Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
44
BAB III
STRATEGI ADAPTASI DAN KETAHANAN KELUARGA
GPIB JEMAAT ANUGERAH TARAKAN
A. Sejarah GPIB Juata Laut
Persekutuan Oikumene Umat Kristen (POUK) di Juata Laut sudah ada
sejak tahun 1979, di mana pada saat itu warga jemaat didominasi oleh
karyawan PT. Chipdeco dan mayoritas adalah anggota GPIB (Gereja Protestan
di Indonesia bagian Barat). Dalam menunjang pelayanannya, banyak fasilitas
perusahaan PT. Chipdeco yang digunakan, termasuk transportasi dan
akomodasi bagi tenaga pelayan / pendeta.
Pimpinan perusahaan setempat Alm. Bapak Piet Tambuwun
memberikan jaminan biaya hidup sehari-hari bagi tenaga pelayan / pendeta
yang datang melayani, seluruh kebutuhan ditanggung oleh perusahaan.
Dukungan dari keluarga besar Markadi – Tambuwun sangat dirasakan oleh
seluruh warga jemaat dalam melaksanakan kegiatan pelayannya.Alm.Bapak
Piet Tambuwun adalah seorang anggota Majelis Jemaat dengan jabatan sebagai
Koordinator Majelis Jemaat di Pos Pelkes Juata Laut, sedangkan Ibu Onny
Markadi-Tambuwun adalah seorang aktivis GPIB di Jakarta yang menjabat
sebagai seorang pimpinan dalam departemen Pelkes GPIB sejak periode
Majelis Sinode XV.
Dalam perjalanan pelayanan selanjutnya, tepatnya melalui sidang
Majelis jemaat triwulan III bulan Desember 1997 ditetapkan bahwa Jemaat
45
dalam Persekutuan ini langsung berintegrasi dengan Jemaat GPIB Immanuel
Tarakan dan menjadi sektor pelayanan V (lima) dari GPIB Jemaat “Immanuel”
Tarakan. Selanjutnya, dalam rangka pengembangan wilayah pelayanan, maka
pada Februari 2002 sektor V (lima) dari GPIB Immanuel Tarakan ini menjadi
Pos Pelkes “Anugerah” Juata Laut yang telah mengatur/mengelola
keuangannya sendiri. Selama 13 tahun kehidupan Persekutuan, Pelayanan dan
Kesaksian mengalami peningkatan secara kualitas dan kuantitas, termasuk
pengelolaan keuangan.
Pos Pelkes Anugerah Juata Laut terletak di Kecamatan Tarakan Utara,
Kelurahan Juata Laut, tepatnya di jalan Kakap RT 08 No 22 Juata Laut.
Kelurahan Juata Laut terdiri dari 19 RT, Pos Pelkes termasuk pada RT 08.
Luas pemukiman Juata Laut 84,54 km2, luas kuburan 0,6 km2, luas
pekarangan 0,8 km2, perkantoran 0,2 km2. Jumlah penduduk yang ada di
kelurahan Juata Laut sebanyak 10.482 orang.Sebagian besar penduduknya
bersuku Tidung, Dayak. Namun ada pula suku-suku lain yang merantau antara
lain Jawa, Bugis, Toraja, Manado, Sangir, Ambon, Tiong Hoa, Timor, Batak.
Walaupun penduduknya dari pelbagai suku dan agama namun kerukunan umat
beragama dapat terpelihara dengan baik. Sehubungan dengan beragamnya suku
bangsa, maka beragam pula matapencaharian masyarakat, antara lain: pegawai
negeri, swasta, wirausaha, nelayan, petani dan peternak. Dengan keberagaman
ini perekonomian semakin baik dan menunjang pembangunan
daerah.Selanjutnya prospek pembangunan kota Tarakan saat ini diarahkan di
46
Kecamatan Tarakan Utara khususnya di Kelurahan Juata Laut sebagai Ibukota
Kecamatan.
Dalam rangka pengembangan wilayah pelayanan, maka sejak 10
Februari 2002 di bawah pimpinan Pdt. J.H.K Iroth S.Th sebagai Ketua Majelis
Jemaat. Pos Pelkes Anugerah Juata Laut telah mengatur/ mengelola
keuangannya sendiri. Dan pada Sidang Majelis Jemaat di Immanuel Tarakan
disampaikan laporan kegiatan rutin dan keuangannya. Setelah itu warga jemaat
di pos mengalami perkembangan yang cukup baik. Di antaranya pembangunan
pastori (rumah dinas pendeta) dan merenovasi gedung gereja yang
dipersembahkan oleh Keluarga Markadi-Tambuwun. Gedung gereja
diresmikan oleh Ketua Majelis Sinode GPIB Pdt. S.Th.Kaihatu M.Th tanggal
25 Maret 2007.Dalam melaksanakan kegiatan pelayanannya, jemaat di Pos
Pelkes ini telah dilayani oleh Pdt.Elizabeth Sihite S.Th, Pdt.Samuel Natar S.Th,
Pdt.Ny.Pinkan E.J Rey-Cornelis S.Si, dan Pdt. Fika Nadtalya Dumais, S.Th.
Memperhatikan peningkatan yang terjadi dan potensi yang ada dalam
lingkup warga jemaat Pos Pelkes “Anugerah”, serta potensi yang ada di
wilayah Juata laut sendiri, di mana hal tersebut menunjukkan prospek yang
baik. Maka besar harapan warga jemaat di Pos Pelkes Anugerah Juata Laut
agar Pos Pelkes ini dapat didewasakan dan dilembagakan sebagai jemaat
mandiri. Hal inilah yang kemudian direspon oleh GPIB Jemaat Immanuel
Tarakan sebagai Jemaat Induk, dan kemudian direkomendasikan kepada
Majelis Sinode GPIB.
47
Merespon rekomendasi GPIB Jemaat “Immanuel” Tarakan perihal
pendewasaan dan pelembagaan Pos Pelkes “Anugerah” Juata Laut, maka
Majelis Sinode GPIB telah menerbitkan Surat Keputusan Majelis Sinode GPIB
nomor : 5109/VIII-15/MS.XIX/KPTS perihal Personil Panitia Persiapan
Pendewasaan dan Pelembagaan Pos Pelkes Anugerah Juata Laut, serta
melakukan Peninjauan dan Pembinaan pada tanggal 27 – 28 Agustus 2015 di
Pos Pelkes Anugerah Juata Laut. Serta menyampaikan tentang Pelaksanaan
Pendewasaan dan Pelembagaan Pos Pelkes “Anugerah” Juata Laut menjadi
jemaat mandiri yang dilaksanakan pada hari Minggu 18 Oktober 2015 dalam
Ibadah Hari Minggu. Data jemaat GPIB Anugerah Juata Laut dapat dibaca
pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Data Jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan
KEPALA KELUARGA 53
JIWA 176
LAKI – LAKI 88
PEREMPUAN 88
BAPTIS 143
SIDI 80
DIAKEN - PENATUA 12 6 DIAKEN & 6 PENATUA
KATEGORIALISASI
PELKAT PA 53
PELKAT PT 15
PELKAT GP 17
PELKAT PKP 47
PELKAT PKB 44
PEMBAGIAN SEKTOR
SEKTOR PELAYANAN I MELIPUTI WARGA
JEMAAT YANG
BERDOMISILI DI
SEKITAR JALAN P. AJI
ISKANDAR DAN JALAN
PADAT KARYA DI ARAH
BAGIAN TIMUR
48
SEKTOR PELAYANAN II MELIPUTI WARGA
JEMAAT YANG
BERDOMISILI DI
SEKITAR JALAN P. AJI
ISKANDAR DAN JALAN
PADAT KARYA DI ARAH
BAGIAN BARAT
Adapun data tentang pekerjaan jemaat GPIB Anugerah Juata Laut
Tarakan selengkapnya dapat dibaca dalam grafik pada Gambar 3.1.
Gambar 3.1: Grafik Status Pekerjaan Jemaat GPIB Anugerah Juata
Laut Tarakan
Sasaran pemberdayaan jemaat oleh GPIB Juata Laut Tarakan adalah
kelompok usia produktif yang masih tidak bekerja, yaitu kebanyakan ibu-ibu
rumah tangga dan kelompok swasta yang mayoritas bekerja sebagai buruh
tambak udang dan mereka yang memiliki usaha kecil di rumah.
B. Peran Gereja dalam Meningkatkan Strategi adaptasi dan Ketahanan
Keluarga Jemaat
PNS10
SWASTA73SEKOLAH
55
TIDAK BEKERJA38
PEKERJAAN (orang)
49
GPIB Juata Laut Tarakan menyadari bahwa mayoritas jemaatnya
tergolong masih sangat rendah. Penghasilan mereka per bulan berkisar antara
Rp. 1.000.0000,- s/d Rp. 5.000.000,- dengan pekerjaan mayoritas sebagai
buruh tambak udang dan wiraswasta. Dilihat dari tingkat pendidikan mereka,
lulusan S1 & S2 = 4%, SMA = 40%, SMP = 30%, SD = 10%, dan tidak
sekolah = 16%. Melihat kondisi seperti itu pihak pengurus GPIB Anugerah
Juata Laut memberikan berbagai upaya pemberdayaan ekonomi agar strategi
adaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka meningkat dan tentunya
diharapkan dapat meningkatkan ketahanan keluarga mereka.
Bentuk pemberdayaan yang dilakukan Gereja disesuaikan dengan
strategi adaptasi kebanyakan jemaatnya, yaitu peningkatan keterampilan
pengelolaan tambak udang karena mayoritas jemaat bekerja sebagai buruh
tambak udang dan pembinaan usaha kecil-menengah (UKM) bagi jemaat yang
mempunyai usaha kecil.
Prosedur pemberdayaan diawali dengan analisis kebutuhan, penyusunan
program pemberdayaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Analisis
kebutuhan dilakukan dengan cara pihak gereja meminta pendapat jemaat
kegiatan pemberdayaan apa yang sekiranya sangat dibutuhkan jemaat. Program
pemberdayaan disusun bersama antara gereja dan mitra kerja, yakni pemilik
tambak udang yang bersedia bekerjasama dalam program pemberdayaan ini
dan pihak BRI untuk pembinaan usaha kecil-menengah (UKM) bagi jemaat
yang mempunyai usaha kecil. Pelaksanaan kegiatan dilakukan sesuai program.
Evaluasi tidak dilakukan secara tertulis melainkan dengan praktek langsung.
50
Sedangkan tindak lanjut dilakukan oleh gereja dengan mengupayakan agar
jemaat yang belum mendapat kesempatan kerja sebagai buruh tambak udang
mendapat kesempatan kerja. Selain itu bagi jemaat yang memiliki usaha kecil
dan membutuhkan bantuan pinjaman dana, gereja mengupayakan bekerjasama
dengan BRI agar dapat memberi kredit tanpa jaminan.
1. Peningkatan Keterampilan Pengelolaan Tambak Udang
Kegiatan ini dilakukan dalam tiga tahap, tahap 1 pada tgl. 6 s/d 10
Juni 2017 diikuti 10 peserta, tahap 2 pada tgl. 11 s/d 15 Juni 2017 diikuti 8
peserta, dan tahap 3 pada tgl. 16 s/d 20 Juni 2017 diikuti 8 peserta. Setiap
tahap dilakukan kegiatan:
a. Pelatihan penyiapan lahan tambak
Peserta dilatih menyiapkan lahan tambak sampai siap ditaburi bibit
udang. Lahan yang sudah siap dapat dilihat pada Gambar 3.2.
Gambar 3.2. Lahan tambak yang sudah siap ditaburi benih udang
51
b. Pelatihan menabur benih udang
Pada tahap ini, peserta dilatih cara menabur benih udang secara benar.
Gambar praktikum menabur benih udang dapat dilihat pada Gambar 3.3.
Gambar 3.3. Praktikum menabur benih udang
c. Pelatihan Pengelolaan Sistem Perairan Tambak
Pada tahap ini peserta dilatih menata sistem perairan tambak agar udang
dapat hidup sesuai habitat lingkungan yang diinginkan udang. Gambar
sistem perairan tambak yang disukai udang dapat dilihat pada gambar
3.4.
52
Gambar 3.4. Sistem perairan tambak yang disenangi udang
d. Pelatihan Memanen Udang
Pada tahap ini peserta dilatih tata cara memanen udang agar hasilnya
maksimal. Gambar salah satu cara memanen udang dapat dilihat pada
Gambar 3.5.
Gambar 3.5. Salah satu cara memanen udang
e. Pelatihan mengelola hasil panen udang
53
Peserta dilatih mengelola hasil panen udang. Salah satu gambar
pengelolaan hasil panen udang dapat dilihat pada Gambar 3.6.
Gambar 3.6. Peserta sedang latihan mengelola hasil panen udang
2. Pembinaan Usaha Kecil Menengah (UKM)
Pembinaan UKM ini dilakukan kerjasama antara Gereja Juata Laut
Tarakan dengan Kantor Cabang (KC) BRI Tarakan Kalimantan Timur.
Pesertanya sebanyak 12 orang, yakni anggota jemaat gereja yang telah
memiliki usaha kecil berupa jasa menjahit, boutique, jualan sayur keliling,
rumah makan, warung kopi (warkop), dan membuka toko di rumah.
Tujuan pembinaan utamanya agar peserta mengetahui peluang mendapat
pinjaman modal usaha di BRI tanpa jaminan sehingga peserta dapat
mengembangkan usahanya dengan memanfaatkan dana pinjaman paket
Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Pembinaan UKM ini dilaksanakan hanya sehari, yakni pada hari
Senin tgl. 10 Juli 2017 bertempat di Gereja Juata Laut Tarakan. Sebagai
tindak lanjut, pihak peserta semua mengajukan pinjaman KUR dan
semuanya dinilai layak memperoleh kredit KUR tanpa jaminan.
54
Gambar 3.6. Salah satu peserta pembinaan UKM sedang berjabat tangan dengan
dengan pegawai BRI pertanda permohonan pinjamannya disepakati
BRI.
C. Karakteristik Informan
Karakteristik informan yang dipilih sebagaimana telah dikemukakan
pada bab sebelumnya adalah: (1) Jemaat GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan;
(2) Kepala rumah tangga; (3) memiliki pekerjaan; dan (4) aktif mengikuti
program pemberdayaan ekonomi yang diselenggarakan gereja.
Berdasarkan kriteria tersebut peneliti menetapkan 8 informan dari 32
jemaat yang memenuhi persyaratan tersebut. Rinciannya sebagaimana
dideskripsikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2: Data Informan Penelitian
NO NAMA USIA
(Th.)
Pekerjaan Pendidikan Hari & Tgl.
Wawancara
Tempat
1 Ronny
Donsituter 56
Buruh tambak
udang SMP
Minggu,
9 Juli 2007
Rumah
Informan
2 Pither Sattu 54 Buruh tambak
udang
SMA Minggu,
16 Juli 2007
Rumah
Informan
3 Alfred
Didalede 61
Buruh tambak
udang
SMA Minggu,
23 Juli 2007
Rumah
Informan
4 Adolof
Tahulending 55
Buruh tambak
udang
SMA Minggu,
30 Juli 2007
Rumah
Informan
55
5 Distro
Sasuwuhe 59
Penjual sayur
keliling
SMA Minggu,
6 Agustus 2007
Rumah
Informan
6 Ibu Siska
Mandak 60
Menjahit dan
boutiqe
SMP Minggu,
13 Agustus 2007
Rumah
Informan
7 Ibu Ani
Pangala 63 Buka toko
SMP Minggu,
20 Agustus 2007
Rumah
Informan
8 Ibu Elisabeth
Durant 59
Rumah
makan dan
warkop Wifi
SMA Minggu,
27 Agustus 2007
Rumah
Informan
D. Deskripsi Data dan Interpretasi
Hasil wawancara, observasi dan interpretasi selengkapnya dapat dibaca
pada Lampiran 2.1 s/d Lampiran 2.8, secara ringkas dapat dideskripsikan
sebagai berikut.
1. Ketahanan Keluarga
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa Ketahanan keluarga dalam
studi ini menggunakan indikator Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak Republik Indonesia yang mendeskripsikan 30
indikator ketahanan keluarga, deskripsi ketahanan keluarga informan
sebagai berikut.
Bagi informan buruh perusahaan tambak udang mereka memiliki
pendapatan tetap per minggu rata-rata Rp. 450.000,- s/d Rp. 600.000,-
termasuk lembur. Penghasilan mereka per bulan rata-rata Rp. 1.800.000,-.
s/d Rp. 2.400.000,-. Pekerjaan sebagai karyawan (buruh) tambak udang
itulah yang dipersepsi mereka sebagai pekerjaan tetap. Sedangkan bagi
mereka yang membuka usaha sendiri, seperti menjahit dan boutique,
pedagang sayur keliling, membuka toko di rumah, membuka rumah makan
(warung) dan warung kopi (warkop) pendapatan mereka tidak tetap.
56
Hasil observasi baik di rumah mereka maupun di gereja
menunjukkan bahwa bagi mereka yang masih memili pasangan suami-istri
utuh, terlihat saling menghargai dan saling mencintai. Pertengkaran diakui
juga sering terjadi, namun secara lesan dan setelah selesai saling
memaafkan. Di antara anggota keluarga mereka ada yang berpartisipasi aktif
dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, yaitu ada yang menjadi Ketua RT,
aktif sebagai sekretaris RT, aktif sebagai pengurus kader PKK, dan
pengurus lansia RT dan RW setempat.
Hasil observasi menunjukkan bahwa mereka sekeluarga sangat
mempedulikan kedua orang tuanya juga peduli sama mertuanya.
Komunikasi antar anggota keluarga mereka berjalan wajar, normal dan anak
dapat menjaga tata krama/sopan santun terhadap orang tuanya. Seluruh
informan, baik yang masih suami-istri lengkap, maupun yang sudah
ditinggal wafat pasangannya aktif ke gereja setiap hari Minggu bahkan
terkadang mereka mengajak anak-anaknya. Cara mengatur waktu luang
untuk bertemu bersama anggota keluarga biasanya mereka lakukan setiap
malam sehabis makan bersama sambil melihat TV bersama.
Di antara suami dan istri informan mereka mampu membagi tugas
demi keharmonisan keluarganya masing-masing. Sebelum berangkat kerja
istri mereka menyiapkan makan dan perlengkapan sekolah anak-anak.
Pengelolaan keuangan keluarga mereka dilakukan oleh istri secara
terbuka/transparan. Dalam merencanakan jumlah anak, sebagian di antara
57
mereka mengikuti program Keluarga Berencana (KB) sebagian lainnya
tidak.
Berdasarkan data penelitian, dapat dikemukakan bahwa ketahanan
keluarga informan termasuk cukup baik. Dari 30 indikator yang tidak
terpenuhi secara utuh adalah: (1) jumlah kepemilikan tabungan yang
kebanyakan belum sampai 3 kali UMR; (2) kepemilikan asuransi kesehatan
yang semuanya belum memilikinya kecuali BPJS; (3) seringnya suami
bertengkar dengan istri meskipun secara lesan; (4) Anggota keluarga
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; dan (5) sebagian tidak
merencanakan jumlah anak sebagaimana yang dikehendaki pemerintah
melalui program KB dua anak cukup.
Indikator yang secara umum terpenuhi adalah: (1) perkawinan
suami-istri legal; (2) kelahiran anak legal; (3) keluarga utuh, tinggal
bersama dalam ikatan keluarga; (4) makan tiga kali sehari untuk semua
anggota keluarga; (5) tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
akut/kronis atau cacat; (6) tidak ada anggota keluarga yang menderita
masalah gizi; (7) rumah yang ditempati memiliki ruang tidur terpisah/ada
sekat antara orangtua dan anak; (8) keluarga mempunyai kepemilikan
rumah; (9) Suami dan/atau istri mempunyai penghasilan tetap per bulan
minimal UMR; (10) Suami dan/atau istri memiliki pekerjaan tetap dengan
pendapatan berapa saja; (11) Keluarga mampu membayar pengeluaran
untuk kebutuhan listrik; (12) Keluarga mampu membayar pengeluaran
untuk pendidikan anak minimal hingga tingkat SMP; (13) Tidak ada anak
58
yang Drop Out dari sekolah; (14) Anggota keluarga yang berusia 15 tahun
ke atas minimal berpendidikan SMP; (15) Tidak pernah terjadi kekerasan
antar orang tua-anak; (16) Tidak ada anggota keluarga yang terlibat masalah
pelanggaran hukum; (17) Anak diberikan kesempatan untuk mengemukakan
pendapat; (18) Suami-istri saling menghargai dan menyayangi; (19)
Anggota keluarga merawat/peduli kepada orangtua lansia; (20) Anggota
keluarga berkomunikasi dengan baik, termasuk dengan keluarga besarnya;
(21) Suami dan/atau istri melakukan kegiatan agama secara rutin; (22) Ayah
mengalokasikan waktu bersama anak; (23) Ibu mengalokasikan waktu
bersama anak; (24) Ayah dan Ibu berbagi peran dengan baik bagi keluarga
yang masih utuh; dan (25) pengelolaan keuangan dilakukan bersama suami
dan istri secara transparan bagi keluarga yang masih utuh.
2. Strategi Adaptasi
Data strategi adaptasi informan dalam menghadapi tantangan internal
dan eksternal dapat dideskripsikan sebagai berikut.
Dilihat dari perkembanngan pengalaman pekerjaannya selama 5
tahun terakhir, mereka seluruhnya telah lebih 5 tahun menekuni pekerjaan
yang selama ini ditekuninya, yakni sebagai buruh tambak udang, mengelola
usaha sendiri, baik toko, rumah makan dan warkop, menjahit dan boutique,
maupun jualan sayur keliling.
Ketika diajukan pertanyaan bagaimana pendapat anda tentang upaya
mendapatkan rezeki, apakah dengan aktif berdoa dan beribadah ke gereja
Tuhan Allah memberi rezeki, apakah harus berusaha keras untuk
59
mendapatkannya berdoa belakangan, atau bagaimana? Mereka hampir
semuanya menjawab bahwa usaha dan doa harus seiring, usaha saja tanpa
doa rezeki juga sulit datang, sebaliknya doa saja rezeki juga tidak kunjung
tiba. Usaha keras harus dilakukan disertai dengan doa memuji Tuhan.
Sumber pendapatan keluarga mereka diperoleh dari hasil kerja suami
dan hasil kerja istri, bagi yang sudah janda dari hasil usaha sendiri sebagian
ditambah pensiunan almarhum suami, dan sebagian ditambah bantuan anak-
anak mereka yang sudah bekerja. Pekerjaan yang ditekuni informan saat ini
tidak membutuhkan pendidikan dan atau pelatihan khusus untuk dapat
melakukannya. Asal mau dan tidak malu pasti bisa, bahkan ia yakin lama-
lama bisa memiliki tambak sendiri meskipun awalnya sewa tambak. Kecuali
menjahit memerlukan keterampilan khusus yang minimal perlu didapat
melalui kursus.
Gereja pernah menyelenggarakan pelatihan yang dilakukan gereja
bekerjasama dengan pemilik tambak yang sudah maju. Tujuannya
meningkatkan keterampilan jemaat gereja yang bekerja sebagai buruh di
tambak udang. Programnya selain diberi keterampilan-keterampilan mulai
penyiapan lahan, pengairan, pembibitan udang, penyebaran bibit ke tambak,
perawatan, sampai studi banding ke pengusaha tambak udang yang sudah
maju. Selain itu gereja juga melakukan pembinaan jemaat yang memiliki
usaha kecil-menengah (UKM) sampai mereka mendapat pinjaman BRI
paket KUR tanpa jaminan.
60
Berdasarkan data penelitian, dapat dikemukakan bahwa seluruh
informan dan keluarganya memiliki kemampuan beradaptasi yang cukup
baik dalam memenuhi tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Dalam dirinya
mereka ada jiwa keuletan usaha, bersyukur atas pekerjaan dan rezeki yang
telah ia terima sekeluarga. Lebih dari itu tidak pernah lupa berdoa pada
Tuhan untuk kelancaran pekerjaannya. Rajinnya mereka bersama istri ke
gereja setiap hari Minggu menyebabkan jiwanya tenang, bersyukur atas apa
yang telah diterimanya, dan selalu ingat Tuhan yang maha kuasa. Demikian
halnya bagi jemaat yang sudah janda, mereka rajin ke gereja dan rajin
menjalankan usahanya hingga anak-anak mereka kuliah di perguruan tinggi.
3. Pemberdayaan Jemaat Gereja
GPIB Anugerah Juata Laut Tarakan menurut informan pernah
mengadakan upaya pemberdayaan ekonomi jemaatnya selama tiga kali
dalam bentuk pelatihan keterampilan mengelola tambak udang.
Kegiatannya, gereja bekerjasama dengan pemilik tambak yang sudah maju.
Tujuannya meningkatkan keterampilan jemaat gereja yang bekerja sebagai
buruh di tambak udang. Programnya selain diberi keterampilan-
keterampilan mulai penyiapan lahan, pengairan, pembibitan udang,
penyebaran bibit ke tambak, perawatan, sampai studi banding ke pengusaha
tambak udang yang sudah maju.
Selain pelatihan tersebut, gereja juga pernah menyelenggarakan
kegiatan penguatan UKM bekerjasama dengan BRI. Bagi jemaat yang
61
mengikutinya dan memiliki usaha kecil mendapat pinjaman modal usaha
dari BRI tanpa jaminan.
Sebelum melakukan pemberdayaan pengelola GPIB Anugerah Juata
Laut Tarakan memberi pertanyaan kepada jemaat tentang program
pemberdayaan yang sangat dibutuhkan jemaat. Karena mayoritas jemaat
bekerja sebagai buruh tambak udang, dan sebagian ada yang sebagai
pemilik tambak, maka pelatihan yang diinginkan ya di bidang pengelolaan
tambak udang. Selain itu karena jemaat yang mempunyai usaha kecil
membutuhkan pinjaman dana untuk usaha, maka gereja bekerjasama dengan
BRI melakukan pembinaan UKM yang hasilnya di antaranya banyak jemaat
yang mempunyai usaha kecil mendapat pinjaman dana paket KUR tanpa
jaminan. Sebagaimana dikemukakan Ibu Elizabet Durant atas pertanyaan
“Jika gereja pernah menyelenggarakan pemberdayaan jemaat, apakah
GPIBAnugerah Juata Laut Tarakan sebelum melakukan pemberdayaan
memberi pertanyaan kepada jemaat tentang program pemberdayaan yang
sangat dibutuhkan jemaat? Ia menjawab:
“Ya, karena mayoritas jemaat bekerja sebagai buruh tambak
udang, dan sebagian ada yang sebagai pemilik tambak, maka
pelatihan yang diinginkan ya di bidang pengelolaan tambak
udang. Selain itu karena jemaat yang mempunyai usaha kecil
membutuhkan pinjaman dana untuk usaha, maka gereja
bekerjasama dengan BRI melakukan pembinaan UKM yang
hasilnya di antaranya banyak jemaat yang mempunyai usaha
kecil mendapat pinjaman dana paket KUR tanpa jaminan”
(Lampiran 2.8)
Setiap menjelang kegiatan pemberdayaan selesai pihak pemberdaya
tidak melakukan evaluasi untuk mengetahui kesesuaian perubahan perilaku
peserta dengan tujuan setiap program. Pengelola gereja, khususnya Pendeta
62
hanya memotivasi peserta, teknik pelatihan diserahkan sepenuhnya kepada
tim yang audah ahli dalam pengelolaan tambak. Evaluasinya langsung
peserta secara bergantian mempraktekkan setelah diberi contoh pengelolaan
yang benar. Tidak ada evaluasi tulis. Sebagaimana dikemukakan Alfred
Didalede ketika diajukan pertanyaan “Apakah setiap menjelang kegiatan
pemberdayaan selesai pihak pemberdaya melakukan evaluasi untuk
mengetahui kesesuaian perubahan perilaku peserta dengan tujuan setiap
program?” Ia menjawab “Pendeta hanya memotivasi peserta, teknik
pelatihan diserahkan sepenuhnya kepada tim yang sudah ahli dalam
pengelolaan tambak. Tidak ada evaluasi tulis. Evaluasinya langsung peserta
secara bergantian mempraktekkan setelah diberi contoh yang benar.”
(Lampiran 2.3).
Setelah pelatihan, pihak gereja melakukan tindak lanjut agar
pelatihan benar-benar bermakna bagi peserta. Caranya, gereja mencarikan
kesempatan kerja bagi peserta yang belum bekerja pada juragan-juragan
tambak udang dan memberikan akses ke bank (BRI) bagi jemaat yang
hendak meminjam uang untuk pengembangan usaha tambak udang.
Berdasarkan data penelitian, dapat dikemukakan bahwa gereja telah
merealisasikan program diakonianya dengan memberdayakan jemaatnya.
Bentuk pemberdayaan disesuaikan dengan strategi adaptasi kebanyakan
jemaatnya, yaitu peningkatan keterampilan pengelolaan tambak udang
karena mayoritas jemaat bekerja sebagai buruh tambak udang dan
pembinaan usaha kecil-menengah (UKM) bagi jemaat yang mempunyai
usaha kecil. Tekniknya diawali analisis kebutuhan, penyusunan program
pemberdayaan, pelaksanaan, evaluasi dan tindak lanjut. Analisis kebutuhan
63
dilakukan dengan cara pihak gereja meminta pendapat jemaat kegiatan
pemberdayaan apa yang sekiranya sangat dibutuhkan jemaat. Program
pemberdayaan disusun bersama antara gereja dan mitra kerja, yakni pemilik
tambak udang yang bersedia bekerjasama dalam program pemberdayaan ini
dan pihak BRI. Pelaksanaan kegiatan sedapatnya dilakukan sesuai program.
Evaluasi tidak dilakukan secara tertulis melainkan dengan praktek langsung.
Sedangkan tindak lanjut dilakukan oleh gereja dengan mengupayakan agar
jemaat yang belum mendapat kesempatan kerja sebagai buruh tambak udang
mendapat kesempatan kerja. Selain itu bagi jemaat yang memiliki usaha
kecil dan membutuhkan bantuan pinjaman dana, gereja mengupayakan
bekerjasama dengan BRI agar dapat memberi kredit tanpa jaminan.
4. Respon Jemaat terhadap Program Pemberdayaan
Manfaat pemberdayaan ekonomi yang diselenggarakan Pengelola
GPIBAnugerah Juata Laut Tarakan bagi upaya meningkatkan strategi
adaptasi menurut mereka adalah bahwa dengan bertambahnya keterampilan
dalam pengelolaan tambak udang mereka masih tetap dipertahankan sebagai
tenaga kerja di perusahaannya. Kesulitan kesulitan kerja yang semula tidak
dapat diatasi setelah pelatihan dapat diatasinya. Bahkan berkat pelatihan
beberapa informan siap menyewa tambak untuk dikelola sendiri jika modal
sudah memadai. Bagi ibu-ibu informan yang sudah janda, mereka
memperoleh manfaat pelatihan dengan mendapat pinjaman dana dari BRI
paket UKR tanpa jaminan sehingga usaha mereka bertambah maju. Dengan
demikian strategi adaptasi mereka meningkat.
64
Manfaat pemberdayaan ekonomi yang diselenggarakan Pengelola
GPIBAnugerah Juata Laut Tarakan bagi upaya meningkatkan ketahanan
hidup keluarga menurut seluruh informan bahwa dengan mengikuti
pelatihan keterampilan kerja mereka meningkat, lebih dipercaya juragan
(majikan), dan pendapatan majikan akan meningkat pula. Bagi ibu-ibu
informan yang memiliki usaha sendiri mendapat pinjaman modal dari BRI
sehingga penghasilannya dapat meningkat.
Saran terhadap Gereja dalam memberdayakan ekonomi jemaat
sepaya lebih efektif hendaknya dilakukan pelatihan-pelatihan lain, misalnya
tentang pengelolaan koperasi bagi jemaat dan masyarakat miskin di sekitar
gereja.
Berdasarkan deskripsi data di atas dapat dikemukakan bahwa
program pemberdayaan jemaat yang dilakukan GPIB Anugerah Juata Laut
Tarakan terbukti dapat meningkatkan strategi adaptasi jemaat, khususnya
peserta pemberdayaan. Sebab melalui program pemberdayaan pengetahuan
kerja, sikap kerja, dan keterampilan kerja semakin meningkat, bagi jemaat
pemilik usaha kecil bahkan mendapat pinjaman modal tanpa jaminan dari
BRI melalui paket KUR.
Meningkatnya strategi adaptasi tersebut berdampak pada
meningkatnya ketahanan keluarga jemaat. Terbukti dari 29 indikator
ketahanan keluarga sekitar 24-26 indikator dapat dipenuhi oleh jemaat
gereja, yang berarti setelah pemberdayaan terbukti tingkat ketahanan
keluarga jemaat cukup baik.