29
Laporan Tugas Akhir 3-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Perhitungan dalam melakukan perencanaan desain pondasi secara umum dapat terbagi menjadi dua cara, yaitu perhitungan dengan cara manual dan perhitungan dengan bantuan program. Dalam perhitungan manual, ada beberepa referensi/pendekatan yang dapat digunakan bergantung pada kasus yang dihadapi. Sedangkan dalam perhitungan menggunakan program, perlu diketahui terlebih dahulu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mendefinisikan kasus ke dalam program, metode yang digunakan dari program tersebut, dan keluaran yang akan dihasilkan dari program tersebut. 3.2 Diagram Alir Dalam melakukan analisis stabilitas pondasi bored pile di dalam Tugas Akhir ini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Studi Literatur dan Pengumpulan Data merupakan tahapan awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan studi lebih lanjut. Kemudian setelah pengolahan data lapangan telah dilakukan, maka dimulai perhitungan untuk desain pondasi tersebut. Dalam Tugas Akhir ini, perhitungan dilakukan dengan cara manual dan dengan bantuan program. Program digunakan meliputi software yang dikeluarkan oleh Ensoft, yaitu SHAFT, LPILE dan GROUP. Selain itu, program PLAXIS 3D Tunnel juga digunakan untuk membandingkan hasil yang dikeluarkan. Alasan daripada menggunakan beberapa software dikarenakan setiap software memiliki fungsi dan kemampuan yang berbeda-beda. Berikut adalah tahapan yang dilakukan dalam Tugas Akhir ini:

BAB III METODOLOGI - Perpustakaan Digital ITB ... Tugas Akhir 3-1 BAB III METODOLOGI 3.1 Umum Perhitungan dalam melakukan perencanaan desain pondasi secara umum dapat terbagi menjadi

  • Upload
    ngomien

  • View
    219

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Laporan Tugas Akhir

3-1

BAB III

METODOLOGI

3.1 Umum

Perhitungan dalam melakukan perencanaan desain pondasi secara umum dapat

terbagi menjadi dua cara, yaitu perhitungan dengan cara manual dan perhitungan

dengan bantuan program. Dalam perhitungan manual, ada beberepa

referensi/pendekatan yang dapat digunakan bergantung pada kasus yang dihadapi.

Sedangkan dalam perhitungan menggunakan program, perlu diketahui terlebih

dahulu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mendefinisikan kasus ke

dalam program, metode yang digunakan dari program tersebut, dan keluaran yang

akan dihasilkan dari program tersebut.

3.2 Diagram Alir

Dalam melakukan analisis stabilitas pondasi bored pile di dalam Tugas Akhir ini

ada beberapa tahapan yang harus dilakukan. Studi Literatur dan Pengumpulan

Data merupakan tahapan awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan studi

lebih lanjut. Kemudian setelah pengolahan data lapangan telah dilakukan, maka

dimulai perhitungan untuk desain pondasi tersebut.

Dalam Tugas Akhir ini, perhitungan dilakukan dengan cara manual dan dengan

bantuan program. Program digunakan meliputi software yang dikeluarkan oleh

Ensoft, yaitu SHAFT, LPILE dan GROUP. Selain itu, program PLAXIS 3D

Tunnel juga digunakan untuk membandingkan hasil yang dikeluarkan. Alasan

daripada menggunakan beberapa software dikarenakan setiap software memiliki

fungsi dan kemampuan yang berbeda-beda. Berikut adalah tahapan yang

dilakukan dalam Tugas Akhir ini:

Laporan Tugas Akhir

3-2

Gambar 3-1 Diagram Alir

Analisis Hasil Perbandingan

GROUP vs PLAXIS

Desain Awal

Struktur Bawah (Pondasi)

Studi Literatur dan

Pengumpulan Data

MULAI

Kriteria Terpenuhi ?

MANUAL SHAFT – LPILE - GROUP PLAXIS 3D

ANALISIS PONDASI

Penentuan Parameter Tanah

SELESAI

Kesimpulan dan Saran

TIDAK

YA

Laporan Tugas Akhir

3-3

3.3 Analisis Menggunakan Program SHAFT

Software SHAFT diperuntukkan menangani masalah pembebanan aksial pada

satu tiang (single pile) sekaligus perhitungan daya dukung pondasinya. SHAFT

memperhitungkan daya dukung pondasi berdasarkan kapasitas daya dukung ujung

dan daya dukung friksi tiang tunggal yang telah didefinisikan.

INPUT PROGRAM SHAFT

Input program SHAFT dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Judul dan satuan unit yang akan digunakan, yaitu: SI Units (kN, m)

b. Properti Tiang (pile properties): diameter sebesar 0.9 m; tiang pada posisi

vertikal; modulus elastisitas sebesar 2.1x107 kN/m

2.

Gambar 3-2 Tampilan Input Properti Tiang SHAFT

c. Lapisan Tanah (soil layers): tebal setiap lapisan dan parameter tanah sesuai

dengan lokasi tiang ditempatkan.

Gambar 3-3 Tampilan Input Lapisan Tanah SHAFT

Laporan Tugas Akhir

3-4

d. Faktor Keamanan (safety factor): besar faktor keamanan yang diinginkan

untuk desain, yaitu 3.

Gambar 3-4 Tampilan Input Faktor Keamanan SHAFT

e. Metode Komputasi (computer method): pilihan perhitungan berdasarkan

panjang tiang atau berdasarkan beban yang terjadi. Dalam hal ini diambil

berdasarkan panjang tiang 20 meter dari permukaan tanah.

Gambar 3-5 Tampilan Input Komputasi berdasarkan Panjang Tiang SHAFT

f. Water table: Tinggi permukaan air di lapangan sesuai lokasi tiang

ditempatkan.

Gambar 3-6 Tampilan Input Water Table SHAFT

OUTPUT PROGRAM SHAFT

Adapun keluaran dari program SHAFT adalah berupa hasil perhitungan daya

dukung ujung dan daya dukung friksi yang menghasilkan daya dukung ultimat

tiang. SHAFT juga akan menghitung daya dukung izin berdasarkan SF yang telah

didefinisikan dan menghasilkan settlement yang terjadi. Keluaran disajikan dalam

Laporan Tugas Akhir

3-5

bentuk grafik dan teks. Hasil dari program ini ditampilkan pada Bab IV

Perhitungan dan Analisis.

3.4 Analisis Menggunakan Program LPILE

Software LPILE menitikberatkan pada perilaku satu tiang terutama dalam

menerima pembebanan secara lateral. Beban aksial pada tiang yang dibebani

secara lateral akan memberikan tambahan momen, meskipun biasanya memiliki

nilai yang relatif kecil. Program ini menggunakan persamaan balok pada

perletakan elastis sebagai dasar perhitungannya.

INPUT PROGRAM LPILE

Input Program LPILE dapat dijabarkan sebagai berikut :

a. Judul dan satuan unit yang akan digunakan, yaitu: SI Units (kN,m)

b. Properti Tiang (pile properties) : panjang 20 meter, dihitung 100 kali

penambahan; diameter 0.9 meter; tiang berada di permukaan tanah dan

vertikal; Modulus Elastisitas 2.1x107 kN/m

2; Inersia sebesar 0.03220623 m

4;

luas penampang sebesar 0.64 m2.

Gambar 3-7 Tampilan Input Properti Tiang LPILE

c. Tipe Pembebanan yang terjadi, yaitu pembebanan statik.

Laporan Tugas Akhir

3-6

Gambar 3-8 Tampilan Input Tipe Pembebanan LPILE

d. Lapisan Tanah (soil layers) : tebal setiap lapisan dan parameter tanah sesuai

dengan lokasi tiang ditempatkan .

Gambar 3-9 Tampilan Input Lapisan Tanah LPILE

e. Kondisi Batas (Boundary Condition) : merupakan kondisi batas pada kepala

tiang dan pembebanan. Dalam Tugas Akhir ini dilakukan tiga jenis

pendekatan yang dapat mewakili kondisi di lapangan:

- Kasus 1 (Displacement & Slope) :

Kondisi ini memperlihatkan berapa besar beban lateral maksimum dan

momen maksimum yang dapat diterima tiang tersebut apabila besar

displacement yang diizinkan adalah 6 mm dan tidak diizinkan terjadinya

slope.

- Kasus 2 (Shear & Slope) :

Kondisi ini memperlihatkan berapa besar displacement yang terjadi pada

kepala pile dan momen maksimumnya apabila tiang diberi beban

maksimum yang akan terjadi namun tidak mengizinkan terjadinya slope.

Laporan Tugas Akhir

3-7

- Kasus 3 (Shear & Slope) :

Sama halnya dengan Kasus 2, namun dalam kasus ini beban aksial ikut

dipertimbangkan dalam pengaruhnya terhadap displacement dan momen

maksimumnya.

Gambar 3-10 Tampilan Input Kondisi Batas LPILE

OUTPUT PROGRAM LPILE

Keluaran yang dihasilkan oleh program ini adalah nilai dari defleksi tiang,

momen, gaya geser, slope, dan reaksi tanah sepanjang kedalaman penetrasi tiang.

Keluaran disajikan dalam bentuk grafik dan teks untuk mempermudah dalam

menganalisanya. Hasil dari program ini ditampilkan pada Bab IV Perhitungan dan

Analisis.

3.5 Analisis Menggunakan Program GROUP 5.0

Software GROUP 5.0 digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan perhitungan

daya dukung tiang grup. Teori dasar program ini adalah perhitungan perilaku baik

dalam bentuk dua dimensi dan tiga dimensi dari pondasi tiang grup.

Program GROUP pada dasarnya memiliki kesamaan dengan program SHAFT dan

LPILE, namun program ini lebih ditekankan hubungan antar tiang dimana akan

ada interaksi antar tiang sehingga akan saling mempengaruhi, walaupun pada

GROUP diasumsikan tiap tiang memiliki jarak spasi yang cukup lebar sehingga

tidak ada interaksi antara tiang akibat beban lateral dengan tiang akibat beban

aksial.

Laporan Tugas Akhir

3-8

GROUP 5.0 menggunakan metode p-y curve dan metode t-z curve sebagai metoda

analisis daya dukung lateral dan aksial dari pondasi.

Dalam metode t-z, terdapat beberapa prosedur untuk menunjukkan hubungan

antara tegangan geser pada selimut tiang (transfer beban t) dan perpindahan z di

sepanjang selimut tiang dan di ujung tiang. Prosedur yang paling umum

digunakan adalah empiris dan berdasarkan data dari pengujian tiang-tiang pendek,

biasanya kurang dari 100 ft (30m) dan dengan diameter kurang dari 1.8 in (0.5 m).

Diameter tiang, kekakuan akial tiang, panjang tiang, distribusi kekuatan tiang, dan

kekakuan di sepanjang tiang adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku t-z.

Data dari percobaan-percobaan ini tidak memiliki variasi kondisi yang cukup

banyak untuk membentuk suatu kajian menyeluruh untuk semua variabel yang

terdapat secara teoritis.

Kraft, Ray, dan Kagawa (1981) mengusulkan untuk memisahkan respon t-z pre

failure dan post-failure untuk membentuk suatu kurva t-z yang masuk akal.

Pre-failure t-z curves

Persamaan load displacement untuk pile silinder dengan jari-jari r0 dapat

dituliskan sebagai berikut :

(3.1)

Dimana z = perpindahan pada selimut tiang, t = tegangan geser pada selimut tiang,

rm adalah jari-jari dari zona pengaruh, dan G adalah modulus tanah dan dapat

berupa fungsi dari jarak radial sebagai hasil dari ketergangguan disebabkan oleh

pemasangan tiang dan perilaku tanah non-linear.

Modulus tanah bervariasi pada sepanjang tiang dan jarak radial menjauh dari

tiang, serta dengan pertambahan beban tiang akibat variasi tanah alami,

terganggunya tanah akibat pemasang tiang, konsolidasi tanah, dan respon

tegangan-regangan non linear. Respon t-z pada kedalaman tertentu diambil untuk

dikendalikan oleh kondisi modulus tanah pada ke dalam tersebut. Dengan asumsi

Laporan Tugas Akhir

3-9

ini, diperkirakan variasi yang bertambah secara linear terhadap modulus tanah

pada sepanjang selimut tiang.

Untuk kondisi setelah konsolidasi, efek non-linear seringkali lebih penting

daripada efek pemasangan tiang. Perilaku tegangan-regangan sebagian tanah

dapat digambarkan oleh persamaan hiperbolis sebagai berikut:

(3.2)

dimana : G = modulus geser secant untuk tegangan geser yang

bekerja t

Gi = modulus geser awal untuk regangan kecil

Rf = konstanta kurva tegangan-regangan

τmax = tegangan geser pada saat tanah runtuh

Dua persamaan diatas dapat dikombinasikan untuk membentuk suatu persamaan

respon t-z:

(3.3)

dimana : ψ = tRf/τmax.

Persamaan ini dapat digunakan untuk untuk membentuk pre-failure t-z curve.

Post-failure t-z curve

Kita harus meninjau beberapa masalah yang saling berhubungan untuk

membentuk suatu model analitik perilaku t-z setelah keruntuhan. Termasuk

didalamnya (1) friksi maksimum selimut (2) perpindahan tiang (atau regangan)

pada lokasi dimana friksi maksimum terjadi (3) friksi selimut sisa pada

perpindahan tiang yang besar (4) perilaku perpindahan di antara tegangan

maksimum dan sisa. Satu pendekatan untuk perilaku post-failure adalah dengan

memodelkan satu bagian dari sistem pile-soil pada uji geser langsung atau

simulasi laboratorium lainnya. Data untuk uji geser langsung pada pasir dan beton

Laporan Tugas Akhir

3-10

menandakan bahwa tahanan geser sisa pada pasir berkisar antara 0.80 sampai 1.0

kali kuat geser maksimum.

Uji geser langsung tidak dapat mensimulasikan secara sempurna perilaku transfer

beban-perpindahan pada suatu segmen tiang. Tegangan normal total diberlakukan

konstan selama uji geser langsung. Kondisi batas tegangan ini berbeda dengan

kondisi batas perpindahan (pergerakan radial mendekati nol) selama pembebanan

tiang. Pemusatan tegangan ini disebabkan oleh area kontak yang kecil dari

pengujian laboratorium ini dan jarak antara shearbox yang juga merupakan akibat

dari perbedaan antara simulasi dengan prototype. Lebih jauh lagi, kurva tegangan-

perpindahan yang dihasilkan dari uji geser langsung mensimulasikan kondisi

hanya sepanjang bidang keruntuhan, dan tidak berlaku untuk regangan elastik

yang terjadi pada jarak tertentu dari tiang.

Gambar 3-11 Perpindahan di Dekat Permukaan Tanah-Tiang

Kraft, Ray, and Kagawa (1981)

Perpindahan δz yang terjadi pada saat tegangan bergerak dari maksimum menjadi

tegangansisa dalam uji geser langsung dapat dibandingkan dengan perpindahan t-

z, ∆z yang terjadi pada saat perpindahan nilai transfer beban maksimum menjadi

nilai transfer beban sisa pada suatu segmen tiang.

Laporan Tugas Akhir

3-11

INPUT PROGRAM GROUP

Tahap yang dapat dilakukan dalam proses input program GROUP yaitu:

a. Judul dan satuan yang digunakan, yaitu: SI Units (kN,m) dan menggunakan

mode 3-D Analisis.

b. Beban yang bekerja pada tiang grup dan tipe pembebanan, yaitu statik.

Gambar 3-12 Tampilan Input Pembebanan GROUP

c. Dimensi pile-cap jika ada.

d. Posisi Tiang: bersifat fixed (diikat oleh pile-cap) dan dalam posisi vertikal.

Gambar 3-13 Tampilan Input Posisi Tiang GROUP

Laporan Tugas Akhir

3-12

e. Koordinat Tiang: menentukan sumbu koordinat lokasi tiang dan arah tiang.

Gambar 3-14 Tampilan Input Koordinat Tiang GROUP

f. Properti Tiang (pile properties): panjang 20 meter, dihitung 100 kali

penambahan; diameter 0.9 meter; tiang berada di permukaan tanah dan

vertikal; Modulus Elastisitas 2.1x107 kN/m

2; Inersia sebesar 0.03220623 m

4;

luas penampang sebesar 0.64 m2; dan kekakuan torsi sebesar 1352660.4

kN/m2.

Gambar 3-15 Tampilan Input Properti Tiang GROUP

Laporan Tugas Akhir

3-13

g. Kondisi dan parameter tanah dimana tiang akan dibangun yang meliputi tebal

lapisan tanah, jenis tanah, sudut geser, kohesi tanah, dan lain sebagainya.

Gambar 3-16 Tampilan Input Parameter Tanah GROUP

OUTPUT PROGRAM GROUP

Keluaran yang dihasilkan oleh program GROUP adalah berupa gaya aksial, gaya

lateral, momen, settelement dari masing-masing tiang. Keluaran ini dikeluarkan

dalam bentuk grafik dan teks agar dapat dianalisa lebih lanjut. Hasil dari program

ini ditampilkan pada Bab IV Perhitungan dan Analisis.

Laporan Tugas Akhir

3-14

3.6 Analisis Menggunakan Program PLAXIS 3D Tunnel

Plaxis 3D Tunnel merupakan software three dimensional finite element yang

digunakan untuk menghitung dan analisis stabilitas untuk berbagai macam kasus

pada tanah dan batuan, khususnya pada kasus terowongan. Walaupun demikian,

dengan sedikit modifikasi, software Plaxis 3D Tunnel dapat digunakan untuk

menganalisis kasus pondasi tiang seperti yang digunakan pada tugas akhir ini.

Sebelum memulai analisis three dimensional finite element menggunakan Plaxis

3D Tunnel, kita harus terlebih dulu memodelkan model tiga dimensi, menentukan

properti material dan syarat-syarat batas. Model akan dibuat di sub-program

’Input’. Untuk membuat model tiga dimensi, kita harus mulai dengan

menciptakan vertical cross section pada bidang x-y. Model awal ini merupakan

kumpulan points, lines, dan komponen lainnya, antara lain parameter tanah dan

material yang digunakan. Dari model dua dimensi ini maka dapat dibentuk finite

element mesh. Setelah itu barulah model 3D dibuat dengan menentukan koordinat-

koordinat z yang bersesuaian, dimana model 2D dan mesh yang sudah ada akan

dibentuk menjadi model 3D. Hasil model 3D merupakan potongan-potongan

berupa plane dan slice pada bidang z. Setelah itu 3D mesh dapat dibuat. Langkah

selanjutnya sebelum dilakukan kalkulasi dengan sub-program ’Calculation’

adalah dengan memasukkan input initial condition yaitu pore water pressure pada

model. Setelah itu perhitungan dapat dilaksanakan.

Pemodelan material dalam Plaxis 3D didasarkan dari hubungan antara tegangan

efektif (effective stress) dan regangan. Di bawah ini digambarkan bagaimana

stress-strain didefinisikan di Plaxis.

Definisi umum Stress

Stress merupakan suatu besaran tensorial yang dapat dinyatakan oleh matriks

dengan komponen Kartesian.

Laporan Tugas Akhir

3-15

(3.4)

Pada teori deformasi standar, stress tensor adalah simetris, jadi σxy = σyx , σyz = σzy,

dan σzx = σxz. Dalam kondisi ini, stress sering dinyatakan dalam bentuk notasi

vektor, yang hanya memiliki enam komponen berbeda.

(3.5)

Menurut prinsip Terzaghi, stress pada tanah dibagi menjadi tegangan efektif σ’

dan tegangan air pori σw.

(3.6)

Air dianggap tidak menanggung tegangan geser. Akibatnya, tegangan geser

efektif dianggap sama dengan total tegangan geser. Tegangan normal positif akan

mewakili tegangan tarik, sementara komponen negatifnya akan dianggap sebagai

tegangan tekan. Model material untuk batuan dan tanah pada umumnya

dinyatakan sebagai hubungan antara infinitesimal increments dari tegangan efektif

dan regangan. Dalam hubungan seperti itu, infinitesimal increments dari tegangan

efektif diwakili oleh stress rates.

(3.7)

Seringkali lebih bermanfaat untuk menggunakan principal stresses dibanding

dengan komponen tegangan Kartesian untuk memodelkan material. Principal

stresses adalah tegangan pada suatu sistem koordinat arah dimana semua tegangan

geser dianggap sama dengan nol. Principal stresses adalah nilai eigen dari stress

tensor. Principal stresses efektif dapat ditentukan dengan cara sebagai berikut:

(3.8)

Laporan Tugas Akhir

3-16

Dimana I adalah matrix identitas. Persamaan memberikan tiga solusi untuk σ’,

contohnya principal effective stresses ( σ1’ , σ1’ , σ1’ ). Pada program Plaxis,

principal effective stresses disusun sesuai dengan tatanan aljabar sebagai berikut:

(3.9)

Dengan begitu, σ’1 merupakan compressive principal stresses paling besar dan σ’3

merupakan yang terkecil. Pada manual Plaxis, model seringkali dibentuk dengan

referensi terhadap principal stresses space seperti yang diindikasikan pada gambar

di bawah ini:

Sebagai tambahan dari principal stress, juga bermanfaat untuk mendefinisikan

berbagai macam stress lain, dimana pengukuran stress tersebut tak bergantung

pada orientasi sistem koordinat. Dua invarian stress yang digunakan dalam Plaxis

yaitu:

(3.10)

Dimana p’ merupakan isotropic effective stresses atau mean effective stress dan q

adalah ekivalen shear stress. Perhatikan bahwa konvensi tanda yang digunakan

untuk p’ adalah positif untuk compression berlawanan dengan pengukuran stress

lainnya.

Principal stress dapat dituliskan dalam variable invarian:

(3.11)

Dimana θ merupakan sudut Lode (invarian ketiga) yang didefinisikan sebagai:

Laporan Tugas Akhir

3-17

(3.12)

Definisi umum Strain

Strain adalah kuantitas tensorial yang dapat diwakili oleh matriks dengan

komponen Kartesian.

(3.13)

Strain adalah derivatif dari komponen displacement, misalnya

dimana i adalah antara x, y, dan z. Menurut teori ’Deformasi Kecil’, hanya jumlah

Kartesian yang berkaitan dengan komponen shear-strain εii dan εji yang

menghasilkan shear stress. Jumlah ini dinotasikan sebagai shear strain γ. Dengan

begitu, dibanding dengan εxy, εyx, εyz, εzy, εzx, εxz maka komponen shear strain lebih

menggunakan notasi berikut, secara berurutan, γxy, γyz, γzx.

Di bawah kondisi tadi, strain seringkali dituliskan dalam notasi vektor, yang

hanya melibatkan enam komponen berbeda:

(3.14)

Laporan Tugas Akhir

3-18

Sama dengan stress, strain normal positif komponennya berkaitan dengan

extension sementara nilai negatif normal strain mengindikasikan compression.

Dalam formula model material, dimana infinitesimal increments dari strain

diperhitungkan, increments ini diwakili oleh strain rates (dengan tanda titik di

atas yang definisinya adalah jumlah dari semua komponen normal strain).

(3.15)

Nilai volumetric strain dinotasikan negatif untuk compaction dan positif untuk

dilatancy. Untuk model elastoplastic sebagaimana yang digunakan di Plaxis 3D

Tunnel, strain dibagi menjadi komponen-komponen elastis dan plastis:

(3.16)

Dalam mendefinisikan parameter tanah pada Program PLAXIS 3D Tunnel, ada

beberapa korelasi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam mencari nilai-nilai

parameter tersebut. Data-data empirik yang dibutuhkan untuk analisa dengan

program PLAXIS diantaranya:

a. Parameter Tanah, mencakup: properti umum (γ unsat dan γ sat), permeabilitas

(k) , kekakuan (E dan v), kekuatan (c, φ, dan ψ)

b. Parameter Perkuatan Tiang, mencakup: kekuatan normal (EA), kekuatan

lentur (EI), berat (w), angka poisson (v)

3.6.1 Parameter umum (γunsat dan γsat)

Berat volume (γ) merupakan berat tanah persatuan volume, jadi:

)(

)(

VVolume

WBerat=γ

(3.17)

Selain itu, berat volume juga dapat dinyatakan dari berat butiran padat, kadar air,

dan volume total. Berat volume dinyatakan dalam satuan newton per meter kubik

(N/m3), karena Newton merupakan satuan turunan maka untuk menyatakan berat

volume dapat dikorelasikan dari densitas (kerapatan), Densitas merupakan massa

total butiran tanah persatuan volume. Densitas dinyatakan dalam satuan kg/m3.

Laporan Tugas Akhir

3-19

)(

)(

VVolume

mmassa=ρ

(3.18)

Hubungan antara berat volume (γ) dan densitas (ρ) dapat dinyatakan dalam

persamaan berikut:

1000

)/(./(

33 mkgg

mKNρ

γ =

(3.19)

Untuk parameter densitas berbagai jenis tanah sebagai pendekatan jika data

lapangan atau data laboratorium tidak ada, dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3-1 Nilai tipikal untuk berbagai densitas dari berbagai jenis tanah

Densitas (x 10 kN/m3) Jenis Tanah

ρsat ρd ρ'

Sand and Garvel 1,9 - 2,4 1,5 - 2,3 1,0 - 1,3

Silt and Clay 1,4 - 2,1 0,6 - 1,8 0,4 - 1,1

Glacial tills 2,1 -2,4 1,7 - 2,3 1,1 - 1,4

Crushed rock 1,9 - 2,2 1,5 - 2,0 0,9 - 1,2

Peats 1,0 - 1,1 0,1 - 0,3 0,0 - 0,1

Organic silts and Clay 1,3 - 1,8 0,5 - 1,5 0,3 - 0,8

Sumber : Holz & Kovacs (1981)

Tabel 3-2 Hubungan Antara Nilai SPT dengan Properti Tanah

N Consistensi Field identification γsat (kN/m2)

< 2 very soft Easily penetrated 16 - 19

several centimeters by first

2 - 4 soft Easily penetrated 16 - 19

several centimeters by thumb

4 - 8 medium Moderate effort required to penetrate 17 - 20

several centimeters with thumb

8 - 16 stiff Readily indented by thumb 19 - 22

16 - 32 very stiff Readily indented by thumbnail 19 - 22

> 32 hard Difficult to ident with thumbnail 19 - 22

Sumber : Tuncer B Edil (1982)

3.6.2 Parameter Permeabilitas (k)

Parameter permeabilitas dinyatakan dalam sebuah koefisien rembesan (k).

Koefisien rembesan tanah tergantung pada beberapa faktor, yaitu: kekentalan

cairan, distribusi ukuran butiran, angka pori, kekasaran permukaan butiran tanah,

dan derajat kejenuhan tanah. Pada tanah berlempung, struktur tanah memiliki

Laporan Tugas Akhir

3-20

peranan penting dalam menentukan koefisien rembesan. Faktor-faktor lain yang

mempengaruhi koefisien permeabilitas adalah konsentrasi ion dan ketebalan

lapisan air yang menempel pada butiran lempung. Harga koefisien permebilitas

(k) untuk tanah yang berbeda-beda dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3-3 Nilai Permeabilitas Berdasarkan Jenis Tanah

Jenis Tanah Koefisien Permeabilitas

(cm/s)

Kerikil bersih (medium to coarse soil) > 10-1

Pasir kasar (coarse tofine sand) 10-1 - 10-3

Pasir halus (fine sand, silty sand) 10-3 - 10-5

Lanau (silt, clayey silt, silt clay) 10-5 - 10-6

Lempung (clay) < 10-7

Sumber : Braja M. Das (1996)

3.6.3 Parameter Kekakuan (E dan v)

3.6.3.1 Modulus Elastisitas (E)

Modulus elastisitas dapat ditentukan dari kurva tegangan regangan. Dimana

kemiringan awal dari kurva tegangan regangan umumnya dinotasikan sebagai E0

dan modulus sekan pada 50% kekuatan dinotasikan sebagai E50 (lihat Gambar 3-

17). Untuk material dengan rentang elastisitas linier yang lebar maka penggunaan

E0 adalah realistis, tetapi untuk masalah pembebanan pada tanah, umumnya

digunakan E50.

Gambar 3-17 Definisi E0 dan E50

Laporan Tugas Akhir

3-21

Secara empiris nilai modulus elastisitas tanah kohesif dapat digunakan persamaan

maupun Tabel 3-4 berikut:

Normally consolidated sensitive clay (kN/m2)

Es = (200 to 500) Su

(3.20)

Normally consolidative insensitive and lightly overconsolidated clay (kN/m2)

Es = (750 to 1200) Su

(3.21)

Heavily overconsolidated (kN/m2)

Es = (1500 to 2000) Su

(3.22)

Tabel 3-4 Korelasi Modulus Elastisitas (Es) dengan Nilai N-SPT

Jenis Tanah N-SPT (kN/m2)

Sand (Normally consolidated) Es = 500 (N + 15)

Es = 7000.N.0,5

Es = 6000 N

Es = (15000 to 22000) ln N

Sand (saturated) Es = 250 (N + 15)

Sand, all (normally consolidated) Es = (2600 to 2900) N

Sand (overconsolidated) Es = 40000 + 1050 N

Es(ocr) ≈ Es(ocr) (ocr)0,5

Gravelly sand Es = 1200 (N + 6)

Es = 600 (N + 6), N < 15

Clayey sand Es = 320 (N + 15)

Silt, sandy silt or clayey silt Es = 300 (N + 6)

Sumber : Bowles (1996)

Selain korelasi dengan menggunakan nilai N-SPT, nilai modulus elastisitas dapat

didekati dengan korelasi menggunakan jenis tanah sesuai dengan Tabel 3-5

berikut:

Laporan Tugas Akhir

3-22

Tabel 3-5 Modulus Es untuk Berbagai Jenis Tanah

Jenis Tanah Es (103 kN/m2)

Clay

very soft 2 - 15

soft 5 - 25

medium 15 - 50

hard 50 - 100

sandy 25 - 250

Glacial till

loose 10 - 150

dense 150 - 720

very dense 500 - 1440

loess 15 - 60

Sand

silty 5 - 20

loose 10 - 25

dense 50 - 81

Sand & Gravel

loose 50 - 150

dense 100 - 200

Shale 144 - 14400

Silt 2 - 20

Sumber : Bowles (1996)

3.6.3.2 Poisson Ratio (v)

Poisson ratio merupakan regangan arah horizontal dibagi dengan regangan arah

vertikal, nilai poisson ratio dapat dilihat dari Gambar 3-18 berikut:

Gambar 3-18 Definisi Poisson Ratio

Regangan horizontal h

h

hH

δε =

Regangan vertikal v

v

vH

δε =

Laporan Tugas Akhir

3-23

Jadi, poisson ratio dapat dihitung dengan rumus :

v

hvεε

=

(3.23)

Angka poisson rasio dapat didekati dengan melihat jenis tanah dan nilai modulus

elastisitas tanah tersebut. Secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 3-6 berikut:

Tabel 3-6 Nilai Modulus Elastisitas dan Poisson Ratio

Modulus Young (Es) Jenis Tanah

(x 103 kN/m2) Angka Poisson (v)

Loose Sand 10,35 - 24,15 0,20 - 0,40

Medium Dense Sand 17,25 - 27,60 0,25 - 0,40

Dense Sand 34,50 - 55,20 0,30 - 0,45

Silty Sand 10,35 - 17,25 0,20 - 0,40

Sand and Gravel 69,00 – 172,5 0,15 - 0,35

Soft Clay 2,07 - 5,18 0,20 - 0,50

Medium Clay 5,18 - 10,35 0,20 - 0,50

Stiff Clay 10,35 - 24,15 0,20 - 0,50

Sumber : Braja M Das (1996)

3.6.4 Parameter Kekuatan (c, φφφφ, dan ψ)

3.6.4.1 Kohesi (c)

Kohesi merupakan nilai yang timbul akibat adanya lekatan/ikatan antar butiran

tanah. Parameter kohesi (c) dapat ditentukan dari nilai N-SPT, korelasi antara nilai

N-SPT dan kohesi pada tanah lempung (clay) dapat digunakan persamaan empiris

yaitu:

c (t/m2) = 0.6 N-SPT (3.24)

Laporan Tugas Akhir

3-24

Gambar 3-19 Hubungan Kohesi dan Nilai N-SPT untuk Tanah Kohesif

Dalam menentukan nilai kohesi dari suatu tanah, parameter lain yang sangat

berpengaruh yaitu tingkat plastisitas dari tanah itu sendiri, dimana jika nilai

plastisitas suatu tanah tinggi maka tanah tersebut cenderung bersifat kohesif. Hal

ini dapat dilihat dari Tabel 3.7 berikut:

Tabel 3-7 Sifat Tanah berdasarkan Nilai Plastisitas

Soil Characteristics Plastisity Index

by plasticity Soil type Cohesiveness

0 Non plastic Sand Non cohesive

< 7 Low plastic Silt Partly cohesive

7 - 17 Medium plastic Silty clay (Clayey silt) cohesive

> 17 High plastic Clay cohesive

3.6.4.2 Sudut Geser (φφφφ)

Sudut geser diperoleh dari kekasaran antar butiran tanah. Sudut geser dalam

merupakan penambahan dari shear strength dengan stress level, sudut geser yang

besar ditemui pada tanah yang berbutir, contohnya pada dense sand. Parameter

sudut geser dalam (φ) dapat ditentukan dengan korelasi nilai N-SPT, dimana

hubungan korelasi antara N-SPT dengan sudut geser dalam adalah sebagai

berikut:

Laporan Tugas Akhir

3-25

1518 70 += Nφ (Untuk jalan dan jembatan)

2736,0 70 += Nφ (Untuk gedung)

205,4 70 += Nφ (Untuk umum)

Harga sudut geser dalam untuk berbagai jenis tanah dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 3-8 Sudut Geser Dalam untuk Berbagai Jenis Tanah

Jenis Tes

UU CU CD

(Unconsolidated - (Consolidated - (Consolidated - Jenis Tanah

Undrained Undrained Drained)

Gravel

Medium size 40 - 55 40 - 55

Sandy 35 - 50 35 - 50

Sand

Loose dry 28 - 34

Loose saturated 28 - 34

Dense dry 35 - 46 43 -50

Dense saturated 1 – 2 less than dense dry 43 -50

Silty or silty sand

Loose 20 -22 27 - 30

Dense 25- 30 30 - 35

Clay 0 (if saturated) 3 - 20 20 - 42

Sumber : Bowles (1996)

Tabel 3-9 Sudut Geser Dalam untuk Tanah Bukan Lempung

Sudut Geser Efektif (φ’) Jenis Tanah

Loose Dense

Gravel, crushed 36 - 40 40 - 50

Gravel, bank run 34 - 38 38 - 42

Sand, crushed (angular) 32 - 36 35 - 45

sand, bank run (sub angular) 30 - 36 34 - 40

Sand, beach (well rounded) 28 - 32 32 - 38

Silty sand 25 - 35 30 - 36

Silt, inorganik 25 - 35 30 - 35

Sumber : Bowles (1996)

Laporan Tugas Akhir

3-26

3.6.4.3 Sudut dilatansi (ψ)

Selain tanah lempung yang terkonsolidasi sangat berlebih, tanah lempung

cenderung tidak menunjukkan dilatansi sama sekali (yaitu ψ = 0). Dilatansi dari

tanah pasir bergantung pada kepadatan serta sudut gesernya. Untuk pasir kwarsa

besarnya dilatansi kurang lebih adalah ψ ≈ φ – 30°. Walaupun demikian, dalam

kebanyakan kasus sudut dilatansi adalah nol untuk nilai φ kurang dari 30°. Nilai

negatif yang kecil untuk ψ hanya realistis untuk tanah pasir yang sangat lepas.

Permodelan pada PLAXIS

Langkah-langkah permodelan dalam Plaxis 3D Tunnel adalah :

a. Modelkan geometri tanah dengan geometry line .

b. Berikan kondisi batas (boundary condition) terhadap lapisan tanah gunakan

standard fixities . Maksud dari standard fixities adalah: Batas kiri dan kanan

bersifat horizontally fixed, artinya pada bagian ini lapisan tanah tidak

mengalami displacement dalam arah horizontal tetapi dalam arah vertikal saja.

Batas bawah bersifat horizontally fixed dan vertically fixed, artinya pada

bagian ini tanah tidak mengalami deformasi vertikal maupun horizontal. Batas

atas bersifat free, artinya pada bagian ini dapat mengalami deformasi vertikal

maupun horizontal.

c. Set data material, material yang diperlukan antara lain berat isi tanah,

permeabilitas, modulus young, poison ratio, kohesi, dan sudut geser.

Laporan Tugas Akhir

3-27

Gambar 3-20 Permodelan pada PLAXIS

d. Membentuk mesh lapisan tanah (mesh generation) yang merupakan

pembagian struktur menjadi elemen-elemen cluster dan titik-titik nodal

elemen (nodes). Kegunaan mesh ini adalah untuk melakukan perhitungan

dalam metode elemen hingga.

Gambar 3-21 Mesh Generation

Laporan Tugas Akhir

3-28

e. Membentuk model 3D

Gambar 3-22 Menu 3D Mesh Generation

f. Membentuk mesh lapisan tanah (mesh generation) 3D

Gambar 3-23 3D Mesh Generation

g. Masukan kondisi awal

h. Tentukan kondisi air tanah (groundwater condition).

Laporan Tugas Akhir

3-29

Gambar 3-24 Kondisi Air Tanah

i. Menghitung tegangan-tegangan awal (initial stress). Tegangan efektif dan

tekanan air pori pada kondisi awal dihitung dahulu. Dalam kasus ini berat air

diambil 10 kN/m3. Permukaan air tanah dimodelkan dengan phreatic line.

j. Run Plaxis dengan tahapan konstruksi, lalu pemberian beban.

Gambar 3-25 Tahapan Pekerjaan

k. Tampilkan hasil keluaran berupa perpindahan (displacement), aksial, lateral

dan momen. Hasil dari program ini ditampilkan pada Bab IV Perhitungan dan

Analisis.