13
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah pada Kantor Inspektorat Kabupaten Ponorogo. Jalan Aloon-aloon Utara No.6 Gedung Graha Krida Praja Lt. VI Kabupaten Ponorogo. B. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang diteliti adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif bertujuan untuk menganalisis serta menghubungkan pengaruh variabel dengan variabel lain (Ulum dan Juanda, 2016). C. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat Kabupaten Ponorogo yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan keuangan pada Kabupaten Ponorogo. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 19 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode sensus, yaitu penyebaran kuesioner untuk semua populasi. Metode sensus dipilih oleh peneliti karena populasi pada Inspektorat Kabupaten Ponorogo berjumlah 19 orang. 19 orang tersebut terdiri dari satu orang adalah Inspektur, empat orang Inspektur Pembantu Wilayah I, II, III, dan IV. Sedangkan 14 orang lainnya adalah sebagai kelompok jabatan fungsional.

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian B

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

39

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah pada Kantor Inspektorat Kabupaten Ponorogo.

Jalan Aloon-aloon Utara No.6 Gedung Graha Krida Praja Lt. VI Kabupaten

Ponorogo.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diteliti adalah penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif

bertujuan untuk menganalisis serta menghubungkan pengaruh variabel dengan

variabel lain (Ulum dan Juanda, 2016).

C. Populasi dan Teknik Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat Kabupaten

Ponorogo yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan terhadap laporan

keuangan pada Kabupaten Ponorogo. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah

19 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode sensus, yaitu penyebaran kuesioner untuk semua populasi.

Metode sensus dipilih oleh peneliti karena populasi pada Inspektorat Kabupaten

Ponorogo berjumlah 19 orang. 19 orang tersebut terdiri dari satu orang adalah

Inspektur, empat orang Inspektur Pembantu Wilayah I, II, III, dan IV. Sedangkan

14 orang lainnya adalah sebagai kelompok jabatan fungsional.

40

D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam instrumen penelitian ini diukur menggunakan skala Likert dengan

tingkat skor 1 sampai 5, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak

Setuju (TS) dengan nilai 2, Netral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4,

dan Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5.

Variabel Independen:

1. Independensi adalah kebebasan seseorang auditor menjalankan tugas dan

tanggung jawab dalam proses audit (Standar Audit Intern Pemerintah

Indonesia, 2013). Pengukuran variabel independensi dalam penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, Akram dan Inapty

(2009), yakni:

a. Independensi penyusunan program

b. Independensi pelaksanaan pekerjaan

c. Independensi pelaporan

Variabel independensi diukur pemberian skor dengan menggunakan skala Likert,

yaitu skor 5 untuk Sangat Setuju, skor 4 untuk Setuju, skor 3 untuk Netral, skor 2

untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju.

2. Pengalaman Kerja adalah rentang waktu auditor dalam pelaksanaan tugas

dan tanggung jawabnya yang dapat dilihat dari segi lama bekerja dan jenis-

jenis tugas dalam kegiatan pemeriksaan (Sukriah dkk. 2009).

Pengukuran variabel pengalaman kerja dalam penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Saripudin, Herawati, dan Rahayu (2009),

yakni:

41

a. Lamanya bekerja

b. Frekuensi pekerjaan pemeriksaan yang telah dilakukan

c. Banyaknya pelatihan yang telah diikutinya

Variabel pengalaman kerja diukur pemberian skor dengan menggunakan

skala Likert, yaitu skor 5 untuk Sangat Setuju, skor 4 untuk Setuju, skor 3

untuk Netral, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak

Setuju.

3. Due profesional care adalah sikap mahir, cermat, seksama, dan kritis dalam

menjalankan profesional tanggung jawabnya sebagai auditor. Implementasi due

profesional care digunakan untuk evaluasi bukti-bukti audit sehingga akan

memperoleh keyakinan dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran

laporan keuangan (Ningtyas dan Aris, 2016).

Pengukuran variabel due profesional care dalam penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Singgih dan Bawono (2010), yakni:

a. Sikap skeptis

b. Keyakinan yang memadai

Variabel due profesional care diukur pemberian skor dengan menggunakan

skala Likert, yaitu skor 5 untuk Sangat Setuju, skor 4 untuk Setuju, skor 3

untuk Netral, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak

Setuju.

4. Efikasi diri adalah keyakinan diri dalam menyelesaikan tugas dengan sukses

sehingga akan memperoleh hasil yang optimal (Marianti, 2016).

Pengukuran variabel efikasi diri dalam penelitian ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Marianti (2016), yakni:

42

a. Tingkat kesulitan

b. Kekuatan keyakinan

c. Luas cakupan tingkah laku

Variabel efikasi diri diukur pemberian skor dengan menggunakan skala Likert,

yaitu skor 5 untuk Sangat Setuju, skor 4 untuk Setuju, skor 3 untuk Netral, skor 2

untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju.

Variabel Dependen

5. Kualitas Audit adalah hasil dari temuan yang yang ditemukan oleh seorang

auditor dalam kegiatan auditnya. Hasil temuan merupakan bukti yang

revelan serta pelanggaran yang ditemukan pada laporan keuangan kliennya

(Sukriah dkk. 2009). Pengukuran variabel kualitas audit dalam penelitian ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sukriah, Akram dan Inapty

(2009), yakni:

a. Kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit

b. Kualitas laporan hasil audit

Variabel kualitas audit diukur pemberian skor dengan menggunakan skala

Likert, yaitu skor 5 untuk Sangat Setuju, skor 4 untuk Setuju, skor 3 untuk

Netral, skor 2 untuk Tidak Setuju, dan skor 1 untuk Sangat Tidak Setuju.

E. Jenis dan Sumber Data

Sumber dalam penulisan ini adalah menggunakan data primer. Metode

pengambilan data primer yang digunakan adalah metode kuesioner dengan tujuan

untuk mengumpulkan data informasi secara langsung dari Auditor Inspektorat

Pemerintah Daerah Kabupaten Ponorogo.

43

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

menggunakan metode survey (survey method), yaitu menyebarkan daftar

pertanyaan (kuesioner) yang akan diisi atau dijawab oleh responden pejabat/staf

pemeriksa pada Inspektorat Kabupaten Ponorogo. Kuesioner yang disebar

sebanyak 19 kuesioner dengan jangka waktu pengembalian satu minggu sejak

kuesioner tersebut disebar. Kuesioner disebar pada tanggal 27 Desember 2017 dan

diambil pada tanggal 4 Januari 2018.

G. Teknik Analisis Data

Urutan tahapan teknik pengolahan data dalam penelitian sebagai berikut:

1. Deskripsi Data

a. Gambaran Umum Responden

Gambaran umum responden digunakan untuk mengetahui

gambaran secara umum demografi responden dalam suatu penelitian.

b. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan

variabel-variabel dalam penelitian ini. Teknik analisis statistik deskriptif

menggunakan tabel distribusi frekuensi (Nazir, 2005). Frekuensi data

mentah diatur dalam interval kelas. Penentuan interval kelas

menggunakan rumus sebagai berikut,

44

Keterangan:

I = besar interval kelas

R = range

K = jumlah interval kelas

2. Uji Kualitas Data

Uji Kualitas Data adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur

indikator objek pengukuran (Sukriah, 2009). Alat ukur yang digunakan

dalam penelitian ini berupa kuesioner. Untuk mendukung hipotesis dalam

penelitian ini, maka dalam pengukuran variabel perlu dilakukan uji validitas

dan reliabel dalam instrumen kuesioner. Uji kualitas data pada uji validitas

dan reliabilitas menggunakan software IBM SPSS Statistics 22.

a. Uji Validitas

Uji Validitas merupakan teknik mengukur kualitas pada

kuesioner. Pengertian dari valid adalah sesuai dengan kondisi yang

terjadi. Bahwa suatu pernyataan dapat diterima dan tidak diragukan.

Validitas mampu mengukur data secara tepat. Dalam penelitian ini uji

validitas diukur menggunakan analisis sistem. Pengujian pada uji

validitas menggunakan derajat signifikan α = 0,05. Terdapat dua

kriteria yang dijadikan dasar untuk pengambilan keputusan, yaitu :

1) Apabila nilai > maka kuesioner dinyatakan valid,

sedangkan

2) Apabila niali < maka kuesioner dinyatakan tidak valid.

45

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan alat pengukuran indikator dalam

kuesioner dari variabel-variabel penelitian. Reliabel adalah handal.

Kehandalan diukur dengan sejauh mana tingkat kestabilan atau konsistensi

jawaban dari pernyataan berdasarkan pengamatan secara berulang.

Kuesioner yang handal terjadi karena konsisten dan stabil dari waktu ke

waktu. Uji ini dilakukan dengan gejala yang lebih dari satu tetapi dengan

alat ukur yang sama. Pengujian ini dilakukan dengan SPSS (Statistical

Package for the Social Sciences). Teknik yang digunakan yaitu dengan

rumus koefisien Cronbach Alpha. Kuesioner memiliki reliabilitas apabila

nilai alpha > 0,60.

3. PLS (Partial Least Square)

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan software

SmartPLS 2. PLS (Partial Least Square) adalah model persamaan SEM

(Structural Equation Modeling) berbasis komponen atau varian. PLS

merupakan metode analisis yang bersifat soft modeling, yaitu data tidak

diasumsikan dengan pengukuran pada skala tertentu dengan jumlah sampel

kecil (dibawah 100 sampel).

a. SEM (Structural Equation Modeling)

Analisis SEM (Structural Equation Modeling) adalah teknik

statistika yang digunakan untuk menguji sebab akibat pada suatu model

berdasarkan teori dan data kuantitatif yang telah dikumpulkan. Dalam

SEM terdapat dua variabel, yaitu

46

1) Variabel Laten

Variabel laten merupakan konsep abstrak yang tidak dapat

diamati secara langsung dan bersifat tidak sempurna. Namun,

efeknya dapatnya diamati dengan variabel teramati. Terdapat dua

kategori dalam variabel laten, yaitu variabel laten eksogen yang

berarti variabel bebas dan variabel endogen yang berarti variabel

terikat.

2) Variabel Teramati

Variabel teramati merupakan variabel yang dapat diamati

dan dapat diukur secara empiris. Variabel laten merupakan efek

dari variabel laten.

b. Evaluasi PLS (Partial Least Square)

Analisis PLS (Partial Least Square) adalah teknik statistika

multivariate dengan menghubungkan variabel endogen dan variabel

eksogen. PLS merupakan salah satu metode statistika SEM berbasis varian

secara simultan yang sekaligus dapat melakukan pengujian model

pengukuran (uji validitas dan reliabilitas) dan pengujian model struktural

(uji kasualita yang merupakan pengujian hipotesis). Analisis dengan

metode PLS ini tidak mengasumsikan distribusi tertentu (asumsi data

penelitian bebas distribusi). Metode analisis data dengan PLS bersifat non

parametrik. Tahapan analisis PLS adalah sebagai berikut:

1. Merancang Model Struktural (Inner Model)

Inner model digunakan untuk menggambarkan hubungan

variabel laten berdasarkan pada rumusan masalah atau hipotesis

47

penelitian. Pengujian pada model struktural dengan melakukan uji R-

square. Terjadi pengaruh yang signifikan apabila > .

2. Merancang model pengukuran (Outer model)

Pengujian pada model pengukuran digunakan untuk menilai

validitas dan reliabilitas. Terdapat dua model outer dalam

pengujian pada penelitian ini, yaitu outer model reflektif dan outer

model formatif.

a. Outer Model Formatif

Outer model formatif merupakan model yang

merepresentasikan bahwa seolah-olah indikator yang

mempengaruhi variabel laten. Apabila salah satu indikator

meningkat, maka tidak harus diikuti oleh indikator lain dalam

satu konstruk. Namun, jelas dapat meningkatkan variabel

latennya jika menghilangkan satu indikator merubah makna

variabel. Pengujian pada outer model formatif berdasarkan

substantive content dengan melihat signifikansi dan weight.

b. Outer Model Reflektif

Outer model reflektif merupakan model yang

merepresentasikan bahwa seolah-olah indikator merupakan

variabel yang dipengaruhi variabel laten. Pengaruh dari model

reflektif ini adalah apabila terjadi perubahan satu indikator maka

dapat merubah indikator lain, artinya apabila satu indikator dalam

pengukuran dihilangkan maka tidak merubah makna dari variabel

laten. Pengujian outer model reflektif dievaluasi berdasarkan:

48

c. Convergent validity

Dasar penilaian pada convergent validity adalah berdasarkan

korelasi antara AVE (Average Variance Extracted) yang dihitung

dengan aplikasi SmartPLS 2. Pengukuran skala menggunakan

AVE (Average Variance Extracted) dan Communality dengan

kriteria apabila nilai > 0,5 dinyatakan valid.

d. Discriminant validity

Pengukuran pada discriminant validity yaitu dengan

melihat nilai cross loading pada setiap variabel > 0,5 dan

membandingkan kuadrat korelasi antara konstrak dengan nilai

AVE (Average Variance Extracted).

e. Reliability

Uji reliability berhubungan dengan konsistensi dari alat

ukur. Pengujian reliabilitas dilihat dengan dua kriteria yaitu

composite reliability dan cronbach alpha. Nilai reliabel apabila

composite reliability dan cronbach alpha > 0,7.

4. Mengkontruksi diagram jalur

Mengkonstruksikan jalur dari hasil perancangan inner model dan outer

model.

5. Konversi diagram jalur ke sistem persamaan

6. Estimasi Parameter

a. Weight estimate digunakan untuk menghitung data variabel laten.

b. Estimasi jalur (Path estimate) digunakan untuk menghubungkan antar

variabel laten (koefisien jalur) dan variabel laten dengan indikatornya

(loading).

49

7. Evaluasi Goodness of Fit

Pengukuran pada Goodness of Fit Model menggunakan R² variabel

laten dependen dengan menggunakan ukuran Stone-Geisser Q square test

dan juga melihat besarannya koefisien jalur strukturalnya.

8. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan metode

resampling Bootstrap yang telah dikembangkan oleh Geisser dan Stone.

Statistik uji yang digunakan adalah statistik t atau uji t. Penerapan pada

metode resampling ini dimungkinkan data berdistribusi bebas, artinya tidak

memerlukan asumsi distribusi normal. Selain itu, sampel yang digunakan

juga tidak besar. Kriteria pengujian dengan t-test adalah apabila diperoleh

≥ 1,64 maka dapat disimpulkan bahwa terjadi signifikan.

Sedangkan apabila diperoleh ≤ 1,64 maka tidak terjadi signifikan.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Item Uraian

X1 INDEPENDENSI

X1.1 Independensi Penyusunan Program

X1.1.1 Saya bebas dari campur tangan pihak lain dalam menentukan, mengeliminasi,

dan memodifikasi bagian tertentu sebagai bahan pemeriksaan.

X1.1.2 Saya bebas dari campur tangan pihak lain dalam menentukan penerapan

prosedur.

X1.1.3 Saya bebas dari campur tangan pihak lain dalam menyusun program audit untuk

menentukan subjek pekerjaan audit.

X1.2 Independensi Pelaksanaan Pekerjaan

X1.2.1 Saya tidak melibatkan kepentingan pribadi atau golongan selama proses

pemeriksaan.

X1.2.2 Saya bebas meminta catatan, bukti, dan dokumen pendukung lain sebagai bukti

untuk mendukung kegiatan pemeriksaan.

X1.3 Independensi Pelaporan

X1.3.1

Laporan hasil audit terhindar dari bahasa atau istilah yang menyebabkan

multitafsir.

50

Item Uraian

X1.3.2 Laporan hasil audit terhindar dari pengaruh pihak lain yang dapat mempengaruhi opini.

X2 PENGALAMAN KERJA

X2.1 Lamanya Bekerja

X2.1.1 Pengalaman auditor dapat diukur dengan seberapa lama auditor bekerja.

X2.1.2 Saya mudah mendeteksi dan menemukan kesalahan yang tedapat pada objek

pemeriksaan.

X2.1.3 Saya mudah mengetahui penyebab timbulnya kesalahan maupun kecurangan.

X2.1.4 Saya mudah memberikan rekomendasi untuk memperbaiki

kesalahan/kekurangan yang terjadi.

X2.2 Frekuensi Pekerjaan Pemeriksaan yang Telah Dilakukan

X2.2.1 Semakin banyak tugas pemeriksaan, saya menghasilkan temuan yang berkualitas.

X2.2.2 Pekerjaan saya terhambat bila terjadi kekeliruan dalam proses pengumpulan dan

pemilihan bukti serta informasi.

X2.2.3 Semakin banyak tugas pemeriksaan, saya cepat menyelesaikan sehingga tidak

terjadi penumpukan tugas.

X2.3 Banyaknya Pelatihan yang Diikuti

X2.3.1 Saya telah menyelesaikan pendidikan formal (S1) dibidang akuntansi, auditing,

keuangan, dan lain-lain.

X2.3.2 Saya telah memiliki setifikasi jabatan fungsional auditor (JFA).

X2.3.3 Saya telah mengikuti pendidikan dan pelatihan profesional berkelanjutan.

X2.3.4 Saya memahami Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan Standar

Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN).

X3 DUE PROFESIONAL CARE

X3.1 Sikap Skeptisme

X3.1.1 Saya berpikir selalu mempertanyakan pada bukti pemeriksaan.

X3.1.2 Saya mengevaluasi bukti pemeriksaan secara kritis.

X3.1.3 Saya berhati-hati menggunakan informasi yang diperoleh dan dapat menjaga

kerahasiaan informasi tersebut.

X3.1.4 Saya teguh, bersungguh-sungguh dan energik selama proses pemeriksaan.

X3.1.5 Saya waspada terhadap kecurangan dan ketidakefektifan yang terjadi dalam

proses pemeriksaan.

X3.1.6 Saya waspada terhadap resiko yang signifikan yang dapat mempengaruhi

obyektifitas pemeriksaan.

X3.1.7 Saya berhati-hati dalam mengambil keputusan selama melaksanakan proses

pemeriksaan.

X3.2 Keyakinan yang Memadai

X3.2.1 Saya cermat, teliti, seksama dan hati-hati serta berorientasi kepentingan publik.

X3.2.2 Secara profesional saya yakin dengan profesi yang dijalankan.

X4 EFIKASI DIRI

X4.1 Tingkat Kesulitan

X4.1.1 Saya yakin menyelesaikan tugas audit yang sulit.

X4.1.2 Saya yakin memperoleh hasil audit yang penting untuk diri sendiri.

X4.1.3 Saya yakin mengerjakan tugas audit dengan baik.

51

Item Uraian

X4.2 Kekuatan Keyakinan

X4.2.1 Saya yakin mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

X4.2.2 Saya yakin mengahadapi tantangan dalam tugas audit.

X4.2.3 Saya yakin menyelesaikan tugas dengan baik daripada orang lain.

X4.2.4 Saya yakin mengatur hal-hal yang diperlukan untuk tugas audit.

X4.3 Luas Cangkupan Tingkah Laku

X4.3.1 Dengan usaha yang besar, saya yakin berhasil menyelesaikan tugas audit sesuai rencana/tujuan.

X4.3.2 Saya yakin mampu bekerja secara efektif pada tugas audit yang berbeda.

Y KUALITAS AUDIT

Y1.1 Kesesuaian Pemeriksaan dengan Standar Audit

Y1.1.1 Saya berpedoman pada standar audit yang berlaku.

Y1.1.2 Saya direview oleh pimpinan secara berjenjang sebelum membuat hasil

pemeriksaan.

Y1.1.3 Dokumen audit disusun dalam bentuk kertas kerja dan disimpan secara efektif

agar mudah diambil, dirujuk dan dianalisis.

Y1.1.4 Saya telah mematuhi kode etik yang ditetapkan.

Y1.2 Kualitas Laporan Hasil Audit

Y1.2.1 Laporan hasil audit memuat temuan dan simpulan hasil pemeriksaan secara

obyektif, serta rekomendasi yang konstruktif.

Y1.2.2 Laporan hasil audit mengungkapkan permasalahan yang belum terselesaikan

sampai berakhirnya proses pemeriksaan.

Y1.2.3 Laporan hasil audit mengemukakan prestasi keberhasilan atau suatu tindakan

perbaikan yang telah dilaksanakan obyek pemeriksaan.

Y1.2.4 Laporan hasil audit mengemukakan penjelasan atau tanggapan pejabat/pihak

obyek pemeriksaan tentang hasil audit.

Y1.2.5 Laporan hasil audit akurat, lengkap, obyektif, meyakinkan, jelas, ringkas, serta

tepat waktu agar informasi bermanfaat secara maksimal.