Upload
vuongdung
View
226
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
20
Bab III
Proses Produksi
3.1 Perancangan Komponen Utama
Sebelum dilakukan proses produksi, dilakukan proses perancangan. Proses
perancangan ini meliputi perancangan dua komponen utama sistem pemanas air
surya, yaitu tangki air panas dan kolektor. Perancangan kedua komponen ini
dibatasi pada hal-hal berikut:
• Volume tangki air panas, disesuaikan dengan kebutuhan pemakai.
• Luas area yang tersedia dilokasi pemasangan. Ukuran luas total pemanas air
surya harus disesuaikan.
• Temperatur air panas yang ingin dicapai.
Untuk batasan volume air tangki ditentukan dari permintaan konsumen yaitu
sebesar 300 liter.
Untuk penentuan dimensi sistem pemanas air, dibutuhkan peninjauan rumah
konsumen. Pemanas air akan ditempatkan dirumah konsumen, jalan Cikutra
nomor 157. Agar sistem dapat bekerja dengan baik maka lokasi pemasangan
sistem pemanas air surya harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
• Kolektor harus langsung menghadap matahari, tidak terhalangi oleh misalnya
gedung dan pohon-pohon yang tinggi.
• Dikarenakan letak kota Bandung yang berada di selatan garis khatulistiwa,
kolektor harus diletakkan menghadap utara dengan kemiringan ± 15°. Pada
posisi ini energi matahari akan lebih banyak didapatkan sepanjang hari
dibanding posisi lainnya.
Dengan menimbang syarat-syarat diatas maka dipilih lokasi pemasangan sistem
pemanas air surya yaitu diatap lantai tertinggi yang menghadap utara, seperti yang
diperlihatkan oleh lingkaran biru pada gambar 3.1. Setelah diukur, agar tidak
menjorok keluar dari atap, panjang maksimal alat pemanas air (tangki dan
kolektor) adalah 2,7 m.
21
Gambar 3.1 Denah penempatan pemanas air pada rumah
Sementara batasan temperatur air panas yang harus tersedia ditentukan
berkisar antara 50 – 60 °C dengan alasan:
• Tidak membahayakan
• Dapat disimpan sebagai air mandi
Dalam kasus ini akan dipilih 55 °C. Batasan-batasan inilah yang harus dipenuhi
dalam proses perancangan agar sistem dapat terpasang dan berfungsi dengan baik.
Sehingga batasan dalam perancangan sistem pemanas air surya:
• Volume tangki air panas 300 liter
• Panjang sistem maksimal 2,7 m dengan lebar yang cukup fleksibel.
• Temperatur air panas 55 °C
3.1.1 Kolektor
Luas kolektor sebagai bidang penyerap radiasi matahari akan sangat
menentukan seberapa banyak volume air yang dipanaskan dan temperatur air
panas yang dicapai. Jumlah kalor yang harus disediakan kolektor untuk mencapai
temperatur air panas sebesar 55 °C adalah:
22
o
( )
kg J = 1 4200 300 lt (55-24) Clt kg C
= 39060000 J
load p hot wQ VC T Tρ= −
⋅ ⋅ ⋅ o
Kalor yang diserap oleh kolektor perlu memperhitungkan rugi-rugi panas ke
lingkungan.
( )( )dengan:
kalor yang berguna untuk menaikkan temperatur air = luas kolektor = faktor kehilangan panas kolektor
= transmivitas kaca penutup = absorptivitas kolektor = r
u c R R L fi a
u
c
R
Q A F I F U T T
QAF
I
τα
τα
= − −
=
ata-rata intensitas radiasi matahari = temperatur air masuk
= temperatur lingkunganfi
a
T
T
Untuk perancangan, nilai RF τα dan R LF U dianggap konstan yaitu 0,68 dan 4,9
2 oW/m C [Duffie,1980]. Sehingga luas kolektor yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan air panas adalah:
( )
2 2
2
39060000 J = J W0,68 550 12 3600 s - 4,9 (35 25) C 12 3600 sm s m C
2,78 mdimana adalah temperatur air rata-rata yang masuk kolektor dalam 1 hari
uc
R R L fi a
fi
QAF I F U T T
T
τα=
− −
⋅ ⋅ ⋅ ⋅ − ⋅ ⋅
≈
o
Jadi luas kolektor yang harus disediakan adalah sebesar 2,78 2m untuk kapasitas
tangki sebesar 300 liter. Untuk meyakinkan didapatnya besar energi panas yang
berguna dipilih 2 buah kolektor dengan ukuran (1800x780) mm sehingga didapat
luas kolektor 2,8 m2. Agar kolektor dapat masuk kedalam rumah kolektor, dipilih
ukuran rumah kolektor (1870x820) mm.
23
3.1.2 Tangki Air Panas
Penentuan dimensi tangki mengikuti persamaan volume silinder: 2 300 Liter
4tabungd lV π
= =
Dipilih diameter tangki 570 mm dengan panjang selubung, l = 1200 mm. Karena
panjang rumah kolektor telah ditentukan sebesar 1870 cm maka diameter rumah
Tangki maksimal, 2700 - 1870 = 830 mm. Agar memenuhi unsur estetika,
panjang selubung rumah tangki diinginkan mendekati lebar dari kolektor. Dipilih
ukuran rumah tangki dengan panjang 1600 mm dengan diameter 780 mm.
Gambar 3.2 Diagram alir perancangan pemanas air tenaga surya
24
3.2 Pemilihan Material
3.2.1 Tangki Air Panas
Komponen ini berfungsi sebagai thermal storage air panas dari kolektor.
Karena berfungsi untuk menyimpan air yang akan digunakan untuk mandi, maka
dikehendaki air tetap tidak berwarna dan berbau. Oleh karena itu, material
komponen ini tahan korosi dan temperatur yang relatif tinggi (50-60°C). Dipilih
stainless steel untuk dinding tangki dan juga pipa yang tersambung dengan tangki.
Karena berfungsi sebagai thermal storage, maka tangki perlu diberi isolasi yang
berupa glasswool lalu dilapisi lagi dengan kain terpal sebagai pembungkus.
Glasswool sebagai bahan isolator memiliki konduktivitas sebesar 0,034 W/mK.
3.2.2 Kolektor
Secara umum kolektor berfungsi sebagai penyerap energi radiasi matahari
yang kemudian diubah menjadi energi termal pada pipa-pipa kolektor.
Kolektor ini terdiri dari beberapa komponen yaitu:
a) Penutup transparan
• Berfungsi untuk meneruskan sinar matahari yang jatuh kepadanya,
mengurangi kerugian konveksi dan radiasi ke udara sekitar serta
melindungi kolektor terhadap debu dan hujan.
• Mempunyai sifat tembus cahaya, transmisibilitas tinggi, arbsorpsivitas
serta refleksivitas yang rendah terhadap radiasi gelombang pendek namun
tinggi dalam memantulkan radiasi gelombang panjang serta tahan
temperatur tinggi.
• Dipilih kaca sebagai material karena mempunyai sifat transmisibilitas
sebesar 0,8.
b) Sirip kolektor
• Berfungsi memperbesar bidang penyerap radiasi matahari pada kolektor.
• Sifat yang harus dimiliki adalah konduktivitas tinggi dan absorptivitas
yang tinggi, serta tahan temperatur tinggi.
• Dipilih pelat tembaga karena memiliki harga konduktivitas sebesar 401
W/mK, dan emisivitas sebesar 0,03.
25
c) Pipa kolektor
• Berfungsi untuk media perantara perpindahan panas ke air
• Sifat dan material yang dipilih sama dengan sirip kolektor diatas.
d) Rumah kolektor
• Berfungsi sebagai dudukan dari semua komponen diatas serta mencegah
masuknya air dan debu.
• Harus memiliki sifat ringan dan tahan korosi.
• Dipilih alumunium sebagai material dari rumah kolektor karena memenuhi
sifat diatas.
e) Isolasi
• Berfungsi mengurangi kerugian panas ke lingkungan melalui bagian
bawah dan samping kolektor.
• Memiliki sifat konduktivitas yang rendah.
• Material yang dipilih adalah ijuk.
3.2.3 Pipa Penghubung Kolektor dan Tangki Air Panas
Sebagai penghubung kolektor dan tangki maka pipa ini harus memiliki sifat
tahan korosi, konduktivitas rendah, tahan tekanan dan temperatur tinggi serta
mudah dalam instalasinya. Dipilih pipa rifeng 1620 yang memiliki konduktivitas
0,45 W/mK, tahan temperatur sampai 90° C dan tekanan 5 Mpa. Pipa rifeng ini
terbuat dari polyethylene pada bagian dalam dan luar serta alumunium pada
lapisan tengahnya. Pipa rifeng mudah dalam pembengkokan dan penyambungan.
26
3.3 Proses Produksi
3.3.1 Kolektor
Proses pembuatan kolektor akan dibagi lagi menjadi 2 bagian yaitu absorber
dan rumah kolektor. Berikut adalah proses pembuatan keduanya:
3.3.1.1 Absorber
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan absorber adalah :
• Pipa kuningan, diameter dalam 20 mm, panjang 3,3 m, 1 buah
• Pipa tembaga (Cu), diameter 5/8 inchi, panjang 6 m, 5 buah
• Pelat tembaga (Cu), ukuran (120x36) cm, tebal 0,8 mm, 6 buah
• Double napple ¾ inchi, 4 buah
• Socket pipa rifeng ¾ inchi, 1 buah
• Kawat las kuningan, 4 buah.
• Kawat las perak, 70 buah
• Meni SEIV
• Thinner SEIV
• Cat hitam dof
Proses pembuatan absorber adalah sebagai berikut:
1. Pipa kuningan 20 mm dipotong menggunakan gergaji dengan panjang 82 cm
sebanyak 4 buah.
2. Pipa tembaga 5/8 inchi dipotong-potong menggunakan tube cutter dengan
ukuran panjang 178 cm sebanyak 15 buah.
3. Dari sisa hasil pemotongan, pipa tembaga disambung dengan proses brazing
dengan filler kawat perak sehingga didapat 1 pipa tembaga 5/8 inchi dengan
panjang 178 cm.
Gambar 3.3 Pipa kuningan dan tembaga setelah dipotong sesuai ukuran
27
Gambar 3.4 Penyambungan pipa tembaga dengan menggunakan proses brazing
4. Keempat pipa kuningan dilubangi dengan menggunakan mata bor ukuran 16
mm sehingga terjadi sesuaian pas dengan pipa tembaga 5/8 inchi. Setiap pipa
kuningan dilubangi sebanyak 8 buah dengan jarak antar titik tengah tiap
lubang 10 cm dan jarak dari ujung pipa ke titik tengah lubang 6 cm.
Gambar 3.5 Pipa kuningan dilubangi dengan mata bor 16 mm
5. Kedua ujung setiap pipa tembaga dibuat profil melengkung dengan
menggunakan gerinda agar sesuai dengan pipa kuningan pada waktu
penyambungan dan ujung pipa tidak mengganggu aliran air dalam kolektor.
Gambar 3.6 Ujung pipa tembaga digerinda
6. Delapan buah pipa tembaga kemudian disambungkan dengan dua buah pipa
kuningan dengan proses brazing menggunakan kawat las kuningan. Dalam
melakukan proses ini didalam pipa kuningan diselipkan pipa solid agar
permukaan pipa tembaga dapat sejajar dan tidak terlalu menjorok kedalam.
28
Gambar 3.7 Proses brazing untuk penyambungan pipa
7. Pelat tembaga (Cu) yang berfungsi sebagai sirip diantara pelat tembaga dibuat
dengan dimensi 9 cm x 60 cm. Pada kedua ujung pelat yang berukuran 9 cm
tersebut kemudian ditekuk kira-kira 45° dengan lebar tiap tekukan adalah 2
mm. Panjang 60 cm dipilih karena keterbatasan mesin tekuk yang ada di
bengkel lab. surya yang hanya mampu menampung panjang material sampai
60 cm.
8. Pelat Cu disambungkan dengan pipa tembaga dengan proses brazing dengan
menggunakan kawat perak sebagai filler pada bagian yang telah ditekuk
sehingga memudahkan dalam proses penyambungan antara pelat dan pipa.
Diberi jarak antara pipa kunungan dan sirip ± 1 cm agar apabila terdapat
kebocoran pada sambungan pipa kuningan dan pipa tembaga dapat diatasi
tanpa merusak sirip.
Proses B
razing
Gambar 3.8 Proses brazing untuk penyambungan sirp dan pipa
29
9. Setelah penyambungan pipa-pipa dan sirip selesai, dilakukan pengecekan
kelurusan pipa-pipa. Hal ini dilakukan karena proses brazing yang
bertemperatur tinggi dapat menyebabkan bengkoknya pipa-pipa tembaga.
Catatan: Pada pembuatan absorber pertama diketahui bahwa proses brazing
antara pipa tembaga dan pelat tembaga menyebabkan tegangan thermal yang
cukup besar sehingga menyebabkan tarik-menarik antara pipa dan pelat. Hal ini
menyebabkan bengkoknya pipa tembaga yang akan menimbulkan kesulitan pada
saat penyambungan 2 kolektor. Hal ini diatasi dengan menggunting sirip pelat
tembaga di tengah-tengah antara dua pipa tembaga, sehingga mempermudah
pelurusan pipa tembaga. Untuk menghindari terjadinya hal ini, pada saat proses
brazing absorber yang kedua, kedua pipa kuningan disambung dengan batangan
baja tetap dengan cara brazing. Selain itu, kekurangan dari metoda ini adalah
borosnya kawat las perak sebagai filler.
10. Karena akan dibuat dua buah kolektor yang akan disambung, dibutuhkan
kelurusan ujung pipa-pipa tembaga agar pipa-pipa tembaga tetap satu sumbu
sehingga mempermudah penyambungan. Dilakukan pemotongan ujung pipa
agar kedua ujung pipa berada dalam satu garis lurus.
11. Disetiap ujung pipa tembaga dilakukan proses brazing untuk menyambung
napple ulir luar dengan diameter ulir ¾ inchi sebanyak 7 buah. Napple ini
diperoleh dengan menggergaji double-napple di tengah menjadi 2 bagian.
Selain itu untuk kolektor sebelah kiri, 1 buah socket pipa rifeng ¾” untuk
ujung pipa tembaga sebelah kiri atas atas untuk saluran air panas dari kolektor
ke tangki. Penggunaan napple bertujuan mempermudah dalam penyambungan
pipa-pipa.
12. Setelah proses penyambungan tiap komponen selesai kemudian dilakukan uji
kebocoran kolektor. Salah satu ujung pipa disambungkan dengan pompa dan
ujung lainnya ditutup menggunakan dop ledeng. Air bertekanan yang
dihasilkan pompa akan keluar melalui bagian yang bocor Kebocoran biasanya
terjadi pada bagian sambungan antara pipa kuningan dan pipa tembaga.
30
13. Sebelum dicat, absorber terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan
sikat kawat yang dipasang pada gerinda tangan. Proses ini dilakukan untuk
membersihkan absorber dari oksida hasil sampingan proses brazing sehingga
cat menempel dengan baik pada absorber.
14. Langkah terakhir dilakukan pengecatan kolektor. Kolektor dicat dengan warna
hitam dof (tidak mengkilap) agar kolektor dapat menyerap panas matahari
secara maksimal. Sebelum dicat warna hitam, terlebih dahulu seluruh
pemukaan kolektor diberi lapisan meni agar cat tidak mudah terkelupas.
Gambar 3.9 Absorber
3.3.1.2 Rumah Kolektor
Bahan rumah kolektor adalah pelat alumunium (Al). Pelat alumunium dipilih
agar mengurangi berat total bagian kolektor, sehingga mempermudah daalm
pengangkatan dan pemasangan nantinya. Bahan-bahan yang digunakan dalam
membuat rumah kolektor adalah:
• Pelat alumunium (Al), ukuran (120 x 240) cm, tebal 1,2 mm, 2 buah
• Pelat alumunium (Al), ukuran (30 x 200) cm, tebal 0,8 mm, 1 buah
• Paku rivet ukuran 3,2 mm
• Meni SEIV
• Thinner SEIV
• Cat silver
31
Dalam pembuatan rumah kolektor digunakan paku rivet untuk menyambung
tiap bagiannya, berikut adalah cara pembuatannya:
1. Lembaran pelat Al. dipotong dan ditekuk sesuai ukuran dan pola untuk
membentuk bagian alas rumah kolektor dan bagian samping kolektor. Proses
ini dilakukan di bengkel pelat Fata.
2. Juga dibuat bagian penguat agar rumah kolektor lebih kaku dan tidak mudah
terpuntir. Bagian penguat terdiri dari dua jenis, panjang dan pendek dengan
jumlah masing-masing 4 dan 6 buah.
Gambar 3.10 Bagian alas, samping dan penguat rumah kolektor
3. Untuk penyambungan, ujung-ujung bagian samping ditekuk dan dipotong
dengan bentuk segitiga. Bagian alas rumah kolektor juga dipotong dengan
bentuk segitiga.
Gambar 3.11 Bagian samping kolektor ditekuk dan dipotong
32
4. Sebelum dilakukan penyambungan, bagian samping terlebih dahulu dilubangi
dengan menggunakan mata bor ukuran 30 mm. Letak lubang harus sesuai
dengan pipa-pipa tembaga.
Gambar 3.12 Bagian samping kolektor dilubangi
5. Alas rumah kolektor disambung dengan dengan bagian samping dan bagian
penguat dengan menggunakan paku rivet 3,2 mm.
6. Setelah proses penyambungan, dilakukan perluasan lubang pada bagian
samping kolektor dengan menggunakan kikir bulat. Hal ini dimaksudkan
lubang dapat dimasuki oleh pegangan kunci pada napple yang berukuran ± 34
mm.
7. Pengecatan rumah kolektor.
Gambar 3.13 Rumah Kolektor
33
3.3.2 Tangki air panas
3.3.2.1 Tangki dan Pemipaan
Material tangki beserta pemipaannya diilih stainless steel karena sifatnya yang
tahan karat. Bahan-bahan yang digunakan adalah:
• Pelat stainless steel 304, ukuran (120 x 240) cm, tebal 1,5 mm, 1 buah
• Pipa stainless steel, diameter ¾ inchi, 1 buah
• Pipa stainless steel, diameter ½ inchi, 1 buah
• Glasswool
• Alumunium foil
• Terpal Plastik
• Lem Fox
• Tali Rafia
Berikut akan diuraikan mengenai proses manfaktur tangki:
1. Untuk membuat tangki dengan kapasitas 300 liter dan sesuai dengan area yang
tersedia, maka diperlukan pelat SS berukuran sekitar (178 x 120) cm. Pelat SS
dipotong dengan ukuran tersebut kemudian di-roll berulang-ulang sehingga
membentuk silinder berdiameter 57 cm. Kemudian kedua ujungnya dilakukan
proses pengelasan agar bentuknya tidak berubah lagi.
2. Dari sisa pelat dengan ukuran (62 x 120) cm dibuat kedua sisi tangki
berbentuk lingkaran dengan diameter 58 cm dengan menggunakan gunting
pelat. Setelah itu dilakukan proses shear forming agar berbetuk seperti
cekungan. Setelah terbentuk cekungan, dilakukan proses drilling membuat
lubang untuk pipa.
Gambar 3.14 Tangki
34
3. Proses selanjutnya adalah membuat pipa-pipa yaitu pipa air panas, pipa air
dingin, pipa untuk pemakaian dan pipa pengeluaran udara. Material pipa-pipa
ini juga stainless steel dengan ukuran ½” untuk pipa pengeluaran udara, dan
¾” untuk pipa lainnya. Semua pipa dipotong terlebih dahulu dengan panjang
30, 45, 65 dan 100 cm masing-masing untuk pipa input air panas, pipa
pamakaian, pipa air dingin dan pipa pengeluaran udara. Lalu masing-masing
pipa dibuat ulir luar pada salah satu sisinya dengan proses bubut. Ulir ini
berguna untuk penyambungan pipa baik dengan pipa dari kolektor maupun
dengan katup. Khusus untuk pipa air dingin dibuat lubang-lubang kecil yang
cukup banyak berukuran sekitar 2mm agar proses pengisian air dingin pada
tangki dapat terjadi merata. Lubang-lubang ini hanya dibuat di bagian bawah
pipa agar air dingin tidak mengarah keatas dan langsung bercampur dengan air
yang lebih panas.
4. Agar kedudukan pipa-pipa didalam tangki tidak mudah berubah maka harus
dibuat dudukan. Pelat SS yang sudah dipotong kemudian ditekuk 90° lalu di-
drill sesuai ukuran pipa.
Pipa pengeluaranudara
Pipa air dingin
Dudukan
Pipa air panas
Pipa pemakaian
Gambar 3.15 Pipa-pipa pada tangki
5. Proses berikutnya adalah pengelasan untuk menyambung semua bagian yang
telah dibuat diatas. Urutan proses pengelasan adalah dudukan dengan pipa,
dudukan dengan tangki, dan yang terakhir pengelasan kedua sisi tangki.
35
Gambar 3.16 Tangki setelah pengelasan
6. Selanjutnya tangki air yang sudah terbentuk diberi isolasi berupa glasswool
setebal 3 cm, alumunium foil dan plastik terpal secara berturut-turut dari
dalam kearah luar yang masing-masing direkatkan dengan lem. Sebelumnya,
untuk lebih memadatkan glasswool yang menyelimuti seluruh badan tangki
diberi simpul-simpul sikatan tali rafia.
3.3.2.2 Rumah Tangki
Bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:
• Baja siku (3x3) cm
• Pelat alumunium ukuran (100x200) cm, tebal 1 mm, 3 buah
• Pelat baja tebal 2.5 cm
• Besi cor diameter 10 cm
• Baut 6 mm
• Paku rivet 3,2 mm
• Meni SEIV
• Thinner SEIV
• Cat silver
Proses pembuatan rumah tangki adalah sebagai berikut:
1. Pembuatan alas rumah tangki ini menggunakan baja siku (3x3) cm yang
dipotong dengan panjang 120 cm (2 buah) dan 59 cm (5 buah). Kemudian
saling disambungkan dengan proses pengelasan.
36
2. Sementara untuk lingkaran rumahnya dibuat dengan menggunakan jigsaw,
menggunakan pola yang digambar terlebih dahulu pada pelat baja, kemudian
dipotong sesuai dengan pola. Lalu dilas dengan menggunakan pelat baja yang
telah dirol sehingga membentuk lingkaran tangki.
3. Untuk dudukan tangki, 2 baja siku yang ditengah dilas dengan baja siku lagi
sehingga bidang mendatar dari baja siku menghadap keatas.
dudukan Gambar 3.17 Rangka rumah tangki
4. Pegangan juga dibuat agar memudahkan saat memindahkan tangki. Pegangan
ini dibuat dari baja cor dengan diameter 1 cm. Ujung-ujungnya dibuat dari
pelat baja sesuai dengan pola.
5. Agar rumah tangki ini tahan karat maka harus diberi lapisan meni.
Sebelumnya semua permukaan dibersihkan dengan ampelas sampai bersih
dari karat dan minyak pengotor lainnya.
6. Agar tangki tidak mudah bergeser maka tangki dan dudukan dikencangkan
dengan pelat baja yang dibengkokkan sesuai ukuran tangki dan dibaut pada
baja siku.
7. Untuk membuat selubung rumah tangki digunakan pelat alumunium 1 mm.
Selubung atas dibuat dengan cara me-roll pelat yang sudah dipotong sesuai
dengan keliling lingkaran sampai didapat bentuk yang sama dengan
rumahnya. Selubung alas dibuat dengan memotong pelat dengan ukuran
(120x59) cm. Begitu juga dengan selubung kanan dan kiri. Perlu dibuat
37
lubang untuk pipa dari tangki. Selubung atas dan alas disatukan dengan
dengan menggunakan paku rivet 3,2 mm. Selubung kanan dan kiri disatukan
dengan rumah tangki memakai baut ukuran 6 mm, sehingga lebih mudah
untuk dibuka jika diperlukan.
8. Setelah tangki dan rumahnya selesai dibuat lalu tangki dimasukkan ke dalam
rumah tangki dengan posisi diputar ± 15° clockwise. Pemutaran ini
dimaksudkan agar saat pemasangan pemanas air diatas rumah, posisi pipa
pengeluaran udara tepat berada di bagian paling atas sehingga semua udara
yang terjebak di dalam tangki dapat dikeluarkan. Udara yang terjebak didalam
tangki dapat menyebabkan timbulnya karat.
9. Setelah dipasang selubung lingkaran tangki, dipasang selubung kanan dan
kiri. Setelah itu pegangan tangki dipasang pada ujung-ujung tangki dengan
menggunakan baut 6 mm.
10. Pengecatan tangki. Warna disesuaikan dengan permintaan, dipilih warna yang
“menyatu” dengan alam.
Gambar 3.18 Bentuk akhir rumah tangki air panas
(tampak luar)
38
3.3.3 Penyambungan Kolektor dengan Tangki Air Panas
Setelah kolektor dan tangki air panas telah selesai dibuat maka tahap
berikutnya adalah merakit semua komponen yang telah dibuat dan
menyambungkan kolektor dan tangki sehingga didapat panjang pipa penyambung
yang sesuai dan mempermudah proses instalasi di atap rumah. Bahan-bahan yang
dipakai pada saat proses penyambungan:
• Kaca ukuran (99x82) cm, tebal 5 mm, 4 buah
• Karet lis
• Alumunium siku (3x3) cm
• Pipa rifeng 1620
• Sock draft rifeng ¾ inchi
• Sambungan T ¾ inchi
• Seal Tape
• Sambungan union
Berikut adalah proses penyambungan kolektor dan tangki:
1. Pemasangan ijuk di rumah kolektor
2. Absorber dimasukkan kedalam rumah kolektor.
3. Pemasangan karet lis pada ujung atas rumah kolektor untuk penumpu kaca.
Karena untuk satu kolektor diperlukan 2 buah kaca, maka karet lis unuk
setengah bagian atas ditumpuk 2 agar seluruh permukaan kaca bagian atas
menumpu pada karet lis.
4. Pemasangan kaca. Agar kaca bagian atas tidak meluncur kebawah maka
ditahan dengan pegangan yang terbuat dari pelat alumunium berbentuk huruf
S. Pegangan ini dikaitkan dengan kaca bagian bawah.
5. Pemasangan penahan bagian atas kolektor. Terbuat dari alumunium siku
berukuran (3x3) cm di sekeliling atas rumah kolektor. Alumunium siku ini
disambung dengan rumah kolektor dengan menggunakan mur.
6. Semua ujung pipa-pipa baik yang ada di tangki maupun kolektor diberi seal
tape secukupnya.
7. Pasangkan sambungan union pada ujung pipa-pipa kolektor untuk
menyambungkan kedua kolektor. Sebelumnya dibuat semacam ring untuk
sambungan union dari karet ban bekas agar dapat mencegah kebocoran.
39
8. Pada pipa kolektor sebelah kanan bagian bawah dipasang dengan sambungan
T ¾ inchi.
9. Pipa rifeng dibentuk dan dipotong sesuai dengan kebutuhan. Setelah itu pipa-
pipa rifeng disambungkan dengan menggunakan sock draft rifeng ¾ inchi.
Satu pipa rifeng untuk air panas dari kolektor ke tangki dan satu pipa rifeng
disambungkan dengan sambungan T menuju input air dingin tangki.
Gambar 3.19 Sistem pemanas air surya
3.4 Instalasi
Setelah proses produksi, dilaksanakan proses pemasangan atau instalasi dari
sistem pemanas. Rangka dari bagian atap tempat pemasangan pemanas air surya
telah terlebih daulu diperkuat untuk menahan beban pemanas air surya. Berikut ini
akan dijelaskan prosedur instalasi dari sistem.
1. Yang pertama kali dipasang adalah tangki. Tangki dinaikkan ke atas dengan
genting sebagai tumpuan.
Catatan: Pada saat penaikan tangki, ada genting yang pecah. Hal ini disebabkan
genting yang pecah posisinya lebih tinggi dari genting lainnya sehingga terjadi
konsentrasi tegangan. Hal ini dapat dihindari dengan meluruskan genting dengan
menggunakan level.
40
2. Pemasangan tangki di genting. Untuk menahan bobot dari tangki, kawat baja
dililitkan ke pegangan tangki dan ujung lainya dililitkan pada konstruksi baja
penahan atap. Untuk lebih jelasnya, terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 3.20 Kawat penyangga tangki 3. Selanjutnya adalah pemasangan kolektor. Sebelum menaikkan kolektor keatas
genting, kedua kolektor disambung dulu menggunakan sambungan union,
baru kedua kolektor dinaikkan sekaligus. Untuk menahan bobot kolektor
digunakan kawat baja yang dililitkan antara pegangan tangki dan ujung pipa
induk atas kolektor, seperti terlihat pada gambar 3.20.
Gambar 3.21 Kawat penyangga kolektor
4. Pemasangan pipa air panas output kolektor dan pipa air dingin dari tangki ke
kolektor.
5. Pemasangan katup searah pada sambungan T, lalu disambungkan dengan pipa
pvc ¾” ke pompa input
6. Pemasangan pipa rifeng 1620 dari pipa pemakaian tangki ke pipa instalasi
menuju kamar mandi. Skema instalasi pipa diperlihatkan oleh gambar 3.21.
41
Gambar 3.22 Skema instalasi Sistem pemanas air surya
Gambar 3.23 Sistem pemanas air surya yang telah terinstalasi