Upload
vuongquynh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
4.1.1 Sejarah Kecamatan Mootilango
Kecamatan Mootilango merupakan pemekaran dari kecamatan Boliyohuto
yang penduduknya berasal dari berbagai kecamatan, yaitu kecamatan batudaa,
kecamatan batudaa pantai, kecamatan tibawa, kecamatan telaga, kecamatan
paguyaman bahkan ada juga masyarakatnya berasal dari luar daerah gorontalo,
seperti dari pulau jawa, Sulawesi tengah, dan Sulawesi utara. Sebelum menjadi
satu kecamatan, kecamatan ini hanya terdiri dari lima desa, yaitu Desa Pilomonu,
Desa Paris, Desa Payu, Desa Sidomukti, dan Desa Helumo. Dan yang menjadi
camat pertama yaitu bapak Hamzah Ahmad. Oleh karena penduduknya sebagian
besar adalah pendatang yang belum memiliki lahan pertanian, maka melalui
permohonan diajukan oleh tokoh masyarakat kepada camat Boliyohuto untuk
mendapatkan lokasi pemukiman danlahan pertanian. Camat Boliyohuto
memberikan lokasi pemukiman dan lahan pertanian pada tahun 2001 karena
lokasi adalah hasil pemekaran inilah yang disebut mootilango artianya(
TERANG). Dengan kesepakatan masyarakat melalui Lembaga Musyawarah Desa
( LMD ) atau yang disebut BPD sekarang. Di usahakan menjadi satu kecamatan.
Kecamatan mootilango diresmikan berdasarkan SK Gubernur Gorontalo pada
waktu itu bapak Fadel Muhamad No. 95 tahun 1995 pada tanggal 21 desember
2001 di desa paris pada tanggal 21 januari 2002 dimekarkan menjadi sepuluh desa
yaitu Desa Pilomonu, Desa Paris, Desa Payu, Desa Sidomukti, Desa Helumo,
Desa Talumopatu, Desa Sukamaju, Desa Karyamukti, Desa Huyula, Desa Satria.
4.1.2 LetakGeografis
Secara administrasi, kecamatan mootilango mempunyai batas-batas
wilayah sebagai berikut:
- Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan anggrek kabupaten gorontalo
utara.
- Sebelah timur berbatasan dengan desa puncak kecamatan pulubala.
- Sebelah selatan berbatasan desa potanga kecamatan boliyohuto.
- Sebelah barat berbatasan dengan desa binajaya, desa sukamakmur
kecamatan tolangohula.
Kecamatan mootilango merupakan salah satu yang berada diwilayah
administrative kecamatan mootilango kabupaten gorontalo yang secara defenitif
meliputi sepuluh desa memilki luas wilayah 10.000M2.
4.1.3 Keadaan Penduduk
Berdasarkan registrasi pada periode Juni 2009 jumlah penduduk
kecamatan mootilango sebanyak 18.740 jiwa yang tersebar di sepuluh desa
dengan rincian sebagai berikut:
1. Desa Paris 2557 jiwa
2. DesaSatria 1189 jiwa
3. DesaHuyula 2113 jiwa
4. DesaKaryamukti 1288 jiwa
5. DesaSidomukti 1992 jiwa
6. DesaTalumopatu 1474 jiwa
7. DesaPilomonu 2810 jiwa
8. DesaHelumo 1888 jiwa
9. DesaSukamaju 1199 jiwa
10. DesaPayu 2230 jiwa
4.1.4 Keadaan Tingkat Pendidikan
Berdasarkan komposisi penduduk kecamatan mootilango menurut tingkat
pendidikan dapat diketahui bahwa untuk data selengkapnya dapat di lihat pada
tabel 4.1
Tabel 4.1
Tingkat Pendidikan penduduk kecamatan mootilango
No Tingkat Pendidikan Jumlah
1. Sarjana ( S1 ) 200 orang
2. Diploma ( D2 ) 400 orang
3. SMA 1.500 orang
4. SMP 2.000 orang
5. SD 3.500 orang
6. Belum/Tidak Sekolah 11.140 orang
Jumlah 18.740 orang
Sumber Data kantor Camat Mootilango tahun 2002
4.1.5 Keadaan Potensi Ekonomi
Berdasarkan data dari kantor camat mootilango tahun 2002 dapat di
ketahui bahwa pekerjaan penduduk kecamatan mootilango sangat bervariasi
meliputi :Buruh, tani, tuka, petani, pedagang, PNS, TNI. Dengan latar belakang
pendidikan yang masih sangat rendah sehingga sebagian besar penduduk
kecamatan mootilango berprofesi sebagai petani dan buruh tani serta beberapa
diantaranya adalah pengusaha kecil dan menengah. Dalam bertani dan berdagang
sangat tergantung pada kondisi cuaca karena semua ini mempengaruhi produksi
pertanian dan hasil pendapatan masyarakat begitu pun dengan kondisi ekonomi
juga mempengaruhi penghasilan pengusaha kecil dan menengah sehingga dapat
diketahui bahwa tingkat ekonomi penduduk di kecamatan mootilango masih
rendah. Untuk lebih jelasnya mengenai tingkat pekerjaan penduduk di kecamatan
mootilango dapat di lihat pada table 4.2
Tabel 4.2
Tingkat Pekerjaan Masyarakat Kecamatan Mootilango
No. Mata Pencaharian Jumlah ( Jiwa )
1. PNS 116 orang
2. TNI 15 orang
3. Petani 6049 orang
4. Pedagang 298 orang
5. Buruh 629 orang
Jumlah 7107 orang
Sumber Data : Kantor Camat Mootilango tahun 2002
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Kurangnya Pemberian Motivasi Terhadap Kinerja Para Pegawai Yang
Di Kecamatan Mootilango
Berdasarkan penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pemberian
motivasi bagi aparatur pemerintahan Kecamatan Mootilango dalam meningkatkan
jiwa kerja atau efektifitas kerja belum terlaksana dengan baik. Oleh karena itu,
aparatur pemerintahan di Kecamatan Mootilango dalam pemberian motivasi harus
lebih di tingkatkan agar mencapai hasil yang baik dan berdampak positif pada
proses pelaksanaan pelayanan masyarakat dan tercipta suatu semangat serta
adanya semangat kerja yang bertanggung jawab secara efektif dan efisien. Karena
satu unsur yang terpenting dalam meningkatkan jiwa kerja atau efektifitas kerja
yaitu adanya motivasi yang tinggi bagi individu dan kelompok suatu organisasi
sehingga pada akhirnya akan bermuara pada proses pencapaian kesejahteraan
masyarakat.
“Seperti yang dikemukakan oleh kepala desa paris menyatakan bahwa
sejauh ini terkait dengan peningkatan kinerja atau efektifitas kerja pegawai
masih kurang terlihat efektif bahkan jarang dilaksanakan, kurangnya
motivasi, disiplin dan insiatif terkait dengan semangat kinerja yang
diberikan sesuai dengan bidang yang di kerjakan atau menjadi tanggung
jawabnya, ide pengembangan dan pemberdayaan masyarakat bahkan
aparatur pemerintah di kecamatan mootilango saat ini dalam penyelesaian
administrasi karena sekertarisnya baru seminggu menjabat, jadi masih
perlu di pantau dalam penyelesaian administrasi karena hal ini sangat
penting dalam memberikan pelayanan yang prima pada masyarakat
setempat. ( Hasil wawancara, 8 juni 2012 dengan Iwan palilati kepala desa
paris)”.
Dari hasil wawancara di atas saya menyimpulkan kinerja para pegawai
yang di kecamatan mootilango belum terlihat efektif karena para pegawai yang di
kecamatan mootilango masih kurangnya motivasi kerja dan semangat kerja yang
di berikan sesuai dengan bidang yang di kerjakan oleh mereka sendiri, jadi oleh
sebab itu kinerja para pegawai harus ditingkatkan lagi dalam pelaksanaan kerja..
4.3 Pembahasan
4.3.1kinerja Pegawai Pemerintah Kecamatan Mootilango
Dengan jelas-jelas apabila suatu organisasi selalu dihadapkan kepada
tuntutan dalam kehidupan kerja yang terus menerus berubah baik secara, internal
maupun secara eksternal terutama aparatur pemerintah kecamatan karena aparatur
yang merencanakan, melaksanakan dan melakukan pengawasan. Oleh karena itu,
berhasil tidaknya kinerja sangat tergantung pada aparatur sebagaji pelaksana
pemerintah kecamatan.
Dalam kenyataan ini, aparatur pemerintahan kecamatan sebagai pelaksana
tanggung jawab yang diberikan dari pemerintah daerah selalu ditekankan pada
perwujudan kinerja yang tinggi khususnya mengenai peningkatan jiwa kerja yang
diberikan. Kinerja atau jiwa dari aparatur pemerintahan kecamatan mootilango
pada kenyataanya harus selalu diperhatikan sehingga apa di cita-citakan sesuai
dengan apa yang menjadi keinginan masyarakat pada umumnya dapat terwujud.
“Hal demikian persoalan yang terjadi pada jiwa kerja atau kinerja dari
aparatur pemerintah kecamatan pada dasarnya belum efektif dari apa yang
diharapkan. Sebagaimana pendapat aparatur kecamatan mootilango selaku
sekertaris kecamatan mootilango mengatakan bahwa jiwa kerja aparatur
pemerintahan kecamatan mootilango belum dilaksanakan sesuai dengan
tugas, dan fungsi perlu diperbaiki diantara aparat sebagaiamana yang
diharapkan oleh masyarakat setempat disebabkan karena kurangnya
disiplin baik mengenai waktu maupun dalam tugas administrasi, keahlian
dan pengalaman yang minim serta kedisplinan dalam hal ini masyarakat
yang membutuhkan surat tersebut sangat lambat dalam pelayanan atau
penagangannya. Oleh karena itu, camat harus memperhatikan dan
mengawasi pelaksanaan jiwa kerja yang dilakukan sehingganya tidak
terjadi semacam dikriminasi antar pegawai atau pihak aparat pelaksana
dari jiwa kerja tersebut. ( Hasil wawancara, 8 juni 2012 dengan Heriwanto
Pateda SH selaku sekertaris kecamatan mootilango )”.
Kurangnya disiplin dan keterampilan yang dimiliki oleh aparatur
pemerintahan kecamatan sangat berpengaruh terhadap pemerintahan kecamatan
itu sendiri dan dampaknya akan mengurangi tingkat keefektifan pelayanan pada
masyarakat. Disisi lain dengan keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh
aparatur kecamatan dalam menjalankan organisasi pemerintahan, sehingganya
diharapkan pada seluruh aparatur pemerintahan kecamatan agar sedini mungkin
untuk mengatasi masalah apapun persoalan yang menyangkut dengan peningkatan
jiwa kerja ataupun kinerja yang diberikan, sehingga pada akhirnya tidak
berdampak pada sisi lainnya.
“Tingkat kedisplinan merupakan faktor yang sangat penting dalam sebuah
organisasi dimaksudkan untuk menciptakan suasana yang kondusif dan
menaati peraturan telah ditetapkan. Sebagaimana menurut salah seorang
tokoh masyarakat bahwa kinerja pegawai yang ada di kantor camat
mootilango harus disiplin waktu dalam bekerja karena sesungguhnya
disiplin waktu itu bisa menghasilkan kinerja yang baik di tataran aparatur
pemerintahan kecamatan. ( Hasil wawancar, 9 juni 2012 dengan MS.
Burhan Ismail selaku kasie pemerintahan kecamatan mootilango )”.
Sesuai dengan fakta yang terjadi bahwa disiplin dari aparatur
pemerintahan kecamatan mootilango masih sangat minim hal ini disebabkan
karena sebagian besar aparatur pemerintahan kecamatan masih disibukkan dengan
pekerjaan dan kegiatan masing-masing yang berkaitan dengan urusan pribadi.
Padahal ada urusan dan tanggung jawab yang lebih pokok untuk diselesaikan
dikantor camat akan tetapi aparat lebih mengutamakan kepentingan pribadi
daripada kepentingan umum.
“Selain itu juga aparatur pemerintahan kecamatan khususnya camat dan
staf lainnya kurang bertanggung jawab terhadap apa yang menjadi tugas
mereka. Sebagaimana pendapat salah seorang tokoh masyarakat
mengatakan bahwa penerapan disiplin, kinerja, motivasi, optimisme dan
orientasi ke masa depan belum tertata dengan baik sehingga sering terjadi
ketimpangan dalam masyarakat dan tidak adanya sanksi yang diberikan
pada aparatur perintahan yang tidak masuk kantor dan tidak melaksanakan
tugas yang diberikan, dan tidak saling mempercayai dan sibuk dengan
urusan masing-masing dan tidak mengutamakan pada pelayanan
masyarakat. ( Hasil wawancara, 10 juni 2012 dengan Suparman Malatia,
S.pd selaku tokoh masyarakat )”.
Dengan kurangnya kepedulian dan semangat kerja yang dimiliki oleh
aparatur pemerintahan kecamatan dalam menjalankan tugas pemerintahan serta
memberikan pelayanan terhadap mayarakat akan mengakibatkan pembangunan
desa tidak berjalan secara efektif .
“Di samping itu seperti yang dikemukakan oleh salah seorang tokoh
masyarakat desa pilomonu menyatakan bahwa aparatur pemerintahan
kecamatan merasa pintar, tidak mau terbebani dan semuanya tau beres
sehingga tidak heran antara aparat yang satu dengan aparatur pemerintahan
kecamatan yang lainnya tidak saling cocok sehingga apa yang di harapkan
mengalami hambatan. Misalnya pada kerja bakti perbaikan pagar,
keserasian jalan dan sebagainya, namun realita yang terjadi camat yang
turun lansung untuk memerintahkannya, sedangkan dalam aturan kita
ketahui bahwa didalam suatu pemerintahan baik ditingkat pusat maupun
daerah dalam hal ini kecamatan adalah terdapat beberapa staf atau
perangkat yang ditugaskan untuk membantu camat akan tetapi
kenyataannya di kecamatan mootilango yang turun langsung adalah camat.
( Hasil wawancara, 10 juni 2012 dengan Arif Latif selaku tokoh
masyarakat yang ada di kecamatan mootilango )”.
Hal ini dapat dideskripsikan bahwa peningkatan kinerja atau efektifitas
kerja pegawai dari aparatur pemerintahan kecamatan mootilango belum berjalan
dengan baik ataupun belum terlaksana sesuai dengan tugas dan fungsi masing-
masing. Kita ketahui bersama bahwa efektifitas kerja tidak akan terwujudnya
dengan sendirinya kalau tidak ada yang melaksanakan dan mengawasinya
begitupun dengan kinerja aparatur pemerintahan kecamatan tidak akan terlaksana
jika tidak adanya hubungan yang harmonis antar sesama aparatur.
“Fakta yang terjadi seperti yang di kemukakan oleh tokoh masyarakat
kecamatan mootilango mengemukakan bahwa aparat kecamatan kurang
aktif, kinerja, motivasi serta rasa optimis sudah ada hanya belum berjalan
dengan baik hal ini disebabkan karena kurangnya keaktifan mereka dalam
menjalankan tugas yang diberikan, kurangnya motivasi dari masyarakat
dan tidak saling mempercayai antar aparat bahkan sebenarnya bantuan
untuk kecamatan sudah ada hanya pelaksanaannya belum jelas diarahkan
kemana bantuan yang diberikan sehingganya akan mempengaruhi
pembangunan daerah.( Hasil wawancara, 11 juni 2012 dengan Badrun
Ahmad selaku tokoh masyarakat )”.
Dalam rangka peningkatan kinerja aparatur pemerintahan kecamatan tentu
memerlukan kerja sama dan hubungan harmonis yang memadai agar jiwa kerja
yang dilakukan aparat pemerintah kecamatan dapat terwujud sesuai dengan
harapan dan bermuara pada kesejahteraan rakyat. Akan tetapi semua ini dapat
terwujud apabila jiwa kerja aparat pemerintahan kecamatan sangat tinggi dan
tidak saling mengharapkan dalam menyelesaikan tanggung jawab yang diberikan.
“Berdasarkan pendapat salah seorang kasie PMD kecamatan mootilango
menyatakan bahwa selama ini tanggung jawab yang diberikan oleh aparat
pemerintahan kecamatan mootilango masih sebagian terlaksana agar
pelaksanaan rasa tanggung jawab kerja aparat dapat optimalkan maka
harus ditingkatkan rasa disiplin, kerja keras, rasa optimis, dan semangat
tinggi serta orientasi ke depan karena semua ini merupakan landasan untuk
melaksanakan suatu jiwa kerja yang baik. ( Hasil wawancara, 12 juni 2012
dengan Yacob Zainal Mege. SH selaku kasie PMD kecamatan mootilango
)”.
Selanjutnya dipertegas oleh salah seorang tokoh masyarakat menyatakan
“Bahwa disiplin, kerja keras, tanggung jawab, optimisme dan orientasi ke
depan sebenarnya sudah ada hanya saja belum terlaksana dengan dengan
maksimal hal ini disebabkan sarana dan prasarana penunjang kerja masih
kurang, tergantung pada honor, pendidikan dan keterampilan aparatur
yang masih rendah, sehingga pelaksanaan wewenang yang diberikan
hanya sebagian yang terlaksana. Untuk mengantisipasi hal ini camat dan
aparatnya mengadakan musyawarah agar peningkatan disiplin kerja dapat
dipatuhi. ( Hasil wawancara, 12 juni 2012 dengan Husain Rajak selaku
tokoh masyarakat kecamatan mootilango )”.
Dalam format seperti ini bahwa efektifitas kerja tidak akan berjalan
dengan baik kalau tingkat pendidikan atau sumber daya manusia dan kesadaran
dari aparatur pemerintahan kecamatan itu sendiri. Sumber daya manusia (SDM)
yang secara potensial sangat berpengaruh terhadap peningkatan efektifitas kerja
aparatur pemerintahan kecamatan. Unsur ini, menempati posisi yang strategis
yang bukan saja mewarnai melainkan menentukan arah ke mana suatu daerah
akan dibawah. Aparatur pemerintahan kecamatan adalah pelaksana kebijakan
publik yang bermuara pada kemaslahatan umat.
“Di samping itu, pendapat yang dilontarkan oleh ketua Badan
Permusyawaratan Desa ( BPD ) mengemukakan bahwa disiplin, kerja
keras, tanggung jawab, optimisme dan orientasi ke depan dalam
peningkatan efektifitas kerja aparatur pemerintahan kecamatan mootilango
sudah berjalan akan tetapi belum maksimal karena disebabkan segi
bangunan yang dan sarana prasarana yang belum menunjang. Sejalan
dengan hal tersebut, ketika dikaitkan dengan kondisi aparatur pemerintah
kecamatan mootilango sangat terlihat jelas jiwa kerja dari aparat tersebut. (
Hasil wawancara, 13 juni 2012 dengan Abdul Hafid Musa selaku ketua
BPD )”.
Sejauh ini terkait dengan peningkatan efektifitas kerja aparat dalam
meningkatkan jiwa kinerja para pegawai masih terus dipacu karena efektifitas
kerja aparatur pemerintahan kecamatan mootilango belum mencapai standar mutu
yang seperti diharapkan bersama. Hal ini terjadi karena sarana dan prasarana
penunjang yang terdapat di kantor camat mootilango sangat terbatas adanya alat-
alat perlengkapan.
Dari hasil pengamatan peneliti di lapangan khususnya aparatur
pemerintahan di kecamatan mootilango dalam peningkatan kinerja atau jiwa kerja
sangat terlihat jelas dan juga sesuai dengan apa yang dikatakan beberapa
responden dapat dikatakan bahwa sangat memprihatinkan sehingga perlu
ditingkatkan lagi efektifitasnya karena hal ini dengan sendirinya akan merangsang
tingkat partisipasi dan semangat kerja aparat. Dimana aparatur pemerintahan akan
termotivasi untuk termotivasi untuk berperan dalam proses pembangunan daerah
jika apa yang menjadi keluhan mereka dapat diatasi sedikit demi sedikit.
“Hal demikian sebagaimana yang disampaikan responden selaku aparat
menyatakan bahwa disiplin dan kerja keras aparatur pemerintahan di
kecamatan mootilango sudah terlaksana dalam melaksana tugas dan
tanggung jawab yang diberikan sebagaimana yang diharapkan oleh
masyarakat setempat akan tetapi motivasi dan orientasi ke masa depan
belum terlaksana dan juga bantuan-bantuan sudah ada tetapi
penggunaannya tidak disosialisasikan dilingkungan masyarakat. Bahkan
honor yang diberikan aparatur pemerintah kecamatan yang diterima
melalui dana yang diberikan pemerintahan kabupaten untuk aparat sudah
ada tetapi penggunaannya tidak jelas. ( Hasil wawancara, 13 juni 2012
dengan Lusiana selaku tata usaha di kantor camat mootilango )”.
Dengan demikian efektifitas kerja aparatur pemerintahan kecamatan
mootilango akan bekerja secara efektif, efisien, rasional dan objektif. Pada
dasarnya dengan memenuhi apa yang menjadi keluhan itu disaat bekerja secara
efisien dan efektif dia sudah menjalankan jiwa kerja dan bertindak secara adil
sehingga dampaknya akan bermuara pada pelayanan masyarakat dan
kesejahteraan mereka. Hal ini diperlukan suatu doktrin yang jelas supaya aparatur
pemerintah kecamatan dalam menjalankan perannya sesuai dengan ketentuan di
kecamatan mootilango dirsakan sangat penting dan harus mampu bekerja secara
transparan, profesional, produktif, berdaya saing tinggi, bertanggung jawab,
efektif dan efisien.
“Berdasarkan komentar dengan salah seorang aparatur pemerintahan
kecamatan mootilango menyatakan bahwa disiplin, kerja keras, motivasi,
optimisme dan orientasi ke masa depan sudah dilaksanakan dengan baik
dan penuh tanggung jawab sesuai dengan tugas yang diberikan oleh aparat
berhasil dengan baik apabila efektifitas kerja aparat ditingkatkan dan
dilakukan secara bertahap akan tetapi menjadi permasalahan disini karena
honor pegawai yang kurang jelas penggunaannya bagi seluruh aparat
pemerintahan kecamatan mootilango. ( Hasil wawancara, 14 juni 2012
dengan Sutrisno Manumba selaku Kasie Trantib kecamatan mootilango )”.
Dari hasil wawancara diatas penulis bisa menyimpulkan, persoalan yang
terjadi terhadap apartur pemerintahan di kecamatan mootilango merupakan hal
yang sangat penting dalam peningkatan efektifitas kinerja pegawai. Oleh karena
itu, landasan untuk melakukan suatu pekerjaan yang diberikan harus dilaksanakan
dengan penuh tanggung jawab akan tetapi semua ini tidak akan terwujud jika
tidak didukung dengan pendidikan dan pengalaman yang dimiliki. Bahkan salah
satu yang dipermasalahkan dalam sebuah organisasi yaitu mengenai gaji pegawai,
hal yang sama terjadi di Kecamatan mootilango mengenai honor ataupun insetif
untuk apatur pemerintahan kecamatan tidak jelas penggunaannya dan bahkan hal
ini sudah sering terjadi.
4.3.2 Kendala yang dihadapi Dalam Rangka Peningkatan Efektifitas Kerja
atau Kinerja Pegawai Pemerintahan di Kecamatan Mootilango
Peningkatan jiwa kerja aparatur pemerintahan di daerah kabupaten
maupun ditingkat desa berhasil atau tidak tergantung dari Sumber Daya
Manusianya. Karena kita ketahui bersama bahwa otonomi desa merupakan
otonomi yang asli bukan pemberian dari pemerintah dan sebaliknya pemerintah
berkewajiban menghormati otonomi asli yang dimiliki kecamatan tersebut.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hadari Nawawi ( 1998:40 ) bahwa Sumber
Daya Manusia adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi yang
disebut Personil, tenaga kerja, karyawan atau potensi manusia sebagai pengerak
organisasi dalam mewujudkan potensi yang merupakan aset yang berfungsi
sebagai modal dalam organisasi.
Kendala selama ini dipemerintahan tingkat kecamatan adalah tingkat
Sumber Daya Manusia yang ada, walaupun perkembangan beberapa tahun
belakangan banyak aparat pemerintah kecamatan yang memiliki latar belakang
pendidikan S1 dan S2 tetapi sebagian masih dibawah pendidikan setingkat sarjana
hal ini harus diatasi dengan seringnya mengadakan pendidikan dan pelatihan bagi
aparatur pemerintah kecamatan. Kendala berikutnya dalam hal trasnfortasi, karena
transfortasi yang ada di kecamatan mootilango belum terlalu memadai dan itu
yang sering menyebabkan para aparatur pemerintahan kecamatan sering
terlambat.
“Hal ini sesuai dengan pendapat salah seorang aparatur pemerintah
kecamatan yaitu beliau mengatakan bahwa terhambatnya pembangunan di
kecamatan disebabkan karena keterbatasan tingkat pendidikan, kadang-
kadang bawahan kurang memahami program-program yang dibuat.
Sebenarnya aparat pemerintah kecamatan juga ikut menyusun program
tersebut tetapi pada hal-hal tertentu mereka masih memerlukan instruksi-
instruksi yang jelas. ( Hasil wawancara 14 juni 2012 dengan Yacob Zainal
Mege SH selaku kasie kesos )”.
Pentingnya menciptakan Sumber Daya Manusia ( SDM ) terutama dalam
peningkatan efektifitas kinerja aparatur pemerintah di kecamatan mootilango
karena manusia merupakan faktor utama yang merencanaka dan melaksanakan
roda perintahan di kecamatan. Oleh karena itu, berhasil tidaknya suatu
pelaksanaan efektifitas kinerja sangat tergantung Manusia sebagai pelaksana
perintahan tersebut. Dalam hal ini aparatur perintahan kecamatan dituntut agar
lebih jeli untuk melihat permasalahan tersebut.
“Sebagaiman pendapat yang dikemukan oleh salah seorang tokoh
masyarakat mengatakan bahwa kulitas aparatur pemerintah kecamatan
mootilango jika dilihat dari tingkat pendidikan sudah memiliki
kemampuan tetapi kemampuan dan ketrampilan yang cukup untuk
mendukung pelaksanaan tugas-tugas mereka sebagai aparat pemerintah
kecamatan apalagi yang berkaitan dengan jiwa kerja. Hal ini disebabkan
karena tingkat pendidikan sering memperhambat aparatur perintah
kecamatan dalam menjalankan dan memahami tugas-tugas yang diberikan
oleh masyarakat. Selain itu dengan kemampuan yang cukup mempersulit
mereka dalam bekerja sama melakukan koordinasi dengan masyarakat
terutama yang berkaitan dengan masalah pelayanan publik. Ditambah
dengan kertrampilan mereka yang tidak semua bisa menggunakan sarana
dan prasarana sehingga hal ini dapat memperhambat mereka dalam
pelayanan publik. ( Hasil wawancara, 14 juni 2012 dengan Danial
Maharuju S.Pd selaku tokoh masyarakat kecamatan mootilango)”.
Untuk lebih jelasnya mengenai Sumber Daya atau tingkat pendidikan
aparatur pemerintah kecamatan mootilango dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
Tingkat Pendidikan Aparatur Pemerintahan Kecamatan Mootilango
No. Nama Jabatan
Tingkat
Pendidikan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
Radjak I. Arasi A. Ma,Pd
Heriwanto Pateda. SH
MS. Burhan Ismail. SE, MH
Yacob Zainal Mege. SH
Mifta Mustafa Habibie S.Ag
Yasra Ahmad. Amd
Sutrisno Manumba. SE
Lusiana
Hartati
Arman Babuta
Jaridi Yunus
Zulkifli Daud
Ulis Huruji
Sutrisno Menu
Ruslan Tanua
Camat
Sekertaris Camat
Kasie Pemerintah
Kasie PMD
Kasie Kesos
Kasie Pelayanan Umum
Kasie Trantib
Tata Usaha
Tata Usaha
Kepala Desa Pilomonu
Kepala Desa Talumopatu
Kepala Desa Sidomukti
Kepala Desa Karyamukti
Kepala Desa Sukamaju
Kepala Desa Payu
D3
S1
S2
S1
S1
D2
S1
SMA
SMA
SMA
PAKET C
SMA
SMA
SMA
SMA
16.
17.
18.
19.
Tamrin Polapa
Iwan Palilati
Gunawan
Abdulah Gani
Kepala Desa Huyula
Kepala Desa Paris
Kepala Desa Satria
Kepala Desa Helumo
SMA
SMA
SMA
SMA
Sumber Data : kantor Camat Mootilango tahun 2002
Berdasarkan data diatas bahwa efektifitas kinerja tidak akan berjalan
dengan baik kalau tingkat penddidikan atau Sumber Daya Manusia dan kesadaran
dari aparatur pemerintahan kecamatan itu sendiri. Sumber Daya Manusia ( SDM )
yang secara potensial sangat berpengaruh terhadap peningkatan efektifitas kinerja
aparatur pemerintahan kecamatan mooktilango.
Suatu kebijakan yang dibuat tanpa memperhitungkan data kependudukan
dapat mengakibatkan kerugian yang cukup besar karena kebijakan tersebut tidak
tepat guna dan tidak mencapai sasaran dalam implementasinya di lapangan.
Dalam sebuah organisasi seorang karyawan atau yang bekerja pada pencapaian
tujuan organisasi dapat terlaksana dengan baik. Sebagaimana menurut Mahsun (
2006 : 13 ) mengatakan bahwa kinerja adalah suatu kemampuan kerja atau
prestasi kerja yang di perlihatkan oleh seorang pegawai untuk memperoleh hasil
kerja yang optimal.
“Berdasarkan pendapat salah seorang tokoh masyarakat kecamatan
mootilango menyatakan bahwa aparatur pemerintahan di kecamatan
mootilango belum melaksanakan tugas dan fungsi mereka sebagaimana
yang diharapkan oleh masyarakat setempat. Misalnya dalam pengurusan
Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan surat-surat yang berhubungan dengan
pemerintahan kecamatan dalam hal ini masyarakat yang membutuhkan
surat tersebut sangat lambat dan tidak teratur dalam segi pelayanan. ( Hasil
wawancara, 14 juni 2012 dengan Iwan Adam selaku tokoh masyarakat
kecamatan mootilango )”.
Aparat pemerintahan kecamatan yang terdiri dari camat dan perangkat
kecamatan merupakan orang-orang yang secara langsung menjalankan roda
pemerintahan kecamatan. Agar pelaksanaan pemerintahan kecamatan dapat
berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan peraturan yang ada maka
dibutuhkan sumber daya manusia para aparat pemerintahan kecamatan dan jiwa
kerja yang tinggi. Selain itu juga harus memiliki kualitas moral yang baik pula
agar dapat dijalankan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh masyarakat
kecamatan mootilango demi mewujudkan program pemerintah di kecamatan
mootilango kabupaten gorontalo. Adapu kinerja dari aparatur pemerintahan di
kecamatan mootilango pada dasarnya belum efektif dari apa yang diharapkan.
“Selain itu, komentar yang disampaikan oleh salah seorang tokoh
masyarakat kecamatan mootilango memngemukakan bahwa kinerja aparat
kecamatan mootilango dan staf lainnya memeng sudah ada tapi belum
tertata dengan baik, cenderung tidak jelas, pengaturan tugas aparatur
belum sesuai dengan bidang masing-masing bahkan aktif nanti ada
kunjungan dari pihak pemerintahan kabupaten. (Hasil wawancara, 15 juni
2012 dengan Meni Empiyo S.Pd selaku tokoh masyarakat kecamatan
mootilango)”.
Berdasarkan beberapa uraian hasil wawancara di atas penulis dapat
mengemukakan bahwa kinerja dari aparatur pemerintahan di kecamatan
mootilango pada dasarnya belum efektif dari apa yang diharapkan dan hal ini akan
memperhambat dalam peningkatan efektifitas atau jiwa kerja yang di harapkan.
Disamping itu, disiplin merupakan suatu sikap ketaatan aturan tertulis dan
lebih ditekankan pada pelaksanaan aturan oleh pejabat atau petugas yang secara
langsung bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan yang sudah ada
ditetapkan. Disiplin dapat dibagi menjadi dua jenis yang sangat dominan dalam
usaha menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh
lembaga atau organisasi dan kedua jenis disiplin tersebut tidak dapat dipisahkan
dan saling mempengaruhi yang harus tetap sejalan. Adapun disiplin yang
dimaksudkan adalah sebagi berikut:
Disiplin waktu adalah suatu sikap jenis disiplin yang paling mudah
dilihat dan diawasi baik oleh pengaturan yang bersangkutan maupun
oleh masyarakat yang menjalankan suatu kegiatan dalam organisasi.
Disiplin kerja adalah suatu sikap jenis disiplin yang dilihat dari
bagaimana mereka dalam menjalankan tugas-tugas yang diberikan oleh
atasannya maupun oleh masyarakat bisa berjalan dengan baik dan
mencapai hasil yang maksimal.
Salah satu faktor yang menghambat aparat kecamatan mootilango dalam
memberikan pelayanan publik yang baik adalah masalah disiplin waktu, hal itu
sesuai dengan salah satu keluhan masyarakat yang akan mengurus surat-surat di
kantor camat mootilango.
Berdasarkan pengamatan penulis pada waktu penelitian di kantor camat
mootilango hampir sebagian besar aparat pemerintahan kecamatan mootilango
datang terlambat, karena pada waktu itu penulis sudah tiba di kantor pukul 07.30
untuk melihat apakah aparat pemerintahan kecamatan mootilango disiplin
terhadap waktu atau tidak, tapi kenyataannya banyak aparat kecamatan datang
terlambat. Dengan datang terlambatnya aparat pemerintah kecamatan ini membuat
kinerja aparatur pemerintah tidak sesuai dengan apa yang diharapakan masyarakat
pada umumnya.
Aparatur pemerintahan kecamatan harus memiliki tanggung jawab yang
merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap karyawan ataupun pegawai
dalam menjalankan suatu roda organisasi. Pekerjaan yang diberikan dari atasan
harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab baik kebahagiaan maupun
kegagalan dan tidak berwatak mencari perlindungan ke atas serta tidak
melemparkan kesalahan sesama anggota pegawai. Tujuan organisasi atau
pencapaian hasil kerja dapat tercapai dengan baik maka setiap karyawan harus
bertanggungjawab sesuai dengan bidang masing-masing agar tidak saling
menyalahkan satu sama lain.
“Sebagaimana pendapat salah seorang pemerintah kecamatan selaku
sekertaris kecamatan mootilango bahwa pelaksanaan rasa tanggungjawab
aparatur pemeritahan kecamatan mootilango belum maksimal, hal ini bisa
dilihat banyaknya aparat kecamatan yang datang terlambat maka akan
mengakibatkan pelayanan terhadap masyarakat juga mengalami hambatan
karena ada sebagian urusan yang tidak bisa dilakukan oleh aparat kecamatan
lainnya. Seperti urusan pembuatan surat izin yang dibutuhkan oleh warga
masyarakat apabila Camat tidak ada di kantor kecamatan atau terlambat
datang maka orang tersebut harus menunggu atau kembali lagi besok dan ini
merupakan salah satu hal yang tidak terpuji bagi seorang pimpinan. Aparatur
pemerintahan kecamatan adalah pelaksana kebijakan publik yang bermuara
pada kemaslahatan masyarakat di kecamatan harus benar-benar menjalankan
tugas dan fungsi yang diembanya ( Hasil wawancara, 8 juni 2012 dengan
Hariwanto Pateda SH selaku sekertaris kecamatan Mootilango)”.
Sebagai aparatur perintahan kecamatan yang menjalankan pekerjaan yang
benar dan menghasilkan satu unit pekerjaan yang baik dapat diselesaikan tepat
pada waktunya dan system pelayanan yang baik terhadap masyarakat harus sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan berdasarkan capaian sasaran dengan
menggerakan segala sumber daya secara cermat ke arah pembanggunan sektor riil
pada prinsipnya sudah tertanam dalam manajemen pemerintahan di Kecamatan
Mootilango.
Dari hasil wawancara diatas penulis bisa menyimpulkan bahwa kendala
yang di hadapi oleh pegawai kecamatan mootilango salah satunya keterbatasan
tingkat pendidikan yang masih dibawah dan ini akan menyebabkan hambatnya
pembangunan,kemudian hambatan keduanya adalah pegawai yang ada di
kecamatan mootilango sering terlambat karena penyebab utamanya kurangnya
kendaraan yang dinaiki oleh pegawai menuju ke kantor camat.
4.3.3 Upaya Peningkatan Kinerja Pegawai Pemerintahan Di Kecamatan
Mootilango
Peningkatan kinerja aparatur pemerintahan sangat penting untuk
dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan pemerintah harus mendapatkan
motivasi yang tinggi. Motivasi merupakan suatu pendorong yang didefinisikan
sebagai dorongan bagi setiap aparatur baik yang bersumber dari dalam diri
maupun dari luar untuk melaksanakan tugas yang diberikan kepadanya, minat
terhadap pekerjaan, kondisi kerja ( hubungan kerja dengan atasan dan antara rekan
sesama kerja) imbalan jasa/penghasilan yang di dapat dalam pekerjaan. Motivasi
faktor yang urgen dalam rangka menimbulkan keinginan motivasi dan dorongan
bagi seseorang untuk melakukan sesuatu. Sebagaimana yang tercantum dalam
jiwa kerja atau kinerja seperti menurut Rusyan ( 2002: 3 ) fungsi kinerja adalah
pendorong timbulnya perbuatan, penggairah dalam aktivitas, dan penggerak
seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu perbuatan.
“Berdasarkan komentar dengan aparatur pemerintah kecamatan
mengatakan bahwa salah satu upaya dalam meningkatkan jiwa kerja
aparatur pemerintahan kecamatan dilakukan dengan cara pemberian
motivasi. Pemberian motivasi yang tepat dan terarah pada aparatur
pemerintahan di kecamatan mootilango dapat mengembangkan suatu
organisasi. Selain itu, pemberian motivasi kepada aparatur sangat
dibutuhkan sebab suatu pekerjaan akan berhasil dengan baik apabila dalam
kinerja aparat ditingkatkan dan dilakukan secara bertahap dalam agar
dapat dicapai secara optimal dan membangun kesadaran dari anggota
organisasi akan pentingnya proses kerja aparat sehingga perlu adanya
kedewasaan atau komitmen dari seluruh aparat pemerintahan di kecamatan
mootilango. ( Hasil wawancara, 8 juni 2012 dengan Radjak I. Arasi.
A.Ma,Pd selaku camat mootilango )”.
Pada dasarnya pemberian motivasi ini sangat diperlukan karena dengan
adanya motivasi yang dimiliki akan memperlancar kinerja dan jiwa kerja aparatur
pemerintahan di kecamatan mootilango. Selain itu juga, motivasi yang dibangun
harus benar-benar mampu untuk membangkitkan kinerja aparatur sehingga apa
yang diharapkan oleh aparat pemerintahan dan juga masyarakat dapat mencapai
hasil yang maksimal.
“Selanjutnya di pertegas oleh salah seorang tokoh masyarakat kecamatan
mootilango menyatakan bahwa peningkatan kinerja aparat kecamatan
berupa pemberian motivasi akan teatapi hanya sebatas pada penbinaan,
cara kerja aparat belum terpetakan dengan jelas, dan belum adanya
pemberian penghargaan dan hadiah bagi aparat yang memiliki kinerja
yang baik. Bahkan pembinaan tersebut dilakukan oleh camat mootilango
pada waktu melakukan pertemuan dengan aparatur pemerintahan
kecamatan. Namun hal ini demikian tidak cukup untuk ditunjang oleh
peningkatan kesejahteraan masyarakat, pemberian arahan dan bimbingan
tentang perlunya kinerja yang baik karena semua ini akan berpengaruh
terhadap pelayanan publik di kecamatan mootilango. ( Hasil wawancara,
10 juni 2012 dengan Bakri Ismail selaku tokoh masyarakat kecamatan
mootilango )”.
Dalam menjalankan roda pemerintahan di daerah sampai pada
pemerintahan kecamatan sesuai dengan amanah asas desentralisasi aparatur
pemerintahan kecamatan harus di tunjang oleh Sumber Daya Manusia ( SDM )
dan ketrampilan aparatur yang memadai dalam meningkatkan jiwa kerja yang
efektif. Hal ini seperti dikemukakan Kurniawan, ( 2005 : 52 ) menyatakan bahwa
untuk dapat menilai sejauh mana kualitas kerja yang diberikan pegawai atau
karyawan dan antar sesama karyawan perlu adanya kriteria yang
menunjukkanapakah mutu pelayanan dan ketrampilan yang diberikan sudah
mencapai hasil yang maksimal.
Suatu pekerjaan apapun bentuknya tentu memerlukan kertrampilan
tertentu, misalnya seorang pemimpin dalam organisasi harus memiliki
ketrampilan teknis daam menggerakkan anggota yang dipimpinnya. Demikian
juga dengan aparatur pemerintahan kecamatan dalam menjalankan fungsi
utamanya sebagai fasilitator sekaligus pelaksana dan penanggung jawab
pembangunan harus memiliki ketrampilan, khususnya ketrampilan teknis yaitu
pengetahuan teknik dan peralatan dalam melaksanakan tugas. Penguasaan
terhadap teknik saja tidak cukup namun perlu ditunjang oleh ketrampilan lain
yang tidak kalah pentingnya.
Penyelenggraan Sumber Daya Manusia ( SDM ) dalam peningkatan karir
baik bagi mereka yang melaksanakan tugas yang sifatnya teknikal dan
operasional, fungsional bagi mereka yang menduduki berbagai tingkat jabatan
dalam aparatur pemerintahan. Karena sifatnya, kegiatan pelatihan keterampilan
merupakan kegiatan penunjang bagi suatu organisasi yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kemampuan seluruh pegawai dalam organisasi tersebut untuk
menyelenggarakan fungsi yang merupakan tanggung jawabnya. Sebagai kegiatan
penunjang, program pendidikan dan pelatihan keterampilan merupakan tugas
satuan kerja yang mengelolah Sumber Daya Manusia ( SDM ).
“Selanjutnya dipertegas dengan tokoh masyarakat kecamatan mootilango
menurut beliau bahwa untuk meningkatkan keterampilan aparatur
pemerintah kecamatan pada dasarnya merupakan penyelenggaraan proses
belajar mengajar dalam rangka peningkatan kemampuan aparat
pemerintahan desa dalam melaksanakan tugasnya. Adapun kegiatan yang
telah dilaksanakan di kecamatan mootilango antara lain kerja bakti sosial,
kegiatan yassinan, kegiatan lomba menganyam antar pegawai dan
masyarakat, BKMP ( Badan Kontak Majelis Taklim ) dan lomba menu.
Semua ini terwujud melelui kerja sama antara aparatur pemerintahan
kecamatan dengan ibu-ibu PKK. Kegiatan ini khususnya yassinan
dilaksanakan seminggu sekali yaitu setiap malam jum’at. (Hasil
wawancara, 10 juni 2012 dengan Suparman Malatia, S.Pd selaku tokoh
masyarakat kecamatan mootilango )”.
Berdasarkan uraian hasil wawancara di atas penulis dapat mengambil
kesimpulan bahwa keterampilan aparatur pemerintahan di kecamatan mootilango
merupakan faktor yang terutama dalam aparatur pemerintahan kecamatan karena
manusia yang merencanakan dan melaksanakan suatu aktivitas kerja. Oleh karena
itu, berhasil tidaknya suatu pelaksanaan jiwa kerja yang sangat tergantung pada
manusia sebagai pelaksana pemerintahan kecamatan tersebut. Dalam hal ini
aparatur kecamatan sangat dituntut agar lebih mengembangkan sumber daya
keterampilan yang benar-benar mampu dan handal sesuai dengan bidang yang
dikerjakan atau menjadi tanggung jawabnya.
Program pendidikan dan pelatihan dalam rangka peningkatan kinerja
diarahkan pada pemeliharaan dan peningkatan kinerja aparatur pemerintahan
kecamatan. Pendidikan adalah suatu proses yang didesain untuk memelihara
ataupun meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan kecamatan, sedangkan
pelatihan adalah suatu proses yang direncanakan untuk meningkatkan kecakapan
yang diperlukan bagi aktivitas kerja dimasa yang akan datang. Sebagaimana yang
tercantum pada definisi efektifitas kerja menurut siagian ( 2002 : 10 ) menyatakan
bahwa norma-norma yang bersifat mengikat dan ditetapkan secara eksplist serta
praktek-praktek yang diterima dan diakui sebagai kebiasaan yang wajar untuk
dipertahankan dan diterapkan dalam kekaryaan para anggota suatu organisasi.
Selain itu kegiatan pengembangan sumber daya manusia menurut Schuler ( 2003 :
89 ) bahwa untuk meninggkatkan produktivitas, dengan mengikuti kegiatan
pengembangan berarti pagawai juga memperoleh tambahan keterampilan dan
pengetahuan baru yang bermanfaat bagi pelaksanaan pekerjaan mereka. Dengan
demikian diharapkan juga secara tidak langsung akan menigkatkan produktivitas
kerjanya.
Program pendidikan dan pelatihan dapat diselenggarakan sendiri oleh
organisasi tertentu, akan tetapi dapat pula dilakukan dengan bekerja sama dengan
organisasi profesional dalam bidang pendidikan dan pelatihan. Hal ini
dimaksudkan agar aparatur pemerintahan kecamatan mootilango tidak ketinggalan
dengan kecamatan-kecamatan lain dan dapat menambah wawasan aparatur
pemerintahan di kecamatan tersebut. Oleh karena itu, dengan melihat upaya yang
dilakukan oleh aparatur maka tentu saja akan dapat menambah jiwa kerja bagi
pemerintahan kecamatan setempat dan tanggung jawab yang diberikan akan
berjalan dengan maksimal bahkan dari segi pelayanan masyarakat akan semakin
membaik.
Berdasarkan pendapat dengan aparat selaku Kasie pemerintahan
kecamatan mootilango menyatakan bahwa jenis kegiatan yang pernah diikuti oleh
aparat pemerintahan di kecamatan mootilango yang berkaitan dengan kualitas
aparat pemerintahan kecamatan yang bermuara pada peningkatan jiwa kerja
aparatur antara lain sebagai berikut:
a. Pendidikan dan pelatihan administrasi umum yang berkaitan dengan
tugas masing-masing.
b. Mengikuti bimbingan dalam rangka menigkatkan kinerja aparatur
pemerintahan.
c. Pelatihan dalam panwas pilkada, serta
d. Pengisian pendataan penduduk.
Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan dengan mengiikut sertakan
pendidikan dan pelatihan aparatur pemerintahan Kecamatan Mootilango yaitu:
a. Untuk meningkatkan pengetahuan, keahlian dan ketrampilan serta
pembentukan kepribadian kerja aparat pemerintahan Kecamatan
Mootilango.
b. Untuk menanamkan pola pikir yang dinamis dan bernalar agar
memiliki wawasan yang menyeluruh untuk melaksanakan tugas umum
pemerintah Kecamatan dan membangun desa ( hasil wawancara, 10
juni 2012 dengan MS Burhan Ismail, SE, MH ).
Berdasarkan hasil wawancara di atas, penulis dapat mengambil suatu
benang merah bahwa yang menjadi tujuan dari pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan pada aparatur pemerintahan kecamatan mootilango yaitu untuk
meningkatkan keterampilan dan menambah pengetahuan atau wawasan pada
aparatur pemerintahan kecamatan mootilango dalam proses pelaksanaan
pelayanan masyarakat, sehingga tercipta suatu kinerja yang bertanggung jawab
secara efektif dan efisien, sehingga pada akhirnya peningkatan efektifitas kerja
dapat terlaksana dengan baik.
Sejalan dengan perkembangan bahwa berdasarkan hasil penelitian bahwa
fasilitas dan sarana penunjang yang ada di kantor kematan mootilango sangat
minim. Oleh karena itu perlu diupayakan pengadaan fasilitas dan sarana
penunjang yang dapat dilakukan melalui usaha-usaha sebagai berikut:
a. Pimpinan dapat menganalisis kebutuhan yang digunakan dalam proses
upaya meningkatkan efektifitas kerjaaparatur pemerintahan kecamatan
mootilango.
b. Pemimpin dapat mengajukan kebutuhan kepada lembaga setingkat
diatasnya yaitu pemerintah kabupaten.
c. Fasilitas yang telah diterima oleh aparat pemerintahan kecamatan
mootilango dalam upaya meningkatkan efektifitas kerja seharusnya dapat
dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya.
Berdasarkan kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa efektifitas kerja
aparatur pemerintahan kecamatan mootilango belum maksimal. Hal ini sesuai
dengan pendapat dengan salah seorang tokoh masyarakat Kecamatan mootilango
mengatakan bahwa hal ini disebabkan karena kurang disiplinnya aparat dalam
pengerjaan segala sesuatu yang berhubungan dengan kepentingan masyarakat
Kecamatan ( Hasil wawancara, 10 juni 2012 dengan Badrun Ahmad selaku tokoh
masyarakat ).
Untuk meningkatkan efektifitas kerja aparatur pemerintahan di kecamatan
harus ada faktor pendukung, yang dimaksud dengan faktor pendukung adalah
semua faktor yang dapat membantu kelancaran pelaksanaan suatu kegiatan.
Berkaitan dengan hal pelayanan publik oleh aparat kecamatan maka faktor
pendukungnya adalah semua faktor yang dapat membantu kelancaran kegiatan
pemberian pelayanan publik kepada masyarakat.
Adapaun faktor pendukung peningkatan efektifitas kerja pemerintahan
kecamatan mootilango dalam pelayanan pulik yaitu:
Faktor Pendidikan
Pendidikan disini merupakan proses belajar yang dilakukan secara
sadar yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan. Yang didalamnya
termasuk kemampuan dan ketrampilan. Kemampuan adalah berkaitan
dengan dapat melakukan pekerjaan/tugas sehingga menghasilkan barang
atau jasa yang sesuai dengan apa yang diharapkan. Sedangkan ketrampilan
adalah kemempuan melaksanakan pekerjaan/tugas dengan menggunakan
anggota badan peralatan kerja yang tersedia.
Faktor Sarana Pelayanan
Sarana pelayanan adalah segala jenis perlengkapan kerja dan
fasilitas yang berfungsi sosial untuk memenuhi kepentingan orang-orang
yang sedang brhubungan dengan organisasi atau lembaga. Sarana
berfungsi antara lain untuk mempercepat pelaksanaan pekerjaan sehingga
dapat menghemat waktu, meningkatkan produktifitas baik berupa barang
atau jasa, serta menimbulkan kenyamanan dan perasaan puasbagi
masyarakat yang berkepetingan sehingga dapat sedikit mengurangi sifat
emosional mereka.
Di kecamatan mootilango sarana pelayanan yang tersedia berupa peralatan
kerja, gedung tempat pemerintah kecamatan bekerja ditambah manusia sebagai
pelaksana kerjanya. Sebagai pelaksana kerja adalah para aparat kecamatan yang
bertugas memberikan pelayanan publik kepada masyarakat. Sedangkan peralatan
kerja adalah sebagai alat penunjang agar pekerjaan bisa dilakukan secara cepat
dan tepat. Pada kantor kecamatan mootilango hanya terdapat 1 macam jenis
peralatan kerja, yaitu Komputer dang sebagai peralatan kerja yang bersifat
tunggal-guna ( single purpose equipment ) dan digunakan untuk mengetik
berbagai macam jenis surat menyurat. Keberadaan komputer tersebut cukup
membantu aparat pemerintahan kecamatan dalam memberikan pelayanan publik
kepada masyarakat terutama dalam pelayanan pada pembuatan surat izin dan surat
keterangan. Akan tetapi jika yang dapat mengoperasikan komputer tersebut hanya
operator kecamatan dan sekertaris camat. Selain peralatan kerja yang dibutuhkan
oleh paraaparat kecamatan dalam menjalankan pemerintahan kecamatan adalah
tersedianya tempat kerja yang layak.