25
27 BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA 4.1. Stratigrafi Batubara Lapisan batubara yang tersebar wilayah Banko Tengah Blok Niru memiliki 3 group lapisan batubara utama yaitu : lapisan batubara A, lapisan batubara B dan lapisan Batubara C. Hal yang spesifik di daerah ini lapisan batubara mengalami percabangan yang cukup intensif disebabkan oleh perubahan fasies satuan batuan selama proses pengendapan. Stratigrafi batubara pada daerah penelitian ditentukan dengan cara melakukan korelasi data electric loging. Data electric loging yang tersedia terdiri dari 3 yaitu, data gamma ray, LS density dan log caliper. Korelasi yang digunakan adalah lithostratigrafi. Korelasi data electric loging (gambar IV.1, IV.2, IV.3, dan IV.4) pada daerah penelitian menggunakan lithostratigrafi. Pertama-tama dibedakan antara batubara dan batuan yang bukan batubara dari karakteristik log gamma ray dan densitas. Batubara ditunjukkan oleh nilai gamma ray dan densitas yang sangat rendah. Setelah itu dilakukan penentuan marker batubara. Pada daerah penelitian terdapat marker yang dikenal sebagai Suban Marker, yaitu lapisan batubara tipis yang umumnya muncul di atas lapisan batubara B1. Setelah marker ditemukan, maka marker dijadikan sebagai datum korelasi. Selanjutnya menghubungkan lapisan batubara yang tertebal yaitu lapisan batubara B1 dan C, yang memiliki posisi di bawah Suban Marker. Setelah itu baru dilakukan korelasi lapisan batubara A1U, A1L, B2U dan B2L. Secara stratigrafi lapisan batubara terbawah adalah lapisan batubara C atau biasa dikenal sebagai lapisan batubaraPetai. Percabangan mulai terjadi ketika lapisan batubara C berada di sebelah Timur (gamabr IV.1 dan IV.4). Lapisan batubara C ini mengalami percabangan menjadi 2 lapisan yaitu C1

BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA 4.1. … · Open Cut dari software Minescape akan menggunakan tahapan berikut : 9 Penghitungan luas area batubara per blok; luas area yang dihitung

Embed Size (px)

Citation preview

27

BAB IV ANALISA SUMBER DAYA BATUBARA

4.1. Stratigrafi Batubara

Lapisan batubara yang tersebar wilayah Banko Tengah Blok Niru

memiliki 3 group lapisan batubara utama yaitu : lapisan batubara A, lapisan

batubara B dan lapisan Batubara C. Hal yang spesifik di daerah ini lapisan

batubara mengalami percabangan yang cukup intensif disebabkan oleh

perubahan fasies satuan batuan selama proses pengendapan.

Stratigrafi batubara pada daerah penelitian ditentukan dengan cara

melakukan korelasi data electric loging. Data electric loging yang tersedia

terdiri dari 3 yaitu, data gamma ray, LS density dan log caliper. Korelasi yang

digunakan adalah lithostratigrafi.

Korelasi data electric loging (gambar IV.1, IV.2, IV.3, dan IV.4) pada

daerah penelitian menggunakan lithostratigrafi. Pertama-tama dibedakan

antara batubara dan batuan yang bukan batubara dari karakteristik log gamma

ray dan densitas. Batubara ditunjukkan oleh nilai gamma ray dan densitas

yang sangat rendah. Setelah itu dilakukan penentuan marker batubara. Pada

daerah penelitian terdapat marker yang dikenal sebagai Suban Marker, yaitu

lapisan batubara tipis yang umumnya muncul di atas lapisan batubara B1.

Setelah marker ditemukan, maka marker dijadikan sebagai datum korelasi.

Selanjutnya menghubungkan lapisan batubara yang tertebal yaitu lapisan

batubara B1 dan C, yang memiliki posisi di bawah Suban Marker. Setelah itu

baru dilakukan korelasi lapisan batubara A1U, A1L, B2U dan B2L.

Secara stratigrafi lapisan batubara terbawah adalah lapisan batubara C

atau biasa dikenal sebagai lapisan batubaraPetai. Percabangan mulai terjadi

ketika lapisan batubara C berada di sebelah Timur (gamabr IV.1 dan IV.4).

Lapisan batubara C ini mengalami percabangan menjadi 2 lapisan yaitu C1

28

dan C2, total rata-rata tebal lapisan C ini ±12,28 m sedangkan tebal

percabangan berkisar ±2-7 meter.

Di atas lapisan batubara C ini terdapat lapisan batubara B dengan tebal

interburden berkisar ±40 m dominan tersusun oleh perselingan batupasir

dengan batulanau. Lapisan batubara B ini terbagi menjadi 2 sub-lapisan B1

dan B2. Total tebal lapisan, B1 ±12,68 m dan B2. Sub-lapisan B2 ini terpecah

menjadi B2U (upper) 1,52 m dan B2L (lower) ±2,58 m,

Di atas lapisan batubara B terdapat lapisan batubara A2 dengan tebal

interburden berkisar 25 m dominan tersusun oleh perselingan batu lanau dan

batu lempung. Lapisan batubara A2 ini terbagi menjadi 2 sub-lapisan yaitu

lapisan A2U (upper) dan A2L (lower) dengan tebal rata-rata ±2,66 m dan

±5,33 m.

Kemudian lapisan batubara paling atas adalah lapisan A1 dengan tebal

interburden dari A2 sekitar 20 m dominan tersusun oleh batupasir kasar

hingga mendium dengan sisipan batulempung dan batulanau. Seperti lapisan

batubara di bawahnya lapisan ini juga mengalami percabangan menjadi A1U

(upper) dan A1L (lower) dengan tebal masing-masing ±6,57 m dan ±1,26 m

(Gambar IV.5).

29

Gambar IV.5 Stratigrafi batubara Banko Tengah Blok Niru, Sumatra Selatan

4.2. Estimasi Sumber daya

4.2.1. Klasifikasi Sumber daya

Klasifikasi sumber daya dan sumber daya batubara yang dihitung

didasarkan atas tingkat kondisi geologi dan kajian kelayakan, yang

mengandung aspek geologi dan ekonomi. Sumber daya yang dihitung

berdasarkan ketentuan dari USGS yang telah dimodifikasi oleh PT. Bukit

Asam (Gambar IV.6). Perhitungan ini menunjukkan jumlah batubara yang

dihitung berdasarkan data yang memenuhi parameter yang telah ditentukan

Modifikasi dari standar USGS yang diterapkan di PTBA adalah sbb :

30

Gambar IV.6 Klasifikasi USGS yang diterapkan di PTBA

Klasifikasi ini menunjukkan bahwa PTBA hanya akan melakukan

perhitungan pada sumber daya terukur dan terindikasi yang memiliki

kepastian geologi baik dan menengah. Selain dasar klasifikasi USGS di atas

yang telah dimodifikasi, terdapat beberapa parameter yang digunakan di

dalam perhitungan sumber daya batubara yang akan digunakan di dalam studi

daerah penelitian ini yang berupa :

31

- Batas bagian barat adalah S.Lengi dan batas bagian timur adalah S.

Niru

- Ketebalan minimum batubara 1 meter

- Kedalaman batubara minus 150 m dari permukaan tanah

Sesuai USGS 1986, untuk rank kualitas batubara jenis Lignit batas

kedalaman yang masih realistis adalah 150 m

- Spesific gravity 1,3 ton/m3

- Ketebalan parting minimum 30 cm

Perhitungan sumber daya batubara dilakukan dengan metoda Circular

USGS-83; dimna daerah dalam radius 0-400 m merupakan daerah

penghitungan sumber daya terukur, daerah dalam radius 400-800 m

merupakan daerah sumber daya terindikasi.

Dalam menentukan jumlah sumber daya, digunakan aplikasi modul

Open Cut dari software Minescape akan menggunakan tahapan berikut :

Penghitungan luas area batubara per blok; luas area yang dihitung

merupakan luas area yang memiliki seam batubara

Penghitungan volume batubara per blok; luas areal tersebut akan

dikalikan dengan ketebalan sebenarnya dari seam batubara sehingga

didapat volume seam batubara per blok.

Penghitungan berat batubara per blok; volume batubara per blok akan

dikalikan denagn densitas relatif per blok.

32

Perhitungan sumber daya yang sesuai dengan parameter diatas adalah sebagai

berikut:

LAPISAN TERUKUR (Ton) TERINDIKASI (Ton) BATUBARA

A1L 1520,9282 53101,33192 A1U 21350,32262 8570,500037 A2L 6167,702155 13733,49573 A2U 9608,224545 3022,874808 B1 113767,1384 155407,1183

B2L 6879,744693 8169,354112 B2U 6147,725901 12419,93736

C 51740,19641 70101,3484 TOTAL 217181,9829 324525,9606

Terukur : 217.181,9829 Ton

Terindikasi : 324.525,9606 Ton

SUMBER DAYA : 541.510,4015 Ton

4.2.2. Pembatasan Sumber daya

Perhitungan sumber daya batubara selain dibatasi oleh parameter-

parameter yang telah disinggung sebelumnya, akan tetapi juga memiliki

batasan-batasan lain yang sesuai dengan kondisi lokal. Batasan yang akan

dibahas dalam studi ini adalah batasan mengenai penggunaan lahan. Pada

daerah penelitian terdapat batasan-batasan penggunaaan lahan yang berupa

lahan sungai (S.Niru dan S. Lengi) dan juga lahan kelapa sawit (PT.

Sawindo).

S. Niru dan S. Lengi merupakan sungai-sungai utama yang digunakan

oleh penduduk sebagai sumber air, oleh karena itu penambangan tidak dapat

memindahkan atau merusak sumber daya alam yang memengaruhi hajat hidup

33

orang banyak. Alasan lainnya adalah potensi bahaya yang ditimbulkan apabila

dilakukan penambangan, seperti pembanjiran tambang, bahaya subsiden, dll.

Daerah aliran sungai yang merupakan batasan penggunaan lahan, akan

memengaruhi jumlah sumber daya batubara yang sebenarnya bisa

dieksploitasi. Perhitungan sumber daya dengan memasukkan faktor ini perlu

dilakukan untuk memberikan nilai sumber daya yang mendekati kenyataan.

Hasil perhitungan dengan memperhitungkan aspek daerah aliran sungai

memberikan hasil :

LAPISAN TERUKUR (Ton) TERINDIKASI (Ton) BATUBARA

A1U 20403,03448 6647,775485 A1L 1382,684742 52645,60908 A2U 8655,839077 2251,199014 A2L 5346,381944 13648,88392 B1 94843,64283 146676,7694

B2U 4194,750398 12044,33338 B2L 4646,830351 7471,202235

C 34598,0523 64468,0905 TOTAL 174071,2161 305853,863

Terukur : 174.071,2161 Ton

Terindikasi : 305.853,863 Ton

SUMBER DAYA : 479.925,0791 Ton

Faktor lain yang akan memengaruhi nilai sumber daya adalah

negosiasi yang dapat dilakukan dengan PT. Sawindo. PT. Sawindo merupakan

pemegang kontrak penggunaan lahan hutan (penanaman kelapa sawit).

Sampai saat ini negosiasi PTBA dengan PT. Sawindo berlangsung kurang

baik, oleh karena itu dengan memperhitungan skenario terburuk, dilakukan

juga perhitungan sumber daya dengan mengurangi sumber daya batubara yang

34

ada pada lahan milik P.T Sawindo. Hasil perhitungan dengan

memperhitungkan lahan milik PT. Sawindo memberikan hasil :

LAPISAN TERUKUR (Ton)

TERINDIKASI (Ton) BATUBARA

A1U 16171,70108 3758,043211 A1L 827,0329237 51686,51451 A2U 6669,241256 707,8474274 A2L 3707,55303 13351,89899 B1 58437,13911 135707,811

B2U 1043,377273 10952,47902 B2L 1494,461275 5072,815151

C 4101,981218 55235,06802 TOTAL 92452,48717 276472,4773

Terukur : 92.452,48717 Ton

Terindikasi : 276.472,4773 Ton

SUMBER DAYA : 368.924,96447 Ton

4.3. Kualitas Batubara

4.3.1. Inherent Moisture (IM)

Inherent Moisture adalah air yang berada di dalam pori batubara yang

tidak dapat hilang apabila dikeringkan dalam kondisi standar. Kadar inherent

Moisture didapat dari perbandingan berat antara berat air yang diketahui setelah

batubara dikeringkan hingga mencapai kesetimbangan dengan nitrogen pada

temperatur dibawah kondisi standar temperatur dan kelembapan udara dengan

batubara dalam basis ‘air dried’. Batubara kemudian berada dalam basis “dry”.

Inherent moisture secara fisik berada di dalam struktur internal pori

batubara dan memiliki tekanan vapour yang lebih rendah daripada normal.

Inherent moisture tidak sensitif terhadap kondisi atmosfer. Inherent moisture

sering dianggap karakteristik awal batubara, dan basis ini sering dgunakan di

35

dalam mengukur beberapa parameter. Kandungan inherent moisture bertambah

seiring penurunan kualitas batubara, secara berurutan :

PERINGKAT BATUBARA INHERENT MOISTURE

Antrasit 1-2%

Low volatile bituminous coals 1-4%

High volatile bituminous coals 5-10%

lignite >10%

Tabel IV.1 Jenis batubara berdasarkan nilai IM (basis dry)

Tabel IV.1 menunjukkan kriteria peringkat batubara berdasarkan kadar

inherent moisture pada batubara, yang akan digunakan untuk mengidentifikasi

peringkat batubara pada lapisan batubara di daerah penelitian. Secara umum

nilai IM tertinggi (Gambar IV.2 dan IV.3) dimiliki oleh lapisan batubara B1

(18,04 %) dan nilai terendah berada pada lapisan batubara A1L (14,58 %), dan

nilai rata-rata IM keseluruhan adalah 15,93 %. Jenis batubara apabila

diklasifikasikan menurut kandungan Inherent Moisture menunjukkan jenis

lignite, pada setiap lapisan batubara di daerah penelitian.

Gambar IV.7 menunjukkan bahwa distribusi kadar IM dalam daerah

penelitian mengikuti distribusi normal. Sebagian besar conto dari seluruh

lapisan batubara berada di kisaran kadar 15-19%.

36

NO LAPISAN BATUBARA

KISARAN KADAR INHERENT MOISTURE

RATA-RATA

JENIS BATUBARA

1 A1U 12,90 - 16,79 15,09 lignite 2 A1L 12,95 - 18,67 14,58 lignite 3 A2U 14,33 - 16,68 15,27 lignite 4 A2L 14,81 - 15,53 15,16 lignite 5 B1 17,62 - 20,35 18,04 lignite 6 B2U 15,45 - 20,10 17,21 lignite 7 B2L 13,47 - 16,53 14,94 lignite 10 C 15,20 - 18,48 16,77 lignite

Tabel IV.2 Nilai Inherent Moisture pada tiap lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

Histogram IM

02468

1012141618

11 13 15 17 19 21 More

Freq

uenc

y

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

FrequencyCumulative %

Gambar IV.7 Histogram Inherent Moisture lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

37

IM

Mean 15,943947Standard Error 0,27460922Median 15,5405452Mode 16,5336852Standard Deviation 2,01795738Sample Variance 4,07215197Kurtosis -0,1247286Skewness 0,29079217Range 9,07904844Minimum 11,773968Maximum 20,8530164Sum 860,973138Count 54

Tabel IV.3 Statistik Inherent Moisture lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

4.3.2. Abu (Ash)

Kandungan abu (ash) adalah residu inorganik yang tersisa setelah

dilakukan pembakaran hingga menjadi abu dan pengukurannya merupakan

standar analisa proksimat. Dalam prakteknya terminologi abu dan mineral

matter terkadang membingungkan, sebagai contoh, dengan perhitungan

parameter kualitas yang menggunakan terminologi dry mineral matter free

(dmmf) dan dry ash free (daf), menghasilkan perbedaaa yang sangat kecil,

umumnya kurang dari 10 %.

Pada umumnya abu digunakan untuk menjelaskan karakteristik umum

batubara, sedangkan mineral matter berkorelasi dengan karakteristik raw

batubara, specific gravity, hardgrove dan abrasive indices di dalam preparasi

batubara.

Gambar IV.8 menunjukkan bahwa distribusi kadar abu dalam daerah

penelitian memiliki distribusi yang condong ke arah kanan. Sebagian besar

38

conto dari seluruh lapisan batubara berada di kisaran kadar 10-15%. Kadar abu

dipengaruhi oleh kondisi penggambutan.

NO LAPISAN BATUBARA

KISARAN KADAR ABU (%)

RATA-RATA (%)

1 A1U 9,89 - 14,13 11,99 2 A1L 24,05 - 30,72 25,24 3 A2U 13,61 - 14,76 15,2 4 A2L 5,55 - 5,95 5,76 5 B1 5,35 - 7,70 6,18 6 B2U 7,28 - 17,28 11,5 7 B2L 19,54 - 28,77 24,58 10 C 7,23 - 9,10 7,86

Tabel IV.4 Nilai kadar abu pada setiap lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan (basis dry ash free)

Histogram ASH

0

5

10

15

20

25

5 10 15 20 25 30 35 More

Freq

uenc

y

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

FrequencyCumulative %

Gambar IV.8 Histogram Abu lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru, Sumatra

Selatan

39

ASH

Mean 14,1432112Standard Error 1,07406478Median 11,9618767Mode 26,0191315Standard Deviation 7,89273199Sample Variance 62,2952183Kurtosis -0,8467153Skewness 0,66357261Range 25,3715726Minimum 5,34705552Maximum 30,7186281Sum 763,733407Count 54

Tabel IV.5 Statistik abu lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru, Sumatra Selatan

Kadar abu (Tabel IV.4 dan IV.5) berkisar antara 5,35% - 28,77% dengan

kandungan abu tertinggi pada lapisan batubaraA1L (25,24 %) dan terendah

pada lapisan batubara A2L (5,76%). Kondisi ini memperlihatkan kandungan

abu yang bervariasi, beberapa lapisan batubara dengan kandungan yang rendah

(C, B1, A2L), menengah (B2U, A2U, dan A1U), dan tinggi ( B2L, dan A1L).

4.3.3. Nilai Kalori (CV)

Nilai kalori dari batubara dapat dianggap sebagai jumlah dari panas yang

dihasilkan oleh pembakaran dari material yang dapat terbakar, yaitu karbon,

hidrogen dan sulfur.

Nilai kalori diukur dengan membakar conto , umumnya air dried, dalam

kalorimeter, dan menghitung total panas yang dibebaskan setelah sistem

kembali mendekati temperature ambient. Nilai yang diukur adalah nilai kalori

gross (dalam volume konstan). Tabel IV.6 memberikan ilustrasi nilai kalori

gross untuk beberapa batubara, yang dikalkulasikan dalam berbagai basis.

40

Nilai kalori gross mewakili total panas batubara ketika diukur dengan

metode standar ketika seluruh produk pembakaran kembali ke temperatur

ruangan.

LIGNITE

(MJ/Kg)

BITUMINOUS

COAL (MJ/Kg)

ANTRASIT

(MJ/Kg)

Total moisture (as received) %

Inherent moisture (air dried)%

Mineral matter (air dried)%

Volatile matter (air dried)%

Hydrogen (dmmf)%

Oksigen (dmmf)%

30

20

8

50

5.5

23

12

8

8

35

5

12

8

3

8

25

4.5

5

4

1

8

5

3

1.5

Gross Calorivic Value dalam volume konstan

(dmmf)

(dry)

(Air dried)

(as received)

27

24.84

19.44

17.01

31

28.52

26.04

24.91

35

32.2

31.33

29.72

36

33.12

32.76

31.77

Net Calorivic Value dalam tekanan konstan

(air dried)

18.10 24.95 30.4 32.16

Pengurangan dalam GCV ke NCV (air dried)

dalam % GCV

6.89 4.19 2.97 1.83

Tabel IV.6 Klasifikasi jenis batubara didasarkan nilai kalori

Tabel IV.7 dan IV.8 menunjukkan nilai kalori batubara berada secara

keseluruhan berada dalam kisaran 4180,3 Kkal/Kg - 5605,29 Kkal/Kg dengan

nilai tertinggi pada lapisan batubara A2L (5605,29 Kkal/Kg) dan terendah pada

lapisan batubaraB2L (4128,7 Kkal/Kg) dengan nilai dominan< 4700 Kkal/Kg.

Klasifikasi dengan acuan kandungan nilai kalori ini menunjukkan jenis batubara

lignite dan sub-bituminous.

41

Distribusi data pada histogram nilai kalori (Gambar IV.9) menunjukkan

frekuensi yang sangat tinggi di sebelah kanan dan terlihat sedikit kenaikan juga

di sebelah kiri. Hal ini disebabkan oleh pengaruh kadar sulfur, abu, dan tingkat

pembatubaran. Pada bab selanjutnya hal ini akan dijelaskan dengan lebih

mendalam.

NO LAPISAN BATUBARA

KISARAN NILAI KALORI (Kkal/Kg)

RATA-RATA MJ/Kg JENIS

1 A1U 5011,97 - 5328,67 5156,92 21,591 lignite 2 A1L 3926,92 - 4388,74 4165,88 17,442 lignite 3 A2U 4799,02 - 5146,55 5029,37 21,057 lignite 4 A2L 5562,93 - 5634,51 5605,29 23,468 lignite 5 B1 5285,74 - 5475,2 5395,05 22,588 lignite 6 B2U 4740,26 - 5262,14 5076,28 21,253 lignite 7 B2L 3965,22 - 4700,74 4218,72 17,663 lignite 10 C 5391,8 - 5468,14 5430,93 22,738 lignite

Tabel IV.7 Nilai kalori (CV) pada tiap lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan (basis air dried)

Histogram CV

0

5

10

15

20

39004200

45004800

51005400

5700More

Bin

Freq

uenc

y

0,00%20,00%40,00%60,00%80,00%100,00%120,00%

FrequencyCumulative %

Gambar IV.9 Histogram Nilai Kalori lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

42

CV

Mean 4964,32673Standard Error 70,184971Median 5136,2219Mode 3965,2155Standard Deviation 515,7521Sample Variance 266000,229Kurtosis -0,7749Skewness -0,7396641Range 1707,58285Minimum 3926,92352Maximum 5634,50637Sum 268073,643Count 54

Tabel IV.8 Statistik Nilai Kalori lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru, Sumatra

Selatan

4.3.4. Belerang (Total Sulfur)

Kadar sulfur pada batubara secara keseluruhan sangat bervariasi mulai

dari 0,1 - 2% dan hadir sebagai pirit, sulfur yang terikat akibat proses organik,

dan sulfat (CaSO4, FeSO4). Dalam beberapa kasus, kehadiran pirit dapat

dikurangi dengan proses pencucian. Ketika batubara dibakar, SO2 di produksi

dan menghasilkan polusi udara

Kadar sulfur batubara (Tabel IV.8 dan IV.9) memperlihatkan kisaran nilai

0.19% - 1,97%, dengan nilai tertinggi berada pada lapisan batubara B2U (1,6

%) , terendah pada lapisan batubara B1 (0,22 %) dengan nilai rata-rata 0,61%.

Kisaran kadar ini menunjukkan bahwa kandungan sulfur tersebut termasuk

kategori rendah.

Gambar IV.10 menunjukkan bahwa distribusi kadar sulfur dalam daerah

penelitian tampak tidak memiliki distribusi yang merata. Sebagian besar conto

dari seluruh lapisan batubara berada di kisaran kadar 0,35 -0,6 %. Hal ini sangat

43

dipengaruhi oleh lingkungan pembentukan gambut yang menentukan tingkat

keasaman suatu daerah yang akan memperkaya kadar sulfur.

NO LAPISAN BATUBARA

KISARAN KADAR

SULFUR (%)

RATA-RATA (%)

1 A1U 0,54 - 0,75 0,62 2 A1L 1,3 - 1,44 1,38 3 A2U 0,23 - 0,25 0,24 4 A2L 0,23 - 0,25 0,25 5 B1 0,19 - 0,24 0,22 6 B2U 1,19 -1,97 1,6 7 B2L 0,33 - 0,42 0,38 10 C 0,48 - 0,69 0,55

Tabel IV.8 Nilai Sulfur pada tiap lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru, Sumatra

Selatan (dmmf)

Histogram TS

0

5

10

15

20

25

0,1 0,35 0,6 0,85 1,1 1,35 1,6 1,85 2,1 More

Freq

uenc

y

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

FrequencyCumulative %

Gambar IV.10 Histogram Total Sulfur lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

44

TS

Mean 0,60240482Standard Error 0,0641475Median 0,42915204Mode 0,41951463Standard Deviation 0,47138592Sample Variance 0,22220469Kurtosis 0,63788498Skewness 1,36929858Range 1,77887577Minimum 0,19188513Maximum 1,97076091Sum 32,5298602Count 54

Tabel IV.9 Statistik Total Sulfur lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru, Sumatra

Selatan

4.3.5. Specific Gravity (SG)

Tabel IV.10 dan Tabel IV.11 menunjukkan nilai SG pada tiap lapisan

batubara dimana nilai tertinggi berada pada lapisan batubaraA1L (1,49), nilai

terendah pada lapisan batubaraC (1,32) sementara itu kisaran nilai rata-rata 1,4

Ton/m3.

Gambar IV.11 menunjukkan bahwa distribusi SG dalam daerah penelitian

mengikuti distribusi yang condong ke arah kanan. Sebagian besar conto dari

seluruh lapisan batubara berada di kisaran kadar 1,3-1,4 Ton/ m3. Distribusi

data ini dipengaruhi oleh peringkat batubara.

45

NO LAPISAN BATUBARA

KISARAN NILAI SG (Ton/m3)

RATA-RATA

(Ton/m3) 1 A1U 1,36 -1,44 1,39 2 A1L 1,41 - 1,53 1,49 3 A2U 1,40 - 1,41 1,41 4 A2L 1,36 -1,38 1,37 5 B1 1,30 - 1,37 1,33 6 B2U 1,32 - 1,44 1,38 7 B2L 1,45 - 1,50 1,47 10 C 1,34 -1,39 1,37

Tabel IV.10 Nilai specific gravity pada tiap lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan (basis dry)

Histogram SG

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

1,28 1,32 1,36 1,4 1,44 1,48 1,52 1,56 1,6 More

Freq

uenc

y

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

FrequencyCumulative %

Gambar IV.11 Histogram Specific Gravity lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

46

SG

Mean 1,40208943Standard Error 0,0091914Median 1,38982185Mode 1,44567989Standard Deviation 0,0675427Sample Variance 0,00456202Kurtosis 0,06643116Skewness 0,69009174Range 0,29054185Minimum 1,28606607Maximum 1,57660793Sum 75,7128295Count 54

Tabel IV.11 Statistik Specific Gravity lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

4.3.6. Volatile Matter (VM)

Volatile matter diukur dengan mengukur berat yang hilang ketika batubara

dipanaskan dengan kondisi tertentu dan vakum udara dan mengkoreksi

kandungan moisture di dalam conto. Tes umumnya dilakukan pada conto

berbasis air dried, dengan temperatur mencapai 9500 C dan merupakan bagian

dari analisa proksimat.

Kandungan volatile matter batubara sangat berkaitan erat dengan dengan

tingkat pembatubaraan dan merupakan parameter yang penting didalam

klasifikasi batubara. Tabel IV.12 memberikan rincian International System for

The Clasiffication of Coals terhadap kandungan volatile matter :

47

KELAS VOLATILE MATTER

(dmmf) DESKRIPSI

0 0-3% Kokas

1 3-10% Antrasit

2 10-14% Semi-antrasit

3 14-20% Semi-bituminus

4 20-28% Bituminus volatil rendah

5 28-33% Bituminous volatil sedang

6,7,8,9, >33% Bituminous volatil tinggi Tabel IV.12 Klasifikasi Jenis batubara berdasarkan nilai volatile matter

Tabel IV.13 dan IV.14 menunjukan nilai volatile matter yang terkandung

dalam batubara secara umum berkisar antara 27,41 – 40,66 % , nilai tertinggi

berada pada lapisan batubara A2L (40,54 %), nilai terendah pada lapisan

batubaraB2L (29,96%), kisaran pada umumnya berada dibawah 35,31%.

Klasifikasi dengan acuan nilai volatile matter memberikan intrepretasi jenis

batubara yaitu Bituminus Volatil Sedang (A1L, B2L, B2L1, B2L2) dan

Bituminus Volatil Tinggi (A1U, A2L, A2U, B1, B2U, C, C1, C2).

Gambar IV.12 menunjukkan bahwa distribusi VM dalam daerah penelitian

terdistribusi tidak merata. Sebagian besar conto dari seluruh lapisan batubara

berada di kisaran kadar 3,9% dan 3,3%. Distribusi data ini dipengaruhi oleh

peringkat batubara.

48

NO LAPISAN

BATUBARA

KISARAN KADAR VM (%)

RATA-RATA (%) JENIS BATUBARA

1 A1U 37,05 - 39,10 38,26 B. Volatil Tinggi

2 A1L 28,73 - 31,36 30,49 B. Volatil Sedang

3 A2U 35,22 - 38,35 37,2 B. Volatil Tinggi

4 A2L 40,47 - 40,66 40,54 B. Volatil Tinggi

5 B1 37,33 - 38,43 37,91 B. Volatil Tinggi

6 B2U 34,03 - 37,51 36,01 B. Volatil Tinggi

7 B2L 27,41 - 31,94 29,96 B. Volatil Sedang

10 C 36,40 - 37,26 36,7 B. Volatil Tinggi Tabel IV.13 Nilai volatile matter pada tiap lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan (basis dmmf)

Histogram VM

0

5

10

15

20

25

30

27 30 33 36 39 42 More

Freq

uenc

y

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

FrequencyCumulative %

Gambar IV.12 Histogram Volatile Matter lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

49

VM

Mean 35,2345397Standard Error 0,51815865Median 36,5936501Mode 30,1553603Standard Deviation 3,8076729Sample Variance 14,4983729Kurtosis -0,9043999Skewness -0,6329177Range 13,2484659Minimum 27,4137935Maximum 40,6622594Sum 1902,66514Count 54

Tabel IV.14 Statistik volatile matter lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

4.3.7. Fixed Carbon (FC)

Fixed carbon merupakan kadar karbon yang terikat atau bersenyawa

dengan unsur lain, sebagi contoh metana (CH4). Kadar fixed carbon dihitung

dari perbedaan determinasi kelembapan, abu, dan volatile matter dengan

metode standar.

Tabel IV.15 dan Tabel IV.16 menunjukan nilai FC yang terkandung

dalam batubara secara umum berkisar antara 34,6 % , nilai tertinggi berada pada

lapisan batubara A2L (40,54 %), nilai terendah pada lapisan batubaraB2L

(29,96%).

Histogram yang ditunjukkan gambar IV.13

50

NO LAPISAN BATUBARA

KISARAN NILAI FC (%)

RATA-RATA (%)

1 A1U 33,11 - 36,57 34,66 2 A1L 27,44 - 31,65 29,7 3 A2U 29,83 - 33,89 32,34 4 A2L 38,42 - 38,74 38,54 5 B1 36,63 - 38,61 37,86 6 B2U 33,05 - 38,23 35,62 7 B2L 27,29 - 34,54 30,53 10 C 37,82 - 39,71 38,66

Tabel IV.15 Nilai kandungan fixed carbon pada tiap lapisan batubara Banko Tengah

Blok Niru, Sumatra Selatan (dmmf)

Histogram FC

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

27 29 31 33 35 37 39 More

Freq

uenc

y

0,00%

20,00%

40,00%

60,00%

80,00%

100,00%

120,00%

FrequencyCumulative %

Gambar IV.13 Histogram Fixed Carbon lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru,

Sumatra Selatan

51

FC

Mean 34,6801926Standard Error 0,46772208Median 34,9912811Mode 27,293068Standard Deviation 3,43704133Sample Variance 11,8132531Kurtosis -0,7872889Skewness -0,5626105Range 11,6351042Minimum 27,293068Maximum 38,9281722Sum 1872,7304Count 54

Tabel IV.16 Statistik Fixed Carbon lapisan batubara Banko Tengah Blok Niru, Sumatra

Selatan