Upload
nguyennga
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
21
BAB III SOLUSI BISNIS
3.1 Perumusan Kerangka Pemecahan Masalah
Menurut Donald Waters, dalam bukunya yang berjudul Operations Strategy, tidak ada
satu pendekatan terbaik dalam penyusunan sebuah strategi (2006: 64). Dalam buku yang
sama, Donald Waters mengutip Gooderham bahwa “ no one ‘right’ way to develop and
implement strategy exists” (Operations Strategy, 2006: 64).
Dengan pernyataan diatas, maka penyusunan kerangka pemecahan masalah digambarkan
sebagai berikut.
MULAI
STUDI PUSTAKAPenelusuran Metoda yang Paling Tepat
IDENTIFIKASI AWALIdentifikasi dan Penelusuran Masalah
PERUMUSAN KERANGKA PEMECAHAN MASALAH
Pemilihan Metoda Formulasi Strategi Operasi
PENGUMPULAN DATAPengumpulan Data Eksternal Perusahaan
maupun Internal Perusahaan
ANALISA LINGKUNGAN MAKROAnalisa PEST, Faktor-Faktor
Lingkungan Makro
ANALISA STRATEGI KORPORAT & BISNISPemaparan Arah, Tujuan, dan Kebijakan
Perusahaan
ANALISA SUMBER DAYA OPERASIAnalisa Kelebihan dan Kekurangan Sumber
Daya Perusahaan untuk Pelaksanaan Strategi Korporat & Bisnis
ANALISA PERSYARATAN PASARAnalisa Peluang dan Ancaman dari Pasar yang Dihadapi dan Diterjemahkan dalam
Atribut-Atribut Tertentu
PENYUSUNAN STRATEGI OPERASIProses Rekonsiliasi Sumber Daya Operasi dengan Persyaratan Pasar Dengan Menggunakan Matriks
Strategi Operasi
PENYUSUNAN RENCANA IMPLEMENTASI
SELESAI
ANALISA LINGKUNGAN INDUSTRIAnalisa Porter’s Forces, Faktor-Faktor
Persaingan Dalam Industri
Gambar 3.1 Kerangka Kerja Pemecahan Masalah
22
3.2 Analisa Lingkungan
Setiap perusahaan harus sadar bahwa faktor-faktor lingkungan akan berpengaruh terhadap
kelangsungan bisnisnya. Pentingnya kesadaran tersebut adalah karena lingkungan
merupakan aspek eksternal yang terdiri dari berbagai faktor yang berada di luar kendali
perusahaan.
3.2.1 Analisa PEST
Faktor-faktor yang dianalisa dalam analisa PEST adalah faktor politik dan hukum,
ekonomi, sosial budaya, serta teknologi.
3.2.1.1 Politik dan Hukum
Untuk mengakhiri semua bentuk monopoli dalam penyelenggaraan telekomunikasi di
Indonesia, yang diamanatkan oleh undang-undang No 36 tahun 1999 tentang
telekomunikasi, Pemerintah telah mengumumkan PM 2 tahun 2004 tanggal 30 Maret 2004
melalui pengumuman Departemen Perhubungan RI. Inti dari peraturan ini adalah tentang
pelaksanaan restukturisasi sektor telekomunikasi. Dengan peraturan ini industri
telekomunikasi akan semakin terbuka terhadap persaingan sehingga akan membuka
peluang baru dan memacu pertumbuhan industri perangkat telekomunikasi.
Regulasi lain, yaitu Peraturan Menteri Keuangan Nomor 139/PMK.010/2005 tentang
Penetapan Tarif Bea Masuk Produk-Produk Information Communication Technology
(ICT), akan mengatur tarif barang masuk untuk produk telematika menjadi nol persen,
sesuai dengan kesepakatan World Trade Organization (WTO) mengenai produk ICT.
Pembebasan bea masuk ini di satu sisi akan memberikan rangsangan kepada perusahaan-
perusahaan lokal untuk melakukan efisiensi, namun di lain pihak dapat mematikan
industri-industri yang baru mulai merangkak karena alasan semakin ketatnya persaingan.
Bagi sektor peralatan telekomunikasi, pembebasan bea masuk ini pada situasi sekarang
dapat membuat tingkat persaingan dengan produk impor akan semakin keras.
Sementara itu, revisi Peraturan Pemerintah Nomor 148 Tahun 2000 tentang Fasilitas Pajak
Penghasilan untuk Penanaman Modal di Bidang-bidang Usaha tertentu dan atau di
Daerah-daerah Tertentu memberikan empat pilihan insentif yang dapat diberikan kepada
sektor usaha yang dipilih, yakni pengurangan PPh neto 30 % dari jumlah penanaman
modal, penetapan penyusutan dan amortisasi yang dipercepat, kompensasi kerugian yang
23
lebih lama, tetapi tidak lebih dari 10 tahun, dan PPh atas dividen diturunkan dari 20 %
menjadi 10 %. Sektor usaha yang terpilih diantaranya kelompok industri elektronika dan
telematika.
3.2.1.2 Ekonomi
Pasar telekomunikasi yang akan diperebutkan oleh para operator di Indonesia masih terus
berkembang. Intenational Telecommunication Union (ITU) Telecom Asia menyatakan
bahwa jumlah pelanggan telepon tetap dan bergerak untuk kawasan Asia-Pasifik masih
terus meningkat dan lebih menarik daripada kawasan seperti Eropa dan Amerika.
Gambar 3.2 Rata-Rata Pertumbuhan Tahunan Pelanggan Telepon Selular, 1994-2004
Sumber: International Telecommunication Union
Gambar 3.3 Telendesitas Sambungan Telepon, 1994-2004
Sumber: International Telecommunication Union
24
Sebagai salah satu negara di Asia-Pasific, indonesia juga termasuk salah satu negara yang
memiliki potensi pasar yang sangat besar. Selain karena jumlah penduduk yang besar,
kondisi ekonomi Indonesia saat ini relatif stabil dan mengalami penguatan. Hal ini
ditunjukkan pada peningkatan indikator ekonomi makro seperti pertumbuhan Gross
Domestic Product (GDP), penurunan tingkat inflasi, penurunan suku bunga Seritikat Bank
Indonesia (SBI), penurunan suku bunga pinjaman, dan penguatan nilai tukar rupiah.
Kebijakan pemerintah yang mendorong dunia perbankan nasional untuk memperbesar
volume kredit yang dikucurkan dan mengalihkannya dari surat-surat berharga yang
dikeluarkan negara, akan mendorong pertumbuhan dunia industri karena dengan
penambahan dana baru diharapkan kekuatan industri tersebut akan semakin kuat.
Dengan membaiknya keadaan ekonomi Indonesia, Hariff, sebagai salah satu komponen
industri perangkat telekomunikasi nasional, memperoleh peluang untuk berkembang.
Penguatan nilai tukar rupiah berarti mengurangi biaya operasional dan juga peluang untuk
mengurangi harga pokok produksi. Sementara itu, kebijakan perbankan saat ini
memberikan peluang untuk menambah volume kredit perusahaan dan memperbesar modal
kerja perusahaan.
3.2.1.3 Sosial Budaya
Seperti kita ketahui bahwa karakteristik masyarakat Indonesia adalah majemuk.
Kemajemukan itu bukan hanya meliputi perbedaan kesukuan, bahasa, adat istiadat dan
faktor sosial, ekonomi melainkan perkembangan masing-masing suku belum sama. Hal ini
disebabkan oleh berbagai aspek kehidupan dan penghidupan. Oleh karena itu, terdapat
beberapa fenomena menarik yang terjadi di Indonesia. Fenomena-fenomena tersebut yaitu:
1. Pertumbuhan penduduk Indonesia masih tetap tinggi dan kepadatan penduduk masih
terkonsentrasi di pulau Jawa.
2. Tingkat pendidikan sebagian masyarakat cenderung semakin meningkat tinggi, meski
ironisnya banyak pula yang putus sekolah.
3. Kebutuhan informasi masyarakat semakin tinggi, seiring dengan peningkatan tingkat
pendidikan dan semakin ketatnya persaingan.
4. Penduduk Indonesia cenderung konsumtif meski belum sepenuhnya terbebas dari
krisis
5. Krisis yang terjadi beberapa tahun lalu menyebabkan sebagian besar masyarakat
indonesia lebih cost conscious.
25
Fenomena-fenomena ini akan dirasakan langsung oleh industri jasa telekomunikasi.
Peluang untuk meningkatkan penetrasi pasar akan terkonsetrasi di kota-kota besar,
sedangkan daerah-daerah yang kepadatan penduduk dan tingkat pendidikannya masih
rendah tetap sulit untuk berkembang. Konsumerisme dan kebutuhan informasi akan
memastikan pertumbuhan pasar yang besar sehingga akan mendorong industri untuk adu
kecepatan dalam perebutan pangsa pasar. Ironisnya, cost consciousness akan memaksa
industri jasa telekomunikasi untuk menekan harga.
Hariff dipastikan akan mendapatkan persaingan yang sangat ketat di kota-kota besar.
Sementara itu, peluang di daerah-daerah akan terbuka lebar, namun Hariff akan terbentur
oleh biaya operasional yang sangat tinggi dan tingkat kesulitan yang dihadapi. Selain itu,
aspek harga dan kecepatan akan menjadi faktor kunci untuk masuk kualifikasi sebagai
pemasok bagi industri jasa telekomunikasi.
3.2.1.4 Teknologi
Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi, dalam berbagai bentuk dan
kegunaannya, telah mewarnai kehidupan kehidupan berbagai lapisan masyarakat.
Penggunaan teknologi tersebut saat ini berevolusi dari lalu lintas telekomunikasi berbasis
suara menjadi lalu lintas berbasis data.
Belum genap satu tahun setelah peluncuran teknologi informasi 3G, kini muncul teknologi
baru yang diklaim sebagai teknologi telekomunikasi 4G. Dengan kecepatan transfer
beberapa kali lebih cepat, generasi terbaru ini diperkirakan lebih murah ongkos
operasionalnya. Sayangnya, dengan alasan belum ada produk hukum yang mengaturnya
dan pertimbangan investasi yang telah dikeluarkan oleh para operator 3G, teknologi ini
mungkin baru bisa dinikmati Indonesia beberapa tahun lagi.
Bila teknologi generasi terbaru tersebut diimplementasikan, Hariff dipastikan harus
mampu mengadopsinya karena perubahan teknologi membuka peluang baru, namun
berpotensi mengancam pasar yang sudah ada.
3.2.2 Analisa Porter’s Forces
Analisa Kekuatan Porter (Porter’s Forces) merupakan salah satu analisa yang secara
komprehensif dapat menjelaskan keadaan suatu lingkungan bisnis. Inti dari analisa
26
Kekuatan Porter adalah evaluasi persaingan dan kekuatan dari masing-masing faktor.
Dengan kekuatan yang dimilikinya, setiap faktor akan berusaha untuk mempengaruhi dan
mengeser peluang bisnis kearahnya.
Gambar 3.4 Rangkuman Peta Porter’s Forces untuk Industri Perangkat Telekomunikasi
3.2.2.1 Persaingan dalam industri perangkat telekomunikasi
Setelah mengalami pertumbuhan sampai 1980-an, industri perangkat telekomunikasi
Indonesia mengalami kemunduran pada 1990-an. Pertumbuhan industri perangkat
telekomunikasi tidak sebanding/relatif lebih kecil dibandingkan dengan pertumbuhan
industri jasa telekomunikasi. Beberapa faktor seperti deregulasi pemerintah dalam
dukungannya terhadap industri perangkat telekomunikasi, kurangnya transfer teknologi,
dan ketergantungan industri perangkat telekomunikasi terhadap bahan baku impor,
menyebabkan stagnasi dan berkurangnya kemampuan industri perangkat telekomunikasi
untuk mengembangkan diri.
Antiklimaks dari perkembangan industri perangkat telekomunikasi di Indonesia terjadi
pada akhir 1990-an, yaitu ketika terjadinya krisis ekonomi di Indonesia. Berdasarkan
temuan Masyarakat Telematika (MASTEL), industri perangkat telekomunikasi di
Indonesia saat ini sebagian besar sedang dalam tahap bertahan hidup, melakukan
restrukturisasi, atau beralih fokus ke bidang lain
27
Gambar 3.5 Perkembangan Industri Telekomunikasi
Sumber: MASTEL
Dari data-data yang dipublikasikan oleh para penyedia jasa telekomunikasi seperti
Telkom, Indosat, Telkomsel, Satelindo, Excelcomindo dan penyedia lainnya, ditambah
dengan perkiraan pada pasar perangkat untuk kebutuhan perusahaan/institusi (seperti
Lembaga-lembaga Pemerintah, OTDA, Kawasan Bisnis, Kawasan Industri, dan lain-lain)
maka taksiran untuk tahun 2003 sampai dengan 2006 adalah sebagai berikut
(MASTEL,2007):
• Total bisnis telekomunikasi : Rp 40 sd 50 Triliun / tahun
• Total besarnya pasar perangkat : Rp 22 sd 30 Triliun / tahun
• Pangsa pasar industri perangkat dalam negeri : 2 – 3 %
• Pangsa pasar produk desain sendiri : 0.1 - 0.5 %
Pasar perangkat telekomunikasi di Indonesia pada 2007 diproyeksikan bakal mencapai
US$2,86 miliar, turun sekitar 14% dari perkiraan tahun ini sebesar US$3,33 miliar dimana
sekitar 99% diantaranya didominasi asing (Detik.com, 2007). Kondisi persaingan yang
tidak seimbang ini juga disebabkan oleh dukungan pemerintah dari masing-masing
pemasok luar negeri dan pengalaman beroperasi secara global.
28
Meskipun demikian, Waseso (Investor Daily, 2007) menargetkan industri lokal mampu
merebut bisnis manufaktur telekomunikasi hingga 20% atau senilai Rp 10 triliun pada
2010. Pencapaian itu butuh waktu karena saat ini industri perangkat telekomunikasi lokal
sudah dalam kondisi mati suri.
Dapat disimpulkan bahwa kondisi industri perangkat telekomunikasi Indonesia, terlebih
Hariff, tidak memegang peranan besar dalam industri telekomunikasi secara keseluruhan.
Meski tergolong besar untuk ukuran dalam negeri, Hariff masih merupakan bagian kecil
dari rantai nilai industri telekomunikasi. Dengan kontribusi sebesar ini sangatlah wajar
bila Hariff memiliki batasan-batasan untuk berkembang dan tidak memiliki posisi tawar
yang signifikan.
3.2.2.2 Posisi Tawar Pelanggan
Selepas terjadinya krisis, industri jasa telekomunikasi kembali bangkit. Pada awal 2000-
an, industri jasa telekomunikasi berhasil tumbuh kembali secara pesat, setelah sebelumnya
pada akhir 1990-an sempat goyah akibat krisis yang melanda. Sampai saat ini terdapat
beberapa operator telekomunikasi yang beroperasi di Indonesia. Tabel 3.1 Daftar Operator Telekomunikasi selular Indonesia
No. Nama Perusahaan Teknologi 1 PT Telekomunikasi Seluler (Telkomsel) GSM 2 PT Excelindo Pratama GSM 3 PT Indosat Tbk GSM/CDMA 4 PT Bakrie Telecom CDMA2000 1x 5 PT Mobile-8 Telecom CDMA2000 1x/ EV-DO 6 PT Telekomunikasi Indonesia Tbk CDMA 2000 1x 7 PT Natrindo Telepon Seluler/ Lippo Telecom DCS-1800/ GSM/WCDMA 8 PT Cyber Acces Communication* GSM, CDMA 9 PT Metrosel** AMPS
10 PT Telesera*** AMPS/CDMA 11 PT Mandara Seluler Indonesia/ mobisel NMT 450 12 PT Hutchison CP Telecommunications (Three) GSM
Keterangan : *) Pemerintah c.q Keputusan Dirjen No.253/Dirjen/2003 8 Okt'03 memberikan lisensi
menyelenggarakan G3 kepada PT Cyber Acces Communication **) Ambil alih Mobil-8 akan melakukan migrasi teknologi ke CDMA
***) diambilalih Telkom, Multi Investama Sumber : ATSI
Seperti yang telah diulas sebelumnya, persaingan industri telekomunikasi semakin
terbuka. Pemain yang baru saja masuk dalam kancah persaingan ini adalah PT Hutchison
CP Telecommunications (Three). Perusahaan ini berasal dari Inggris, namun telah
berpengalaman sebagai penyedia jasa telekomunikasi di beberapa negara. Selain itu,
beberapa pemain lama mulai melakukan konsolidasi untuk memperkuat usahanya.
29
Penguatan struktur permodalan dan akuisisi perusahaan adalah contoh upaya yang telah
dilakukan oleh beberapa operator telekomunikasi.
Jumlah pembeli yang terbatas (concentrated) dan lebih menyukai produk yang sudah
diakui internasional, serta peta kekuatan dan kepemilikan modal dari masing-masing
komponen industri jasa telekomunikasi sekarang ini menyebabkan daya saing dan posisi
tawar industri perangkat telekomunikasi semakin berkurang. Beberapa operator
telekomunikasi yang baru tumbuh lebih memilih produk-produk yang berasal dari negara
low-cost producer. Sementara itu, operator telekomunikasi yang saat ini kepemilikan
sahamnya dikuasai oleh perusahaan asing cenderung memilih produk dari negara-negara
pemilik teknologi (penemu dan/atau produsen teknologi) atau dari negara asal perusahaan
asing tersebut.
Pola bisnis antara industri jasa dan perangkat telekomunikasi yang berkembang saat ini
lebih banyak dalam bentuk risk-sharing. Leasing perangkat telekomunikasi merupakan
contoh paling aktual. Ironisnya industri perangkat telekomunikasi, seperti semua industri
dalam negeri, mengalami kesulitan dalam pendanaan dan kesulitan untuk mengadaptasi
tren yang sedang berkembang. Bagi Hariff dan industri-industri lokal sejenis, peningkatan
likuiditas perusahaan saja sudah menjadi isu yang cukup pelik untuk dipecahkan, apalagi
bila ditambah dengan desakan untuk mengadaptasi tren yang berlaku.
3.2.2.3 Posisi Tawar Pemasok
Karena praktis industri komponen dalam negeri belum berkembang, maka hampir 90%
komponen elektronik diimpor. Selain itu karena pangsa pasarnya sangat kecil maka
volume pemesanan pun relatif rendah sehingga tidak mempunyai posisi tawar yang cukup
kuat dibanding pembeli dari negeri pesaing lainnya. Dengan dasar pengelompokan yang
berbasis rekayasa (engineering), berbasis perdagangan, serta asal negara, maka peta
persaingan industri perangkat telekomunikasi di Indonesia adalah sebagai berikut
(MASTEL):
• Industri Multi National Corporation (MNC) sebagai pemilik teknologi, basis di luar
negeri
• Industri perangkat lokal, basis di dalam negeri
• Perusahaan perdagangan asing, basis di luar negeri
• Perusahaan perdagangan lokal, basis di dalam negeri
30
Gambar 3.6 Peta Persaingan Industri Komponen dan Perangkat Telekomunikasi
Sumber: Mastel
Seperti tergambar pada Gambar 3.6, terdapat beberapa pola rantai bisnis/value chain
dalam bisnis telekomunikasi di Indonesia. Pola-pola tersebut menegaskan kembali
lemahnya posisi/peranan industri perangkat telekomunikasi dalam industri telekomunikasi
Indonesia. Ironisnya, Indonesia sebagai quick adopters paling cepat dan paling besar di
kawasan Asia Tenggara sangat tergantung dengan pasokan teknologi-teknologi baru
sehingga ketergantungan terhadap pemasok sangat tinggi.
Sebagai contoh, Hariff hingga saat ini masih sangat tergantung pada pasokan berbagai
komponen yang berasal dari luar negeri. Ketidakmampuan industri komponen lokal untuk
memasok kebutuhan tersebut telah memaksa Hariff untuk menerima kesepakatan
kerjasama yang seringkali merugikannya.
3.2.2.4 Ancaman Pendatang Baru
Mengingat potensi yang dimiliki industri telekomunikasi sangat besar dan kebijakan
pemerintah untuk mengundang investasi baru ke dalam negeri, maka kemungkinan pemain
baru di industri perangkat telekomunikasi sangat terbuka lebar. Bila pemain baru tersebut
merupakan pemain kelas dunia dan telah menguasai rantai industri komponen dan industri
perangkat telekomunikasi, maka kemungkinan besar industri perangkat telekomunikasi
lokal akan sulit untuk bertahan.
31
3.2.2.5 Ancaman Produk Pengganti
Dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat, termasuk teknologi telekomunikasi,
tantangan yang akan dihadapi industri perangkat telekomunikasi akan semakin berat.
Kemungkinan yang paling buruk adalah bila muncul teknologi baru yang bersifat radikal
dan destruktif, serta kompetensi industri perangkat telekomunikasi indonesia belum cukup
untuk mendukungnya. Bila hal ini terjadi, kemungkinan besar industri perangkat
telekomunikasi lokal akan sulit untuk bertahan.
3.3 Analisa Strategi Korporat dan Bisnis
Fokus top management Hariff saat ini adalah untuk memperkuat kondisi internal
perusahaan. Cara yang dilakukan Hariff adalah dengan memperbesar pendapatan
penjualan dan mengembangkan ukuran perusahaan. Selain itu, Hariff saat ini mulai fokus
pada penyediaan perangkat telekomunikasi serta jasa implementasi dan pemeliharaan.
Beberapa kompetensi yang dimiliki Hariff kini ditransfer ke grup perusahaan. Untuk
memperkuat aliansinya dengan grup perusahaan, top management Hariff mengembangkan
sebuah Holding Company.
Sementara itu strategi bisnis Hariff adalah fokus pada pelanggan dengan mengutamakan
kemitraan (aliansi), kepercayaan, dan kesigapan. Dengan target segmen golongan atas,
Hariff memberikan produk-produk dan pelayanan premium.
3.4 Analisa Persyaratan Pasar
Analisa ini secara spesifik akan menelusuri aspek-aspek yang langsung berhadapan
dengan perusahaan sehari-hari, yaitu pelanggan dan pesaing perusahaan. Penelusuran
aspek-aspek tersebut akan menganalisa keinginan dan kebutuhan pelanggan, serta
menganalisa kondisi dan kemungkinan pergerakan dari pesaing.
3.4.1 Analisa Pelanggan
Dengan pertumbuhan jumlah end-user yang sangat pesat, industri telekomunikasi saat ini
masih menyimpan potensi yang sangat besar sekaligus dalam kompetisi yang sangat ketat.
Seperti yang telah diulas pada bagian, perkembangan terakhir menunjukkan bahwa
pertumbuhan industri telekomunikasi nirkabel jauh lebih pesat dibandingkan dengan
industri telekomunikasi kabel.
32
Meskipun teknologi telekomunikasi kabel hadir jauh lebih awal daripada teknologi
telekomunikasi nirkabel, industri telekomunikasi kabel mengalami kesulitan untuk
berkembang sepesat industri telekomunikasi nirkabel. Faktor yang paling berpengaruh
adalah nilai investasi yang diperlukan untuk pengembangan infrastruktur industri
telekomunikasi kabel jauh lebih besar dibandingkan industri telekomunikasi nirkabel.
Gambar 3.7 Jumlah Sambungan Telepon, 2000-Juni 2005
Sumber: PT. Telkom, Tbk.
Gambar 3.8 Pertumbuhan Jumlah Telepon Selular, 1996-2006 (dalam jutaan)
Sumber: Investor Daily
Sebagai contoh (Economic Review, 2006), PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk., pemimpin
pangsa pasar telekomunikasi kabel, lebih fokus ke pengembangan bisnis seluler dibanding
33
investasi telepon tetap. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk. memproyeksikan belanja
modal (capital expenditure/Capex) pada 2007 sebesar Rp. 18,637 triliun. Angka tersebut
sedikit lebih rendah dibanding tahun 2006 sebesar Rp. 19,098 triliun. Sementara Telkom,
sebagai anak perusahaan dari grup PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk., mempunyai Capex
sebesar Rp. 4,249 triliun pada 2007. Dari jumlah tersebut, sebesar Rp. 2,739 triliun akan
digunakan untuk investasi infrastruktur, baik jaringan transmisi, jaringan akses, fixed
wireless, data, dan pendukung jaringan staf. Sedangkan untuk anak perusahaan divisi
multimedia sebesar Rp. 166,5 miliar, pelayanan internet Rp. 222,2 miliar, dan sebesar Rp.
14 triliun masuk ke Telkomsel. Capex Telkomsel 2007 lebih besar dibanding tahun 2006
yang hanya Rp. 11,937 triliun.
Sebagai pelanggan utama, Telkomsel telah menjalin kerjasama dengan Hariff sejak awal
pendiriannya. Kerjasama yang telah terjalin lama ini telah mendorong pertumbuhan Hariff
seperti yang terlihat saat ini. Dampak positifnya adalah pertumbuhan nilai kontrak yang
diterima dan pendapatan penjualan yang selalu meningkat, namun dampak negatifnya
adalah posisi tawar Telkomsel lebih besar daripada yang dimiliki Hariff.
Gambar 3.9 Taksiran Komposisi Pelanggan Hariff Saat Ini
Seperti yang telah diulas sebelumnya, dengan posisi tawar yang lebih besar tersebut,
Telkomsel seringkali memberikan order yang sangat sulit untuk dilakukan, namun sangat
sulit untuk ditolak. Keadaan ini merupakan salah satu pemicu beberapa masalah yang
terjadi di Hariff saat ini. Berdasarkan hasil wawancara dan penelusuran, prioritas order
34
Telkomsel adalah kecepatan dan spesifikasi produk. Aspek harga selama ini bukan priorits
bagi Telkomsel.
Operator-operator telekomunikasi lain hanya menyumbang porsi yang relatif kecil bagi
pendapatan penjualan Hariff. Menurut divisi Marketing, terdapat beberapa alasan yang
menyebabkan kondisi ini terjadi. Aspek biaya dan perbedaan tingkat pelayanan merupakan
faktor utamanya. Kemungkinan lainnya adalah operator telekomunikasi yang saat ini
kepemilikan sahamnya dikuasai oleh perusahaan asing cenderung memilih produk dari
negara-negara pemilik teknologi (penemu dan/atau produsen teknologi) atau dari negara
asal perusahaan asing tersebut.
Pendapat yang dikemukakan oleh divisi Marketing tersebut sebenarnya belum teruji,
karena sampai saat ini Hariff tidak melakukan market research secara komprehensif,
melainkan hanya berdasarkan pengalaman dan praktek di lapangan. Dengan tidak adanya
market research yang memadai juga telah menyebabkan hasil peramalan (forecasting) jauh
dari kenyataan. Bukan saja dari sisi nilai penjualan yang diterima, melainkan juga dari
jenis produk yang terjual.
Meskipun demikian, berkat divisi Operasi selalu mengupayakan pemenuhan order dalam
kondisi apapun, sampai saat ini pelayanan Hariff masih dianggap baik oleh pelanggan.
Selain itu, layanan purna jual Hariff juga memberikan kontribusi besar dalam
mempertahankan penilaian pelanggan.
3.4.2 Analisa Pesaing
Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian (ilmea.depperin.go.id, 2007), perusahaan
yang beroperasi di Indonesia dan termasuk dalam kategori industri teknologi informasi
dan elektronika sejumlah 774 perusahaan. Meskipun tidak semuanya memiliki orientasi
bisnis yang sama dengan Hariff, yaitu bergerak dalam industri perangkat telekomunikasi,
jumlah populasi ini menunjukkan bahwa industri informasi dan elektronika merupakan
jenis industri yang sangat diminati.
Dari sekian banyak perusahaan yang bergerak di industri perangkat telekomunikasi, hanya
beberapa yang berhasil dilakukan penelusuran. Kultur tertutup masih mewarnai industri
perangkat telekomunikasi. Beberapa perusahaan pesaing Hariff saat ini adalah INTI
(sistem manajemen jaringan, konverter), LEN (transmitter radio dan televisi siaran
analog), CMI (microwave) dan Nurrizka (microwave, VSAT).
35
Setelah beberapa kali penyusutan, hanya satu perusahaan yang berhasil ditemukan dan
merupakan pesaing langsung dari Hariff. Perusahaan tersebut adalah PT. Industri
Telekomunikasi Indonesia (INTI), sebuah BUMN dan merupakan salah satu pioneer
industri perangkat telekomunikasi. Meskipun telah mengalami goncangan akibat krisis dan
deregulasi pemerintah, INTI kini telah mulai bangkit. Menurut Waseso (Investor Daily,
2007), INTI kini meraih 50% dari total proyek manufaktur nasional.
Berdasarkan data-data dan asumsi-asumsi berikut, maka peta persaingan industri
perangkat telekomunikasi dapat digambarkan pada Gambar 3.7.
• Pendapatan penjualan Hariff tahun 2006 sekitar Rp. 370 miliar.
• Pendapatan penjualan PT INTI tahun 2006, menurut Waseso (Investor Daily, 2007),
senilai Rp 600 miliar.
Gambar 3.10 Taksiran Pangsa Pasar DC Power System pada Tahun 2006
3.5 Analisa Sumber Daya Operasi
Analisa sumber daya operasi merupakan evaluasi mengenai kemampuan dan kekuatan
sumber daya perusahaan untuk mencapai visi, misi dan objektif. Oleh karena itu, area
keputusan yang dianalisa merupakan dekomposisi tujuan utama sebuah perusahaan (Slack
dan Lewis, 2002: 55), yaitu profit dan growth, seperti dilustrasikan dalam Gambar 3.11.
Pada beberapa beberapa literatur lain terdapat sedikit perbedaan mengenai klasifikasi area
sumber daya operasi. Perbedaan paling mendasar adalah klasifikasi kualitas sebagai area
sumber daya operasi. Buku Strategic Manufacturing for Competitive Advantage
mengklasifikasikan area sumberdaya menjadi capacity, facilities, technology, vertical
36
integration, workforce, quality, production planning/material control, organization
(Brown, 1996: 65). Sementara itu buku Operations Strategy mengklasifikasikan area
sumber daya menjadi capacity, facilities, process technology, vertical integration,
workforce, quality, planning, organization (Waters, 2006: 181).
Gambar 3.11 Dekomposisi Tujuan Perusahaan
Sumber: diolah dari Slack dan Lewis, 2002 3.5.1 Kapasitas
Permasalahan kapasitas yang patut disoroti di Hariff saat ini adalah produksi DC power
system karena produk akhir ini merupakan ujung tombak pendapatan penjualan Hariff.
Kapasitas produksi Hariff saat ini dapat dikatakan tidak terbatas dan tingkat
fleksibilitasnya sangat tinggi, sehingga dapat dikatakan sebagai salah satu alasan
keberhasilan Hariff hingga saat ini. Komposisi kapasitas output Hariff saat ini adalah 20%
hasil produksi internal dan sisanya dilakukan oleh sub-kontraktor. Alasan utama pemilihan
komposisi ini disebabkan ongkos produksi internal lebih mahal dibandingkan dengan
ongkos produksi yang dilakukan oleh sub-kontraktor
3.5.2 Supply Network
Saat ini Hariff dipasok oleh 64 pemasok yang berasal dari dalam dan luar negeri.
Komposisi asal negara dan jenis bahan baku yang dipasok diilustrasikan dalam Gambar
3.12 dan Gambar 3.13.
37
Gambar 3.12 Asal Negara Pemasok Bahan Baku
Sumber: Diolah dari Divisi Purchasing
Gambar 3.13 Jenis-Jenis Bahan Baku
Sumber: Diolah dari Divisi Purchasing
Pola kerjasama yang selama ini dilakukan oleh Hariff dengan pemasok-pemasoknya
adalah murni jual-beli. Tidak ada jalinan kerjasama yang dapat meningkatkan keuntungan
kedua belah pihak. Selain itu, Hariff juga biasanya hanya memiliki satu pemasok untuk
untuk satu komponen tertentu. Hanya dengan dua kondisi diatas, Hariff telah memicu
rententan masalah (diilustrasikan dalam sub-bab 2.4 Identifikasi Permasalahan).
Keterbatasan pilihan pemasok bahan baku yang dimiliki Hariff saat ini menyebabkan
kualitas bahan baku cukup buruk. Keterbatasan tersebut juga menyebabkan posisi tawar
dalam penyusunan kontrak jual-beli sangat lemah, selain karena nilai kontraknya relatif
kecil dibandingkan dengan pesaing dari luar negeri.
38
Aliansi yang dilakukan Hariff sampai saat ini hanya berada di lingkungan grup perusahaan
dan merupakan aliansi vertikal. Belum ada aliansi horisontal dengan sesama industri
perangkat lainnya untuk meningkatkan posisi tawar terhadap para pemasok dari luar
negeri.
Permasalahan lain yang dihadapi Hariff saat ini adalah tidak adanya inventory
management yang mengatur tingkat inventori perusahaan. Kebijakan inventori saat ini
lebih berdasarkan ketersediaan dana. Ironisnya, Hariff menerapkan kebijakan 100%
service level. Oleh karena itu seringkali Hariff melakukan instalasi dan implementasi
produk setengah jadi atau produk pengganti namun masih laik pakai. Hal ini menyebabkan
lamanya siklus kas perusahaan.
3.5.3 Teknologi Proses
Aspek yang harus ditinjau dalam analisa proses teknologi perusahaan adalah proses utama
dan proses pendukung produksi. Seperti yang telah disinggung pada sub-bab 2.3.2, proses
utama Hariff adalah proses order-fulfillment. Proses inti penciptaan nilai terjadi pada
proses produksi, dimana bahan baku dirakit dan difabrikasi menjadi produk jadi yang
memiliki nilai tambah lebih.
Karena proses perakitan ini sederhana dan tidak memerlukan peralatan yang relatif rumit,
maka dengan mudah Hariff dapat bekerja sama dengan pihak sub-kontraktor untuk
meningkatkan kapasitas produksi. Namun kemudahan perakitan yang dapat dianggap
sebagai kelemahan ini berhasil ditutupi/dikurangi dengan proses fabrikasi beberapa
komponen tambahan yang menjadi ciri khas/keunggulan produk jadi Hariff. Kemudahan
proses perakitan pun meningkatkan kualitas dan fleksibilitas proses produksi karena
pengontrolan produk jadi sangat sederhana dan setup time antara tipe produk yang berbeda
relatif singkat.
Salah satu proses pendukung yang sangat berkaitan erat dengan proses utama dan menjadi
sorotan utama adalah proses pendukung proses. Tools yang dimiliki oleh Hariff saat ini
untuk mengelola sistem informasi adalah MFG-Pro, sebuah perangkat lunak ERP. Dengan
menggunakan perangkat lunak ini, Hariff dapat mengintegrasikan database dari divisi
Produksi, Marketing, Keuangan, dan Personalia sehingga data-data penting mengenai
kondisi masing-masing divisi dapat saling dibagi dengan status terkini (real-time). Tujuan
39
dari penggunaan perangkat lunak ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan keefektifan
aliran proses sehingga meningkatkan efisiensi dan keefektifan proses.
Sebagai bagian dari paket pembelian perangkat lunak ERP, Hariff juga memiliki
perangkat lunak ARIS, sebuah perangkat lunak Business Process Management (BPM).
Vendor penyedia paket perangkat lunak ini melihat urgensi pemahaman proses bisnis
Hariff oleh masing-masing Process-Owner, dan kesalingtergantungannya
(interdependency) dengan proses bisnis lainnya.
Satu tahun setelah implementasi ERP, proses order-fulfillment dinilai masih belum efisien
dan efektif. Terdapat beberapa kemungkinan penyebab, yaitu:
a. Pemahaman masing-masing Process-Owner mengenai proses bisnis Hariff dan
kesalingtergantungannya (interdependency) dengan proses bisnis lainnya masih
sangat rendah. Oleh karena itu, masing-masing Process-Owner masih secara
mandiri melakukan aktivitas prosesnya sehingga proses berbagi data secara manual
dan verifikasi data masih merupakan kegiatan rutin.
b. Tingkat pemahaman kegunaan ERP yang rendah menyebabkan masing-masing
Process-Owner bertindak sebagai pengguna saja, bukan sebagai analis.
c. Resistensi penggunaan ERP masih sangat tinggi.
d. Kekakuan (rigidity) ERP mulai dirasakan ketika kesalahan pengisian data (data
entry) sukar untuk diperbaiki dan ketika penggabungan perusahaan ke dalam
Holding Company sulit diadaptasi.
3.5.4 Organisasi dan Pengembangan
Beberapa permasalahan yang dirasakan pada beberapa area sumber daya operasi lain
merupakan penyebab atau dipicu oleh permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan
Organisasi dan Pengembangan Perusahaan. Penjelasan keterkaitan antara area sumber
daya operasi lain dengan Organisasi dan Pengembangan Perusahaan adalah sebagai
berikut.
a. Keterbatasan untuk mengoptimalkan rantai pasok berakibat buruk pada manajemen
kualitas perusahaan.
b. Pemahaman mengenai proses bisnis Hariff dan kesalingtergantungannya
(interdependency) dengan proses bisnis lainnya yang masih rendah disebabkan
kurangnya koordinasi sehingga kekuatan pengambilan keputusan bergeser ke divisi
Marketing.
40
c. Ketidakefisienan dan ketidakefektifan penggunaan ERP juga diakibatkan
kurangnya pemahaman fungsi dan kelebihan ERP, serta kurangnya pelatihan.
d. Utilisasi ERP yang masih rendah menyebabkan sistem dokumentasi tidak up-to-
date dan akses untuk saling berbagi data masih terbatas dan memerlukan verifikasi
lanjutan.
e. Tidak adanya sistem manajemen kinerja yang komprehensif menyebabkan proses
perbaikan berlangsung secara parsial. Selain itu kultur industri perangkat yang
masih tertutup menyebabkan sulitnya untuk melakukan benchmarking.
f. Proses audit internal belum mampu mendukung upaya peningkatan mutu,
perbaikan kinerja, distribusi beban kerja, dan reduksi biaya.
Dari banyaknya permasalahan yang dihadapi Hariff, terdapat satu proses yang sangat baik
di perusahaan ini. Proses tersebut adalah proses pengembangan, baik pengembangan
bisnis, maupun pengembangan produk. Dalam beberapa tahun ke belakang, Hariff mampu
mengembangkan beberapa bisnis baru dan menambah value pada produk-produknya.
Struktur organisasi Hariff, yang relatif masih berukuran kecil, juga merupakan salah satu
kelebihan perusahaan. Dengan struktur organisasi yang masih sederhana, proses
pengambilan keputusan menjadi sangat cepat karena rendahnya kerumitan birokrasi.
3.6 Perumusan Strategi Operasi
Faktor-faktor eksternal yang berpengaruh terhadap aktivitas bisnis Hariff adalah faktor
lingkungan, baik lingkungan makro maupun lingkungan bisnis, serta faktor
persyaratan/kebutuhan pasar. Rangkuman hasil analisa lingkungan makro dan industri
adalah sebagai berikut:
1. Indonesia kini memasuki pasar bebas, sehingga monopoli pada industri
telekomunikasi mulai dihilangkan.
2. Seiring dengan kebijakan pasar bebas, maka dilakukan pembebasan bea masuk
produk ICT.
3. Untuk menggerakkan industri di Indonesia pemerintah memberikan beberapa
insentif kepada sektor usaha yang dipilih, termasuk didalamnya pilihan insentif
untuk kelompok industri elektronika dan telematika.
4. Potensi pasar telekomunikasi sangat besar, seiring dengan perbaikan ekonomi
5. Peluang untuk meningkatkan penetrasi pasar akan terkonsetrasi di kota-kota besar,
sedangkan daerah-daerah tetap sulit untuk berkembang.
41
6. Konsumerisme dan kebutuhan informasi akan memastikan pertumbuhan pasar
yang besar. Ironisnya, cost consciousness akan memaksa industri jasa
telekomunikasi untuk menekan harga.
7. Perkembangan teknologi pesat.
8. Peta persaingan industri perangkat saat ini dikuasai oleh MNC, sehingga
persaingannya dengan industri perangkat lokal sangat ketat. Sedangkan persaingan
antar sesama industri perangkat lokal relatif lebih longgar.
9. Jumlah pelanggan industri perangkat saat ini masih terbatas (concentrated).
10. Pelanggan dari industri perangkat lebih menyukai banyak bentuk risk-sharing.
11. Industri perangkat masih sangat tergantung pada pemasok dari mancanegara.
Rangkuman dari analisa persyaratan/kebutuhan pasar yaitu:
1. Perangkat telekomunikasi yang saat ini sangat dibutuhkan adalah perangkat
telekomunikasi untuk industri telekomunikasi nirkabel.
2. Prioritas order pelanggan eksisting Hariff, dalam hal ini yaitu Telkomsel, adalah
kecepatan pengiriman dan spesifikasi produk
3. Layanan purna jual yang memadai merupakan alat terbaik jika Hariff tidak dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan eksisting.
4. Potensi pasar lain belum tergarap karena aspek harga produk dan perbedaan tingkat
pelayanan antara pelanggan utama Hariff (yaitu Telkomsel) dengan pelanggan
lainnya, ditambah dengan preferensi produk.
5. Kondisi dan pergerakan pesaing sulit diketahui.
Analisa internal perusahaan, berhasil menelusuri kekuatan dan persoalan yang dihadapi.
Rangkuman kekuatan yang dimiliki Hariff saat ini yaitu:
1. Kapasitas produksi perusahaan tidak terbatas, sangat fleksibel, dan ongkos
produksinya murah.
2. Aliansi dengan perusahaan dalam grup NAL.
3. Proses produksi yang sederhana.
4. Proses pendukung yang terintegrasi dan menggunakan teknologi mutakhir.
5. Proses pengembangan yang berkesinambungan.
6. Proses birokrasi yang sederhana.
42
Rangkuman permasalahan yang dihadapi Hariff adalah sebagai berikut:
1. Sering terjadinya stockout.
2. Sering terjadinya order dadakan.
3. Realisasi kontrak sering melenceng dari forecast. Hal ini disebabkan oleh demand
yang sulit diperkirakan juga karena forecast terlalu detail.
4. Manajemen persediaan bahan baku berdasarkan ketersediaan dana.
5. Leadtime bahan baku sangat lama.
6. Kualitas bahan baku tidak baik.
7. Pilihan pemasok terbatas.
8. Tidak ada kontrak kerjasama dengan pemasok.
9. Rendahnya pemahaman mengenai proses bisnis dan kesalingtergantungannya
(interdependency) dengan proses bisnis lain.
10. Rendahnya pemahaman mengenai kegunaan ERP.
11. Resistensi penggunaan ERP masih sangat tinggi.
12. Kekakuan (rigidity) ERP.
13. Manajemen kualitas perusahaan kurang baik.
14. Kurangnya koordinasi.
15. Sistem dokumentasi tidak up-to-date dan akses untuk saling berbagi data masih
terbatas dan memerlukan verifikasi lanjutan.
16. Tidak adanya sistem manajemen kinerja yang komprehensif.
17. Proses audit internal belum memadai.
Berdasarkan analisa kondisi lingkungan dan kebutuhan serta potensi pasar, persyaratan
yang saat ini diperlukan adalah availability, dan flexilibility. Sedangkan perbaikan yang
paling diperlukan pada kondisi internal Hariff adalah upaya-upaya perbaikan pada area
sumber daya supply network. Dengan pertimbangan dari kondisi eksternal perusahaan,
sumber daya perusahaan, serta kebutuhan/persyaratan pasar terkini, maka strategi operasi
yang disusun memfokuskan pada supply network dan memprioritaskan availability, dan
flexilibility.
“Strategi operasi yang terfokus pada supply network, availability, dan flexilibility”
Tujuan akhir dari penyusunan strategi operasi ini tidak hanya penyelesaian masalah yang
sedang terjadi, akan tetapi dengan tambahan berupa adalah peningkatan posisi tawar
Hariff terhadap semua elemen pasar, seperti diilustrasikan dalam Gambar 3.14.
43
Peningkatan posisi tawar tersebut direpresentasikan dengan kemampuan Hariff untuk
menyediakan jenis produk yang lebih banyak dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan
serta peningkatan pelayanan bagi setiap pelanggannya. Kondisi dimana Hariff memiliki
posisi tawar yang lebih kuat adalah ketika:
1. Jaringan operasi perusahaan luas dan mampu menjangkau daerah terpencil dengan
waktu yang relatif singkat.
2. Rantai pasok internal yang efektif dan efisien, namun sangat fleksibel terhadap
perubahan kebutuhan pelanggan.
3. Aliansi dengan beberapa pemasok sehingga kualitas bahan baku, fleksibilitas serta
ketersediaannya terjaga.
4. Aliansi dengan pemasok-pemasok lokal untuk pengembangan dan penyediaan bahan
baku, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap pemasok luar negeri.
5. Aliansi dengan perusahaan lokal sejenis untuk efisiensi rantai pasok.
6. Sistem informasi yang dapat diandalkan dan dapat menyediakan informasi terkini
(real-time).
7. Memiliki banyak produk dengan spesifikasi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan,
namun proses produksinya relatif sederhana.
8. Memiliki manajemen mutu dan kinerja yang dapat memacu perkembangan.
Gambar 3.14 Posisi Tawar Hariff, (a) Saat Ini (b) Setelah Implementasi Strategi
Penyusunan strategi operasi ini menggunakan matriks strategi operasi (Slack dan Lewis,
2002: 55) agar penyusunan dilakukan secara komprehensif, koheren, saling berhubungan
(correspondence), dan tidak melewatkan bagian-bagian kritis pada area sumber daya
operasi.
Mekanisme penyusunan matriks strategi operasi adalah dengan mengkonfrontasi antara
kebutuhan pasar dengan area sumber daya internal perusahaan. Kebutuhan pasar tersebut
44
diterjemahkan bentuknya menjadi suatu performance objective (tujuan kinerja), sedangkan
masing-masing area sumber daya akan memiliki area keputusan masing-masing (decision
area). Dengan mengkonfrontasi kebutuhan pasar dengan area sumber daya internal
perusahaan, maka akan terjadi ketimpangan-ketimpangan (gaps). Setiap ketimpangan
yang terjadi merupakan indikator bahwa suatu area sumber daya harus dibenahi agar dapat
menyesuaikan dengan kebutuhan pasar.
Gambar 3.15 Matriks Strategi Operasi Produk DC Power System
45
Matriks strategi operasi pada Gambar 3.15 adalah panduan bagi upaya-upaya pembenahan
dan peningkatan area sumber daya perusahaan. Indikator urgensi perbaikan yang akan
dilakukan ditunjukkan dengan jumlah bintang (*) dalam setiap sel. Sel dengan jumlah
bintang terbanyak, yaitu perpotongan antara flexibility dengan supply network dan
perpotongan antara availability dengan supply network , merupakan prioritas utama dalam
pembenahan dan peningkatan. Urgensi pembenahan pada perpotongan tersebut disebabkan
oleh kondisi selama ini yang tidak berpihak pada aspek operasional perusahaan.
Sampai saat ini posisi tawar pelanggan sangat besar sehingga dapat menentukan secara
sepihak leadtime pengiriman dan mengintervensi jadwal produksi perusahaan. Kondisi ini
berdampak pada berbagai aspek, seperti diilustrasikan dalam Gambar 2.3.
Fokus internal operasi perusahaan terletak pada kinerja area sumber daya supply network.
Sedangkan untuk meningkatkan posisi tawar perusahaan, upaya pembenahan dilakukan di
seluruh area sumber daya untuk meningkatkan flexibility dan availability. Fokus tersebut
diilustrasikan dengan banyaknya jumlah bintang (*) dalam kolom supply network serta
baris flexibility dan availability.
Fokus dan prioritas yang diilustrasikan dalam matriks strategi operasi ini merupakan cara
yang dapat dilakukan agar implementasi strategi yang disusun tidak kontraproduktif.
46
47
48