36
65 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil Sekolah SMP Kristen 1 berada di belakang kampus UKSW, tepatnya di Jalan Kemiri Raya No. 1. Dengan lokasi yang berdekatan dengan kampus, maka sekolah ini sebenarnya memiliki lokasi yang mudah dijangkau. Pada tahun ajaran 2017/2018, SMP Kristen 1 memiliki siswa sebanyak 52 anak. Sekolah ini memiliki sejarah yang cukup baik, dimana SMP Kristen 1 pernah menjadi sekolah favorit bagi masyarakat kota Salatiga. Namun, seiring berjalannya waktu, sekolah ini mengalami penurunan dalam jumlah siswa. Hal tersebut dikarenakan pandangan masyarakat yang lebih memilih anaknya bersekolah di sekolah negeri. Saat ini, SMP Kristen 1 sedang berusaha menaikkan eksistensinya kembali. Terbukti dengan meningkatnya akreditasi sekolah yang didapatkan pada tahun 2017, dari C menjadi B. Kenaikkan nilai akreditasi tersebut menjadi semangat tersendiri bagi warga SMP Kristen 1 Salatiga. Pada Ujian Nasional tahun ajaran 2016/2017, sekolah ini berada di peringkat 17 dari 23 sekolah negeri dan swasta yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil Sekolah€¦ · BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1. Profil Sekolah SMP Kristen 1 berada di belakang kampus UKSW ... 4 WI

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 65

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

    4.1. Profil Sekolah

    SMP Kristen 1 berada di belakang kampus

    UKSW, tepatnya di Jalan Kemiri Raya No. 1. Dengan

    lokasi yang berdekatan dengan kampus, maka

    sekolah ini sebenarnya memiliki lokasi yang mudah

    dijangkau. Pada tahun ajaran 2017/2018, SMP

    Kristen 1 memiliki siswa sebanyak 52 anak.

    Sekolah ini memiliki sejarah yang cukup baik,

    dimana SMP Kristen 1 pernah menjadi sekolah

    favorit bagi masyarakat kota Salatiga. Namun, seiring

    berjalannya waktu, sekolah ini mengalami

    penurunan dalam jumlah siswa. Hal tersebut

    dikarenakan pandangan masyarakat yang lebih

    memilih anaknya bersekolah di sekolah negeri.

    Saat ini, SMP Kristen 1 sedang berusaha

    menaikkan eksistensinya kembali. Terbukti dengan

    meningkatnya akreditasi sekolah yang didapatkan

    pada tahun 2017, dari C menjadi B. Kenaikkan nilai

    akreditasi tersebut menjadi semangat tersendiri bagi

    warga SMP Kristen 1 Salatiga. Pada Ujian Nasional

    tahun ajaran 2016/2017, sekolah ini berada di

    peringkat 17 dari 23 sekolah negeri dan swasta yang

  • 66

    ada di Salatiga. Usaha lainnya dalam meningkatkan

    eksistensi sekolah adalah dengan mengikutkan

    beberapa murid menjadi peserta dalam lomba-lomba

    yang diadakan oleh Dinas Pendidikan maupun

    sekolah lainnya. Pada tahun ini pula, beberapa

    penghargaan dan juara diraih oleh murid SMP

    Kristen 1 Salatiga.

    Para siswa di SMP Kristen 1 tidak hanya

    mendapat pendidikan secara akademik. Namun,

    sekolah ini menyediakan muatan lokal Ketrampilan

    Fotografi, serta beragam ekstrakurikuler seperti,

    Pramuka, Seni Tari, Olah Vokal, Ketrampilan

    Menjahit, Olahraga, Ketrampilan Komputer, dan

    Karya Ilmiah Remaja. Sehingga, selain belajar mata

    pelajaran inti, mereka juga dapat meningkatkan

    ketrampilan yang dapat digunakan untuk

    kehidupan. Disamping itu, SMP Kristen 1 juga

    menyediakan beberapa fasilitas dan sarana

    pendidikan termasuk multimedia yang dapat

    mendukung proses belajar mengajar di kelas.

    Terdapat 2 LCD proyektor, serta 3 buah laptop yang

    dapat digunakan untuk mendukung PBM di kelas.

    Selain itu, perpustakaan dan lab IPA, terdapat juga

    lab komputer yang dilengkapi dengan 25 unit

    komputer dan jaringan internet. Sehingga, dengan

  • 67

    adanya fasilitas tersebut, pada tahun ajaran

    2017/2018 SMP Kristen 1 Salatiga akan

    melaksanakan Ujian Nasional Berbasi Komputer

    secara mandiri.

    SMP Kristen 1 Salatiga memiliki guru sebanyak

    15 orang, dan beberapa diantaranya mendapat tugas

    tambahan sebagai Kepala Sekolah, Wakil Kepala

    Sekolah, kepala Laboratorium, dan Kepala

    Perpustakaan. Terdapat seorang staff administrasi

    sekolah dan seorang pekarya di sekolah ini.

    SMP Kristen 1 Salatiga memiliki visi yaitu

    “OPTIMIS mencapai cita-cita, KREATIF dalam

    berkarya, dan CINTA lingkungan berlandaskan

    firman Tuhan”. Berdasarkan pada visi tersebut,

    maka dirumuskanlah beberapa misi untuk dijadikan

    arah dalam pencapaian visi, yaitu sebagai berikut:

    1) Menumbuhkan penghayatan dan penerapan

    ajaran agama dalam kehidupan pribadi,

    bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

    2) Mendorong dan membantu siswa mengenal

    dan mengembangkan potensi diri, dengan

    semangat keunggulan lokal dan global

    bernuansa tanah air;

    3) Menyelenggarakan KBM dan bimbingan secara

    kreatif dan efektif serta menyenangkan untuk

  • 68

    mengembangkan potensi akademik dan non

    akademik;

    4) Menumbuhkan kepedulian terhadap

    lingkungan;

    5) Menyediakan sarana prasarana yang sesuai

    dengan tuntutan kurikulum secara bertahap.

    4.2. Kondisi Awal Penelitian

    Dari hasil penelitian yang telah dilakukan,

    kompetensi dan penggunaan Teknologi Informasi dan

    Komunikasi di kalangan guru SMP Kristen 1 masih

    tergolong rendah. Hal tersebut dapat dibuktikan

    dengan minimnya penggunaan multimedia sebagai

    media pembelajaran di kelas. Jika dilihat pada

    proses pembelajaran di kelas, maka masih banyak

    guru yang menerapkan metode konvensional dalam

    kegiatan pembelajaran. Materi pelajaran kebanyak

    disampaikan dengan ceramah. Peserta didik hanya

    belajar melalui teori yang disampaikan guru tanpa

    mendapat gambaran yang membuat peserta didik

    lebih paham. Sehingga, pengajaran yang dilakukan

    dirasa belum optimal. Lebih lagi, sebagian guru

    hanya terpaku pada buku yang disediakan oleh

    pemerintah sebagai bahan ajar di kelas. Penggunaan

    multimedia yang disediakan oleh sekolah dirasa

  • 69

    belum maksimal. Hal tersebut disebabkan karena

    sebagian besar guru masih merasa kesulitan dalam

    menggunakannya. Berdasarkan pada hasil kuisioner,

    multimedia dianggap sulit untuk dipelajari karena

    dirasa sudah sangat maju. Langkah-langkah yang

    digunakan dalam mengoperasikan multimedia

    dianggap terlalu rumit.

    Hanya sebagian kecil guru yang pernah

    mengikuti pelatihan multimedia pembelajaran.

    Kesempatan untuk mengikuti pelatihan, hanya

    datang dari agenda Dinas Pendidikan Kota Salatiga.

    Lebih lagi, kesempatan tersebut hanya terbatas pada

    guru mata pelajaran tertentu. Sehingga, tidak semua

    guru mendapat kesempatan untuk mengikuti

    pelatihan dan belajar tentang penggunaan TIK dalam

    pembelajaran. Terlebih, belum pernah ada pelatihan

    multimedia atau pembuatan media pembelajaran

    berbasis TIK yang dilaksanakan secara mandiri oleh

    sekolah. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala

    Sekolah melalui penjelasan berikut

    “Sekolah belum pernah mengadakan kegiatan pelatihan atau IHT, karena susah untuk mencari waktu yang semua bisa mengikuti. Masing-masing memiliki kegiatan sendiri. Sebenarnya ada keinginan untuk mengadakan IHT pada bidang-bidang tertentu. Tapi kelihatannya hal-hal yang seperti itu masih dianggap bukan kebutuhan

  • 70

    untuk meningkatkan ketrampilan.” (Wawancara, 15 Oktober 2017)

    Anggapan bahwa pelatihan pembuatan media

    pembelajaran berbasis TIK diperlukan bagi guru-

    guru di SMP Kristen 1 Salatiga juga disampaikan

    oleh salah seorang guru melalui pernyataan berikut

    “Kalau melihat keadaan yang sekarang memang dibutuhkan. Apalagi pelatihan multimedia atau yang berhubungan dengan TIK. Itu kan diperlukan apalagi nanti kalau kita sudah pakai kurikulum 2013. Pasti akan banyak menggunakan multimedia dan pasti butuh sekali pelatihan.” (SL, wawancara 25 Oktober 2017)

    Berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan,

    pemenuhan akan kebutuhan pelatihan menjadi satu

    hal yang penting. Kebutuhan tersebut berkaitan

    dengan penguasaan kompetensi TIK yang masuk

    dalam ranah pedagogik yang seharusnya dikuasai

    oleh setiap guru. Oleh karena itu, pelatihan

    pembuatan media pembelajaran berbasi TIK menjadi

    salah satu strategi yang dapat dilaksanakan untuk

    meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

    membuat media pembelajaran berbasis TIK, yang

    pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas

    guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

    Dalam hal ini, In-House Training menjadi pilihan

    sebagai strategi untuk meningkatkan kemampuan

  • 71

    guru dalam membuat media pembelajaran berbasis

    TIK di SMP Kristen 1. Pendekatan yang digunakan

    dalam pelatihan ini adalah pendekatan andragogi

    karena peserta pelatihan merupakan pembelajar

    dewasa. Sehingga, dengan pendekatan andragogi,

    kebutuhan belajar peserta dapat terpenuhi dengan

    cara yang sesuai.

    Terdapat beberapa manfaat yang didapatkan

    dari pelatihan ini, antara lain dapat membuat guru

    lebih terampil dalam menggunakan media TIK dalam

    pembelajaran. Selain itu, kemampuan guru dalam

    membuat media pembelajaran akan meningkat.

    Secara umum, pelatihan ini berguna untuk

    pengembangan kompetensi TIK bagi guru-guru.

    Sehingga, pemenuhan kebutuhan sumber daya

    manusia di SMP Kristen 1 dapat dilakukan.

    4.3. Pelaksanaan Penelitian

    Penelitian ini merupakan penelitian tindakan

    (action research) yang bertujuan untuk mengetahui

    upaya peningkatan kemampuan guru dalam

    membuat media pembelajaran berbasis TIK melalui

    in-house training dengan pendekatan andragogi di

    SMP Kristen 1 Salatiga. In-house training

    diselenggarakan di sekolah, sebab dirasa lebih efektif

  • 72

    dan efisien. Strategi ini dilakukan berdasarkan

    pemikiran bahwa untuk meningkatkan kompetensi

    TIK tidak harus dilakukan di luar lingkungan

    sekolah, sehingga banyak menghemat waktu dan

    biaya seperti yang diungkapkan oleh Danim (2010).

    SMP Kristen 1 Salatiga sudah memiliki perangkat

    komputer yang cukup baik dan berjumlah 20 set,

    yang mana jumlah tersebut mencukupi untuk

    kebutuhan pelatihan. Subyek penelitian ini adalah

    12 guru mata pelajaran di SMP Kristen 1 Salatiga.

    Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini

    adalah sebagai berikut:

    1) Pelaksanaan penelitian dimulai pada bulan

    Oktober 2017 sampai dengan Januari 2018,

    dengan rincian sebagai berikut: Need

    assessment pada bulan Oktober 2017,

    2) Merumuskan tujuan dan sasaran, bulan

    November 2017 minggu ke-1,

    3) Mengembangkan program, bulan November

    2017 minggu ke-2 sampai minggu ke-3,

    4) Menyusun Action Plan, bulan Desember 2017,

    5) Melaksanakan program, bulan Januari 2018,

    6) Monitoring, bulan Januari 2018,

    7) Evaluasi, bulan Januari 2018.

  • 73

    4.4. Deskripsi Hasil Penelitian

    4.4.1. Kondisi Pra Siklus

    Tabel 4.1 Hasil Pengisian Lembar Angket

    Kondisi awal kemampuan guru dalam

    membuat media pembelajaran berbasis TIK dapat

    dilihat dari angket yang dibagikan kepada setiap

    guru serta nilai pre-test yang dilaksanakan sebelum

    pelatihan. Soal-soal pada pre-test yang diberikan

    tentang pengenalan dasar PowerPoint serta beberapa

    bagaimana pengoperasian PowerPoint. Sebagian

    besar guru masih belum memahami tentang

    pembuatan media pembelajaran berbasis TIK, oleh

    NoNama

    Peserta

    Memahami Aplikasi

    Microsoft

    PowerPoint

    Mampu

    menggunakan

    Aplikasi PowerPoint

    Mengikuti pelatihan media

    pembelajaran berbasis TIK

    Menggunakan PowerPoint

    sebagai media pembelajaran

    TP KP P SP TM KM M SMTidak

    pernahJarang

    Kadang

    -kadangSering

    Tidak

    pernah

    Kadang-

    kadangSering Selalu

    1 MR

    2 AR

    3 AY

    4 WI

    5 SL

    6 SH

    7 PT

    8 TH

    9 EK

    10 CT

    11 EN

    12 WN

    13 CH

    14 WY

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    √ √ √ √

    Total 3 7 4 0 4 6 4 0 11 2 1 0 10 3 1 0

  • 74

    sebab itu hanya sebagian kecil guru yang

    menggunakan PowerPoint sebagai media

    pembelajaran di kelas.

    Data rekapitulasi perolehan skor dari hasil

    observasi, angket, dan pre-test dari 12 guru dapat

    dilihat pada Tabel 4.2.

    Tabel 4.2 Rekapitulasi Hasil Observasi, Angket, dan Nilai

    Pre-Test

    NO KATEGORI JUMLAH PRESENTASE (%)

    1

    Guru yang belum memahami dan kurang mahir dalam penggunaan (pengoperasian) PowerPoint.

    10 72%

    2

    Guru yang sudah memahami dan bisa mengoperasikan PowerPoint

    4 28%

    3 Guru yang menggunakan PowerPoint sebagai media pembelajaran

    3 25%

    4

    Guru yang belum menggunakan PowerPoint sebagai media pembelajaran

    10 72%

    5

    Guru yang sudah pernah mengikuti pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis TIK

    4 28%

  • 75

    NO KATEGORI JUMLAH PRESENTASE (%)

    6

    Guru yang belum pernah mengikuti atau mendapatkan pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis TIK

    11 79%

    7 Guru dengan nilai pre-test>76

    1 8%

    8 Guru dengan nilai pre-test< 76

    11 92%

    Sumber data: Hasil Pengolahan Hasil Observasi, Angket, dan Nilai Pre-test Sebelum Tindakan (terdapat pada lampiran)

    Berdasarkan tabel 4.2, dapat diketahui bahwa

    terdapat 7 guru yang belum memahami cara

    penggunaan dan pengoperasian PowerPoint sebagai

    media pembelajaran. Dari 5 orang guru yang sudah

    memahami penggunaan PowerPoint, hanya 3 orang

    guru yang menggunakannya sebagai media

    pembelajaran. Jika dipresentase, hanya 25% guru

    yang membuat media pembelajaran menggunakan

    PowerPoint. Bahkan, dari 25% guru tersebut, tidak

    semuanya sering menggunakan PowerPoint sebagai

    media pembelajaran. Penggunaan PowerPoint sebagai

    media pembelajaran memang cukup membantu,

    hanya saja jarang sekali digunakan oleh guru-guru

    di SMP Kristen 1.

  • 76

    Salah seorang guru di sekolah tersebut

    menjelaskan mengenai penyebab guru jarang

    menggunakan PowerPoint sebagai media

    pembelajaran.

    “Saat mengikuti pelatihan, saya bisa membuat PowerPoint. Tapi setelah pelatihan selesai saya mencoba sendiri tapi sulit. Apalagi saya sudah tua jadi sering lupa. Makanya saya jarang menggunakan PowerPoint untuk mengajar.” (SH, wawancara 28 Oktober 2017)

    Guru yang lain memberikan pendapat yang

    berbeda seperti berikut :

    “Mungkin kalau rombelnya banyak, bikin powerpoint bisa dipakai untuk beberapa kelas. Tapi di sini kan rombelnya hanya 1 setiap angkatan. Jadi mau bikin powerpoint agak malas karena hanya untuk murid sedikit.” (SL, wawancara 25 Oktober 2017)

    Berdasarkan informasi beberapa kali, sekolah

    mendapat undangan supaya mengirimkan guru

    untuk mengikuti pelatihan multimedia. Namun,

    undangan tersebut hanya tertuju pada guru mata

    pelajaran tertentu. Sehingga, hanya 3 orang guru

    yang pernah mendapatkan kesempatan untuk

    mengikuti pelatihan multimedia pembelajaran. Akan

    tetapi, menurut pendapat salah seorang guru bahwa

    setelah pelatihan tersebut, tidak semuanya

    menindak lanjuti dengan baik serta mengembangkan

  • 77

    ketrampilan tersebut secara mandiri, seperti yang

    terdapat pada penjelasan berikut

    “Jika saya amati, teman-teman belum termotivasi untuk mengembangkan ketrampilan multimedia guna menunjang pembelajaran. Barangkali sudah merasa bisa sehingga tidak mau mengikuti pelatihan yang seperti itu atau mungkin malas untuk belajar.” (WN, wawancara 15 Oktober 2017)

    Penjelasan di atas memberikan informasi

    bahwa motivasi dirasa menjadi salah satu hal yang

    menyebabkan guru tidak menindaklanjuti pelatihan

    dengan baik. Belum ada keinginan yang besar dalam

    mengembangkan ketrampilan secara mandiri.

    Sebelum kegiatan IHT dilakukan, peserta

    pelatihan diberikan pre-test yang berkaitan dengan

    pengenalan serta penggunaan PowerPoint dalam

    pembelajaran. Kisi-kisi soal pre-test terdiri atas

    manfaat dari PowerPoint untuk pembelajaran, unsur-

    unsur dalam presentasi dan PowerPoint, ikon dan

    menu yang terdapat dalam Microsoft PowerPoint,

    cara membuat presentesai dengan PowerPoint, serta

    pengoperasian PowerPoint. Dari hasil yang didapat,

    maka hanya terdapat 1 orang guru yang nilainya

    lebih dari 76. Sedangkan, masih terdapat 11 orang

    guru yang mendapat nilai kurang dari 76. Artinya,

    masih terdapat 92% guru yang belum memahami

    tentang penggunaan PowerPoint.

  • 78

    4.4.2. Perencanaan Siklus

    Perencanaan yang dilakukan oleh peneliti di

    SMP Kristen 1 Salatiga adalah :

    1) Mencari kebutuhan terutama dalam hal

    multimedia pembelajaran,

    2) Merumuskan tujuan dan sasaran,

    3) Mengembangkan program, instrumen, serta

    modul yang digunakan dalam IHT,

    4) Menyusun action plan yang terdiri dari

    penyusunan jadwal kegiatan IHT, penetapan

    peserta, penyusunan daftar hadir dan

    undangan, menyiapkan ruangan dan

    perlengkapan yang dibutuhkan, menghubungi

    narasumber atau pelatih yang mengisi kegiatan

    IHT. Pelaksanaan IHT hanya dilakukan melalui

    1 siklus.

    4.4.3 Pelaksanaan Siklus

    Kegiatan IHT dengan pendekatan andragogi

    diselenggarakan pada hari Jumat, 5 Januari 2018

    sampai dengan 6 Januari 2018. Kegiatan ini

    berlangsung selama 4 jam 30 menit di setiap

    pertemuannya. Pelatihan pembuatan media

    pembelajaran ini dilaksanakan di ruang komputer

    SMP Kristen 1 Salatiga, serta diikuti oleh 12 orang

  • 79

    guru mata pelajaran. Pada pelatihan ini, dilakukan

    kegiatan penyampaian sebanyak 8 materi

    pembelajaran.

    Pada pertemuan pertama, dibahas tentang

    pengenalan aplikasi PowerPoint, dasar-dasar

    penggunaan PowerPoint, cara mengubah dan

    menyunting teks, serta menyisipkan objek pada

    presentasi.

    Pada pertemuan kedua, materi yang

    disampaikan meliputi pengelolaan objek tabel dan

    yang lainnya, mengelola animasi dan menjalankan

    presentasi, pemanfaatan internet, serta cara

    mengoperasikan PowerPoint dan LCD proyektor, dan

    yang terakhir membuat presentasi tentang materi

    pelajaran untuk 1 pertemuan.

    Pada akhir pertemuan di hari kedua, peserta

    mempresentasikan hasil yang sudah dibuat. Setelah

    itu, peserta mengerjakan post-test. Kemudian,

    peserta bersama dengan pelatih mengevaluasi

    kegiatan. Dalam setiap pembelajaran terdapat tugas

    atau latihan yang harus dikerjakan oleh setiap

    peserta.

    Adapun langkah-langkah pelatihan yang

    dilakukan adalah sebagai berikut:

    1) Peserta mengerjakan pre-test;

  • 80

    2) Pelatih menyampaikan tujuan yang akan

    dicapai;

    3) Pelatih dan peneliti menyiapkan media dan alat

    yang dibutuhkan termasuk modul yang

    digunakan;

    4) Pelatih menyampaikan teknik pelatihan;

    5) Curah pendapat antar pelatih dan peserta;

    6) Peserta memberikan respon sesuia

    pengalamannya;

    7) Pelatih mulai masuk dengan materi yang

    sudah dipersiapkan;

    8) Pelatih memberi tugas sesuai dengan materi

    yang dipersiapkan;

    9) Pelatih memeriksa hasil dari tugas yang sudah

    dikerjakan oleh peserta;

    10) Pelatih memberikan tugas evaluasi yang akan

    dipresentasikan pada pelatihan;

    11) Presentasi hasil pembuatan media yang berisi

    tentang materi pelajaran untuk 1 kali

    pertemuan;

    12) Pelatih bersama peserta membuat kesimpulan

    serta evaluasi kegiatan;

    13) Pelatih dan peneliti memberikan post-test;

    14) Pelatih dan peneliti mengoreksi hasil pre dan

    post-test;

  • 81

    15) Peneliti mengadakan perekapan hasil pre dan

    post-test.

    Sebelum dan setelah kegiatan IHT diadakan

    penilaian pre dan post-test yang dimaksudkan untuk

    mengukur daya serap guru dalam menerima materi

    pelatihan. Hasil tersebut ditambah dengan hasil

    presentasi, berguna untuk mengukur sejauh mana

    peningkatan kemampuan guru dalam membuat

    media pembelajaran dengan PowerPoint. Terdapat 20

    soal pilihan ganda pada pre dan post test.

    Tabel 4.3 Hasil Pre dan Post Test IHT

    No Nama Pre-test

    Post-test

    Nilai Praktik

    Rata-rata Nilai Akhir

    Presentase Kenaikan

    1 MR 40 80 79 79,5 99%

    2 AR 45 80 86 83 84%

    3 AY 75 80 81 80,5 7%

    4 WI 70 100 86 93 33%

    5 SL 90 100 100 100 11%

    6 SH 65 75 75 75 15%

    7 PT 65 100 95 97,5 50%

    8 TH 90 100 100 100 11%

    9 EK 55 60 98 79 44%

    10 CT 40 95 89 92 130%

    11 EN 40 75 84 79,5 99%

    12 WN 55 80 95 87,5 59%

    Jumlah 730 1025 1068 1046,5

    Rata-rata 60,83 85,42 89 87,21

    Nilai tertinggi

    90 100 100 100 130%

  • 82

    No Nama Pre-test

    Post-test

    Nilai Praktik

    Rata-rata Nilai Akhir

    Presentase Kenaikan

    Nilai terendah

    40 60 75 75 7%

    Nilai > 76 2 9 11 11

    Nilai < 76 10 3 1 1

    Sumber: Pengolahan dari hasil Pre-test, Post-test, dan nilai praktik IHT.

    Tabel 4.3 memberikan informasi tentang nilai

    pre-test, post-test, nilai praktik, serta nilai akhir

    peserta. Selain itu, juga ditunjukan presentase

    kenaikan kemampuan peserta dalam memahami dan

    menggunakan PowerPoint. Dapat dilihat bahwa nilai

    terendah pada pre-test adala 40 sedangkan nilai

    tertinggi adalah 90. Terlihat adanya kenaikan nilai

    pada post-test dimana nilai terendah adalah 60 dan

    tertinggi 100. Nilai post-test dan nilai praktik

    digabungkan sehingga menjadi nilai akhir.

    Kemudian, dari hasil pre-test dan nilai akhir

    ditariklah presentasi kenaikan dari setiap peserta.

    Gambar 4.1 menunjukkan kenaikan nilai yang

    diambil dari hasil pre-test dan nilai akhir. Terlihat

    bahwa terjadi kenaikan nilai pada setiap guru.

    Kenaikan tersebut bervariasi, ada yang mengalami

    kenaikan nilai yang sangat signifikan, ada juga yang

    hanya naik dengan presentase sedikit. Gambar 4.2

    menunjukkan tingkat kenaikan dari masing-masing

  • 83

    peserta IHT. Dimana, terdapat peserta yang hanya

    mengalami sedikit kenaikan. Namun, ada peserta

    yang mengalami kenaikan nilai yang cukup tinggi.

    Terdapat 5 orang guru yang tingkat kenaikan

    nilainya lebih dari 50%.

    Gambar 4.1 Hasil Pre-Test dan Rata-rata nilai akhir

    Sumber: Pengolahan dari hasil Pre-test, Post-test, dan nilai praktik IHT.

    Gambar 4.2 Tingkat Kenaikan Nilai Peserta

    0

    20

    40

    60

    80

    100

    120

    MR AR AY WI SL SH PT TH EK CT EN WN

    Grafik Hasil Pre-Test dan Post-Test

    Pre-test Rata-rata Nilai Akhir

  • 84

    Sumber: Pengolahan data dari kenaikan nilai pre-test dan nilai akhir

    Nampak bahwa kegiatan pelatihan ini dapat

    meningkatkan kemampuan peserta dalam

    memahami dan menggunakan PowerPoint sebagai

    media pembelajaran. Walaupun begitu, masih ada

    guru yang belum mencapai nilai ketuntasan minimal.

    Jika dilihat pada indikator keberhasilan, maka

    penulis menentukkan nilai KKM adalah 76.

    0%

    20%

    40%

    60%

    80%

    100%

    120%

    140%

    MR AR AY WI SL SH PT TH EK CT EN WN

    Presentase Kenaikan

  • 85

    Penelitian ini dianggap berhasil jika sekurang-

    kurangnya 10 dari 12 guru mencapai bahkan

    melampaui nilai KKM. Hasil tersebut dapat dilihat

    pada tabel 4.3 yang berisi tentang rekapitulasi hasil

    kegiatan IHT. Ditunjukkan bahwa terdapat 11

    peserta yang tuntas nilainya dan hanya 1 peserta

    yang belum mencapai ketuntasan dengan nilai 75.

    Artinya, kegiatan IHT yang dilaksanakan di SMP

    Kristen 1 terbukti dapat meningkatan kemampuan

    guru dalam membuat media pembelajaran berbasis

    TIK, sebab 11 peserta dapat mencapai ketuntasan.

    Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Kegiatan IHT

    No Kriteria Angka Persentase (%)

    1 KKM 76

    2 Tuntas 11 92%

    3 Tidak Tuntas 1 8%

    4 Rata-rata 88,25

    5 Nilai tertinggi 100

    6 Nilai Terendah 75

    Sumber data: Pengolahan data nilai pre-test, post-test, nilai praktik, dan akhir menjadi hasil rekapitulasi.

    4.4.4 Observasi

    Kegiatan observasi dilakukan oleh Peneliti

    bersama Kepala Sekolah SMP Kristen 1. Kegiatan ini

    bertujuan untuk mengetahui keberhasilan

    pelaksanaan kegiatan IHT yang merupakan kegiatan

    untuk meningkatkan kemampuan guru dalam

  • 86

    membuat media pembelajaran berbasis TIK.

    Observasi dilakukan mulai dari kegiatan awal hingga

    akhir. Hasil observasi terhadap kegiatan IHT dapat

    dilihat dari tabel 4.5 dan 4.6.

    Tabel 4.5 Hasil Observasi Kegiatan IHT oleh Peneliti

    No Langkah Kegiatan Hasil Observasi

    1 2 3 4

    A Kegiatan Awal

    1 Penyusunan Jadwal pelatihan √

    2 Sosialisasi kegiatan √

    3 Penyusunan Program kegiatan √

    4 Sarana kegiatan √

    5 Modul Pelatihan √

    6 Ketersediaan soal pre-test dan post-test

    7 Kesiapan pelatih √

    8 Pembentukan iklim belajar √

    B Pelaksanaan IHT

    1 Kesesuaian materi dengan tujuan √

    2 Kesesuaian materi dengan kebutuhan

    3 Kualitas materi yang diberikan √

    4 Metode yang dipakai √

    5 Pengelolaan waktu √

    6 Keaktifan peserta √

    7 Penguasaan materi oleh fasilitator √

    8 Penyampaian materi √

    9 Hubungan pelatih dengan peserta √

    10 Kedisiplinan peserta dalam mengikuti pelatihan

    C Kegiatan Akhir

    1 Hasil post test peserta pelatihan √

    2 Produk yang dihasilkan √

    Jumlah skor 18 56

    Sumber: Hasil Observasi yang dilakukan oleh peneliti

  • 87

    Pada tabel 4.5, ditunjukkan hasil observasi

    yang dilakukan oleh peneliti. Tabel tersebut

    menunjukkan nilai yang didapat pada kegiatan IHT

    dari tahap perencanaan hingga akhir adalah 74 dari

    total skor maksimal 80.

    Hasil observasi yang dilakukan oleh Kepala

    Sekolah ditunjukkan melalui tabel 4.6, dimana hasil

    yang dicapai adalah 75 dari total skor maksimal 80.

    Artinya, skor ketercapaian dari kegiatan IHT

    mencapai 94%.

    Tabel 4.6 Hasil Observasi Kegiatan IHT oleh Kepala

    Sekolah

    No Langkah Kegiatan Hasil

    Observasi

    1 2 3 4

    A Kegiatan Awal

    1 Penyusunan Jadwal pelatihan √

    2 Sosialisasi kegiatan √

    3 Penyusunan Program kegiatan √

    4 Sarana kegiatan √

    5 Modul Pelatihan √

    6 Ketersediaan soal pre test dan post test

    7 Kesiapan pelatih √

    B Pelaksanaan IHT

    1 Kesesuaian materi dengan tujuan √

    2 Kesesuaian materi dengan kebutuhan

    3 Kualitas materi yang diberikan √

    4 Metode yang dipakai √

    5 Pengelolaan waktu √

    6 Keaktifan peserta √

  • 88

    No Langkah Kegiatan Hasil Observasi

    1 2 3 4

    7 Penguasaan materi fasilitator √

    8 Penyampaian materi √

    9 Hubungan pelatih dengan peserta √

    10 Kedisiplinan peserta dalam mengerjakan pelatihan

    C Kegiatan Akhir

    1 Hasil post test peserta pelatihan √

    2 Produk yang dihasilkan √

    Jumlah skor 15 60

    Sumber: Hasil Observasi yang dilakukan oleh peneliti

    Berdasarkan pada tabel 4.5 dan 4.6, diketahui

    bahwa terdapat perencanaan dan persiapan program

    yang cukup baik, sedangkan pelaksanaannya pun

    berjalan dengan baik dimana fasilitator dapat

    menerapkan teknik andragogi dalam pelatihan.

    Sementara itu, metode pelatihan pun sudah

    dianggap efektif dan sesuai dengan peserta yang

    adalah pembelajar dewasa.

    Materi yang disediakan dalam pelatihan juga

    cukup sesuai dengan kebutuhan peserta dimana

    masih banyak peserta yeng membutuhkan

    pengetahuan dasar tentang PowerPoint. Hanya saja,

    diperlukan materi tambahan yang dapat memberikan

    nilai tambah bagi peserta yang sudah memahami

    materi dasar PowerPoint.

  • 89

    Peserta juga aktif mengikuti pelatihan yang

    dibuktikan dengan kedisiplinan dalam mengerjakan

    tugas, menghasilkan produk presentasi, serta

    keinginan untuk menggali informasi dan bertanya

    kepada pelatih tentang sesuatu hal yang belum

    dimengerti mengenai PowerPoint.

    Berdasarkan hasil observasi, nampak bahwa

    pelatihan yang efektif akan memberikan pengaruh

    terhadapat kenaikan hasil pre-test dan post-test serta

    nilai produk presentasi yang dibuat oleh peserta

    yaitu guru di SMP Kristen 1 Salatiga. Secara umum,

    dapat disimpulkan bahwa kegiatan IHT dengan

    perencanaan yang baik dianggap efektif dalam

    meningkatkan kemampuan guru dalam membuat

    media pembelajaran berbasis TIK. Namun, di

    dalamnya masih diperlukan pengembangan materi

    pelatihan yang lebih lagi.

    4.4.5 Refleksi

    Kegiatan refleksi ini bertujuan untuk

    mengetahui kelebihan dan kekurangan dalam

    pelaksanaan kegiatan IHT.

    Hasil analisis diketahui bahwa tindakan

    pelatihan yang dilakukan pada awalnya belum

    mendapatkan respon yang cukup baik dari peserta.

  • 90

    Namun, pendekatan yang dilakukan fasilitator atau

    pelatih kepada peserta mampu meningkatkan minat

    peserta untuk belajar dan meningkatkan ketrampilan

    TIK. Pelatih cukup banyak memberikan motivasi

    kepada peserta untuk membuat produk semaksimal

    mungkin. Namun, masih ada 1 peserta yang belum

    mencapai nilai tuntas.

    Berdasarkan pada penjelasan dan curah

    pendapat peserta, ketidak tuntasan tersebut tersebut

    disebabkan karena usia seperti pada pernyataan

    berikut

    “Saya sudah berumur, jadi kurang pintar dalam menggunakan komputer dan memegang mouse. Tapi nanti di rumah saya mau mempelajari lagi supaya tidak gaptek karena ternyata ini menarik dan bisa digunakan untuk menerangkan materi yang sulit di kelas dan supaya muridnya nggakngantuk, terutama bila ada video dan gambarnya.” (SH, wawancara 6 Januari 2018)

    Nampak bahwa usia juga mempengaruhi

    kesiapan peserta dalam mengikuti pelatihan. Selain

    itu, diketahui bahwa peserta masih kurang berani

    dalam bertanya dan meminta bantuan fasilitator.

    Namun, hal baiknya adalah peserta tersebut

    memiliki motovasi untuk mengembangkan

    ketrampilannya.

  • 91

    Kegiatan IHT ini dianggap memberikan

    manfaat yang positif bagi peserta yang merupakan

    guru mata pelajaran di SMP Kristen 1 Salatiga.

    Pernyataan tersebut didapatkan dari hasil

    wawancara yang dilakuakn setelah pelatihan kepada

    beberapa guru, yang seperti berikut

    “Menurut saya kegiatan ini bermanfaat karena dengan menggunakan power point dalam mengajar membuat anak lebih bersemangat dan paham akan materi yang diajarkan. Dan lebih ringkas mentransfer materi ke anak.” (AY, wawancara 6 Januari 2018) “Ya jelas ada. Tentunya berguna banget. Kita bisa tahu caranya menggunakan PowerPoint. Dengan begitu pembelajaran banyak hal yang bisa dibagikan pada siswa dalam waktu dan cara yang lebih efektif” (AR, wawancara 6 januari 2018)

    Berdasarkan hasil wawancara tersebut, terlihat

    bahwa kegiatan IHT yang dilaksanakan memberikan

    manfaat bagi peserta dalam prose pembelajaran

    selanjutnya. Tentunya Kepala Sekolah juga berharap

    supaya kegiatan IHT ini dapat ditindaklanjuti oleh

    setiap peserta. Sehingga, setelah pelatihan, peserta

    juga masih memiliki motivasi untuk menggunakan

    ketrampilannya serta terus meningkatkannya. Hal

    tersebut senada dengan apa yang disampaikan oleh

    Kepala Sekolah SMP Kristen 1 Salatiga berikut

    “Pasti ada manfaatnya. Teman-teman jadi bisa membuat bahan pembelajaran dengan basis

  • 92

    PowerPoint dan cari bahan pendukung dengan internet. Harapannya bisa diterapkan di kelas pada waktu PBM.” (Wawancara, 6 Januari 2018)

    Dari pendapat-pendapat diatas, maka kegiatan

    IHT ini memberikan manfaat sehingga perlu terus

    dikembangkan, serta ketrampilan yang sudah

    dimiliki bisa tetap digunakan dalam memperlancar

    proses belajar mengajar.

    4.5 Pembahasan Hasil Penelitian

    Didapatkan informasi dari deskripsi hasil

    penelitian bahwa kegiatan in-house training yang

    diadakan di SMP Kristen 1 terbukti dapat

    meningkatkan kemampuan guru dalam membuat

    media pembelajaran berbasis teknologi informasi.

    Pelatihan dinilai baik dan efektif apabila

    pelatihan tersebut berd asarkan dan sesuai pada

    kebutuhan (Santoso, 2010:4). Sebab, manfaat yang

    didapat akan kurang jika pelatihan tersebut tidak

    merujuk kepada pemenuhan kebutuhan. Oleh

    karena itu, wawancara dan lembaran angket

    digunakan untuk menggali informasi langsung dari

    sasaran. Penggalian informasi ini dilakukan terhadap

    guru dan Kepala Sekolah.

    Dari data yang ada maka diketahui bahwa

    pelatihan pembuatan media pembelajaran

  • 93

    menggunakan PowerPoint memang dibutuhkan. Hal

    tersebut dibuktikan dengan jumlah guru yang belum

    bisa menggunakan PowerPoint sebanyak 58%.

    Selain itu, dari total keseluruhan terdapat

    75% guru yang belum pernah mendapatkan

    pelatihan pembuatan media pembelajaran. Sehingga,

    dengan adanya pelatihan ini, dapat terjadi

    pengurangan gap atau selisih antara pengetahuan

    dan ketrampilan yang diharapkan dengan dengan

    ketrampilan dan pengetahuan yang sudah dimiliki

    sebelumnya.

    Pelaksanaan IHT pembuatan media

    pembelajaran menggunakan PowerPoint

    mendapatkan respon yang baik dari peserta. Hal

    tersebut dibuktikan dengan jumlah peserta yang

    mengikuti pelatihan sebanyak 12 orang guru dari

    total keseluruhan 15 orang guru. Beberapa guru

    tidak bisa mengikuti kegiatan dikarenakan ada

    kegiatan yang lainnya. Keikutsertaan dalam kegiatan

    ini tidak dipaksakan namun berdasarkan pada

    kebutuhan.

    Oleh karena itu, senada dengan pendapat yang

    mengatakan bahwa pembelajar dewasa akan belajar

    dan meningkatkan kemampuannya berdasarkan

    pada kesadaran akan kebutuhannya, bukan karena

  • 94

    paksaan orang lain. Maka, pendekatan yang

    digunakan dalam pelatihan ini adalah pendekatan

    andragogi yang memang diperuntukan untuk

    pembelajar dewasa.

    Selama perencaanaan berlangsung,

    dirumuskan tujuan dan sasaran. Sebab, kesesuaian

    tujuan dan sasaran memberikan pengaruh terhadap

    keberhasilan pelaksanaan IHT. Tujuan pelaksanaan

    pelatihan didasarkan pada analisis kebutuhan

    pelatihan.

    Pada awalnya, yang menjadi sasaran dari

    kegiatan ini adalah seluruh guru matapelajaran yang

    mengajar di SMP Kristen 1 Salatiga. Namun, pada

    saat sosisalisasi pelatihan, terdapat 2 guru yang

    tidak dapat mengikuti pelatihan. Salah seorang guru

    tidak mengikuti pelatihan karena ada kegiatan

    penting yang bersamaan dengan waktu pelatihan.

    Sedangkan, salah seorang guru yang lain tidak

    bersedia mengikuti pelatihan tanpa memberikan

    alasan. Seperti yang sebelumnya sudah disampaikan

    oleh Kepala Sekolah SMP Kristen 1, bahwa motivasi

    dan ketertarikan masih menjadi kendala dalam

    pelaksanaan pelatihan. Dapat dikatakan bahwa

    orang dewasa lebih memberi perhatian pada hal-hal

  • 95

    yang menarik bagi dia dan menjadi kebutuhannya

    (Santoso, 2010:31).

    Mengacu pada hal-hal di atas, maka

    pelaksanaan program pelatihan memerlukan

    perencanaan yang baik. Salah satunya adalah

    pemilihan fasiltator atau pelatih yang akan

    mendampingi selama pelatihan berlangsung.

    Karakteristik dan gaya belajar orang dewasa berbeda

    dengan anak-anak. Oleh karena itu, pelatih yang

    dipilih adalah pelatih yang sudah berpengalaman

    dalam memberikan pembelajaran bagi orang dewasa.

    Menurut hasil observasi yang dilakukan,

    kegiatan IHT berlangsung dengan baik sebab pelatih

    mampu menjalin komunikasi yang baik serta

    memberikan motivasi kepada peserta pelatihan.

    Sehingga, peserta pelatihan mendapatkan suasana

    yang nyaman untuk belajar dan termotivasi untuk

    mengikuti pelatihan. Penciptaan iklim pelatihan yang

    nyaman merupakan salah satu langkah penting dari

    pelaksanaan pelatihan dengan pendekatan

    andragogi. Sebagaimana diungkapkan pada kajian

    teori bahwa proses belajar orang dewasa dipengaruhi

    pengalaman lalu dan daya pikir, maka dibutuhkan

    rangsangan untuk mendorong peserta lebih aktif

    dalam kegiatan pelatihan. Nyatanya, rangsangan

  • 96

    yang diberikan oleh pelatih mampu membuat peserta

    untuk aktif dalam mengikuti pembelajaran serta

    memiliki keinginan untuk menggali informasi dengan

    bertanya kepada pelatih atau sesama peserta.

    Kegiatan pelatihan dengan pendekatan

    andragogi memang didasarkan pada prinsip bahwa

    orang dewasa akan belajar dengan baik apabila

    dapat ambil bagian dalam kegiatan-kegiatan secara

    penuh. Keterlibatan peserta dalam pengambilan

    keputusan menciptakan komitmen untuk ikut

    bertanggungjawab atas proses dan hasil pelatihan.

    Peserta dilibatkan dalam menentukkan tujuan

    pembelajaran pada setiap pertemuan, teknik

    penugasan, serta pembuatan tata tertib demi

    kedisiplinan bersama. Jadwal yang sudah disiapkan

    ditawarkan kembali kepada peserta. Sehingga,

    peserta dan pelatih membuat keputusan apakah ada

    perubahan jadwal atau urutan proses pembelajaran.

    Dengan begitu, peserta akan bertanggungjawab

    terhadap keputusan yang turut mereka ambil.

    Secara keseluruhan, kegiatan berjalan sesuai

    dengan action plan. Dari hasil perencanaan hingga

    proses pelatihan yang berlangsung dengan baik,

    maka kegiatan IHT dapat membawa manfaat bagi

    peserta dalam hal peningkatan kemampuan. Bukti

  • 97

    yang menunjukkan peningkatan kemampuan

    tersebut dapat dilihat dari nilai post-test. Soal-soal

    dalam post-test berisi tentang teori pengenalan dasar

    dan penggunaan PowerPoint sebagai media

    pembelajaran. Selain itu, ketrampilan peserta IHT

    dapat dilihat dari nilai praktik yang menghasilkan

    produk berupa slide presentasi pembelajaran yang

    berisi tentang materi untuk satu pertemuan (2 jam

    pelajaran).

    Peningkatan pemahaman dan pengetahuan

    guru dalam pengelolaan Microsoft PowerPoint sebagai

    media pembelajaran terlihat dari hasil pre-test yang

    semula hanya 61% kemudian diberi tindakan

    pelatihan sehingga menjadi 85% pada nilai post-test.

    Hal ini menunjukkan bahwa secara teori para guru

    sudah memiliki sedikit pemahaman tentang

    penggunaan media berbasis teknologi informasi.

    Hanya saja tingkat pemahamannya belum

    mendalam.

    Penguasaan guru secara teori dalam

    penggunaan PowerPoint belum mendalam.

    Pemahaman tersebut hanya sebatas kegunaan

    multimedia pembelajaran dan teori teknologi

    informasi, yang juga terdapat pada Microsoft Word.

    Dimana para guru sudah mengenal beberapa ikon

  • 98

    dan menu yang terdapat pada Microsoft Word dan

    dapat juga ditemukan Microsoft PowerPoint.

    Sehingga, pengalaman serta pemahaman atau

    pengetahuan awal yang dimiliki para guru yang

    mempengaruhi nilai pre-test. Namun, selanjutnya

    para guru mendapat tindakan pelatihan dimana

    mereka mendapat informasi baru maupun tambahan

    mengenai PowerPoint, sehingga informasi tersebut

    dapat meningkatkan nilai pada post-test.

    Berdasarkan pada hasil refleksi maka dapat

    diketahui bahwa kegiatan IHT ini memberikan

    dampak positif bagi guru terutama dalam

    meningkatkan kemampuan dalam membuat media

    pembelajaran berbasis teknologi informasi. Dengan

    demikian penelitian ini dapat memberikan kontribusi

    positif dan dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

    pelaksanaan kegiatan pelatihan lainnya.

    Pendekatan andragogi yang digunakan dalam

    kegiatan IHT ini memberikan dampak yang baik bagi

    pelatihan. Sebagaimana dikemukakan oleh beberapa

    guru bahwa pelatih dapat berkomunikasi baik

    dengan peserta. Selain itu, dari awal pelatihan

    hingga akhir pelatihan, peserta tidak merasa

    canggung untuk bertanya karena gaya komunikasi

    trainer yang dianggap cukup santai dan bersahabat.

  • 99

    Dengan demikian, guru-guru sebagai pelatihan

    mendapatkan iklim yang nyaman untuk belajar

    sehingga dapat mengikuti kegiatan pelatihan dengan

    baik ditambah dengan peningkatan kompetensi

    pedagagi dalam membuat media pembelajaran

    berbasis teknologi informasi. Hal tersebut sejalan

    dengan pendapat Knowles (dalam Basleman dan

    Mappa, 2011: 126), yang menegaskan bahwa

    pembelajaran orang dewasa akan berhasil dengan

    baik jika melibatkan baik fisik maupun mental

    emosionalnya.

    Penelitian yang dilakukan oleh Sumarni (2014),

    menunjukkan hasil yang sama bahwa dengan IHT

    maka kemampuan guru dalam membuat media

    pembelajaran dapat meningkat. Hasil penelitian ini

    juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Eriston (2011), yang menunjukkan bahwa kegiatan

    IHT dapat secara signifikan meningkatkan

    kemampuan guru dalam membuat PowerPoint untuk

    media pembelajaran. Hal tersebut dibuktikan dengan

    hasil 86% guru dapat melampaui batas ketuntasan.

    Sama halnya, penelitian ini juga berawal dari

    banyaknya jumlah guru yang belum menguasai,

    kemudian setelah mendapat tindakan penelitian

  • 100

    hasilnya dapat menunjukkan hasil kenaikan skor

    yang signifikan.

    Kegiatan IHT dengan pendekatan andragogi ini

    sangat tepat apabila dilaksanakan di sekolah-sekolah

    yang masih terdapat ketimpangan atau gap dalam

    hal kompetensi. Tentunya kegiatan IHT harus

    memperhatikan kebutuhan peserta, materi yang

    digunakan, strategi dan metode pelatihan, fasilitator

    yang berkompeten, perencaan program yang baik,

    dan tentunya fasilitas sekolah yang representatif.

    Sehingga, dengan adanya kegiatan IHT di sekolah,

    maka dapat diketahui tindak lanjut peserta setelah

    program pelatihan.