Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
3.1.1. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Sungai Logawa Wilayah Kabupaten
Banyumas yang ada pada posisi 7020’48 Lintang Selatan dan 1090
10’58 Bujur Timur dan 7029’16 Lintang Selatan dan 109013’14 Bujur
Timur. Sungai Logawa merupakan salah satu sungai di wilayah
Kabupaten Banyumas yang bermuara di Sungai Serayu. Gambar
lokasi peelitian selengkapnya disajikan pada gambar 3.1.a dan gambar
3.1.b
Gambar 3.1. a. Lokasi penelitian keseluruhan
17
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
18
(A)
(B)
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
19
(C)
Gambar 3.1.b. Sungai Logawa lokasi 1 Karanglewas (A), Sungai Logawa lokasi 2 Bendung Kediri (B), dan Sungai Logawa lokasi 3 Patikraja (C).
Sumber : Peta Administrasi Kabupaten Banyumas (BAPPEDA)
Pengambilan sampel ikan dan pengukuran kualitas perairan
Sungai Logawa dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda yaitu : lokasi
satu adalah Sungai Logawa yang berada di Desa Pasir Kidul
Kecamatan Karanglewas yang merupakan daerah hulu dengan
karakter memiliki dasar sungai berbatu dan berarus deras, lokasi dua
adalah Sungai Logawa yang berada di Desa Kediri Kecamatan
Karanglewas merupakan daerah pertengahan sungai yang memiliki
karakter dasar sungai berbatu dan sedikit lumpur, lokasi tiga adalah
Sungai Logawa yang berada di Desa Patikraja Kecamatan Patikraja
merupakan daerah hilir yang memiliki karakter dasar sungai lumpur
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
20
berpasir dan memiliki kondisi perairan yang lebih tenang. Pada lokasi
tiga muaranya sudah mendekati Sungai Serayu sehingga di wilayah ini
Sungai Logawa yang akan bermuara sudah terlihat lebih lebar
dibandingkan pada sungai yang berada di lokasi satu dan dua.
3.1.2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan selama enam bulan yaitu
(Desember 2015 – Mei 2016). Pengambilan sampel dilakukan
sebanyak enam kali dengan interval watu satu bulan, dengan
mempertimbangkan waktu siang hari (pukul 07.00 – 10.00) dan
malam hari (pukul 19.00 – 22.00).
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini selengkapnya
disajikan pada Tabel 3.1.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
21
Tabel 3.1 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian
No Alat Kegunaan
1. Jala tebar dengan ukuran mata jala 0,5 cm dan jaring dengan
ukuran mata jaring 1 cm.
Alat menangkap ikan
2.
Seser bentuk segitiga sama sisi pada masing-masing sisi
diberi penguat memakai bambu. Masing-masing sisi memiliki panjang 75 cm dan
dengan mata seser berukuran satu mm2.
Alat menangkap ikan
3. Penggaris (mm) Mengukur panjang ikan
4. Timbangan digital ACIS AD-300H (gr)
Menimbang ikan
5. DO Meter Lutron, DO 5510
(ppm) Mengukur Oksigen terlarut
6. pH : Merck kGaA Mengukur pH air
7. Secchi Disk (cm) Mengukur kecerahan air
8. Pelepah pisang Mengukur kecepatan arus
9. Stopwatch Mengukur waktu
10. Termometer (ºC) Mengukur suhu air
11. Label Penanda
12. Ice box Tempat penyimpanan ikan sementara
13. Kantong plastik Tempat ikan
14. Botol flakon Tempat sampel plankton
15. Plankton net no. 25 dan no. 21 Pengambilan plankton
3.2.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel ikan
yang didapatkan dan contoh air yang terdapat pada tiap lokasi
pengambilan sampel, alkohol 70%, formalin 4%, aquades dan es batu.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
22
3.3. Metode Pengambilan Sampel
3.3.1. Prosedur Pengukuran Kualitas Fisika Perairan Sungai
a. Suhu (temperatur)
Pengukuran suhu perairan dilakukan menggunakan alat
yang sama untuk mengukur Dissolved oxygen yaitu DO meter
merk Lutron-5510. DO meter dicelupkan kedalam air sungai
selama kurang lebih lima menit hingga angka pada DO meter
menunjukan angka yang konstan kemudian mencatat angka yang
terlihat pada DO meter.
b. Kecepatan Arus
Pengukuran kecepatan arus sungai menggunakan metode
terapung, yaitu dengan cara mengapungkan atau menghanyutkan
pelepah pisang pada badan sungai hingga menempuh jarak 10
meter kemudian mengukur waktu yang dibutuhkan pelepah untuk
menempuh jarak tersebut.
Rumus kecepatan arus :
v =
m/s
keterangan : v = kecepatan arus (meter/sekon)
s = jarak tempuh pelepah pisang (meter) t = waktu tempuh pelepah pisang (sekon)
c. Kecerahan
Pengukuran kecerahan perairan dengan cara
menenggelamkan sechi disk yang telah diikat dengan tali ke
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
23
badan sungai sampai cakram tidak terlihat dan ukur jaraknya,
kemudian angkat sampai batas tepat terlihat dan diukur jaraknya.
K=
cm
Keterangan: K= kecerahan
X= jarak saat cakram sechi masih terlihat oleh mata (cm)
Y= jarak saat cakram sechi tepat tidak terlihat oleh mata (cm)
3.3.2. Prosedur Pengukuran Kualitas Kimia Perairan Sungai
a. pH (Derajat Keasaman)
Pengkuran pH air dilakukan dengan cara mencelupkam
kertas ph merk Merck KgaA kedalam air sungai beberapa menit.
Selanjutnya mencocokkan dengan indikator warna pH standar
serta mencatat hasilnya.
b. DO (Dissolved oxygen)
Pengukuran DO atau oksigen dilakukan menggunakan DO
meter merek Lutron seri 5510 ppm. Dengan cara memasukkan
sensor DO meter ke dalam perairan sungai. Angka skala yang
konstan pada DO meter menunjukan nilai kadar oksigen terlarut
perairan.
3.3.3. Prosedur Pengukuran Kualitas Biologi Perairan Sungai
Kualitas biologi perairan sungai berupa pengambilan sampel
plankton, dilakukan dengan cara menyaring air sungai sebanyak 100
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
24
liter menggunakan plankton-net no. 25 dan no. 21 selanjutnya air yang
tertampung dalam botol flakon dipindahkan ke dalam plastik dan
ditambah alkohol 70 %.
Secara ringkas untuk mengetahui kualitas perairan Sungai
Logawa maka diukur beberapa parameter yaitu parameter fisika, kimia
dan biologi. Parameter yang akan diukur selengkapnya disajikan pada
tabel 3.2.
Tabel 3.2. Faktor Fisika, Kimia dan Biologi yang dianalisis.
Parameter Satuan Alat
Fisika 1. Suhu air 2. Kecepatan arus
3. Kecerahan air Kimia
1. Oksigen terlarut 2. pH
Biologi
Plankton
ºC m/s
cm
ppm 1-14
Spesies
DO meter merk Lutron-5510 Pelepah daun pisang
Sechi disk
DO meter merk Lutron-5510 Ph : merck kGaA
Mikroskop
3.4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dipakai dalam penelitian ini yaitu metode survey dengan
melakukan pengamatan secara sistematik terhadap ikan. Pengambilan sampel
ikan dilakukan dengan teknik purposive random sampling, yaitu pemilihan
sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang
dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat
populasi yang sudah diketahui sebelumnya untuk mencapai tujuan tertentu
(Hadi, 1987).
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
25
Pengambilan sampel ikan dan pengukuran kualitas air berupa
parameter fisika, kimia dan biologi dilakukan disetiap lokasi penelitian.
Dalam penelitian ini ditetapkan tiga lokasi berbeda, yaitu lokasi I Sungai
Logawa yang berada di Karanglewas, lokasi II Sungai Logawa yang berada di
Bendung Kediri dan lokasi III Sungai Logawa yang berada di Patikraja.
Masing-masing lokasi penelitian ditetapkan ke dalam 3 titik sampling yaitu :
(1) titik sampling tepi kanan sungai, (2) titik sampling tengah sungai dan (3)
titik sampling tepi kiri sungai.
Pengambilan sampel ikan dilakukan menggunakan jala dengan ukuran
mata jala 0,5 cm dan jaring dengan ukuran mata jaring 1 cm dan serta seser
bentuk segitiga sama sisi dengan mata seser berukuran 1mm². Sampling ikan
dilakukan dengan menebarkan jala sebanyak 10 kali lemparan dan 10 kali
serok untuk seser pada setiap titik sampling. Sampel ikan yang tertangkap
dengan jala adalah ikan-ikan yang bersifat pelagik (permukaan perairan) dan
demersal (dasar perairan), sedangkan ikan yang tertangkap dengan seser
adalah ikan-ikan yang bersifat perifer (daerah tepi) sungai. Sampel ikan yang
didapatkan segera dimasukkan ke dalam kantong plastik yang diberi penanda
menggunakan label dan disimpan dalam ice box yang sudah diberi es batu
untuk tempat penyimpanan sampel ikan sementara. Selanjutnya dibawa ke
Laboratorium Zoologi Universitas Muhammadiyah Purwokerto untuk
diidentifikasi dan diawetkan menggunakan formalin 4%.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
26
3.5. Identifikasi ikan
Sampel ikan yang didapat dari tiap lokasi dikelompokkan
berdasarkann cirri morfologi ikan, meliputi: perbedaan bentuk tubuh, kepala,
sungut, sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus, sirip ekor, dan sisik.
Setiap kelompok ikan diidentifikasi menggunakan buku Taksonomi dan kunci
identifikasi ikan serta buku Ikan Air Tawar Indonesia Bagian Barat dan S
ulawesi (Kottelat dkk., 1993).
3.6. Analisis Data
Untuk mengetahui profil reproduksi ikan yang meliputi rasio kelamin,
tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG) dan
fekunditas dilakukan analisis dengan melakukan beberapa aspek penting
yaitu:
3.6.1. Perhitungan Rasio Kelamin
Ikan yang didapat dari hasil sampling diamati dan dihitung
jumlah ikan jantan serta betinanya. Ikan betina digunakan untuk
perhitungan fekunditas jika sudah ada telur didalam gonad.
Perhitungan rasio kelamin dilakukan dengan menggunakan
rumus Lagler (Effendie, 1979) :
Rasio kelamin =
x 100%
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
27
3.6.2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Menurut Effendie (1979) cara untuk menentukan tingkat
kematangan gonad yaitu dengan cara membandingkan gonad sampel
dengan standar tingkat kematangan gonad modifikasi dari Cassie,
sebagaimana disajikan pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3 Acuan tingkat kematangan gonad (Effendie, 1979).
Tingkat
Kematangan
Gonad (TKG) Betina Jantan
I
Belum berkembang
Ovari seperti benang, memanjang sampai ke bagian depan rongga tubuh. Warna
jernih, permukaan licin.
Belum berkembang
Testes seperti benang, lebih pendek dari pada ovari dan terlihat ujungnya di rongga
tubuh. Warna jernih.
II Perkembangan awal
Ukuran ovari lebih besar dari
pada tingkat I. Pewarnaan lebih gelap kekuningan. Telur belum terlihat jelas.
Perkembangan awal
Ukuran testes lebih besar dari
pada tingkat I. Warna putih seperti susu. Bentuk lebih jelas dari pada tingkat I.
III Sedang berkembang
Ovari berwarna kuning. Secara morfologi telur mulai
kelihatan butirnya.
Sedang berkembang
Permukaan testes licin. Warna makin putih, testes
makin besar. Dalam keadaan diawetkan mudah putus
IV Matang
Ovari makin besar, telur
berwarna kuning, mudah dipisahkan. Butir minyak
tidak nampak, mengisi ½ - 2/3 rongga perut, usus terdesak.
Matang
Seperti pada tingkat III
tampak lebih jelas. Testes semakin pejal.
V Pasca pemijahan
Ovari berkerut, dinding tebal, butir telur sisa terdapat di
dekat anus.
Pasca pemijahan
Testes bagian belakang kempis dan dibagian dekat
anus masih berisi spermatozoa.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
28
3.6.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Menurut Effendie (1979) Indeks kematangan gonad dapat
dihitung berdasarkan rumus:
IKG =
x 100%
Keterangan : IKG = indeks kematangan gonad Bg = berat gonad
Bt = berat tubuh
3.6.4. Perhitungan Fekunditas
Perhitungan fekunditas ikan menggunakan metode volumetri
menurut Effendie (1979) sebagai berikut :
X . x = G . g
Keterangan : X = jumlah telur dalam gonad yang dicari x = jumlah telur dari sampel gonad G = berat seluruh gonad
g = berat telur dari sampel gonad
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
29
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kualitas Perairan Sungai
Hasil analisis mengenai kualitas perairan Sungai Logawa yang
meliputi faktor fisika (suhu, kecepatan arus, intensitas cahaya), faktor kimia
(pH, Dissolved oxygen) dan faktor biologi (jenis-jenis plankton) disajikan
berturut-turut sebagai berikut :
4.1.1 Parameter Fisika Perairan
Kualitas fisika perairan yang dianalisis adalah suhu
(temperatur) perairan, kecepatan arus dan intensitas cahaya
(kecerahan).
a. Suhu (temperatur) perairan
Hasil analisis suhu selama penelitian disajikan pada
gambar 4.1 .
(A)
22
22,5
23
23,5
24
24,5
25
25,5
26
26,5
27
Desember Januari Februari Maret April Mei
23,81
25,69
26,32
25,84
26,97
26,33
23,71
25,23 25,1
24,29 24,53
26,58
Su
hu
(˚C
)
Siang
Malam
29
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
30
(B)
Gambar 4.1 (A) Rata-rata suhu (°C) berdasarkan waktu pengambilan sampel selama penelitian (Desember 2016 – Mei 2017). (B) Rata-rata suhu
(°C) berdasarkan lokasi pengambilan sampel selama penelitian (Desember 2016 – Mei 2017).
Berdasarkan hasil penelitian Fadlilah (2017) tentang Profil
Reproduksi Ikan di Sungai Logawa Wilayah Kabupaten
Banyumas, suhu yang diperoleh berdasarkan waktu pengambilan
sampel berkisar antara 24,8- 29,2°C dengan suhu tertinggi siang
hari terjadi pada bulan Januari (28,4°C) dan suhu terendah terjadi
pada bulan Desember (24,8°C). Suhu tertinggi malam hari terjadi
pada bulan Mei (29,2°C) dan suhu terendah terjadi pada bulan
Desember (26,03°C). Sedangkan analisis suhu berdasarkan lokasi
penelitian berkisar antara 25,3- 28,4°C. Berdasarkan hasil dapat
dikatakan bahwa suhu yang terukur mempunyai kisaran dan rata-
rata yang hampir sama disebabkan karena kondisi lingkungan dari
masing-masing lokasi penelitian yang hampir sama seperti
intensitas cahaya yang diterima dan tumbuhan yang ada disekitar
22
23
24
25
26
27
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
24,3
26,07
26,97
24,97 24,74 24,92
Suhu (
˚C)
Siang
Malam
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
31
lingkungan sungai. Menurut Astuti (2011) pengaruh substrat
dasar perairan yang mampu menyerap dan menyimpan panas
cahaya matahari saat siang hari serta mengeluarkannya pada
malam hari sehingga kisaran suhu saat siang dan malam hari
hampir sama atau terkadang lebih tinggi disaat malam hari.
Menurut Subardja (1989) suhu yang aman untuk
kehidupan ikan adalah berkisar antara 25°C sampai 32°C dengan
beda siang dan malam tidak lebih dari 5°C. Kordi (2010)
menambahkan bahwa suhu yang sesuai akan berpengaruh
terhadap pemijahan, pembenihan, aktifitas pertumbuhan dan
perkembangan ikan.
Hasil analisis suhu yang diperoleh berdasarkan waktu
pengambilan sampel suhu tertinggi terjadi pada bulan April
(26,97°C), hal ini diduga disebabkan pada saat pengambilan
sampel sudah memasuki musim kemarau sehingga suhu pada
permukaan tinggi. Suhu terendah berdasarkan waktu pengambilan
sampel terjadi pada bulan Februari (20,0°C) diduga karena curah
hujan yang tinggi pada saat pengambilan sampel, permukaan air
sungai bercampur dengan air hujan sehingga menyebabkan suhu
permukaan perairan sungai rendah. Hasil analisis berdasarkan
lokasi pengambilan sampel suhu tertinggi terjadi pada Lokasi III
(25,94°C), hal ini diduga karena pada Lokasi III pepohonan yang
tumbuh pada pinggiran sungai tidak menutupi permukaan sungai
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
32
sehingga sinar matahari langsung mengenai permukaan sungai.
Hasil analisis berdasarkan lokasi pengambilan sampel suhu
terendah terjadi pada Lokasi I (24,63°C), hal ini diduga karena
pada daerah pinggiran sungai Lokasi I banyak ditumbuhi
pepohonan sehingga dapat menghalangi cahaya matahari jatuh ke
permukaan sungai secara langsung. Berdasarkan analisis suhu
yang diperoleh selama penelitian (Desember 2016 - Mei 2017)
pada setiap waktu dan lokasi, siang maupun malam hari maka
dapat dikatakan bahwa kondisi perairan di Sungai Logawa masih
baik bagi berlangsungnya kehidupan ikan.
b. Kecepatan Arus
Hasil analisis kecepatan arus selama penelitian
berdasarkan waktu dan lokasi pengambilan sampel disajikan pada
gambar 4.2 .
(A)
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Desember Januari Februari Maret April Mei
1,15
0,57 0,52 0,56
0,48 0,47
0,73 0,78
0,94
1,17
0,58
0,46
Kecepata
n
Aru
s (
m/s
)
Siang
Malam
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
33
(B)
Gambar 4.2 (A) Rata-rata kecepatan arus (m/s) berdasarkan waktu pengambilan sampel selama penelitian (Desember 2016 – Mei 2017). (B) Rata-
rata kecepatan arus (m/s) berdasarkan lokasi pengambilan sampel selama penelitian (Desember 2016 – Mei 2017).
Menurut penelitian Fadlilah (2017) tentang Profil
Reproduksi Ikan di Sungai Logawa Wilayah Kabupaten
Banyumas, didapatkan hasil analisis pengukuran kecepatan arus
berdasarkan waktu pengambilan sampel pada perairan Sungai
Logawa berkisar antara 0,44 - 0,82 m/s dengan kecepatan arus
terendah terjadi pada bulan Maret (0,44 m/s) dan kecepatan arus
tertinggi pada bulan Desember (0,82 m/s). Kecepatan arus
berdasarkan lokasi penelitian berkisar antara 0,38 - 0.92 m/s
dengan kecepatan arus terendah terjadi pada Lokasi III (0,38 m/s)
dan kecepatan arus tertinggi terjadi pada Lokasi II (0,92 m/s).
Menurut Setijanto dan Sulistyo (2008) kisaran nilai
kecepatan arus yang sesuai untuk kehidupan ikan dikelompokkan
menjadi 3 yaitu kecepatan arus antara 0,1 m/s sampai 0,25 m/s
termasuk sungai dengan kecepatan arus lambat, kecepatan arus
0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
0,64
0,81
0,39
0,85
0,61
0,82
Kecepata
n
Aru
s (
m/s
)
Siang
Malam
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
34
antara 0,25 m/s sampai 0,50 m/s termasuk sungai dengan
kecepatan arus sedang, kecepatan arus antara 0,5 m/s sampai 1,0
m/s termasuk sungai dengan kecepatan arus cepat. Djuhanda
(1981) menambahkan bahwa kebanyakan ikan menyukai kondisi
perairan yang memiliki laju arus yang sedang untuk tempat
hidupnya.
Hasil analisis berdasarkan waktu pengambilan sampel
selama penelitian didapatkan arus yang cepat terjadi pada bulan
Maret (1,17 m/s) dan kecepatan arus yang rendah pada bulan Mei
(0,46 m/s). Kecepatan arus yang cepat diduga dipengaruhi oleh
curah hujan yang tinggi pada saat pengambilan sampel dan
kecepatan arus rendah diduga karena pada saat pengambilan
sampel pada bulan Mei sudah memasuki musim kemarau dan
tidak turun hujan. Hasil analisis berdasarkan lokasi pengambilan
sampel selama penelitian didapatkan arus yang cepat terjadi di
Lokasi I (0,85 m/s) dan kecepatan arus terendah terjadi pada
Lokasi III (0,39 m/s). Kecepatan arus yang cepat diduga karena
pada Lokasi I merupakan daerah hulu yang mempunyai karakter
dasar sungai berbatu dan berarus deras sedangkan kecepatan arus
rendah terjadi pada Lokasi III yang merupakan daerah hilir
dengan karakter sungai berlumpur dan berpasir serta tempat
bermuaranya sudah dekat dengan Sungai Serayu.
Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh rata-rata
kecepatan arus selama penelitian di Sungai Logawa, maka dapat
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
35
diketahui bahwa perairan sungai memiliki kecepatan arus sedang
hingga arus cepat yang dapat mempengaruhi pergerakan ikan
secara aktif untuk memperoleh nutrisi sehingga perairan
dikatakan masih baik untuk kelangsungan hidup ikan.
c. Intensitas Cahaya (Kecerahan)
Hasil analisis kecerahan selama penelitian berdasarkan
waktu dan lokasi pengambilan sampel disajikan pada gambar 4.3.
(A)
(B)
Gambar 4.3 (A) Rata-rata kecerahan (cm) berdasarkan waktu pengambilan sampel selama penelitian (Desember 2016 – Mei 2017). (B) Rata-rata kecerahan (cm) berdasarkan lokasi pengambilan sampel selama
penelitian (Desember 2016 – Mei 2017).
0
10
20
30
40
50
60
Desember Januari Februari Maret April Mei
50,67 54,56
51,67
37,67
47,89 43,67
Ke
cera
han
(cm
)
0
10
20
30
40
50
60
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
50,09 45,88 47,04
Ke
cera
han
(cm
)
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
36
Berdasarkan penelitian Fadlilah (2017) tentang Profil
Reproduksi Ikan di Sungai Logawa Wilayah Kabupaten
Banyumas, pada lokasi yang sama didapatkan nilai intensitas
cahaya pada Lokasi I berkisar antara 30,2 cm sampai 39,5 cm,
pada lokasi II berkisar antara 31,4 cm sampai 34,0 cm, pada
lokasi III berkisar antara 34,0 cm sampai 42,47 cm. Berdasarkan
data tersebut maka nilai kecerahan tertinggi terjadi pada Lokasi
III. Data penelitian tersebut menunjukkan hasil analisis intensitas
cahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan data penelitian
kali ini. Hal ini diduga terjadi karena pada saat pengambilan
sampel terjadi hujan.
Akrimi dan Subroto (2002) menyatakan bahwa perairan
sungai yang memiliki nilai kecerahan air berkisar 40 - 85 cm
sehingga masih termasuk dalam kriteria nilai kecerahan yang
kurang dari 100 cm, hal ini menunjukkan nilai tingkat kecerahan
yang rendah. Yustina (2001) menambahkan bahwa kecerahan air
yang cukup baik untuk kehidupan organisme air termasuk ikan
dan plankton adalah sebesar 40 cm.
Hasil analisis kecerahan berdasarkan waktu pengambilan
sampel kecerahan tertinggi terjadi pada bulan Januari (54,56 cm)
dan kecerahan terendah terjadi pada bulan Maret (37,67 cm).
Nilai kecerahan yang tinggi diduga karena pada saat pengambilan
sampel tidak turun hujan sedangkan nilai kecerahan yang rendah
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
37
diduga karena pada saat pengambilan sampel sedang turun hujan
sehingga substrat yang ada di sungai terbawa arus dan
menyebabkan kecerahan air berkurang. Hasil analisis kecerahan
berdasarkan lokasi pengambilan sampel kecerahan tertinggi
terjadi pada Lokasi I (50,09 m/s) dan kecerahan terendah terjadi
pada lokasi II. Kecerahan yang tinggi pada Lokasi I diduga karena
pada lokasi tersebut merupakan daerah hulu yang memiliki
karakter dasar sungai yang berbatu sedangkan kecerahan yang
rendah pada Lokasi II diduga karena pada lokasi tersebut
merupakan daerah hilir yang memiliki karakter dasar sungai
berpasir dan berlumpur.
Berdasarkan hasil analisis kecerahan perairan Sungai
Logawa dapat dikatakan termasuk dalam sungai dengan
kecerahan yang masih layak bagi berlangsungnya kehidupan ikan.
4.1.2. Parameter Kimia Perairan
Parameter kimia perairan yang dianalisis meliputi pH dan
Dissolved Oxygen (oksigen terlarut).
a. pH
Hasil analisis pH berdasarkan waktu dan lokasi
pengambilan sampel selama penelitian disajikan pada gambar 4.4
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
38
(A)
(B)
Gambar 4.4 (A) Rata-rata pH berdasarkan waktu pengambilan sampel selama
penelitian (Desember 2016 – Mei 2017). (B) Rata-rata pH berdasarkan lokasi pengambilan sampel selama penelitian
(Desember 2016 – Mei 2017).
Berdasarkan penelitian Fadlilah (2017) tentang profil
reproduksi ikan di Sungai Logawa Wilayah Kabupaten Banyumas
didapatkan hasil pengukuran pH selama penelitian pada lokasi
yang sama diketahui bahwa pada lokasi I nilai rata-rata berkisar
antara 6,67 sampai 7, pada lokasi II nilai rata-rata pH berkisar
6,75 sampai 7, pada lokasi III nilai rata-rata pH 6,8 sampai 7.
0
1
2
3
4
5
6
7
Desember Januari Februari Maret April Mei
6,72 6,94 6,77 6,61 6,72 6,73 6,77 6,55 6,72 6,77 6,76 6,77
pH
Siang
Malam
0
1
2
3
4
5
6
7
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
6,65 6,8 6,77 6,72 6,74 6,72
pH
Siang
Malam
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
39
Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan bahwa perairan bersifat
netral dan baik bagi kehidupan organisme perairan.
Anwar (2008) menyatakan bahwa organisme air dapat
hidup dalam suatu perairan yang mempunyai nilai pH netral
dengan kisaran toleransi antara asam lemah dan basa lemah. Nilai
pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya
berkisar 7. Asdak (2007) menambahkan bahwa angka pH yang
dianggap sesuai untuk kehidupan ikan berkisar antara 6,5 – 8,4.
Hasil analisis pH berdasarkan waktu pengambilan sampel
diperoleh pH tertinggi terjadi pada bulan Januari (6,94) hal ini
diduga karena curah hujan yang tinggi pada saat pengambilan
sampel sehingga bahan organic dan anorganik yang bersifat asam
terbawa oleh arus sungai. Hasil analisis pH berdasarkan lokasi
pengambilan sampel diperoleh pH tertinggi pada Lokasi II (6,74)
dan pH terendah terjadi pada Lokasi I (6,65). pH tertinggi pada
Lokasi II diduga karena pada lokasi tersebut merupakan daerah
pertengahan sungai sehingga banyak terdapat limbah rumah
tangga yang berasal dari penduduk yang bermukim di pinggiran
sungai dan pH terendah pada Lokasi I diduga karena daerah
tersebut merupakan daerah hulu sehingga belum banyak bahan-
bahan organik maupun anorganik yang mempengaruhi tingginya
pH.
Berdasarkan kriteria tersebut maka nilai kisaran pH yang
diperoleh selama penelitian menunjukkan bahwa perairan Sungai
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
40
Logawa memiliki nilai pH yang hampir netral, sehingga termasuk
perairan yangbaik bagi kehidupan ikan.
b. Dissolved Oxygen (Oksigen Terlarut)
Hasil analisis Dissolved oxygen (oksigen terlarut)
berdasarkan waktu dan lokasi pengambilan sampel selama
penelitian disajikan pada gambar 4.5
(A)
(B) Gambar 4.5 (A) Rata-rata DO (ppm) berdasarkan waktu pengambilan sampel
selama penelitian (Desember 2016 – Mei 2017). (B) Rata – rata DO (ppm) berdasarkan lokasi pengambilan sampel selama penelitian
(Desember 2016 – Mei 2017).
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Desember Januari Februari Maret April Mei
8,65
6,51
7,96
3,17 3,13
8,03
5,94
2,78
4,86
2,31
3,29
7,77
DO
(ppm
)
Siang
Malam
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Lokasi 1 Lokasi 2 Lokasi 3
6,74
5,54 4,73
3,88
5,06 5,06
DO
(ppm
)
Siang
Malam
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
41
Fadlilah (2017) dalam penelitiannya tentang Profil
Reproduksi Ikan di Sungai Logawa Wilayah Kabupaten
Banyumas, pada lokasi yang sama yaitu perairan Sungai Logawa
memperoleh kisaran nilai kandungan oksigen terlarut yaitu pada
lokasi I berkisar antara 6,1 ppm sampai 7,0 ppm, pada lokasi II
berkisar antara 5,8 ppm sampai 6,8 ppm, pada lokasi III berkisar
antara 4,1 ppm sampai 4,3 ppm. Berdasarkan hasil tersebut maka
ketiga lokasi penelitian masih layak untuk kehidupan ikan.
Konsentrasi minimum oksigen terlarut yang masih dapat
diterima sebagian besar spesies ikan untuk hidup dengan baik
adalah 5 sampai 7 ppm. Hanya beberapa ikan tertentu yang dapat
hidup pada kandungan oksigen terlarut rendah mencapai 2 ppm
(Kordi, 2010). Kandungan oksigen yang optimal bagi kehidupan
ikan harus dipertahankan diatas 5 ppm apabila kurang dari 5 ppm
maka dalam jangka waktu lama ikan akan menghentikan makan
dan pertumbuhannya (Brotowidjoyo et al.,1995).
Hasil analisis oksigen terlarut berdasarkan waktu
pengambilan sampel diperoleh oksigen terlarut tertinggi terjadi
pada bulan Desember siang hari (8,65 ppm) dan terendah terjadi
pada bulan Maret malam hari (2,31 ppm) hal tersebut diduga
disebabkan karena organisme akuatik lebih banyak melakukan
aktifitas fotosintesis pada siang hari seperti halnya pada
fitoplankton sehingga kandungan oksigen pada siang hari
cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kandungan oksigen
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
42
pada malam hari. Hasil analisis oksigen terlarut berdasarkan
lokasi pengambilan sampel diperoleh oksigen terlarut tertinggi
terjadi pada Lokasi I siang hari (6,74 ppm) dan kandungan
oksigen terlarut rendah terjadi pada Lokasi I malam hari (3,88
ppm). Tinggi rendahnya kandungan oksigen terlarut pada suatu
lokasi diduga disebabkan karena adanya limbah yang berasal dari
pembuangan sampah organik maupun anorganik rumah tangga.
Hal ini sesuai pernyataan Subardja et al., (1989) yang menyatakan
bahwa kandungan oksigen dapat berkurang pada dasar sungai
yang kaya akan timbunan bahan organik atau pada air yang
tercemar oleh sisa bahan organik. Berdasarkan pembahasan diatas
maka dapat dikatakan bahwa perairan Sungai Logawa masih baik
bagi ikan untuk melakukan aktivitas kehidupannya.
4.1.3. Kualitas Biologi Perairan
Menurut Junaidi Endri et al., (2013) plankton merupakan
organisme melayang yang hidupnya dipengaruhi oleh arus dan umum
digunakan sebagai indikator perubahan biologis suatu perairan ini
umumnya sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan dan siklus
hidupnya relative singkat. Plankton juga merupakan komponen utama
dalam rantai makanan di perairan. Nontji (2008) menyatakan bahwa
keanekaragaman plankton dapat digunakan sebagai indikator kualitas
suatu perairan. Hal tersebut disebabkan plankton memiliki sensitivitas
yang tinggi terhadap perubahan perairan.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
43
Hasil analisis yang diperoleh terhadap parameter biologi
perairan selama penelitian yaitu dapat mengidentifikasi 20 spesies
plankton yang termasuk kedalam 19 family dan 15 ordo. Jumlah
tersebut terdiri dari 12 Fitolankton dan 8 Zooplankton. Fitoplankton
sebanyak 12 spesies, yang termasuk kedalam 11 family dan 7 ordo.
Fitoplankton yang ditemukan yaitu Melosira sp, Chlorella sp,
Protococcus sp, Euglena sp, Oedogonium sp, Cocconeix sp, Synedra
sp, Gyrosigma sp, Surirella sp, Rhizosolenia sp, Spyrogira sp dan
Zygnema sp. Zooplankton yang ditemukan sebanyak 8 spesies yang
termasuk kedalam 8 family dan 8 ordo. Zooplankton yang ditemukan
yaitu Machotrix sp, Arcella sp, Daphnia sp, Holophrya sp,
Charcesium sp, Paramecium sp, Amphileptus sp dan Cyridopsis
sp.Data lengkap hasil identifikasi variasi spesies plankton selama
penelitian (Desember 2016 – Mei 2016) ditampilkan pada tabel 4.1
Tabel 4.1. Hasil identifikasi variasi spesies plankton selama
penelitian (desember 2016 – Mei 2017)
Fitoplankton
Ordo Family Spesies
Centrales Nitzchiaceae Melosira sp
Chlorocaccales Oocystaceae Chlorella sp
Ctenocladales Ctenocladaceae Protococcus sp
Euglenida Euglenidae Euglena sp
Oedogoniales Oedonlaceae Oedogonium sp
Pennales Achnanthaceae Cocconeix sp
Diatomaceae Synedra sp
Naviculaceae Gyrosigma sp
Surrirellaceae Surirella sp
Rhizosoleniaceae Rhizosolenia sp
Zygnematales Zygnemataceae Spyrogira sp
Zygnema sp
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
44
Zooplankton
Ordo Family Spesies
Anopoda Machrothricdae Machotrix sp
Arcellinida Arcellinidae Arcella sp
Cladocera Daphariidae Daphnia sp
Hymnostimatida Holotrichidae Holophrya sp
Oligohimenoparea Peritricida Charcesium sp
Peniculida Paramiciidae Paramecium sp
Pleurozmatida Amphileptidae Amphileptus sp
Podocopida Cyprididae Cyridopsis sp
Hasil analisis menunjukkan bahwa perolehan fitoplankton
lebih melimpah dibandingkan dengan zooplankton, hal ini sesuai
dengan pernyataan Oktavia Nike et al., (2015) bahwa
keanekaragaman fitoplankton yang lebih tinggi menunjukkan bahwa
ekosistem perairan di lokasi penelitian masih relatif stabil, dimana
jumlah jenis fitoplankton selaku produsen utama lebih tinggi daripada
zooplankton selaku konsumen utama fitoplankton secara langsung.
Perolehan plankton selama penelitian berjumlah 20 spesies, hal
tersebut menunjukkan bahwa Sungai Logawa masih baik bagi
kelangsungan hidup ikan. Barus (2004) menambahkan bahwa
kepadatan zooplankton disuatu perairan yang mengalir jauh lebih
sedikit dibandingkan dengan fitoplankon. Oleh karena itu umumnya
zooplankton banyak ditemukan pada perairan yang mempunyai
kecepatan arus rendah serta kekeruhan yang sedikit.
4.2. Jenis-jenis Ikan Sungai
Berdasarkan hasil analisis ikan yang diperoleh selama penelitian
didapatkan jumlah ikan sebanyak 383 ekor yang terdiri atas 20 spesies dari
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
45
enam ordo dan 15 famili. Ikan yang banyak ditemukan berasal dari ordo
Cypriniformes yang diwakili oleh enam spesies yaitu Osteochilus vitatus,
Barbonymus balleroides, Hampala macrolepidota, Rasbora lateristriata,
Barbodes binotatus dan Nemacheilus pfeifferae. Jumlah tangkapan ikan
terbanyak adalah spesies Melem (Osteochilus vitatus) yaitu sebanyak 71 ekor.
Berdasarkan penelitian Fadlilah (2017) tentang reproduksi ikan di
Sungai Logawa Wilayah Kabupaten Banyumas didapatkan hasil identifikasi
ikan yang diperoleh selama penelitian berjumlah 292 ekor yang terdiri dari 20
spesies dari tujuh ordo dan 13 famili dengan hasil tangkapan ikan terbanyak
adalah ikan spesies Osteochilus vitatus sebanyak 64 ekor.
Hasil tangkapan ikan selama penelitian lebih banyak dibandingkan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fadlilah (2017). Ikan
yang lebih banyak ditemukan di Sungai Logawa yaitu spesies Osteochilus
vitatus sebanyak 71 ekor. Menurut Djuhanda (1981), ikan dari ordo
Cypriniformes memang lebih banyak dikenal dan merupakan salah satu ordo
yang memiliki jumlah spesies yang relatif banyak di perairan tawar. Hasil
identifikasi ikan selama penelitian (Desember 2016 - Mei 2017) selengkapnya
disajikan pada Tabel 4.2.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
46
Tabel 4.2. Data hasil identifikasi jenis dan jumlah ikan yang tertangkap di Sungai
Logawa Wilayah Kabupaten Banyumas tahun 2017 selama penelitian (Desember 2016-Mei 2017)
Ordo Famili Spesies Nama Lokal
Cacah
Individu
(ekor)
Cypriniformes Cyprinidae Osteochilus vitatus Melem 71
Barbonymus balleroides Brek 51
Hampala macrolepidota Palung 5
Rasbora lateristriata Lunjar
Andong
23
Barbodes binotatus Benter 55
Nemacheilidae Nemacheilus pfeifferae Uceng 1
Beloniformes Zenarchopteridae Dermogenys pusilla Julung-julung 32
Perciformes Cichilidae Oreochromis niloticus Mujaer 8
Amphilophus labiatus Red Devil 30
Anabantidae Anabas testudineus Betik 2
Siluriformes Bagridae Hemibagrus nemurus Baceman 8
Clariidae Clarias batracus Lele lokal 1
Sisoridae Acroch
Ordonichthysrugosus
Kekel 2
Loricariidae Pterygoplichthys
pardalis
Sapu-sapu 28
Perciformes Eleotridae
Oxyeleotris marmorata Betutu 1
Gobiidae Glossogobius
circumpectus
Boso 3
Channidae Channa striata Bogo 11
Osphronemidae Osphronemus goramy Gurameh 32
Synbranchiformes Mastacembelidae Macrognatus aculeatus Sili 3
Cyprinidontiformes Aplocheilidae Aplocheilus panchax Sisi melik 16
6 Ordo 15 Famili 20 spesies 20 383
4.3. Profil Reproduksi Ikan
Analisis profil reproduksi ikan dilakukan pada ikan yang telah
memiliki telur dan sudah dapat dipisah-pisahkan. Kondisi tersebut dapat
dijumpai pada ikan dengan tingkat kematangan gonad (TKG) III, IV dan V.
Hasil analisis mengenai profil reproduksi ikan selama penelitian dari bulan
Desember 2016 - Mei 2017 yaitu meliputi rasio kelamin ikan, tingkat
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
47
kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG) dan fekunditas
disajikan berturut-turut sebagai berikut :
4.3.1. Perbandingan Rasio Kelamin Ikan
Hasil analisis yang diperoleh selama penelitian yang dilakukan
sebanyak enam kali ulangan ditiga lokasi menunjukkan bahwa dari 20
jenis ikan, dengan jumlah total 383 ekor yaitu ikan betina yang
tertangkap sebanyak 199 ekor dan ikan jantan yang tertangkap
sebanyak 184 ekor.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada 10 jenis ikan yang
dapat dihitung rasio kelaminnya dari 20 jenis ikan yang telah
tertangkap selama penelitian. Jumlah rata-rata rasio kelamin yang
didapatkan selama penelitian berkisar antara 33,32% - 66,6%. Jumlah
rata-rata rasio kelamin pada ikan Lunjar Adong (Rasbora lateristriata)
senilai 33,82%, pada ikan Benter (Barbodes binotatus) senilai
66,18%, pada ikan Melem (Osteochilus vitatus) senilai 60,37%, pada
ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) senilai 66,66%, pada ikan
Brek (Barbonymus amatus) senilai 42,85%, pada ikan Bogo (Channa
striata) senilai 50%, pada ikan Julung-julung (Dermogenys pusilla)
senilai 45,83%, pada ikan Sisi melik (Aplocheilus panchax)senilai
66,66%, pada ikan Red devil (Amphilophus labiatus) senilai 61,11%
dan pada ikan Baceman (Hemibagrus nemurus) senilai 66,6%. Hasil
analisis rasio kelamin selengkapnya disajikan pada tabel 4.3.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
48
Tabel 4.3. Tabel hasil analisis perbandingan rasio kelamin ikan yang diperoleh
selama penelitian (Desember 2016 - Mei 2017)
No Spesies Pengambilan
sampel
Jumlah ekor Rasio
kelamin
%
∑ (rata-
rata)
% Betina Jantan
1 Andong
(Rasbora
lateristriata)
Desember 2016 0 2 -
33, 32
Januari 2017 6 1 16, 66
Februari 2017 4 2 50
Maret 2017 6 2 33,33
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 0 -
2 Benter
( Barbodes binotatus)
Desember 2016 0 3 -
66,18
Januari 2017 9 3 33,33
Februari 2017 1 1 100
Maret 2017 23 15 65,21
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 0 -
3 Melem
(Osteochilus
vitatus)
Desember 2016 7 3 42,85
60,37
Januari 2017 1 0 -
Februari 2017 7 6 85,7
Maret 2017 5 2 40
April 2017 12 6 50
Mei 2017 12 10 83,33
4 Uceng
( Nemacheilus pfeifferae)
Desember 2016 0 1 -
Januari 2017 0 0 -
Februari 2017 0 0 -
Maret 2017 0 0 -
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 0 -
5 Sapu-sapu
(Pterygoplichthys
pardalis)
Desember 2016 6 3 50
66,66
Januari 2017 4 2 50
Februari 2017 0 6 -
Maret 2017 1 1 100
April 2017 3 2 66,66
Mei 2017 0 0 -
6 Brek
(Barbonymus
amatus)
Desember 2016 1 0 -
42,85
Januari 2017 7 2 28,57
Februari 2017 0 1 -
Maret 2017 0 2 -
April 2017 6 2 33,33
Mei 2017 18 12 66,66
7 Bogo
(Channa striata)
Desember 2016 0 2 -
50
Januari 2017 4 2 50
Februari 2017 1 0 -
Maret 2017 0 2 -
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 0 -
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
49
Lanjutan tabel 4.3.
No Spesies Pengambilan
sampel
Jumlah ekor Rasio
kelamin
%
∑ (rata-
rata)
% Betina Jantan
8 Lele lokal
(Clarias batracus)
Desember 2016 0 1 -
Januari 2017 0 0 -
Februari 2017 0 0 -
Maret 2017 0 0 -
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 0 -
9 Gurameh
(Osphronemus
goramy)
Desember 2016 0 12 -
Januari 2017 0 5 -
Februari 2017 0 4 -
Maret 2017 0 11 -
April 2017 0 2 -
Mei 2017 0 0 -
10 Julung-julung
(Dermogenys
pusilla)
Desember 2016 8 3 37,5
45,83
Januari 2017 0 1 -
Februari 2017 5 3 60
Maret 2017 5 2 40
April 2017 0 5 -
Mei 2017 0 0 -
11 Sisi melik
(Aplocheilus
panchax)
Desember 2016 3 1 33,33
66,66
Januari 2017 0 0 -
Februari 2017 3 3 100
Maret 2017 3 3 66,66
April 2017 0 1 -
Mei 2017 0 0 -
12 Sili
(Macrognatus
aculeatus)
Desember 2016 0 1 -
Januari 2017 0 1 -
Februari 2017 0 0 -
Maret 2017 0 0 -
April 2017 1 0 -
Mei 2017 0 0 -
13 Palung
(Hampala
macrolepidota)
Desember 2016 1 0 -
Januari 2017 0 2 -
Februari 2017 0 0 -
Maret 2017 0 1 -
April 2017 0 1 -
Mei 2017 0 0 -
14 Red devil
(Amphilophus
labiatus)
Desember 2016 0 0 -
61,11
Januari 2017 0 1 -
Februari 2017 0 0 -
Maret 2017 0 0 -
April 2017 0 0 -
Mei 2017 18 11 61,11
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
50
Lanjutan tabel 4.3.
No Spesies Pengambilan
sampel
Jumlah ekor Rasio
kelamin
%
∑ (rata-
rata)
% Betina Jantan
15 Mujair
(Oreochromis
niloticus)
Desember 2016 0 0 -
Januari 2017 0 1 -
Februari 2017 1 0 -
Maret 2017 0 3 -
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 3 -
16 Betik
(Anabas
testudineus)
Desember 2016 0 0 -
Januari 2017 0 1 -
Februari 2017 0 0 -
Maret 2017 0 1 -
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 0 -
17 Kekel
(Acrochordonichthy
s rugosus)
Desember 2016 0 0 -
Januari 2017 0 0 -
Februari 2017 2 0 -
Maret 2017 0 0 -
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 0 -
18 Boso
(Glossogobius
circumpectus)
Desember 2016 0 0 -
Januari 2017 0 0 -
Februari 2017 1 0 -
Maret 2017 0 2 -
April 2017 0 0 -
Mei 2017 0 0 -
19 Betutu
(Oxyeleotris
marmorata)
Desember 2016 0 0 -
Januari 2017 0 0 -
Februari 2017 0 0 -
Maret 2017 0 0 -
April 2017 1 0 -
Mei 2017 0 0 -
20 Baceman
(Hemibagrus
nemurus)
Desember 2016 0 0 -
66,6
Januari 2017 0 0 -
Februari 2017 0 0 -
Maret 2017 1 1 -
April 2017 3 2 66,6
Mei 2017 1 0 -
Jumlah 199 184
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
51
Berdasarkan penelitian Fadlilah (2017) selama peneltiannya
diperoleh hasil yaitu jumlah ikan betina yang tertangkap sebanyak 205
ekor dan ikan jantan sebanyak 87 ekor sehingga lebih banyak ikan
betina yang tertangkap dari pada ikan jantan. Pada bulan Mei 2016
perbandingan rasio kelamin ikan melem (Osteochilus vittatus) tidak
seimbang yaitu sebesar 15,78% dengan jumlah betina 19 ekor dan
jantan 3 ekor. Pada bulan Januari 2016 perbandingan rasio kelamin
ikan Sapu-sapu (Pterigoplichthys pardalis) sebesar 27,77% dengan
jumlah betina 18 ekor dan jantan 5 ekor.
Banyaknya jumlah ikan betina yang tertangkap selama
penelitian (Desember 2016 – Mei 2017) diduga disebabkan karena
pergerakan ikan betina yang lebih pasif. Sebagaimana dijelaskan oleh
Jannah (2001), dalam perairan ikan betina cenderung kurang aktif.
Kelestarian populasi ikan dapat dipertahankan jika
perbandingan ikan jantan dan betina seimbang atau sebaliknya ikan
betina lebih banyak (Sulistiono et al., 2001). Hasil analisis terhadap
rasio kelamin ikan di Sungai Logawa menunjukkan cukup seimbang
dengan ditemukannya jumlah ikan betina yang lebih banyak dari pada
ikan jantan.
4.3.2. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)
Hasil analisis tingkat kematangan gonad (TKG) dilakukan
pada ikan yang tertangkap selama penelitian yaitu dari bulan
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
52
Desember 2016 - Mei 2017 dan memiliki tingkat kematangan gonad
(TKG) III, IV dan V. Penentuan didasarkan pada klasifikasi menurut
Cassie (Effendie, 1979). Hasil analisis diketahui bahwa rata-rata TKG
pada ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) yaitu tingkat III,
pada ikan melem (Osteochilus vitatus) tingkat III dan IV, pada ikan
Lunjar andong (Rasbora lateristriata) tingkat III dan IV, pada ikan
Benter (Barbodes binotatus) tingkat III dan IV, pada ikan Brek
(Barbonymus balleroides) tingkat III dan IV, pada ikan Betik (Anabas
testudineus) tingkat IV, pada ikan betutu (Oxyeleotris marmorata)
tingkat III dan pada ikan Bogo (Channa striata) tingkat IV.
Berdasarkan penelitian Fadlilah (2017) yang dilakukan di
Sungai Logawa dari bulan Desember 2015 - Mei 2016 didapatkan
hasil bahwa ikan yang diperoleh memiliki tingkat kematangan gonad
(TKG) III, IV dan V yaitu tergolong ke dalam ikan dengan gonad
sedang berkembang hingga pada pasca pemijahan. Berdasarkan hasil
dikatakan bahwa pengambilan sampel tidak mempengaruhi tingkat
kematangan gonad. Hasil analisis tingkat kematangan gonad (TKG)
selama penelitian dari bulan Desember 2016 - Mei 2017 selanjutnya
disajikan pada tabel 4.4.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
53
Tabel 4.4. Tabel hasil analisis tingkat kematangan gonad (TKG) ikan
yang diperoleh selama penelitian (Desember 2016 - Mei 2017)
No Jenis Ikan Bulan ∑ Tingkat Kematangan
Gonad
1 Andong Januari
Lokasi I 2 IV
IV
Lokasi II 3 IV
IV
IV
Lokasi III 1 IV
Februari
Lokasi I 2 IV
IV
Maret
Lokasi II 2 III
III
2 Benter Januari
Lokasi I 2 IV
IV
Maret
Lokasi I 1 III
Lokasi II 8 IV
IV
III
III
IV
III
IV
IV
3 Sapu-sapu Desember
Lokasi III 1 IV
Januari
Lokasi I 1 IV
4 Brek April
Lokasi II 2 IV
IV
Mei
Lokasi I 10 IV
IV
IV
III
III
III
III
III
IV
IV
Lokasi II 1 IV
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
54
Lanjutan tabel 4.4.
No Jenis Ikan Bulan ∑ Tingkat Kematangan
Gonad
5 Bogo Februari
Lokasi III 1 IV
6 Betik Maret
Lokasi III 1 IV
7 Melem Januari
Lokasi I 1 IV
Februari 5 IV
IV
IV
III
III
Maret
Lokasi I 1 III
April
Lokasi I 7 III
III
III
IV
IV
III
IV
Lokasi II 5 III
III
IV
III
IV
Mei
Lokasi I 5 III
III
IV
IV
IV
8 Betutu April
Lokasi III 1 III
Menurut Effendie (1979) tingkat kematangan gonad
diklasifikasikan menjadi lima tingkat yaitu kondisi gonad belum
berkembang hingga pada pasca pemijahan. Hasil analisis selama
penelitian ikan yang diperoleh memiliki tingkat kematangan gonad
pada tingkat III dan IV yaitu berarti gonad pada ikan sedang dalam
kondisi sedang berkembang hingga matang gonad. Kondisi TKG III
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
55
pada ikan betina ditandai dengan telur berwarna kuning secara
morfologi sudah mulai kelihatan butirnya dan pada TKG IV telur
berwarna kuning sudah dapat dipisah-pisahkan dan mengisi sebagian
besar rongga perut ikan.
Hasil analisis ukuran ikan matang gonad tidak sama pada
setiap spesies, demikian pula pada ikan yang sama spesiesnya. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Effendie (1997) bahwa ikan yang sama
spesiesnya tersebar pada lintang yang perbedaannya lebih dari lima
derajat, maka terdapat perbedaan ukuran dan umur ikan pertama kali
matang gonad untuk pertama kalinya.
4.3.3. Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Hasil analisis indeks kematangan gonad selama penelitian dari
bulan Desember 2016 - Mei 2017 berkisar antara 1,91% sampai
dengan 23,52%. Pada spesies ikan memiliki IKG yang berbeda-beda
yaitu ikan Sapu-sapu (Pterygoplichthys pardalis) berkisar antara
1,91% sampai 3,58%, IKG pada ikan melem (Osteochilus vitatus)
berkisar antara 5,58% sampai 37,94%, IKG pada ikan Lunjar andong
(Rasbora lateristriata) berkisar antara 5,54% sampai 22,2%, IKG
pada ikan Benter (Barbodes binotatus) berkisar 8,32% sampai
23,52%, IKG pada ikan Brek (Barbonymus balleroides) berkisar
antara 2,34% sampai 16,23%, IKG pada ikan Betik (Anabas
testudineus) berkisar 4,81%, IKG pada ikan betutu (Oxyeleotris
marmorata) berkisar sekitar 1,56%, IKG pada ikan Bogo (Channa
striata) berkisar 3,86%.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
56
Hasil analisis prosentase indeks kematangan gonad memiliki
hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
oleh Fadlilah (2017) dengan kisaran IKG 4,5% sampai dengan
29,26%. Ikan yang didapatkan dari hasil penelitiannya mempunyai
kisaran IKG dibawah 20% dengan demikian ikan yang diperoleh
selama penelitian dapat memijah lebih dari satu kali dalam setahun.
Hasil analisis indeks kematangan gonad (IKG) selama penelitian dari
bulan Desember 2015-Mei 2017 selanjutnya disajikan pada tabel 4.5.
Tabel 4.5. Tabel hasil analisis indeks kematangan gonad (IKG) ikan yang diperoleh selama penelitian (Desember 2016 - Mei 2017)
No Jenis
Ikan Bulan ∑
BT
(Gram)
BG
(Gram)
IKG
(% )
Rata-
rata
IKG
1 Andong Januari
11,23
Lokasi I 2 6, 62 0, 75 11, 32
5, 52 0, 39 7, 06
Lokasi II 3 3, 24 0, 72 22, 2
7, 64 0, 63 8, 24
8, 59 0, 69 8, 03
Lokasi III 1 4, 36 0, 50 11, 46
Februari
Lokasi I 2 10, 64 1, 53 14, 37
6, 81 1, 13 16, 59
Maret
Lokasi II 2 5, 06 0, 38 7, 50
4, 51 0, 25 5, 54
2 Benter Januari
10,04
Lokasi I 2 3, 15 0, 28 8, 88
1, 07 0, 22 20, 56
Maret
Lokasi I 1 3, 17 0, 30 9, 46
Lokasi II 8 3, 34 0, 57 17, 06
1, 21 0, 19 15, 70
0, 85 0, 20 23, 52
1, 86 0, 33 17, 74
2, 11 0, 40 18, 95
1, 89 0, 32 16, 93
4, 54 0, 42 9, 25
4, 19 0, 35 8, 35
3 Sapu-sapu Desember 2,74
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
57
Lanjutan tabel 4.5.
No Jenis Ikan Bulan ∑ BT
(Gram) BG
(Gram) IKG (%)
Rata-
rata IKG
3 Sapu-sapu Desember 2,74
Lokasi III 1 145, 93 2, 80 1, 91
Januari
Lokasi I 1 214, 90 7,70 3, 58
4 Brek April
10,44
Lokasi II 2 74, 89 7, 92 10, 57
153, 87 17, 27 11, 22
Mei
Lokasi I 10 52, 77 6, 78 12, 84
50, 39 4, 52 8, 97
47, 35 3, 90 8, 23
55, 15 5, 41 9, 80
61, 91 3, 79 2, 34
72, 87 6, 88 9, 44
68, 76 8, 31 12, 08
66, 88 10, 86 16, 23
81, 00 6, 71 8, 28
76, 05 8, 93 11, 74
Lokasi II 1 55, 79 7, 80 13, 99
5 Bogo Februari 3, 86
Lokasi III 1 363, 87 14, 07 3, 86
6 Betik Maret 4, 81
Lokasi III 1 3, 74 0, 18 4, 81
7 Melem Januari
14,13
Lokasi I 1 17, 04 1, 93 11, 32
Februari 5 46, 20 8, 41 18, 20
53, 71 11, 25 20, 94
55, 00 10, 55 19, 18
34, 77 5, 23 15, 04
37, 94 5, 03 13, 25
Maret
Lokasi I 1 53, 01 4, 50 8, 48
April
Lokasi I 7 19, 39 4, 08 21, 04
25, 12 5, 07 20, 18
27, 23 1, 63 5, 98
30, 39 7, 16 23, 56
35, 35 4, 90 13, 86
51, 39 2, 87 5, 58
61, 79 7, 26 11, 74
Lokasi II 5 26, 83 2, 52 9, 39
36, 32 6, 00 16, 51
47, 61 8, 98 18, 86
25, 24 3, 58 14, 18
45, 02 11, 72 26, 03
Mei
Lokasi I 5 31, 99 4, 23 13, 22
31, 56 1, 84 5, 83
35, 76 2, 49 6, 96
45, 63 5, 00 10, 95
57, 42 5, 16 8, 98
8 Betutu April 1,56
Lokasi III 1 344, 85 5, 41 1, 56
Keterangan : BG = Berat Gonad BT = Berat Tubuh IKG = Indeks Kematangan Gonad
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
58
Ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun,
didapatkan komposisi tingkat kematangan gonad yang terdiri dari
berbagai tingkat dengan prosentase yang tidak sama IKG akan turun
atau bernilai kecil pada saat ikan telah matang gonad dan ikan yang
memiliki IKG dibawah 20% yaitu ikan yang dapat memijah lebih dari
sau kali setiap tahunnya (Effendie, 1979).
Hasil analisis diketahui bahwa dari 23 spesies ikan yang
diperoleh selama penelitian sebagian besar mempunyai IKG dibawah
20% hal tersebut dapat menunjukkan bahwa dalam satu tahun ikan
tersebut dapat memijah lebih dari satu kali. Namun ada beberapa ikan
yang memiliki IKG lebih dari 20% yaitu ikan melem sebanyak 5 ekor,
ikan lunjar andong sebanyak 1 ekor dan ikan benter sebanyak 1 ekor.
4.3.4. Perhitungan Fekunditas Ikan
Hasil analisis fekunditas menunjukkan bahwa terdapat 8
spesies ikan yang dapat dihitung fekunditasnya dari 20 spesies ikan
yang tertangkap selama penelitian. Fekunditas pada ikan Sapu-sapu
(Pterygoplichthys pardalis) berkisar antara 698 - 1466 butir dengan
rata-rata 1082 butir, fekunditas telur pada ikan Melem (Osteochilus
vitatus) berkisar antara 867 - 22500 butir dengan rata-rata 4204 butir,
fekunditas telur pada ikan Lunjar andong (Rasbora
lateristriata)berkisar antara 62 -918 butir dengan rata-rata 335 butir,
fekunditas telur pada ikan Benter (Barbodes binotatus) berkisar 90 -
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
59
662 butir dengan rata-rata 280 butir, fekunditas telur pada ikan Brek
(Barbonymus balleroides) berkisar antara 325 - 7675 butir dengan
rata-rata 3521 butir, rata-rata fekunditas telur pada ikan Betik (Anabas
testudineus) 529 butir, rata-rata fekunditas telur pada ikan betutu
(Oxyeleotris marmorata) 20094 butir, rata-rata fekunditas telur pada
ikan Bogo (Channa striata) berkisar 2861 butir.
Berdasarkan penelitian Fadlilah (2017) tentang Profil
Reproduksi Ikan di Sungai Logawa Wilayah Kabuaten Banyumas
yang dilakukan dari bulan Desember 2015-Mei 2016 didapatkan hasil
bahwa terdapat 2 jenis ikan yang dapat dihitung fekundiasnya, yaitu
pada ikan Melem (Osteochilus vittatus) berkisar antara 21,6 sampai
330 butir dan pada ikan Brek (Barbonymus baleroides) berkisar antara
7,5 sampai 720 butir.
Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan bobot ikan,
karena bobot ikan lebih mendekati kondisi ikan tersebut daripada
panjang tubuh (Effendie, 1979). Secara umum bertambahnya berat
tubuh akan mengakibatkan bertambahnya berat gonad dan fekunditas
dan musim hujan mempengaruhi fekunditas ikan (Syandry, 1997).
Hasil analisis fekunditas ikan selama penelitian dari bulan Desember
2016 - Mei 2017 selanjutnya disajikan pada tabel 4.6.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
60
Tabel 4.6. Tabel hasil analisis fekunditas ikan yang diperoleh selama
penelitian (Desember 2016 - Mei 2017)
No Jenis Ikan Bulan ∑ Fekunditas
(butir)
Rata-rata
Fekunditas
(butir)
1 Andong Januari
335
Lokasi I 2 288
178
Lokasi II 3 120
135
138
Lokasi III 1 62
Februari
Lokasi I 2 918
452
Maret
Lokasi II 2 434
625
2 Benter Januari
280
Lokasi I 2 112
84
Maret
Lokasi I 1 90
Lokasi II 8 159
554
600
462
106
662
140
112
3 Sapu-sapu Desember
1080 Lokasi III 1 1466
Januari
Lokasi I 1 698
4 Brek April
3521
Lokasi II 2 3366
7675
Mei
Lokasi I 10 329
2690
2228
2809
3005
6650
4321
7481
3426
1016
Lokasi II 1 780
5 Bogo Februari 2861
Lokasi III 1 2861
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018
61
Lanjutan tabel 4.6.
No Jenis Ikan Bulan ∑ Fekunditas
(butir)
Rata-rata
Fekunditas (butir)
6 Betik Maret 529
Lokasi III 1 529
7 Melem Januari 4204
Lokasi I 1 867
Februari Lokasi I 5 2900
22500
3918
5230
1087
Maret
Lokasi I 1 1100
April
Lokasi I 7 7555
1532
1108 2864
2450
1187
3111
Lokasi II 5 1181
3000
3634
7675
17184
Mei
Lokasi I 5 3263
1427 1945
3666
516
8 Betutu April 20094
Lokasi III 1 20094
Hasil dari analisis menunjukkan bahwa fekunditas pada setiap
ikan memiliki jumlah yang. berbeda-beda. Fekunditas diduga
disebabkan oleh kondisi lingkungan misalnya pada saat musim
penghujan karena pada saat musim hujan ketersediaan makanan
dilingkungan sungai melimpah sehingga semakin banyak makanan
pertumbuhan ikan akan semakin cepat dan cepat pula mengalami
fekunditas.
PROFIL REPRODUKSI IKAN …. RINES AWDORA ADY, FKIP UMP 2018