26
41 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Tindakan Penelitian ini dilakukan di SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti,Provinsi Jawa Tengah.Berdasarkan letak geografisnya lumayan jauh dari kota Salatiga meskipun begitu kondisi lingkungan SDN Dukuh 02 Salatiga biasa digolongkan cukup tenang, hal ini tidak menganggu kelacaran proses belajar mengajar,yang dikarenakan oleh letak sekolahnya terletak jauh dari kota salatiga Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April yang terdiri dari tiga kali pertemuan. Pertemuan pertama yaitu metode pembelajaran Konvensional yang biasa digunakan oleh guru, pertemuan kedua dengan menerapkan treatment pertama yaitu dengan mengunakan alat peraga, selanjutnya pada pertemuan ketiga adalah lanjutan pembelajaran menggunakan alat peraga dengan menerapkan model pembelajaran Cooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD). 4.2 Gambaran Subjek Penelitian Penelitian dilaksanakan di kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti.yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 17 siswa perempuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan materi “Sifat-sifat Cahaya”. Berdasarkan hasil obsevasi di SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan Sidomukti, pada pembelajaran sebelumnya khusus mata pelajaran IPA,materi „‟Sifat –sifat Cahaya”. Guru belum pernah menggunakan model pembelajaran Student Teams Achievement Division ( STAD). Guru hanya menjelaskan materinya saja,guru tidak secara lansung mempraktikannya kepada siswa atau meminta siswa untuk berkerja kelompok, sehingga dalam penelitian ini guru IPA SDN Dukuh 02

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

  • Upload
    others

  • View
    3

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

41

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

Penelitian ini dilakukan di SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan

Sidomukti,Provinsi Jawa Tengah.Berdasarkan letak geografisnya lumayan

jauh dari kota Salatiga meskipun begitu kondisi lingkungan SDN Dukuh

02 Salatiga biasa digolongkan cukup tenang, hal ini tidak menganggu

kelacaran proses belajar mengajar,yang dikarenakan oleh letak sekolahnya

terletak jauh dari kota salatiga

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April yang terdiri dari tiga kali

pertemuan. Pertemuan pertama yaitu metode pembelajaran Konvensional

yang biasa digunakan oleh guru, pertemuan kedua dengan menerapkan

treatment pertama yaitu dengan mengunakan alat peraga, selanjutnya pada

pertemuan ketiga adalah lanjutan pembelajaran menggunakan alat peraga

dengan menerapkan model pembelajaran Cooperatif tipe Student Teams

Achievement Divisions (STAD).

4.2 Gambaran Subjek Penelitian

Penelitian dilaksanakan di kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan

Sidomukti.yang berjumlah 24 siswa terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 17

siswa perempuan pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dengan

materi “Sifat-sifat Cahaya”.

Berdasarkan hasil obsevasi di SDN Dukuh 02 Salatiga Kecamatan

Sidomukti, pada pembelajaran sebelumnya khusus mata pelajaran

IPA,materi „‟Sifat –sifat Cahaya”. Guru belum pernah menggunakan

model pembelajaran Student Teams Achievement Division ( STAD). Guru

hanya menjelaskan materinya saja,guru tidak secara lansung

mempraktikannya kepada siswa atau meminta siswa untuk berkerja

kelompok, sehingga dalam penelitian ini guru IPA SDN Dukuh 02

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

42

Salatiga sangat mendukung penelitian dengan menerapkan model

pembelajaran Student Teams Achievement Divisions STAD.

4.3 Kondisi Awal

Pembelajaran sebelum pelaksanaan tindakan kelas, guru cenderung

mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional, dengan metode

ceramah. Guru cenderung mentransfer ilmu pada siswa, guru lebih aktif

daripada siswa, sehingga siswa menjadi pasif dan cenderung bosan. Melihat

kondisi pembelajaran yang monoton, suasana pembelajaran tampak kaku,

berdampak pada kekurang aktifan siswa kelas 5 dalam menerima materi

pada mata pelajaran IPA semester II. Nilai rata-rata ulangan harian pada

pelajaran IPA masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimum (70) yaitu

67.88. Distribusi hasil belajar IPA selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.1

di bawah ini:

Tabel 4. 1

Distribusi frekuensi Hasil Belajar IPA Sebelum Tindakan

Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 < 50 1 4.1 Belum tuntas

2 50 – 59 4 16.7 Belum tuntas

3 60 – 69 10 41.7 Belum tuntas

4 70 – 79 4 16.7 Tuntas

5 80 – 89 4 16.7 Tuntas

6 90 – 100 1 4.1 Tuntas

Jumlah 24 100

Rata-rata 67.21

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 40

Mengacu pada tabel 4.1 terlihat bahwa perbandingan siswa yang

mencapai KKM adalah 15 siswa atau 62.5% dan siswa yang belum

mencapai KKM berjumlah 15 siswa atau 37.5%, yang diuraikan dengan

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

43

data pada tabel di atas yaitu siswa yang mendapat nilai < 50 sebanyak 1

siswa atau 4.1%, siswa mendapat nilai antara 50–59 sebanyak 4 siswa atau

16.7% siswa mendapat nilai antara 60–69 sebanyak 10 siswa atau 41.7%,

siswa yang mendapat nilai antara 70–79 berjumlah 4 siswa, dengan

persentase sebesar 16.7%, siswa yang mendapat nilai antara 80–89

berjumlah 4 siswa, dengan persentase sebesar 16.7%, serta 1 siswa

mendapatkan nilai 90–94 atau dengan persentase 4.1%. Nilai rata-rata yang

diperoleh kelas adalah 67.21%, dengan perolehan nilai terendah yaitu 40

dan tertinggi 90. Adapun data rekapitulasi ketuntasan belajar sebelum

diberikan tindakan disajikan pada diagram berikut ini

Diagram 4. 1 Hasil Belajar IPA Sebelum Tindakan

Mengacu pada KKM = 70, maka persentase keseluruhan siswa

yang mencapai kriteria ketuntasan mapun belum tuntas belajar, disajikan

pada tabel berikut ini:

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100

1

4

10

4 4

1

Ju

mla

h S

isw

a

Rentang Nilai

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

44

Tabel 4.2

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan

No Nilai

KKM

Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 < 70 15 62.5 Belum tuntas

2 ≥ 70 9 37.5 Tuntas

Jumlah 24 100

Rata-rata 67.21

Nilai tertinggi 90

Nilai terendah 40

Berdasarkan tabel 4.2, tampak bahwa ketuntasan belajar siswa

sebelum diadakan tindakan ada 9 siswa dan yang tidak tuntas belajar ada 15

siswa.Terlihat pula ada ketimpangan yang besar antara nilai tertinggi yaitu

90 dan nilai terendah yaitu 40.Disamping itu, dengan menghitung rata-rata

kelas, diketahui bahwa siswa kelas 5 SDN Dukuh 02 belum mencapai

ketuntasan klasikal yaitu ≥ 70 (berdasarkan kriteria KKM yang ditetapkan

sekolah). Berikut, persentase siswa yang belum ataupun telah mencapai

KKM disajikan pada diagram berikut ini:

Diagram 4.2 Persentase Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum Tindakan

Dengan mengacu pada data sebelum tindakan hasil belajar IPA

inilah, upaya-upaya tindakan perbaikan dilakukan, yaitu dengan

menerapkan model pembelajaran cooperative learning pada mata

pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya, dengan alur sebagai berikut:

62,5

37,5 Belum Tuntas

Tuntas

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

45

4.1.1 Siklus I

a) Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang dilakukan adalah memilih

materi yang akan disampaikan dan menyusun rencana pelaksanaan

pembelajaran (RPP) berkolaborasi dengan guru kelas, serta

menyiapkan lembar observasi kegiatan dan terakhir menyiapkan tes

akhir tiap siklus dengan materi yang akan diberikan. Siklus I

dilaksanakan dalam satu kali tindakan, adapun materi pelajaran IPA

kelas 5 pada semester II yang dipilih dalam penelitian ini adalah

Sifat-Sifat Cahaya.

4.1.1.2 Pelaksanaan Tindakan

1) Pertemuan I

Pelaksanaan pertemuan siklus I dilaksanakan disesuaikan dengan

jadwal pelajaran kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga.Pertemuan

dilaksanakan pada tanggal 25 Maret 2013. Pertemuan diawali

dengan memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang akan

dilaksanakan. Tujuan memberikan penjelasan ini agar siswa

memahami pembelajaran yang sedang dilakukan, yaitu bahwa

pembelajaran akan dilaksanakan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Pembelajaran dilakukan dengan menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut: (1) melakukan apersepsi, yaitu

mengajukan pertanyaan mengenai materi yang dibahas; (2)

memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3)

menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang

dilakukan; (4) membagi siswa dalam beberapa kelompok yang

heterogen; (5) pemberian tugas kepada masing-masing kelompok;

(6) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan, dan; (7) pemberian

kuis. Secara umum, kegiatan pembelajaran pada pertemuan 1

harusnya dilakukan seperti langkah-langkah yang tersebutkan di

atas.Namun demikian, ternyata dilapangan ada beberapa kendala

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

46

yang dihadapi terkait dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut.

Pertama, pembelajaran dengan model pembelajaran cooperative

learning sebenarnya bukan merupakan pembelajaran yang baru

pertama kali dilakukan di sekolah ini, namun demikian, karena

pernah mengalami kegagalan dalam pelaksanaannya, guru

memutuskan untuk kembali ke model pembelajaran ceramah.Karena

itu, ketika mulai dilaksanakan, guru tampak sangat kaku dengan

menerapkan model pembelajaran ini.Dalam melaksanakan langkah-

langkah pembelajaran ini, dimulai dengan pembagian siswa,

pembagian siswa dalam kelompok yang heterogen tidak dapat

dilakukan maksimal. Sewaktu pembagian kelompok, siswa

cenderung berkelompok dengan “teman kelompoknya” sendiri,

dimana ada kelompok siswa yang justru didominasi oleh mereka

yang berprestasi dan ada siswa yang akhirnya harus berkelompok

dengan sesama siswa yang kurang berprestasi. Kedua, karena tanpa

pengarahan yang benar berdasarkan langkah pembelajaran

cooperative learning, selama pembagian kelompok, siswa sangat

gaduh.Hal ini menjadikan pembelajaran menjadi tertunda dari jadwal

yang direncanakan sebelumnya, karena guru harus fokus

menenangkan siswa yang membuat keributan sewaktu pembagian

kelompok. Ketiga, karena siswa tidak terbagi dalam kelompok yang

heterogen, ada kelompok siswa yang akhirnya tidak dapat

mengerjakan tugas yang diberikan setelah materi tersebut

diberikan.Keempat, pada akhir pelajaran, guru masih belum

memberikan penghargaan dalam bentuk skor pada siswa secara

individu maupun kelompok yang mendapatkan nilai terbaik

2) Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 26 Maret 2013.Sama

seperti pertemuan sebelumnya, sebelum pembelajaran dilakukan,

guru mengingatkan pada materi yang dibahas sebelumnya, guru juga

memberikan motivasi agar siswa bersemangat di dalam

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

47

belajar.Pertemuan kedua ini diawali dengan melakukan apersepsi,

menyampaikan tujuan pembelajaran dan kemudian membagi siswa

dalam beberapa kelompok; guru memberikan materi; meminta

kelompok mengerjakan tugas berdasarkan materi yang diberikan;

guru memberikan kuis.

Sepanjang pengamatan pada pertemuan kedua siklus I ini, ada

beberapa hal yang kemudian telah menjadi koreksi.Pertama, untuk

menghindari pembagian kelompok, dimana siswa hanya bergabung

dengan teman-temannya sendiri, guru mengambil inisiatif untuk

membagi siswa dalam kelompok.Pembagian kelompok dilakukan

dengan melihat hasil belajar siswa sebelumnya, dimana siswa yang

berprestasi digabungkan dengan siswa yang kurang

berprestasi.Selain prestasi, guru juga menggunakan jenis kelamin

siswa sebagai pembeda untuk membagi dalam kelompok.Akhirnya

siswa dibagi dalam beberapa kelompok dimana satu kelompok ada

yang terdiri dari 4 orang dan ada yang 5 orang.Dalam tiap kelompok

ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

kelamin perempuan dan 2 atau 3 berjenis kelamin laki-laki.Kedua,

agar menghemat waktu dan sekaligus mencegah keributan, selama

proses pembentukan kelompok, guru meminta siswa satu persatu

untuk bergabung dengan kelompoknya; dan bukan seperti pada

pertemuan pertama, dimana siswa dibiarkan sendiri mencari

kelompoknya. Dalam pertemuan kedua ini, guru mengarahkan siswa

satu persatu untuk bergabung dengan masing-masing kelompoknya.

Ketiga, untuk menghindari siswa menjadi pasif dalam diskusi, guru

berinisiatif untuk memberikan sub topik pada masing-masing siswa,

dan meminta siswa bertanggungjawab dengan sub topik tersebut-

yaitu bertanggungjawab menjelaskan kepada kelompoknya.Keempat,

selama proses pembelajaran guru juga mengamati siswa yang aktif

bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan, tetapi juga

melemparkan pertanyaan tersebut kepada kelompok lain untuk dapat

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

48

menajwab pertanyaan. Setelah siswa selesai berdiskusi, guru

meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam

presentasi ini, masih terlihat bahwa siswa yang menonjol masih

mendominasi menajwab pertanyaan yang diberikan kelompok dan

belum memberikan kesempatan kepada anggota kelompok lain

untuk menjawab pertanyaan yang diberikan oleh anggota kelompok

lain. Setelah presentasi selesai dilakukan, guru meminta siswa untuk

kembali ke tempat duduknya semula dan memberikan kuis.

b) Pengamatan

Pada pertemuan siklus I, yang diamati adalah kegiatan guru dan

siswa dalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran

cooperative learning tipe STAD. Pengamatan dilakukan dengan

menggunakan lembar observasi kegiatan guru dan siswa dalam

proses belajar mengajar. Adapun hasil pengamatan pembelajaran

pada materi sifat-sifat cahaya, tersaji dalam tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3

Aktivitas Guru Menerapkan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe STAD

Siklus Aspek Kinerja

Guru Total

skor

Nilai

aktivitas

Kriteria

I 1) Pra Pembelajaran

2) Memuka Pembelajaran

3) Kegiatan Inti

Pembelajaran

4) Pendekatan/strategi

pembelajaran

5) Pemanfaatan

media/sumber

Belajar

6) Penilaian proses dan

hasil belajar

7) Penutup

47 58.75 Cukup

baik

Data hasil observasi kinerja guru, dengan menggunakan model

kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai dengan rumus di bawah

ini (Depdiknas, 2003):

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

49

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

>86% = baik sekali

70 – 85% = baik

55 – 69% = cukup baik

<54% = kurang

Skor maksimum = 40

Pada siklus I, berdasarkan hasil skor penilaian yang berjumlah 47 atau

persentasenya adalah 58.75%.Meskipun berada pada kategori cukup baik,

namun secara umum dapat dikatakan pembelajaran pada siklus I

dilaksanakan kurang maksimal.Selama pembelajaran, siswa masih ramai

dan sebagian besar siswa masih berkelompok berdasarkan teman-teman

yang dikenalnya sendiri, sementara itu gurupun masih kaku dalam

menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Meskipun upaya

perbaikan telah dilakukan pada pertemuan II siklus I, masih tampak bahwa

dalam presentasi kelompok, siswa yang pandai mendominasi presentasi

maupun tanya jawab, sedangkan siswa yang lain masih pasif dalam

pembelajaran.

Selain mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model

pemebalajran kooperatif tipe STAD, juga diamati aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ini pada materi sifat-

sifat cahaya.Berikut dipaparkan melalui tabel hasil aktivitas siswa dalam

mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

50

Tabel 4.4

Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran IPA dengan Model

Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD

Siklus Aspek keaktivan

siswa

Total

skor

Nilai

aktivitas

Kriteria

I 1) Pra Pembelajaran

2) Kegiatan Awal

Pembelajara

3) Kegiatan Inti

Pembelajaran

4) Pendekatan/strategi

pembelajaran

5) Pemanfaatan

media/sumber

belajar

6) Penilaian proses

dan hasil belajar

7) Penutup

47 47.05 Kurang

Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, dengan

menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, dinilai

dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

>86% = baik sekali

70 – 85% = baik

55 – 69% = cukup baik

<54% = kurang

Skor maksimum = 40

Mengacu pada lembar observasi siswa, dibantu oleh observer yang

mengamati selama proses pembelajaran, diketahui bahwa siswa yang

terlibat dalam pembelajaran berada pada nilai aktivitas kurang atau 47.05

% dari total keseluruhan perolehan nilai aktivitas. Dari hasil ini tampak

bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa belum menunjukkan antusiasme

di dalam belajar

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

51

c) Hasil Tindakan Siklus I

1) Hasil Belajar dan Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus I

Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar, dilakukan tes

setelah pertemuan pada siklus I. Adapun hasil belajar IPA pada materi

sifat-sifat cahaya pada kelas 5 siswa SDN Dukuh 02 Salatiga, tersaji

dalam tabel 4.5 dibawah ini.

Tabel 4.5

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus I

Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga

No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 < 50 - - Belum tuntas

2 50 – 59 2 8.3 Belum tuntas

3 60 – 69 7 29.2 Belum tuntas

4 70 – 79 8 33.3 Tuntas

5 80 – 89 4 16.7 Tuntas

6 90 – 100 3 12.5 Tuntas

Jumlah 24 100

Rata-rata 73.96

Nilai tertinggi 95

Nilai terendah 52

Berdasarkan tabel 4.5 terlihat jelas perbandingan hasil belajar

siswa pada kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan

pada siklus I, yang mencapai kentuntasan belajar (KKM = 70)

sebanyak 15 siswa atau 62.5% dari kondisi awal yang hanya

mencapai 37.5%, sedangkan siswa yang belum mencapai

kentuntasan belajar sebanyak 9 siswa atau sebanyak 37.5%, dari

kondisi awal sebelum tindakan yaitu 62.5%. Pada kondisi awal,

diketahui bahwa ada 1 siswa atau 4.1% dari total siswa yang

memperoleh nilai <50. Kondisi ini berubah setelah diberikan

tindakan pada siklus I, dimana tidak ada siswa yang mendapatkan

nilai <50. Siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 50-59 juga

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

52

mengalami perubahan, dimana pada kondisi awal sebelum tindakan

ada 4 siswa atau berada pada 16.7%, dan berkurang menjadi 2 siswa

dengan persentase 8.3%. Siswa yang mendapatkan nilai antara 60-

69, juga mengalami pengurangan jumlah, dimana pada kondisi

sebelum tindakan ada 10 siswa yang mendapatkan nilai pada rentang

ini atau dengan persentase 41.7%, kemudian menjadi 4 siswa atau

dengan persentase 16.7%. Siswa yang mendapatkan nilai pada

rentangan skor 70-79 mengalami pertambahan, dimana sebelum

tindakan, ssiwa yang mendapatkan nilai pada rentangan ini

berjumlah 4 siswa atau 16.7%, dan berubah setelah tindakan pada

siklus I menjadi 8 siswa atau 33.3%. Siswa yang mendapatkan nilai

pada rentangan skor 80-89 tidak mengalami perubahan baik sebelum

tindakan maupun setelah tindakan pada siklus I yaitu berjumlah 4

siswa dengan persentase 16.7%. Sementara siswa yang

mendapatkan nilai pada rentang antara 90-100, mengalami

pertambahan dari sebelum tindakan hanya 1 siswa atau 4.1%

berubah menjadi 3 siswa atau 12.5%. Nilai rata-rata siswa meningkat

dari awal sebelum tindakan yaitu 67.21 menjadi 73.96 pada siklus I.

Nilai terendah dicapai dengan nilai 52 dan nilai tertinggi adalah 95.

Rekapitulasi perolehan hasil belajar pada siklus I tersebut, disajikan

pada diagram berikut ini

Diagram 4.3 Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I

Berikut disajikan dalam tabel, persentase ketuntasan belajar pada

siklus I. hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini

0

5

10

<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100

2

7 8

4 3

Ju

mla

h S

isw

a

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

53

Tabel 4. 6

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Siklus I

No Nilai

KKM

Sebelum Tindakan Keterangan

Jumlah Siswa Persentase (%)

1 < 70 9 37.5 Belum tuntas

2 ≥ 70 15 62.5 Tuntas

Jumlah 24 100

Rata-rata 73.96

Nilai tertinggi 95

Nilai terendah 52

Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SDN Dukuh 02

Salatiga, sebelum dilakukan tindakan diketahui bahwa siswa yang

memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal sebanyak 15

siswa atau 62.5%; sedangkan yang mencapai Kriteria Ketuntasan

Minimal sebanyak 9 siswa dengan persentase 37.5%. Kondisi ini

berubah setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, dimana siswa

yang berhasil lulus KKM sebanyak 15 siswa atau 62.5% dan siswa

yang belum berhasil lulus KKM sebanyak 9 siswa atau 37.5%.

Berikut persentase hasil belajar siklus I disajikan pada

diagram di bawah ini:

Diagram 4.4 Persentase Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa

Siklus I

Meskipun terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar IPA

siswa, setelah tindakan pada siklus I, bahkan dapat dikatakan bahwa

siswa telah mengalami ketuntasan klasikal dalam belajar (≥ 70, yaitu

37,5

62,5

Belum Tuntas

Tuntas

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

54

73.96), namun demikian, secara individual, siswa belum dikatakan

tuntas, sebab, berdasarkan ketentuan, maka siswa yang mencapai

ketuntasan belum mencapai 75% dari total siswa di kelas, dimana

pencapaian ketuntasannya baru mencapai 62.5

Adapun perbandingan hasil belajar sebelum tindakan dan setelah

tindakan pada siklus I disajikan pada tabel 4.7 berikut ini.

Tabel 4.7

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa Sebelum

Tindakan Dengan Siklus I

No. Kategori Sebelum Tindakan Siklus I

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

1 Tuntas 9 37.5 15 62.5

2 Belum

Tuntas

16 62.5 9 36.5

Jumlah 24 100% 24 100%

Mengacu pada tabel 4.7 dilihat bahwa terjadi peningkatan jumlah

siswa yang tuntas dalam belajar setelah diberikan tindakan pada siklus I.

Meskipun, peningkatan tersebut belum mencapai kriteria yaitu 75% dari

total jumlah siswa. Adapun perbandingan hasil belajar sebelum tindakan

dan tindakan pada siklus I, tersaji pada diagram berikut ini

Diagram 4.5 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar IPA Siswa

Sebelum Tindakan Pada Siklus I

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Sebelum Tindakan Siklus I

9

15 15

9

frek

uen

si

Tuntas

Belum Tuntas

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

55

d) Refleksi

Pembelajaran IPA pada siswa kelas 5 SDN Dukuh 02 Salatiga,

materi sifat-sifat cahaya pada siklus I ini, dikatakan belum berhasil

sesuai kriteria yang ditentukan, karena persentase ketuntasan belajar

siswa baru mencapai 62.5% dari 75% yang ditetapkan oleh sekolah.

Hasil diskusi guru dengan observer dapat mengungkapakan faktor

penyebab kekurang keberhasilan dalam pembelajaran yaitu:

a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat

siswa mulai diminta untuk membuat kelompok, maupun

berdiskusi kelompok sendiri dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b) Presentasi, diskusi dan tanya jawab masih didominasi oleh siswa

yang pandai, sementara itu sisa siswa lainnya, tampak masih

pasif dalam pembelajaran.

c) Guru masih kaku dalam menerapkan langkah-pembelajaran

kooperatif tipe STAD, juga dalam memandu siswa untuk

berdiskusi dengan kelompok, agar tidak diskusi hingga

presentasi tidak didominasi oleh siswa yang pandai dan aktif

semata.

Berdasarkan data yang telah dianalisis dan data hasil diskusi,

penulis melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan

hasil tindakan yang telah dilakukan. Hasil ini menunjukkan

bahwa penguasaan siswa sudah meningkat, meskipun belum

sesuai dengan kriteria keberhasilan yang ditentukan karena

persentase ketuntasan belajar baru menacapai 62.5%, atau baru

15 dari 24 siswa yang tuntas belajar atau mendapat nilai ≥ 70.

Berdasarkan hasil evaluasi observasi, peneliti memutuskan

untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II

sebagai berikut:

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

56

1) Memandu siswa dalam membentuk kelompok, sehingga

pembentukan kelompok tidak lagi gaduh dan situasi menjadi

tidak terkendali.

2) Memandu siswa dalam melakukan diskusi maupun presentasi,

agar diskusi dan presentasi tidak lagi didominasi oleh siswa

yang pandai dan aktif semata.

4.1.2. Siklus II

4.1.2.2 Pelaksanakan Tindakan

1) Pertemuan I

Hasil refleksi pada siklus I menjadi salah satu pertimbangan

untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik pada siklus

II. Tindakan awal perencanaan pada siklus II yaitu: (1) membuat

rencana pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD; (2) menyiapkan lembar

observasi (3) lembar evaluasi yang diberikan pada akhir

pertemuan siklus.

a) Pelaksanaan

Pada pertemuan 1 siklus II dilaksanakan pada beberapa hari

berikutnya yaitu pada tanggal 9 April 2013. Adapun tindakan

awal yang dilakukan adalah: (1) melakukan apersepsi; 1)

melakukan apersepsi, yaitu mengajukan pertanyaan mengenai

materi yang dibahas; (2) memotivasi siswa dengan cerita pendek

tentang cuaca dan pengaruhnya terhadap manusia; (3)

menyampaikan tujuan pembelajaran dan kegiatan/tugas yang

dilakukan; (4) pemberian tugas kepada masing-masing

kelompok; (5) siswa mendiskusikan tugas yang diberikan, dan;

(6) pemberian kuis.

Pada pertemuan pertama siklus II ini, kelompok yang telah

dibentuk pada pertemuan 1 siklus II tetap digunakan.Untuk

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

57

menghindari hal-hal yang seperti pada pertemuan II siklus I,

guru meminta siswa yang berprestasi untuk sementara menjadi

pendengar, sementara siswa yang masih pasif, diminta

bergantian untuk mempresentasikan hasilnya.Kendala-kendala

yang masih dihadapi guru pada siklus I mulai diperbaiki, yaitu

guru memberikan pujian tidak saja kepada siswa yang

berprestasi, tetapi juga kepada yang pasif dengan memberikan

semangat dan dorongan dengan kalimat positif seperti “saya

percaya dan satu kelas ini percaya kamu pasti bisa, ayo gantian

kamu sekarang yang presentasi”. Dengan dorongan seperti itu,

meskipun agak kaku, tapi siswa mulai dapat menunjukkan

keberaniannya untuk mengambil tanggungjawab yang diberikan

kepadanya.

2) Pertemuan II

Pada pertemuan kedua ini, sama seperti pada pertemuan-

pertemuan sebelumnya, kegiatan belajar mengajar didahului

dengan memberikan motivasi dan apersepsi, juga guru

melemparkan pertanyaan-pertanyaan, dan dengan sengaja

meminta kepada siswa yang minggu lalu pasif untuk

memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan. Sambil

memberikan kata-kata penguatan agar siswa berani untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan, sehingga secara tidak

sengaja ada beberapa siswa yang sebelumnya pasif, berani

mengajukan tangan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan

guru.Melihat perkembangan kelompok, dimana siswa pasif

mulai diberikan kesempatan dan berani untuk mempresentasikan

hasil kelompoknya, guru memutuskan untuk tetap

mempertahankan kelompok yang telah dibentuk dan tidak

merombak lagi atau membentuk kelompok baru. Selama proses

pembelajaran, siswa sudah mulai berani mengajukan pertanyaan

ketika guru menyampaikan materi, dan selama proses diskusi

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

58

(presentasi) kelompok, siswa sudah bisa mendengarkan

presentasi dengan tenang, dan memberikan pertanyaan dengan

tepat. Juga, teman-teman kelompok yang biasanya aktif, mulai

bersedia memberikan kesempatan kepada siswa yang biasanya

pasif untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.

b) Pengamatan

Pada pertemuan 1 dan 2 siklus II, yang diamati adalah

kegiatan guru dan siswa dalam pembelajaran menggunakan

model pembelajaran cooperative learning tipe STAD.

Pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi

kegiatan guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Adapun

hasil pengamatan pembelajaran pada materi sifat-sifat cahaya,

tersaji dalam tabel berikut ini

Tabel 4.8

Aktivitas Guru Menerapkan Model Pembelajaran Cooperative

Learning Tipe STAD

Siklus Aspek Kinerja

Guru Total

skor

Nilai

aktivitas

Kriteria

II 1) Pra

Pembelajaran

2) Membuka

Pembelajaran

3) Kegiatan Inti

Pembelajaran

4) Penguasaan

materi

pelajaran

5) Pendekatan/strat

egi pembelajaran

6) Pemanfaatan

media/sumber

belajar

7) Penilaian proses

dan hasil belajar

8) Penutup

71 88.75 Baik

sekali

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

59

Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran,

dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran,

dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

>86% = baik sekali

70 – 85% = baik

55 – 69% = cukup baik

<54% = kurang

Skor maksimum = 40

Pada siklus II, berdasarkan hasil skor penilaian kinerja guru

berjumlah 71 atau persentasenya adalah 88.75%, atau berada pada kategori

baik sekali.Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, kinerja

guru menunjukkan peningkatan dalam melaksanakan

pembelajaran.Berikut disajikan aktivitas siswa dalam mengikuti

pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Hasilnya

disajikan dalam tabel 4.9 berikut ini

Tabel 4.9

Keaktifan Siswa Mengikuti Pembelajaran IPA dengan Model

Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD

Siklus Aspek Keaktivan Siswa Total

skor

Nilai

aktivitas

Kriteria

II 1) Pra Pembelajaran

2) Kegiatan Awal

Pembelajara

3) Kegiatan Inti

Pembelajaran

4) Pendekatan/strategi

pembelajaran

5) Pemanfaatan

media/sumber

belajar

6) Penilaian proses

56 82.35 Baik

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

60

dan hasil belajar

7) Penutup

Data hasil observasi aktivitas siswa mengikuti pembelajaran,

dengan menggunakan model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran,

dinilai dengan rumus di bawah ini (Depdiknas, 2003):

Dengan kriteria nilai sebagai berikut:

>86% = baik sekali

70 – 85% = baik

55 – 69% = cukup baik

<54% = kurang

Skor maksimum = 40

Pada siklus II, berdasarkan hasil skor penilaian aktivitas siswa

mengikuti pelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

berjumlah 56 atau persentasenya adalah 82.35%, atau berada pada kategori

baik. Dari hasil ini tampak bahwa pada saat pembelajaran siklus I dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa

menunjukkan antusiasme di dalam belajar.

c) Hasil Tindakan Siklus II

1) Hasil Belajar dan Persentase Ketuntasan Belajar Siklus II

Untuk mengetahui perubahan pada hasil belajar setelah dilakukan

perbaikan-perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I, dilakukan tes

setelah pertemuan pada siklus II. Adapun hasil belajar IPA pada materi

sifat-sifat cahaya pada kelas 5 siswa SDN Dukuh 02 Salatiga, tersaji

dalam tabel berikut ini

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

61

Tabel 4. 10

Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPA Siklus II

Siswa Kelas 5 Semester II SDN Dukuh 02 Salatiga

No Nilai Siklus I Keterangan

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

1 < 50 - -

2 50 – 59 - -

3 60 – 69 - -

4 70 – 79 3 12.5 Tuntas

5 80 – 89 9 37.5 Tuntas

6 90 – 100 12 50 Tuntas

Jumlah 24 100

Rata-rata 87.86

Nilai tertinggi 95

Nilai terendah 70

Berdasarkan tabel 4.10 terlihat jelas perbandingan hasil belajar

siswa pada siklus I, mencapai kentuntasan belajar (KKM=70) sebanyak 15

siswa atau 62.5%, kemudian berubah menjadi 100% pada siklus II.

Berdasarkan hasil ini dapat dikatakan bahwa setelah dilakukan perbaikan-

perbaikan berdasarkan refleksi pada siklus I, dan dilaksanakan tindakan

pada siklus II, terjadi perubahan hasil belajar menjadi 37.5% dari siklus I

yang hanya mencapai 62.5%. Hasil ini memberikan kesimpulan bahwa

dengan demikian, guru berhasil menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.

Berikut diuraikan perolehan hasil belajar siswa berdasarkan

rentang nilai, yaitu tidak ada siswa yang mendapatkan nilai antara rentang

nilai <50-69;3 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 70-79 dengan

persentase 12.5%; 9 siswa mendapatkan nilai pada rentang nilai 80-89

dengan persentase 37.5% dan 12 siswa mendapatkan nilai pada rentang

nilai 90-100 dengan persentase 50%. Perolehan nilai pada masing-masing

rentang nilai tersebut disajikan melalui diagram berikut ini:

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

62

Diagram 4.6 Hasil Belajar IPA Siswa Siklus II

Berikut disajikan persentase ketuntasan belajar siswa pada siklus II

pada tabel di bawah ini.

Tabel 4. 11

Persentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II

No Nilai

KKM

Siklus II Keterangan

Jumlah

Siswa

Persentase (%)

1 < 70 - - Belum tuntas

2 ≥ 70 24 100 Tuntas

Jumlah 24 100

Rata-rata 87. 86

Nilai tertinggi 95

Nilai terendah 70

Mengacu pada tabel 4.11 diketahui bahwa terjadi

peningkatan jumlah maupun persentase ketuntasan hasil belajar

siswa. Sebelum tindakan, jumlah siswa yang tuntas yaitu 9 siswa

dengan persentase 37.5%, meningkat menjadi 15 siswa pada siklus

I dengan persentase 63.5% atau terjadi kenaikan 26%, kemudian

mengalami lagi peningkatan pada siklus II menjadi 100% atau

mengalami kenaikan 63.5% dibandingkan sebelum tindakan atau

37.5% setelah tindakan pada siklus I. Sedangkan jumlah siswa

yang belum tuntas pada siklus I yaitu 15 siswa dengan persentase

0

2

4

6

8

10

12

<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100

3

9

12

jum

lah

Sis

wa

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

63

63.5% dan turun menjadi 9 siswa dengan persentase 37.5%, setelah

diberikan tindakan pada siklus I; atau mengalami penurunan 26%,

dan mengalami penurunan lagi menjadi tidak ada lagi siswa yang

belum tuntas pada siklus II.

Berikut ini disajikan jumlah siswa dan persentase

ketuntasan belajar siswa baik siklus I maupun siklus II.

Tabel 4.12

Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa

No. Nilai Siklus I Siklus II

Jumlah

Siswa

Persentase

(%)

Jumlah

siswa

Persentase

(%)

1 Tuntas 15 63.5 24 100

2 Belum

Tuntas

9 37.5 - -

Jumlah 18 100% 24 100%

Jumlah dan persentase ketuntasan belajar siswa disajikan

dalam diagram berikut ini:

Diagram 4.7 Perbandingan Jumlah Ketuntasan Belajar

Siswa

Pada pemaparan berikut ini, akan disajikan perbandingan

keseluruahan hasil belajar maupun jumlah dan persentase

ketuntasan belajar siswa mulai sebelum tindakan, siklus I hingga

siklus II. Berikut disajikan perbandingannya melalui tabel berikut

ini

0

5

10

15

20

25

Siklus I Siklus II

15

24

9 Tuntas

Belum Tuntas

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

64

Tabel 4. 13

Perbandingan Jumlah Siswa dan Persentase

Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan, Siklus I

dengan Siklus II

No Nilai Tuntas Belum Tuntas

Jumlah

Siswa

% Jumlah

Siswa

%

1 Pra Tindakan 9 37.5 15 63.5

2 Siklus I 15 63.5 9 37.5

3 Siklus II 24 100 - -

Data tabel 4.13 menunjukkan adanya peningkatan hasil

belajar siswa.Sebelum (pra) tindakan, siswa yang tuntas hasil

belajar 9 siswa (37.5) dan yang tidak tuntas belajar 15 siswa

(63.5%). Pada siklus I, terjadi peningkatan dimana siswa yang

tuntas hasil belajar 15 siswa (63.5%), siswa yang belum tuntas

belajar mencapai 9 siswa (37.5%) dari total 24 siswa, dengan nilai

rata-rata pada siklus I yaitu 73.71. Pada siklus II, peningkatan hasil

belajar meningkat mencapai 24 siswa (100%) dari 24 siswa, nilai

rata-rata dari studi awal 87.85 naik menjadi 77.22. Hal ini

menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa, dan

pelaksanaan pembelajaran dikatakan berhasil, karena semua siswa

berhasil lulus dari KKM. Berikut disajikan perbandingan jumlah

ketuntasan siswal belajar pada siklus I dengan siklus II.

Diagram 4.8 Perbandingan Jumlah Siswa yang Tuntas

Belajar Sebelum Tindakan, siklus I dan Siklus II

0

10

20

30

SebelumTindakan

Siklus I Siklus II

15

9 9

15

24

Belum Tuntas

Tuntas

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

65

e. Refleksi

Pelaksanaan penelitiansiklus I dan siklus II telah dilakukan oleh guru

kelas 5 dan didampingi peneliti di kelas 5 SDNDukuh 02 Salatiga.Dari

pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan dalam penelitian

ini,terlihat peningkatan antusias siswa mengikuti pembelajaran IPA. Pada

pembelajaran yang menggunakan model STAD dengan menggunakan

benda-benda konkrit, siswa lebih aktif dan berani untuk berperan serta

dalam pembelajaran.memberikan hasil sesuai yang diharapkan, dimana

semua siswa pada siklus II berhasil tuntas dalam belajarnya.

4.2. Pembahasan

Pada studi awal, siswa yang tuntas belajar sebanyak 9 siswa (37.5%) dari

24 siswa, dengan nilai rata-rata 67.21. Setelah dilaksanakan perbaikan

pembelajaran pada siklus I, jumlah siswa yang tuntas belajar menjadi 15

siswa (63.5%) dengan nilai rata-rata 73.71.Dari hasil ini dapat dikatakan

bahwa terjadi peningkatan nilai rata-rata dari kondisi awal ke siklus I

yaitu 26%, Setelah mempertimbangkan berbagai kekurangan-kekurangan

yang dilakukan pada siklus I, dilakukan lagi perbaikan pembelajaran pada

siklus II.Pada siklus II, diketahui bahwa semua siswa berhasil tuntas

dalam belajarnya, dengan perolehan nilai rata-rata 87.85.Mengacu pada

hasil ini dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil

belajar dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 14.14%.Berdasarkan pada

hasil ini maka dikatakan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar sesuai dengan

yang direncanakan.

Setelah dilaksanakan tindakan pada siklus I, kendala-kendala yang

dihadapi antara lain:

a) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali saat pada saat

siswa mulai diminta untuk membuat kelompok, maupun berdiskusi

kelompok sendiri dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD.

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2014. 4. 3. · memotivasi siswa dengan cerita pendek tentang cahaya; (3) ... ada 2 siswa yang berprestasi, dan ada dua siswa yang berjenis

66

b) Presentasi, diskusi dan tanya jawab masih didominasi oleh siswa

yang pandai, sementara itu sisa siswa lainnya, tampak masih pasif

dalam pembelajaran.

c) Guru masih kaku dalam menerapkan langkah-pembelajaran

kooperatif tipe STAD, juga dalam memandu siswa untuk berdiskusi

dengan kelompok, agar tidak diskusi hingga presentasi tidak

didominasi oleh siswa yang pandai dan aktif semata.

Demi memperbaiki hasil belajar yang disebutkan pada siklus I dan

siklus II , sebelum dilakukan tindakan pada siklus II, terlebih dahulu

peneliti berdiskusi dengan observer tentang hal-hal yang perlu

diperbaiki dan lebih difokuskan pada siklus II. Telah dipaparkan

bahwa setelah melakukan perbaikan dari kekurangan-kekurangan

hasil belajar pada siklus I, setelah diberikan tindakan pada siklus II,

terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar sebesar 14.14%. Semua

siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD mata pelajaran IPA materi

sifat-sifat cahaya, lulus dari kriteria KKM, dengan nilai rata-rata

87.85.

Demikian juga dengan keaktifan belajar siswa. Jika pada siklus I,

keaktifan belajar siswa untuk menggunakan model pembelajaran

kooperatif adalah 47.05%, atau masuk dalam kategori kurang, terjadi

peningkatan keaktifan belajar untuk menggunakan model

pembelajaran kooperatif sebanyak 35.3% lagi sehingga menjadi

82.35%. Hasil ini mengindikasikan bahwa pembelajaran kooperatif

tipe STAD sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran, terutama

pembelajaran IPA.Model pembelajaran ini cocok diterapkan, karena

model ini sesungguhnya memfokuskan pada kerjasama dan saling

menghargai baik itu pengetahuan, jenis kelamin maupun suku di

antara siswa.Pada siklus II, tampak bahwa keberhasilan belajar siswa

ini didukung oleh sikap kerjasma dan saling menghargai yang makin

baik diantara siswa.