62
22 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Organisasi 1. Profil Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango Secara umum gambaran pendidikan saat ini di Kabupaten Bone Bolango yaitu sebagai berikut : a. Keadaan Sekolah; Menurut jenjang jumlah sekolah dapat diperinci sebagai berikut : TK sebanyak 102 unit, SD sebanyak 129 unit, MI sebanyak 9 unit, SMP sebanyak 31 unit, MTs sebanyak 8 unit, SMA sebanyak 7 unit, MA sebanyak 5 unit, dan SMK sebanyak 5 unit, yang penyebarannya cenderung belum merata pada tiap kecamatan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Penyebaran sekolah ini cenderung berada pada kecamatan-kecamatan yang berada di sekitar pusat-pusat kecamatan. b. Keadaan Siswa; 1) Jenjang Pendidikan Prasekolah (Taman Kanak-kanak) Jumlah siswa TK sebanyak 3.094 siswa. Jumlah siswa Kelompok A berjumlah 1.490 sebagai siswa baru dan dari Kelompok B sebanyak 1604 siswa. Jumlah lulusan pada Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 2004 siswa 2) Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Jumlah siswa SD/MI sebanyak 18.189 siswa, yang terdiri dari kelas I = 4.362 siswa, kelas II = 3.008 siswa dan kelas III = 2.971, kelas IV = 2.854 siswa, kelas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/5176/9/2012-1-57201-531408021-bab4... · Kolom jumlah baris diperoleh dari tabel 4.3 matriks penjumlahan setiap Lamda

  • Upload
    lemien

  • View
    239

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

22

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Organisasi

1. Profil Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

Secara umum gambaran pendidikan saat ini di Kabupaten Bone Bolango

yaitu sebagai berikut :

a. Keadaan Sekolah;

Menurut jenjang jumlah sekolah dapat diperinci sebagai berikut : TK

sebanyak 102 unit, SD sebanyak 129 unit, MI sebanyak 9 unit, SMP sebanyak 31

unit, MTs sebanyak 8 unit, SMA sebanyak 7 unit, MA sebanyak 5 unit, dan SMK

sebanyak 5 unit, yang penyebarannya cenderung belum merata pada tiap

kecamatan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Penyebaran sekolah ini

cenderung berada pada kecamatan-kecamatan yang berada di sekitar pusat-pusat

kecamatan.

b. Keadaan Siswa;

1) Jenjang Pendidikan Prasekolah (Taman Kanak-kanak)

Jumlah siswa TK sebanyak 3.094 siswa. Jumlah siswa Kelompok A

berjumlah 1.490 sebagai siswa baru dan dari Kelompok B sebanyak 1604 siswa.

Jumlah lulusan pada Tahun Pelajaran 2009/2010 sebanyak 2004 siswa

2) Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI)

Jumlah siswa SD/MI sebanyak 18.189 siswa, yang terdiri dari kelas I = 4.362

siswa, kelas II = 3.008 siswa dan kelas III = 2.971, kelas IV = 2.854 siswa, kelas

23

V = 2.612 siswa dan kelas VI = 2.382 siswa. Dibandingkan dengan jumlah

rombongan belajar sebanyak 912 rombongan belajar maka rasio siswa perkelas

sebesar 1 : 20, namun dengan konsentrasinya siswa hanya pada sekolah-sekolah di

sekitar ibukota kecamatan, sehingga rasio siswa pada sekolah-sekolah tertentu

menjadi 1 : 14, sehingga pada sekolah-sekolah tersebut sangat kekurangan ruang

belajar.

3) Jenjang Pendidikan Dasar (SMP/SMPT/MTs)

Jumlah siswa SMP/SMPT/Mts sebanyak 6.065 siswa yang terdiri dari kelas

I = 2.185 siswa, kelas II = 2.123 siswa dan kelas III = 1.757 siswa. Dibandingkan

dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 249 rombongan belajar maka rasio

siswa perkelas sebesar 1 : 24, namun dengan konsentrasinya siswa hanya pada

sekolah-sekolah di sekitar ibukota kabupaten, sehingga rasio siswa pada sekolah-

sekolah tertentu menjadi 1 : 40, sehinggga pada sekolah-sekolah tersebut sangat

kekurangan ruang belajar.

4) Jenjang Pendidikan Menengah (SM/MA)

Jumlah siswa SMA/SMK/MA sebanyak 3.363 siswa yang terdiri dari kelas I

= 1.464 siswa, kelas II = 1.054 siswa dan kelas III = 845 siswa. Dibandingkan

dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 145 rombongan belajar maka rasio

siswa perkelas sebesar 1 : 23, namun dengan konsentrasinya siswa hanya pada

sekolah-sekolah di sekitar ibukota kabupaten, sehingga rasio siswa pada sekolah-

sekolah tertentu menjadi 1 : 46 sehingga pada sekolah-sekolah tersebut sangat

kekurangan ruang belajar.

24

c. Keadaan Guru

Jumlah Guru SMA/SMK/MA di Kabupaten Bone Bolango sejumlah 390

yang terdiri dari PNS = 304 dan GTT = 86 guru, yang layak mengajar hanya

sejumlah 84 %, semi layak sebesar 8.3 % dan tidak layak sebesar 5,2 %. Guru

yang tidak layak mengajar ini disebabkan oleh kualifikasi pendidikan tidak

memenuhi syarat yang ideal.

25

2. Struktur Organisasi

Gambar 4.1 Strutur Organisasi Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

KABID PMPTK

MANSUR PAKAJA, S.Pd, MM

NIP. 19660306 198902 1 003

25

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1) Analisis Sistem

a) Deskripsi Sistem

Dari hasil penelitian dan pengamatan yang telah penyusun lakukan, proses

pemilihan pengawas sekolah kurang objektif, baik dari segi waktu maupun dari

segi kualitas. Hal ini dikarenakan proses pemilihan pengawas sekolah terkadang

tidak sesuai dengan prosedur yang ada dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas

Sekolah/Madrasah. Proses pemilihan pengawas sekolah masih dilakukan secara

manual.

Berdasarkan kasus tersebut dibangun sebuah Sistem Pendukung

Keputusan Pemilihan Pengawas Sekolah yang tujuannya untuk membantu pihak

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango lebih khusus bagian PMPTK

(Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan) untuk menyelesaikan

permasalahan pemilihan pengawas sekolah berdasarkan kriteria-kriteria yang telah

ditetapkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

Analisis sistem dalam penelitian ini akan dilakukan dalam beberapa tahap

yakni analisis sistem, analisis permasalahan, analisis kebutuhan sistem pendukung

keputusan, analisis pemecahan masalah dengan metode AHP dan nalisis proses.

Berikut akan dijelaskan masing-masing dari analisis tersebut.

26

b) Bagan Alir Sistem Yang Sedang Berjalan

c) Analisis Permasalahan

Pengawas sekolah merupakan salah satu pendidik dan tenaga

kependidikan yang posisinya memegang peran yang signifikan dan strategis

dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di Sekolah.

Begitu pentingnya peran pengawas sekolah dalam memajukan mutu pendidikan

Membuat Usulan Untuk Kepala

Dinas

Gambar 4.2 Bagan Alir Sistem Berjalan

Sistem

Membuat SK Pengawas Sekolah

Mulai

Menerima Usulan dari

Pengawas

Membuat Usulan kepada

Koordinator Pengawas

Mengadakan Rapat Untuk

Membahas Calon Pengawas

Mengajukan Usulan Untuk

Bupati

Selesai

27

nasional hingga tak terasa tuntutan dan tanggungjawab yang harus dipikul

pengawas sekolah juga menjadi besar pula.

Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) merupkan metode yang tepat

digunakan untuk permasalahan pemilihan pengawas sekolah karena bersifat

multikriteria. Dalam menentukan seseorang layak atau tidak menjadi pengawas

sekolah semata-mata tidak hanya terletak pada kemampuannya saja, tetapi juga

hal-hal yang menyangkut sosial masyarakat, sikap dan tingkah laku yang baik

juga turut andil dalam mengambil keputusan siapa yang layak atau tidak menjadi

seorang pengawas sekolah. untuk itulah digunakan metode AHP yang dapat

merepresentasikan persepsi manusia sebagai masukan dalam pengambilan

keputusan.

Dari berbagai analisis tersebut, maka penyusun akan merancang sebuah

sistem yang dapat memberikan suatu urutan prioritas calon pengawas sekolah

yang berhak menjadi pengawas sekolah berdasarkan masukan dari pengawas-

pengawas sekolah dengan menerapkan metode AHP. Diharapkan, dengan adanya

urutan prioritas tersebut, Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango khususnya

bagian PMPTK dapat lebih mudah dalam mengambil keputusan siapa yang layak

menjadi pengawas sekolah dan siapa yang tidak yang tentunya sesuai dengan

prosedur yang telah ditetapkan.

d) Analisis Kebutuhan Sistem Pendukung Keputusan

Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan

yang diperlukan dalam sebuah sistem pendukung keputusan. Kebutuhan-

kebutuhan yang dimaksud antara lain :

28

a. Kebutuhan Data Masukan

Yaitu data-data yang dimasukkan ke dalam sistem untuk diolah / diproses.

Data-data tersebut antara lain berupa nilai matriks perbandingan

berpasangan baik antar kriteria maupun antar subktiteria calon pengawas

untuk setiap kriteria.

b. Kebutuhan Data Keluaran

Yaitu data-data yang dikeluarkan sistem setelah diolah / diproses untuk

kemudian ditampilkan kepada pengguna sisttem. Data keluaran dari sistem

ini adalah urutan prioritas calon pengawas yang layak menjadi seorang

pengawas sekolah dari nilai yang tertinggi hingga terendah.

e) Analisis Pemecahan Masalah dengan Metode AHP

1) Mentukan Prioritas Kriteria

Dalam penyelesaian permasalahan dengan menggunakan metode AHP ada

beberapa langkah-langkah pemecahannya, yaitu :

1. Menentukan jenis-jenis Kriteria, dalam objek penelitian ini penyusun

melakukan penelitian pada Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango yaitu

tentang Pemilihan Pengawas Sekolah. Adapun yang menjadi acuan kriteria-

kriteria untuk pemilihan Pengawas Sekolah ini berdasarkan pada Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2007

tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

C1 : Pendidikan

C2 : Jabatan

C3 : Pengalaman Kerja

29

C4 : Pangkat / Golongan

C5 : Usia

Menyusun Kriteria-kriteria calon pengawas sekolah dalam matriks berpasangan.

Cara mengisi elemen-elemen matriks, adalah sebagai berikut :

a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 5.

b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.

Dalam mengisi elemen-elemen ini, perlu dilakukan analisis perbandingan

elemen yang diprioritaskan, yaitu membandingkan elemen secara

berpasangan sesuai kriteria yan g diberikan. Hasilnya dapat dilihat pada

tabel 4.1.

c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :

d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada

matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.1

Table 4.1 Matriks Perbandingan Berpasangan

Kriteria C1 C2 C3 C4 C5

C1 1,00 3,00 3,00 5,00 3,00

C2 0,33 1,00 1,00 3,00 3,00

C3 0,33 1,00 1,00 3,00 3,00

C4 0,20 0,33 0,33 1,00 1,00

C5 0,33 0,33 0,33 1,00 1,00

Jumlah 2,20 5,67 5,67 13,00 11,00

30

e. Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah

selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan

jumlah masing-masing kolom. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.2.

Table 4.2 Matriks Nilai Kriteria

Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah Prioritas

C1 0,45 0,53 0,53 0,38 0,27 2,17 0,43

C2 0,15 0,18 0,18 0,23 0,27 1,01 0,20

C3 0,15 0,18 0,18 0,23 0,27 1,01 0,20

C4 0,09 0,06 0,06 0,08 0,09 0,38 0,08

C5 0,15 0,06 0,06 0,08 0,09 0,44 0,09

Matriks nilai kriteria ini diperoleh dengan menggunakan rumus :

a. Nilai baris kolom baru = Nilai baris kolom lama / jumlah masing-masing

pada kolom lama, atau dapat pula dijabarkan sebagai berikut :

Nilai 0,33 pada kolom C1 baris C1 tabel 4.2 diperoleh dari nilai kolom C1

dan baris C1 pada tabel 4.1 dibagi dengan jumlah kolom C1 tabel 4.1, dan

seterusnya.

b. Nilai pada kolom jumlah yang ada pada tabel 4.2 diperoleh dari

penjumlahan pada setiap barisnya.

c. Sedangkan nilai pada kolom prioritas yang ada pada tabel 4.2 diperoleh

dengan cara nilai pada kolom jumlah dibagi dengan jumlah kriteria. Dalam

penelitian ini kriteria yang digunakan sebanyak 6 kriteria atau n=6.

Kriteria C1 atau pendidikan adalah kriteria paling penting dalam kasus

ini, karena memiliki nilai prioritas paling tinggi dibandingkan dengan kriteria

yang lainnya.

31

f. Langkah selanjutnya yaitu mengukur konsistensi, adapun langkah-langkah

yaitu sebagai berikut :

2. Membuat matriks penjumlahan setiap baris

Matriks ini dibuat dengan cara mengalikan elemen pertama pada tabel 4.1

perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas kriteria elemen pertama

pada tabel 4.2, nilai matriks elemen kedua dengan nilai prioritas elemen

kedua dan seterusnya. Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

3. Jumlahkan setiap baris

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.3.

Table 4.3 Matriks Penjumlahan Setiap Baris

Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah

Baris

C1 0,43 0,60 0,60 0,38 0,26 2,28

C2 0,14 0,20 0,20 0,23 0,26 1,04

C3 0,14 0,20 0,20 0,23 0,26 1,04

C4 0,09 0,07 0,07 0,08 0,09 0,38

C5 0,14 0,07 0,07 0,08 0,09 0,44

4. Perhitungan rasio konsistensi

Perhitungan ini digunakan untuk memastikan bahwa nilai rasio konsistensi

9CR) <=0,1. Jika ternyata nilai CR lebih besar dari 0,1, maka matriks

perbandingan berpasangan harus diperbaiki. Untuk menghitung rasio konsistensi,

dibuat tabel seperti terlihat pada tabel 4.4.

32

Table 4.4 Perhitungan Rasio Konsistensi

Kriteria Jumlah

Baris Prioritas Lamda

C1 2,28 0,43 5,26

C2 1,04 0,20 5,14

C3 1,04 0,20 5,14

C4 0,38 0,08 5,10

C5 0,44 0,09 5,05

Total 25,69

Lamda Max 5,14

Kolom jumlah baris diperoleh dari tabel 4.3 matriks penjumlahan setiap

baris, sedangkan kolom prioritas diperoleh dari tabel 4.2 matriks nilai kriteria dan

kolom lamda diperoleh dari jumlah baris pada tabel 4.4 dibagi dengan nilai

prioritas pada tabel 4.4.

Untuk nilai total diperoleh dari hasil penjumlahan dari kolom lamda dan

nilai yang ada pada kolom lamda max diperoleh dari nilai yang ada pada total

dibagi dengan banyaknya elemen, dalam hal ini n=6.

Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai

Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :

- CI :

- CR : CI / RI

33

Setelah dihasilkan prioritas kriteria, langkah selanjutnya adalah

menentukan prioritas sub kriteria. Perhitungan subkriteria dilakukan terhadap sub-

sub dari semua kriteria. Dalam hal ini terdapat 5 kriteria yang berarti akan ada 5

perhitungan prioritas sub kriteria. Langkah-langkah penyelesaianya seperti pada

penentuan prioritas kriteria sebelumnya.

2) Menentukan Prioritas Subkriteria

Ada 5 kriteria yang mendasari pengambilan keputusan pada calon

pengawas sekolah dan semua kriteria memiliki subkriteria yang harus

dibandingkan dalam matriks berpasangan.

a) Subkriteria Pendidikan

Proses perhitungan atau cara untuk mencari nilai konsistensi subkriteria

cara penyelesaianya sama dengan proses perhitungan untuk mencari nilai

konsistensi kriteria pada langkah-langkah sebelumnya. Dalam mengisi elemen-

elemen ini, perlu dilakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan,

yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai subkriteria yang

ditentukan.

a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 2.

b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.

c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :

d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom pada

matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.5.

34

Table 4.5 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pendidikan

C1 S2 S1

S2 1,00 2,00

S1 0,50 1,00

Jumlah 1,50 3,00

Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah

selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah

masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk

mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan

jumlah elemen (n=2) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk

mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada

tabel 4.6 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat dilihat

pada tabel 4.6.

Table 4.6 Matriks Nilai Kriteria Pendidikan

C1 S2 S1 Jumlah Prioritas Nilai Prioritas Sub

Kriteria

S2 0,67 0,67 1,33 0,67 1,00

S1 0,33 0,33 0,67 0,33 0,50

e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.

Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama

pada tabel 4.5 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas

elemen pertama pata tabel 4.6, nilai matriks elemen kolom kedua

dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.

f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.7.

35

Table 4.7 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pendidikan

C1 S2 S1 Jumlah Baris

S2 0,67 0,67 1,33

S1 0,33 0,33 0,67

g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.

h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya

elemen yang ada, hasilnya disebut .

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.8.

Table 4.8 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pendidikan

C1 Jumlah

Baris Prioritas Lamda

S2 1,33 0,67 2,00

S1 0,67 0,33 2,00

Total 4,00

Lamda

Max 2,00

Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai

Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :

- CI :

- CR : CI / RI

36

b) Subkriteria Jabatan

Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama

dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memasukkan

nilai perbandingan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.9. Sama seperti langkah sebelumnya melakukan

analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu membandingkan elemen

secara berpasangan. Langkah-langkah penyelesaianya adalah sebagai berikut :

a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 2.

b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.

c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :

d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom

pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Table 4.9 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Jabatan

C2 Kepala Sekolah Guru

Kepala Sekolah 1,00 5,00

Guru 0,20 1,00

Jumlah 1,20 6,00

Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah

selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah

masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk

mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan

jumlah elemen (n=2) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk

37

mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada

tabel 4.10 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat

dilihat pada tabel 4.10.

Table 4.10 Matriks Nilai Kriteria Jabatan

C2 Kepala Sekolah Guru Jumlah Prioritas Nilai Prioritas

Subkriteria

Kepala Sekolah 0,83 0,83 1,67 0,83 1,00

Guru 0,17 0,17 0,33 0,17 0,20

e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.

Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama

pada tabel 4.9 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas

elemen pertama pata tabel 4.10, nilai matriks elemen kolom kedua

dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.

f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.11.

Table 4.11 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Jabatan

C2 Kepala Sekolah Guru Jumlah

Baris

Kepala

Sekolah 0,83 4,17

5,00

Guru 0,03 0,17 0,20

g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.

h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya

elemen yang ada, hasilnya disebut .

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.12.

38

Table 4.12 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Jabatan

C2 Jmlh Baris Prioritas Lamda

Kepala

Sekolah 5,00 0,83

6,00

Guru 0,20 0,17 1,20

Total 7,20

Lamda

Max 3,60

Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai

Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :

- CI :

- CR : CI / RI

c) Subkriteria Pengalaman Kerja

Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama

dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memasukkan

nilai perbandingan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.13. Sama seperti langkah sebelumnya

melakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu

membandingkan elemen secara berpasangan. Langkah-langkah penyelesaianya

adalah sebagai berikut :

39

a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 4.

b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.

c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :

d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom

pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Table 4.13 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pengalaman Kerja

C3 10 Tahun 8 Tahun 6 tahun 4

Tahun

10 Tahun 1,00 3,00 5,00 7,00

8 Tahun 0,33 1,00 3,00 5,00

6 Tahun 0,20 0,33 1,00 3,00

4 Tahun 0,14 0,20 0,33 1,00

Jumlah 1,68 4,53 9,33 16,00

Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah

selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah

masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk

mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan

jumlah elemen (n=4) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk

mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada

tabel 4.14 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat

dilihat pada tabel 4.14.

40

Table 4.14 Matriks Nilai Kriteria Pengalaman Kerja

C3 10

Tahun

8

Tahun

6

Tahun

4

Tahun Jumlah Prioritas

Nilai

Prioritas

Subkriteria

10 Tahun 0,60 0,66 0,54 0,44 2,23 0,56 1,00

8 Tahun 0,20 0,22 0,32 0,31 1,05 0,26 0,47

6 Tahun 0,12 0,07 0,11 0,19 0,49 0,12 0,22

4 Tahun 0,09 0,04 0,04 0,06 0,23 0,06 0,10

e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.

Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama

pada tabel 4.13 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas

elemen pertama pata tabel 4.14, nilai matriks elemen kolom kedua

dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.

f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.15.

Table 4.15 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pengalaman Kerja

C3 10 Tahun 8 Tahun 6 tahun 4 Tahun Jumlah

Baris

10 Tahun 0,56 0,79 0,61 0,40 2,36

8 Tahun 0,19 0,26 0,37 0,28 1,10

6 Tahun 0,11 0,09 0,12 0,17 0,49

4 Tahun 0,08 0,05 0,04 0,06 0,23

g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.

h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya

elemen yang ada, hasilnya disebut .

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.16.

41

Table 4.16 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pengalaman Kerja

C3 Jmlh

Baris Prioritas Lamda

10 Tahun 2,36 0,56 4,22

8 Tahun 1,10 0,26 4,17

6 Tahun 0,49 0,12 4,04

4 Tahun 0,23 0,06 4,04

Total 16,47

Lamda Max 4,12

Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai

Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :

- CI :

- CR : CI / RI

d) Subkriteria Pangkat / Golongan

Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama

dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memasukkan

nilai perbandingan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.17. Sama seperti langkah sebelumnya

melakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu

membandingkan elemen secara berpasangan. Langkah-langkah penyelesaianya

adalah sebagai berikut :

42

a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 4.

b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.

c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :

d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom

pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.17.

Table 4.17 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Pangkat / Golongan

C4 Pembina IV/b Pembina IV/a Penata III/d Penata III/c

Pembina IV/b 1,00 3,00 5,00 7,00

Pembina IV/a 0,33 1,00 1,00 5,00

Penata III/d 0,20 1,00 1,00 3,00

Penata III/c 0,14 0,20 0,33 1,00

Jumlah 1,68 5,20 7,33 16,00

Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah

selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah

masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk

mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan

jumlah elemen (n=4) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk

mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada

tabel 4.18 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat

dilihat pada tabel 4.18.

43

Table 4.18 Matriks Nilai Kriteria Pangkat / Golongan

C4 Pembina

IV/b

Pembina

IV/a

Penata

III/d

Penata

III/c Jumlah Prioritas

Nilai

Prioritas

Subkriteria

Pembina

IV/b 0,60 0,58 0,68 0,44

2,29 0,57 1,00

Pembina

IV/a 0,20 0,19 0,14 0,31

0,84 0,21 0,37

Penata

III/d 0,12 0,19 0,14 0,19 0,64

0,16 0,28

Penata

III/c 0,09 0,04 0,05 0,06 0,23

0,06 0,10

e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.

Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama

pada tabel 4.17 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas

elemen pertama pata tabel 4.18, nilai matriks elemen kolom kedua

dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.

f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.19.

Table 4.19 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Pangkat / Golongan

C4 Pembina

IV/b

Pembina

IV/a

Penata

III/d

Penata

III/c Jumlah Baris

Pembina IV/b 0,57 0,63 0,79 0,41 2,40

Pembina IV/a 0,19 0,21 0,16 0,29 0,85

Penata III/d 0,11 0,21 0,16 0,17 0,66

Penata III/c 0,08 0,04 0,05 0,06 0,23

g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.

h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya

elemen yang ada, hasilnya disebut .

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.20.

44

Table 4.20 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Pangkat / Golongan

C4 Jmlh Baris Prioritas Lamda

Pembina

IV/b 2,40 0,57 4,19

Pembina

IV/a 0,85 0,21 4,05

Penata III/d 0,66 0,16 4,14

Penata III/c 0,23 0,06 4,05

Total 16,43

Lamda Max 4,11

Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai

Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :

- CI :

- CR : CI / RI

e) Subkriteria Usia

Pada tahap ini proses penentuan matriks perbandingannya masih sama

dengan langkah-langkah yang telah dilakukan sebelumnya yaitu memasukkan

nilai perbandingan ke dalam matriks perbandingan berpasangan. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.21. Sama seperti langkah sebelumnya

melakukan analisis perbandingan elemen yang diprioritaskan, yaitu

45

membandingkan elemen secara berpasangan. Langkah-langkah penyelesaianya

adalah sebagai berikut :

a. Elemen a[i,j] = 1, dimulai i=1,2,3,…n. Untuk penelitian ini n = 4.

b. Elemen matriks segitiga atas sebagai input.

c. Untuk mengisi elemen matriks segitiga bawah digunakan rumus :

d. Langkah selanjutnya menjumlahkan nilai-nilai dari setiap kolom

pada matriks. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.21.

Table 4.21 Matriks Perbandingan Berpasangan Kriteria Usia

C5 30 Tahun 35 Tahun 40 tahun 50

Tahun

30 Tahun 1,00 3,00 3,00 5,00

35 Tahun 0,33 1,00 1,00 3,00

40 Tahun 0,33 1,00 1,00 3,00

50 Tahun 0,20 0,33 0,33 1,00

Jumlah 1,87 5,33 5,33 12,00

Setelah mendapatkan nilai perbandingan berpasangan maka langkah

selanjutnya adalah membagi nilai masing-masing elemen matriks dengan jumlah

masing-masing kolom, kemudian menjumlahkan nilai-nilai dari setiap baris untuk

mendapatkan nilai yang ada pada kolom jumlah setelah itu membaginya dengan

jumlah elemen (n=4) untuk mendapatkan nilai prioritas alternatif dan untuk

mendapatkan nilai prioritas subkriteria diperoleh dengan cara nilai prioritas pada

tabel 4.22 dibagi dengan nilai terttinggi pada kolom prioritas. Hasilnya dapat

dilihat pada tabel 4.22.

46

Table 4.22 Matriks Nilai Kriteria Usia

C5 30

Tahun

35

Tahun

40

Tahun

50

Tahun Jumlah Prioritas

Nilai

Prioritas

Subkriteria

30 Tahun 0,54 0,56 0,56 0,42 2,08 0,52 1,00

35 Tahun 0,18 0,19 0,19 0,25 0,80 0,20 0,39

40 Tahun 0,18 0,19 0,19 0,25 0,80 0,20 0,39

50 Tahun 0,11 0,06 0,06 0,08 0,32 0,08 0,15

e. Proses selanjutnya yaitu membuat matriks penjumlahan setiap baris.

Caranya adalah kalikan setiap nilai matriks elemen kolom pertama

pada tabel 4.21 perbandingan berpasangan dengan nilai prioritas

elemen pertama pata tabel 4.22, nilai matriks elemen kolom kedua

dengan nilai prioritas elemen kedua dan seterusnya.

f. Selanjutnya jumlahkan setiap baris.

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.23.

Table 4.23 Matriks Penjumlahan Setiap Baris Kriteria Usia

C5 30 Tahun 35 Tahun 40 tahun 50

Tahun

Jumlah

Baris

30 Tahun 0,52 0,60 0,60 0,39 2,12

35 Tahun 0,17 0,20 0,20 0,24 0,81

40 Tahun 0,17 0,20 0,20 0,24 0,81

50 Tahun 0,10 0,07 0,07 0,08 0,32

g. Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengan prioritas.

h. Jumlahkan hasil bagi tersebut kemudian dibagi dengan banyaknya

elemen yang ada, hasilnya disebut .

Hasilnya dapat dilihat pada tabel 4.24.

47

Table 4.24 Perhitungan Rasio Konsistensi Kriteria Usia

C5 Jmlh

Baris Prioritas Lamda

Pembina

IV/b 2,12 0,52 4,08

Pembina

IV/a 0,81 0,20 4,04

Penata III/d 0,81 0,20 4,04

Penata III/c 0,32 0,08 4,02

Total 16,17

Lamda Max 4,04

Selanjutnya adalah mencari nilai Consistency Index (CI) dan nilai

Consistemcy Ratio (CR). Hasilnya adalah sebagai berikut :

- CI :

- CR : CI / RI

3) Menentukan Hasil Akhir

Langkah selanjutnya adalah prioritas hasil perhitungan pada kriteria dan

subkriteria per kriteria atau langkah 1 dan 2 kemudian dituangkan dalam matriks

hasil yang terlihat dalam tabel 4.25.

48

No Pendidikan Jabatan

Pengalaman

Kerja Pangkat / Gol Usia

0,43 0,20 0,20 0,08 0,09

1 S2 Kepala Sekolah 10 Tahun Pembina IV/b 30 Tahun

1,00 0,83 0,56 0,57 0,52

2 S1 Guru 8 Tahun Pembina IV/a 35 Tahun

0,50 0,17 0,26 0,21 0,20

3 -

- 6 Tahun Penata III/d 40 Tahun

0,12 0,16 0,20

4 -

- 4 tahun Penata III/c 50 Tahun

0,06 0,06 0,08

Cara penyelesaiannya, jika diberikan data minimal 5 orang calon

pengawas sekolah yang akan diseleksi menjadi pengawas sekolah.

Alternatif C1 C2 C3 C4 C5

CP1 S1 Guru

6

Tahun Penata III/d

40

Tahun

CP2 S2 Kepala Sekolah

10

Tahun Pembina IV/a

35

Tahun

CP3 S1 Guru

4

Tahun Penata III/c

50

Tahun

CP4 S1 Guru

6

Tahun Penata III/c

30

Tahun

CP5 S2 Kepala Sekolah

8

Thaun Pembina IV/b

40

Tahun

Maka hasil akhirnya akan tampak pada tabel 4.27.

Alternatif C1 C2 C3 C4 C5 Jumlah

CP1 0,22 0,03 0,02 0,01 0,02 0,30

CP2 0,43 0,17 0,11 0,02 0,02 0,75

CP3 0,22 0,03 0,01 0,00 0,01 0,27

CP4 0,22 0,03 0,02 0,00 0,05 0,32

CP5 0,43 0,17 0,05 0,04 0,02 0,72

Tabel 4.25 Matriks Hasil

Tabel 4.26 Data Calon Pengawas Sekolah

Tabel 4.27 Hasil Akhir

49

Nilai 0,22 pada kolom C1 (pendidikan) baris CP1 diperoleh dari nilai CP1

untuk C1, yaitu status ‘pendidikan’ dengan nilai prioritas subkriteria 1 (tabel

4.25), dikalikan dengan nilai prioritas kriteria pendidikan sebesar 0,43 (tabel

4.25), demikian seterusnya berdasarkan data calon pengawas sekolah.

Kolom jumlah pada tabel 4.27 diperoleh dari penjumlahan masing-masing

barisnya. Nilai dari kolom jumlah inilah yang dipakai sebagai dasar untuk

merangking prestasi alternatif dalam hal ini calon pengawas sekolah. Semakin

besar nilainya, maka calon pengawas sekolah tersebut akan layak untuk menjadi

pengawas sekolah.

Jadi, berdasarkan simulasi melalui metode AHP diperoleh informasi bahwa

dari kelima alternatif yang paling layak menjadi pengawas sekolah adalah

alternatif CP2. Hal ini karena CP2 memiliki nilai paling tinggi dari alternatif

lainnya.

f. Analisis Proses

Pada proses penanganan sistem, user akan berhubungan langsung dengan

sistem. User terbagi dalam dua kategori, yang pertama user sebagai operator

sekaligus user yang bertindak sebagai pengambil keputusan (Decision Maker).

Sistem akan mengolah data inputan data calon pengawas dan output yang

dihasilkan berupa laporan hasil pemilihan pengawas sekolah yang dilakukan

dengan menerapkan metode Analytical Hierarchy Process (AHP).

50

2. Perancangan Sistem

Seteleh melakukan tahapan analisis sistem, maka langkah selanjutnya

penyusun membuat gambaran yang jelas tentang apa yang harus dikerjakan.

Tujuan dari pembangunan sistem pendukung keputusan ini yaitu dapat

membantu dalam menyelesaikan masalah tentang pemilihan pengawas sekolah.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka penyusun harus dapat mencapai sasaran-

sasaran, yakni desain sistem harus mudah dipahami dan nantinya mudah

digunakan oleh user.

Adapun sistem pendukung keputusan pemilihan pengawas sekolah yang

diusulkan nantinya dihrapkan dapat membantu bagian PMPTK lebih khusus pihak

pengambil keputusan dalam proses pemilihan pengawas sekolah. Dengan adanya

sistem ini, bagian PMPTK tidak perlu lagi melakukan pemilihan pengawas

sekolah secara manual. Selain itu dengan pembangunan sistem ini operator dan

pihak pengambil keputusan dapat langsung menginputkan data pengawas dan

kritetia-kriteria sebagai variabel penentu dalam pemilihan pengawas sekolah

sehingga dapat memudahkan pihak pengambil keputusan dalam menentukan

pengawas sekolah yang berkualitas. Kemudian data hasil seleksi tersebut

disimpan serta dapat dikeluarkan dalam bentuk laporan. Berikut adalah

perancangan Flowchart sistem yang diusulkan dengan menerapkan metode

Analytical Hierarchy Process (AHP) :

Perancangan flowchart atau diagram alir akan memudahkan penyusun

untuk mengimplementasikan sistem ke dalam bahasa pemrograman, karena akan

menjelaskan bagaimana cara kerja sistem dari awal hingga akhir. Flowchart yang

51

akan dirancang pada sistem pendukung keputusan ini terdiri dari flowchart

penentuan prioritas kriteria, penentuan prioritas calon pengawas tiap subkriteria

dan penentuan prioritas global. Berikut masing-masing flowchart untuk proses

tersebut.

52

a. Perancangan Flowchart Sistem untuk Menentukan Prioritas Kriteria

Gambar 4.3 Flowchart Penentuan Prioritas Kriteria Pengawas Sekolah

Selesai

Matriks kriteria konsisten

CR < 0,1

Tidak

Hitung CR

Hitung CI

Hitung ƛ maks

Matriks ƛ

Bagikan tiap hasil penjumlahan diatas dengan masing-

masing nilai prioritas pengawas tiap kriteria

Jumlahkan setiap baris dari hasil perkalian diatas

Kalikan nilai setiap inputan matriks pengawas tiap kriteria dengan

nilai masing-masing prioritas pengawas tiap kriteria

Matriks prioritas pengawas tiap kriteria

Bagikan hasil penjumlahan baris dengan n

Jumlahkan semua elemen tiap baris pada matriks normalisasi pengawas tiap kriteria

Normalisasi matriks pengawas tiap kriteria

Jumlahkan semua elemen pada setiap kolom matriks pengawas tiap kriteria

Input nilai matriks pengawas tiap kriteria n X n

n = banyak pengawas & n = banyak kriteria

Input data pengawas

Ya

Selesai

Input nilai kriteria

Mulai

53

b. Perancangan Flowchart Sistem untuk Menentukan Prioritas

Subkriteria

Gambar 4.4 Flowchart Penentuan Prioritas Subkriteria Pengawas Sekolah

Selesai

Matriks kriteria konsisten

CR < 0,1

Tidak

Hitung CR

Hitung CI

Hitung ƛ maks

Matriks ƛ

Bagikan tiap hasil penjumlahan diatas dengan masing-

masing nilai prioritas pengawas tiap subkriteria

Jumlahkan setiap baris dari hasil perkalian diatas

Kalikan nilai setiap inputan matriks pengawas tiap subkriteria

dengan nilai masing-masing prioritas pengawas tiap subkriteria

Matriks prioritas pengawas tiap subkriteria

Bagikan hasil penjumlahan baris dengan n

Jumlahkan semua elemen tiap baris pada matriks normalisasi pengawas tiap subkriteria

Normalisasi matriks pengawas tiap subkriteria

Jumlahkan semua elemen pada setiap kolom matriks pengawas tiap subkriteria

Input nilai matriks pengawas tiap subkriteria n X n

n = banyak pengawas & n = banyak subkriteria

Input data pengawas

Ya

Mulai

Selesai

Input nilai subkriteria

54

c. Perancangan Flowchart Sistem untuk Menentukan Prioritas Global

Gambar 4.5 Flowchart Penentuan Nilai Prioritas Global

d. Diagram Arus Data

Adapun diagram arus data dari sistem pendukung keputusan pemilihan

pengawas sekolah yaitu :

1) Identifikasi External Entity

Tabel 4.28 Identifikasi External Entity

No

Eksternal Entity

Input

Output

1. Admin - Data User

- Data Pengawas

Hasil Data Pengawas

- Verifikasi User

- Hasil Data Pengawas

2. Kabid PMPTK - Data User

- Data Kriteria

- Data Nilai Matriks

Kriteria

- Verifikasi User

- Hasil Data Register

- Hasil Data Kriteria

- Hasil Nilai Prioritas

Mulai

Nilai prioritas pengawas tiap kriteria

Nilai prioritas pengawas tiap subkriteria

Kalikan masing-masing nilaii prioritas pengawas tiap kriteria dengan

masing-masing nilai prioritas subkriterianya

Jumlahkan semua elemen tiap baris pada matriks prioritas tujuan

Nilai prioritas global

Urutkan nilai prioritas global dari nilai tertinggi hingga terendah

Selesai

55

- Data Nilai Matriks Tiap

Subkriteria

- Hasil Nilai Keputusan

Kriteria

- Hasil Nilai Prioritas

Subkriteria

- Hasil Nilai Keputusan

- Laporan Data Pengawas

- Laporan Nilai Hasil

Keputusan

3. Kadis Bone

Bolango

- Laporan Data Pengawas

- Laporan Nilai Hasil

Keputusan

e. Diagram Konteks

Data User

Data Pengawas

Verifikasi User

Hasil Data Pengawas

Sistem Pendukung

Keputusan

Pemilihan Pengawas

Sekolah

Data Kriteria

Data Nilai Matriks Kriteria

Data Nilai Matriks Subkriteria

Data Nilai Hasil Keputusan

Verifikasi User

Hasil Data Kriteria

Hasil Nilai Prioritas Kriteria

Hasil Nilai Prioritas Subkriteria

Hasil Nilai Keputusan

Lap. Data Pengawas

Lap. Hasil Keputusan

0

Admin

Gambar 4.6 Diagram Konteks

Kabid

PMPTK

Kadis

Bone Bolango

Lap. Data Pengawas

Lap. Hasil Keputusan

56

5.0

Penentuan

Nilai

Keputusan

3.0.P

Penentuan

Prioritas

Kriteria

4.0.P

Penentuan

Prioritas

Subkriteria

.P

6.0.P

Pembuatan

Laporan

f. DAD Level 0

1.0.P

Login

2.0

Input

Data

Kabid

PMPTK

User

Pengawas

Kriteria

Subkriteria

Data User

Hasil data pengawas

Nilai Matriks Kriteria

Nilai Prioritas Kriteria

Nilai Matriks Tiap Subkriteria

Nilai PrioritasSubkriteria

Nilai Keputusan

Hasil Nilai Keputusan

Data User

Data User

Data User

Hasil data user

Hasil data pengawas

Data pengawas

Nilai Matriks Kriteria

Nilai Prioritas Kriteria

Data pengawas

Nilai Prioritas Tiap Subkriteria

Nilai Keputusan

Hasil Nilai Keputusan

Data pengawas

Gambar 4.7 Dad Level 0

Hasil Keputusan

Data pengawas

Hasil Nilai Keputusan

Kadis Bone Bolango

Hasil Nilai Keputusan

Admin

Data User

Verifikasi User

Verifikasi User

Lap. Data Pengawas

Lap. Hasil Keputusan

Lap. Data Pengawas

Lap. Hasil Keputusan

57

g. Relasi Tabel

Pengawas

PK

nm_pengawas

alamat

pendidikan

jabatan pengalaman_kerja

pangkat_golongan

usia

Kriteria

nm_kriteria

nilai_kriteria

Subkriteria

Kode_Sub PK

nm_sub

nilai_sub

N

Kode_pengawas Kode_Kriteria PK

Hasil

kode_pengawas

kode_kriteria

kode_sub

nilai_kriteria

nilai_sub

nilai_akhir

Kode_hasil PK

FK

FK

FK

1

1

1

N

Gambar 4.8 Relasi Tabel

58

h Hubungan Antar Tebel (Entity Relationalship Diagram / ERD)

Gambar 4.9 Hubungan Antar Tabel (Entity Relationship Diagram/Erd)

Memenuhi

Memiliki

1

Kriteria

kode_kriteria nm_kriteria

nilaiKriteria

Subkriteria

kode_sub Nm_sub

nila_sub

1

N

N

Hasil

kode_pengawas kode_hasil

kode_kriteria nila_kriteria

Kode_sub nilai_sub

nilai_akhir

Pengawas

Kode_pengawas Nama_pengawas

alamat

pendidikan

jabatan

Pengalaman_kerja

Pangkat_golongan usia

59

i. Rancangan Database

Tabel 4.29 Rancangan Tabel Pengawas

Field Type Size Index Keterangan

Kode_pengawas Text 10 Primary key Kode pengawas

Nip Text 25 - Nip Pengawas

Nm_pengawas Text 50 - Nama pengawas

Alamat Text 255 - Alamat pengawas

Tabel 4.30 Rancangan Tabel Kriteria

Field Type Size Index Keterangan

Kode_kriteria Text 5 Primary key Kode kriteria

Nm_kriteria Text 255 - Nama kriteria

Nilai Number 2 - Nilai kriteria

Tabel 4.31 Rancangan Tabel Subkriteria

Field Type Size Index Keterangan

Kode_sub Text 5 Primary key Kode subkriteria

Nm_sub Text 255 - Nama subkriteria

Nilai Text 255 - Nilai subkriteria

Tabel 4.32 Rancangan Tabel Hasil

Field Type Size Index Keterangan

Kode_pengawas Text 10 Primary key Kode pengawas

Kode_kriteria Text 5 Foreign key Kode kriteria

Kode_subkriteria Text 5 Foreign key Kode subkriteria

Nilai_kriteria Text 5 - Nilai kriteria

Nilai_subkriteria Text 5 - Nilai subkriteria

Nilai_akhir Text 5 Nilai akhir

60

j. Rancangan Input

Rancangan form input data pengawas

Gambar 4.10 Rancangan Form Input Data Pengawas

Kode

Pengawas

Nama

Pengawas Nip Alamat Pendidikan Jabatan

Pengalaman

Kerja

Pangkat

Golongan Usia

Data Pengawas

Kode Pengawas

Alamat

Nama Pengawas

SIMPAN HAPUS KELUAR

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

Nip

Pendidikan

Jabatan

Pengalaman Kerja

Pangkat / Golongan

Usia

61

k. Rancangan Proses

1) Rancangan form proses matriks perbandingan berpasangan

Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6

C1

C2 C3 C4 C5 C6

Jumlah

NEXT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

C1 : Pendidikan

C2 : Nilai Tes

C3 : Jabatan

C4 : Pengalaman Kerja

C5 : Pangkat / Golongan

C6 : Usia

Matriks Perbandingan Berpasangan

Random Indeks

1,2 = 0,00 9 = 1,45

3 = 0,58 10 = 1,49

4 = 0,90 11 = 1,51

5 = 1,12 12 = 1,48

6 = 1,24 13 = 1,56

7 = 1,32 14 = 1,57

8 = 1,41 15 = 1,59

Gambar 4.11 Rancangan Form Proses Matriks Perbandingan

Berpasangan

62

2) Rancangan form proses matriks nilai Kriteria

Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah Prioritas C1

C2 C3 C4 C5 C6

NEXT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

C1 : Pendidikan

C2 : Nilai Tes

C3 : Jabatan

C4 : Pengalaman Kerja

C5 : Pangkat / Golongan

C6 : Usia

Matriks Nilai Kriteria

Random Indeks

1,2 = 0,00 9 = 1,45

3 = 0,58 10 = 1,49

4 = 0,90 11 = 1,51

5 = 1,12 12 = 1,48

6 = 1,24 13 = 1,56

7 = 1,32 14 = 1,57

8 = 1,41 15 = 1,59

BACK

Gambar 4.23 Rancangan Form Proses Matriks Nilai Kriteria Gambar 4.12 Rancangan Form Proses Matriks Nilai Kriteria

63

3) Rancangan form proses matriks penjumlahan setiap baris

Kriteria C1 C2 C3 C4 C5 C6 Jumlah Baris C1

C2 C3 C4 C5 C6

NEXT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

C1 : Pendidikan

C2 : Nilai Tes

C3 : Jabatan

C4 : Pengalaman Kerja

C5 : Pangkat / Golongan

C6 : Usia

Matriks Penjumlahan Setiap Baris

Random Indeks

1,2 = 0,00 9 = 1,45

3 = 0,58 10 = 1,49

4 = 0,90 11 = 1,51

5 = 1,12 12 = 1,48

6 = 1,24 13 = 1,56

7 = 1,32 14 = 1,57

8 = 1,41 15 = 1,59

BACK

Gambar 4.13 Rancangan Form Proses Matriks Penjumlahan Setiap

Baris

64

4) Rancangan form proses perhitungan rasio konsistensi

Rancangan form proses untuk subkriteria, rancangan formnya sama

dengan rancangan form yang ada pada rancangan form proses kriteria. Jika pada

kriteria terdapat rancangan form matriks perbandingan berpasangan maka pada

subkriteria juga terdapat rancangan form untuk matriks perbandingan

Gambar 4.14 Rancangan Form Proses Perhitungan Rasio Konsistensi

Kriteria Jumlah Baris Prioritas Lamda C1

C2 C3 C4 C5 C6

Total

Lamda Max

NEXT

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

C1 : Pendidikan

C2 : Nilai Tes

C3 : Jabatan

C4 : Pengalaman Kerja

C5 : Pangkat / Golongan

C6 : Usia

Perhitungan Rasio Konsistensi

Random Indeks

1,2 = 0,00 9 = 1,45

3 = 0,58 10 = 1,49

4 = 0,90 11 = 1,51

5 = 1,12 12 = 1,48

6 = 1,24 13 = 1,56

7 = 1,32 14 = 1,57

8 = 1,41 15 = 1,59

BACK

65

berpasangan, begitu pula dengan rancangan form proses untuk matriks nilai

kriteria, rancangan form proses untuk matriks penjumlahan setiap baris dan

rancangan form proses untuk perhitungan rasio konsistensi.

5) Rancangan form proses perhitungan nilai akhir

6)

Kd_hasil Kd_pengawas Kd_kriteria Kd_sub Nilai_sub Nilai_akhir

Gambar 4.15 Rancangan Form Proses Perhitungan Hasil Akhir

Kode Calon Pengawas

Nama Calon Pengawas

Pendidikan

Jabatan

Pengalaman Kerja

Pangkat / Golongan

Usia

NEXT BACK NEXT BACK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

Perhitungan Hasil Akhir

66

l. Rancangan Output

1) Rancangan Form Untuk Laporan

Jenis Laporan

Ok Batal

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

Laporan

Gambar 4.16 Rancangan Form Output Untuk Laporan

67

2) Laporan Hasil Akhir

LAPORAN HASIL AKHIR

No Kode Pengawas Nama Pengawas Hasil Keputusan

1

2

3

4

5

Gorontalo, Tanggal – Bulan – Tahun

Kabid PMPTK

Mansur Pakaja, S.Pd.MM

Nip. 19660306 198902 1 003

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

Gambar 4.17 Laporan Hasil Akhir

68

3) Laporan Pengawas TK / SD

LAPORAN PENGAWAS TK / SD

No Kode Pengawas Nama Pengawas Hasil Keputusan

1

2

3

4

5

Gorontalo, Tanggal – Bulan – Tahun

Kabid PMPTK

Mansur Pakaja, S.Pd.MM

Nip. 19660306 198902 1 003

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

Gambar 4.18 Laporan Pengawas TK / SD

69

4) Laporan Pengawas SMP / SMA

LAPORAN PENGAWAS SMP / SMA

No Kode Pengawas Nama Pengawas Hasil Keputusan

1

2

3

4

5

Gorontalo, Tanggal – Bulan – Tahun

Kabid PMPTK

Mansur Pakaja, S.Pd.MM

Nip. 19660306 198902 1 003

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN

PENGAWAS SEKOLAH

Dinas Pendidikan Kabupaten Bone Bolango

Gambar 4.19 Laporan Pengawas SMP / SMA

70

3. Testing dan Implementasi

1) Implementasi

a) Tampilan Form Login

b) Tampilan Form Menu Utama

Gambar 4.18 Tampilan Form Login

Gambar 4.19 Tampilan Menu Utama

71

c) Tampilan Form Input Data User

d) Tampilan Form Input Data Pengawas

Gambar 4.20 Tampilan Form Input Data User

Gambar 4.21 Tampilan Form Input Data User

72

e) Tampilan Form Matriks Perbandingan Berpasangan

f) Tampilan Form Matriks Nilai Kriteria

Gambar 4.22 Tampilan Form Matriks Perbandingan Berpasangan

Gambar 4.23 Tampilan Form Matriks Nilai Kriteria

73

g) Tampilan Form Matriks Penjumlahan Setiap Baris

h) Tampilan Form Perhitungan Rasio Konsistensi

Gambar 4.24 Tampilan Form Matriks Penjumlahan Setiap Baris

Gambar 4.25 Tampilan Form Perhitungan Rasio Konsistensi

74

i) Tampilan Form Penilaian Hasil Akhir

j) Tampilan Laporan Hasil Penilaian Akhir

Gambar 4.26 Tampilan Form Matriks Nilai Kriteria

Gambar 4.27 Laporan Hasil Akhir

75

Gambar 4.28 Laporan Pengawas Sekolah TK / SD

Gambar 4.29 Laporan Pengawas Sekolah SMP / SMA

76

2) Testing

a. Pengujian Black Box

Pengujian selanjutnya dilakukan untuk memastikan bahwa suatu event atau

masukan akan menjalankan proses yang tepat dan menghasilkan output yang

sesuai dengan desain. Rencana pengujian sistem dapat dilihat pada tabel 4.33.

Tabel 4.33 Rencana Pengujian Sistem

No Item Uji Detail Pengujian Jenis Pengujian

1 Login Konfirmasi login Blackbox

2 Input Data User Simpan, Hapus Blackbox

3 Input Data

Pengawas

Simpan, Hapus Blackbox

4 Proses Nilai

Kriteria dan

Subkriteria

Next, Simpan Blackbox

5 Proses Nilai Akhir Simpan, Update, Hapus Blackbox

a. Hasil pengujian sistem

1) Pengujian login

Tabel 4.34 Pengujian login (data normal)

Data Masukan Username, password, level

Yang Diharapkan Pada saat menekan tombol ok, pengguna dapat

masuk ke menu utama dan dapat menggunakan

system.

Pengamatan Pengguna dapat masuk ke dalam system dengan

username dan password yang terdaftar pada system.

Kesimpulan Sukses

Tabel 4.35 Pengujian login (data salah)

Data Masukan Username, password, level

Yang Diharapkan Pada saat menekan tombol ok, pengguna tidak

dapat masuk ke menu utama dan akan tampil pesan

username tidak tersedia ataupun password salah.

Pengamatan Pengguna tidak dapat masuk ke dalam sistem

karena username ataupun password tidak terdaftar.

Kesimpulan Sukses

77

2) Pengujian Input Data User

Tabel 4.36 Pengujian Input Data User (data normal)

Simpan

Data Masukan Data user sesuai dengan atribut yang disediakan

Yang Diharapkan Proses simpan data berhasil, data user tersimpan

pada database yang disediakan.

Pengamatan Data berhasil disimpan pada database dan

ditampilkan pada datagrid.

Kesimpulan Sukses

Hapus

Data Masukan Pilih data yang akan dihapus

Yang Diharapkan Proses hapus data berhasil

Pengamatan Data yang dihapus tidak muncul pada datagrid.

Kesimpulan Sukses

Tabel 4.37 Pengujian Input Data User (data salah)

Simpan

Data Masukan Kode user dikosongkan

Yang Diharapkan Proses simpan data tidak berhasil, data user tidak

tersimpan pada database yang disediakan, tampil

pesan peringatan kode user harus diisi.

Pengamatan Data gagal disimpan pada database, tampil perintah

untuk mengisi atribut kode user.

Kesimpulan Sukses

Hapus

Data Masukan Tidak memilih data yang yang akan dihapus

Yang Diharapkan Data gagal dihapus dari database, menampilkan

pesan untuk memilih data yang ingin dihapus

Pengamatan Gagal dihapus, tampil pesan untuk memilih data

yang akan dihapus

Kesimpulan Sukses

3) Pengujian Input Data Pengawas

Tabel 4.38 Pengujian Input Data Pengawas (data normal)

Simpan

Data Masukan Data pengawas sesuai dengan atribut yang

disediakan

Yang Diharapkan Proses simpan data berhasil, data pengawas

tersimpan pada database yang disediakan.

Pengamatan Data berhasil disimpan pada database dan

ditampilkan pada datagrid.

Kesimpulan Sukses

78

Hapus

Data Masukan Pilih data yang akan dihapus

Yang Diharapkan Proses hapus data berhasil

Pengamatan Data yang dihapus tidak muncul pada datagrid.

Kesimpulan Sukses

Tabel 4.39 Pengujian Input Data Pengawas (data salah)

Simpan

Data Masukan Kode pengawas dikosongkan

Yang Diharapkan Proses simpan data tidak berhasil, data pengawas

tidak tersimpan pada database yang disediakan,

tampil pesan peringatan kode pengawas harus diisi.

Pengamatan Data gagal disimpan pada database, tampil perintah

untuk mengisi atribut kode pengawas.

Kesimpulan Sukses

Hapus

Data Masukan Tidak memilih data yang yang akan dihapus

Yang Diharapkan Data gagal dihapus dari database, menampilkan

pesan untuk memilih data yang ingin dihapus

Pengamatan Gagal dihapus, tampil pesan untuk memilih data

yang akan dihapus

Kesimpulan Sukses

4) Pengujian Proses Nilai Kriteria & Subkiteria

Tabel 4.40 Pengujian Nilai Kriteria & Subkriteria (data normal)

Next

Data Masukan Nilai Matriks Perbandingan Berpasangan

Yang Diharapkan Proses mengisi nilai matriks perbandingan

berpasangan berhasil

Pengamatan Data berhasil diisi pada matriks perbandingan

berpasangan dan ditampilkan

Kesimpulan Sukses

Simpan

Data Masukan Nilai Matriks Kriteria

Yang Diharapkan Proses simpan data berhasil

Pengamatan Data yang disimpan ditampilkan pada datagrid.

Kesimpulan Sukses

Next

Data Masukan Nilai Matriks Penjumlahan Setiap Baris

Yang Diharapkan Nilai ditampilkan pada tabel matriks penjumlahan

setiap baris.

Pengamatan Nilai ditampilkan pada tabel matriks penjumlahan

setiap baris.

79

Kesimpulan Sukses

Next

Data Masukan Perhitungan Rasio Konsistensi

Yang Diharapkan Nilai ditampilkan pada tabel perhitungan rasio

konsistensi dan mendapatkan nilai CI dan CR.

Pengamatan Nilai ditampilkan pada tabel perhitungan rasio

konsistensi.

Kesimpulan Sukses

Tabel 4.41 Pengujian Nilai Kriteria & Subkriteria (data salah)

Next

Data Masukan Nilai Matriks perbandingan berpasagan tidak diisi

Yang Diharapkan Proses untuk melanjutkan ke matriks nilai kriteria

gagal dan tidak dapat melanjutkan untuk

perhitungan rasio konsistensi, tampil pesan salah

satu data tidak bisa kosong.

Pengamatan Nilai matriks perbandingan berpasangan kosong.

Kesimpulan Sukses

5) Pengujian Proses Nilai Hasil Penilaian

Tabel 4.42 Pengujian Nilai Hasil Penilaian (data normal)

Simpan

Data Masukan Pilih pengawas yang akan dinilai

Yang Diharapkan Proses mengisi nilai akhir berhasil

Pengamatan Data berhasil disimpan pada database nilai akhir.

Kesimpulan Sukses

Update

Data Masukan Pilih data yang akan diupdate

Yang Diharapkan Proses update data berhasil

Pengamatan Data diperbaharui dan ditampilkan pada datagrid.

Kesimpulan Sukses

Hapus

Data Masukan Pilih data yang akan dihapus

Yang Diharapkan Proses hapus data berhasil

Pengamatan Data yang dihapus tidak ditampilkan pada datagrid.

Kesimpulan Sukses

80

Tabel 4.43 Pengujian Nilai Hasil Penilaian (data salah)

Simpan

Data Masukan Data pengawas dikosongkan

Yang Diharapkan Proses mengisi nilai akhir gagal

Pengamatan Data tidak berhasil disimpan pada database nilai

akhir.

Kesimpulan Sukses

4. Analisis Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, proses pemilihan

pengawas sekolah kurang objektif, baik dari segi waktu maupun dari segi kualitas.

Hal ini dikarenakan prosedur dalam pemilihan pengawas sekolah belum sesuai

dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah / Madrasah.

Proses pemilihan pengawas sekolah masih dilakukan secara manual yaitu

koordinator pengawas menerima usulan calon pengawas sekolah dari beberapa

pengawas sekolah, kemudian koordinator pengawas dan bagian PMPTK

melakukan rapat untuk membahas pemilihan pengawas sekolah. Setelah

melakukan rapat, nama calon pengawas sekolah tersebut diberikan kepada Kepala

Dinas, selanjutnya Kepala Dinas membuat usulan nama calon pengawas sekolah

ke Bupati untuk mengeluarkan SK pengawas sekolah. Tetapi terkadang

nama-nama pengawas sekolah yang mendapatkan SK pengawas sekolah tidak

sesuai dengan nama-nama yang telah diusulkan sebelumnya oleh Kepala Dinas.

Hal ini mengakibatkan pemilihan pengawas sekolah tidak objektif dan

membutuhkan waktu yang lama dalam menentukan pemilihan pengawas sekolah

dan hasilnya tidak akurat.

81

Setelah melakukan penelitian tersebut maka penyusun mengusulkan suatu

sistem pendukung keputusan dengan menerapkan metode Analitycal Hierarchy

Process (AHP) yang dapat menjadi alat bantu dalam pemilihan pengawas sekolah.

Karena dengan menerapkan metode AHIP informasi yang dihasilkan lebih akurat,

dimana pada metode AHP, prosesnya dilakukan perbandingan berpasangan antara

kriteria dan kriteria serta subkriteria dan subkriteria. Hasil perbandingan

berpasangan dibagi dengan jumlah elemen yang ada, sehingga diperoleh nilai

prioritas kriteria dari setiap kriteria dan subkriteria yang dimaksud. Setelah

mendapatkan nilai prioritas kriteria dan subkriteria, selanjutnya nilai prioritas

dikalikan dengan nilai keadaan alternatif untuk mendapatkan nilai akhir. Calon

pengawas sekolah yang memiliki nilai tertinggi berhak untuk menjadi pengawas

sekolah.

Dengan menerapkan metode Analitycal Hierarchy Process (AHP) dalam

menentukan pemilihan pengawas sekolah, hasilnya lebih akurat serta pemilihan

pengawas sekolah lebih objektif. Karena proses pemilihan pengawas sekolah

dinilai berdasarkan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam undang-undang

yaitu : C1 = Pendidikan

C2 = Jabatan

C3 = Pengalaman Kerja

C4 = Pangkat / Golongan

C5 = Usia

Berdasarkan kriteria tersebut, maka dilakukan pemilihan pengawas

sekolah. Dengan terlebih dahulu menentukan prioritas kriteria dan prioritas

82

subkriteria seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Pengawas sekolah yang

terpilih dilihat dari nilai tertinggi yang didapatkan oleh pengawas tersebut, karena

pada sistem pendukung keputusan ini, pengawas sekolah terpilih diurutkan dari

nilai tertinggi hingga nilai terendah. Seperti dilihat pada gambar 4.28 :

Gambar 4.28 Laporan Hasil Akhir Pemilihan Pengawas Sekolah

Berdasarkan penelitian tersebut, maka penyusun menyimpulkan bahwa

sistem pendukung keputusan dengan menggunakan metode Analytical Hierarchy

Process (AHP), dapat membantu dalam pemilihan pengawas sekolah dan hasilnya

lebih akurat dibandingkan dengan proses pemilihan pengawas sekolah

sebelumnya, yang masih membutuhkan waktu dalam proses penentuan pemilihan

pengawas sekolah.