Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
50
BAB III
TEMA PERANCANGAN
3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema
Perkembangan pembangunan yang tidak memperhatikan keterkaitan
antara bangunan dengan lingkungan maupun kaitan antara bangunan dengan
aktivitas manusia semakin banyak dijumpai. Seperti banyaknya bentuk bangunan-
bangunan modern tanpa memperhatikan kontekstual dan lokalitas daerah dan
budaya setempat. Selain perubahan dampak pada pembangunan tersebut juga
diikuti dengan perubahan kebiasaan dimana masyarakat modern ingin sesuatu hal
yang dapat menyeimbangi kondisi perkembangan zaman. Menanggapi
permasalaan tersebut, perlu adanya penanganan yang lebih serius agar dapat
mengurangi berbagai pengaruh bangunan terhadap lingkungan seperti penerapan
bentuk dalam tema Arsitektur Postmodern.
Dalam desain bangunan postmodern ada beberapa elemen non fisik yang
harus diperhatikan seperti budaya, pola pikir, seni, ekonomi, kepercayaan ataupun
pandangan terhadap ruang maupun tata letak. Selain kondisi ruang tersebut, tema
perancangan juga membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya terutama
pengaruh dari kondisi masyarakat modern, dimana pengaruhnya adalah tingkat
kenyamanan berada dalam ruangan dan mampu menyeimbangi dengan kebutuhan
masyarakat dan budaya setempat.
Oleh sebab itu tema Arsitektur Postmodern akan diterapkan pada
perancangan Perpustakaan modern di Sabang dengan tujuan untuk mengangkat
kondisi modern masyarakat dan di adaptasikan ke dalam bentuk bangunan, selain
51
sebagai ciri khas bangunan tersebut, juga dapat memunculkan ciri khas
lingkungannya.
3.2 Pengertian Tema
3.2.1 Pengertian Arsitektur Postmodern
1. Marcus Pollio Vitruvius
Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang
lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan
lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan
perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain
perabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk kepada hasil-hasil proses
perancangan tersebut. (Sumber : architectureinhand.blogspot.com)
2. Banhart CL. Dan Jess Stein
Arsitektur adalah seni dalam mendirikan bangunan termasuk didalamnya
segi perencanaan, konstruksi, dan penyelesaian dekorasinya; sifat atau bentuk
bangunan; proses membangun; bangunan dan kumpulan bangunan.
3. Van Romondt
Arsitektur adalah ruang tempat hidup manusia dengan bahagia. Ruang
berarti menunjuk pada semua ruang yang terjadi karena dibuat oleh manusia atau
juga ruang yang terjadi karena proses alam seperti gua, naungan pohon dan lain-
lain.
Pengertian Postmodern adalah
1. Charles Jencks
Postmodern adalah campuran antara macam-macam tradisi dan masa lalu.
Postmodern adalah kelanjutan dari modernism sekaligus melampaui modernism.
52
Ciri khas karya-karyanya adalah makna ganda, ironi, banyaknya pilihan,
konflik, dan terpecahnya berbagai tradisi karena heterogenitas sanagt memadai
bagi pluralism.
2. Robert Venturi
Arsitek dapat diratapi atau kita dapat mencoba untuk mengabaikan mereka
(mengacu pada unsur-unsur hias dan dekoratif pada bangunan) atau bahkan
mencoba untuk menghilangkan mereka, tetapi mereka tidak akan pergi. Atau
mereka akan pergi tapi tidak untuk waktu yang lama, karena arsitek tidak
memiliki kekuatan untuk menggantikan mereka
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
arsitektur postmodern adalah unsur-unsur dekoratif pada bangunan yang
kelanjutan dari modernism sekaligus melampaui modernism.
3.2.2 Ciri – Ciri Arsitektur Postmodern
Menurut Charles jencks (1977-1992) adapun ciri – ciri postmodern yaitu :
1. Ideologi (IDEOLOGICAL) : Konsep yang menjadi asas arah dan tujuan.
a. Dua gaya (Double coding of Style)
Suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu : Arsitektur modern dengan
arsitektur lainnya.
b. Popular dan pluralis (Popular and pluralist)
Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah
tertentu, tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam.
c. Bentuk tanda (Semiotic form)
Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk
yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan.
53
d. Traditional dan pilihan (Tradition and choice)
Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau
disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang.
e. (Artist or client)
Mengandung dua hal pokok yaitu: Bersifat seni (intern) & Bersifat
umum (extern), yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah
dipahami secara umum.
f. Elitis dan partisipasi (Elitist and participative)
Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap
borjuis seperti dalam arsitektur modern.
g. Terapan dasar (Piecemal)
Penerapan unsur dasar, seperti: sejarah, arsitektur vernacular, lokasi.
h. Wakil arsitek dan aktivis (Architect as representative and activist)
Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara
aktif berperan serta dalam perancangan.
2. Ragam (STYLITIC) : suatu pemahaman bentuk, cara, rupa.
a. Expresi (Hybrid Expression)
Penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern dengan
vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist, Commercial, contextual.
b. Kompleks (Complexity)
perancangan yang bersifat kompleks.
c. Ruang variabel dengan kejutan (Variable Space with surprise)
Perubahan ruang–ruang yang tercipta akibat kejutan, misalnya:
warna, detail elemen arsitektur, suasana interior dan lain–lain.
54
d. Konvensional dan bentuk abstrak (Conventional and Abstract Form)
Kebanyakan menampilkan bentuk–bentuk konvensional dan
bentuk–bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap artinya.
e. Ekletik (Eclectic)
Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara
kontinu untuk menciptakan unity.
f. Semiotik (Semiotic)
Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.
g. Campuran variabel tergantung konteks expresi pada konten dan kesesuaian
semantic terhadap fungsi
Gabungan unsur estetis dan fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.
h. Aplikasi ornament organic (Pro Or Organic Applied Ornament)
Mencerminkan kedinamisan sesuatu yang hidup dan kaya
ornament.
i. Representasi (Pro Or Representation)
Menampilkan ciri–ciri yang gamblang sehingga dapat memperjelas
arti dan fungsi.
j. Metaphora (Pro-metaphor)
Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang diterapkan pada
desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan fungsi
bangunan.
k. Nilai sejarah (Pro-Historical reference)
Menampilkan nilai-nilai histori pada setiap rancangan yang
menegaskan ciri-ciri bangunan.
55
l. Humoris (Pro-Humor)
Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak untuk lebih
menikmatinya.
m. Simbolis (Pro-simbolic)
Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang
dikehendaki perancang.
3. Ide – ide desain (Design ideas) : suatu gagasan perancangan
a. Kontekstual daerah dan rehabilitas (Contextual Urbanism and
Rehabilitation)
Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu
lingkungan urban.
b. Campuran fungsi (Functional Mixing)
Gabungan beberapa fungsi dalam perancangan.
c. Cara dan gaya (Mannerist and Baroque)
Kecenderungan untuk menonjolkan diri.
d. Semua sarana (All Phetorical Means)
Bentuk rancangan yang berarti.
e. Ruang dan extensi (Skew Space and Extensions)
Pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis.
f. Jalan bangunan (Street Building)
g. Dua unit (Ambiquity)
Menampilkan ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi masih
unity dalam fungsi.
56
h. Tren kesimetrisan seimbang (Trends to Asymetrical Symetry)
Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan kesimetrisan yang
seimbang.
i. Berlawanan/ bertabrakan (Collage/Collision)
Gabungan atau paduan elemen-elemen yang berlainan.
Dari beberapa ciri-ciri di atas, maka ciri-ciri yang di terapkan berupa Dua
gaya (Double coding of Style), Bentuk tanda (Semiotic form), Traditional dan
pilihan (Tradition and choice), Terapan dasar (Piecemal), Expresi (Hybrid
Expression), Ruang variabel dengan kejutan (Variable Space with surprise),
Ekletik (Eclectic), Metaphora (Pro-metaphor), Nilai sejarah (Pro-Historical
reference), dan Simbolis (Pro-simbolic).
3.2.3 Aliran – Aliran Arsitektur Postmodern
1. Aliran Historicsm
Pemakaian-pemakaian elemen klasik (misalnya: Ionic, Doric dan
Corinthiant) pada bangunan yang dikombinasikan dengan pola-pola modern.
Tokoh: Aero Saarinen, Phillip Johnson, Robert Venturi, Kisho Kurokawa,
Kyionori Kikutake.
2. Aliran Straight Revivalis
Pembangkitan kembali neo-klasik ke dalam bangunan yang bersifat
monumental dengan irama komposisi berulang dan simetris.
Tokoh: Aldo Rossi, Monta Mozuna, Ricardo Bofill, Mario Botta.
57
3. Aliran Neo Vernacular
Menghidupkan kembali elemen tradisional yang membuat bentuk dan
bangunan lokal.
Tokoh: Darbourne and Darke, Joseph Isherick, Aldo Van Eyck.
4. Contextualism (Urbanist + ad Hoc)
Memperhatikan lingkungan dalam penempatan bangunan sehingga didapat
komposisi lingkungan yang serasi. Aliran ini juga sering disebut Urbanism.
Tokoh: Lucien Kroll, Leon Krier, James Stirling.
5. Aliran Methapor dan Metaphisical
Mengekspresi eksplisit dan implicit ungkapan metafora dan metafisika
(spiritual) ke dalam bentuk bangunan.
Tokoh: Stinley Tigerman, Antonio Gaudi, Mimoru Takeyama.
6. Aliran Post Modern Space.
Memperlihatkan pembentukan ruang dengan mengkomposisikan
komponen bangunan itu sendiri.
Tokoh: Peter Eisenman, Robert Stern, Charler Moore, Kohn, Pederson-Fox.
3.3 Interpretasi Tema
Pemilihan tema Arsitektur Postmodern sebagai tema perancangan
Perpustakaan Modern di sabang guna menarik minat masyarakat untuk
berkunjung ke Perpustakaan tersebut yang di rancang modern dengan
memasukkan nilai-nilai budaya daerah setempat sehingga membuat pengguna
nyaman berada didalam bangunan dan menciptakan ketertarikan terhadap
pengunjung dengan pengaplikasian aspek-aspek kenyamanan dan estetika.
58
3.4 Penerapan Tema Pada Bangunan
Penerapan tema Arsitektur Postmodern pada desain diantaranya :
1. Bentuk
konsep bentuk pada bangunan yang sesuai dengan ciri-ciri Postmodern,
yaitu Semiotic form Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–
bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan. Sebagian bentuk menyerupai
rumah adat aceh berupa panggung, yang dibawahnya dapat difungsikan tempat
aktivitas.
2. Denah
Denah dirancang sesuai dengan fungsinya. Bentuk denah akan disesuaikan
dengan bentuk ruang dan sirkulasi didalamnya sehingga dapat mempermudah jalur
sirkulasi bagi pengguna bangunan.
3. Fasade
Untuk melindungi bangunan dari pengaruh iklim tropis seperti pemakaian
sun-shading, sunprotection, dan window radiation dengan menambahkan kesan
Estetika. Adapun penambahan fasad yang di ambil dari ciri khas daerah
tersebut.
3.5 Studi Banding Tema Sejenis
3.5.1 Piazza d’italia, New Orleans.
Arsitek : Charles Wilard Moore
Lokasi : New Orleans
Peresmian : 1978
Fungsi : Culture Center
Tema : Arsitektur Post Modern
59
Gambar 3.1 piazza d’italia
(Sumber: http://www.pinterest.com)
Bangunan ini adalah salah satu icon postmodern yang banyak diulas dalam
dunia arsitektur modern. Menggunakan idiom arsitektur modern yang
digabungkan dengan berbagai elemen arsitektur klasik secara eklektik, arsitektur
ini membawa kembali memori dari masa lalu ke masa depan, dalam konteks yang
dapat diterima sebagai penguat dari 'kekosongan' akibat arsitektur modern yang
terlalu fungsional.
Hal ini karenakan, bangunan-bangunan lama dalam kompleks pemukiman
imigran dari Italia ini dipandang memerlukan sentuhan baru untuk memberikan
jiwa bagi fungsi bangunan yang tidak mencerminkan kebudayaan Italia.
Gambar 3.2 Layout piazza d’italia
(Sumber: pinterest.com)
60
Bangunan dalam piazza ini bisa disebut sebagai gerbang untuk memasuki
kompleks pemukiman dan area penerima yang memiliki identitas budaya.
Denahnya berbentuk melingkar, dengan kolam ditengahnya, dan bentukan
'dataran' peta Italia pada kolam yang menunjukkan hubungan erat orang Sisilia
dengan air dan laut. eberadaan arsitektur dalam piazza ini, bisa dikategorikan
sebagai sculpture, dimana arsitektur muncul sebagai fragmen dari masa silam
yang ditarik kembali dalam konteks modern dan berada di tempat yang jauh dari
Italia, seakan-akan menyambungkan kembali fragmen-fragmen memori dalam
busana baru.
Gambar 3.3 Sketsa perspektif piazza d’italia
(Sumber: pinterest.com)
Gambar 3.4 ground level plan
(Sumber: pinterest.com)
61
3.5.2 Masjid Mahligai Minang
Arsitek : Rizal Muslimin
Lokasi : Padang, Sumatera Barat.
Dibangun : 2007
Fungsi : Tempat Ibadah
Aliran : Neo vernakular
Gambar 3.5 masjid mahligai minang
(Sumber: google image)
Konstruksi bangunan dirancang menyikapi kondisi geografis
Sumatera Barat yang beberapa kali diguncang gempa berkekuatan besar. Menurut
rancangan, kompleks bangunan akan dilengkapi pelataran, taman, menara, ruang
serbaguna, fasilitas komersial, dan bangunan pendukung untuk kegiatan
pendidikan.
Secara umum, arsitektur masjid ini mengikuti tipologi arsitektur
Minangkabau dengan ciri bangunan berbentuk gonjong, hingga penggunaan
ukiran Minang sekaligus kaligrafi pada dinding bagian luar. Selain itu, jika dilihat
dari atas masjid ini memiliki sudut lancip yang mirip dengan desain atap rumah
gadang, arsitektur masjid ini juga menggambarkan kejadian peletakan batu hajar
aswad dengan menggunakan kain yang dibawa oleh empat orang perwakilan
suku di Mekkah pada setiap sudutnya.
62
Berikut pembahasan langgamsetiap bagian masjid :
1. Master Plan
Gambar 3.6 masterplan
(Sumber: google image)
Bentuk siteplan menyesuaikan nuansa lokal masyarakat
minangkabau. Mahligai Minang tidak semata - mata sebuah masjid, tetapi sebuah
identitas yang akan menjadi pusat peradaban, di mana salah satunya adalah
bangunan masjid. Di situlah perpaduan antara Islam dan Minang kabau, dengan
kelengkapan antara lain ada berbagai lembaga pendidikan, perpustakaan, tempat
rekreasi keluarga sakinah, ruang serba guna yang menampung 3000 orang yang
bisa digunakan untuk seminar, pertunjukan kesenian, dan sebagainya.
2. Eksterior Masjid
Gambar 3.7 eksterior masjid
(Sumber: google image)
Pada eksterior Masjid Mahligai Minang bentukan khas Minang
kabau terlihat dari atap berbentuk gonjong atau yang biasa dipakai dalam rumah
63
tradisional adat gadang dengan ciri khas atap runcing. Secara fisik tampak
luarnya, keempat sisinya bagaikan gonjong yang dimodifikasi dan di tengahnya
terdapat kubah masjid.
Gambar 3.8 Filosofi atap masjid
(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)
Konsep dan filosofi yang kuat memberikan bentuk mesjid seperti itu,
selain menggambarkan arsitektur khas Minang bagonjong, juga menggambarkan
kejadian peletakan hajar aswad dengan menggunakan kain yang dibawa oleh 4
orang perwakilan suku di Makkah di setiap sisinya sebagai simbolisasi intelektual
dan persatuan.
Gambar 3.9 ukiran masjid
(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)
Pada bagian fasad eksterior masjid terdapat ukiran - ukiran nama - nama
Allah Swt dan juga ukiran Nabi Muhammad Saw yang mengadopsi pola songket
khas Minang kabau. Corak songket yang terbuat dari baja tersebut mengambil dari
64
seluruh corak songket asli Sumatera Barat atau lebih tepatnya warisan budaya
Minang kabau.
3. Interior Masjid
Gambar 3.10 ukiran masjid
(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG) Selain pada atap dan dinding eksterior, interior masjid juga menerapkan
langgam ornamentasi budaya minang kabau. Secara tampilan memang hampir
sama dengan fasad eksterior masjid, namun dalam interior lebih kepada
fungsionalitas, dalam artian ornamentasi tersebut tidak hanya berupa gambar atau
kaligrafi namun juga memiliki fungsi.
Gambar 3.11 interior masjid
(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)
Selain sebagai ventilator udara, langgam tersebut juga memiliki fungsi
pencahayaan alami dari rongga - rongga ornamentasi pada dinding menimbulkan
65
penyebaran cahaya yang memberi efek dramatisir ruang sholat yang dapat
mengesankan akan kekhusukan dalam beribadah.
Gambar 3.12 struktur masjid
(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)
Gambar 3.13 struktur masjid
(Sumber: https://www.academia.edu/16462382/TIPOLOGI_LANGGAM_MASJID_MAHLIGAI_MINANG)
Pada struktur masjid juga mencerminkan bentuk “kujujuran” dimana
dalam bentuk masjid sendiri merupakan konsekuensi logis dari kebutuhan
strukturnya.
3.5.3 Portland Building (1982)
Arsitek : Michael Graves
Lokasi : Amerika Serikat
Dibangun : 1982
Fungsi : Pemerintahan
Tema : Postmodern
66
Gambar 3.14 Tampak Porland Building
(Sumber : google image)
Bangunan 15 tingkat tersebut didirikan pada 1982 dan telah didapuk
sebagai salah satu bangunan bergaya postmodern penting pertama. Bangunan ini
semacam bangunan pemerintahan, publicservice. Bentuknya seperti kotak dengan
beberapa bentuk geometri dan elemen dekoratif. Entrance depannya terdapat
patung sebagai eye capture. Di bagian atas atau atapnya yang datar terdapat
konstruksi seperti rumah-rumahan kecil miripseperti kuil-kuil dari arthemis
Yunani beratap piramid danpelana. Bangunan ini mayoritas berwarna natural,
cokelat,abu-abu, juga merah bata. Bentuknya mengadopsi bagian-bagian pilar
klasik.
Gambar 3.15 Denah
(sumber : http://niningmasitoh.blogspot.co.id/2016/10/html)
67
Figuratif yang merupakan manifesto Graves terhadap Bangunan Portlan
Building ini dapat dilihat dari tranformasi bentuk pilar ionik (pilar klasik dari jenis
yang paling sederhana) yang dituangkan ke dalam fasade bangunan. Tranformasi
3 dimensi menuju 2 dimensi. Terlihat jelas susunan kolom dari fasade yang
nampak. Jika dilihat dari bawah keatas, maka akan berurut mulai dari kolom,
frieze, cornice, architrave hingga bagian-bagian entablature-nya.
Gambar 3.16 Bagian kolom
(sumber : http://niningmasitoh.blogspot.co.id/2016/10/.html
Bentuknya yang kotak, baik denah maupun form. Disesuaikan dengan
fungsi bangunan itu sendiri yakni sebagai bangunan pemerintahan pada masanya.
3.6 Kesimpulan Studi Banding
Kesimpulan dari ketiga bangunan yang menjadi studi banding tema dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
68
Table : 3.1 kesimpulan studi banding tema sejenis
No Kriteria Piazza D’italia Masjid Mahligai
Minang
Portland
Building
1. Lokasi New orleans Padang, Sumatera
Barat. Amerika serikat
2. Fungsi Culture center Tempat Ibadah Pemerintahan
3. Konsep Postmodern Neovernakular Historicsm
4. Bentuk Denah Abstrak Persegi persegi
5. Ciri Postmodern
yang diterapkan
- warna, distorsi
skala,
permainan
massa,
kombinasi
material yang
unik,
- Pada Fasad
Bangunan.
- Unsur budaya
- Bentuk simetris
- Penggunaan
kolom ionic - Bentuk simetris
6. Jumlah Lantai - 3 15
(Sumber: Hasil Analisis, 2018)
Dari kesimpulan studi banding tema sejenis tersebut, manfaat yang dapat
diambil untuk perpustakaan modern di sabang adalah :
Konsep bentuk dari tiga jenis tema postmodern dengan pengaplikasian
konsep bentuk sesuai dengan fungsi bangunan yang akan dirancang berupa
buku.Pemakaian bentuk persegi perpaduan lingkaran yang terdapat pada denah
membuat lebih mudah dalam penataan ruang serta penyesuaian terhadap
lingkungan sekitar dan pengolahan fasad yang di ambil dari ciri khas setempat.