2 Saya ingin sekali agar pekerjaan yang saya lakukan selalu berhasil 12 12,63 62 65.26 17 17.89 4 4.21 0 0
3 Hasil pekerjaan yang baik tidak luput dari adanya penilaian pimpinan 12 12,63 64 67.37 15 15.79 4 4.21 0 0
4 Saya puas dengan berbagai kesuksesan kerja saya 5 5.26 63 66.32 25 26.32 2 2.11 0 0
5 Saya mendapatkan penghargaan dalam pekerjaan sehingga membuat kepuasan tersendiri 1 1.05 66 69.47 26 27.37 2 2.11 0 0
67
6 Pimpinan selalu memberikan pengakuan atas hasil pekerjaan saya 24 25.26 47 49.47 22 23.16 2 2.11 0 0
7 Setiap orang yang melakukan pekerjaan dengan sukses akan merasakan nilai tambah bagi kinerjanya 11 11,58 65 68.42 15 15.79 4 4.21 0 0
8 Upah yang besar mendorong motivasi kerja saya 8 8.42 54 56.84 27 28.42 6 6.32 0 0
9 Saya merasa aman bekerja dilembaga saya 12 12,63 44 46.23 39 41.05 0 0.00 0 0 Sumber: Data diolah
Dari rekapitulasi jawaban responden dalam tabel 4.4 di atas terlihat
sebagian besar jawaban responden untuk setiap pertanyaan dalam variabel
Motivasi Kerja adalah setuju (S). Aspek-aspek Motivasi Kerja yang telah
dinilai baik terutama: (1) Pimpinan selalu memberikan pengakuan atas hasil
pekerjaan saya.(2) Hasil pekerjaan yang baik tidak luput dari adanya penilaian
pimpinan. (3) Setiap orang yang melakukan pekerjaan dengan sukses akan
merasakan nilai tambah bagi kinerjanya. (4) Saya ingin sekali agar pekerjaan yang
saya lakukan selalu berhasil. (5) Saya puas dengan berbagai kesuksesan kerja saya.
(6) Saya merasa aman bekerja di lembaga saya. (7) Saya mendapatkan penghargaan
dalam pekerjaan sehingga membuat kepuasan tersendiri. (8) Upah yang besar
mendorong motivasi kerja saya. (9) Saya memiliki motivasi yang sangat tinggi
untuk menuntaskan berbagai tugas yang diberikan kepada saya
.
68
4.3.2. Budaya Organisasi
Sebagai gambaran untuk mengetahui Budaya Organisasi, berikut ini
disajikan rekapitulasi hasil jawaban responden untuk masing-masing pertanyaan
yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.
Tabel 4.5
Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden
Budaya Organisasi
No Pertanyaan
Jawaban
SS S RR TS STS
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Pegawai diberi keleluasaan mengemukakan pendapat 5 5,26 58 61,05 30 31,58 2 2,11 0 0
2 Ide-ide pegawai diakomodasi dalam forum rapat 1 1,05 64 67,37 28 29,47 2 2,1 0 0
3 Pegawai yang memiliki ide bagus diberi penghargaan khusus 24 25,26 45 47,37 25 41,9 1 1,61 0 0
4 Pegawai diberi kebebasan berbeda pendapat 8 8,42 75 78,95 9 9,47 3 3,16 0 0
5 Risiko merupakan konsekuensi logis dari suatu pekerjaan atau jabatan 2 2.11 75 78,95 15 15.79 3 3,16 0 0
6 Pegawai diberikan otonomi untuk bertanggung jawab terhadap tugasnya 6 6,32 60 63,16 29 30,53 0 0 0 0
7 Pimpinan ikut bertanggung jawab atas pekerjaan yang dilakukan bawahannya 17 17,89 39 41,05 38 40 1 1,05 0 0
8 Pimpinan menekankan pentingnya koordinasi antar Pegawai 23 24,21 48 50,53 24 25,26 0 0 0 0
9 Kerja tim diutamakan dalam menyelesaikan gugus tugas tertentu 11 11,58 76 80 8 8,42 0 0 0 0
Dari rekapitulasi jawaban responden dalam tabel 4.5 di atas terlihat
sebagian besar jawaban responden untuk setiap pertanyaan dalam variabel
Budaya Organisasi adalah setuju (S). Aspek-aspek Budaya Organisasi yang telah
69
dinilai baik terutama: (1) Kerja tim diutamakan dalam menyelesaikan gugus tugas
tertentu. (2) Pimpinan menekankan pentingnya koordinasi antar Pegawai. (3)
Pegawai yang memiliki ide bagus diberi penghargaan khusus. (4) Pegawai diberi
kebebasan berbeda pendapat. (5) Risiko merupakan konsekuensi logis dari suatu
pekerjaan atau jabatan. (6), Pegawai diberikan otonomi untuk bertanggung jawab
terhadap tugasnya. (7). Pimpinan ikut bertanggung jawab atas pekerjaan yang
dilakukan bawahannya. (8). Pegawai diberi keleluasaan mengemukakan pendapat.
(9) Ide-ide pegawai diakomodasi dalam forum rapat.
4.3.3. Kepemimpinan
Sebagai gambaran untuk mengetahui kepemimpinan, berikut ini
disajikan rekapitulasi hasil jawaban responden untuk masing-masing
pertanyaan yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.
Tabel 4.6
Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden
Responsif atas Kepemimpinan
No Pertanyaan
Jawaban
SS S RR TS STS
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Pimpinan memberikan pengarahan kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas 5 5,26 63 66,32 15 15.79 12 12,63 0 0
2 Pimpinan memberikan dukungan kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas 4 4.21 52 54.74 30 31.58 9 9.47 0 0
3 Pimpinan memfasilitasi pemecahan masalah yang 13 13.68 31 32.63 51 53,68 0 0 0 0
70
dihadapi bawahan.
4 Pimpinan berusaha memonitor aktivitas kerja bawahan. 15 15.79 38 40 42 44,21 0 0 0 0
5 Pimpinan memberikan tanggung jawab penuh kepada bawahan dalam menunaikan tugas. 13 13.68 60 63.16 12 18.95 4 4.21 0 0
6
Pimpinan mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan kebijaksanaan 12 12,63 48 50,53 35 36,84 0 0 0 0
7 Pimpinan bersifat empati kepada bawahan 11 11,58 64 67,37 20 21,05 0 0 0 0
8 Pimpinan memberikan penghargaan kepada bawahan 4 4,21 52 54,74 30 31,58 9 9,47 0 0
Dari rekapitulasi jawaban responden dalam tabel 4.6 di atas terlihat
sebagian besar jawaban responden untuk setiap pertanyaan dalam variabel
kepemimpinan adalah setuju (S). Aspek-aspek responsif atas kepemimpinan yang
telah dinilai baik terutama : (1) Pimpinan bersifat empati kepada bawahan. (2)
Pimpinan memberikan tanggung jawab penuh kepada bawahan dalam menunaikan
tugas. (3). Pimpinan mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan kebijaksanaan.
(4) Pimpinan berusaha memonitor aktivitas kerja bawahan. (5) Pimpinan memberikan
pengarahan kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas. (6) Pimpinan memfasilitasi
pemecahan masalah yang dihadapi bawahan. (7) Pimpinan memberikan dukungan
kepada bawahan dalam pelaksanaan tugas. (8) Pimpinan memberikan penghargaan
kepada bawahan
71
4.3.4. Komitmen Organisasi
Sebagai gambaran untuk mengetahui responsif atas Komitmen Organisasi
berikut ini disajikan rekapitulasi hasil jawaban responden untuk masing-masing
pertanyaan yang diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner.
Tabel 4.7
Rekapitulasi Hasil Jawaban Responden Komitmen Organisasi
No Pertanyaan
Jawaban
SS S RR TS STS
Jml % Jml % Jml % Jml % Jml %
1 Saya mendukung budaya kerja yang berlangsung di kantor 17 17.89 35 36.84 43 45.26 0 0 0 0
2 Saya bekerja sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku di kantor. 19 20.00 54 56.84 22 23.16 0 0 0 0
3 Saya mengikuti nilai-nilai etis yang dikembangkan pimpinan dalam organisasi. 14 14.74 44 46.32 37 38.95 0 0 0 0
4 Saya berupaya keras untuk mewujudkan tujuan organisasi. 25 26.32 59 7.37 7 7.37 4 4.21 0 0
5
Saya berusaha seoptimal mungkin untuk mencapai hasil kerja yang sesuai dengan standar kualitas kantor. 21 22.11 65 68.42 5 5.26 4 4.21 0 0
6 Saya merasa nyaman menjadi bagian dari unit kerja yang sekarang. 23 24.21 53 55.79 19 20.00 0 0 0 0
7 Saya akan mengabdikan tenaga dan pikiran hanya untuk unit kerja yang sekarang. 30 31.58 45 47.37 19 20.00 1 1.05 0 0
72
8 Saya merasa berkewajiban untuk ikut mewujudkan tujuan organisasi. 12 12.63 44 46.32 39 41.05 0 0 0 0
Dari rekapitulasi jawaban responden dalam tabel 4.7 di atas terlihat sebagian
besar jawaban responden untuk setiap pertanyaan dalam variabel Komitmen
Organisasi adalah setuju (S). Aspek-aspek Komitmen Organisasi yang telah
dinilai baik terutama : (1) Saya berupaya keras untuk mewujudkan tujuan
organisasi. (2) Saya akan mengabdikan tenaga dan pikiran hanya untuk unit kerja
yang sekarang. (3) Saya berusaha seoptimal mungkin untuk mencapai hasil kerja
yang sesuai dengan standar kualitas kantor. (4) Saya merasa nyaman menjadi bagian
dari unit kerja yang sekarang. (5) Saya bekerja sesuai dengan ketentuan-ketentuan
yang berlaku di kantor.(6) Saya mengikuti nilai-nilai etis yang dikembangkan
pimpinan dalam organisasi. (7). Saya mendukung budaya kerja yang berlangsung di
kantor . (8). Saya merasa berkewajiban untuk ikut mewujudkan tujuan organisasi.
4.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas instrumen memiliki tujuan mengetahui sejauh mana ketepatan
dan kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Uji validitas
menggunakan rumus statistika Koefisien Korelasi Product Moment, sedangkan
untuk pengujian reliabilitas atas instrumen yang sama digunakan formula
Alpha Cronbach. Formula ini digunakan untuk melihat sejauh mana alat ukur dapat
memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali
terhadap gejala yang sama pada saat yang berbeda.
73
4.4.1. Motivasi Kerja
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Kerja
No. Pertanyaan r hitung r tabel (α = 0,05) Keterangan
1 0,531 0,202 Valid
2 0,622 0,202 Valid
3 0,611 0,202 Valid
4 0,567 0,202 Valid
5 0,540 0,202 Valid
6 0,433 0,202 Valid
7 0,626 0,202 Valid
8 0,476 0,202 Valid
9 0,340 0,202 Valid
Koefisien Alpha Cronbach 0,620 Reliabel
Sumber: Data diolah dengan SPSS 15
Dari hasil perhitungan di atas, terlihat untuk variabel Motivasi Kerja dari 9
pertanyaan, semua pertanyaan valid. Sementara untuk uji reliabilitas diperoleh
koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,620. Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh
terlihat cukup besar sehingga menunjukkan bahwa instrumen Motivasi Kerja adalah
reliabel.
74
4.4.2. Budaya Organisasi
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Budaya Organisasi
No. Pertanyaan r hitung r tabel
(α = 0,05) Keterangan
1 0,648 0,202 Valid 2 0,624 0,202 Valid
3 0,667 0,202 Valid
4 0,476 0,202 Valid
5 0,366 0,202 Valid
6 0,666 0,202 Valid
7 0,799 0,202 Valid
8 0.639 0,202 Valid
9 0,514 0,202 Valid
Koefisien Alpha
Cronbach 0,784 Reliabel
Sumber: Data diolah dengan SPSS 15
Dari hasil perhitungan di atas, terlihat untuk variabel Budaya Organisasi dari
9 pertanyaan, semua pertanyaan valid. Sementara untuk uji reliabilitas diperoleh
koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,738. Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh
terlihat cukup besar sehingga menunjukkan bahwa instrumen Budaya Organisasi
adalah reliabel.
75
4.4.3. Kepemimpinan
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kepemimpinan
No. Pertanyaan r hitung r tabel (α = 0,05) Keterangan
1 0,688 0,202 Valid
2 0,550 0,202 Valid
3 0,727 0,202 Valid
4 0,767 0,202 Valid
5 0,658 0,202 Valid
6 0,600 0,202 Valid
7 0,673 0,202 Valid
8 0,550 0,202 Valid
Koefisien Alpha Cronbach 0,813 Reliabel
Sumber: Data diolah dengan SPSS 15
Dari hasil perhitungan sebelumnya, terlihat untuk variabel Kepemimpinan
dari 8 pertanyaan, semua pertanyaan valid. Sementara untuk uji reliabilitas diperoleh
koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,813. Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh
terlihat cukup besar sehingga menunjukkan bahwa Kepemimpinan adalah reliabel.
76
4.4.4. Komitmen Organisasi
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Komitmen Organisasi
No. Pertanyaan r hitung r tabel (α = 0,05) Keterangan
1 0,785 0,202 Valid
2 0,435 0,202 Valid
3 0,696 0,202 Valid
4 0,564 0,202 Valid
5 0,411 0,202 Valid
6 0,622 0,202 Valid
7 0,594 0,202 Valid
8 0,584 0,202 Valid
Koefisien Alpha Cronbach 0,732 Reliabel
Sumber: Data diolah dengan SPSS 17
Dari hasil perhitungan di atas, terlihat untuk variabel Komitmen Organisasi
dari 8 pertanyaan, semua pertanyaan valid. Sementara untuk uji reliabilitas diperoleh
koefisien Alpha Cronbach sebesar 0,732. Nilai koefisien reliabilitas yang diperoleh
terlihat cukup besar sehingga menunjukkan bahwa Komitmen Organisasi adalah
reliabel.
4.5. Uji Asumsi Klasik
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier
berganda. Untuk dapat diperoleh model regresi yang terbaik, maka dibutuhkan sifat
tidak bias linier terbaik (BLUE/Best Linear Unbiased Estimator) dari penaksir atau
prediktor. Serangkaian uji dapat dilakukan agar persamaan regresi yang terbentuk
77
dapat memenuhi persyaratan BLUE ini, yaitu uji normalitas, uji multikolinieritas dan
uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data
mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng (bell shaped). Data yang baik adalah data yang mempunyai pola seperti
distribusi normal, yakni distribusi data tidak menceng kekiri atau menceng kekanan.
Pada penelitian kali ini menggunakan Metode Kolmogorov-Smirnov, menurut
Santoso (2003), pedoman pengambilan keputusan normal atau tidak sebuah distribusi
data:
a. Nilai signifikansi atau probabilitas < 0,05, distribusi adalah tidak
normal.
b. Nilai signifikansi atau probabilitas > 0,05, distribusi adalah normal.
Pengujian normalitas data dilakukan menggunakan One Sample Kolmogorov-
Smirnov Test dengan α = 5%. Hasil pengujian disajikan pada Tabel 4.12 berikut ini.
78
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
95 95 95 9533.6947 33.6526 26.0211 31.49472.59326 2.91646 3.24522 3.28398
.136 .116 .113 .103
.076 .116 .076 .083-.136 -.095 -.113 -.1031.329 1.128 1.105 1.008
.059 .157 .174 .261
NMeanStd. Deviation
Normal Parametersa,b
AbsolutePositiveNegative
Most ExtremeDifferences
Kolmogorov-Smirnov ZAsymp. Sig. (2-tailed)
Motivasi KerjaBudaya
OrganisasiKepemim
pinanKomitmenOrganisasi
Test distribution is Normal.a.
Calculated from data.b.
Sumber: Hasil Olah SPSS
Berdasarkan hasil pengujian terhadap kenormalan data pada tabel 4.12 di atas,
terlihat bahwa variabel Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan dan
Komitmen Organisasi memiliki nilai probabilitas lebih besar dari 0,05. Berdasarkan
hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal
4.5.2. Uji Multikolinieritas
Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui variabel bebas yang satu
tidak boleh mempunyai hubungan kuat atau berkorelasi tinggi dengan
variable bebas yang lainnya dalam suatu model (Santoso, 2003).Dalam uji
multikolinieritas ini ada 3 (tiga) variabel bebas yang diuji dari masing-masing
objek penelitian dan pengujian dilakukan dengan cara mendeteksi diantara seluruh
variabel, mana yang memiliki korelasi yang tinggi. Bila dari hasil pengujian dengan
VIF menunjukkan bahwa masing-masing variable bebas tersebut memiliki
79
Tolerance Value kurang dari 0,10 dan nilai VIF nya lebih dari 10, maka variabel
tersebut di eliminasi.
Tabel 4.13 Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
.708 1.413
.730 1.370
.774 1.292
Motivasi KerjaBudaya OrganisasiKepemimpinan
Model1
Tolerance VIFCollinearity Statistics
Dependent Variable: Komitmen Organisasia.
Sumber: Hasil Olah SPSS
Dari hasil pengujian multikolinieritas, terlihat bahwa masing-masing
variable bebas tersebut memiliki Tolerance Value lebil dari 0,10 dan nilai VIF
nya kurang dari 10, sehingga tidak ada variabel yang tereliminasi. sehingga semua
variabel bebas dapat dipakai untuk penelitian selanjutnya.
4.5.3. Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variasi residual tidak sama untuk semua
pengamatan. Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan
model karena varian gangguan berbeda antara satu observasi ke observasi lain. Untuk
mendeteksi adanya gejala Heteroskedastisitas digunakan grafik Scatter Plot. Hasil uji
Heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar grafik berikut :
80
Regression Standardized Predicted Value3210-1-2-3
Kom
itmen
Org
anis
asi
37.50
35.00
32.50
30.00
27.50
Scatterplot
Dependent Variable: Komitmen Organisasi
GAMBAR 4.1 UJI HOMOGENITAS
Berdasarkan grafik diatas, dapat diketahui bahwa titik-titik yang terbentuk
menyebar secara acak diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y, dan tidak
membentuk pola tertentu. Dengan demikian demikian model yang diajukan dalam
penelitian ini terbebas dari gejala Homogenitas.
81
4.6. Hasil Uji Statistik
Pengujian terhadap hipotesis penelitian bertujuan untuk membuktikan adanya
pengaruh antara Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, terhadap
Komitmen Organisasi. Pengujian dilakukan secara pooled data baik secara simultan
dan secara parsial terhadap masing-masing variabel penelitian.
4.6.1. Hasil Uji Regresi Berganda
Pengujian terhadap Hipotesis 1 bertujuan untuk membuktikan adanya
pengaruh secara simultan Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan,
terhadap Komitmen Organisasi.
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Regresi Berganda
ANOVAb
807.258 3 269.086 118.587 .000a
206.489 91 2.2691013.747 94
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Kepemimpinan, Budaya Organisasi, Motivasi Kerjaa.
Dependent Variable: Komitmen Organisasib.
Sumber: Hasil Olah SPSS
Berdasarkan hasil pengujian pada Tabel 4.14 di atas, pengujian secara
simultan menghasilkan p_value sebesar 0,000 lebih kecil dari level of significant 5%
(∝= 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara Motivasi Kerja, Budaya
Organisasi, Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasi tersebut secara populasi
dikatakan signifikan. Hal ini berarti pula hipotesis nol (Ho) ditolak, artinya
hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh antara Motivasi Kerja, Budaya
82
Organisasi, Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasi ditolak dan hipotesis
alternatif (Ha) diterima, maka Hipotesis didukung bukti empiris sehingga hipotesis
alternatif diterima.
4.6.2. Hasil Uji Regresi Sederhana
Pengujian regresi sederhana bertujuan untuk membuktikan adanya
pengaruh secara parsial Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan terhadap
Komitmen Organisasi
Tabel 4.15 Hasil Perhitungan Regresi Sederhana
Coefficientsa
.173 2.245 .939
.165 .071 .130 .023
.182 .062 .161 .004
.755 .054 .746 .000
(Constant)Motivasi KerjaBudaya OrganisasiKepemimpinan
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
Sig.
Dependent Variable: Komitmen Organisasia.
Sumber: Hasil Olah SPSS 1. Motivasi Kerja terhadap Komitmen Organisasi
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.15, pengujian secara parsial
Motivasi Kerja terhadap Komitmen Organisasi menghasilkan p_value sebesar
0,023, lebih kecil dari nilai level of Significant 5% (α = 0,05), hal ini
menunjukkan bahwa pengaruh antara Motivasi Kerja terhadap Komitmen
Organisasi tersebut secara populasi dikatakan signifikan. Hal ini berarti pula
hipotesis nol (Ho) ditolak artinya hipotesis yang menyatakan tidak ada
83
pengaruh antara Motivasi Kerja terhadap Komitmen Organisasi ditolak dan
hipotesis alternatif (Ha) diterima.
2. Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi
Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.15, pengujian secara parsial Budaya
Organisasi terhadap kepuasan klien menghasilkan p_value sebesar 0,004, lebih
kecil dari nilai level of Significant 5% (α = 0,05), hal ini menunjukkan bahwa
pengaruh antara Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi tersebut
secara populasi dikatakan signifikan. Hal ini berarti pula hipotesis nol (Ho)
ditolak artinya hipotesis yang menyatakan tidak ada pengaruh antara
Budaya Organisasi terhadap Komitmen Organisasi ditolak dan hipotesis alternatif
(Ha) diterima.
3. Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasi
Pengujian secara parsial Kepemimpinan terhadap Komitmen Organisasi
menghasilkan p_value sebesar 0,000, lebih kecil dari nilai level of Significant
5% (α = 0,05), hal ini menunjukkan bahwa pengaruh antara Kepemimpinan
terhadap Komitmen Organisasi tersebut secara populasi dikatakan signifikan.
Hal ini berarti pula hipotesis nol (Ho) ditolak artinya hipotesis yang
menyatakan tidak ada pengaruh antara Kepemimpinan terhadap Komitmen
Organisasi ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.
84
4.6.3. Model Regresi Yang Terbentuk
Model regresi yang terbentuk merupakan persamaan yang menunjukkan arah
hubungan dan besarnya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap
variabel dependen.
TABEL 4.16 Model Regresi
Coefficientsa
.173 2.245
.165 .071
.182 .062
.755 .054
(Constant)Motivasi KerjaBudaya OrganisasiKepemimpinan
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Dependent Variable: Komitmen Organisasia.
Sumber: Hasil Olah SPSS
Berdasarkan hasil uji regresi pada Tabel 4.16 di atas, maka model regresi yang
terbentuk dapat dijabarkan dalam persamaan berikut:
Y = 0,173 + 0,165X1+ 0,182X
2 + 0,755X
3
Penjelasan dari model regresi di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Nilai konstanta sebesar 0,173 yang berarti bahwa jika tidak ada variabel bebas
yang terdiri Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan, maka
Komitmen Organisasi sendiri akan sebesar 0,173. Hasil ini dapat dimaknakan
bahwa Komitmen Organisasi akan mengalami kenaikan sebesar 0,173 jika
85
perusahaan memiliki nilai Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan
atau sama dengan nol.
2. Motivasi Kerja (X1) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Komitmen
Organisasi, dengan koefisien regresi sebesar 0,165 yang artinya apabila
Motivasi Kerja meningkat sebesar 1 kali, maka Komitmen Organisasi akan
meningkat sebesar 0,165 dengan asumsi bahwa variabel Budaya Organisasi,
Kepemimpinan dalam kondisi konstan. Dengan adanya pengaruh yang positif
ini, berarti bahwa antara Motivasi Kerja dan Komitmen Organisasi
menunjukkan hubungan yang searah, Motivasi Kerja yang semakin
meningkat mengakibatkan Komitmen Organisasi meningkat, begitu pula
dengan Motivasi Kerja yang semakin menurun maka Komitmen Organisasi
akan menurun.
3. Kepemimpinan (X2) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Komitmen
Organisasi, dengan koefisien regresi sebesar 0,182 yang artinya apabila
Kepemimpinan meningkat sebesar 1 kali, maka Komitmen Organisasi akan
meningkat sebesar 0,182 dengan asumsi bahwa variabel Motivasi Kerja dan
Kepemimpinan dalam kondisi konstan. Dengan adanya pengaruh yang positif
ini, berarti bahwa antara Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi
menunjukkan hubungan yang searah, Kepemimpinan yang semakin
meningkat mengakibatkan Komitmen Organisasi meningkat, begitu pula
dengan Kepemimpinan yang semakin menurun maka Komitmen Organisasi
akan menurun.
86
4. Kepemimpinan (X3) mempunyai pengaruh yang positif terhadap Komitmen
Organisasi, dengan koefisien regresi sebesar 0,755 yang artinya apabila
Kepemimpinan meningkat sebesar 1 kali, maka Komitmen Organisasi akan
meningkat sebesar 0,755. dengan asumsi bahwa variabel Motivasi Kerja dan
Budaya Organisasi dalam kondisi konstan. Dengan adanya pengaruh yang
positif ini, berarti bahwa antara Kepemimpinan dan Komitmen Organisasi
menunjukkan hubungan yang searah, Kepemimpinan yang semakin
meningkat mengakibatkan Komitmen Organisasi meningkat, begitu pula
dengan Kepemimpinan yang semakin menurun maka Komitmen Organisasi
akan menurun.
4.6.4. Koefisien Determinasi (R2)
Besarnya koefisien determinasi (R2) menunjukkan sampai seberapa besar
proporsi perubahan variabel independen mampu menjelaskan variasi perubahan
variabel dependen. Semakin besar nilai koefisien determinasi menunjukkan bahwa
variabel independen yang digunakan sebagai prediktor nilai variabel dependen
memiliki ketepatan prediksi yang semakin tinggi.
Tabel 4.17 Koefisien Determinan
Model Summaryb
.892a .796 .790 1.50636Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), Kepemimpinan, BudayaOrganisasi, Motivasi Kerja
a.
Dependent Variable: Komitmen Organisasib.
Sumber: Hasil Olah SPSS
87
Berdasarkan hasil uji regresi pada Tabel 4.17 di atas, diperoleh nilai koefisien
determinasi sebesar 0,796. Hal ini menunjukkan bahwa variabel independen
(Motivasi Kerja, Budaya Organisasi, Kepemimpinan) mampu menjelaskan variasi
variabel dependen (Komitmen Organisasi) sebesar 79,60%, sedangkan sisanya
sebesar 20,40% dijelaskan oleh variabel lain di luar variabel yang digunakan dalam
penelitian ini.
4.7. Pembahasan
Pada Maret dan Oktober 2005, Pemerintah Indonesia mengurangi subsidi
bahan bakar minyak (BBM) dan merealokasi sebagian besar anggarannya ke empat
program besar, yaitu program pendidikan, kesehatan, infrastruktur perdesaan, dan
subsidi langsung tunai (SLT). Salah satu program di bidang pendidikan adalah
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang menyediakan bantuan bagi sekolah dengan
tujuan membebaskan siswa dari iuran sekolah dalam rangka mendukung pencapaian
Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajardikdas) Sembilan Tahun. Melalui
program ini, pemerintah pusat memberikan dana kepada sekolah-sekolah setingkat
SD dan SMP. Program ini mulai dilaksanakan pada Juli 2005 bersamaan dengan awal
Tahun Ajaran 2005/2006.
Pendidikan merupakan salah satu kunci penanggulangan kemiskinan dalam
jangka menengah dan jangka panjang. Namun, masih banyak orang miskin yang
88
memiliki akses terbatas dalam memperoleh pendidikan bermutu, antara lain karena
mahalnya biaya pendidikan. Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), untuk kelompok 20% rumah tangga termiskin, misalnya, persentase biaya
pendidikan per anak terhadap total pengeluaran mencapai 10% untuk murid SD,
18,5% untuk murid SMP, dan 28,4% untuk murid SMA (Bappenas 2005).
Pemerintah dan berbagai pihak, termasuk masyarakat, telah memberikan kontribusi
bagi penyediaan fasilitas dan pembiayaan pendidikan, sehingga saat ini lebih dari
90% anak usia 7–12 tahun sudah bersekolah. Namun, data Susenas 2004
menunjukkan bahwa proporsi anak dari keluarga miskin yang dapat menikmati
pendidikan masih lebih rendah dibandingkan anak dari keluarga mampu.
Kehadiran Program BOS diharapkan akan mengurangi biaya pendidikan yang
ditanggung orang tua murid, dan bahkan agar murid miskin dapat memperoleh
pendidikan secara gratis. Walaupun tujuan program, sebagaimana tercantum dalam
Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) BOS, tidak secara spesifik menekankan pendidikan
gratis bagi siswa miskin, hal ini ditekankan dalam aturan pelaksanaan program.
Aturan pelaksanaan program mengharuskan penghapusan iuran siswa bagi sekolah
yang sebelum menerima BOS memiliki iuran siswa lebih kecil dari dana BOS.
Sedangkan sekolah yang sebelum menerima BOS iuran siswanya lebih besar dari
dana BOS masih boleh menarik iuran siswa, tetapi harus membebaskan iuran bagi
siswa miskin dan mengurangi iuran siswa lainnya. Selain mengatur mengenai iuran
siswa, dalam aturan penggunaan dana juga disebutkan bahwa sekolah dapat
menggunakan dana untuk memberikan bantuan khusus berupa uang transpor kepada
siswa miskin yang dianggap membutuhkan. Hasil dilapangan memperlihatkan
89
dominasi kepala sekolah dalam penyusunan RAPBS maupun dalam pengelolaan dana
BOS di hampir semua sekolah. Guru dan orang tua murid hampir tidak pernah
diikutsertakan dalam proses penyusunan RAPBS tersebut, sedangkan komite sekolah
umumnya hanya ikut menandatangani RAPBS yang telah disusun sekolah.
Berdasarkan laporan pertanggungjawaban dana BOS di 40 sekolah sampel, sebagian
besar dana BOS digunakan untuk pembayaran honor guru, kegiatan belajar mengajar
(KBM), pembelian alat tulis kantor (ATK), dan pembelian buku pelajaran pokok.
Sekolah tidak selalu menggunakan dana BOS sesuai aturan dalam juklak. Hal ini
terjadi karena sebagian besar pelaksana program menilai ketentuan penggunaan dana
dalam juklak terlalu membatasi pemanfaatan dana BOS dan terkadang tidak sesuai
dengan kebutuhan sekolah. Ada beberapa pengeluaran sekolah yang harus dipenuhi
dan biasa dibiayai dari iuran siswa, yang tidak termasuk dalam ketentuan penggunaan
dana BOS. Bagi sekolah yang memiliki sumber penerimaan selain BOS, hal tersebut
tidak terlalu dipermasalahkan, tetapi hal ini menimbulkan masalah di sekolah yang
hanya mengandalkan BOS sebagai sumber penerimaan.
Karena sekolah penerima BOS menggunakan sebagian besar dana untuk kegiatan
operasional yang menunjang kegiatan belajar-mengajar, maka dana BOS dinikmati
oleh semua siswa, baik yang berasal dari keluarga mampu maupun dari keluarga tidak
mampu. Sebagian besar sekolah juga memutuskan untuk memberi perlakuan yang
sama kepada semua siswa dalam pembebanan biaya-biaya sekolah
yang masih ditarik dari siswa.
Demikian strategis dan pentingnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) bagi
sekolah-sekolah terutama pada jenjang SD dan SMP dalam rangka menunjang
90
keberhasilan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun, maka diperlukan komitmen
dari Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab dana BOS di masing-masing sekolah.
Komitmen yang sangat mendasar dalam menunjang keberhasilan program BOS
terutama menyangkut pengelolaan keuangan dana BOS itu sendiri.
Dari hasil penelitian pada 95 Kepala Sekolah (SD dan SMP) terungkap bahwa
komitmen Kepala Sekolah terhadap pengelolaan keuangan dana BOS sangat
dipengaruhi oleh motivasi kerja, budaya organisasi, dan kepemimpinan.
Untuk Komitmen Kepala Sekolah pada pengelolaan keuangan dana BOS pada unsur
Motivasi kerja terungkap bahwa sebagian besar responden mempunyai motivasi kerja
dikarenakan hal-hal sebagai berikut :
1) Pimpinan selalu memberikan pengakuan atas hasil pekerjaan saya.
2) Hasil pekerjaan yang baik tidak luput dari adanya penilaian pimpinan.
3) Setiap orang yang melakukan pekerjaan dengan sukses akan merasakan nilai
tambah bagi kinerjanya
Hal itu memang wajar, karena pada umumnya Kepala Sekolah mengharapkan adanya
pengakuan atas kinerja yang telah dicapai dari pimpinan terkait terutama menyangkut
keberhasilan dalam pengelolaan dana BOS. Selama ini yang terlihat dan diekspose
terutama oleh media massa hanya menyangkut kelemahan dari pengelolaan keuangan
dana BOS, dan bila hal itu terjadi maka besar kemungkinan Kepala Sekolah yang
bersangkutan sulit untuk bertahan lama sebagai Kepala Sekolah.
91
Sedangkan Komitmen Kepala Sekolah pada pengelolaan keuangan dana BOS pada
unsur Budaya Organisasi terungkap bahwa sebagian besar responden memberikan
jawaban sebagai berikut :
1) Kerja tim diutamakan dalam menyelesaikan gugus tugas tertentu;
2) Pimpinan menekankan pentingnya koordinasi antar pegawai;
3) Pegawai yang memiliki ide bagus diberi penghargaan khusus.
Pengelolaan Keuangan dana BOS tidak boleh hanya bertumpu pada Kepala Sekolah
sebagai penanggung jawab, akan tetapi juga melibatkan tim (guru dan pegawai
lainnya) serta Komite Sekolah. Guru yang ditetapkan sebagai pengelola keuangan
(Bendahara) harus benar-benar melaksanakan tugas dalam pengelolaan keuangan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Demikian juga Komite Sekolah harus benar-
benar melaksanakan pengawasan atas pengelolaan dana BOS tersebut. Untuk
mencapai keberhasilan terutama dalam pengelolaan keuangan dana BOS, maka
Kepala Sekolah harus selalu melaksanakan koordinasi antara pegawai baik guru
maupun Tata Usaha terutama menyangkut pelaksanaan kegiatan dan
pertanggungjawaban keuangan. Pengelola dana BOS memang tidak diberikan honor
yang memadai. Oleh karena itu, Kepala Sekolah sebagai Top Manajemen di Sekolah
harus dapat memberikan penghargaan khusus baik dari segi material maupun non
material terhadap tim pengelola keuangan dana BOS yang menunjukkan prestasi dan
mempunyai ide bagus demi keberhasilan pengelolaan keuangan dana BOS itu sendiri.
Demikian pula Komitmen Kepala Sekolah pada pengelolaan keuangan dana BOS
pada unsur kepemimpinana terungkap bahwa sebagian besar responden memberikan
jawaban sebagai berikut :
92
1) Pimpinan bersifat empati kepada bawahan;
2) Pimpinan memberikan tanggung jawab penuh kepada bawahan dalam
melaksanakan tugas;
3) Pimpinan mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan kebijakan.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin tertinggi (Top Manajemen) di sekolah harus
selalu mempunyai empati dan memberikan tanggung jawab penuh kepada
bawahannya dalam melaksanakan tugas serta selalu mengikutsertakan dalam
pengambilan kebijakan misalnya Kepala Sekolah harus memberikan tanggung jawab
yang penuh kepada tim pengelola keuangan dalam mengelola keuangan dana BOS
dan Kepala Sekolah tidak terlibat secara jauh dalam pengelolaan keuangan
keuangan. Tugas Kepala Sekolah yang paling penting adalah mengontrol transaksi
keuangan melalui pengawasan pada Buku Kas Umum (BKU) bendahara BOS setiap
bulan dan tiga bulanan (triwulanan) serta selalu mengontrol apakah bukti
pertanggungjawaban untuk masing-masing kegiatan telah sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Dalam setiap pengambilan kebijakan yang berhubungan dengan
keuangan dana BOS, Kepala Sekolah juga harus melibatkan bawahan terutama
bendahara, guru dan pegawai lainnya serta komite sekolah, sehingga setiap kebijakan
yang diambil dapat dipertanggungjawaban secara bersama-sama tidak hanya menjadi
tanggung jawab Kepala Sekolah.