25
96 BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK BAGI ANAK DALAM KEGIATAN MUJAHADAH USBUIYAH KANAK-KANAK WAHIDIYAH Sebagaimana yang telah tertera dalam tujuan penulisan skripsi ini yakni untuk mengetahui apakah dalam kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah terdapat nilai-nilai pendidikan akhlaknya atau tidak dan bagaimana nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kegiatan mujahadah kanak – kanak wahidiyah tersebut, untuk itu dalam bab IV ini, penulis akan menganalisis sesuai dengan metode yang digunakan. Pada bab terdahulu telah dijelaskan mengenai kewahidiyahan, disebutkan pula bahwa ajaran wahidiyah merupakan bimbingan praktis lahir dan batin di dalam menjalankan tuntunan Rasulullah S.A.W. meliputi bidang syariat dan bidang hakikat, mencakup pula bidang tauhid, bidang iman, bidang islam, bidang ihsan dan bidang akhlak, segi muamalah dan segi ubudiyah lahiriyah dan batiniyah, baik yang berhubungan langsung dengan Allah wa Rasulihi SAW terutama masalah kesadaran (wushul/makrifat) maupun yang berhubungan dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat dan terhadap makhluk pada umumnya. 1 Dengan menelaah apa yang tercantum dalam ajaran wahidiyah tersebut, tentunya dalam mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah , jelas ada nilai-nilai pendidikan akhlaknya. Setelah penulis mengumpulkan data-data penelitian tentang fokus yang dikaji, baik melalui observasi, wawancara maupun dokumen atau arsip dari objek penelitian yaitu kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah, selanjutnya penulis akan menganalisis dari hasil penelitian tersebut. Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek mengenai nilai-nilai pendidikan akhlak bagi anak dalam kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah dan muatan akhlak bagi anak yang ada dalam materi kuliah wahidiyah. 1 Dewan Pimpinan Pusat, Materi Pembinaan Kader Wahidiyah, (Kediri: Penyiar Shalawat Wahidiyah Pusat, 1982), hlm 42.

BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

  • Upload
    hahuong

  • View
    240

  • Download
    4

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

96

BAB IV

ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN AKHLAK

BAGI ANAK DALAM KEGIATAN MUJAHADAH USBUIYAH

KANAK-KANAK WAHIDIYAH

Sebagaimana yang telah tertera dalam tujuan penulisan skripsi ini yakni

untuk mengetahui apakah dalam kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak

wahidiyah terdapat nilai-nilai pendidikan akhlaknya atau tidak dan bagaimana

nilai-nilai pendidikan akhlak yang terdapat dalam kegiatan mujahadah kanak –

kanak wahidiyah tersebut, untuk itu dalam bab IV ini, penulis akan menganalisis

sesuai dengan metode yang digunakan.

Pada bab terdahulu telah dijelaskan mengenai kewahidiyahan, disebutkan

pula bahwa ajaran wahidiyah merupakan bimbingan praktis lahir dan batin di

dalam menjalankan tuntunan Rasulullah S.A.W. meliputi bidang syariat dan

bidang hakikat, mencakup pula bidang tauhid, bidang iman, bidang islam, bidang

ihsan dan bidang akhlak, segi muamalah dan segi ubudiyah lahiriyah dan

batiniyah, baik yang berhubungan langsung dengan Allah wa Rasulihi SAW

terutama masalah kesadaran (wushul/makrifat) maupun yang berhubungan dalam

kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat dan terhadap makhluk pada

umumnya.1 Dengan menelaah apa yang tercantum dalam ajaran wahidiyah

tersebut, tentunya dalam mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah , jelas ada

nilai-nilai pendidikan akhlaknya. Setelah penulis mengumpulkan data-data

penelitian tentang fokus yang dikaji, baik melalui observasi, wawancara maupun

dokumen atau arsip dari objek penelitian yaitu kegiatan mujahadah usbuiyah

kanak-kanak wahidiyah, selanjutnya penulis akan menganalisis dari hasil

penelitian tersebut.

Dalam hal ini penulis menganalisis dua aspek mengenai nilai-nilai

pendidikan akhlak bagi anak dalam kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak

wahidiyah dan muatan akhlak bagi anak yang ada dalam materi kuliah wahidiyah.

1 Dewan Pimpinan Pusat, Materi Pembinaan Kader Wahidiyah, (Kediri: Penyiar Shalawat Wahidiyah Pusat, 1982), hlm 42.

Page 2: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

97

A. Analisa Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Bagi Anak Dalam Kegiatan

Mujahadah Usbuiyah Kanak-kanak Wahidiyah

Pendidikan Islam menghendaki agar anak benar-benar dididik untuk

mengembangkan kepribadiannya secara totalitas meliputi pendidikan akhlak,

moral melalui pelatihan dan pembiasaan sebagai pengembangan juga terhadap

aspek intelektual, emosional serta sikap sosial.

Dalam rangka mencerdaskan anak-anak bangsa, membentuk pribadi

berakhlakul karimah, maka wahidiyah sebagai wahana islami ikut

berpartisipasi mendidik dan menanamkan nilai akhlak pada anak melalui

kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah. Sebagaimana yang

tertera dalam bab tiga skripsi ini, proses pelaksanaan kegiatan mujahadah

usbuiyah kanak-kanak wahidiyah berisi rangkaian atau susunan acara beserta

petunjuknya. Setelah penulis amati dan teliti, dalam mujahadah tersebut

memang benar-benar ada nilai-nilai pendidikan akhlak bagi anak.

Adapun nilai pendidikan akhlak bagi anak yang terdapat dalam

kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah, antara lain:

1. Pendidikan akhlak anak kepada khalik (Allah SWT)

Sebagian nilai akhlak anak kepada Allah yang terdapat dalam

mujahadah tersebut diantaranya:

a. Pendidikan mahabbah (cinta) dan takwa

Dinamakan cinta jika segala pengorbanan apa yang ada pada

dirinya dicurahkan demi yang dicintai. Sebagian dari rasa cinta yaitu

selalu mengingat dan menyebut nama yang dicintai. Yang dimaksud di

sini yaitu rasa mahabbah kepada sang pencipta (Allah). Salah satu

manifestasi cinta kepada Allah yaitu melaksanakan segala perintah dan

menjauhi / meninggalkan apa saja yang dilarang-Nya. Hal inilah yang

dinamakan juga dengan takwa.

Dalam hal ini upaya pembina mujahadah usbuiyah kanak-

kanak wahidiyah untuk mendidik anak agar selalu memiliki rasa

mahabbah/cinta kepada Allah, yaitu dengan cara:

Page 3: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

98

- Pembina mengenalkan kanak-kanak tentang Allah dan kesadaran

lillah-billah pada saat memberikan kuliyah wahidiyah.

- Mengajak kanak-kanak untuk selalu mengucapkan lafal-lafal Allah

SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

mujahadah pengamalan shalawat wahidiyah, dan juga pada saat

penutupan / nida’ (panggilan kepada Allah) dengan lafadz:

secara bersama-sama اهللا إلى ففروا

Dari upaya tersebut, kanak-kanak akan tahu dan mengerti lebih

jauh bahwa Allah itu tidak hanya sebagai pencipta makhluk, namun

juga sebagai dzat yang maha segalanya khususnya maha pengasih dan

penyayang dengan memberikan segala nikmat kepada manusia

khususnya. Dengan demikian anak akan terlatih jiwanya untuk selalu

menerapkan lillah-billah, bahwa segala yang dinikmati merupakan

karunia Allah dengan selalu mengucapkan lafal Allah seperti yang ada

dalam amalan shalawat wahidiyah akan tertanam pada diri anak jiwa

mahabbah kepada Allah dan tertanam juga perasaan takwa kepada-

Nya.

b. Pendidikan tasyakur

Tasyakur merupakan ungkapan rasa terima kasih dan selalu

menerima segala apa yang pernah diberikan oleh Allah kepada

manusia, walaupun sedikit dan sekecil apapun.

Dari masing-masing rangkaian acara dalam pelaksanaan

mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah, setiap anak yang maju

berbicara selalu mengucapkan lafadz hamdalah secara bersama-sama

sebagai rasa syukur billisan dan bilqalbi (bis-shudur). Dan sebagai

rasa syukur bil fi’li, mereka (kanak-kanak) setiap kali pertemuan dan

mujahadah shalawat wahidiyah diajak selalu meningkatkan ketakwaan

kepada Allah secara khusyu’. Jadi secara tidak langsung semua itu

merupakan upaya mendidik akhlak anak agar selalu memiliki rasa

syukur kepada Allah.

Page 4: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

99

c. Pendidikan kekhusyukan dan tadlarru’

Khusyu’ dan tadlarru’ sebagian dari akhlak batin yang sangat

tinggi kepada Allah. Karena pada akhirnya akan menjadikan ketentuan

hati dan diterimanya segala amal ibadah.

Mujahadah kanak-kanak wahidiyah, yang sangat padat

acaranya, menjadikan pembina lebih maksimal dan optimal dalam

membimbing kanak-kanak, melalui kegiatan tersebut, pembina

mengajak kanak-kanak agar bersikap khusyu’ dan tadlarru’ dalam

mengikuti setiap rangkaian acaranya, mulai dari pembukaan,

pembacaan ayat suci al-qur’an dan tahlil khususnya, dan saat

pemberian kuliah wahidiyah, lebih-lebih pada saat acara inti yakni

pelaksanaan mujahadah pengamalan shalawat wahidiyah, kanak-kanak

dilatih untuk menata hati masing-masing, niat mujahadah karena Allah

(lillah-billah) dan juga lirrasul birrasul serta lil ghautsu bil ghautsu,

pada saat mujahadah tersebut harus khusyu’-tadlarru’ merasa bahwa

Allah SWT berada di hadapannya.

2. Pendidikan akhlak anak kepada Rasulullah SAW

a. Mengikuti sunnah-sunnahnya

Sebagian dari nilai pendidikan akhlak anak kepada Rasulullah

Muhammad SAW penerapan ajaran wahidiyah yakni lirrasul-birrasul

setiap saat dalam kehidupan sehari-hari, dari kuliah wahidiyah, kanak-

kanak dikenalkan Rasul melalui hikayah riwayat kehidupannya, jasa-

jasanya yang sangat luhur serta akhlak atau kepribadiannya yang

sangat mulia dan sempurna. Dengan demikian anak lebih mengenal

pribadi Rasulullah yang pada akhirnya anak akan mengikuti sunah-

sunahnya serta meniru/mencontoh akhlak-akhlaknya.

b. Mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasul

Salah satu dari akhlak anak kepada Rasulullah, selain yang

tersebut di atas yaitu mengucapkan salam dan shalawat kepadanya.

Amalan shalawat wahidiyah dalam kegiatan mujahadah usbuiyah

kanak-kanak wahidiyah, secara tidak langsung mendidik dan melatih

Page 5: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

100

kanak–kanak supaya terbiasa bershalawat sebagai wujud rasa

cinta/mahabbah kepada Rasulullah SAW yang pada akhirnya akan

mendapat syafaatul udzma di akhirat nanti.

Menyebut dan mengingat nama Rasulullah serta sanjungan

shalawat dan salam kepadanya, sebagai rasa mahabbah kepada beliau,

tidak hanya pada saat mengamalkan shalawat wahidiyah, namun pada

saat kanak-kanak menyampaikan setiap acara dalam kegiatan

mujahadah tersebut. Ciri khas wahidiyah dalam menyanjungkan

shalawat kepada Rasulullah SAW dengan lafadl:

ة والسالم عليك وعلى ألك يا سيدي يا رسول اهللالصال

Pada saat acara puisi wahidiyah seperti puisi tentang shalawat

kesadaran, sebuah rintihan dan sebagainya, di dalamnya banyak

penyebutan nama Rasul.

3. Pendidikan akhlak anak kepada pemimpin

Pemimpin yang dimaksud yaitu tokoh agama/ulama yang alim

khususnya dalam ajaran Islam, alim dalam bidang hukum, yang makrifat

lillah billah dan alim dalam segala bidang, dalam wahidiyah disebut

Ghouts.

Perlu diketahui bahwa dalam setiap pergantian masa atau zaman

terdapat pemimpin yang adil dan bijaksana yang patut dijadikan sebagai

panutan seluruh umat, kalau pada masa sekarang disebut “ghoutsu hadza

zaman”.

Ghoutsu di sini dikatakan sebagai pewaris para Nabi dan Rasul,

sebagai kekasih Allah, jadi berakhlak kepadanya sama dengan berakhlak

kepada Rasulullah SAW.

Penerapan prinsip lilghouts bilghouts dalam wahidiyah merupakan

sebagian dari akhlak kepadanya, sebab selain jasa Rasul kita juga

mendapat bimbingan, sinar nadzroh dari ghouts tersebut. Didikan secara

tidak langsung yang diberikan pada kanak-kanak yaitu menyanjungkan

shalawat dan salam penghomatan, ta’dzim, mahabbah melalui setiap

Page 6: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

101

rangkaian acara dalam kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak

wahidiyah. Nilai pendidikan akhlaknya dalam lafadl : “Yaa ayyuhal

Ghautsu salamullah ‘alaika robbinii biidznillah”.

4. Pendidikan akhlak anak kepada kedua orang tua.

a. Mendoakan keduanya dengan memohonkan maghfirah kepada Allah.

Yang merupakan bagian dari rangkaian acara dalam mujahadah

usbuiyah kanak-kanak wahidiyah yaitu tahlil dan mujahadah

pengamalan shalawat wahidiyah, di dalamnya mengandung doa-doa,

baik permohonan ampun, nikmat/rizki, keberkahan maupun

keselamatan bagi jamial alamin, khususnya doa untuk kedua orang

tua. Salah satu nilai pendidikan akhlaknya yaitu anak mendoakan

orang tua pada waktu mujahadah dan tahlil tersebut, sebagai wujud

ihsan kepada keduanya sebab dari kecil anak selalu dirawat, diasuh

serta dididik dengan harapan agar selalu mendoakan keduanya sampai

di alam barzah. Dengan memberi hadiah bacaan suratul fatihah dan

lafadl doa yang dimaksud adalah : ”Allahumma baarik fiimaa khalaqta

wahaadzihil baldah yaa Allah”..........dan seterusnya.

b. Menyenangkan hati keduanya

Kanak-kanak pergi/berangkat ke arena mujahadah untuk

mengikuti serangkaian acara dalam mujahadah, mendengarkan

mauidhoh-mauidhoh dari kuliah wahidiyah, serta mengamalkan

shalawat wahidiyah, dengan bermujahadah, secara tidak langsung hal

tersebut sangat menyenangkan dan membahagiakan hati kedua orang

tua. Demikianlah salah satu bentuk nilai akhlak anak terhadap kedua

orang tua (ibu bapaknya).

5. Pendidikan akhlak anak kepada sesama saudara (orang lain)

Dari hasil mengikuti acara kuliah wahidiyah dalam pelaksanaan

mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah, anak-anak mendapatkan

ajaran wahidiyah yakni:

Page 7: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

102

يؤيت كل ذي حق حقه

“Memberikan jak kepada setiap orang yang mempunyai hak”

Dan ajaran lain seperti:

تقدمي األهم فاألهم مث األنفع فاألنفع

“Mendahulukan yang lebih / sangat penting dari pada yang penting kemudian mengutamakan yang lebih manfaat dari pada manfaat”.

Kedua hal tersebut sama-sama mengandung nilai akhlak terhadap

sesama saudara, orang lain dan sesama makhluk. Prinsip ajaran pertama

mendidik anak agar selalu memberikan hak terhadap sesama dengan cara

berbuat baik terhadap mereka, berbuat baik itu tidak hanya bil fi’li namun

juga harus dengan billisan/bilqalbi. Wujud dari berbuat baik

billisan/bilqalbi yaitu dengan selalu membantu mendoakan mereka

(sesama dengan orang lain) melalui acara tahlil, istighatsah, dan dalam

pengamalan mujahadah shalawat wahidiyah. Dengan memohonkan rahmat

dan maghfirah dari Allah kepada sesama merupakan manifestasi rasa cinta

dan kasih sayang serta solidaritas terhadap mereka.

Kemudian prinsip kedua mendidik anak supaya mendahulukan

kepentingan sesama jika lebih banyak manfaatnya dari urusan/kepentingan

diri-sendiri yang mungkin sedikit manfaatnya. Dalam prakteknya jika

seseorang diundang untuk menghadiri walimah atau acara keluarga sesama

tetangga dan sebagainya pada waktu yang bersamaan seseorang itu juga

mempunyai acara sendiri yang lebih penting, namun kalau

dipertimbangkan lebih besar manfaat/faedahnya ketika menghadiri

undangan/acara keluarga/sesama, maka sebaiknya lebih diutamakan

memenuhi undangan mereka, sebab hal tersebut sama saja menghormati

dan menghargai sesama manusia, bahkan sama dengan menghargai diri

sendiri. Dengan diberikannya bimbingan ajaran wahidiyah sebagaimana

Page 8: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

103

tersebut diatas, suri tauladan dari para pembina kanak-kanak wahidiyah

maka anak akan selalu mencontohnya dengan membiasakan sikap tersebut

dalam kehidupan sehari-hari.

6. Pendidikan akhlak anak terhadap diri sendiri

Nilai pendidikan akhlak pada diri sendiri yang terdapat dalam

kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah yaitu:

a. Pendidikan syaja’ah (keberanian)

Keberanian merupakan suatu kekuatan jiwa yang diserap oleh

orang mukmin dari keimanan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

keyakinan terhadap al haqq, kepercayaaan terhadap keabadian,

kelapangan hati terhadap ketentuan (qadar) Allah, rasa penuh tanggung

jawab dan pendidikan yang menumbuhkan kesadaran pribadi.

Keberanian yang dimaksud tidak hanya keberanian fisik seperti

dalam peperangan melawan musuh namun juga keberanian mental dan

keberanian melawan musuh yaitu hawa nafsu.

Nilai pendidikan ini terdapat pada diri setiap anak ketika

mereka melaksanakan tugas sebagai pembawa acara, pembaca ayat

suci al-Qur’an pembaca muqaddimah shalawat wahidiyah dan

rangkaian acara yang lain. Hal ini melatih anak terbiasa dan tidak kaku

menghadapi semua orang, khususnya ketika membawakan acara-acara

yang lebih besar pada saat dewasa nanti. Pada intinya melatih mental

kanak-kanak.

Diantara buah/hikmah dari sifat dan sikap syajaah yaitu:

1) Keberanian adalah hiasan pribadi yang mendorong manusia

mencapai kemajuan

2) Keberanian menimbulkan ketentraman

3) Keberanian menghilangkan kesulitan dan kepahitan, sebab

perasaan sulit sebenarnya berakar pada rasa takut(cemas)

4) Keberanian membuahkan berbagai kreasi yang produktif atau daya

cipta yang berguna.

Page 9: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

104

b. Pendidikan kesabaran

Bersikap sabar memang pahit dan begitu sulit, namun pada

akhirnya / akibatnya lebih manis dari pada madu.

Sebenarnya tingkatan sabar itu ada tiga kategori, diantaranya:

sabar ketika mendapatkan musibah, sabar melawan hawa nafsu dan

sabar untuk taat (untuk mengerjakan amal ibadah dengan tekun, rajin

serta istiqamah). Namun sabar yang dimaksud dalam kegiatan

mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah yaitu sabar yang kedua

dan ketiga.

Ketika dimulainya pelaksanaan kegiatan mujahadah tersebut,

kanak-kanak dididik dan dilatih untuk sabar mengikuti berbagai acara

tersebut, tidak diperbolehkan main-main atau bergurau dan

sebagainya. Dari hal itu anak-anak juga dilatih untuk selalu disiplin

dan istiqamah mengikuti setiap acara sampai akhir penutupan. Semua

itu sebagai langkah melawan hawa nafsu, yang pada intinya mendidik

kesabaran jiwa.

Adapun manfaat atau hikmah dari sifat sabar adalah:

- Memperoleh rahmat dan kegembiraan

- Memperoleh pertolongan dan kemenangan

- Memperoleh kesenangan dan kebahagiaan.

c. Pendidikan tawadlu’(rendah hati)

Tawadlu’ (rendah hati) yaitu memiliki rasa keinsyafan diri

bahwa segala kemulyaan hanyalah milik Allah SWT. Akhlak tawadlu’

merupakan perasaan rendah hati terhadap siapa saja lebih-lebih

terhadap Allah SWT.

Nilai pendidikan akhlak ini terkandung dalam teks puisi dan

deklamasi wahidiyah serta terutama pada saat kanak-kanak

melaksanakan amalan shalawat wahidiyah yang disertai dengan

kesadaran lillah billah, lirrasul birrasul, lilghauts bilghauts. Dengan

membaca isi puisi tersebut, kanak-kanak terlatih bersikap tawadlu’.

Dengan kesadaran lillah billah, lirrasul birrasul serta lilghauts bil

Page 10: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

105

ghauts, maka anak akan terbiasa bersikap tawadlu’, merasa selalu

diawasi oleh Allah SWT, merasa diri tidak memiliki kekuatan dan

kemampuan apa-apa, semata-mata itu karena Allah.

Sebagaimana yang dimaksud di atas, nilai akhlak tersebut

terdapat dalam sebagian barisan teks deklamasi wahidiyah :

” Duhai unsur dan jiwa makhluk Bimbing....bimbing .....bimbing dan didiklah diriku Sungguh aku manusia yang dzalim selalu.

Dan dalam puisi wahidiyah dengan judul : ”Sebuah Rintihan”

karya Ning Jauharatul Maknunah.

”Yaa Sayyidii Yaa Rasuulallah” Terlalu hina daku dihadapanmu Kemanakah harus kusembunyikan mukaku Yang telah menjadi budak imperialis nafsu

Darahku telah bercampur dengan titik noda dan dosa Hatiku kelam, hitam mengarang bara

Mengapa aku senantiasa menyembah nafsuku Pantaskah daku memanggilmu Habibiii............Yaa Qurrata ’aini.

d. Pendidikan Al-Amanah (dapat dipercaya)

Al-Amanah yang dimaksud di sini yaitu pribadi yang memiliki

rasa tanggung jawab yang besar dan mulia. Dalam kegiatan mujahadah

usbuiyah kanak-kanak wahidiyah, anak-anak dididik untuk selalu

bersikap memegang amanah, diwujudkan dalam melaksanakan tugas

serangkaian acara. Tugas mengisi setiap acara dalam kegiatan

mujahadah tersebut, kalau dirasakan memang berat, karena dengan

adanya rasa tanggung jawab dalam diri anak, maka amanah tersebut

dapat dikerjakan/dilaksanakan dengan baik, mengingat semua itu

walaupun berat namun sangat mulia, yang pada akhirnya akan

membuahkan manfaat tersendiri bagi dirinya.

e. Pendidikan kedermawanan (Al-Munfiqah) dan Qawamiyah (hemat)

Page 11: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

106

Al-Munfiqah merupakan sikap kesediaan mensedekahkan

sebagian harta di jalan Allah serta kepada seseorang yang

memerlukannya.

Dalam kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah

juga dikenakan iuran dari setiap pembina dan peserta kanak-kanak

secara ikhlas memberi dengan seberapapun, yang hasilnya

dikumpulkan untuk program penyiaran shalawat wahidiyah. Hal ini

secara tidak langsung melatih dan mendidik anak-anak agar selalu

menanamkan jiwa dermawan dan qawam atau bersikap hemat dalam

kehidupan.

B. Analisa Muatan Akhlak Bagi Anak dalam Kuliah Wahidiyah.

Telah kita ketahui bahwa akhlak itu meliputi akhlak mahmudah

(akhlak yang baik) dan akhlak madzmumah (akhlak yang buruk). Namun di

dalam wahidiyah sendiri hanya memuat pendidikan akhlak mahmudah.

Sebagaimana tertera dalam materi kuliah wahidiyah, masalah akhlak di dalam

wahidiyah disebut adab. Dikatakan tentang pentingnya masalah adab:

لى امتثال األوامرمراعة األدب مقدم ع

“Memelihara adab harus diutamakan daripada (sebelum) melaksanakan bermacam-macam perintah”.2

Mengapa adab harus diutamakan sebelum melaksanakan perintah

sebab suatu perintah yang dikerjakan atau dilaksanakan tanpa adanya adab

(tak berakhlak) maka amalan tersebut kurang bisa diterima oleh Allah SWT.

Pentingnya pendidikan akhlak atau adab bagi anak khususnya, karena

dengan adab atau akhlak yang baik orang akan menjadi mulia, orang diangkat

derajatnya oleh Allah sebab adab/akhlaknya bagus dan orang akan menjadi

hina jika akhlak atau adabnya jelek.

2 K. Moh Jazuli Yusuf dkk., Kuliah Wahidiyah, (Kediri: Penyiar Shalawat Wahidiyah

Pusat, 1981), hlm 146.

Page 12: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

107

Adapun muatan akhlak dalam materi kuliah wahidiyah akan penulis

jelaskan.

Secara ijmal (global) dapat dikatakan bahwa akhlak/adab itu tidak lain

adalah dari pelaksanaan ajaran wahidiyah:

“Yukti kulla dzii haqqin haqqah”

Yakni memberikan haknya pihak lain yang mempunyai hak.3 kalau

dicermati secara umum dalam wahidiyah memberikan tentang akhlak atau

adab khususnya bagi kanak-kanak meliputi pendidikan akhlak kepada Allah

atau bagaimana adab seorang terhadap penciptanya (Allah) yang semuanya

tercakup di dalam prinsip “lillah billah”. Selanjutnya mengenai pendidikan

akhlak kepada Rasulullah atau bagaimana adab seorang umat Islam terhadap

utusan Allah, yang telah mengarahkan membimbingnya menuju jalan Allah

(jalan yang benar) serta pendidikan tentang bagaimana adab seseorang

terhadap para alim, auliyaillah, khususnya beliau ghautsu hadza zaman wa

a’wanihi radliyallahu ‘anhum, keduanya tercakup dalam prinsip lirrasul

birrasul dan lilghauts bilghauts.

Sebenarnya dapat ditafsili secara terperinci bahwa dalam kuliah

wahidiyah muatan akhlaknya antara lain:

1. Syukur

Syukur terima kasih atas segala nikmat pemberian Allah, baik

nikmat al-ijad – nikmat diwujudkan – maupun nikmatul imdad – nikmat

dipelihara –. Nikmat-nikmat lahiriyah dan batiniyah, nikmat materiil dan

nikmat spirituil, nikmat yang langsung dan nikmat yang tidak langsung,

nikmat umum dan nikmat khusus semua itu wajib kita syukuri.4

Hakikat syukur menurut para ahli ialah pengakuan terhadap nikmat

yang telah diberikan kepadanya yang dibuktikan dengan ketundukannya.5

Adapun caranya syukur, pertama harus menyadari dan merasa

mendapat nikmat. Kedua mengerti, mengetahui, menyadari siapa yang

3 Ibid., hlm. 151 4 Ibid, hlm. 152. 5 Thowil Ekhyar, The Secret of Sufi (Rahasia Sufi), (Semarang: CV Asy-Syifa’, 1992),

hlm. 54.

Page 13: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

108

memberi nikmat itu. Ketiga, syukur billisan dengan mengucapkan

“alhamdulillah” atau lainnya yang maksudnya mengutarakan rasa terima

kasih. Keempat, menggunakan nikmat tadi untuk perkara yang diridlai

oleh yang memberi nikmat.

الشكر صرف النعم فيما يرضى به املنعم

(syukur yaitu mengharapkan berbagai nikmat untuk hal yang diridlai oleh yang memberi nikmat).6

Rasa syukur harus disadari oleh rasa keikhlasan, tanpa mengharap

pamrih, misalkan saya akan bersyukur supaya mendapat tambahan nikmat

lagi, ungkapan seperti ini tidak boleh, merupakan su’ul adab. Sama saja

tidak ikhlas dan tidak qana’ah. Manusia itu harus selalu hati-hati dan

mawas diri. Sebagai hamba Allah yang dijadikan sebagai makhluk utama

dan mulia, maka jangan sampai lengah tidak sedikitpun bersyukur. Oleh

karena itu wahidiyah mengajarkan dan mendidik umat manusia untuk

selalu menerapkan prinsip tersebut, akan selalu ingat dan sadar bahwa

manusia itu tidak bisa apa-apa, semua gerak-geriknya itu dari Allah,

karena Allah-lah manusia bisa menikmati kehidupan alam ini.

2. Ikhlas.

Ikhlas arti bahasanya adalah ”murni”, tidak ada campuran

sedikitpun. Maksudnya, di dalam menjalankan amal ibadah apa saja

disertai dengan niat yang ikhlas tanpa pamrih apapun. Baik pamrih

ukhrowi lebih-lebih pamrih duniawi baik pamrih yang bersifat moral/batin

lebih-lebih pamrih dalam bentuk materiil.7

Dalam wahidiyah ikhlas dikategorikan dalam tiga tingkatan:

a. Ikhlasnya orang-orang yang ahli ibadah yang mengharap pahala, ingin

surga, takut neraka dan lain sebagainya (ikhlasul abidin).

6 K. Moh Jazuli Yusuf dkk., Kuliah Wahidiyah, op. cit., hlm. 153. 7 K. Moh Jazuli Yusuf dkk, Kuliah Wahidiyah, op. cit., hlm. 153.

Page 14: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

109

b. Ikhlasnya orang-orang beribadah karena Allah SWT tanpa pamrih

apapun, tetapi belum dijiwai billah (masih diaku) disebut ikhlasuz

zahidin.

c. Ikhlasnya orang (arifin) yang beramal hanya semata-mata karena Allah

dan untuk Allah serta benar-benar dijiwai billah.8

Ikhlas itu sangat besar pengaruhnya kepada segala amal ibadah,

segala perbuatan apa saja kalau tanpa didasari dengan rasa ikhlas sangat

kurang bermanfaat, dikatakan tidak hidup, mati sebagai bangkai yang

harus dikubur.

Wahidiyah mendidik anak agar memiliki rasa ikhlas melalui

latihan/tadrib pada saat mujahadah pengamalan shalawat wahidiyah

sebelum pelaksanaan amalan shalawat wahidiyah dan mujahadahnya,

pembina/pemimpin mujahadah memberi pengarahan serta mengajak anak

untuk menata hati masing-masing, merasa bahwa di hadapannya itu ada

Allah wa rasulihi SAW. Jadi pengamalan didasarkan pada kesadaran lillah

billah.

3. Sabar

Sabar merupakan ibadah batin yang tinggi nilainya dalam

pandanganm Allah. Sabar berarti menetapkan harapan (tujuan, perjumpaan

dan berjalan menggapai ridla Allah), hanya dapat terwujud apabila mampu

“menenggang atau bertoleransi dengan waktu.9 Sabar merupakan sikap

ketabahan dan daya yang sangat kuat dalam menerima beban ujian, cobaan

dan juga tantangan tidak kenal putus asa sedikitpun.

Sabar harus diisi dan dijiwai lillah billah seperti halnya ikhlas”, as-

shobru tarkus-shobri fis shobri” yakni billah, tidak merasa dapat sabar

sendiri.10 Semua itu sebab datangnya dari Allah. Sabar menjadi kunci

8 Dewan Penyiar Shalawat Wahidiyah Pusat, Materi Diklat Kader Pembina Kanak-kanak

Wahidiyah, (Kediri: BPKW, 1988), hlm. 36. 9 K. H. Toto Tasmara, Kecerdasan Ruhaniyah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001), Cet. I,

hlm. 30. 10 K. Moh Jazuli Yusuf dkk., Kuliah Wahidiyah, op. cit., hlm. 163.

Page 15: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

110

keselamatan dan penyangga untuk meraih bermacam-macam pertolongan,

taufik, hidayah dan perlindungan Allah SWT.

Dalam kuliah wahidiyah pembina memberi bimbingan terhadap

kanak-kanak agar membiasakan sikap sabar khususnya dalam mengikuti

rangkaian acara mujahadah dari awal acara sampai selesai, sabar menahan

godaan-godaan hawa nafsu khususnya ketika acara inti yaitu mujahadah

pengamalan shalawat wahidiyah.

4. Ridla

Ridla yakni merasa puas terhadap qadla’ dan qadar Allah, walau

bagaimanapun keadaannya.11 Dikatakan oleh ahli sufi bahwa ridla Allah

adalah tenangnya hati dalam menghadapi ketentuan-ketentuan Allah,

menyesuaikan rasa hati dengan apa yang diridlai Allah dan apa yang telah

dipilih oleh Allah.

Ridla Allah terbagi ke dalam dua macam ialah ridla dengan

(ketentuan yang telah diberikan) Allah dan ridla dari Allah. Ridla dalam

bentuk pertama adalah merupakan hasil usaha manusia dan ridla dari Allah

hanya merupakan karunia Allah.12

Ajaran wahidiyah tentang kesadaran lillah-billah salah satunya

mendidik seseorang untuk selalu ridla terhadap segala ketentuan Allah

dalam kehidupan sehari-hari, suatu ketika seseorang sedang ditimpa

musibah atau kesusahan seperti kehilangan suatu barang yang sangat

berharga atau yang sangat besar jumlahnya, sehingga menyebabkan

seseorang itu marah-marah dan putus asa seolah-olah tidak rela, di balik

ujian itu ada suatu hikmah, dan hal tersebut mungkin bagi Allah sebagai

pilihan terbaik, supaya seseorang itu selalu introspeksi diri, tidak

membangggakan diri dan lain sebagainya, oleh karena itu untuk melatih

agar selalu ridla terhadap ujian atau ketentuan yang diberikan oleh Allah,

maka ajaran wahidiyah menganjurkan untuk selalu menerapkan prinsip

kesadaran lillah billah di manapun berada, karena dengan menyadari akan

11 Ibid, hlm. 165. 12 Thawil Akhyar, op cit, hlm. 123.

Page 16: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

111

lillah billah isnya Allah akan selalu dijauhkan / terjaga dari sifat-sifat yang

jelek dan tercela. Sehingga akan selalu tertanam pada diri sendiri sifat

ridla. Seseorang yang selalu ridla otomatis hidupnya akan tenang dan

tenteram, selalu gembira, tidak mudah menyesal, menggerutu, tidak emosi

dan lain sebagainya.

5. Mahabbah

Mahabbah di sini berarti cinta, maksudnya cinta kepada Allah dan

Rasul SAW, cinta kepada para nabi dan mursalin dan juga kepada

malaikatul muqarrabin serta para waliyullah (kekasih Allah), ulama’,

umara’, kerabat dan lain sebagainya.

Seperti halnya yang dinamakan cinta / mahabbah itu selalu

mentaati dan mengikuti segala apa yang diperintahkan oleh seseorang

yang dicintai, menyenangi apa yang disenangi, selalu menyebut nama

yang dicintai serta selalu mengingat-ingat yang dicintai.

Dalam wahidiyah diajarkan untuk selalu bermujahadah

mengamalkan shalawat yang disebut shalawat wahidiyah, di dalamnya

terdapat lafadz-lafadz Allah wa Rasulihi SAW, permohonan ampun,

permohonan ilmu yang bermanfaat, rizki serta kesempurnaan nikmat dan

juga doa keselamatan bagi jami’al ‘alamin (semua yang ada di alam ini), fi

ad-dini wa ad-dunya wal-akhirah. Hal tersebut merupakan manifestasi

atau perwujudan dari rasa mahabbah kepada Allah, Rasul dan jami’al

‘alamin. Secara tidak langsung wahidiyah memberi pendidikan akhlak

tersebut melalui mujahadah terhadap amalan shalawat wahidiyah.

Dikatakan oleh mu’allif shalawat wahidiyah bahwa :

احملبة أن ب كلك يف احملبوب

“Mahabbah (cinta yang sejati) yaitu apabila engkau menjadi lebur ke dalam yang engkau cintai”13

13 K. Moh Jazuli Yusuf dkk, Kuliah Wahidiyah, op cit., hlm. 175.

Page 17: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

112

6. Husnudh-dhan

Husnudh-dhan merupakan sebagian akhlak berbaik sangka. Hal ini

ditujukan kepada Allah wa Rasulihi SAW, kepada semua makhluk pada

umumnya. Kepada Allah tidak hanya husnudh-dhan, bahkan harus husnul

yaqin, karena keduanya merupakan kunci berbagai gudang hikmah,

tangkai bermacam-macam faedah dan juga menjadi sumber berbagai

macam manfaat dan maslahah. Disebutkan dalam surat an-Nisa’ ayat 78,

yang berbunyi:

قل كل من عند اهللا

“Katakanlah! Semuanya itu dari sisi Allah”(QS. An-Nisa’:78).14

Jadi segala sesuatu yang datang itu dari Allah. Kalau selalu

husnudh-dhan kepada Allah, maka Allah akan memberikan sesuatu yang

terbaik. Kalau manusia selalu su’udh-dhan (berburuk sangka) maka

sesuatu yang buruk akan menimpanya juga.

14 Soenarjo, al-Qur’an dan Terjemahnya, op. cit, hlm. 132.

Page 18: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

113

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah terselesaikannya pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka

penulis berhasil mendapatkan kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi ini.

Berdasarkan data-data dan bahasan masing-masing bab dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pelaksanaan kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah

dilakukan secara berjamaah oleh kanak-kanak wahidiyah sedesa dalam

waktu satu minggu sekali dan berlangsung di mushalla masing-masing

desa di kecamatan Balen. Desa Margomulyo di mushalla at-Tahdzib, Desa

Kedungbondo di mushalla Darussalam, Desa Kedungdowo I di mushalla

al-Barokah, Desa Kedungdowo II di mushalla Darul Muttaqin, Desa

Pilanggede di mushalla al-Mujahidin dan Desa Bulu di mushalla Nurul

Huda. Pelaksanaan mujahadah tersebut dipenuhi dengan serangkaian acara

di antaranya yaitu pembukaan, pembacaan ayat suci al-Qur’an,

muqaddimah shalawat wahidiyah, tahlil, prakata panitia beserta sambutan-

sambutan, puisi/deklamasi wahidiyah, kuliah wahidiyah beserta

mujahadah pengamalan shalawat wahidiyah dan terakhir penutup/nida’.

Dari setiap rangkaian acara tersebut petugasnya adalah peserta kanak-

kanak baik putra maupun putri, kecuali acara kuliah wahidiyah di isi oleh

pembina kanak-kanak wahidiyah.

2. Aspek-aspek pendidikan akhlak bagi anak yang terdapat dalam kegiatan

mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah, di antaranya; pendidikan

akhlak anak kepada Allah meliputi akhlak mahabbah/cinta, tasyakur dan

akhlak khusyu’ serta tadlarru’. Selanjutnya nilai pendidikan akhlak anak

kepada Rasulullah SAW seperti mengikuti sunnah-sunnahnya,

menyanjungkan / mengucapkan shalawat dan salam dengan shalawat

wahidiyah kemudian pendidikan akhlak anak kepada pemimpin (ghauts)

113

Page 19: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

114

yaitu dengan selalu ta’dzim, hormat dan mengucapkan salam barakah

kepadanya. Selain itu juga terdapat nilai pendidikan akhlak anak kepada

kedua orang tua yakni dengan selalu mendoakannya ketika acara tahlil

mujahadah pengamalan shalawat wahidiyah dan menyenangkan hati

keduanya serta pendidikan akhlak anak kepada sesama saudara (orang

lain) seperti berbuat baik dengan cara mendoakan mereka melalui

mujahadah tersebut dan juga akhlak pada diri sendiri seperti sifat syaja’ah,

sabar dan tawadlu’, al-amanah dan sifat dermawan serta qawam (hemat).

B. Saran-saran

Sebagai rasa solidaritas, mengingat akan pentingnya pendidikan akhlak

bagi anak-anak, maka penulis berusaha mengajukan berbagai saran demi

terlaksananya proses penanaman nilai-nilai pendidikan akhlak pada kegiatan

mujahadah tersebut, dengan baik dan istiqamah.

1. Begitu penting dan utamanya pendidikan akhlak bagi anak hendaknya

tidak hanya melalui institusi-institusi diniyah, kegiatan rutinitas dalam

lingkungan sosial, namun bimbingan perhatian serta didikan dari orang tua

di lingkungan keluarga merupakan kunci utama untuk membentuk pribadi

anak yang berakhlakul karimah.

2. Untuk mencapai proses penanaman nilai-nilai akhlak pada jiwa anak yang

lebih optimal, perlu dukungan dari berbagai pihak, baik dari orang tua,

masyarakat sekitar dan pendidik/pembina khususnya dengan

mempertahankan serta meningkatkan akhlak prilakunya karena sebagai

suri tauladan yang akan ditiru segala tingkah lakunya oleh si anak.

3. Dalam pelaksanaan kegiatan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah,

hendaknya selalu diistiqamahkan dan ditingkatkan khususnya dari

pembina hendaknya selalu mengarahkan, memotivasi anak serta mengajak

kanak-kanak untuk selalu menanamkan nilai-nilai akhlak yang baik pada

jiwa/hatinya

4. Perjuangan wahidiyah menuju kesadaran fafirru ilallahi wa rasulihi SAW

sangat dinanti-nantikan oleh semua umat, oleh karena itu melalui

Page 20: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

115

pelaksanaan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah yang penuh

dengan nilai-nilai pendidikan akhlaknya, diperlukan arahan, bimbingan

dari pembina pusat seperti dewan pengurus, pimpinan pusat wahidiyah.

5. Hendaknya dari pemerintah dalam hal ini departemen agama dapat

senantiasa menjadi sumbangsih (pengayom) bagi institusi-institusi atau

majlis-majlis diniyah atau perhatian khusus agar nantinya proses

pelaksanaan pendidikan/penanaman nilai akhlak terhadap anak-anak dapat

berlangsung secara efektif

C. Penutup

Dengan sujud syukur dan lafadz alhamdulillahi rabbil alamin penulis

ucapkan kehadirat Allah SWT sanjungan shalawat dan salam semoga dapat

tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan shalawat salam barakah

penulis ucapkan kepada auliya’illah khususnya ghautsu hadzazzaman r.a

karena berkat rahmat, taufik, hidayah, inayah Allah SWT syafaat Rasulullah

SAW serta berkat jasa dan bimbingan dan jangkauan doa restu dari Ghautsu

hadzazzaman r.a akhirnya penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu proses pelaksanaan dan tugas akademik ini, dari awal hingga akhir

khususnya Bpk. Drs. H. Mat sholikhin M.Ag yang selalu telaten membimbing

penulis sampai selesai, semoga segala bantuan dan bimbingannya

mendapatkan balasan yang lebih baik dan menjadi amal saleh di sisi Allah

SWT.

Penulis juga menyadari meskipun telah berusaha semaksimal mungkin,

namun kekurangan dan kesalahan terletak pada diri setiap insan. Untuk itu

penulis selalu mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak, demi

kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya hanya kepada Engkaulah ya Allah hamba

memohon pertolongan semoga skripsi ini membuahkan manfaat bagi penulis

khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Amien.

Page 21: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

116

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasi, M. Athiyah, Ruh at-Tarbiyah wa at-Ta’lim, (Beirut: Dar ihya’ al- Kutub al-Arabiyah, tt.

Al-Ghulayaini, Musthafa, Idzhah an-Nasyi’in, Pekalongan: Raja Murah, tt.

Al-Quzwini, Abi Abdillah Muhammad bin Yazid, Sunan Ibnu Majah, Juz II, Semarang: CV. Toha Putra, tt.

Al-Syaibani, Omar Muhammad Al-Toumy, Falsafah Pendidikan Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1979, cet. I.

Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), Jakarta: Bulan Bintang, tt.

Ancok, Jamaluddin, Upaya Pembinaan Akhlak dalam Keluarga, Sekolah dan Masyarakat, dalam Rama Furqona (ed.), “Pendidikan Agama dan Akhlak Bagi Anak dan Remaja”, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002, Cet. I.

Annadliroh, Arhmy, (terj.), Washaya al Abaak, Jakarta: Gema Insani Press, 1990, cet. IV.

An-Nahlawi, Abdur Rahman, Pendidikan Islam di Rumah Sekolah dan Masyarakat, Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

An-Naisabury, Abul Qasim Al-Qusyairy, “Risalatul Qusyairiyah”, terj. Hakim, Mohammad Luqman Hakim, Surabaya: Risalah Gusti, 2001, cet. V.

Arsip/Dokumen Kegiatan Mujahadah Usbuiyah Kanak-kanak Wahidiyah Musalla at-Tahdzib desa Margomulyo.

Arsip/Dokumen Mujahadah Usbuiyah Kanak-kanak Wahidiyah Musalla al-Mujahidin desa Pilanggede.

Asmaran, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1994.

Badan Pembina Kanak-kanak Wahidiyah, Panduan Pembinaan Kanak-Kanak Wahidiyah, Jombang: DPP PSW, 2004.

Bukhari, Sidi Ibrahim, Etika dan Akhlak Jalan Terus, dalam majalah Hidayah, edisi 29, Jakarta: Redaksi majalah Hidayah, 2003.

Donald, J. Mc Frederick, Educational Psychology, First printing (Asian Text Edition), California: Wadsworth Publishing Company INC, 1959.

Page 22: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

117

Data Mujahadah Usbuiyah Kanak-kanak Wahidiyah Desa Pilanggede dan Kedungbondo Kecamatan Balen Bojonegoro.

Departemen Pendidikan Nasional, Ensiklopedi Islam I ABA-FAR, Jakarta: PT Ichtiar Baru Van Houve, 1993, Cet. I

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.

Dewan Penyiar Shalawat Wahidiyah Pusat, Materi Diklat Kader Pembina Kanak-kanak Wahidiyah, Kediri: BPKW, 1988.

Dewan Pimpinan Pusat, Materi Pembinaan Kader Wahidiyah, Kediri: Penyiar Shalawat Wahidiyah Pusat, 1982.

Djatniko, Rakhmat, Pola Hidup Muslim; Thoharoh, Ibadah dan Akhlak, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1991, cet. I.

_______________, Sistem Etika Islam (Akhlak Mulia), Jakarta: Pustaka Panjimas, 1996.

Dokumen/Arsip kegiatan Mujahadah Usbuiyah Kanak-kanak Wahidiyah Musalla at-Tahdzib desa Margomulyo

Dokumen/arsip pelaksanaan mujahadah usbuiyah kanak-kanak wahidiyah desa Pilanggede, desa Margomulyo dan Kedungbondo

DP PSW Pusat, Kuliyah Wahidiyah, Kediri: DPP PSW, 1983, Cet IX.

_______________, Materi Diklat Kader Pembina Kanak-kanak Wahidiyah, Kediri: BPKW Pusat, 1988.

_______________, Materi Pembinaan Kader Wahidiyah, Kediri: PSW Pusat, 1982.

_______________, Panduan Pembinaan Kanak-kanak Wahidiyah, Jombang: BPKW, 2004.

_______________, Pedoman Pokok-Pokok Ajaran Wahidiyah, Kediri: DPP PSW, tt.

Ekhyar, Thowil, The Secret of Sufi (Rahasia Sufi), Semarang: CV Asy-Syifa’, 1992.

Fachruddin HS., Membentuk Moral, Jakarta: Bina Aksara, 1985, cet I.

Ghazali, Imam, Ihya’ Ulum ad-Din, juz III, Beirut: Daru Ihya’ al-Kutub al-’Arabiyah , tt.

Page 23: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

118

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta, Andi Offset, 2002, cet 27.

Haditono, Siti Rahayu, Psikologi Perkembangan, Yogyakarta GMU Press, 1984.

Hakim, Atang Abdul dan Jaih Mubarok, Metodologi studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999, cet. I.

Hamka, Akhlakul Karimah, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1992, cet. I.

Hatim, Azhari, (terj), Menyucikan Jiwa, Surabaya: Rislah Gusti, 1999, cet. V.

Hurlock, Elizabeth, Psikologi Perkembangan, t.tp., Erlangga, 1999, cet VII.

Ihsan, Fuad, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 2001, cet. II.

Ismail, SM dan Laeliyah., Pemikiran al-Ghazali, Dalam Jurnal pendidikan Islam, Volume 13, Nomor 2 Oktober 2004.

Jalaluddin, Mempersiapkan anak Shaleh, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000, cet III.

K. Moh Jazuli Yusuf dkk., Kuliah Wahidiyah, Kediri: Penyiar Shalawat Wahidiyah Pusat, 1981.

Mahmud, Ali Abdul Halim, Tarbiyah Khuluqiyah, Solo: Media Insani Press, 2003, cet. I.

Masyhur, Kahar, Membina Moral dan Akhlak, Jakarta: Kalam Mulia, 1987, cet. II.

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001, cet. I.

Muhyiddin, J. (terj), Etika al-Ghazali, Bandung: Pustaka, 1988, cet. I.

Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakir, Nuansa-nuansa psikologi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001, cet I.

Musthofa, A. , Akhlak Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 1999, cet. II.

Nasution, Metode Research Penelitian Ilmiah, Edisi I, Jakarta: Bumi Aksara, 2001, cet IV.

Nata, Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997, cet. II.

Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan anak Pra sekolah, Jakarta: PT Rineka Cipta, tt.

Rifai, Mohammad, Pembina Pribadi Muslim, Semarang: CV Wicaksana, 1993, cet. I.

Page 24: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

119

Sadeli, Sukanda, Bimbingan Akhlak Yang Mulia, Surabaya: Yayasan Pendidikan Islam Amal Shaleh, tt.

Sanusi, Ruhan, Risalah Penjelasan Mengenai Shalawat Wahidiyah dan Penjelasannya, Kediri: PSWP, tt.

Shihab, Quraish, Wawasan al-Qur’an, Bandung: Mizan, 2000, cet. X.

Soenarjo, Al-Qur’an dan terjemahnya, Semarang: CV Toha Putra, 1989.

Subagyo, Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997, cet II.

Sumanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, Cet III.

Supadie, Didiek Ahmad (ed.), Studi Islam I, Semarang: Unissula Press, 2002.

Surahmad, Winarno, PengantarPenelitian Ilmiah, Dasar Metode Teknik, Edisi 8, Bandung: Tarsito, 1998.

Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 1998, cet. II.

_______________, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004, cet. XII.

Syukur, Amin, Studi Islam, Semarang: Bima Sejati, 2003, cet. VI.

Tahmid, Ainur Rafiq Shaleh, Mensucikan Jiwa; Konsep Tazkiyatun Nafs Terpadu, Jakarta: Robbani Press, 2000, cet. III.

Tasmara, Toto, Kecerdasan Ruhaniyah, Jakarta: Gema Insani Press, 2001.

Thaha, M. Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar Offset, 1996, Cet. I.

Ulwan, Abdullah Nasih, Pendidikan Anak Dalam Islam, juz II, Jakarta: Pustaka Amani, 1999.

Umarie, Barmawie, Materia Akhlak, Solo: Ramadhan, 1995, cet XII.

Ya’kub, Hamzah, Etika Islam, Bandung: CV Diponegoro, 1993, cet. VI.

Yulis, Rama, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta; Kalam Mutiara, 1994, cet. I.

Yulis, Rama, Pendidikan Islam Dalam Rumah Tangga, Jakarta: Radar Jaya Offset, 2001.

Page 25: BAB IV ANALISIS TENTANG NILAI-NILAI PENDIDIKAN …library.walisongo.ac.id/...gdl-s1-2005-nurlailyfa-481-Bab4_5_3-4.pdf · SWT dalam amalan shalawat wahidiyah pada saat sampainya acara

120

Yunus, Mahmud, Pokok-pokok Pendidikan dan Pengajaran, Jakarta: PT Hida Karya Agung, 1978, cet. II.

Yusuf, Moh. Jazuli, dkk., Kuliyah Wahidiyah, Kediri: DPP PSW, 1993, Cet. III.

Yusuf, Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2000, cet I.