32
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Singkat Dahulu Kecamatan Pulubala hanyalah merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Tibawa dan bagian terkecil dari Kabupaten Gorontalo. Namun seiring berjalannya waktu dan pertumbuhan penduduk yag semakin banyak dari tahun ketahun serta memiliki wilayah yang cukup luas untuk dijadikan sebagai tempat bercocok tanam bagi masyarakat, maka timbullah inisiatif dari beberapa tokoh masyarakat, seperti pemangku adat, baate lo kambungu dan LSM yang ada di wilayah setempat untuk menjadikan Pulubala menjadi satu Kecamatan dan memisahkan diri dari Kecamatan induk yaitu Kecamatan Tibawa pada tanggal 31 Desember 2002 dengan camat pertama saat itu adalah Ir.Subroto k. Duhe. Sejak memisahkan diri dari Kecamatan Tibawa, Kecamatan Pulubala kini sudah terbagi menjadi 11 Desa yang cukup menunjang perekonomian di Kabupaten Gorontalo, dan seterusnya pertumbuhan ekonominya semakin meningkat. Salah satu desa yang ada di Kecamatan Pulubala yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Desa Puncak, wilayah ini dulunya masih rimba belantara dan kawasan pegunungan yang dihuni oleh binatang buas. Namun pada tahun 1967 kawasan ini mulai dirambah dan dijadikan lahan pertanian oleh sekelompok masyarakat yang berasal dari Isimu Selatan. daerah yang berada dibagian barat Kecamatan Tibawa yakni Desa Pongongaila Dusun Buhude ini dari tahun ketahun kian bertambah, baik masyarakat maupun kawasan pemukiman semakin luas. Masyarakat yang berdatangan dari beberapa wilayah (layaknya masyarakat transmigrasi) ini kian bertambah dan mendiami kawasan perbukitan. Maka kian banyaknya masyarakat tersebut serta tingkat potensi yang sangat mendukung menjadikan satu motivasi oleh beberapa kalangan seperti: Kudje Amantu, Suleman Panggo, Asunge Djailani, Adi Bano, Abd. Rahman Amantu, Nusi Pulubuhu, Ice Delihula, Mohamad Olii, Suna Muksin, dan Ahmad Motolodula. Untuk memisahkan diri dari Desa Pongongaila dan dengan berbagai bentuk benturan dan halangan yang dilalui, maka pada tahun 1978 lahirlah gagasan tersebut dengan mendirikan satu desa yang diberi nama Desa Puncak yang diambil dari keadaan wilayah dikawasan pegunungan (Tohuludiyo). Sejak tahun 1978 Desa Puncak yang terdiri dari 7 dusun yakni: 1) Dusun Buhude

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN - eprints.ung.ac.ideprints.ung.ac.id/306/5/2013-2-54201-614409103-bab4-07012014053731.pdfMootilango dan Boliyohuto. Kecamatan Pulubala saat ini terdiri

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat

Dahulu Kecamatan Pulubala hanyalah merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Tibawa dan bagian terkecil dari Kabupaten Gorontalo. Namun seiring berjalannya waktu dan

pertumbuhan penduduk yag semakin banyak dari tahun ketahun serta memiliki wilayah yang

cukup luas untuk dijadikan sebagai tempat bercocok tanam bagi masyarakat, maka timbullah

inisiatif dari beberapa tokoh masyarakat, seperti pemangku adat, baate lo kambungu dan LSM

yang ada di wilayah setempat untuk menjadikan Pulubala menjadi satu Kecamatan dan

memisahkan diri dari Kecamatan induk yaitu Kecamatan Tibawa pada tanggal 31 Desember

2002 dengan camat pertama saat itu adalah Ir.Subroto k. Duhe. Sejak memisahkan diri dari

Kecamatan Tibawa, Kecamatan Pulubala kini sudah terbagi menjadi 11 Desa yang cukup

menunjang perekonomian di Kabupaten Gorontalo, dan seterusnya pertumbuhan ekonominya

semakin meningkat.

Salah satu desa yang ada di Kecamatan Pulubala yang menjadi lokasi penelitian ini

adalah Desa Puncak, wilayah ini dulunya masih rimba belantara dan kawasan pegunungan yang

dihuni oleh binatang buas. Namun pada tahun 1967 kawasan ini mulai dirambah dan dijadikan

lahan pertanian oleh sekelompok masyarakat yang berasal dari Isimu Selatan. daerah yang

berada dibagian barat Kecamatan Tibawa yakni Desa Pongongaila Dusun Buhude ini dari tahun

ketahun kian bertambah, baik masyarakat maupun kawasan pemukiman semakin luas.

Masyarakat yang berdatangan dari beberapa wilayah (layaknya masyarakat transmigrasi) ini kian

bertambah dan mendiami kawasan perbukitan. Maka kian banyaknya masyarakat tersebut serta

tingkat potensi yang sangat mendukung menjadikan satu motivasi oleh beberapa kalangan

seperti: Kudje Amantu, Suleman Panggo, Asunge Djailani, Adi Bano, Abd. Rahman Amantu,

Nusi Pulubuhu, Ice Delihula, Mohamad Olii, Suna Muksin, dan Ahmad Motolodula.

Untuk memisahkan diri dari Desa Pongongaila dan dengan berbagai bentuk benturan dan

halangan yang dilalui, maka pada tahun 1978 lahirlah gagasan tersebut dengan mendirikan satu

desa yang diberi nama Desa Puncak yang diambil dari keadaan wilayah dikawasan pegunungan

(Tohuludiyo). Sejak tahun 1978 Desa Puncak yang terdiri dari 7 dusun yakni: 1) Dusun Buhude

I. 2) Dusun Buhude II. 3) Dusun Buhude III yang diambil dari nama sungai. 4) Dusun Wulungo:

diambil dari keadaan wilayah yang banyak lembah (Wulungiyo). 5) Dusun Beringin: sebelumnya

bernama dusun kauman namun pada pemilu 1977 diganti dengan nama beringin. 6) Dusun

Banggai I dan 7) Dusun Banggai II diambil dari nama sungai, dan selanjutnya terus berganti

kepala desa.

2. Visi dan Misi

Dalam hal pencapaian suatu tujuan dalam sebuah lembaga perusahaan atau organisasi

pemerintahan, baik pemeritah pusat maupun pemerintah daerah sampai tingkat desa diperlukan

suatu perencanaan dan tindakan nyata untuk dapat mewujudkannya, setiap desa atau organisasi

pemerintahan lainnya memiliki visi dan misi serta tujuan yang jelas yang hendak dicapai oleh

desa tersebut. Dengan adanya visi dan misi organisasi dalam sebuah pemerintahan, maka tujuan

kerja terorganisir dengan baik dan mempunyai arah yang jelas. Visi dan misi Desa Puncak

adalah sebagai berikut:

a. Visi

“Mewujudkan Desa Puncak yang sehat, cerdas, kreatif dan berwawasan lingkungan menuju

masyarakat yang sejahtera dan mandiri melalui bidang pertanian, peternakan serta

pengembangan infrastruktur”.

b. Misi

1. Mewujudkan masyarakat desa yang berwibawa, serta bermoralitas agama.

2. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pendapatan asli daerah dan

pajak bumi dan bangunan.

3. Lebih meningkatkan peran keamanan dan sosial budaya serta adat dan istiadat dalam

percepatan pembangunan.

3. Kondisi Geografis

Kecamatan Pulubala merupakan salah satu dari Kecamatan yang ada di Kabupaten

Gorontalo, Kecamatan ini terletak di sebelah barat dari Kota Limboto yang merupakan Ibukota

Kabupaten Gorontalo. Kecamatan ini terletak 0,30º Lintang Utara, 1,0º Lintang Selatan, dan 121º

Bujur Timur, 123,3º Bujur Barat. Wilayah Kecamatan Pulubala memiliki luas 210,27 km²

dengan batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten

Gorontalo Utara. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tibawa. Sebelah Selatan

berbatasan dengan Kecamatan Bongomeme, dan Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan

Mootilango dan Boliyohuto.

Kecamatan Pulubala saat ini terdiri dari 11 desa yaitu: Desa Mulyonegoro dan Desa Bakti

memiliki luas yang sama yaitu 38,88 km², Desa Pulubala dengan luas 16,12 km², Desa

Tridharma dengan luas 8,85 km², Desa Pongongaila dengan luas 12 km², dan Desa Puncak

memiliki luas wilayah 33,88 km², Desa Molamahu dengan luas 14,44 km², Desa Molalahu

dengan luas 13,29 km², Desa Toyidito dengan luas 13,29 km², dan Desa Ayumolingo dengan

luas 14,44, serta Desa Bukit Aren dengan luas 6,2 km². Dengan Ibukota Kecamatan terletak di

Desa Pongongaila. Jumlah dusun yang ada di Kecamatan Pulubala adalah 44. Wilayah

Kecamatan Pulubala sebagian besar merupakan daerah dataran. Menurut bagian pemerintahan

kecamatan, status pemerintahan desa-desa di Kecamatan Pulubala adalah desa. Jika dilihat dari

status hukumnya maka semua desa di pulubala sudah tergolong definitif.

Secara geografis Desa Puncak terletak antara 00° 40‘ 05“ - 00° 42’ 09“ Lintang Utara dan

122° 40′ 53” - 122° 42’ 45’ Bujur Timur. Dengan luas wilayah adalah 33,88 km². Adapun batas-

batas wilayah Desa Puncak adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Desa Karyamukti

Sebelah Selatan : Desa Lamahu

Sebelah Barat : Desa Sidomukti dan Desa Sidodadi

Sebelah Timur : Desa Pongongaila dan Desa Mulyonegoro

Desa Puncak terdiri dari 7 dusun yaitu Dusun Buhude I, Dusun Buhude II, Dusun Buhude

III, Dusun Banggai I, Dusun Banggai II, Dusun Beringin, Dusun Wulungo.Topografi wilayah

Desa Puncak meliputi: Datar (0 - 3%) = 220 Ha, Berombak (3 - 8 %) = 275 Ha, Bergelombang

(9 - 15%) = 178 Ha, Berbukit (16 - 25 %) = 62 Ha. Luas kemiringan lahan rata-rata 33,88 m,

ketinggian diatas permukaan laut 400 m, klimatologi suhu 23º c, curah hujan 33 mm. Jenis tanah

aluvial eutrik, kombisol arenik, kambisol eutrik, kambisol oksik.

Desa Puncak merupakan bagian dari Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo memiliki

curah hujan mulai dari bulan Maret sampai bulan Juli dikenal dengan bulan basah atau musim

hujan, sedangkan dari bulan Agustus sampai bulan Februari dikenal dengan bulan kering atau

musim kemarau. Ketersediaan air bersih yang digunakan penduduk Desa Puncak selama ini

adalah air tanah dangkal dan daerah aliran sungai, sedangkan untuk keperluan pertanian berasal

dari air sungai dan air hujan. Aksesibilitas dari Ibukota Provinsi ke Ibukota Kabupaten dengan

jarak 30 km melalui jalan darat, ditempuh selama 30 menit dengan kendaraan roda 4. Dari

Ibukota Kabupaten ke Ibukota Kecamatan dengan jarak 23 km melalui jalan darat, ditempuh

selama 30 menit dengan kendaraan roda 4. Dari Ibukota Kecamatan ke Lokasi dengan jarak 12

km melalui jalan darat waktu tempuh 30 menit dengan kendaraan roda 2.

4. Jumlah Penduduk

Berdasarkan data penduduk tahun 2012 jumlah penduduk Kecamatan Pulubala adalah

24.031 jiwa yang terdiri dari 11 desa yaitu laki-laki berjumlah 12.013 jiwa dan penduduk

perempuan berjumlah 12.018 jiwa. Kepadatan penduduk Kecamatan Pulubala tahun 2012

sebesar 116 jiwa per km². Desa yang paling padat penduduknya adalah Bukit Aren yaitu 230

jiwa per km², sedangkan Desa yang terendah adalah Mulyonegoro yaitu 62 jiwa per km². Lebih

jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Kecamatan Pulubala Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012

Jumlah Penduduk

No Desa Luas Persentase Persentase

(km) (%) Laki-Laki Perempuan Jumlah (%)

1. Mulyonegoro 38.88 18,49 1231 1166 2397 9,97

2. Bakti 38.88 18,49 1489 1443 2932 12,20

3. Pulubala 16.12 7,66 1500 1513 3013 12,53

4. Tridharma 8.85 4,20 547 594 1141 4,74

5. Pongongaila 12 5,70 1047 1183 2230 9,27

6. Puncak 33.88 16,11 1800 1846 3646 15,17

7. Molamahu 14.44 6,86 1070 998 2068 8,60

8. Molalahu 13.29 6,32 796 797 1593 6,62

9. Toyidito 13.29 6,32 1268 1248 2516 10,46

10. Ayumolingo 14.44 6,86 520 551 1071 4,45

11. Bukit Aren 6.2 2,94 745 679 1424 5,92

Jumlah 210.27 100 12013 12018 24031 100 Sumber: Kecamatan Pulubala Dalam Angka, 2012

Untuk Desa Puncak jumlah penduduk sampai dengan tahun 2012 tercatat 3646 jiwa atau

15,17 % dari jumlah total penduduk Kecamatan Pulubala yang terdiri dari 7 Dusun, dimana

penduduk laki-laki berjumlah 1800 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1846 jiwa. Dusun

yang paling padat penduduknya adalah Buhude II dengan jumlah penduduk 845 jiwa. Sedangkan

yang terendah adalah Dusun Beringin dengan jumlah penduduk 325 jiwa. Keadaan ini dapat

dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Puncak Menurut Jenis Kelamin Tahun 2012

Jumlah Penduduk

No Dusun Luas Persentase Persentase

(km) (%) Laki-Laki Perempuan Jumlah (%)

1. Buhude I 5 14,75 300 315 615 16,86

2. Buhude II 7 20,66 402 443 845 23,17

3. Buhude III 6.28 18,53 333 306 639 17,52

4. Banggai I 3.72 10,97 213 217 430 11,79

5. Banggai II 3.42 10,09 220 232 452 12,39

6. Beringin 4 11,80 120 205 325 8,91

7. Wulungo 4.46 13,16 212 128 340 9,32

Jumlah 33.88 100 1800 1846 3646 100 Sumber: Kantor Desa Puncak, 2012

5. Tingkat Pendidikan petani

Pendidikan masyarakat utamanya petani merupakan faktor penting didalam

meningkatkan usahatani sebuah wilayah. Banyaknya jumlah masyarakat petani yang

pendidikannya lulusan SMP sampai SMA sederajad pada suatu wilayah atau daerah dapat

menjadikan petani menyesuaikan dan bisa menyerap informasi tentang bagaimana teknik atau

tatacara dalam melakukan usahatani yang baik serta dapat mengikuti model pembangunan

pertanian masa kini. Sedangkan tingkat pendidikan dibawah SD dan SMP agak sulit

mendapatkan informasi tentang perkembangan pembangunan pertanian moderen. Tingkat

pendidkan masyarakat di Desa Puncak mayoritas lulusan Sekolah dasar. Hal ini dapat dilihat

pada Tabel 3

Tabel 3. Tingkat pendidikan petani menurut dusun di Desa Puncak Tahun 2012 Tingkat

Pendidikan

No Dusun SD SMP SMA

Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(Org) (%) (Org) (%) (Org) (%)

1. Buhude I 28 13,27 20 22,22 6 22,22

2. Buhude II 30 14,21 9 10 7 25,92

3. Buhude III 43 20,37 17 18,88 6 22,22

4. Banggai I 24 11,37 16 17,77 4 14,81

5. Banggai II 25 11,84 8 8,88 3 11,11

6. Beringin 34 16,11 9 10 1 3,70

7. Wulungo 27 12,79 11 12,22 - -

Jumlah 211 100 90 100 27 100 Sumber: Kantor Desa Puncak, 2012

Dari Tabel 3 dapat diuraikan bahwa tingkat pendidikan petani di Desa Puncak mayoritas

adalah lulusan sekolah dasar, hal ini dapat dilihat dengan banyaknya petani yang lulusan sekolah

dasar dan yang terbanyak terdapat di Dusun Buhude III yaitu berjumlah 43 orang dengan

persentase 20,37 %, dan petani yang lulusan SMP berjumlah 17 orang atau dengan persentase

17,88 orang sedangkan SMA berjumlah 6 orang atau dengan persentase 22,22 %. Hal ini dapat

mempengaruhi dalam pengembangan pertanian seperti kurangnya kemandirian petani dalam

mencari dan mendapatkan informasi dari pemerintah atau instansi terkait guna untuk

mewujudkan pembangunan pertanian yang diarahkan untuk kesejahteraan masyarakat.

6. Tenaga Kerja

Tenaga kerja menjadi salah satu faktor penentu dalam mencapai target pembangunan

ekonomi dalam suatu wilayah. Adanya tenaga kerja yang handal dan ulet dalam berbagai bidang

menjadi bagian yang tak terpisahkan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dari berbagai

ketertinggalan. Umumnya di Kecamatan Pulubala tenaga kerja terbagi dalam beberapa bidang

yang meliputi:

a. Tenaga Kerja Dibidang Tanaman Bahan Makanan, Perikanan, Peternakan, dan Perkebunan.

Jumlah tenaga kerja di Kecamatan Pulubala meliputi Desa Mulyonegoro, pekerja

dibidang tanaman bahan makanan berjumlah 1025 orang, peternakan berjumlah 3 orang, dan

perkebunan 3 orang. Desa Bakti pekerja bidang perkebunan 4 orang. Desa Pulubala, pekerja

dibidang peternakan 1 orang. Desa Tridharma, pekerja dibidang tanaman bahan makanan 296

orang. Desa Pongongaila, pekerja dibidang tanaman bahan makanan 545 orang, perikanan 2

orang, perkebunan 9 orang. Desa Puncak, pekerja dibidang tanaman bahan makanan 986 orang,

peternakan 5 orang, perkebunan 27 orang. Desa Molamahu, pekerja dibidang perkebunan 11

orang. Desa Molalahu, pekerja dibidang tanaman bahan makanan 206 orang, perkebunan 6

orang. Desa Toyidito, pekerja dibidang tanaman bahan makanan 912 orang, perkebunan 7 orang.

Desa Ayumolingo, pekerja dibidang tanaman bahan makanan 411 orang, perkebunan 13 orang.

Desa Bukit Aren, pekerja dibidang tanaman bahan makanan 393 orang, dan perkebunan 15

orang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Bidang Tanaman

Bahan Makanan, Perikanan, Peternakan, Perkebunan Menurut Desa di Kecamatan

Pulubala Tahun 2012

Pertanian Tanaman

No Desa Bahan Perikanan Peternakan Perkebunan

makanan Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen Jumlah Persen (org) (%)

(org) (%) (org) (%) (org) (%)

1. Mulyonegoro 1025 21,47 0 0 3 33,33 3 3,29

2. Bakti ... ... ... ... ... ... 4 4,21

3. Pulubala ... ... ... ... 1 11,11 ... ...

4. Tridharma 296 6,20 0 0 0 0 0 0

5. Pongongaila 545 11,41 2 100 0 0 9 9,47

6. Puncak 986 20,65 0 0 5 55,55 27 28,42

7. Molamahu ... ... ... ... ... ... 11 11,57

8. Molalahu 206 4,31 0 0 0 0 6 6,31

9. Toyidito 912 19,10 0 0 0 0 7 7,36

10.Ayumolingo 411 8,60 0 0 0 0 13 13,68

11.Bukit Aren 393 8,23 0 0 0 0 15 15,78

Jumlah 4774 100 2 100 9 100 95 100 Sumber : Kecamatan Pulubala Dalam Angka, 2012

Ket : ... Data Tidak Tesedia

Pada Tabel 4 diatas dapat dilihat bahwa tenaga kerja terbanyak dibidang tanaman bahan

makanan yang mencakup tanaman padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau,

dan kedelai terdapat di Desa Mulyonegoro yaitu 1025 orang dengan persentase 21,47 % dan

peringkat kedua adalah terdapat di Desa Puncak yaitu 986 orang dengan persentase 20,65 %, dan

yang paling sedikit terdapat di Desa Molalahu yaitu berjumlah 206 orang dengan persentase 4,31

%. Sedangkan dibidang perikanan hanya terdapat di Desa Pongongaila yaitu berjumlah 2 orang.

Kemudian dibidang peternakan yang terbanyak terdapat di Desa Puncak yaitu 5 orang dengan

persentase 55,55 %, dan yang paling sedikit terdapat di Desa Pulubala. Dalam bidang

perkebunan, yang terbanyak terdapat di Desa Puncak yaitu 27 orang dengan persentase 29,6 % ,

dan yang paling sedikit terdapat di Desa Mulyonegoro yaitu 3 orang atau dengan persentase 3,29

%.

b. Tenaga Kerja Dibidang Pertambangan, Perdagangan, Pegawai Negeri Sipil dan Polri serta

Konstruksi.

Jumlah tenaga kerja Kecamatan Pulubala yang terbagi dalam 11 Desa meliputi Desa

Mulyonegoro, jumlah PNS 8 orang, POLRI 3 orang, dan konstruksi 12 orang. Desa Bakti,

perdagangan 5 orang dan PNS 3 orang dan Desa Pulubala, pedagangan 15 orang dan PNS

berjumlah 5 orang. Desa Tridharma, perdagangan 47 orang, PNS 35 orang, dan konstruksi 53

orang. Desa Pongongaila, perdagangan 30 orang, PNS 25 orang, dan POLRI 1 orang, serta

konstruksi 53 orang. Desa Puncak, perdagangan 83 orang, PNS 5 orang, dan konstruksi 12

orang. Desa Molamahu PNS 1 orang, dan Desa molalahu, jumlah perdagangan 30 orang, PNS 21

orang, dan POLRI 1 orang. Desa Toyidito, pertambangan 5 orang, perdagangan 40 orang, dan

PNS 10 orang, POLRI 1 orang, serta konstruksi 16 orang. Sedangkan Desa Ayumolingo, jumlah

pertambangan 3 orang, perdagangan 14 orang, PNS 1 orang, dan konstruksi 4 orang. Dan

terakhir Desa Bukit Aren, jumlah tenaga kerja pertambangan 31 orang, pedagangan 11 orang,

dan PNS 3 orang. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Penduduk yang Bekerja Meliputi Bidang Pertambangan, Perdagangan, PNS,

POLRI dan Konstruksi Menurut Desa di Kecamatan Pulubala, 2013

Pertambangan Perdagangan PNS POLRI Konstruki

No Desa jumlah persen jumlah persen jumlah persen jumlah persen jumlah persen

(org) (%) (org) (%) (org) (%) (org) (%) (org) (%)

1. Mulyonegoro 0 0 0 0 8 6,77 3 50 12 8,16

2. Bakti ... ... 5 1,81 3 2,56 ... ... ... ...

3. Pulubala ... ... 15 5,45 5 4,27 ... ... ... ...

4. Tridharma 0 0 47 18,43 35 29,91 0 0 53 36,05

5. Pongongaila 0 0 30 11,76 25 21,36 1 16,66 50 34,01

6. Puncak 0 0 83 32,54 5 4,27 0 0 12 8,16

7. Molamahu ... ... ... ... 1 0,85 ... ... ... ...

8. Molalahu 0 0 30 11,76 21 17,94 1 16,66 0 0

9. Toyidito 5 12,82 40 15,68 10 8,54 1 16,66 16 10,88

10.Ayumolingo 3 7,69 14 5,49 1 0,85 0 0 4 2,72

11.Bukit Aren 31 79,48 11 4,31 3 2,56 0 0 0 0

Jumlah 39 100 275 100 117 100 6 100 147 100 Sumber : Kecamatan Pulubala Dalam Angka, 2013

Ket : ... Data Tidak Tersedia

Berdasarkan Tabel 5 terlihat jelas pekerja terbanyak dalam bidang pertambangan terdapat

di Desa Bukit Aren berjumlah 31 orang dengan persentase 79,48 %, dan yang sedikit terdapat di

Desa Ayumolingo yaitu berjumlah 3 orang dengan persentase 7,69 %. Dibidang perdagangan

yang paling banyak terdapat di Desa Puncak 83 orang dengan persentase 32,54 %, dan yang

paling sedikit terdapat di Desa Bukit Aren yaitu berjumlah 11 orang. Untuk pegawai negeri sipil

yang terbanyak terdapat di Desa Tridharma yaitu 35 orang, dan yang sedikit terdapat di Desa

Ayumolingo yaitu 1 orang. Polri yang paling banyak terdapat di Desa Mulyonegoro yaitu 3

orang, dan yang yang sedikit terdapat di Desa Pongongaila, Molalahu, dan Toyidito masing-

masing 1 orang. Terakhir pekerja konstruksi yang terbanyak terdapat di Desa Tridharma 53

orang, dan yang paling sedikit Desa Ayumolingo 4 orang.

Khusus untuk Desa Puncak tenaga kerja terbagi atas beberapa bidang diantaranya: bidang

Pertanian, Pedagang, Tukang Batu, dan Pengrajin beberapa jenis usaha seperti kerawang, kacang

goyang, tolu, nyiru (tapisan), serta keranjang dari rotan, yang tesebar dibeberapa dusun yang ada

di Desa Puncak. Lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Jumlah Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Bidang Pertanian,

Pedagang, Tukang Batu, dan Pengrajin Menurut Dusun di Desa Puncak Tahun 2012

Jenis lapangan usaha

No Dusun Petani Pedagang Tukang Batu Pengrajin

jumlah persen jumlah persen jumlah persen jumlah persen (kk)

(%) (kk) (%) (kk) (%) (kk) (%)

1. Buhude I 27 16,46 4 18,18 1 11,11 0 0

2. Buhude II 23 14,02 4 18,18 4 44,44 3 25

3. Buhude III 33 20,12 5 22,72 2 22,22 2 16,66

4. Banggai I 22 13,31 2 9,09 0 0 2 16,66

5. Banggai II 18 10,97 2 9,09 0 0 1 8,33

6. Beringin 22 13,31 3 13,63 1 11,11 2 16,66

7. Wulungo 19 11,58 2 9,09 1 11,11 2 16,66

Jumlah 164 100 22 100 9 100 12 100 Sumber: Kantor Desa Puncak, 2012

Pada Tabel 6 dapat diuraikan bahwa tenaga kerja di Desa Puncak terbanyak dibidang

pertanian terdapat di Dusun Buhude III yaitu berjumlah 33 kk dengan persentase 20,12 %,

artinya bahwa pertanian masih tetap menjadi mata pencaharian utama masyarakat khususnya

yang ada di pedesaan, dan masih manjadi tulang punggung andalan dari sektor ekonomi saat ini

pada umumnya, walaupun disamping usaha pertanian, ada juga pedagang, tukang batu dan

pengrajin. Akan tetapi pertanian masih mendominasi aktifitas masyarakat khususnya di Desa

Puncak. Terbanyak kedua adalah terdapat di Dusun Buhude I yaitu 27 kk, dan yang paling

sedikit terdapat di Dusun Wulungo yaitu berjumlah 19 kk. Selanjutnya pekerja sebagai pedagang

yang terbanyak terdapat di Dusun Buhude III yaitu 5 kk, sedangkan yang paling sedikit terdapat

di Dusun Banggai I, Banggai II, dan Wulungo masing-masing berjumlah 2 kk. Sedangkan

pekerja sebagai tukang batu yang terbanyak terdapat di Dusun Buhude II yaitu berjumlah 4 kk,

dan yang paling sedikit terdapat di Dusun Buhude I, Beringin dan Wulungo yang masing-masing

berjumlah 1 kk. Pekerja sebagai pengrajin yang paling banyak terdapat di dusun Buhude II, dan

yang paling sedikit terdapat di Dusun Banggai II.

7. Penggunaan Lahan

a. Lahan Kering

Penggunaan lahan merupakan aktivitas manusia dalam kaitannya dengan kegiatan

pertanian, di Kecamatan Pulubala dapat dilihat luas lahan yang tertinggi untuk bangunan adalah

terdapat di Desa Puncak yaitu 316.53 ha, sedangkan yang terendah terdapat di Desa Toyidito

yaitu 35 ha, kemudian untuk perkebunan luas lahan yang tertinggi masih terdapat di Desa

Puncak yaitu 2014 ha, sedangkan terendah terdapat di Desa Tridharma yaitu 113 ha, dan lahan

non fungsional yang tertinggi terdapat di Desa Mulyonegoro yaitu 720.47 ha, dan yang terendah

terdapat di Desa Tridharma yaitu 40.85 ha. Seperti yang terlihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Luas Lahan Kering Menurut Penggunaannya Menurut Desa di Kecamatan Pulubala

Tahun 2012

Lahan Untuk Perkebunan Lahan Non

No Desa Bangunan Fungsional Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase

(ha) (%) (ha) (%) (ha) (%)

1. Mulyonegoro 129.23 9,95 317 3,98 720.47 22,03

2. Bakti 175.64 13,52 496 6,24 279.5 8,55

3. Pulubala 32.15 2,47 360 4,53 164.37 5,02

4. Tridharma 86 6,62 113 1,42 40.85 1,24

5. Pongongaila 101.87 7,84 453 5,70 507.65 15,42

6. Puncak 316.43 27,37 2014 25,34 371 11,29

7. Molamahu 106 8,16 1517.99 19,10 674.43 20,63

8. Molalahu 93 7,16 238.33 2,99 85.88 2,62

9. Toyidito 35 2,69 254.56 3,20 88.85 2,71

10.Ayumolingo 123 9,47 1931 24,30 160.27 4,90

11.Bukit aren 100 7,70 250 3,14 240 7,34

Jumlah 1298.32 100 7944.88 100 3285.94 100 Sumber: Kecamatan Pulubala Dalam Angka, 2012

Dari Tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa lahan untuk bangunan dan perkebunan di Desa

Puncak masih terluas dibandingkan di desa lain, masing-masing untuk bengunan dengan luas

316.43 ha, dan perkebunan 2014 ha, karena desa ini memang masih memiliki lahan kosong yang

cukup luas, sehingga potensi lahan masih terbuka untuk diolah sebagai lahan pertanian dan

perkebunan, meskipun luas Desa Puncak berada pada urutan ke tiga yaitu 33.88 km² setelah

Desa Bakti dan Mulyonegoro yang masing-masing memiliki luas yang sama yaitu 38.88 km².

Akan tetapi potensi lahan yang tersedia masih tertinggi di Desa Puncak dibandingkan kedua desa

tersebut yang ada di Kecamatan Pulubala. Ini menjadi peluang bagi masyarakat dalam upaya

mewujudkan pembangunan desa yang berbasis agribisnis dengan memanfaatkan segala

sumberdaya yang ada untuk diolah dikelola agar mendapatkan hasil yang diinginkan.

b. Lahan Basah

Kecamatan Pulubala disamping memiliki lahan kering untuk perkebunan dan lainnya juga

memiliki lahan basah yaitu yang diolah sebagai lahan persawahan. Sawah di Kecamatan

Pulubala terbagi atas sawah irigasi dan sawah tadah hujan menurut penggunaannya yang tersebar

dibeberapa Desa diantaranya sawah irigasi yang diolah tertinggi terdapat di Desa Toyidito

dengan luas 203 ha, dan yang belum diolah dengan luas 53 ha. Sedangkan sawah tadah hujan

dengan luas 15 ha, dan belum diolah tidak ada. Sawah irigasi yang terluas kedua setelah Desa

Toyidito terdapat di Desa Puncak dengan luas 15 ha. Sedangkan sawah tadah hujan 2 ha. Hal ini

dapat menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat di Kecamatan Pulubala khususnya. Keadaan

ini dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Luas Lahan Basah Menurut Penggunaannya Menurut Desa di Kecamatan Pulubala

Tahun 2012

Lahan Sawah Belum Lahan Sawah Belum

No Desa Irigasi yang diolah Tadah Hujan diolah

diolah (ha) (ha) yang diolah (ha) (ha)

1. Mulyonegoro 0 0 0 0

2. Bakti 0 0 0 0

3. Pulubala 0 0 0 0

4. Tridharma 8 0 0 0

5. Pongongaila 21 0 0 0

6. Puncak 15 0 2 0

7. Molamahu 25 0 0 0

8. Molalahu 19 0 0 0

9. Toyidito 203 53 15 0

10. Ayumolingo 0 0 0 0

11. Bukit aren 0 0 0 0

Jumlah 306 53 17 0 Sumber: Kecamatan Pulubala Dalam Angka, 2012

Berdasarkan Tabel 8 jumlah lahan basah atau areal persawahan di Desa Puncak hanya 17

ha terdiri dari sawah irigasi 15 ha, dan sawah tadah hujan 2 ha. Hal ini disebabkan oleh keadaan

wilayah Desa Puncak yang berbukit-bukit dan kawasan pegunungan sehingga lahan lebih banyak

untuk perkebunan atau lahan kering yang diolah sebagai lahan pertanian untuk komoditas

jagung, kacang tanah, dan kelapa oleh para petani yang ada di Desa tersebut.

Potensi sumber daya lahan perkebunan yang tersedia di Desa Puncak adalah 2368 ha

dengan jumlah yang sudah dimanfaatkan 1052 ha. Sedangkan yang belum dimanfaatkan adalah

962 ha serta lahan tidur seluas 354 ha. Potensi ini merupakan sarana penunjang perekonomian

khususnya di Desa Puncak yang apabila dimanfaatkan secara keseluruhan dapat meningkatkan

ekonomi masyarakat yang ada di desa tersebut dan hal ini menjadi peluang serta salah satu

kekuatan yang terdapat di Desa Puncak yang memungkinkan untuk dijadikan sebagai salah aspek

yang mendukung berjalannya kegiatan agribisnis.

Selain potensi lahan perkebunan yang sudah dimanfatkan oleh masyarakat di Desa

Puncak, walaupun belum secara keseluruhan karena beberapa hambatan seperti kurangnya

motivasi oleh petani, kurangnya modal yang dimiliki untuk mengolah atau melakukan usaha

pertanian, masyarakat juga memanfaatkan lahan pekarangan untuk ditanami berbagai kebutuhan

dapur sebagai alternatif untuk memenuhi kebutuhan dan memiliki nilai ekonomi yang dapat

menunjang kebutuhan sehari-hari mereka. Adapun yang dimanfaatkan dilahan pekarangan

masyarakat Desa Puncak adalah dapur hidup seperti tanaman jahe, kunyit, batang bawang dan

beberapa jenis sayuran. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Jumlah Unit Pemanfaatan Lahan Pekarangan Menurut Dusun di Desa Puncak, 2012

Pemanfaatan Lahan Pekarangan Lahan Ket

No Dusun Dapur hidup Kosong jumlah

(unit) (unit) Rumah

1. Buhude I 76 45 121

2. Buhude II 72 89 161

3. Buhude III 149 49 198

4. Banggai I 20 99 119

5. Banggai II 84 43 127

6. Beringin 16 86 102

7. Wulungo 9 69 78

Jumlah 426 480 906 Sumber: Kantor Desa Puncak, 2012

Dari Tabel 9 diatas pemanfaatan lahan pekarangan yang paling banyak secara

keseluruhan terdapat di Dusun Buhude III yaitu 149 unit, hal ini dikarenakan tingkat kesuburan

tanah diarea pekarangan rumah penduduk yang ada di dusun tersebut lebih tinggi dibandingkan

di dusun lain, sehingga warga yang ada di dusun tersebut termotivasi untuk memanfaatkan lahan

pekarangan mereka dengan membudidayakan beberapa jenis tanaman. Selanjutnya yang paling

sedikit terdapat di Dusun Wulungo yaitu hanya 9 unit, ini disebabkan karena kebanyakan rumah

yang ada di dusun ini berdiri diatas tanah yang kawasannya berbukit-bukit sehingga sulit untuk

memanfaatkan lahan pekarangan seluhnya

8. Keadaan Ekonomi

Majunya perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari aktivitas perdagangan didaerah

tersebut. Semakin aktif kegiatan perdagangan menunjukan semakin aktifnya pergerakan

perekonomian. Di Kecamatan Pulubala perekonomian dari tahun 2010 sampai 2012 semakin

menunjukan kemajuan. Hal ini disebabkan adannya 4 unit pasar yang menjadi tempat transaksi

jual beli oleh masyarakat baik itu transaksi jual beli komoditas hasil pertanian, tanaman pangan,

perkebunan dan lain sebagainya. Ke 4 (empat) unit pasar tersebut terdiri dari 3 unit pasar yang

ada bangunan tersebar di 3 desa yaitu Desa Puncak 1 unit, Desa Mulyonegoro 1 unit, dan Desa

Pulubala 1 unit serta 1 unit pasar hewan yang ada dilingkungan Kecamatan Pulubala yang dari

tahun-ketahun menjadi sumber ekonomi masyarakat dan sumber pendapatan daerah. Disamping

pasar, terdapat 64 warung makan dan toko warung pedagang eceran berjumlah 321 unit yang

semuanya adalah sumber perputaran ekonomi di Kecamatan Pulubala.

Perekonomian khusunya di Desa Puncak dari tahun ketahun mengalami kemajuan yang

signifikan disamping adanya pasar yang tersedia sebagai tempat perputaran ekonomi masyarakat

sekitarnya dan sebagai tempat memasarkan hasil produksi pertanian baik tanaman pangan,

perkebunan, dan hortikultura. Desa Puncak juga memilki produksi barang dan jasa unggulan

dengan pendapatan perkapita per tahun masing-masing seperti Kerawang Rp. 960.000 per tahun,

Kacang Goyang Rp. 1.500.000 per tahun, Tolu Rp. 1.200.000, Nyiru (tapisan) Rp. 2.880.000 per

tahun, dan Keranjang dari rotan Rp. 5.760.000 per tahun, seperti yang terinci pada Tabel 10

berikut.

Tabel 10. Produksi Barang dan Jasa Unggulan dan Pendapatan Perkapita Pertahun Desa Puncak,

2012

No Produksi Barang dan Jasa Unggulan Pendapatan Perkapita Pertahun

1. Kerawang Rp. 960.000,-

2. Kacang Goyang Rp. 1.500.000,-

3. Tolu Rp. 1.200.000,-

4. Nyiru (tapisan) Rp. 2.880.000,-

5. Keranjang dari rotan Rp. 5.760.000,-

Jumlah Rp. 12.300.000,-

Sumber: Kantor Desa Puncak, 2012

Dari Tabel 10 diatas dapat dilihat bahwa ada beberapa jenis produksi barang dan jasa

unggulan yang bernilai ekonomi dan peluang bisnis yang dapat meningkatkan taraf hidup

masyarakat kearah yang lebih baik melalui usaha kerajinan. Produksi barang dan jasa unggulan

yang memiliki nilai ekonomi tertinggi bagi Desa Puncak adalah usaha pembuatan keranjang dari

rotan, walaupun ada beberapa jenis kerajinan lain yang menjadi sumber pendapatan desa, akan

tetapi yang memberikan kontribusi besar sebagai sumber pendapatan asli desa adalah usaha

kerajinan keranjang yaitu sebesar Rp. 5.760.000 per tahun, hal ini dikarenakan oleh kawasan

hutan yang ada di Desa Puncak terdapat rotan yang tumbuh secara liar sampai ke wilayah hutan

yang ada di Desa Ayumolingo dan banyak dimanfaatkan oleh bebrapa pengrajin sebagai usaha

untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Disamping dijadikan sebagai usaha kerajinan, ada

juga yang menjual rotan langsung ke pengusaha meubel dengan harga perkilonya mencapai Rp.

9.000 sampai Rp. 10.000.

9. Keadaan Pertanian

Secara administratif Kecamatan Pulubala merupakan bagian dari Kabupaten Gorontalo

memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup menjanjikan

bagi masyarakat yang ada diwilayahnya serta beragamnya jenis komoditas pertanian tanaman

pangan, dan perkebunan yang sudah sejak lama diusahakan sebagai sumber pangan dan

pendapatan masyarakat khususnya petani. Keberadaan lahan pertanian sebagai penyangga

swasembada pangan, juga memegang peranan penting dalam penyediaan pangan.

Pembangunan sektor pertanian di Kecamatan Pulubala sampai dengan tahun 2012 ini

semakin menunjukan peningkatan yang cukup baik. Hal ini tentu saja tidak terlepas dari peran

seluruh pihak yang terkait dalam pertanian untuk mewujudkan pembangunan pertanian yang

berdampak pada meningkatnya kesejahteraan petani dan dapat menurunkan angka kemiskinan di

Kecamatan Pulubala khususnya. Indikator utama keberhasilan pembangunan pertanian pada

umumnya dapat terlihat dengan adanya peningkatan produksi hasil pertanian. Beberapa

komoditas yang dihasilkan dari kecamtan pulubala tersebut diantaranya:

a. Tanaman Pangan

Selama tahun 2005 sampai 2012 capaian produksi untuk komoditas unggulan pertanian di

Kabupaten Gorontalo pada umunya dan khusunya di Kecamatan Pulubala telah menunjukan

prestasi yang baik walaupun setiap tahunnya mengalami fluktuasi antara lain: 1. Jagung pada

tahun 2012 dengan luas panen 1730 ha dan mencapai produksi 8650 ton . 2. Padi Sawah dengan

luas areal persawahan mencapai 376 ha, tetapi yang dimanfaatkan secara intensif seluas 323

hektar. Ini berarti peluang pengembangan lahan sawah terus meningkat. Dimana capaian

produksi padi pada tahun 2011 mencapai 1938 ton menjadi 2261 ton tahun 2012 atau mengalami

peningkatan. 3. ubi kayu denga luas panen 39 ha dan mencapai produksi 327 ton. 4. ubi jalar

dengan luas panen 16 ha dan produksi mencapai 137 ton. 5. kacang tanah dengan luas panen 506

ha dan mencapai produksi 642 ton. 6. kacang hijau dengan luas panen 14 ha, dan hasil produksi

mencapai 21 ton. Selanjutnya dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Potensi Pertanian, Tanaman Pangan Luas Panen dan Produksinya di Kecamatan

Pulubala Tahun 2012

No Tanaman Pangan Luas panen Persentase Produksi Persentase

(ha) (%) (ha) (%)

1. Jagung 1730 62,82 8650 71,84

2. Padi 323 12,29 2261 18,77

3. Ubi kayu 39 1,48 329 2,73

4. Ubi jalar 16 0,60 137 1,13

5. Kacang tanah 506 19,25 642 5,33

6. Kacang hijau 14 0,53 21 0,17

7. Kedelai 0 0 0 0

Jumlah 2628 100 12040 100 Sumber: BP3K Kecamatan Pulubala, 2012

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa tanaman pangan berupa jagung, padi, ubi kayu, ubi

jalar, kacang tanah, dan kacang hijau yang ada di Kecamatan Pulubala produksinya sangat

bervariasi dimana komoditas tanaman pangan yang mempunyai kontribusi besar atau produksi

tertinggi adalah jagung dengan luas panen 1730 ha dan capaian produksi 6920 ton tahun 2011

menjadi 8650 ton dengan persentase 71,84 % tahun 2012 atau mengalami peningkatan dimana

hal ini didukung dengan kondisi wilayahnya dengan hamparan lahan kering yang cukup luas

menjadi peluang bagi petani jagung untuk terus memanfaatkan dan memproduksi jagung untuk

memenuhi kebutuhannya. Disamping tanaman jagung, Padi juga merupakan subsektor tanaman

bahan makanan dan salah satu subsektor komoditas pertanian yang sampai sekarang masih

menjadi makanan pokok utama untuk dikonsumsi oleh masyarakat banyak pada umumnya

walaupun disamping beras ada jagung yang menjadi alternatif untuk meningkatkan taraf hidup

masyarakat dan meningkatkan kebutuhan pangan pada umumnya. Di Kecamatan Pulubala untuk

dapat menunjang kebutuhan akan beras bagi masyarakat sekitarnya maka peningkatan produksi

terus dilakukan dengan luas areal yang dimanfaatkan 323 ha, dan mencapai produksi 2261 ton

dengan persentase 18,77 %.

Keadaan pertanian khususnya di Desa Puncak yang meliputi pertanian tanaman pangan

berupa padi sawah, jagung, dan kacang tanah, dan perkebunan kelapa, serta pertanian

hortikultura khususnya cabai produksinya berbeda-beda. Data yang diperoleh dari desa

menunjukan bahwa tanaman jagung masih menjadi peringkat atas dari beberapa komoditas

lainnya dengan luas lahan yang dimanfaatkan 30 ha dan mencapai produksi 120 ton, selanjutnya

disusul dengan produksi kelapa dengan luas lahan 28 ha dan capaian produksi 36,4 ton, padi

sawah dengan luas lahan yang dimanfaatkan yaitu 17 ha dan menghasilkan produksi 34 ton,

kacang tanah dengan luas lahan 7 ha dan mencapai produksi 4,8 ton, dan cabai dengan luas lahan

2 ha mencapai produksi 1,5 ton. Keadaan ini dapat lihat pada Tabel 12

Tabel 12. Keadaan Pertanian di Desa Puncak, 2012

No Jenis Komoditas Luas Panen Persentase Produksi Persentase

(ha) (%) (ton) (%)

1. Jagung 30 35,71 120 61,00

2. Kelapa 28 33,33 36,4 18,50

3. Padi 17 20,23 34 17,28

4. Kacang tanah 7 8,33 4,8 2,44

5. Cabai 2 2,38 1,5 0,76

Jumlah 84 100 196,7 100

Sumber: Kantor Desa Puncak, 2012

Dari Tabel 12 terlihat bahwa tanaman jagung yang mendominasi dibandingkan dengan

komoditas lainnya, karena para petani jagung di Desa ini selain memiliki komoditas kelapa, juga

memanfaatkan lahan yang kosong disetiap antara tanaman kelapa untuk ditanami jagung,

sehingga luas panen jagung lebih tinggi dan produksinya pun lebih banyak yaitu mencapai

produksi 120 ton dengan persentase 61,00 % dengan luas areal 30 ha. Sedangkan jenis komoditas

yang terendah adalah cabai yaitu hanya mencapai 1,5 ton dengan persentase 0,76 % luas panen 2

ha. Hal ini disebabkan lahan cabai umumnya berada dilereng pegunungan, sehingga apabila

hujan lebat turun maka tanaman tersebut akan terbawa longsoran tanah dan mengakibatkan

produksi cabai berkurang.

b. Perkebunan

Dalam rangka mewujudkan pembangunan suatu wilayah maka peningkatan perkebunan

menjadi suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan pertanian suatu daerah. Tujuan

pembangunan perkebunan adalah meningkatkan produksi, mutu, nilai tambah dan daya saing

perkebunan dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat perkebunan petani.

Salah satu komoditas perkebunan yang saat ini memiliki peran sosial budaya dan ekonomi dalam

kehidupan masyarakat adalah komoditas kelapa. Manfaat tanaman kelapa tidak saja terletak pada

daging buahnya yang dapat diolah menjadi santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh

bagian tanaman kelapa mempunyai manfaat yang besar. Sesuai dengan data yang diperoleh dari

dinas pertanian bahwa Kecamatan Pulubala merupakan wilayah penghasil kelapa tertinggi di

Kabupaten Gorontalo dengan capaian produksi yaitu 3721 ton kopra pada tahun 2012.

Perkembangan produksi kelapa dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2. Perkembangan Produksi Kelapa di Kecamatan Pulubala Tahun 2009-2012

Perkembangan produksi kelapa dari tahun 2009 sampai 2012 cukup pesat sebagaimana

yang terdapat pada gambar 2, meskipun ditahun 2009 dan 2010 tidak berubah artinya tetap

menghasilkan produksi yang sama yaitu 1800 ton tetapi ditahun 2011 mengalami peningkatan

dan mencapai produksi 2648 ton bahkan terus meningkat sampai ditahun 2012 dengan capaian

produksi 3721 ton kopra. Hal ini disebabkan karena curah hujan di Kecamatan Pulubala sangat

baik dan didukung pula oleh wilayah yang berbukit-bukit.

Salah satu desa penghasil kelapa yang ada di Kecamatan Pulubala adalah Desa Puncak

dengan luas lahan yang tersedia 28 ha. Dari total produksi kelapa di Kecamatan Pulubala tahun

2009 2010

2011 2012

1800 1800 2648

3721

Produksi Kopra (ton)

2012 yang mencapai 3721 ton kopra. 36,4 ton kopra berasal dari Desa Puncak yang cukup

menunjang kebutuhan kelapa di Kabupaten Gorontalo, dan umumnya di Provinsi Gorontalo.

10. Keadaan Peternakan

a. Keadaan Ternak di Kecamatan Pulubala

Kecamatan Pulubala selain memiliki potensi pertanian untuk dikelola sebagaimana yang

telah dikemukakan sebelumnya, akan tetapi juga memiliki potensi ternak yang cukup

diperhitungkan karena tidak sedikit jumlah ternak yang ada di wilayah ini menjadi salah satu

nilai tambah yang dapat mengubah kehidupan masyarakat kearah yang lebih baik atau dalam

kata lain dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat terutama pelaku-pelaku ternak. Ditahun

2008 jumlah ternak sapi mencapai 6628 ekor yang terdiri dari sapi betina 5297 dan sapi jantan

terdiri dari 1331 ekor, sedangkan kambing berjumlah 3059 ekor dimana kambing betina

berjumlah 2320 dan jantan 379 ekor, serta unggas yang terdiri dari ayam buras berjumlah 47138

ekor dan ayam ras petelur berjumlah 16480 ekor dan itik dengan jumlah total 349 ekor. Keadaan

ini dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Keadaan Ternak di Kecamatan Pulubala, 2008

No Sapi Kambing Unggas

Jantan Betina Jantan Betina Ayam Buras Ayam Petelur Itik (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor) (ekor)

1. 1331 5297 739 2320 47138 16480 349

Jumlah 6628 3059 63967 Sumber: BPS Kabupaten Gorontalo, 2008

Berdasarkan Tabel 13 dapat diuraikan bahwa ternak tebanyak didominasi oleh ternak

unggas yang terbagi atas ayam buras, ayam petelur, dan itik dengan jumlah keseluruhan 63967

ekor, ini didukung dengan adanya tempat peternakan ayam yang ada di Desa Pulubala sehingga

ternak unggas lebih banyak dari sapi dan kambing. Terbanyak kedua setelah unggas disusul

dengan sapi yang mencapai 6628 ekor. Hal ini disebabkan oleh adanya pasar hewan yang ada di

pulubala, sehingga tidak sedikit masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang sapi dan kambing

karena dianggap mudah dan mendapatkan keuntungan yang banyak.

b. Keadaan Ternak di Desa Puncak

Selain kondisi ternak yang ada di Kecamatan Pulubala yang secara umum dilampirkan

pada Tabel diatas, Desa Puncak juga memiliki potensi ternak seperti sapi, kambing dan ayam.

Ditahun 2012 keadaan ternak di Desa Puncak tercatat untuk ternak sapi berjumlah 1599 ekor dan

kambing berjumlah 209 ekor, serta ayam berjumlah 3693 ekor sebagaimana yang terdapat pada

Tabel 14.

Tabel 14. Jumlah ternak yang ada di Desa Puncak tahun 2012

No Jenis Ternak Jumlah

(ekor)

1. Sapi 1599

2. Kambing 209

3. Ayam 3693

Jumlah 5501

Sumber: Kantor Desa Puncak, 2012

Dari Tabel 14 dapat dilihat bahwa ternak tebanyak yaitu masih didominasi oleh ternak

ayam dengan jumlah total 3693 ekor, sebagian besar masyarakat Desa Puncak memlihara ayam,

karena selain untuk memenuhi kebetuhan akan ikan, ayam juga dianggap menjadi alternatif yang

cepat untuk menghasilkan uang karena kebutuhan akan ayam dipasaran setiap harinya terus

meningkat. Sehingga apabila ada kepeluan mendadak dari masyarakat yang memelihara ayam

tersebut mereka langsung membawanya untuk dijual dipasaran. Selanjutnya yang kedua adalah

ternak sapi, karena sebagian besar para petani yang ada di Desa Puncak dalam melakukan

usahataninya masih dengan cara tradisional termasuk menggunakan sapi untuk menarik bajak

sebagai alat untuk mengolah tanah yang dijadikan lahan pertanian, meskipun sudah ada beberapa

alat moderen bantuan dari pemerintah seperti trakctor, jonder yang digunakan oleh petani

lainnya. Selain ternak ayam dan sapi, masyarakat Desa Puncak juga memiliki ternak kambing

tetapi hanya sebagian kecil yang memelihara, karena sulitnya mendapatkan pakan untuk ternak

kambing.

B. Analisis Swot

Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen yang ampuh apabila digunakan dengan

tepat. Analisis SWOT merupakan akronim untuk kata-kata Stengths (Kekuatan), Opportutnities

(Peluang), Weakneass (Kelemahan), dan Threats (Ancaman). faktor kekuatan dan kelemahan

dalam tubuh organisasi termasuk satuan bisnis tertentu, serta faktor peluang dan ancaman

merupakan faktor lingkungan yang dihadapi oleh organisasi, perusahaan, ataupun bisnis. Hal ini

diperlukan oleh perusahaan untuk mengatasi persaingan.

1. Analisis lingkungan Internal

Lingkungan Internal adalah berbagai hal yang terkait langsung dengan kegiatan

pengembangan kawasan pedesaan di Desa Puncak yang mempengaruhi setiap program dan

kebijakan yang ada. Hasil dari analisis lingkungan internal ini untuk mengidentifikasi dan

menetukan kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan kawasan pedesaan. Kekuatan atau

keunggulan dalam pengembangan pedesaan merupakan segala sumberdaya dan potensi yang

dimiliki oleh Desa Puncak yang berkaitan dengan pengembangan kawasan desa yang berbasis

agribisnis. Sedangakan kelemahan merupakan bagian yang memungkinkan sebagai penghambat

dalam pengembangan kawasan pedesaan yang ada di desa itu sendiri. Adapun yang menjadi

kekuatan dan kelemahan dalam pengembangan kawasan pedesaan berbasis agribisnis di Desa

Puncak dalam sebagai berikut:

a. Kekuatan (Strenght)

1. Lahan pertanian di Desa Puncak masih luas

Desa Puncak memiliki lahan pertanian yang potensial untuk menghasilkan produk

tanaman pangan berupa (padi, jagung, dan kacang tanah), perkebunan (kelapa) dan

hortikultura (cabai) yang dapat mempengaruhi dalam pengembangan kawasan pedesaan

berbasis agribisnis. Lahan yang tersedia di Desa Puncak merupakan lahan kering dan hanya

sedikit lahan persawahan yang dimanfaatkan untuk pertanian. Dari data yang diperoleh dari

kantor Desa Puncak tahun 2012, lahan pertanian untuk tanaman padi hanya seluas 17 ha

dengan capaian produksi 34 ton, jagung seluas 30 ha yang menghasilkan 120 ton, kacang

tanah 7 ha dengan produksi 4,8 ton, kelapa seluas 28 ha dengan produksi mencapai 36,4 ton,

dan cabai seluas 2 ha dan menghasilkan 1,5 ton. Ketersediaan sumberdaya lahan ini menjadi

kekuatan dari pengembangan kawasan pedesaan berbasis agribisnis di Desa Puncak.

2. Aksesibilitas yang cukup baik.

Akses jalan merupakan salah satu aspek yang mendukung dan kekuatan dalam

pembangunan desa. Akses jalan menuju Desa Puncak cukup mudah namun ada beberapa titik

yang dilalui dari Ibukota Kecamatan ke Desa tersebut yang memerlukan perhatian dari

pemerintah dengan kondisi jalan yang berlubang disebabkan oleh aspal yang tipis, sehingga

mudah untuk rusak apabila musim hujan tiba. Meskipun demikian, fasilitas jalan masih cukup

baik karena bisa dilalui mobil dan motor. Akses yang mudah dijangkau dan fasilitas jalan

yang layak akan memudahkan masyarakat dalam desa dan luar desa untuk melakukan

aktifitasnya, seperti menjual hasil pertanian dan perkebunan, kemudahan untuk pengangkutan

hasil produksi serta kemudahan mendapatkan informasi dan lain sebagainya. Aksesibilitas

jalan yang dilalui dari Ibukota Kecamatan ke lokasi Desa Puncak cukup dekat yaitu hanya

dengan jarak 12 km melalui jalan darat, waktu tempuh 30 menit dengan kendaraan roda 4 dan

roda 2.

3. Adanya infrastruktur penunjang

Untuk menunjang kelancaran aksesibilitas dan peningkatan hasil pertanian, ketersediaan

infrastruktur penunjang sangat dibutuhkan karena menjadi salah satu subsistem dalam

menjalankan kegiatan agribisnis. Desa Puncak memiliki 7 unit jembatan permanen sebagai

infrastruktur penghubung ditiap-tiap dusun yang ada, meskipun 2 unit diantaranya saat ini

sementara diperbaiki. Akan tetapi cukup untuk kelancaran dan penghubung kewilayah lain.

Disamping jembatan yang tersedia, di Desa Puncak juga saat ini sementara dibuka jalan baru

sepanjang 3 kilo sebagai penghubung ke desa tetangga yaitu Ayu Molingo, Kecamatan

Pulubala. Hal ini merupakan bentuk upaya pemerintah daerah dan kekuatan yang dimiliki

Desa Puncak dalam meningkatkan pembangunan desa dan kesejahteraan masyarakat, karena

ujung tombak keberhasilan suatu daerah adalah dapat dilihat dari tingkat

kesejahteraan masyarakat yang ada di desa.

4. Adanya masyarakat transmigrasi

Desa Puncak pada tahun 2010 terpilih menjadi lokasi transmigrasi yakni masyarakat

yang berasal dari daerah Jawa oleh pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo. Ini menjadi

salah satu kekuatan desa ini dalam mewujudkan pembangunan. Masyarakat transmigrasi ini

mayoritas adalah petani, sehingga para petani yang ada di Desa Puncak bisa mengadopsi

teknik atau cara bertani dari masyarakat Jawa tersebut. Hal yang tidak dapat dipungkiri

bahwa masyarakat transmigrasi yang berasal dari Jawa dalam hal bekerja atau melakukan

kegiatan pertanian tentunya memiliki cara tersendiri dan motivasi yang kuat untuk

berusahatani sehingga hal ini dapat berdampak positif terhadap perkembangan pertanian yang

ada di Desa Puncak dan dengan adanya masyarakat trans ini maka sebagian besar lahan-lahan

yang masih kosong bisa lebih dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian dan usaha agribisnis

bisa lebih berkembang dan pengembangan kawasan pedesaan akan tercapai sebagaimana

harapan dari penelitian ini.

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar pada tanggal 3 September

2013 dalam kunjungannya di wilayah transmigrasi Desa Puncak, Kecamatan Pulubala,

Kabupaten Gorontalo, mengakui keseriusan pemerintah daerah (pemda) dalam menjalankan

program transmigrasi ditunjukkan dengan lahan transmigrasi di daerah ini yang sangat baik

dari beberapa lokasi yang telah ada. Ia mengatakan, kementeriannya akan fokus memperbaiki

infrastruktur dilokasi transmigrasi yang telah ada dan akan meminimalisir anggaran bagi para

transmigran baru. Lebih lanjut Ia mengatakan, perbaikan kehidupan para transmigran lebih

penting, sehingga kementeriannya akan bekerja sama dengan kementerian pertanian untuk

dana sharing yang akan mendorong para transmigran dalam meningkatkan produksi pertanian.

Sehingga ini menjadi kekuatan bagi Desa Puncak dalam upaya mengembangkan kawasan

desa yang berbasis agribisnis.

5. Program Kabupaten Gorontalo membangun dari Desa

Komitmen Pemerintah Daerah Kabupaten Gorontalo dalam memberikan pelayanan

serta peningkatkan kesejahteraan masyarakat yang dimulai dari desa merupakan kekuatan

tersendiri bagi Desa Puncak dalam mewujudkan pembangunan. Pemerintah Kabupaten

Gorontalo sendiri telah menetapkan tahun 2012 sebagai tahun percepatan pembangunan

wilayah pedesaan, yang salah satu wujud nyata kegiatan adalah road show penyerahan dana 1

Milyar pada setiap kecamatan, dana sebesar 1 Milyar ini nantinya diarahkan pada percepatan

pembangunan infrastruktur wilayah pedesaan dan operasional kecamatan. Sehingga pada

setiap unit kerja agar dalam penyusunan rencana kinerja anggaran, senantiasa memperhatikan

prioritas program kegiatan yang bersentuhan langsung dengan kebutuhan riil masyarakat yang

ada di desa dan kekuatan ini bisa menjadi salah satu peluang dalam pengembangan kawasan

pedesaan berbasis agribisnis.

6. Terdapat potensi untuk pengembangan peternakan

Potensi Desa Puncak selain pertanian yaitu dibidang peternakan. Banyak warga Desa

Puncak yang memelihara sapi, kambing dan ayam. Berdasarkan data yang diperoleh dari

kantor Desa Puncak tahun 2012, jumlah kambing mencapai 209 ekor, sapi mencapai 1599

ekor, dan ayam mencapai 3693 ekor. Ini potensi yang harus dijaga terus-menerus dan menjadi

kekuatan yang dimiliki yang harus dipertahankan karena kebanyakan petani yang ada di Desa

Puncak umumnya menggunakan hewan seperti sapi untuk membajak atau mengolah tanah

mereka untuk kemudian dijadikan sebagai lahan pertanian yang notabene menjadi kegiatan

rutin dari masyarakat khusunya petani.

b. Kelemahan (Weakness)

1. Mental masyarakat yang belum menyadari sepenuhnya bahwa kegiatan agribisnis dapat

dijadikan sebagai mata pencaharian utama

Kebanyakan yang membuat petani tidak bisa maju dan berkembang di Desa Puncak

adalah tidak memiliki keberanian mental dalam mengambil sebuah keputusan, maka para

petani akan sulit berkembang secara mandiri kalau tidak mampu merubah mental mereka,

dilihat dari tingkat kesejahteraan petani di Desa Puncak saat ini dapat dikatakan relatif rendah

dimana terdapat sikap petani yang menghambat pengembangan kawasan pedesaan antara lain:

sebagian besar adalah petani miskin karena memang tidak memiliki faktor produktif apapun

kecuali tenaga kerjanya dan terbatasnya akses terhadap dukungan layanan pembiayaan, tidak

adanya atau terbatasnya akses terhadap informasi dan teknologi yang lebih baik, infrastruktur

produksi (listrik, telekomunikasi) yang kurang baik dan ketidakmampuan, kelemahan, atau

ketidaktahuan petani itu sendiri. Selain itu sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan

serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan

pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan

mereka. Jadi dengan demikian faktor sikap mental perlu mendapatkan perhatian dalam usaha

meningkatkan aktivitas usahatani khususnya di Desa Puncak, kalau tidak maka ini menjadi

penghambat dalam pengembangan kawasan pedesaan berbasis agribisnis di Desa Puncak.

2. Rendahnya tingkat pendidikan petani.

Aspek pendidikan dalam sektor pertanian masih terkendala dengan rendahnya tingkat

pendidikan para petaninya, mayoritas pendidikan petani di Desa Puncak adalah lulusan

sekolah dasar, sehingga tak heran jika produksi pertaniannya kurang berdaya saing tinggi.

Dengan rendahnya tingkat pendidikan petani dapat mempengaruhi rendahnya produktivitas

kerja petani. Umumnya petani lebih banyak merupakan petani sub sistem tradisional. Artinya,

petani tersebut hanya berpikiran untuk mengolah hasil pertaniannya untuk mencukupi

kebutuhannya saja dan tidak berpikir untuk masa depan yang lebih baik. Usaha untuk

meningkatkan pemberdayaan petani adalah usaha untuk meningkatkan pembentukan sikap

mental melalui sikap mandiri dalam berusaha. Diakui bersama bahwa cara atau sistem

usahatani sampai saat ini secara umum masih bersifat tradisional. Alternatif pengembangan

sikap mental petani adalah melalui peningkatan pendidikan non formal, peningkatan aktivitas

melalui penyuluhan secara terus menerus agar petani memiliki pengetahuan dan wawasan

yang luas dalam bidang pertanian. Saat ini penyuluh yang ada di Desa Puncak hanya 1 orang,

sehingga perlu tenaga tambahan lagi dalam mendukung dan mensosialisasikan dan

menyampaikan informasi-informasi baru yang berkaitan dengan pertanian.

3. Kelembagaan petani yang ada di desa belum berjalan sebagaimana mestinya

Kelembagaan dalam masyarakat pedesaan pada umunya telah tumbuh dan berkembang

sejak zaman dahulu kala, dengan fungsi utamanya sebagai kelembagaan gotong royong

(kerjasama) terutama dalam menghadapi berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat

yang bersangkutan. Fungsi kelembagaan sebagai bentuk aktivitas kerjasama atau yang dikenal

dengan sistem gotong-royong yang berfungsi untuk melaksanakan kegiatan bersama dibidang

pertanian. Wadah kelembagaan dimaksud disebut dengan Kelompok Tani. Kegiatan

kelompok tani merupakan perkumpulan yang beranggotakan para petani di desa tersebut,

meskipun tidak semua petani di desa tersebut mengikuti kegiatan ini. Ketua kelompok tani

dipilih dari salah seorang petani yang dianggap memiliki pengetahuan dan wawasan luas.

Kelompok tani sebagai wadah organisasi dan bekerja sama antar anggota mempunyai peranan

yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat tani, sebab segala kegiatan dan

permasalahan dalam berusahatani dilaksanakan oleh kelompok secara bersamaan. Namun

kenyataan yang terjadi selama ini di Desa Puncak adalah kurangya peran kelompok tani

dalam menumbuhkembangkan semangat untuk bekerja bersama-sama dalam aktifitas

pertanian, kebanyakan kelompok tani hanya semangat di awal pembentukan organisasinya

tetapi belum mengarah ke tujuan yang sebenarnya atau hasil yang ingin dicapai oleh

kelompok tani itu sendiri. Saat ini jumlah kelompok tani yang ada di Desa Puncak tercatat ada

12 kelompok tani yang sudah dibentuk bedasarkan data yang yang diperoleh dari BP3K

Kecamatan Pulubala.

4. Kurangnya Tenaga Ahli dalam memasarkan hasil pertanian

Kurangnya tenaga-tenaga yang memiliki kapabilitas dalam memasarkan hasil-hasil

pertanian, mencari informasi dan perkembangan harga produksi dipasaran di Desa Puncak

merupakan hal yang dapat menghambat kelancaran dari proses dalam pembangunan yang ada

di pedesaan karena salah satu yang menjadi faktor keberhasilan dalam usahatani adalah

lancarnya proses produksi hingga pemasaran hasil. Oleh karena itu perlu adanya bimbingan

dan rangsangan untuk memberikan motivasi dan pengetahuan, cara berpikir, serta teknik

kepada para petani agar senantiasa menumbuhkembangkan ide dan gagasan sehingga

pengembangan kawasan pedesaan bisa terwujud.

5. Belum tersedianya sarana pengolahan hasil produksi pertanian

Salah satu subsistem dalam menjalankan kegiatan agribisnis adalah adanya kegiatan

ekonomi yang mengolah produk pertanian primer menjadi produk olahan atau mengolah

bahan baku mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi yang siap dikonsumsi. Akan

tetapi berdasarkan temuan dilapangan bahwa di Desa Puncak belum memiliki alat atau sarana

pengolahan bahan mentah tersebut, sehingga kegiatan ekonomi yang mengolah produk

pertanian primer menjadi produk olahan tidak bisa dilakukan dan ini menjadi kelemahan dan

hambatan yang ada di Desa Puncak dalam mewujudkan pengembangan kawasan pedesaan

berbasis agribisnis.

2. Analisis Lingkungan Eksternal

Lingkungan eksternal merupakan faktor dari luar yang dapat mempengaruhi

pengembangan kawasan pedesaan. Hasil dari analisis lingkungan eksternal ini untuk

mengidentifikasi dan menetukan peluang dan ancaman dalam pengembangan kawasan pedesaan.

Peluang dianggap sebagai suatu potensi yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan kawasan

pedesaan di Desa Puncak. Akan tetapi disisi lain ada ancaman yang menjadi bagian dari faktor

eksternal yang bisa menjadi penghambat dalam pengembangan pedesaan berbasis agribisnis.

Ancaman ini harus dihindari dan dicarikan solusinya dengan melakukan penelitian sehingga

dapat mencapai tujuan sesuai dengan harapan dalam pengembangan kawasan pedesaan berbasis

agribisnis. Adapun yang menjadi peluang dan ancaman dalam pengembangan kawsan pedesaan

berbasis agribisnis di Desa Puncak sebagai berikut:

a. Peluang (Opportunities)

1. Penambahan unit pasar sebagai tempat perputaran ekonomi di Desa Puncak.

Saat ini jumlah pasar yang ada di Desa Puncak tercatat ada dua unit, meskipun yang

satunya masih dalam tahap pengerjaan. Akan tetapi ini menjadi peluang kedepan bagi para

petani untuk memasarkan hasil pertanian baik tanaman pangan maupun hortikultura sehingga

saluran pemasaran lancar dari tangan produsen ke tangan konsumen. Dengan bertambahnya

jumlah unit pasar sebagai sember ekonomi dipedesaan menjadi peluang yang sangat besar

untuk menjadikan Desa Puncak sebagai desa yang berbasis agribisnis. Pembangunan pasar

lokal sangat diperlukan bagi tumbuh kembangnya agribisnis pedesaan dan untuk menjamin

bahan pokok yang dihasilkan petani dapat terjual dengan harga wajar. Pembangunan pasar

lokal berfungsi menciptakan pasar komoditas pertanian yang efisien.

2. Kebijakan pemerintah yang berorientasi pada pembangunan pedesaan

Pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo tak henti-hentinya mewujudkan berbagai

program yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat yang ada di pedesaan. Komitmen

pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo dalam memberikan pelayanan serta peningkatkan

kesejahteraan masyarakat sampai saat ini tidak pernah surut, dan masih konsisten

menjalankan program-program pro rakyat. Tidak tanggung-tanggung ditahun 2012 dana

sebesar 18 Milyar diluncurkankan untuk kemudian dibagikan pada 18 Kecamatan dalam

rangka memacu pertumbuhan serta mempercepat pembangunan infrastruktur pedesaan.

Adanya infrastruktur ekonomi yang memadai merupakan prakondisi bagi tumbuh

kembangnya kegiatan agribisnis dan perekonomian secara umum di pedesaan. infrastruktur

bagi agribisnis dan perekonomian pedesaan secara umum mencakup sistem pengairan, pasar

komoditas pertanian, jalan raya, kelistrikan, dan jaringan telekomunikasi. Infrastruktur

komoditas pertanian dan pasar tersebut merupakan peluang yang dimiliki Desa Puncak

sehingga pembangunan kawasan pedesaan berbasis agribisnis dapat dicapai dalam

membangun desa yang mandiri.

3. Bantuan ternak sapi bergilir dari pemerintah daerah.

Tahun 2011 atau tepatnya 1 tahun lamanya keberadaan Masyarakat Transmigrasi di

Desa Puncak mulai disuntik dengan berbagai bantuan diantaranya sapi 20 ekor per kelompok

yang diharapkan bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Adanya bantuan ternak sapi dari

pemerintah daerah untuk masyarakat Desa Puncak khusunya kelompok ternak manjadi

peluang bisnis yang besar apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh masyarakat atau

kelompok ternak tersebut, karena mengingat harga jual sapi yang cukup tinggi dan dagingnya

pun cukup mahal dipasaran, sehingga peluang untuk melakukan usaha agribisnis cukup

terbuka lebar dan pengembangan kawasan pedesaan berbasis agribisnis memiliki peluang

untuk diwujudkan.

4. Program Agropolitan

Sejak dicanangkan program agropolitan di Provinsi Gorontalo telah membawa

perubahan yang cukup signifikan terhadap sektor ekonomi karena program ini cukup

dirasakan oleh masyarakat Provinsi Gorontalo pada umumnya bahkan sampai dipelosok,

khususnya dimasyarakat yang ada dipedesaaan, akibat program agropolitan ini banyak para

petani yang termotivasi untuk melakukan kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan lahan

yang tersedia untuk dibudidayakan dengan berbagai komoditas pertanian. Tujuan dari

agropolitan ini adalah untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat secara

menyeluruh dan pengembangan sistem dan usaha agribisnis yang beradaya saing. Program ini

merupakan peluang untuk mewujudkan pengembangan kawasan pedesaan berbasis agribisnis

yang diharapkan bisa menumbuhkan partisipasi aktif dari masyarakat untuk menjadikan

pertanian sebagai sektor unggulan dalam mencapai pembangunan ekonomi dan dapat

mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat petani di pedesaan. Program ini turut

dirasakan oleh masyarakat khususnya di Desa Puncak, karena implementasi dari program ini

yang benar-benar menyentuh kepentingan masyarakat khususnya petani sebagai pelaku

pertanian.

5. Pembangunan ekonomi kerakyatan

Pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan salah satu dari 4 (empat) program

unggulan pemerintah Provinsi Gorontalo tahun 2012 yang arah dan tujuannya adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara utuh melalui kegiatan usaha mikro. Selain itu

berbagai upaya telah dilakukan salah satunya adalah dengan program gerakan membangun

desa atau “Gerbang Desa” diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi khusunya di

desa, sekaligus dapat mendorong upaya percepatan pembangunan di Pedesaan. Hal ini

merupakan peluang yang sangat besar bagi masyarakat Desa Puncak khususnya untuk

mewujudkan pembangunan ekonomi pedesaan yang berbasis agribisnis melalui usaha

ekonomi rakyat.

6. Revitalisasi pertanian

Pemerintah Kabupaten Gorontalo dalam rangka mengoptimalkan Revitalisasi Pertanian

sebagai usaha, proses dan kebijakan untuk menyegarkan kembali daya hidup pertanian,

memberdayakan kemampuannya, membangun dan meningkatkan kinerjanya, serta

menyejahterakan pelakunya, terutama petani, dan nelayan, sebagai bagian dari usaha untuk

menyejahterakan seluruh rakyatnya telah menyiapkan rencana strategi bidang pertanian,

antara lain: Pertama, menjamin ketersediaan keragaman pangan dan pengembangan pangan

lokal alternative disetiap wilayah rawan pangan. Kedua, memberikan kesempatan kerja

seluas-luasnya bagi komunitas petani di desa dan menciptakan kawasan agribisnis produktif,

Ketiga, mengembangkan mekanisasi teknologi pertanian dan perkebunan serta menjamin

ketersediaan bibit unggul. Keempat, penguatan kelembagaan sektor pertanian dan

perkebunan. Dengan adanya optimalisasi Revitalisasi Pertanian dan kebijakan pembangunan

sektor pertanian menjadi peluang bagi masyarakat Desa Puncak untuk memanfaatkan dan

mewujudkan pembangunan pedesaan yang berorientasi pada peningkatan sektor pertanian dan

kegiatan usaha agribisnis.

7. Sektor ekonomi Kabupaten dan Provinsi Gorontalo masih mengandalkan pertanian

Sampai dengan saat ini sektor pertanian masih menjadi sektor unggulan di Kabupaten

Gorontalo dan umumnya di Provinsi Gorontalo karena mengingat sektor pertanian inilah yang

mengantarkan Gorontalo sampai dikenal ditingkat nasional bahkan internasional dengan

keberhasilan yaitu ekspor komoditas jagung yang dicanangkan melalui program agropolitan.

Komoditas jagung yang diekspor tidak hanya didalam negeri, akan tetapi sampai luar negeri.

Selain mengantarkan Gorontalo ketingkat internasional, pertanian juga menjadi sumber

kebutuhan dasar masyarakat yang tidak dapat dipisahkan dari aktifitas sehari-hari mereka

utamanya petani yang ada di pedesaan. Sehingga pertanian masih tetap menjadi sektor

unggulan Provinsi Gorontalo yang akan dipertahankan secara terus menerus serta dapat

menumbuhkan kegiatan usaha agribisnis. Peluang pengembangan kawasan pedesaan berbasis

agribisnis di Desa Puncak sangat terbuka, karena sektor ekonomi daerah ini yang masih

mengandalkan pertanian itu sendiri, dan kegiatan agribisnis juga akan berjalan melalui

ketersediaan sektor pertanian atau adanya produksi dari pertanian itu sendiri.

b. Ancaman (Threaths)

1. Iklim yang tidak menentu

Dengan kondisi Desa Puncak yang memiliki wilayah yang berbukit-bukit menjadi

ancaman tersendiri bagi para petani dalam berusahatani dan menghasilkan produk agribisnis

apabila iklim yang ada tidak menentu dan berubah-ubah. Akibatnya para petani sering

kehilangan cara dalam mengantisipasi keadaan tersebut dan hal ini bisa berpengaruh pada

produksi usahatani yang dihasilkan yaitu menurunnya jumlah produksi dan harganya akan

meningkat dari sebelumnya. Selain menurunnya hasil produksi, keadaan ini juga

mengakibatkan turunnya daya beli konsumen sehingga penghasilan petani juga berkurang dari

yang sebelumnya. Hal ini perlu diwaspadai oleh para petani, dan harus hati-hati dalam

mengambil keputusan usahatani agar tidak mengalami turunnya pendapatan.

2. Motivasi petani berkurang dalam berusahatani

Akibat dari iklim yang tidak stabil maka banyak para petani di Desa Puncak kehilangan

semangat untuk melakukan kegiatan usaha dibidang pertanian karena penghasilan mereka

menurun sementara kebutuhan setiap harinya terus meningkat dan lebih memilih beralih

pekerjaan menjadi pekerja bangunan dan menjadi tukang ojek, sehingga hal ini bisa

menghambat pembangunan kawasan pedesaan yang berbasis agribisnis. Terkait dengan

keadaan Ini perlu adanya kewaspadaan dan peran aktif dari pemerintah dalam

menumbuhkembangkan semangat para petaninya dan memberikan pelatihan serta pembinaan

kepada para petani bahwa usaha dibidang pertanian sangat baik untuk digeluti karena

mempunyai peluang yang besar dan bisa dijadikan sebagai pekerjaan yang tetap tanpa beralih

kepekerjaan lain.

3. Minimnya prasarana dan sistem pengairan.

Desa Puncak memiliki permasalahan untuk sistem pengairan, karena mengingat daerah

ini yang berada diperbukitan menjadi ancaman tersendiri bagi para petani, dapat dilihat dari

masalah kekeringan pada saat musim kemarau sehingga produktivitas pertanian rendah.

Sarana pertanian yang tersedia sampai sekarang ini hanyalah sungai dan belum ada irigasi

yang baik. Sistem pengairan yang kurang baik tersebut menyebabkan beberapa dusun

mengalami kesulitan dalam mencukupi kebutuhan air untuk pertanian dan ini menjadi

ancaman dalam meningkatkan produksi pertanian serta usaha agribisnis yang ada di Desa

Puncak.

C. Prospek pengembangan kawasan pedesaan berbasis agribisnis

Berdasarkan data yang didapatkan dilapangan tentang faktor-faktor lingkungan internal

dan eksternal, maka dapat diketahui bahwa Desa Puncak memiliki prospek untuk menjadi

kawasan pedesaan berbasis agribisnis. Hasil analisis lingkungan internal dan lingkungan

eksternal menunjukan bahwa ada beberapa kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang

terdapat di desa tersebut.

a. Kekuatan

1. Desa Puncak memiliki lahan pertanian yang masih luas dibandingkan dengan Desa lain yang

ada di Kecamatan Pulubala

2. Aksesibilitas di Desa Puncak yang cukup baik sebagai sarana pendukung berjalannya kegiatan

agribisnis

3. Adanya masyarakat transmigrasi yang memiliki motivasi yang kuat dan teknik berusahatani

yang dapat diadopsi oleh masyarakat asli Desa Puncak.

4. Program Kabupaten Gorontalo membangun dari desa yang diwujudkan melalui penyerahan

dan 1 milyar pada setiap kecamatan yang diarahkan pada pembangunan infrastruktur wilayah

pedesaan dan operasional kecamatan.

5. Terdapat potensi untuk pengembangan peternakan

b. Kelemahan

1. Mental masyarakat yang belum menyadari sepenuhnya bahwa kegiatan agribisnis dapat

dijadikan sebagai mata pencaharian utama

2. Rendahnya tingkat pendidikan petani di Desa Puncak

3. Kelembagaan petani yang ada di desa belum berjalan sebagaimana mestinya

4. Kurangnya tenaga ahli dalam memasarkan hasil pertanian

5. Belum tersedianya sarana pengolahan hasil produksi pertanian

c. Peluang

1. Penambahan unit pasar sebagai tempat pemasaran hasil produksi pertanian dan tempat

perputaran ekonomi di Desa Puncak.

2. Kebijakan pemerintah yang berorientasi pada pembangunan wilayah pedesaan

3. Bantuan ternak sapi bergilir dari pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo sebagai komitmen

dan wujud nyata untuk pembangunan di pedesaan.

4. Adanya program agropolitan yang dicanangkan di Provinsi Gorontalo

5. Pembangunan ekonomi kerakyatan sebagai program unggulan pemerintah Provinsi Gorontalo

tahun 2012 yang arah dan tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

6. Adanya sinkronisasi antara program pemerintah Provinsi yaitu gerakan membangun desa dan

program pemerintah Kabupaten yaitu membangun dari desa

7. Revitalisasi pertanian sebagai usaha, proses dan kebijakan untuk menyegarkan kembali daya

hidup pertanian, memberdayakan kemampuannya, membangun dan meningkatkan kinerjanya,

serta menyejahterakan pelakunya, terutama petani dan nelayan.

8. Sektor ekonomi Kabupaten dan Provinsi Gorontalo masih mengandalkan pertanian

d. Ancaman

1. Iklim yang tidak menentu

2. Motivasi petani berkurang dalam berusahatani

3. Minimnya prasarana dan sistem pengairan

Berdasarkan hasil analisis lingkungan internal dan eksternal yang dilakukan maka dapat

diketahui bahwa Desa Puncak memiliki prospek yang baik untuk menjadi kawasan pedesaan

berbasis agribisnis dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang ada.